Oleh :
Indah Asriningrum
0333010052
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
i
Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: KAJIAN PENAMBAHAN NaCl DAN TEPUNG TAPIOKA PADA PENGOLAHAN KAMABOKOIKAN MUJAIR. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan pada Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, karenanya pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Mayjen TNI. (Purn). Drs. H. Warsito, SH, MM, selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Ir. Bambang Wahyudi, MS, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Ir. Sudaryati, HP, MP, selaku Ketua Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jatim.
4. Ir. Sri Winarti, MP. selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan bimbingan serta
memberikan saran-saran dalam penulisan skripsi ini.
5. Dra. Jariyah. MP dan Ir. Tri Mulyani, MS, selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan
ii
7. Keluarga, rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang turut membantu
memberikan saran serta masukan hingga terselesaikannya skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa di Jurusan
Teknologi Pangan pada khususnya dan bagi pihak-pihak yang memerlukan pada
umumnya. Skripsi ini masihlah jauh dari sempurna serta banyak kekurangannya,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat obyektif dan
membangun guna kesempurnaan skripsi ini.
Surabaya, Agustus 2007
iii A.Ikan Mujair (Tilapia mossambica) ...
B.Protein Ikan ...
C.Kamaboko (Gel Ikan) ...
D.Tepung Tapioka ...
E. Garam Dapur (Natrium Klorida) ...
F. Pembuatan Gel Ikan ...
1. Pemisahan Daging Ikan ...
2. Pencucian ...
3. Penggilingan dan Penambahan NaCl ...
4. Penambahan Tepung Tapioka dan Serpihan Es...
5. Pencetakan dan Pengukusan ...
G.Analisis Keputusan ...
H.Analisis Finansial ...
1. Break Even Point (BEP)...
2. Net Prevent Value (NPV) ...
3. Payback Period (PP) ...
4. Internal Rate of Return (IRR) ...
iv
B. Bahan ………..…………...
C. Alat ………...
D. Metode Penelitian ………...
1. Variabel Berubah...…..………...
2. Variabel Tetap …..………...
E. Parameter ….………...………...
F. Prosedur Penelitian………...
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………... A. Hasil Analisa Bahan Awal ………...
B. Produk Kamaboko Ikan Mujair ………...…...
1. Rendemen ...
2. Kadar Air..………...
3. Kadar Protein ………...
4. Kadar Lemak ………...
5. WHC ( Water Holding Capacity)...
6. Tekstur ...
C. Uji Organoleptik..………...
a. Rasa ……….……...
b. Tekstur ………..………...
c. Aroma...…………...………...
D. Analis Keputusan ………...
E. Analisis Finansial ………...………...
1. Kapasitas Produksi ………...
2. Biaya Produksi ………...
3. Harga Pokok Produksi ………...
4. Harga Jual Produksi ………...
v
A. Kesimpulan …………...………...
B. Saran ………...
DAFTAR PUSTAKA ...
56
57
vi
Penggolongan Protein Ikan Berdasarkan Kelarutannya, Letak
dan Tegangan Ionisasinya ...
Berbagai Jenis Kamaboko ...
Komponen-Komponen Kimia dari Beberapa Macam Kamaboko
dalam 100 gr ...
Standar Mutu Baso Ikan ...
Komposisi Kimia Tepung Tapioka ...
Komposisi Daging Ikan Mujair tiap 100 gr ...
Nilai Rata-rata Rendemen Kamaboko Ikan Mujair dengan
Perlakuan Penambahan NaCl dan Tepung Tapioka ...
Nilai Rata-rata Kadar Air Kamaboko Ikan Mujair dengan
Perlakuan Penambahan NaCl dan Tepung Tapioka ...
Nilai Rata-rata Kadar Protein Dengan Perlakuan Penambahan
NaCl Terhadap Kamaboko Ikan Mujair ...
Nilai Rata-rata Kadar Protein dengan Perlakuan Penambahan
Tepung Tapioka Terhadap Kamaboko Ikan Mujair ...
Nilai Rata-rata Kadar Lemak dengan Perlakuan Penambahan
NaCl Terhadap Kamaboko Ikan Mujair ...
Nilai Rata-rata Kadar Lemak dengan Perlakuan Penambahan
Tapioka Terhadap Kamaboko Ikan Mujair ...
Nilai Rata-rata Jumlah Air yang Keluar Pada Kamaboko Ikan
Mujair dengan Perlakuan NaCl dan Tepung Tapioka ...
Nilai Rata-rata Tekstur Kamaboko Ikan Mujair dengan
Perlakuan Penambahan NaCl dan Tepung Tapioka ...
Jumlah Rangking Uji Kesukaan Rasa Kamaboko Ikan Mujair ....
Jumlah Rangking Uji Kesukaan Tekstur Kamaboko Ikan Mujair
Jumlah Rangking Uji Kesukaan Aroma Kamaboko Ikan Mujair
vii
Gambar 3. Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Diagram alir pembuatan gel ikan mujair ...
Pengaruh Antara Perlakuan Penambahan NaCl dan Tepung
Tapioka Terhadap Rendemen Kamaboko Ikan Mujair ...
Pengaruh Antara Perlakuan Penambahan NaCl dan Tepung
Tapioka Terhadap Kadar Air Kamaboko Ikan Mujair ...
Pengaruh Antara Perlakuan Penambahan NaCl dan Tapioka
Terhadap Nilai WHC Kamaboko Ikan Mujair ...
Pengaruh Antara Perlakuan Penambahan NaCl dan Tepung
Tapioka Terhadap Tekstur Kamaboko Ikan Mujair ...
29
33
35
41
viii
Prosedur Analisis Kimia ………....
Lembar Kuisioner Organoleptik ……...…………...
Rendemen ...
Kadar Air ...
Kadar Protein ...
Kadar Lemak ...
WHC ...
Tekstur ...
Uji Organoleptik ...
Asumsi Finansial ...
Kebutuhan Bahan dan Biaya ...
Perhitungan Modal Perusahaan ...
Perkiraan Biaya Produksi tiap Tahun ...
Perhitungan Payback Period dan Break Even Point ...
Grafik BEP Produksi Kamaboko Ikan Mujair ...
Laju Pengembalian Modal ...
Net Present Value (NPV) dan Gross Benefit ...
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair 1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan adalah salah satu hasil perikanan yang paling banyak dikonsumsi
masyarakat. Daging ikan mengandung zat-zat makanan yang sangat berguna
untuk pertumbuhan. Zat-zat makanan yang terdapat dalam daging ikan adalah
protein, lemak, karbohidrat, garam mineral, vitamin dan air.
Ikan merupakan bahan pangan yang mudah sekali mengalami kerusakan
terutama dalam keadaan segar akan cepat sekali mengalami kerusakan, sehingga
kualitas ikan menjadi rendah. Kerusakan ini dapat terjadi secara biokemis maupun
secara mikrobiologis. Kerusakan biokemis disebabkan oleh adanya enzim-enzim
dan reaksi-reaksi biokemis yang masih berlangsung pada tubuh ikan segar.
Kerusakan mikrobiologis disebabkan oleh adanya pertumbuhan mikroba yang ada
dipermukaan maupun di dalam tubuh ikan (Hadiwiyoto, 1984).Oleh karena itu
perlu dilakukan suatu upaya penanganan atau pengolahan ikan untuk menghindari
terjadinya kerugian. Salah satu upaya adalah mengolah ikan menjadi kamaboko.
Rendahnya konsumsi protein yang berasal dari ikan, dimungkinan karena
belum banyaknya penganekaragaman produk ikan yang disenangi masyarkat.
Sehinggan dengan adanya pengolahan ikan mujair menjadi gel ikan merupakan
salah satu alternatif penganekaragaman produk ikan yang diharapkan dapat
diterima masyarakat.
Kamaboko merupakan produk hasil olahan daging ikan yang berbentuk
gel, bersifat kenyal dan elastis. Produk ini berasal dari Jepang. Di Indonesia
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair 2
dikenal produk semacam kamaboko yaitu baso ikan, otak-otak, dan empek-empek
(Anomyous, 2006). Menurut Wiley (1991) dalam Mulyani dan Sudaryati (2003),
kamaboko adalah makanan khas Jepang, yang bahan dasarnya adalah ikan, berupa
gel protein yang homogen dan dibuat dengan cara mencuci daging ikan lalu
digiling dengan penambahan garam dan ditambah atau tidak dengan bahan
tambahan lain, selanjutnya dipanaskan dan dipotong-potong.
Gel adalah sistem dispersi koloid yang mengandung komponen terdispersi
dan medium dispersi, dan sistem ini memiliki elatisitas yang seimbang.
Komponen utama pembentuk tekstur gel ikan adalah protein miofibrilar sperti
miosin dan aktomiosin yang terdapat pada daging ikan. Miosin sangat berperan
dalam thermal gelasi dan sebagai dasar tekstur elastis atau ‘ashi’ gel kamaboko.
Sedangkan untuk meningkatkan elastisitas gel kamaboko digunakan NaCl yang
dapat melarutkan protein miofibrilar dalam daging ikan (Wiley, 1991)
Pada pembuatan adonan kamaboko, ditambahkan garam dapur, pati dan
bumbu-bumbu. Garam ditambahkan pertama kali dan digunakan untuk
mengekstrak protein aktomiosin sehingga terbentuk pasta sol aktomiosin. Selain
itu garam juga digunakan sebagai bumbu untuk menambah citra rasa asin. Garam
dapur yang ditambahkan 2,5-3 persen. Penggunaan garam yang terlalu banyak
menimbulkan rasa asin yang berlebihan. Penggunaan garam yang terlalu sedikit
menyebabkan tekstur produk kamaboko yang dihasilkan kurang baik karena
ekstraksi protein aktomiosin kurang sempurna (Anonymous, 2006)
Pati ditambahkan untuk memperbaiki adonan, meningkatkan daya ikat air,
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair 3
antara 0 - 3 persen (Anonymous, 2006). Dalam usaha meningkatkan nilai
ekonomis ikan air tawar khususnya mujair dalam perdagangan, maka ikan mujair
digunakan sebagai bahan baku pembuatan kamboko. Untuk menghasilkan gel
kamaboko yang berkualitas baik, maka akan dilakukan penelitian pembuatan
kamaboko ikan mujair dengan penambahan garam (NaCl) dan pati tapioka.
B. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh konsentrasi NaCl dan penambahan tepung tapioka
sebagai bahan pengisi terhadap pembentukan gel ikan mujair yang baik.
2. Mengetahui kombinasi terbaik antara konsentrai NaCl dan penambahan
tepung tapioka untuk menghasilkan gel ikan mujair yang berkualitas baik
dan disukai konsumen.
C. Manfaat Penelitian
1. Sebagai salah satu upaya pengawetan ikan mujair.
2. Meningkatkan nilai ekonomis dan pemanfaatan ikan air tawar (mujair).
3. Sebagai usaha penganekaragaman produk olahan ikan mujair.
4. Memberikan informasi teknologi pengolahan kamaboko ikan mujair.
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ikan Mujair (Tilapia mossambica)
Ikan pada umumnya lebih banyak dikenal daripada hasil-hasil perikanan
lainnya, karena jenis tersebut paling banyak ditangkap dan dikonsumsi.
(Hadiwiyoto, 1984). Berdasarkan asalnya ikan dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu ikan yang berasal dari perikanan laut dan ikan yang berasal dari
perikanan darat. Naruki (1992), menyebutkan bahwa mutu protein ikan dapat
dikatakan tinggi, karena mudah dicerna dan menggandung asam – asam amino
dalam jenis dan jumlah yang relatif sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Ikan mujair merupakan salah satu jenis ikan yang berasal dari perikanan
darat (air tawar) yang paling banyak dibudidayakan, namun mempunyai harga
jual yang relatif rendah. Hadiwiyoto (1984), menyatakan bahwa ditinjau dari segi
rasa dan nilai gizinya, ikan mujair tidak kalah dengan ikan ait tawar lainnya
seperti ikan gurameh. Tabel 1 menunjukkan komposisi kimia ikan mujair.
Tabel 1. Komposisi Kimia Ikan Mujair per 100 gram
Komponen Jumlah
Sumber : Anonymous (1990).
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
Daging ikan terdiri atas paling sedikit 60 elemen (unsur) antara lain adalah
oksigen 75 %, hidrogen 10 %, karbon 9,5 %, nitrogen 2,4-3,0 %, kalsium 1,2-1,5
%, fosfor 0,6-0,8 %, dan sulfur 0,3 %. Unsur-unsur tersebut tidak berdiri
sendiri-sendiri melainkan tersusun dari zat-zat cadangan yang diperlukan untuk hidupnya
ikan dan sangat berguna bagi manusia. Zat-zat tersebut antara lain adalah protein,
lemak, mineral dan vitamin. Daging ikan merupakan sumber protein karena
seperlima bagian merupakan komponen protein. Dari protein dapat diperoleh
asam amino essensial dan non essensial yang sangat diperlukan oleh tubuh
(Hadiwiyoto, 1993).
Protein daging ikan dapat digolongkan tiga group, yaitu protein myofibril,
sarkoplasma dan jaringan ikat (protein stroma). Protein myofibril bersifat sedikit
larut dalam air pada pH netral, tetapi larut dalam larutan garam kuat (NaCl, KCl,
LiCl) pada konsentrasi 0,4 M. Protein myofibril merupakan protein struktural
terdiri dari protein myosin, aktin, aktomiosin dan protein regulasi (troponin,
tropomiosin dan aktinin). Protein myofibril merupakan bagian terbesar dari
protein ikan yaitu 66-77 % dari total protein ikan (Anonymous, 2006).
Protein sarkoplasma (myogen) bersifat larut dalam air tetapi tidak larut
dalam larutan garam. Adanya protein sarkoplasma dalam pembutan kamaboko
akan mempengaruhi proses dalam pembutan gel (ashi) pada pemanasan produk
kamaboko. Protein larut dalam air ini mempengaruhi gel yang terbentuk sehingga
gel menjadi tidak elastis karena selama pemanasan, protein ini mengalami
koagilasi dan melekat bersama-sama protein myofibril. Protein sarkoplasma ini
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair B. Protein Ikan
Kandungan protein pada daging ikan cukup tinggi (20%) dan tersusun oleh
sejumlah asam amino yang berpola mendekati pola kebutuhan asam amino di
dalam tubuh manusia. Dengan demikian, ikan mempunyai Nilai Biologis (NB)
yang tinggi (Liviawaty,1989).
Daging ikan tersusun oleh zat–zat makanan yang sangat berguna untuk
pertumbuhan dan kehidupan makhluk hidup. Seperlima bagian dari tubuh ikan
merupakan komponen protein yang tersusun oleh asam-asam amino yang sangat
diperlukan oleh tubuh manusia, jenis dan jumlah asam amino pada daging ikan
rata-rata sama dengan yang terdapat pada daging sapi, tetapi daging ikan
mempunyai kelebihan kandungan arginin, histidin, lisin,dan sisteinnya lebih
banyak. Daging ikan juga kaya akan lemak yang mengandung asam lemak jenuh
dan asam lemak tak jenuh (Hadiwiyoto,1993).
Protein dikelompokkan berdasarkan kelarutan di dalam air dan larutan
dalam garam menjadi tiga kelompok, yaitu SSP (Salt Soluble Protein), WSP
(Water Soluble Protein) dan stroma protein. Salt soluble protein adalah protein
yang larut dalam larutan encer garam kuat dan tidak larut dalam air murni,
misalnya : aktomiosin, water soluble protein ialah protein yang larut dalam air
murni dan tidak larut dalam larutan garam. Sedangkan protein yang tidak larut
dalam air murni dan tidak larut dalam larutan garam dengan konsentrasi tinggi
ialah kelompok stroma protein (kolagen, elathin, dsb). Selanjutnya berdasarkan
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
protein myofibrilar dan protein jaringan pengikat atau stroma (Rahayu.1992).
Penggolongan protein ikan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 . Penggolongan Protein Ikan Berdasarkan Kelarutannya, Letak dan Tegangan Ionisasinya
Kelarutan Letak Tegangan Nomenklatur
Sangat mudah
> 0,3 Protein struktural, protein miofibrilar Tidak larut air Kebanyakan pada
jaringan pengikat dan dinding sel
> 0,3 Strome, protein jaringan pengikat
Sumber : De Man (1976)
Protein myofibrillar larut dalam larutan garam, terdiri dari miosin dan
aktomiosin. Protein miofibril mempunyai peranan yang sangat besar dalam
pembentukan emulsi, gel dan proses koagulasi. Pada umumnya protein yang larut
dalam larutan garam, efisien sebagai zat pengelmusi dari protein yang larut dalam
air (Hadiwiyoto, 1984)
Daging ikan memiliki jumlah tenunan pengikat yang sangat sedikit dan
tenunan pengikat daging ternak. Oleh karena itu, pemasakan ikan harus
menggunakan suhu pemanasan yang tepat agar proteinnya terkoagulasi dengan
baik dan supaya disajikan segera. Pemanasan yang terlampau lama akan membuat
daging atau protein ikan mengeras. Agar sarinya cukup banyak dan teksturnya
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair C. Kamaboko (Gel Ikan)
Kamaboko merupakan produk hasil olahan daging ikan yang berbentuk
gel, bersifat kenyal dan elastis. Produk ini berasal dari Jepang. Di Indonesia
dikenal produk semacam kamaboko yaitu baso, otak-otak, dan empek-empek
(Anonymous,2006). Dalam Naruki (1992), disebutkan bahwa dalam bentuk segar
kamaboko berupa pasta. Setelah pengukusan ataupun perebusan, produk tersebut
menjadi kenyal mirip bakso.
Menurut Wiley (1991) dalam Mulyani dan Sudaryati (2003), kamaboko
adalah makanan khas Jepang, yang bahan dasarnya adalah ikan, berupa gel protein
yang homogen dan dibuat dengan cara mencuci daging ikan lalu digiling dengan
penembahan garam dan ditambah atau tidak dengan bahan tambahan lain,
selanjutnya dipanaskan dan dipotong-potong.
Protein miofibril dalam daging (terutama aktin dan miosin) memegang
peranan utama dalam pembentukan matrik yang apabila aktin dan myosin
bergabung menjadi senyawa yang disebut aktomiosin dan kemudian akan
mempengaruhi proses pembentukan gel, sehingga akan membentuk tekstur
produk (Fok and Condon, 1982).
Pembentukan gel kamaboko terutama dipengaruhi oleh besarnya
kandungan protein aktomiosin pada daging ikan dan besarnya protein yang dapat
dilarutkan. Selama penanganan, penggilingan dan pembentukan emulsi,
aktomiosin tidak boleh mengalami denaturasi. Oleh karena itu selama proses
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
Pencucian daging ikan dilakukan untuk memisahkan kotoran, lemak,
darah, lendir, protein larut air dan komponen flavor. Pencucian harus dilakukan
berkali-kali dengan menggunakan air dingin (air es) dalam jumlah banyak. Untuk
menghindari pengembangan daging ikan karena menyerap air, maka sebaiknya
digunakan air pencuci dengan pH 6-7 dan pada pencucian terakhir digunakan
larutan NaCl 0,01 – 0,3 persen (Anonymous, 2006).
Garam dan bumbu–bumbu yang lain ditambahkan sebelum penghalusan
dan pemanasan dalam pembuatan kamaboko (Lanier, 1992). Pada pembuatan
adonan kamaboko, ditambahkan garam dapur, pati dan bumbu – bumbu. Garam
ditambahkan pertama kali dan digunakan untuk mengekstrak protein aktomiosin
sehingga terbentuk pasta sol aktomiosin. Selain itu garam juga digunakan sebagai
bumbu untuk menambah cita rasa asin. Garam dapur yang ditambahkan sekitar
2,5 – 3 %. Penggunaan garam yang terlalu banyak menimbulkan rasa asin yang
berlebihan juga menyebabkan denaturasi protein. Penggunaan garam yang terlalu
sedikit menyebabkan tekstur produk kamaboko yang dihasilkan kurang baik
karena ekstraksi protein aktomiosin kurang sempurna. Pati ditambahkan untuk
memperbaiki adonan, meningkatkan daya ikat air, memperkecil penyusutan dan
memperbaiki tekstur. Penggunaan pati berkisar antara 0 – 3 persen (Anonymous,
2006).
Seiring jalannya waktu, banyak jenis kamaboko yang telah dikembangkan.
Jenis-jenis tersebut berbeda pada metode pemanasan, pemotongan dan bahan
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair Tabel 3. Berbagai Jenis Kamaboko
Jenis Karakteristik
Kamaboko kukus
Kamaboko kukus dan panggang
Kamaboko panggaang
Kamaboko rebus
Kamboko goreng
Metode pemanasan
Pasta daging lapis (itatsuki
kamaboko)
Bentuk pipa (chikuwa)
Bentu bola (kamaboko goreng)
Bentuk lembaran (bentuk mie)
Potongan
Tepung kanji
Sayur mayur (kacang hijau, ubi rambat)
Ganggang laut (laminarra)
Lain-lain (kunig telur, putih telur, cumi-cumi, keju, daging)
Bahan tambahan
Sumber: (Wiley, 1991).
Proses kamaboko terdiri tiga tahap, (1) pencucuian daging ikan giling
dengan air (2) digiling dengan garam sampai menjadi pasta daging (3) dipotong
dan dipanaskan (Wiley, 1991) dalam Kusuma (2000).
Pencampuran daging ikan dengan garam dibiarkan beberapa saat atau
dipanaskan sampai temperatur tertentu dimana sol protein myofibrillar
membentuk struktur jaringan dan kembali menjadi gel. Fenomena ini disebut
pengaturan atau “Suwari” dan gelnya disebut “Gel Suwari” (Lanier, 1992)
Yang membedakan karaktreistik kamaboko adalah tekstur elastisnya yang
disebut ashi, yang disebabkan oleh thermal gelasi dari protein daging ikan.
Komponen utama pembentukan ashi adalah protein myofibrillar, seperti myosin
dan actomyosin yang terdapat pada daging ikan. Myosin memainkan peran
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
myofibrillar ikan sekitar 40-70 % dari total protein, sehingga mempengaruhi
kualitas kamaboko (Wiley, 1991) dalam Kusuma (2000).
Baru-baru ini kamaboko tidak hanya menjadi makanan tradisional di
Jepang tetapi juga dikembangkan sebagai makanan rendah kalori yang penuh
nutrisi protein dibeberapa negara. Tabel 4 menunjukkan komposisi bahan kimia
dari berbagai jenis kamaboko dipasaran Jepang.
Tabel 4. Komponen-Komponen Kimia dari Beberapa Macam Kamaboko dalam 100 gr
Sodium klorida (g)
98
Sumber : Wiley (1991)
Ikan-ikan yang dapat digunakan untuk produksi kamaboko haruslah
memiliki sifat seputih mungkin, semurni mungkin, memiliki “gel streght” yang
paling kuat dan harus tersedia dalam jumlah besar dan harga rendah. Sebagai
contoh orang Jepang tidak hanya memperhatikan flavor yang baik saja, tetapi
juga lebih menyukai kamaboko yang bewarna putih dan berelastisitas tinggi
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
Standar mutu kamaboko belum ada secara jelas di dalam SNI, sehingga
syarat mutu kamaboko menggunakan bakso ikan yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Standar Mutu Bakso Ikan
No Kriteria uji Satuan Persyaratan
1
Bahan tambahan makanan Cemaran logam:
Cemaran arsen (As) Cemaran mikroba: Angka lempeng total Bakteri bentuk koli
Salmonella
Sesuai SNI 01-0222-1995
mg/kg
Normal Khas Ikan Gurih
Tidak Boleh Ada
Maks 2,0
Sumber: SNI 01-3819-1995 D. Tepung Tapioka
Tepung tapioka adalah granula pati yang banyak terdapat di dalam sel
ketela pohon. Dalam sel selain pati sebagai karbohidrat yang merupakan bagian
terbesar juga terdapat protein, lemak dan komponen-komponen yang lainnya
dengan jumlah yang relatif sangat sedikit (Makfoeld, 1982) komposisi kimia
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair Tabel 6. Komposisi Kimia Tepung Tapioka
Komposisi Jumlah
Kalori 307,0
Karbohidrat (%) 88,2
Protein (%) 1,1
Lemak (%) 0,5
Air (%) 9,1
Kalsium (mg/100gr) 84,0
Fosfor (mg/100gr) 125,0
Fe (mg/100gr) 1,0
Vitamin B1 (mg/100gr) 0,04
Vitamin C (mg/100gr) 0
Sumber : Anonymous, 1986
Menurut Heid dan Joslyn (1967) pati tapioka tersusun atas 20 % amilosa
dan 80 % amilopektin yang cukup tinggi menyebabkan proses penyerapan air
selama pemasakan juga semakin tinggi. Berdasarkan besar kecilnya air yang
diserap dalam granula pati akan menentukan daya kembang pada saat pemasakan,
semakin tinggi air yang terikat dalam granula pati, semakin besar pula daya
kembang yang dihasilkan.
Tepung tapioka merupakan granula pati yang terdapat dalam sel umbi
ketela pohon. Dalam sel, selain pati sebagai karbohidrat (komponen terbesar) juga
terdapat protein, lemak dan komponen lainnya (Makfoeld, 1982).
Tepung tapioka mempunyai sifat-sifat antara lain sangat jernih, tidak
mudah menggumapal, memiliki daya perekat yang tinggi, tidak mudah rusak atau
pecah dan suhu gelanitasi lebih rendah. Selain itu tepung tapioka mempunyai sifat
lebih mudah menyerap air dan jumlah air yang diserap tergantung temperatur dan
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
Bila pati mentah dimasukkan kedalam air dingin, granula patinya akan
menyerap air dan membengkak. Jumlah air yang terserap dan pembengkakan
terbatas sekitar 30 %. Peningkatan volume granular pati yang terjadi dalam air
pada suhu antara 55-65 °C merupakan pembengkakan yang sesungguhnya dan
setelah pembengkakan ini granular pati dapat kembali pada kondisi semula
(Winarno, 2002).
Pati atau yang disebut tepung tapioka merupakan filler atau sebagai bahan
pengisi. Winarno (2002) menyatakan bahwa pati terdiri dari dua fraksi yang dapat
dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak
terlarut disebut amilopektin. Semakin kecil kandungan amilosa atau semakin
tinggi kandungan amilopektinnya, maka akan semakin lekat. Pati ditambahkan
bertujuan untuk memperbaiki adonan, meningkatkan daya ikat air, memperkecil
penyusutan dan memperbaiki tekstur. Penggunaan pati berkisar antara 0 – 3
persen.
Tepung tapioka biasa digunakan sebagai bahan pengikat, dimana tujuan
dari penggunaan bahan pengikat antara lain :
1. Mengikat air sehingga penyusutan karena proses lebih kecil
2. Menambah volume (substitusi daging) sehingga menurunkan biaya
3. Memperbaiki nilai gizi, bila bahan pengikat yang digunakan merupakan
sumber protein
4. Memperbaiki cita rasa
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair E. Garam Dapur (Natrium Klorida)
Natrium klorida (NaCl) lebih dikenal dengan sebutan garam dapur,
merupakan bahan yang paling umum dan banyak digunakan dalam proses
pengawetan ikan dibanding jenis bahan pengawet lainnya. Garam dapur juga
merupakan bahan pengawet yang paling tua digunakan sepanjang sejarah.
Penambahan garam akan dapat memperbaiki kekuatan gel (gel strength).
Garam akan dibutuhkan untuk mencegah proses denaturasi proteib khususnya
miofibrilar selama proses pendinginan. Efektifitasnya ditentukan oleh hilangnya
ion inorganic pada garam, protein larut dalam air (water soluble protein) dan
komponen non protein dari lembaran daging ikan (Lanier, 1992).
Menurut Wiley (1991), penggilingan daging dengan sodium klorida
(NaCl/Garam dapur) merupakan proses yang penting untuk membentuk gel
kamaboko yang elastis. Garam tidak digunakan sebagai bumbu penyedap, tetapi
menigkatkan kekuatan ion daging untuk melarutkan protein myofbrillar dalam
daging. Konsentrasi garam yang minimum perlu untuk megekstrak protein
myofibrillar daging pada pH 7 sekitar 2 % dari berat daging.
F. Pembuatan Gel Ikan
1. Pemisahan Daging Ikan
Sebagai perlakuan awal pembuatan suatu produk olahan sebagian besar
adalah pengecilan ukuran. Pengecilan ukuran dapat dilakukan dengan
pemotongan atau penggilingan. Sehingga diperoleh bahan dengan ukuran yang
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
Pencucian ikan, pembuangan sisik, dan kulit serta pemotongan kepala dan
pembuanagan isi perut ikan merupakan perlakuan awal pembuatan kamaboko.
Penyayatan ikan dilakukan untuk memperoleh daging ikan. Duri yang terdapat
pada daging ikan dikeluarkan. Pada skala industry yang besar, perlakuan
penyayatan dan pembuanagn duri dikerjakan oleh mesin (Naruki, 1992).
2. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk mengeluarkan garam organik, protein yang
larut dalam air, pigmen dan kontaminasi visceral, bakteri dan produk yang tidak
hancur. Pencucian juga menghilangkan senyawa TMAO (Tri Metyl Amine Oxide)
yang dapat menghancurkan ikatan melintang protein, sehingga mempengaruhi
kestabilan tekstur. TMAO adalah senyawa khas pada daging ikan, pada pasca
mortem, TMAO dirubah menjadi TMA, yang memberikan bau khas ikan busuk.
Pada daging merah terdapat TMAO yang lebih banyak daripada daging putih
(Rahayu, 1992).
3. Penggilingan dan Penambahan NaCl
Penggilingan daging merupakan proses yang penting untuk membentuk
gel kamaboko yang elastis. Soeparno (1992) menyatakan bahwa penggilingan
daging ikan bertujuan untuk memperoleh ukuran partikel yang relatif kecil
sehingga memudahkan proses emulsifikasi dan diperoleh produk yang homogen .
Garam dapur tidak digunakan sebagai bumbu penyedap, tetapi
menigkatkan kekuatan ion daging untuk melarutkan protein myofibrillar dalam
daging. Pada tahap ini sekaligus terjadi proses pelembutan dan pengadukan yang
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
(Siagan, 1998). Desrosier (1988) menyatakan bahwa ketika pencampuran terjadi
maka rantai protein berorientasi pada posisi sejajar. Kondisi tersebut membuat
kemampuan adonan berubah dan memperluhatkan sifat–sifat kehalusan dari
adonan yang tercampur rata. Pencampuran berikutnya menyebabkan lebih banyak
ikatan molekuler yang terputus, adonan menjadi lebih lunak dan lengket.
4. Penambahan Tepung Tapioka dan Serpihan Es
Menurut Wiley (1991), kebanyakan kamaboko yang dijual dipasaran
ditambah 5-20 % tepung kanji untuk memperkuat pembentukan gelnya. Protein
nabati digunakan sebagai bahan tambahan untuk melindungi daya elastisnya serta
untuk meningkatkan volume.
Bahan penting lainnya yang digunakan adalah es atau derpihan es batu. Pada
saat penggilingan ditambahkan es batu sekitar 15-20 % dari berat daging ikan
lumat. Es ini berfungsi mempertahankaan suhu dan menambah air kedalam
adonan (Wibowo, 1998).
5. Pencetakan dan Pengukusan
Menurut Moeljanto (1982), pencetakan dimaksudkan untuk memberi pada
produk sesuai dengan yang dikehendaki, sedangakn pengukusan adalah
pemanasan dengan menggunakan uap panas untuk menmatangkan produk, setelah
air didalam tempat pemanasan mendidih. Perubahan sifat fisik adonan yang
terjadi pada saat pengukusan dapat daiamati dengan terbentuknya gel yang lebih
padat dan elastis. Harris dan Karmas (1982) menyatakan, salah satu tujuan dari
pengukusan adalah menginaktifkan enzim yang menyebabkan perubahan warna,
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
Pasta daging yang sudah dicetak dipanaskan dengan pengukusan.
Pembentukan gel terjadi selama temperatur naik sampai gel kamaboko yang
elastis terbentuk. Temperatur pada bagian akhir pengukusan harus lebih tinggi
dari 70°C selama pemanasan. Kekuatan gel kamaboko akan menurun pada
temperatur diatas 110°C, karena adanya dekomposisi dari rantai-rantai myosin
yang kuat. Setelah pemanasan, kamaboko didingninkan pada temperatur ruangan
dengan kipas angin atau disimpan diruang pendingin (Wiley, 1991) dalam
Kusuma (2000).
G. Analisis Keputusan
Keputusan ialah suatu kesimpulan dari suatu proses untuk memilih
tindakan yang terbaik dari sejumlah alternatif yang ada. Pengambilan keputusn
adalah proses yang mencakp semua pikiran dan kegiatan yang diperlukan guna
membuktikan dan memperlihatkan pilihan terbaik tersebut (Siagin, 1987).
Analisi keputusan pada dasarnya adalah suatu proses prosedur logis yang
kuantitatif yang tidak hanya menerangkan mengenai pengambilan keputusan,
tetapi juga suatu cara unutk membuat keputusan (Mangkusubroto dan Listriani,
1987).
Analisis keputusan adalah untuk memilih alternatif terbaik yang dilakuakn
dengan mengadakn aspek antara kualitas, kuantitas dan aspek finansial dari
produk yang dihasilkan dari tiap kombinasi perlakuan, kemudian ditentukan
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair H. Analisis Finansial
Data-data yang diperoleh dari analisis mutu yagn diuji denga analisi ragam
untuk mengetahui pengaruh perlakuan-perlakuan terhadap gel ikan mujair yang
dihasilkan. Data sekunder berupa harga-harga baik bahan baku maupun produk
gel ikan mujair. Analisis yagn dilakukan meliputi : analisis nilai uang dengan
metode Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Break Even
Point (BEP) dan Payback Period (PP).
1. Break Even Point (BEP)
BEP adalah suatu keadaan tingkat produksi tertentu yang menyebabkan
besarnya biaya produksi keseluruhan sama dengan besarnya nilai/hasil penjualan
atau laba. Jadi padda keadan tersebut perusahaan tidak mengalami kerugian
(Susanto dan Saneto, 1994).BEP dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :
VC P
FC Po
VC FC BEP
Keterangan :
Po = produk pulang pokok/satuan
FC = biaya tetap (Rp)
VC = biaya tidak tetap (Rp)
BEP = titik impas
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
Merupakan selisih antara nilai investasi saat sekarang dengan nilai
penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang. Suatu proyek dapat dipilih jika
NPV lebih besar daripada nol.
3. Payback Period (PP)
Merupakan perhitungan jangka waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan modal yang ditanam pada proyek. Nilai tersebut dapat
berupa prosentase maupun waktu (baik tahun maupun bulan). Payback
period tersebut harus lebih kecil dari nilai ekonomis proyek.
Rumus penentuannya sebagai berikut :
Ab
4. Internal Rate of Return (IRR)
Merupakan tingkat suku bunga yang menyamakan nilai penerimaan
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
dinilai. Dengan pendekatan lain IRR adalah tingkat bunga yang akan
menyebabkan NPV = 0.
I.Landasan Teori
Kamaboko ( gel ikan ) terbuat dari adonan pasta ikan dengan penambahan
NaCl dan tepung tapioka sebagai bahan pengisi. Mutu kamaboko ditentukan oleh
gel yang terbentuk, sebagai hasil jaringan dari senyawaan berstruktur fibrous
(serat). Jaringan tersebut akan membentuk suatu ruang tiga dimensi yang lebih
dikenal dengan jaringan tiga dimensi ( Suhardi,1998 ).
Gel adalah sistem dispersi koloid yang mengandung komponen terdispersi
dan medium dispersi, yang terus meluas sistemnya. Sistem tersebut memiliki
elastisitas yang seimbang (tidak terikat waktu). Gel memiliki tegangan geser yang
statis dan akan mengalami deformasi yang permanen. Mekanisme pembentukan
gel kamaboko dapat dilihat pada Gambar 1.
Keterangan : A = Daging ikan dengan penambahan NaCl 2-3 % B = Pasta ikan (sol aktomiosin)
C = Sel Suwari (60 °C)
D = Madori / pelunakan gel (> 60 °C ) E = Gel kamaboko (> 70 °C)
Gambar 1 . Mekanisme Pembentukan Gel Kamaboko (Lanier, 1992)
50 °C 60 °C > 60ºC > 70 °C
B C D E
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
Gambar A merupakan pencampuran adonan dengan penambahan garam dapur.
Pada adonan ini diharapkan terjadinya emulsi. Pasta ikan (sol aktomiosin) pada
gambar B terbentuk sebagai hasil pengekstrakan protein aktomiosin (Anonymous,
2006).Daya larut protein miofibrilar akan membentuk formasi “cros linking” yang
akan menentukan kualitas gel. Ketika penambahan garam ke pasta adonan dan
pada temperatur ruangan akan terjadi pengentalan dan akhirnya dapat menjadikan
gel elastik. Phenomena ini disebut dengan suwari (Lanier, 1992). Proses ini
terlihat pada gambar C. Modori adalah phenomena gambar D dimana kekuatan
gel akan rusak karena adanya kenaikan suhu pengukusan (Lanier, 1992). Proses
ini juga sering disebut pelunakan gel. Gel kamaboko (ashi) akan terbentuk pada
suhu pemanasan lebih dari 70C, gel ini bersifat kenyal dan elastis (Anonymous,
2006).
NaCl berperan dalam pembuatan gel ikan (kamaboko). NaCl digunakan
untuk mengekstrak protein aktomiosin sehingga terbentuk pasta sol aktomiosin
(Anonymous, 2006). NaCl dapat meningkatkan kekuatan ion daging untuk
melarutkan protein miofibrilar dalam daging. (Suhardi, 1998) juga menyebutkan
bahwa miofibrilar (larut dalam larutan garam) mempunyai kemampuan
mengemulsikan dan menstabilkan emulsi yang lebih besar. Di dalam Lanier, 1992
menyatakan mekanisme pembentukan gel pada surimi dengan penambahan NaCl
terjadi akibat ion - ion hidrat terlarut pada permukaan protein miofibrilar dan
bergabung dengan molekul air.kelarutan protein menghasilkan formasi viskositas
pasta atau gel. Mekanisme penambahan NaCl terhadap struktur protein dapat
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair a
b
c
d
e Pemana
san
Pemana san
Pem anas
an
+ NaCl
80°C
80°C
40°C
Gambar 2 . Mekanisme Formasi Gel Protein Ikan dengan Pemanasan(Lanier, 1992)
Keterangan: a. Pasta daging ikan
b. Pasta Surimi
c. Pemanasan gel tanpa suhu terkontrol
d. Pengaturan gel
e. Pemanasan gel dengan suhu terkontrol
Tepung tapioka yang ditambahkan dalam pembuatan kamaboko berfungsi
sebagai zat pengisi untuk memperbaiki adonan, meningkatkan daya ikat air,
memperkecil penyusutan dan memperbaiki tekstur (Anonymous, 2006). Kekuatan
gel dengan adanya penambahan bahan lain yaitu pati adalah sebagai filler yang
mempunyai efek penguat gel, sehingga dapat memberi kekenyalan.
J. Hipotesis
Diduga terdapat pengaruh nyata antara konsentrasi garam dan konsentrasi
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan,
Analisa Pangan dan Uji Inderawi Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi
Industri, UPN “Veteran” Jawa Timur, mulai bulan Februari 2007 sampai Agustus
2007.
B. Bahan
Bahan yang digunakan adalah ikan mujair segar, garam (NaCl), es batu
atau air es, tepung tapioka.
Bahan yang digunakan untuk analisa meliputi HCl 25 %, Petroleum Eter,
NaOH 45 %, aquades, Etanol 95 %, NaOH 1 N, Asam asetat 1 N, Iod 2 %, K2SO4,
standar, H2SO4, Na2SO4, HgO, Na2S2O3, Petroleum Ether, Kertas saring.
C. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah pisau stainless, pengaduk,
blender, baskom, timbangan listrik, panci stainless, plastik, alat pencetak, alat
pengukus.
Alat yang digunkaan untuk analisa meliputi labu kjeldahl, soxhlet, oven,
botol timbang, timbanagn analitik digital, oven listrik, erlenmeyer, pemanas
listrik, gelas beker, pipet tetes, gelas ukur, buret dan penetrometer.
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair D. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL), pola faktorial dengan 2 faktor. Masing – masing kombinasi
perlakuan diulang sebanyak 2 kali. Faktor pertama yaitu penambahan NaCl yang
terdiri dari 3 level dan faktor kedua yaitu penambahan tepung tapioka yang terdiri
dari 4 level.
1. Variabel berubah terdiri dari dua faktor yaitu:
Faktor I : Penambahan NaCl (% berat)
A1 : 1%
A2 : 2%
A3 :3%
Faktor II : Penambahan Tepung Tapioka (% berat)
D1 : 0%
D2 : 1%
D3 : 2%
D4 : 3%
Sehingga dari kedua faktor diperoleh 12 kombinasi perlakuan, yaitu:
Penambahan Tapioka (%) Penambahan
NaCl(%) D1 D2 D3 D4
A1 A1D1 A1D2 A1D3 A1D4
A2 A2D1 A2D2 A2D3 A2D4
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
Keterangan: A1D1 = Penambahan NaCl 1%, penambahan tepung tapioka 0%
A1D2 = Penambanan NaCl 1%, penambahan tepung tapioka 1%
A1D3 = Penambanan NaCl 1%, penambahan tepung tapioka 2%
A1D4 = Penambanan NaCl 1%, penambahan tepung tapioka 3%
A2D1 = Penambanan NaCl 2%, penambahan tepung tapioka 0%
A2D2 = Penambanan NaCl 2%, penambahan tepung tapioka 1%
A2D3 = Penambanan NaCl 2%, penambahan tepung tapioka 2%
A2D4 = Penambanan NaCl 2%, penambahan tepung tapioka 3%
A3D1 = Penambanan NaCl 3%, penambahan tepung tapioka 0%
A3D2 = Penambanan NaCl 3%, penambahan tepung tapioka 1%
A3D3 = Penambanan NaCl 3%, penambahan tepung tapioka 2%
A3D4 = Penambanan NaCl 3%, penambahan tepung tapioka 3%
Menurut Vincent (1999), perhitungan statistika dengan rumus sebagai
berikut:
Dimana:
Yijk = Nilai pengamatan pada satuan percobaan ku-k yang memperoleh
kombinasi perlakuan ij (taraf ke-i dari faktor I dan taraf ke-j dari
faktor II)
µ = Nilai tengah populasi (rata – rata yang sesungguhnya) αi = Pengaruh aditif ke-i dari faktor I
βj = Pengaruh aditif ke-j dari faktor II
(αβ)ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor I dan taraf ke-j dari faktor II ε = Pengaruh kesalahan (galat dari satuan percobaan ke-k yang
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
2. Variabel tetap
1. Jenis ikan : ikan mujair
2. Berat ikan mujair 50 gr
3. Suhu pengukusan ± 100º C
4. Lama waktu pengukusan 45 menit
5. Berat serpihan es batu 20%
Data yang diperoleh dianalisia dengan analisis ragam untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan perlakuan. Apabila terdapat perbedaan dari perlakuan maka
dilanjutkan dengan Uji Duncant (DMRT) untuk mengetahui perbedaan antar
perlakuan.
E. Parameter
Parameter yang diamati untuk bahan baku meliputi:
1. Kadar air (Sudarmadji,1997)
2. Kadar lemak (Sudarmadji, 1984)
3. Kadar protein metode Kjeldahl (Sudarmadji, 1984)
Parameter yang diamati untuk produk gel ikan mujair meliputi:
1. Kadar air (Sudarmadji, 1997)
2. Kadar lemak (Sudarmadji, 1984)
3. Kadar protein metode Kjeldahl (Sudarmadji, 1984)
4. Rendemen (Hartanti, dkk. 2003)
5. Tekstur (Yuwono,1998)
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
7. Uji organoleptik (Hedonic Scale Scoring) meliputi : bau, rasa dan tekstur
(1988).
F. Prosedur penelitian
1. Ikan mujair segar, dilakukan penyiangan dengan mengeluarkan isi perut
dan insang. Kemudian dicuci sampai bersih
2. Kepala ikan mujair dipotong dan dilakukan pemisahan daging dari kulit
dan duri ikan (pembuatan filet).
3. Daging filet dicuci untuk menghilangkan sisa-sisa darah, lemak yang
dapat menyebabkan warna dan bau yang tidak disukai.
4. Daging filet digiling dengan menggunakan blender
5. Daging giling ditambah garam dengan perbandingan 1 %, 2 %, 3 % dan
tepung tapioka 0 %, 1 %, 2 %, 3 % dan serpihan es 20 %.
6. Dilakukan pencetakan
7. Pengukusan dengan suhu ± 100º C dengan waktu pengukusan selama 45
menit.
8. Terakhir dilakukan pendinginan.
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
1500 gr ikan segar
Pembuatan filet Penyiangan
Pencucian
Pencucian
Penirisan
Penggilingan daging
Penimbangan 50 gr & pencampuran bumbu
Pencetakan
Pengukusan 45 menit, suhu > 70ºC
Pendinginan suhu kamar Selama 1 jam
Kamaboko
NaCl (1%, 2%, 3%)
Tepung Tapioka (0%, 1%, 2%, 3%)
Analisa : - kadar air - kadar lemak - kadar protein - rendemen - tekstur - WHC
- uji organoleptik Analisa bahan baku :
- kadar air - kadar protein - kadar lemak
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa yang dilakukan pada penelitian ini dimulai dari analisa bahan baku dan
analisa kamaboko ikan mujair yang dihasilkan yang terdiri dari analisa fisik, kimiawi
dan organoleptik. Analisa dilanjutkan dengan analisa keputusan dan finansial yang
didasarkan pada segi ekonomis apabila produk ini digunakan sebagai produk industri.
A. Hasil Analisa Bahan Awal
Pada pembuatan kamaboko ikan mujair ini dilakukan analisa terhadap bahan
awal daging ikan mujair. Hasil analisa bahan awal daging ikan mujair dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7. Komposisi Daging Ikan Mujair tiap 100 gr
Komposisi Jumlah Kadar Air
Kadar Protein Kadar Lemak
71 % 18,3 %
0,8 %
Keterangan : Nilai komposisi kadar air, protein dan lemak ikan mujair.
Dari Tabel 7. dapat diketahui bahwa hasil analisa bahan awal daging ikan
mujair mengandung air 71%, protein 18,3%, dan lemak 0,8%. Menurut Anonymous
(1990), kadar protein, lemak dan air daging ikan mujair masing–masing adalah 18,7
%, 1 % dan 79,7 %.
Perbedaan kandungan komposisi daging ikan mujair disebabkan karena
perbedaan daerah hidup ikan, jenis pakan yang digunakan, musim, umur ikan dan
jenis kelamin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hadiwiyoto (1992), faktor yang
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
berpengaruh terhadap komposisi kimiawi daging ikan meliputi umur ikan, jenis ikan,
jenis kelamin, kehidupan ikan, musim dan jenis makanan yang tersedia.
B. Produk Kamaboko Ikan Mujair 1. Rendemen
Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 3), menunjukkan bahwa antara
perlakuan penambahan NaCl dan penambahan tepung tapioka terdapat interaksi yang
nyata (p≤0,05) terhadap rendemen kamaboko ikan mujair . Masing-masing faktor
berpengaruh nyata terhadap kamaboko ikan mujair. Nilai rata-rata rendemen
kamaboko ikan mujair dengan perlakuan penambahan NaCl dan penambahan tepung
tapioka dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Nilai Rata-rata Rendemen Kamaboko Ikan Mujair dengan Perlakuan Penambahan NaCl dan Tepung Tapioka.
Perlakuan
NaCl Tapioka
Rendemen
(%) Notasi DMRT 5 %
1% 0% 83,673 ab 2,2104
1% 84,709 b 2,2091
2% 84,866 b 2,2078
3% 84,917 b 2,2015
2% 0% 85,846 b 2,1951
1% 86,275 b 2,1824
2% 89,118 c 2,1634
3% 91,000 cd 2,1380
3% 0% 92,939 de 2,1000
1% 94,059 ef 2,0429
2% 94,118 ef 1,9541
3% 95,192 f -
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai rata-rata rendemen kamaboko ikan mujair
berkisar antara 83,673% - 95,192%. Perlakuan penambahan NaCl 1% dan tepung
tapioka 0% (A1D1) menunjukkan rendemen terendah (83,673%), sedangkan
perlakuan penmabahan NaCl 3% dan penambahan tepung tapioka 3% (A3B4)
menunjukkan rendemen tertinggi (95,125%).
Hubungan antara rendemen yang didapatkan dengan perlakuan penamabahan
NaCl dan penambahan tepung tapioka dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Pengaruh Antara Perlakuan Penambahan NaCl dan Tepung Tapioka Terhadap Rendemen Kamaboko Ikan Mujair.
Gambar 2. menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan NaCl dan
semakin tinggi penambahan tepung tapioka akan dapat meningkatkan rendemen
kamaboko ikan mujair. Hal ini disebabkan karena NaCl mempunyai daya ikat air
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
yang dapat meningkatkan berat produk, sesuai dengan pernyataan (Raharjo, 1996)
kemampuan gel yang terbentuk dari bahan pengikat NaCl mampu menahan keluarnya
cairan daging selama proses pemasakan. Lanier, 1992 menyatakan penambahan NaCl
mengakibatkan ion - ion hidrat terlarut pada permukaan protein miofibrilar dan
bergabung dengan molekul air. Demikian juga semakin banyak tepung tapioka yang
ditambahkan maka semakin meningkatkan kandungan pati, hal ini menyebabkan total
padatan semakin tinggi dan produk yang diperoleh semakin berat, sehingga rendemen
yang diperoleh semakin besar. Hal ini didukung oleh pendapat Master (1978), bahan
pengisi yang digunakan pada proses pengolahan pangan dapat meningkatkan total
padatan bahan, sehingga rendemen yang di[peroleh lebih besar.
2. Kadar Air
Hasil analisis ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa perlakuan
penambahan NaCl dan tepung tapioka terdapat interaksi yang nyata (p≤0,05). Masing
– masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap kadar air kamaboko ikan mujair yang
dihasilkan. Nilai rata–rata kadar air kamaboko ikan mujair dengan penambahan NaCl
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair Tabel 9. Nilai Rata-rata Kadar Air Kamaboko Ikan Mujair dengan Perlakuan
Penambahan NaCl dan Tepung Tapioka
Perlakuan
NaCl Tapioka Kadar Air % Notasi DMRT 5 %
1% 0% 63,1400 a 0,5142
1% 63,8250 a 0,5139
2% 64,1300 b 0,5136
3% 64,1400 c 0,5121
2% 0% 64,7700 d 0,5107
1% 65,0750 de 0,5077
2% 65,0800 de 0,5033
3% 65,2350 de 0,4974
3% 0% 65,3150 e 0,4885
1% 66,6600 f 0,4752
2% 66,9300 f 0,4546
3% 67,0500 f -
Keterangan : nilai rata-rata yang disertai dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata.
Berdasarkan Tabel 9. diketahui bahwa kadar air kamaboko ikan mujair antara
63,1400% - 67,0500%. Perlakuan penambahan NaCl 3 % dan tepung tapioka 3 %
memberikan nilai tertinggi (A1D4), dan pada penambahan NaCl 1 % dan tepung
tapioka 0 % memberikan nilai kadar air terendah (A1D1). Hubungan penambahan
NaCl dan tepung tapioka terhadap kadar air kamaboko ikan mujair dapat dilihat pada
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
Linear (2) Linear (3) Linear (1) Linear (4)
Gambar 5. Pengaruh Antara Perlakuan Penambahan NaCl dan Tepung Tapioka Terhadap Kadar Air Kamaboko Ikan Mujair.
Gambar 5. menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan NaCl dan
semakin tinggi penambahan tepung tapioka akan dapat meningkatkan kadar air
kamaboko ikan mujair. Hal ini disebabkan karena NaCl mempunyai daya ikat air, dan
semakin banyak tepung tapioka yang ditambahkan maka pati yang ditambahkan akan
semakin banyak, pati mempunyai gugus hidroksil yang dapat mengikat air dalam
daging ikan.
Hal ini didukung oleh Meyer (1982) yang menyatakan bahwa dalam larutan
elektrolit (NaCl) cenderung mengikat air dan bersaing dengan protein mengakibatkan
sebagian air terikat oleh Na+. Winarno (1992) menyatakan, molekul air yang terikat
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
Molekul air membentuk hidrat dengan moekul–molekul lain yang mengandung
atom–atom O dan N seperti karbohidrat, protein atau garam, molekul air tersebur
merupakan air terikat kuat.
3. Kadar Protein Total
Hasil analisis ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa antara perlakuan
penambahan NaCl dan tepung tapioka tidak terdapat interaksi yang nyata terhadap
kadar protein kamaboko ikan mujair. Pada perlakuan penambahan NaCl tidak
terdapat pengaruh yang nyata terhadap kadar protein kamaboko ikan mujair,
demikian juga pada perlakuan penambahan tepung tapioka tidak terdapat pengaruh
yang nyata terhadap kadar protein kamaboko ikan mujair. Nilai rata–rata kadar
protein kamaboko ikan mujair pada masing–masing perlakuan dapat dilihat pada
Tabel 10 dan 11.
Tabel 10. Nilai Rata-rata Kadar Protein Total dengan Perlakuan Penambahan NaCl Terhadap Kamaboko Ikan Mujair
Perlakuan
NaCl Rata-rata kadar protein (%) Notasi DMRT 5 %
1% 15,255 a 0,0250
2% 15,250 a 0,0239
3% 15,248 a -
Keterangan : nilai rata-rata yang disertai dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata.
Tabel 10. menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan NaCl akan
menurunkan kadar protein kamaboko ikan mujair, namun secara perhitungan statistik
tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini disebabkan karena NaCl berfungsi
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
menjadi lebih kompak, sehingga protein total relatif tetap. Hal ini sesuai dengan
pernyataan (Wiley dalam Mulyani, Sudaryati. 1991), NaCl dapat melarutkan protein
miofibrilar dalam daging ikan untuk pembuatan gel, sehingga protein menjadi lebih
kuat dan kompak.
Tabel 11. Nilai Rata-rata Kadar Protein Total dengan Perlakuan Penambahan Tepung Tapioka Terhadap Kamaboko Ikan Mujair
Perlakuan
tapioka Rata-rata kadar protein (%) Notasi DMRT 5 %
1% 15,2617 a 0,0257
0% 15,2533 a 0,0250
3% 15,2483 a 0,0239
2% 15,2417 a -
Keterangan : nilai rata-rata yang disertai dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata.
Tabel 11. menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan tepung tapioka
akan menurunkan kadar protein kamaboko ikan mujair, namun secara statistik tidak
berpengaruh nyata. Hal ini disebabkan karena kadar protein dalam tepung tapioka
sangat rendah, sehingga penambahan tepung tapioka berpengaruh nyata terhadap
kadar protein kamaboko ikan mujair.
Menurut Siswanto (2000), penurunan kadar protein ini disebabkan karena
rendahnya kadar protein dari tepung tapioka yaitu sekitar 1 % dibandingkan dengan
kandungan protein pada daging, sehingga dengan semakin banyak tepung tapioka
yang ditambahkan menyebabkan konsentrasi protein dari campuran daging dengan
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair 4. Kadar Lemak
Hasil analisis ragam (Lampiran 6) menunjukkan bahwa antara perlakuan
penambahan NaCl dan tepung tapioka tidak terdapat interaksi yang nyata terhadap
kadar lemak kamaboko ikan mujair, akan tetapi masing–masing perlakuan
berpengaruh nyata terhadap kadar lemak kamaboko ikan mujair. Nilai rata–rata kadar
lemak kamaboko ikan mujair pada masing–masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel
12 dan 13.
Tabel 12. Nilai Rata-rata Kadar Lemak dengan Perlakuan Penambahan NaCl Terhadap Kamaboko Ikan Mujair
Perlakuan NaCl Rata-rata kadar lemak (%) Notasi DMRT 5 %
1% 0,5496 a 0,0662
2% 0,5235 a 0,0633
3% 0,4181 b -
Keterangan : nilai rata-rata yang disertai dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata.
Tabel 12. menunjukkan bahwa semakin tinggi NaCl, maka kadar lemak pada
kamaboko ikan mujair akan turun. Hal ini disebabkan karena dengan penambahan
NaCl semakin banyak akan menyebabkan protein sebagai (emulsifier) akan
membentuk matriks tiga dimensi, sehingga akibatnya lemak akan terlepas dari sistem
emulsi. Dengan adanya proses pengolahan sehingga terjadi kontak lemak dengan
oksigen menyebabkan lemak teroksidasi dan terurai menjadi rantai karbon yang lebih
pendek, sehingga mudah larut.
Ketaren (2005), menyatakan proses oksidasi terjadi karena adanya oksigen
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
Adanya air akan mempercepat pembentukan peroksida dari persenyawaan asam
lemak tidak jenuh.
Menurut Winarno (1995), molekul lemak yang mengandung radikal asam
lemak tidak jenuh mengaliami oksidasi, kemudian radikal itu dengan O2 membentuk
peroksida aktif yang dapat membentuk hidroperoksida yang bersifat sangat tidak
stabil dan mudah pecah menjadi senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek
oleh energi panas. Senyawa-senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek ini
adalah aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas.
Anonymous (2006), menyatakan pada pembuatan adonan (emulsi)
ditambahkan garam dapur untuk mengekstrak protein aktomiosin. Menurut Dickinson
(1982) kerusakan emulsifier akan menyebabkan komponen terdispersi keluar dari
sistem emulsi.
Tabel 13. Nilai Rata-rata Kadar Lemak dengan Perlakuan Penambahan Tapioka Terhadap Kamaboko Ikan Mujair.
Perlakuan Tapioka Rata-rata Kadar Lemak
(%) Notasi DMRT 5 %
0% 0,5663 a 0,0680
1% 0,5242 b 0,0662
2% 0,4642 c 0,0633
3% 0,4337 d -
Keterangan : nilai rata-rata yang disertai dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata.
Tabel 13. menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan tepung tapioka
akan menurunkan kadar lemak kamaboko ikan mujair. Hal ini disebabkan karena
semakin tinggi penambahan tepung tapioka akan mengurangi porposi lemak dari ikan
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
Hal ini didukung oleh Siswanto (2000), semakin banyak tepung tapioka yang
ditambahkan menyebabkan konsentrasi lemak dari campuran daging dengan tepung
tapioka semakin rendah.
5. WHC ( Water Holding Capacity)
Hasil analisis ragam (Lampiran 7) menunjukkan bahwa antara perlakuan
penambahan NaCl dan tepung tapioka terdpat interaksi yang nyata (p < 0,05)
terhadap WHC kamaboko ikan mujair yang dihasilkan. Demikian juga
masing-masing perlakuan terdapat pengaruh yang nyata terhadap WHC kamaboko ikan
mujair yang dihasilkan. Nilai rata – rata WHC kamaboko ikan mujair dengan
perlakuan penambahan NaCl dan tepung tapioka dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Nilai Rata-rata Jumlah Air yang Keluar Pada Kamaboko Ikan Mujair dengan Perlakuan NaCl dan Tepung Tapioka
Perlakuan
NaCl Tapioka WHC(%) Notasi DMRT 5 %
1% 0% 78.550 a 1.1241
1% 78.860 a 1.1234
2% 79.110 b 1.1228
3% 80.740 bg 1.1196
2% 0% 81.210 bg 1.1163
1% 82.680 cg 1.1099
2% 84.015 dg 1.1002
3% 84.590 eg 1.0873
3% 0% 85.655 fg 1.0679
1% 88.920 g 1.0389
2% 90.510 g 0.9937
3% 91.120 g 0
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
Berdasarkan Tabel 14. diketahui bahwa nilai jumlah air yang keluar antara
78,550% - 91,120%. Perlakuan penambahan NaCl 3% dan tepung tapioka 3%
memberikan nilai jumlah air yang keluar semakin rendah, hal ini berarti nilai WHC
semakin tinggi. Dan pada perlakuan penambahan NaCl 1% dan tepung tapioka 0%
memberikan nilai jumlah air yang keluar semakin tinggi, hal ini berarti nilai WHC
paling rendah. Hubungan penambahan NaCl dan tepung tapioka terhadap nilai
jumlah air yang keluar kamaboko ikan mujair dapat dilihat pada gambar 6.
y = 5.19x + 75.103
Linear (3) Linear (2)
Linear (1) Linear (0)
Gambar 6. Hubungan Antara Perlakuan Penambahan NaCl dan Tapioka Terhadap Nilai WHC Kamaboko Ikan Mujair.
Gambar 6. menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan NaCl dan
semakin tinggi penambahan tapioka maka jumlah air yang keluar semakin rendah dan
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
akan menyebabkan air terikat dan semakin banyak pati maka akan dapat mengikat air,
karena pati mempunyai gugus hidroksil yang dapat mengikat air, dengan demikian
akan meningkatkan nilai WHC.
Hal ini didukung oleh pernyataan Meyer (1982) bahwa larutan elektrolit
(NaCl) cenderung mengikat air dan bersaing dengan protein mengakibatkan sebagian
air terikat oleh ion Na+. Winarno (1992) menyatakan bahwa pati mempunyai gugus
hidroksil yang dapat mengikat air. Air yang diserap oleh pati yaitu air terikat kuat.
6. Tekstur
Hasil analisis ragam (Lampiran 8) menunjukkan bahwa antara perlakuan
penambahan NaCl dan tepung tapioka terdapat interaksi yang nyata (p≤0,05) terhadap
tekstur kamaboko ikan mujair yang dihasilkan. Demikian juga pada masing–masing
perlakuan terdapat pengaruh yang nyata terhadap tekstur kamaboko ikan mujair. Nilai
rata–rata kamaboko ikan mujair dengan perlakuan NaCl dan tepung tapioka dapat
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair Tabel 15. Nilai Rata-rata Tekstur Kamaboko Ikan Mujair dengan Perlakuan
Penambahan NaCl dan Tepung Tapioka
Perlakuan
NaCl Tapioka
Tekstur
mm/gr dt Notasi DMRT 5 % 1% 0% 4,462 a 0,2989
1% 4,126 b 0,2988
2% 3,822 c 0,2986
3% 3,810 c 0,2977
2% 0% 3,704 c 0,2969
1% 3,681 c 0,2952
2% 3,640 c 0,2926
3% 3,564 c 0,2892
3% 0% 3,406 de 0,2840
1% 3,121 de 0,2763
2% 2,901 e 0,2643
3% 2,529 e -
Keterangan : nilai rata-rata yang disertai dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata.
Berdasarkan Tabel 15. diketahui bahwa tekstur kamaboko ikan mujair bernilai
antara 2,529 mm/gr dt - 4,462 mm/gr dt. Perlakuan penambahan NaCl 1 % dan
tepung tapioka 0 % memberikan nilai tekstur tertinggi, dan pada perlakuan
penambahan NaCl 3 % dan tepung tapioka 3 % memberikan nilai tekstur terendah.
Hubungan penambahan NaCl dan tepung tapioka terhadap tekstur kamaboko ikan
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair Gambar 7. Pengaruh Antara Perlakuan Penambahan NaCl dan Tepung
Tapioka Terhadap Tekstur Kamaboko Ikan Mujair.
Gambar 7. menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan NaCl dan
semakin tinggi penambahan tepung tapioka maka kekuatan gel akan semakin rendah.
Hal ini disebabkan karena semakin tinggi penambahan NaCl maka tekstur yang
dihasilkan semakin kenyal, sebagai akibat dari pembentukan gel oleh aktomiosin dan
semakin tinggi penambahan tepung tapioka akam meningkatkan daya gelatinisasi pati
dengan adanya air dan panas. Dengan demikian akan terbentuk tekstur yang (kenyal).
Hal ini didukung dengan pernyataan Marliyati (1992), bahwa tepung tapioka
sebagai bahan pengikat dapat memperbaiki tekstur, akan tetapi penggunaan yang
berlebihan akan menyebebkan tekstur menjadi kenyal.
y = -0.6408x + 4.5822
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair 7. Kadar Protein Terlarut
Hasil analisis ragam (lampiran 9) menunjukkan bahwa antara perlakuan
penambahan NaCl dan tepung tapioka tidak terdapat interaksi yang nyata terhadap
kadar protein terlarut kamaboko ikan mujair. Pada perlakuan penambahan NaCl
terdapat pengaruh yang nyata terhadap kadar protein terlarut ikan mujair, akan tetapi
pada perlakuan penambahan tepung tapioka tidak terdapat pengaruh yang nyata
tergadap kadar protein kamaboko ikan mujair. Nilai rata – rata kadar protein
kamaboko ikan mujair pada masing – masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 16
dan 17.
Tabel 16. Nilai Rata – Rata Kadar Protein Terlarut Dengan Perlakuan Penambahan NaClTerhadap Kamaboko Ikan Mujair.
Perlakuan NaCl Rata – rata Kadar Protein
Terlarut (%) Notasi DMRT 5%
1% 3.3375 a 0.2041
2% 3.2100 b 0.1953
3% 3.0188 bc
Keterangan : nilai rata – rata yang disertai dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata
Tabel 16. menunjukkkan bahwa semakin tinggi penambahan NaCL akan
menurunkan kadar protein terlarut kamaboko ikan mujair. Hal ini disebabkan karena
ion Na+ dalam NaCl saling bersaing untuk mengikat ion air, sehingga protein sukar
terlarut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Meyer (1991), larutan elektrolit cenderung
mengikat air dan bersaing dengan protein, akibatnya air dari protein sebagian akan
terikat oleh ion Na+. Keadaan ini mengakibatkan daya tarik molekul dari protein
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair
Dengan demikian semakin tinggi kadar garam yang digunakan akan semakin rendah
protein terlarut yang dihasilkan.
Tabel 17. Nilai Rata – Rata Kadar Protein Terlarut Dengan Perlakuan Penambahan Tepung Tapioka Terhadap Kamaboko Ikan Mujair.
Perlakuan NaCl Rata – rata Kadar Protein
Terlarut (%) Notasi DMRT 5%
0% 3.2800 a 0.2098
1% 3.2000 a 0.2041
2% 3.1500 a 0.1953
3% 3.1250 a
Keterangan : nilai rata – rata yang disertai dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata
Tabel 17. menunjukkann bahwa semakin tinggi penambahan tepung tapioka
akan menurunkan kadar protein terlarut ikan mujair, namun secara statistik tidak
berpengaruh nyata. Hal ini disebabkan karena tepung tapioka yang ditambahkana
hanya berfungsi sebagai bahan pengisi, sehingga hanya berperan pada pengikatan
partikel daging dan bahan – bahan lain hingga menghasilkan gel kamaboko. Hal ini
sesuai dengan pernyataan (Amertaningtyas, 2000) proses pembentukan gel,
dipengaruhi oleh bahan – bahan yang digunakan seperti pati, daging, air serta
pemanasan. Penambahan pati pada adonan dan adanya panas selama pemansan, akan
menimbulkan terjadinya gelatinisasi. Koswara (1992) menyatakan bahan pengikat
biasanya ditambahkan dalam suatu adonan untuk membentuk struktur yang stabil
pada produk akhir. Bahan pengikat tersebut berupa terigu, tepung beras, tapioka, dan
K ajian Penambahan N acl dan Tepung Tapioka pada Pembuat an K amaboko I kan M ujair C. Uji Organoleptik
Sifat organoleptik adalah sifat bahan yang dinilai dengan menggunakan indera
manusia, yaitu indera penglihatan, pembau, dan perasa. Sifat organoleptik kamaboko
yang diuji meliputi rasa, aroma dan tekstur menggunakan uji hedonic dengan
dianalisa menggunakan metode Friedman.
1. Rasa
Berdasarkan uji Friedman (Lampiran 10) menyatakan perlakuan penambahan
NaCl dan tepung tapioka berpengaruh nyata terhadap rasa kamaboko berbeda nyata
(p ≤0,05). Jumlah rangking kesukaan panelis dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Jumlah Rangking Uji Kesukaan Rasa Kamaboko Ikan Mujair
Perlakuan
NaCl Tapioka Jumlah Rangking Rasa
1% 0% 148,5
1% 119
2% 83,5
3% 162
2% 0% 112,5
1% 130,5
2% 103
3% 127
3% 0% 81
1% 99
2% 72
3% 66,5
Ket: Semakin besar rangking semakin disukai.
Berdasarkan Tabel 18. menunjukkan bahwa perlakuan yang mempunyai nilai
rangking paling tinggi yaitu pada perlakuan penambahan NaCl 1% dan tepung