• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V Sekolah Dasar"

Copied!
301
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

KOMPETENSI DASAR 2.5 MENYELESAIKAN MASALAH

YANG BERKAITAN DENGAN WAKTU, JARAK DAN

KECEPATAN UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Maria Sekar Palupi

NIM: 131134166

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

KOMPETENSI DASAR 2.5 MENYELESAIKAN MASALAH

YANG BERKAITAN DENGAN WAKTU, JARAK DAN

KECEPATAN UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Maria Sekar Palupi

NIM: 131134166

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu memberikan rahmat kesehatan, pertolongan, dan selalu mendampingi dalam penyusunan skripsi ini.

2. Kedua orang tua yang saya cinta dan sayang, FX. Sudiman dan Valentina Puji Hastuti yang selalu mendoakan, mendampingi, memberikan semangat dan dukungan.

3. Robertus Dewangga Adi Wardana yang selalu memberikan segala perhatian, kasih sayang, semangat, dan doa.

4. Sahabat-sahabatku, Irene Dewi P.A, Mariyah, Ramadhani Eni, Julison, Carissa, Priscilia, Hary W, Iswan dll yang selalu mendukung untuk menyelesaikan skripsi.

5. Teman-teman sepayung yang selalu memberikan dukungan. 6. Almamater Universitas Sanata Dharma.

(6)

v MOTTO

“Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku.”

(Mazmur 138: 7a)

“Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburanMu

menyenangkan jiwaku.”

(Mazmur 94:19)

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu, carilah, maka kamu

akan mendapat, ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.”

(Matius 7:7)

“Gunakan waktu sebijak mungkin, karena waktu tidak akan

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar refrensi sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 14 Desember 2016

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Maria Sekar Palupi

Nomor Mahasiswa : 131134166

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR 2.5 MENYELESAIKAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN WAKTU, JARAK DAN KECEPATAN UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR”

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, meengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap tercantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 14 Desember 2016 Yang menyatakan

(9)

viii

ABSTRAK

Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar 2.5 Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Waktu, Jarak Dan

Kecepatan Untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Maria Sekar Palupi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Soal yang berkualitas baik adalah soal yang sudah teruji validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan pengecoh. Penelitian ini berangkat dari adanya potensi dan masalah yaitu guru membutuhkan contoh tes hasil belajar matematika yang berkualitas baik karena guru kesulitan dan tidak mempunyai waktu yang cukup untuk membuat tes hasil belajar yang berkualitas baik. Berdasarkan potensi dan masalah tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan tes hasil belajar matematika. Tujuan dari penelitian dan pengembangan ini adalah untuk (1) mengembangkan tes hasil belajar yang berkualitas baik dan (2) mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Prosedur pengembangan dan penelitian produk tes hasil belajar matematika ini berdasarkan modifikasi dari model Borg and Gall. Terdapat 10 langkah prosedur penelitian dan pengembangan yang dikemukakan oleh Borg and Gall. Penelitian dan pengembangan hanya dilakukan hingga langkah ke 7 dari 10 langkah prosedur pengembangan yaitu (1) potensi masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk. Subjek penelitian ini terdiri dari 60 siswa kelas V A, V B, dan V C SDN Perumnas.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kualitas produk tes hasil belajar matematika setelah dianalisis menggunakan TAP (Test Analysis Program) didapatkan hasil 33 butir soal kategori valid. Hasil analisis reliabilitas soal tipe A sebesar 0,732 termasuk ke dalam kriteria tinggi, soal tipe B sebesar 0,749 termasuk ke dalam kriteria tinggi. Analisis daya pembeda diperoleh hasil 33 butir soal diterima dan 1 butir soal direvisi. Analisis tingkat kesukaran pada 33 butir soal tersebut meliputi 14 soal (42,42%) sukar dan 19 soal (57,58%) sedang. Analisis pengecoh diperoleh 97 option berfungsi sedangkan 2 option pengecoh tidak berfungsi dan dilakukan revisi.

(10)

ix

ABSTRACK

Development Of The Test Results Of The Competency Learning Math Basic 2.5 To Resolve Problems Related To Time, Speed And Distance F or Grade V

Primary School enough time to make the test results of the study are of good quality. Based on the potential and the problems, researchers encouraged to undertake research and development of test results of learning math. The purpose of this research and development is to (1) develop the test outcomes of the study are of good quality and (2) describe the quality of the test outcomes of the learning of mathematics.

The type of research used in this resea rch is the research and development (R&D). Product research and development procedures tests outcomes of learning math is based on the modification of the model of the Borg and Gall. There are a 10-step procedure research and development advanced by the Borg and Gall. Research and development is only done up to step 7 of the 10 steps of procedure development namely (1) the potential problems, (2) data collection, (3) product design, (4) design validation, (5) revision of design, (6) testing products, (7) product revision. Research and development are only done up to step 7. The subject of this research consists of 60 students of classes V A, V B, and V C SDN Perumnas. The finding presented that the product quality of mathematic learning outcomes after analyzed by TAP (Test Analysis Program) obtained 33 valid question items. The reliability result of question type A was about 0,732 indicated as high criteria; question type B was about 0,749 indicated as high criteria. Analysis of different power obtained 33 accepted question items and 1 revised question item. Analysis the level of difficulties in 33 question items encompassed 14 questions (42,42%) were difficult and 19 questions (57,58%) were medium. Analysis of destructor obtained 97 functioned options while 2 destructor options did not work and conducted revision.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar 2.5

Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Waktu, Jarak Dan Kecepatan

Untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, yang memberikan rahmat kesehatan dan kelancaran selama proses penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

2. Rohadi, Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si, M.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Kaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(12)

xi

6. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Dosen ahli matematika Universitas Sanata Dharma yang telah bersedia menjadi validasi ahli sehingga produk dalam skripsi ini menjadi lebih baik. 8. Bapak D.H.S, Bapak E, dan Ibu N.D, selaku validator guru yang telah bersedia menjadi validasi sehingga produk dalam skripsi ini menjadi lebih baik.

9. Kepala Sekolah SD Negeri Perumnas Condongcatur yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

10.Wali kelas V A, V B, dan V C beserta keluarga besar SD Negeri Perumnas Condongcatur yang telah memberikan dukungan dan telah membantu selama proses penelitian.

11.Siswa kelas V A, V B, dan V C SD Negeri Perumnas Condongcatur yang telah bersedia membantu dan melancarkan proses penelitian.

12.Kedua orangtua FX. Sudiman dan V. Puji Hastuti yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan.

13.Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih untuk semangat, dukungan dan bantuannya.

(13)

xii

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kesalahan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi pembaca.

Yogyakarta, 14 Desember 2016

(14)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 4

(15)

xiv

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Batasan Istilah ... 7

G. Spesifikasi Produk ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Kajian Pustaka ... 11

1. Tes Hasil Belajar ... 11

a. Definisi Tes ... 11

b. Jenis Tes ... 13

c. Definisi Belajar ... 15

d. Ciri-ciri Belajar ... 17

e. Definisi Hasil Belajar ... 19

f. Jenis-jenis Hasil Belajar ... 20

g. Definisi Tes Hasil Belajar ... 20

h. Bentuk Tes Hasil Belajar ... 21

2. Tes Pilihan Ganda... 25

a. Definisi Tes Pilihan Ganda ... 25

b. Kaidah Penulisan Tes Tipe Pilihan Ganda ... 26

c. Kelebihan dan Kelemahan Tes Tipe Pilihan Ganda ... 30

3. Konstruksi Tes Hasil Belajar ... 36

a. Validitas ... 36

(16)

xv

c. Karakteristik Butir Soal ... 40

4. Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 44

5. Karakteristik Tes yang Baik ... 52

6. Taksonomi Bloom ... 56

7. Matematika ... 59

a. Devinisi Matematika ... 59

b. Tujuan Umum Pendidikan Matematika ... 61

8. Kompetensi Dasar ... 62

B. Penelitian yang Relevan ... 63

C. Kerangka Berpikir ... 69

D. Pertanyaan Penelitian ... 70

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 72

A. Jenis Penelitian ... 72

B. Setting Penelitian ... 76

1. Tempat Peenelitian ... 77

2. Waktu Penelitian ... 77

3. Subjek Penelitian ... 77

4. Objek Penelitian ... 77

C. Prosedur Penelitian ... 77

D. Teknik Pengumpulan Data ... 82

1. Wawancara ... 82

(17)

xvi

3. Tes ... 84

E. Instrumen Penelitian... 84

1. Pedoman Wawancara ... 85

2. Kuesioner ... 87

3. Tes ... 88

F. Teknik Analisis Data ... 91

1. Analisis Data Kualitatif ... 91

2. Analisis Data Kuantitatif ... 91

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 100

A. Hasil Penelitian ... 100

1. Prosedur Pengembangan Tes ... 100

a. Potensi dan Masalah ... 100

b. Pengumpulan Data ... 101

c. Desain Produk ... 102

d. Validasi Desain ... 102

e. Revisi Desain ... 103

f. Uji Coba Produk ... 104

g. Revisi Produk ... 105

2. Hasil Produk Tes Hasil Belajar Matematika ... 105

a. Hasil Uji Validitas ... 105

b. Hasil Uji Reliabilitas ... 108

(18)

xvii

d. Hasil Uji Tingkat Kesukaran ... 111

e. Hasil Uji Analisis Pengecoh ... 114

B. Pembahasan ... 123

1. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan ... 123

a. Potensi dan Masalah ... 123

b. Pengumpulan Data ... 124

c. Desain Produk ... 125

d. Validasi Desain ... 126

e. Revisi Desain ... 127

f. Uji Coba Produk ... 127

g. Revisi Produk ... 128

2. Kualitas Produk Tes Hasil Belajar... 129

a. Hasil Uji Analisis Validitas ... 129

b. Hasil Uji Analisis Reliabilitas ... 132

c. Hasil Uji Analisis Daya Pembeda ... 133

d. Hasil Uji Analisis Tingkat Kesukaran ... 134

e. Hasil Uji Analisis Pengecoh ... 136

f. Hasil Soal Berkualitas Baik ... 139

BAB V PENUTUP ... 141

A. Kesimpulan ... 141

B. Keterbatasan Penelitian ... 143

(19)

xviii

DAFTAR REFERENSI ... 145

(20)

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan ... 85

Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Matematika ... 88

Tabel 3.3 Kategori Skor Kuesioner ... 92

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas ... 95

Tabel 3.5 Kategori Daya Pembeda ... 97

Tabel 3.6 Kategori Tingkat Kesukaran ... 98

Tabel 4.1 Daftar Penilaian Validator ... 103

Tabel 4.2 Saran Validator ... 103

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Soal Tipe A ... 105

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Soal Tipe B ... 107

Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas ... 108

Tabel 4.6 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Tipe A ... 108

Tabel 4.7 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Tipe B ... 110

Tabel 4.8 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tipe A ... 111

Tabel 4.9 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tipe B ... 112

Tabel 4.10 Hasil Uji Analisis Pengecoh Soal Tipe A ... 115

Tabel 4.11 Hasil Uji Analisis Pengecoh Soal Tipe B ... 118

Tabel 4.12 Daftar Revisi Pengecoh yang Tidak Berfungsi ... 128

Tabel 4.13 Hasil Analisis Validitas Soal Tipe A ... 129

Tabel 4.14 Hasil Analisis Validitas Soal Tipe B ... 130

(21)

xx

Tabel 4.16 Hasil Uji Analisis Reliabilitas Soal Tipe B ... 133

Tabel 4.17 Hasil Uji Analisis Daya Pembeda ... 133

Tabel 4.18 Hasil Uji Analisis Tingkat Kesukaran Soal Tipe A ... 135

Tabel 4.19 Hasil Uji Analisis Tingkat Kesukaran Soal Tipe B ... 136

Tabel 4.20 Hasil Uji Analisis Pengecoh Soal Tipe A ... 137

(22)

xxi

DAFTAR GAMBAR

(23)

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

(24)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Dalam Bab I, peneliti membahas tujuh hal yaitu latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah serta spesifikasi produk.

A. Latar Belakang

(25)

maju mundurnya pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama pembangunan dan kualitas sumber daya manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia tergantung dari kualitas pendidikan.

Kualitas pendidikan dapat dilihat dari kemampuan lulusan pada jenjang pendidikan tertentu. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia nomor 54 Tahun 2013 Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kemampuan peserta didik dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan pembelajaran dan sistem penilaian yang diterapkan. Penilaian pembelajaran adalah pengumpulan data tentang proses pembelajaran dan hasil pembelajaran melalui berbagai cara (observasi, wawancara, dokumen, peer assessment, tes, laporan diri, dan lain sebagainya) untuk keperluan evaluasi (Akbar, 2013: 88). Sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik.

(26)

seseorang atau sekelompok orang. Untuk mendapatkan hasil pengukuran suatu tes yang sah dan dapat diandalkan kebenarannya haruslah digunakan alat ukur yang tepat. Penggunaan alat serta prosedur pengolahan secara benar akan memberikan hasil evaluasi yang baik. Baik buruknya evaluasi terhadap salah satu tes menentukan hasil testing. Hal ini dapat ditinjau dari validitas, reliabilitas, daya pembeda, pengecoh, dan tingkat kesukaran.

Penyusunan alat ukur tes yang memiliki karakteristik penyusunan tes yang baik akan memberikan gambaran yang jelas mengenai kemampuan siswa terhadap materi yang diajarkan. Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas V SD N Sarikarya pada tanggal 19 Juli 2016. Dari wawancara menunjukkan bahwa guru terkadang tidak menyusun tes sendiri karena kesulitan dalam menyusun tes, tidak mempunyai cukup waktu, dan guru terbiasa mengambil tes dari berbagai sumber. Guru membutuhkan contoh tes hasil belajar matematika yang valid dan reliabel serta diketahui karakteristik butir soal seperti daya beda, pengecoh, dan indeks kesukaran yang berkualitas baik.

(27)

dikembangkan berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika

Kompetensi Dasar 2.5 Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Waktu, Jarak, dan Kecepatan Untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar”.

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pada penelitian ini meliputi:

1. Alat ukur yang dikembangkan hanya mengukur dimensi kognitif dari Taksonomi Bloom yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, menilai, dan mencipta.

2. Alat ukur yang dikembangkan berupa prototipe tes hasil belajar matematika berbentuk pilihan ganda.

3. Alat ukur hanya untuk mata pelajaran matematika siswa kelas V pada kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan.

4. Tes hasil belajar yang disusun berbentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban disetiap butir soal.

C. Rumusan Masalah

(28)

2. Bagaimana kualitas produk tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V sekolah dasar?

D. Tujuan Penelitian

1. Memaparkan langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar matematika yang berkualitas baik untuk kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V sekolah dasar.

2. Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V sekolah dasar.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini mencakup 2 hal yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis:

(29)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman dan pengetahuan dalam menyusun tes hasil belajar tipe pilihan ganda sesuai dengan karakteristik pembuatan tes yang benar dan dapat menganalisis setiap butir soal sesuai dengan jawaban siswa untuk mengetahui kualitas setiap butir soal.

b. Bagi guru

Penelitian ini dapat menjadi inspirasi bagi guru untuk mengembangkan tes hasil belajar sesuai dengan karakteristik pembuatan soal dan memberikan contoh soal tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan yang sudah diketahui kualitas setiap butir soal.

c. Bagi Siswa

(30)

d. Bagi Sekolah

Hasil penelitian dapat menjadi contoh pembuatan soal dan dapat menjadi arsip soal tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan yang sudah diketahui kualitas setiap butir soal. F. Batasan Istilah

1. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar adalah salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur perkembangan dan kemajuan belajar dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan yang harus di jawab dalam waktu tertentu.

2. Tes Tipe Pilihan Ganda

Tes tipe pilihan ganda adalah salah satu bentuk tes objektif yang terdiri dari pertanyaan sebagai pokok soal dan beberapa alternatif jawaban yang harus dipilih.

3. Kompetensi Dasar

(31)

4. Matematika

Matematika adalah salah satu ilmu pasti yang mengungkapkan ide-ide abstrak yang diajarkan secara bertahap menggunakan bahasa simbolis yang terdapat aktivitas berhitung dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir induktif dan deduktif dalam memecahkan masalah di kehidupan sehari-hari.

5. Validitas

Validitas adalah ketepatan atau kecermatan alat ukur yang digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

6. Reliabilitas

Reliabilitas adalah taraf kemampuan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten dan dapat dipercaya.

7. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan setiap butir untuk dapat membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.

8. Tingkat Kesukaran

(32)

9. Pengecoh

Pengecoh adalah alternatif yang bukan merupakan kunci jawaban yang berfungsi untuk mengecoh peserta tes yang kurang memahami materi. G. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk tes hasil belajar matematika dalam penelitian dan pengembangan ini adalah:

1. Produk tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V yang terdiri dari (a) identitas soal berupa standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan, (b) indikator, (c) soal tes hasil belajar matematika, (d) kunci jawaban, (e) ranah kognitif yang diukur , (f) tingkat kesukaran.

2. Produk tes hasil belajar matematika memenuhi kriteria valid berdasarkan taraf signifikan 5%.

3. Produk tes hasil belajar matematika reliabel.

4. Produk tes hasil belajar matematika memiliki daya pembeda dapat diterima yaitu pada rentang 0,30-1,00.

5. Produk tes hasil belajar matematika memiliki tingkat kesukaran sedang dan sukar. Soal dengan kriteria sedang pada rentang 0,31-0,70 dan soal pada kriteria sukar pada rentang 0-0,30.

(33)
(34)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II, peneliti membahas empat hal yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka pada penelitian ini berisi teori-teori yang mendukung penelitian yaitu, tes hasil belajar, konstruksi tes hasil belajar, pengembangan tes hasil belajar, taksonomi bloom, matematika, dan kompetensi dasar.

1. Tes Hasil Belajar

a. Definisi Tes

(35)

Mardapi (2008: 67) mengemukakan bahwa tes adalah beberapa pertanyaan yang membutuhkan jawaban atau beberapa pernyataan yang membutuhkan tanggapan untuk mengukur tingkat kemampuan suatu individu yang diberikan tes tersebut melalui jawaban terhadap beberapa pertanyaan atau tanggapan dari beberapa pernyataan. Hal ini senada dengan yang disampaikan Nurkancana dan Sumartana (dalam Suwandi 2010: 39) memaparkan bahwa tes adalah suatu cara penilaian dalam bentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan data tetang nilai dan prestasi siswa yang dapat dibandingkan dengan standar yang ditetapkan.

(36)

b. Jenis tes

Menurut Nurgiyantoro (dalam Suwandi, 2010: 40-50) jenis tes dapat dibedakan menjadi beberapa macam bergantung pada dasar yang digunakan. Macam-macam tes tersebut yaitu berdasarkan individu yang dites, jawaban yang dikehendaki, penyusun tes, dan bentuk tes.

1. Jenis tes berdasarkan individu yang dites

Berdasarkan individu yang dites dapat dibedakan menjadi dua yaitu tes individual dan tes kelompok. Tes individual terjadi saat pelaksanaan kegiatan tes guru hanya menghadapi seorang siswa. Sebaliknya, dalam tes kelompok yang dihadapi guru adalah sejumlah siswa misalnya siswa dalam satu kelas. 2. Jenis tes berdasarkan jawaban yang dikehendaki

(37)

yaitu tes lisan dan tes tertulis. Tes lisan mengkehendaki jawaban siswa diberikan secara lisan sedangkan tes tertulis menuntut jawaban siswa diberikan secara tertulis.

3. Jenis tes menurut penyusun tes

Jenis tes menurut penyusun tes dibedakan menjadi dua yaitu tes buatan guru dan tes standar. Tes buatan guru adalah tes yang dibuat oleh guru kelas itu sendiri. Tes buatan guru dimaksudkan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang dikelola oleh guru kelas yang bersangkutan. Tes standar adalah tes yang telah distandarkan. Tes standar dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tes bakat (aptitude test) dan tes prestasi (achievement test). Tes buatan guru dengan tes standar memiliki perbedaan selain dari penjelasan di atas. Perbedaan tersebut terletak pada kelayakan tes (appropriateness test), kesahihan tes (validity test), keajegan tes (reliability test), dan ketertafsiran tes (interpretability test).

4. Jenis tes menurut bentuk tes

Jenis tes menurut bentuk tes dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tes subjektif dan tes objektif. Bentuk tes subjektif sering juga disebut sebagai sebagai tes bentuk esai (Inggris:

(38)

mempergunakan bahasa sendiri. Tes subjektif memungkinkan siswa menunjukkan kemampuannya dalam menerapkan pengetahuan, menganalisis, menghubungkan, dan mengevaluasi dan tes subjektif ada dalam tes esai. Tes objektif adalah tes yang menuntut siswa hanya dengan memberikan jawaban singkat, bahkan hanya dengan memilih kode-kode tertentu yang mewakili alternatif-alternatif jawaban yang telah disediakan. Tes objektif juga disebut dengan tes jawab singkat (short answer test). Jenis tes objektif yang banyak digunakan antara lain jawaban benar salah (true-false), pilihan ganda (multiple choice), isian (completion), dan penjodohan (matching).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat macam-macam jenis tes yaitu individu yang dites, jawaban yang dikehendaki, penyusun tes, dan bentuk tes. c. Definisi Belajar

(39)

yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru yang memungkinkan perubahan perilaku yang relatif tetap dalam berpikir, merasa, dan bertindak. Menurut Arnie Fajar (2004: 40) belajar merupakan suatu proses kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman, maka siswa perlu diberi waktu yang memadai untuk melakukan proses itu. Artinya memberikan waktu yang cukup untuk berfikir ketika siswa menghadapi masalah sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk membangun sendiri gagasannya.

Menurut Slameto (2013: 2) belajar adalah suatu proses kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut

(40)

menghasilkan/menampakkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Senada dengan hal tersebut, Sulistyorini (2009: 6) berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berproses menuju pada suatu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan untuk menambah ilmu, perubahan perilaku baik dari pengalaman ataupun latihan untuk memenuhi kebutuhan, kepandaian yang belum dimilikinya melalui pengetahuan atau sikap yang mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

d. Ciri-ciri Belajar

Belajar memusatkan pengertiannya pada tiga hal yaitu terjadinya perubahan perilaku, perubahan buah pengalaman, dan perubahan yang relatif menetap (Udin 2008: 19).

1. Terjadinya perubahan perilaku

(41)

2. Perubahan buah dari pengalaman

Perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi pada diri individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungannya.

3. Perubahan relatif menetap

Perubahan perilaku akibat adanya belajar akan bersifat cukup permanen atau menetap.

Sedangkan menurut Aqid (2010: 48), belajar mempunyai karakteristik tertentu antara lain yaitu :

1. Belajar harus memungkinkan perubahan tingkah laku diri individu yang meliputi tiga aspek, yaitu aspek pengetahuan (kognitif), aspek sikap atau nilai (afektif), serta keterampilan (psikomotorik).

2. Belajar merupakan hasil dari pengalaman yang terjadi karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan.

3. Hasil belajar/perubahan sikap relatif tetap diperoleh melalui pengalaman atau latihan.

(42)

e. Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan terbentuknya konsep pengetahuan. Menurut Winkel (2004: 61) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah laku. Senada dengan Winkel, Hamalik (2006: 155) menyatakan bahwa hasil belajar sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri sisa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Sudjana (1989: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Horwart Kingsley (dalam Sudjana 1989: 22) membagi hasil belajar menjadi 3 macam, yakni (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan, dan (3) sikap dan cita-cita.

(43)

dicapai dari suatu interaksi tindak belajar berupa makna dari bahan yang dipelajari yang mengakibatkan perubahan dalam diri dan mendapatkan pengalaman yang bermakna bagi dirinya.

f. Jenis-jenis Hasil Belajar Siswa

Bloom (Sudjana 2006: 22) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. 1. Ranah Kognitif

Dalam ranah kognitif terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif berhubungan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif nampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman, serta hubungan sosial.

3. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik nampak pada keterampilan dan kemampuan bertindak.

g. Definisi Tes Hasil Belajar

(44)

Masidjo (1995: 40) memaparkan bahwa tes hasil belajar adalah suatu tes yang mengukur prestasi seseorang dalam suatu bidang sebagai hasil proses belajar yang khas yang dilakukan secara sengaja dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai. Purwanto (2009: 33) menyatakan bahwa tes hasil belajar adalah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu. Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar adalah salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur perkembangan dan kemajuan belajar dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan yang harus di jawab dalam waktu tertentu.

h. Bentuk Tes Hasil Belajar

Widoyoko (2016: 57) mengemukakan bahwa bentuk tes dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes subjektif. 1. Tes objektif

(45)

objektif oleh korektor. Karena sifatnya yang objektif ini maka tidak perlu harus dilakukan oleh manusia. Pekerjaan tersebut dapat dilakukan oleh mesin, misalnya mesin scanner. Tes objektif dibagi menjadi 7 bagian, yaitu:

a. Tipe Benar-Salah (true-false test)

Tes tipe benar salah (true false test) adalah tes yang butir soalnya terdiri dari pernyataan yang disertai dengan alternatif jawaban atau pernyataan yang benar dan yang salah.

b. Tipe Menjodohkan (matching test)

Butir soal tipe menjodohkan ditulis dalam dua kolom atau kelompok. Kelompok pertama di sebelah kiri adalah pertanyaan/pernyataan atau stem atau biasa juga disebut dengan premis. Kelompok kedua di sebelah kanan adalah kelompok jawaban. Tugas peserta tes adalah mencari dan menjodohkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaan/pernyataan.

c. Tes Pilihan Ganda (multiple choice test)

(46)

pernyataan atau disebut juga stem, dan (2) alternatif jawaban atau juga disebut option.

d. Pilihan Ganda Analisis Hubungan Antar Hal

Pilihan ganda hubungan antar hal terdiri dari dua pernyataan. Kedua pernyataan tersebut dihubungkan oleh kata “SEBAB”. Jadi ada dua kemungkinan hubungan antara

kedua pernyataan tersebut, yaitu ada hubungan sebab akibat atau tidak ada hubungan sebab akibat.

e. Pilihan Ganda Analisis Kasus

Pada tes bentuk pilihan ganda analisis kasus peserta tes dihadapkan pada suatu kasus. Kasus ini disajikan dalam bentuk cerita, peristiwa dan sejenisnya. Kepada peserta tes diajukan beberapa pertanyaan. Setiap pertanyaan dibuat dalam bentuk melengkapi pilihan.

f. Pilihan Ganda Asosiasi

(47)

g. Pilihan Ganda Dengan Diagram, Grafik, Tabel dan sebagainya

Bentuk soal tes ini mirip analisis kasus, baik struktur maupun pola pertanyaannya. Bedanya dalam tes bentuk ini tidak disajikan kasus dalam bentuk cerita atau peristiwa tetapi kasus tersebut berupa diagram, gambar, grafik maupun tabel.

2. Tes Subjektif

(48)

uraian terbatas merupakan bentuk tes uraian yang memberi batasan-batasan atau rambu-rambu tertentu kepada peserta tes dalam menjawab soal tes.

Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk tes dikategorikan menjadi dua yaitu, objektif dan subjektif. Tes objektif dibagi menjadi 7 bagian yaitu tipe benar-salah (true-false test), tipe menjodohkan (matching test), tes pilihan ganda (multiple choice test), pilihan ganda analisis hubungan antar hal, pilihan ganda analisis kasus, pilihan ganda asosiasi, pilihan ganda dengan diagram, grafik, tabel dan sebagainya. Sedangkan tes subjektif dibagi menjadi dua bentuk, yaitu: tes uraian bebas atau uraian terbuka (extended response) dan tes uraian terbatas (restricted response).

2. Tes Pilihan Ganda

a. Definisi Tes Pilihan Ganda

(49)

terdiri atas: pertanyaan (pokok soal), alternatif jawaban yang mencakup kunci jawaban dan pengecoh. Sedangkan Suprananto (2012: 107) mengungkapkan bahwa tes bentuk pilihan ganda merupakan soal yang jawabannya harus dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang disediakan. Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tes pilihan ganda merupakan salah satu bentuk tes objektif yang terdiri dari pertanyaan sebagai pokok soal dan beberapa alternatif jawaban yang harus dipilih.

b. Kaidah Penulisan Tes Tipe Pilihan Ganda

Menurut Widoyoko (2016, 77-82) kualitas butir soal pilihan ganda sangat tergantung kepada kemampuan seseorang yang menyusun butir soal ini. Untuk menghasilkan butir soal pilihan ganda yang baik dalam penyusunan butir soal perlu memperhatikan kaidah penulisan berikut :

1. Inti permasalahan harus dicantumkan dalam rumusan pokok soal, sehingga dengan membaca pokok soal responden sudah dapat menentukan jawaban sebelum dilanjutkan membaca pilihan jawaban.

(50)

3. Menghindari perumusan kata yang berlebihan. Tidak selalu penjelasan terinci mempermudah pengertian. Kadang-kadang justru dapat membingungkan dan mengaburkan pengertian. Rumusan yang baik adalah rumusan yang berisi, padat, dan jelas.

4. Jika pokok soal merupakan pertanyaan yang belum lengkap, maka kata atau kata-kata yang melengkapi harus diletakkan pada ujung pertanyaan, bukan di tengah-tengah kalimat. 5. Susunan alternatif jawaban dibuat teratur dan sederhana.

Cara menyusun alternatif jawaban disusun berderet dari atas ke bawah. Jika yang dideretkan itu terdiri dari satu kata, urutan ke bawah dibuat berdasarkan alfabet. Kalau yang dideretkan bilangan, urutan ke bawah berdasarkan bilangan yang makin bertambah besar atau makin menurun atau diurutkan berdasarkan kalimat panjang.

6. Semua pilihan jawaban harus homogen dan dimungkinkan sebagai jawaban yang benar. Hindari pengecoh yang tidak ada sangkut pautnya dengan pokok soal atau pengecoh yang tidak masuk akal.

(51)

jawaban yang benar. Oleh karena itu penyusunan butir soal tes berusaha agar pengecoh dan jawaban yang benar ditulis sama panjang dengan rincian yang sama.

8. Menghindari adanya petunjuk/indikator pada jawaban yang benar.

9. Menggunakan tiga atau lebih alternatif pilihan jawaban. Jika hanya dua pilihan bentuk ini sama dengan bentuk benar-salah. Dua pilihan berarti tebakannya tinggi.

10.Pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang bermakna tidak pasti, misalnya: kebanyakan, seringkali, kadang-kadang dan sejenisnya.

11.Pokok soal sedapat mungkin dalam pernyataan atau pertanyaan positif. Jika terpaksa menggunakan pernyataan negatif maka kata negatif digaris bawahi, cetak miring atau ditulis tebal.

Sedangkan menurut Kusaeri (2014: 71-83) ada beberapa kaidah yang harus diikuti agar soal yang tersusun baik. Kaidah-kaidah tersebut mencakup aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Berikut ini merupakan kaidah penulisan tes tipe pilihan ganda: 1. Rumusan soal harus sesuai dengan indikator.

(52)

3. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau paling benar.

4. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.

5. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus berupa pernyataan yang diperlukan saja.

6. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar. 7. Pokok soal yang menggunakan pernyataan yang bersifat negatif ganda, seperti bukan, tidak, tanpa, kecuali, dan sejenisnya dapat membingungkan siswa memahami pokok permasalahan yang ditanyakan.

8. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.

9. Memilih jawaban jangan mengandung “Semua pilihan

jawaban di atas salah” atau “Semua pilihan jawaban di atas

benar”.

10.Memilih jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut, atau kronologis waktu.

11.Jika terdapat gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.

12.Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. 13.Rumusan soal harus menggunakan bahasa yang sesuai

(53)

Berdasarkan dua teori di atas dapat disimpulkan bahwa kaidah penulisan tes tipe pilihan ganda yaitu (1) pokok soal harus sesuai dengan indikator, (2) pilihan jawaban homogen dan logis, (3) setiap soal mempunyai satu jawaban yang benar, (4) rumusan pokok soal tidak berlebihan, (5) pokok soal tidak mengandung pernyataan ke arah jawaban benar, (6) pokok soal tidak mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda, (7) panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama, (8) menggunakan tiga atau lebih alternatif pilihan jawaban, (9) jawaban tidak mengandung “semua pilihan jawaban di atas salah” atau “ semua

pilihan di atas benar”, (10) jawaban berbentuk angka dan waktu

disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka, (11) butir soal tidak tergantung pada jawaban sebelumnya, (12) pokok soal tidak menggunakan ungkapan, (13) rumusan soal menggunakan bahasa yang sesuai kaidah Bahasa Indonesia.

c. Kelebihan dan Kelemahan Tes Tipe Pilihan Ganda

Kelebihan dan kelemahan tes tipe pilihan ganda menurut Widoyoko (2016: 74-77) yaitu :

1. Kelebihan Tes Tipe Pilihan Ganda

(54)

kompleks, kecuali tujuan yang berupa kemampuan mendemonstrasikan sesuatu secara ekspresif.

b. Karakteristik butir soal pilihan ganda hanya menuntut waktu mengerjakan sangat minimal, maka setiap perangkat tes yang menggunakan butir soal pilihan ganda sebagai alat ukur dapat menggunakan jumlah butir soal yang relatif banyak dan karena itu penarikan sampel pokok bahasan yang akan diujikan dapat lebih luas. Jadi setiap perangkat tes dapat mencakup hampir seluruh cakupan mata pelajaran.

c. Penskoran hasil tes dapat dilakukan secara objektif. Dengan demikian maka tidak ada unsur subjektivitas pemeriksa masuk ke dalam skor hasil ujian. Bahkan karena sifatnya maka penskoran dapat dilakukan oleh mesin. Karena itu maka dapat dikerjakan dalam waktu yang sangat singkat.

d. Tipe butir soal dapat disusun sedemikian rupa sehingga menuntut kemampuan peserta tes untuk membedakan berbagai tingkatan kebenaran sekaligus.

(55)

probabilitas untuk benar makin besar. Jadi bila pilihan lebih dari dua, maka probabilitas untuk benar tebakannya akan kurang dari 50%. Tentu hal ini tidak berlaku bagi peserta tes yang memang ingin menebak. f. Tipe butir soal pilihan ganda memungkinkan dilakukan

analisis butir soal secara baik. Butir-butir dapat disusun dengan dilakukan uji coba terlebih dahulu. Bila dalam uji coba butir soal tersebut ternyata ada kelemahan (setelah dianalisis) maka dapat dilakukan perbaikan. g. Tingkat kesukaran butir soal dapat diatur, dengan hanya

mengubah tingkat homogenitas alternatif jawaban. Makin homogen alternatif jawaban, maka makin tinggi tingkat kesukarannya, dan sebaliknya makin kurang homogenitas alternatif jawaban, maka akan semakin rendah tingkat kesukaran butir soal.

(56)

2. Kelemahan Tes Tipe Pilihan Ganda

a. Relatif lebih sulit dalam penyusunan butir soal. Kesulitan menyusun butir soal tipe pilihan ganda ini terutama untuk menemukan akternatif jawaban yang homogen. b. Ada kecenderungan bahwa penyusun tes menyusun butir

soal tipe ini dengan hanya menguji dan mengukur aspek ingatan, atau aspek yang paling rendah dalam ranah kognitif. Bukan berarti bahwa aspek kognitif tidak penting dalam hasil belajar. Tetapi bila sebagian besar butir soal itu hanya menguji satu aspek kognitif, maka perangkat tes tidak terlalu berarti sebagai alat pengukur keberhasilan belajar secara menyeluruh.

(57)

Menurut Sukardi (2008: 125) dalam evaluasi pembelajaran, item tes pilihan ganda mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.

1. Kelebihan Tes Pilihan Ganda

a. Tes pilihan ganda memiliki karakteristik yang baik untuk suatu alat pengukur hasil belajar siswa. Karakter yang baik tersebut yaitu lebih fleksibel dalam implementasi evaluasi dan efektif untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan belajar mengajar. b. Item tes pilihan ganda yang dikonstruksi dengan intensif dapat mencakup hampir seluruh bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru di kelas. c. Item tes pilihan ganda adalah tepat untuk mengukur

penguasaan informasi para siswa yang hendak dievaluasi.

d. Item tes pilihan ganda dapat mengukur kemampuan intelektual atau kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.

(58)

f. Hasil jawaban siswa yang diperoleh dari tes pilihan ganda dapat dikoreksi bersama, baik oleh guru maupun siswa dengan situasi yang lebih kondusif. g. Item tes pilihan ganda yang sudah dibuat terpisah

antara lembar soal dan lembar jawaban, dapat dipakai secara berulang-ulang.

2. Kelemahan Tes Pilihan Ganda

a. Konstruksi item tes pilihan lebih sulit serta membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding dengan penyusun item tes bentuk objektif lainnya. b. Tidak semua guru senang menggunakan tes pilihan

ganda untuk mengukur hasil pembelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu, misalnya satu semester atau satu kuartal.

c. Item tes pilihan ganda kurang dapat mengukur kecakapan siswa dalam mengorganisasi materi hasil pembelajaran.

d. Item tes pilihan ganda memberi peluang pada siswa untuk menerka jawaban.

(59)

ganda antara lain adalah butir soal tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur segala level tujuan pembelajaran, karakteristik butir soal pilihan ganda hanya menuntut waktu mengerjakan sangat minimal, penskoran dapat dilakukan secara objektif, butir soal disusun untuk membedakan berbagai tingkat kebenaran, dan tingkat kesukaran butir soal dapat diatur. Sedangkan kekurangan dari tes pilihan ganda adalah penyusunan soal relatif lebih sulit dan memberi peluang untuk menerka jawaban. 3. Kontruksi Tes Hasil Belajar

a. Validitas

Standart (dalam Mardapi, 2008: 16) mengungkapkan bahwa validitas merupakan dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran skor tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes. Oleh karena itu validitas merupakan fundamen paling dasar dalam mengembangkan dan mengevaluasi suatu tes. Menurut Cronbach (dalam Waridjan 1991: 343) validitas atau penyahihan merupakan proses pengujian skor tes hasil belajar dibandingkan dengan beberapa hasil observasi lain sebagai kriteria. Azwar (2009: 5) memaparkan bahwa validitas berasal dari kata validity

(60)

instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sugiyono (2011: 168) mengungkapkan bahwa instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa validitas merupakan ketepatan atau kecermatan alat ukur yang digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Kusaeri (2014: 54-57) menjelaskan bahwa terdapat beberapa macam validitas, yaitu:

1. Validitas terkait Isi (Content-Related Validity)

(61)

validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau melalui expert judgment. 2. Validitas Terkait Kriteria (Criterion-Related Validity)

Validitas terkait kriteria dapat dimaknai sebagai kemampuan instrumen penilaian memprediksi kemampuan anak di masa mendatang. Caranya, hasil tersebut dibandingkan dengan alat ukur yang lain.

(62)

b. Reliabilitas

(63)

kenyataan. Ajeg atau tetap tidak diartikan selalu sama, tetapi mengikuti perubahan secara ajeg.

Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa reliabilitas merupakan taraf kemampuan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten dan dapat dipercaya.

c. Karakteristik Butir Soal

1. Daya Pembeda

(64)

butir soal. Suatu soal yang mempunyai daya pembeda yang tinggi mengisyaratkan bahwa soal tersebut dapat membedakan seorang murid yang pandai dengan yang kurang.

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa daya pembeda merupakan kemampuan setiap butir soal untuk dapat membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.

2. Tingkat Kesukaran

(65)

kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kategori soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Perbandingan proporsi jumlah soal untuk tiga kategori tersebut didasarkan atas kurva normal. Sebagian besar soal berada pada kategori sedang, sebagian lagi berada pada kategori mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang. Perbandingan antara soal yang mudah-sedang-sukar dapat dibuat 3-4-3. 30% soal dengan kategori mudah, 40% soal dengan kategori sedang, dan 30% soal dengan kategori sukar. Perbandingan juga dapat dibuat 25-50-25, 25% soal dengan kategori mudah, 50% soal dengan kategori sedang, dan 25% soal dengan kategori sukar. Proporsi soal dengan kategori sedang lebih banyak dari soal kategori mudah dan soal kategori sukar. Widoyoko (2014: 165) mengungkapkan bahwa tingkat kesukaran yang baik pada suatu tes adalah 25% mudah, 50% sedang, dan 25% sukar.

(66)

dengan tingkat kesukaran yang baik pada suatu tes yaitu 25% mudah, 50% sedang, dan 25% sukar.

3. Analisis Pengecoh

Purwanto (2009: 75) memaparkan bahwa pengecoh (distractor) adalah pilihan yang bukan merupakan kunci jawaban. Hal tersebut senada dengan yang disampaikan Sudijono (2011: 410) bahwa pengecoh adalah alternatif yang bukan merupakan jawaban yang digunakan agar peserta tes dapat tertarik dengan pengecoh jawaban tersebut. Semakin banyak peserta tes yang memilih pengecoh, maka pengecoh tersebut sudah menjalankan fungsinya. Sebaliknya apabila pengecoh yang dipasang tidak ada yang memilih maka pengecoh tersebut tidak berfungsi. Arikunto (2012: 234) memaparkan bahwa pengecoh dapat berfungsi dengan baik apabila pengecoh tersebut mempunyai daya tarik bagi peserta tes yang kurang memahami materi. Sebuah distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 5 % peserta tes.

(67)

Pengecoh dapat dikatakan berfungsi jika paling sedikit dipilih oleh 5% peserta tes.

4. Pengembangan Tes

Menurut Djemari Mardapi (2008: 88-97) ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar. Kesebilan langkah tersebut adalah : (1) menyusun spesifikasi tes, (2) menulis soal tes, (3) menelaah soal tes, (4) melakukan uji coba tes, (5) menganalisis butir soal tes, (6) memperbaiki tes, (7) merakit tes, (8) melaksanakan tes, dan (9) menafsirkan hasil tes.

1. Menyusun Spesifikasi Tes

Menetapkan spesifikasi tes yaitu berisi uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal, dan siapa saja yang menulis soal akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama. Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan: (a) menentukan tujuan tes, (b) menyusun kisi-kisi tes, (c) memilih bentuk tes, dan (d) menentukan panjang tes.

a. Menetukan Tujuan Tes

(68)

Untuk tujuan penempatan, suatu tes dilaksanakan pada awal pelajaran. Hasil tes ini berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki peserta didik. Seseorang perlu tambahan pelajaran atau tidak, ditentukan dari hasil tes penempatan ini.

Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta didik gagal mengikuti proses pembelajaran. Tes diagnostik berisi materi yang dirasa sulit oleh peserta didik, namun tingkat kesulitan tes ini cenderung rendah.

Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Masukan ini berguna untuk memperbaiki strategi mengajar. Tes sumatif bukan untuk menentukan keberhasilan belajar semata, tetapi untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran.

(69)

atau nilai, pemberian sertifikat, dan sejenisnya. Tingkat kesukaran soal pada tes sumatif bervariasi, sedang materinya harus mewakili bahan yang diajarkan. Hasil tes bisa ditafsirkan sebagai keberhasilan belajar, keberhasilan mengajar, serta keduanya.

b. Menyusun Kisi-kisi Tes

Kisi-kisi atau tabel spesifikasi tes merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi-kisi merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif sama. Matrik kisi-kisi soal terdiri dari dua jalur, yaitu kolom dan baris. Ada empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu:

1. Menulis standar kompetensi dan kompetensi dasar. 2. Menentukan indikator.

3. Membuat daftar pokok bahasan subpokok bahasan yang akan diujikan.

4. Menentukan jumlah butir soal tiap pokok bahasan. c. Memilih Bentuk Tes

(70)

karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk tes objektif pilihan ganda sangat tepat digunakan bila jumlah peserta banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak. Kelebihan tes objektif bentuk pilihan adalah lembar jawaban dapat diperiksa dengan komputer sehingga objektivitas penskoran dapat dijamin.

d. Penentuan panjang tes didasarkan pada cakupan materi ujian dan kelelahan peserta tes.

Pada umumnya tes tertulis menggunakan waktu 90 sampai 150 menit, untuk tes praktik bisa lebih dari itu. Penentuan panjang tes berdasarkan pengalaman waktu berdasarkan pengalaman saat melakukan tes. Khusus untuk tes baku penentuan waktu berdasarkan hasil ujicoba. Namun tes untuk ulangan di kelas penentuan waktu berdasarkan pengalaman guru. Pada umumnya waktu yang digunakan untuk mengerjakan tes bentuk pilihan ganda adalah 2 sampai 3 menit untuk tiap butir soal.

2. Menulis Soal Tes

(71)

telah dibuat. Langkah ini perlu dilakukan secara hati-hati agar keseluruhan tes dapat berkualitas baik. Kualitas tes secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh tingkat kebaikan dari masing-masing butir soal. Pertanyaan perlu dikembangkan dan dibuat dengan jelas dan simpel. Soal yang tidak jelas dan terlalu bertele-tele akan menyebabkan interpretasi yang tidak tunggal dan juga membingungkan. Dengan demikian setiap pertanyaan perlu disusun sedemikian rupa sehingga jelas yang ditanyakan dan jelas pula jawaban yang diharapkan.

3. Menelaah Soal Tes

(72)

mengoreksi soal. Dengan telaah soal ini diharapkan dapat semakin memperbaiki kualitas soal yang terbentuk.

4. Melakukan Uji Coba Tes

Sebelum soal digunakan dalam tes yang sesungguhnya, uji coba perlu dilakukan untuk memperbaiki kualitas soal. Uji coba ini dapat digunakan sebagai sarana memperoleh data empirik tentang tingkat kebaikan soal yang telah disusun. Melalui uji coba dapat diperoleh data tentang reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, pola jawaban, efektivitas pengecoh, daya beda, dan lain-lain. Jika memang soal yang disusun belum memenuhi kualitas yang diharapkan, berdasarkan hasil uji coba tersebut kemudian dilakukan pembenahan atau perbaikan.

5. Menganalisis Butir Soal Tes

Melalui uji coba yang telah dilakukan dapat diperoleh beberapa informasi penting tentang kualitas soal yang telah disusun. Dalam hal ini tentunya termasuk kualitas tiap butir soalnya. Berdasarkan hasil uji coba perlu kiranya dilakukan analisis antara lain: tingkat kesulitan butir soal, daya pembeda, dan juga efektivitas pengecoh.

6. Memperbaiki Tes

(73)

tentang bagian soal yang masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Langkah ini biasanya dilakukan setiap butir soal, yaitu memperbaiki masing-masing butir soal yang ternyata masih belum baik. Ada kemungkinan beberapa soal sudah baik sehingga tidak perlu direvisi, beberapa butir mungkin perlu direvisi, dan beberapa yang lain mungkin harus dibuang karena tidak memenuhi standar kualitas yang diharapkan.

7. Merakit Tes

Setelah semua butir soal dianalisis dan diperbaiki langkah berikutnya adalah merakit butir-butir soal tersebut menjadi satu kesatuan tes. Keseluruhan butir perlu disusun secara hati-hati menjadi kesatuan soal tes yang terpadu. Dalam merakit soal, hal-hal yang dapat mempengaruhi validitas soal seperti nomor urut soal, pengelompokan bentuk soal, lay out dan sebagainya harus diperhatikan. Hal ini sangat penting karena walaupun butir-butir soal yang disusun telah baik tetapi jika penyusunannya sembarangan dapat menyebabkan soal tersebut menjadi tidak baik.

8. Melaksanakan Tes

(74)

diselesaikan. Pelaksanaan tes dilakukan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Dalam pelaksanaan tes ini memerlukan pengawas agar tes tersebut benar-benar dikerjakan oleh peserta tes dengan jujur dan sesuai dengan ketentuan yang digariskan. Peserta tes yang mengerjakan tidak boleh sampai terganggu oleh kehadiran pengawas. Hal ini akan berakibat tidak akuratnya hasil tes yang diperoleh. Oleh karena itu pelaksanaan tes perlu dilakukan secara hati-hati agar tujuan tes tersebut benar-benar dapat tercapai.

9. Menafsirkan Hasil Tes

Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor ini kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai, yaitu rendah, menengah, atau tinggi. Tinggi rendahnya nilai ini selalu dikaitkan dengan acuan penilaian. Ada dua acuan penilaian yang sering digunakan dalam bidang psikologis dan pendidikan, yaitu acuan norma dan acuan kriteria. Jadi tinggi dan rendahnya suatu nilai dibandingkan dengan kelompok atau kriteria yang harus dicapai.

(75)

soal tes, (3) menelaah soal tes, (4) melakukan ujicoba tes, (5) menganalisis butir soal tes, (6) memperbaiki tes, (7) merakit tes, (8) melaksanakan tes, dan (9) menafsirkan hasil tes.

5. Karakteristik Tes yang Baik

Suharsimi Arikunto (2008: 57-62) menyatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan baik apabila memenuhi lima persyaratan, yaitu: validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas dan ekonomis. 1. Validitas

Alat ukur dikataan valid apabila alat ukur itu dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain validitas berkaitan dengan “ketepatan” dengan alat ukur. Tes

sebagai salah satu alat ukur hasil belajar dapat dikatakan valid apabila tes itu dapat tepat mengukur hasil belajar yang hendak diukur. Dengan tes yang valid akan menghasilkan data hasil belajar yang valid pula.

2. Reliabilitas

(76)

3. Objektivitas

Objektif berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhinya. Lawan dari objektif adalah subjektif, artinya terdapat unsur pribadi yang masuk mempengaruhi. Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi, terutama dalam sistem skoring. Ada 2 faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes, yaitu bentuk tes dan penilai. Bentuk tes uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri. Dengan demikian maka hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal dari sebuah tes, akan memperoleh skor yang berbeda apabila dinilai oleh dua orang. Itulah sebabnya pada waktu sekarang ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif di berbagai bidang. 4. Praktikabilitas

Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang:

(77)

b. Mudah pemeriksaannya, artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya. Untuk soal bentuk objektif, pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan jika dikerjakan oleh responden dalam lembar jawaban.

c. Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat diberikan oleh orang lain.

5. Ekonomis

Ekonomis adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang sama.

Menurut Wainer dan Braun (1998: 20) menyatakan bahwa tes yang baik harus memenuhi tiga karakteristik, yaitu: validitas, reliabilitas, dan usabilitas.

1. Validitas

(78)

2. Reliabilitas

Reliabilitas terkait dengan konsistensi hasil pengukuran. Artinya, jawaban seorang siswa terhadap tes konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Bila sebuah tes diujikan pada seorang peserta tes dalam dua kesempatan berbeda maka hasil tes keduanya akan memberikan kesimpulan yang sangat mirip atau hampir sama.

3. Usabilitas

Usabilitas memiliki makna tes praktis prosedurnya. Artinya, tes tidak menyulitkan bagi siapapun yang melaksanakannya. Untuk itu petunjuk soal harus dibuat dengan bahasa yang singkat, mudah dipahami, dan jelas. Dengan kata lain, tes tidak membingungkan bagi siapapun yang terlibat dalam tes, mulai dari siswa, guru yang melaksanakan tes maupun orang lain yang melakukan penyekoran. Tujuannya apabila tes dilaksanakan oleh guru atau orang lain, tes itu mudah dilakukan, tidak mempengaruhi hasil tes, dan tidak menimbulkan banyak penafsiran sehingga substansi tes yang diinginkan tidak meleset.

(79)

6. Taksonomi Bloom

Anderson & Krathwohl (2010: 6) mengungkapkan bahwa taksonomi adalah sebuah kerangka berpikir khusus. Taksonomi Bloom memiliki satu dimensi, sedangkan Taksonomi Bloom yang telah direvisi memiliki dua dimensi. Dua dimensi yang telah di revisi adalah proses kognitif dan pengetahuan. Dimensi proses kognitif mempunyai enam kategori yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Sedangkan dimensi pengetahuan dibagi menjadi empat kategori yaitu, faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif.

Dimensi proses kognitif dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Mengingat

(80)

pengetahuan tersebut dipakai dalam tugas-tugas yang lebih kompleks (Anderson & Krathwohl 2010: 103).

2. Memahami

Proses memahami adalah mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer. Anderson & Krathwohl (2010: 105). Siswa dikatakan memahami ketika mereka menghubungkan pengetahuan “baru” dan pengetahuan lama mereka. Proses-proses kognitif dalam kategori memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan (Anderson & Krathwohl 2010: 106).

3. Mengaplikasikan

(81)

4. Menganalisis

Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhan. Kategori proses menganalisis meliputi proses-proses kognitif seperti membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan. Tujuan-tujuan pendidikan yang diklasifikasikan dalam menganalisis mencakup belajar untuk menentukan potongan-potongan informasi yang relevan atau penting (membedakan), menentukan cara-cara untuk menata potongan-potongan informasi tersebut (mengorganisasikan), dan menentukan tujuan di balik informasi itu (mengatribusikan) (Anderson & Krathwohl 2010: 120).

5. Mengevaluasi

(82)

6. Mencipta

Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Tujuan-tujuan yang diklasifikasikan dalam mencipta meminta siswa membuat produk baru dengan mereorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi suatu pola atau struktur yang tidak pernah ada sebelumnya (Anderson & Krathwohl 2010: 128). Mencipta berisi tiga proses kognitif yaitu: merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa taksonomi adalah sebuah kerangka berpikir khusus. Dimensi proses kognitif mempunyai enam kategori yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Sedangkan dimensi pengetahuan dibagi menjadi empat kategori yaitu, faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif.

7. Matematika

a. Devinisi Matematika

(83)

aljabar, analisis, dan geometri. Klien (dalam Ruseffendi 1993: 28) menyebutkan bahwa matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

Matematika adalah bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis, dan terstruktur antara konsep yang berkaitan, Depdiknas (dalam Susanto, 2013: 184). Menurut Susanto (2013: 185) matematika adalah salah satu disiplin ilmu pasti yang mengungkapkan ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol yang terdapat aktivitas berhitung dan mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan berpendapat dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan matematika menurut Erman Suherman (2003: 298) adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang tata cara berpikir dan mengolah logika, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.

(84)

deduktif dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

b. Tujuan Umum Pendidikan Matematika

Depdiknas (dalam Susanto, 2013: 184) menyebutkan bahan peran dan fungsi matematika terutama sebagai sarana mengembangkan kemampuan bernalar dalam memecahkan masalah baik pada bidang matematika maupun dalam bidang lainnya. Oleh karena itu, tujuan umum pendidikan matematika ditekankan agar siswa memiliki:

1. Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain ataupun masalah yang berkaitan dengan dunia nyata.

2. Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi.

(85)

Depdiknas (dalam Susanto, 2013: 184) juga menyebutkan bahwa pengajaran matematika di sekolah Dasar bertujuan agar siswa mampu:

1. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan.

2. Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas dan volume.

3. Menggunakan sifat simetri, kesebangunan dan siste, koordinat.

4. Menggunakan pengukuran: satan, kesetaraan antar satuan dan penaksiran pengukuran.

5. Menentukan dan menafsirkan (seperti ukuran tertinggi, terendah, rata-rata, modus), mengumpulkan, dan menyajikan data sederhana.

8. Kompetensi Dasar

Gambar

Tabel 4.19 Hasil Uji Analisis Tingkat Kesukaran Soal Tipe B ...........................
Gambar 3.2 Bagan Pengembangan yang Dilakukan Peneliti ...............................
tabel dan sebagainya. Sedangkan tes subjektif dibagi
Gambar 2.1 bagan literatur map
+7

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang timbul adalah pemberian Bank Garansi terbatas hanya pada nasabah yang mempunyai rekening dengan dana yang cukup saja, sedangkan bagi pengusaha yang

Telah dilakukan identifikasi bakteri penyebab infeksi nosokomial dari sampel urin pasien pengguna kateter yang di rawat inap pada bangsal saraf RSUP DR M.. Isolasi bakteri

Awal mula saya tidak mengetahui Idntitas pelaku tersebut namun setelah saya menceritakan tentang ciri ciri dari orang tersebut kepada Bos saya saat itu kemudian setelah 2 (dua )

[r]

rdds|hh$fuhrustEigki:se ru ffiFqhoniioio

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya-Nya sehingga penyusunan laporan Pengalaman Praktik Lapangan (PPL)

doi pekerjooFpsk€rJqoi qh yqrg slqmo n dtofggop iebqqqi pskexrqi Feidheid 4di ri pei.dr idfr.h .l!qd hciyzbdbrii pdobahoi petuf..

belum pernah diadakan tes passing atas menggunakan metode latihan sentuhan ganda pada siswa putri peserta ekstrakurikuler bolavoli di SMP Negeri 1 Mandiraja. Dengan