SELF DISCLOSURE
GAY
DALAM MENYAMPAIKAN
HOMOSEKSUALITASNYA
KEPADA KELUARGA
SKRIPSI
Oleh:
ACHMAD DELLY
NPM. 0743010192
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SELF DISCLOSURE
GAY
DALAM MENYAMPAIKAN
HOMOSEKSUALITASNYA
KEPADA KELUARGA
Disusun Oleh :
ACHMAD DELLY
NPM. 0743010192
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
Drs.Kusnarto, M.Si NIP. 195 8080 119 84021001
Mengetahui, D E K A N
Dra. Ec.Hj. Suparwati, M.Si NIP. 195507181983022001
SELF DISCLOSURE
GAY
DALAM MENYAMPAIKAN
HOMOSEKSUALITASNYA
KEPADA KELUARGA
Oleh :
ACHMAD DELLY
NPM. 0743010192
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 12 Mei 2011
Pembimbing Utama,
Drs.Kusnarto, M.Si
NIP. 195 8080 119 84021001
Tim Penguji,
1. Ketua
Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si NIP. 1 958122 51990011 001.
2. Sekretaris
Dr. Catur Suratnoaji, M.Si NPT. 368049400281
3. Anggota
Drs.Kusnarto, M.Si
NIP. 195 8080 119 84021001
Mengetahui, D E K A N
Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 195507181983022001
KATA PENGANTAR
Alhamdullilahirabbil’aalamiin, segala puji bagi Allah SWT, Sang Pemberi nafas
kehidupan pada seluruh makhluk, zat yang lembut yang membuat hidup indah pada
waktunya, meskipun ucapan syukur ini tidak cukup mewakili penulis dalam membalas
kenikmatan-Nya, tetapi hidup akan lebih terasa nikmat jika penulis masih diberikan
kesempatan untuk tetap bersyukur. Hanya kepadaNya-lah syukur dipanjatkan atas
selesaianya skripsi yang berjudul “Self Disclosure Gay dalam Menyampaikan
Homoseksualitasnya Kepada Keluarga”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan sesuai kurikulum yang ada di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur. Disamping itu dapat memberikan hal-hal yang berkaitan dengan disiplin
ilmu dalam mengadakan penelitian dalam mengadakan penelitian guna penyusunan
skripsi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan
bimbingan serta saran yang sangat berharga kepada :
1. Prof. Dr.Ir. Teguh Sudarto,MP. Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati,M.Si,selaku Dekan FISIP – UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Juwito, S.sos, Msi. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.
4. Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, Msi. Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi.
5. Bapak Drs. Kusnarto, M.Si selaku dosen wali yang bersedia ’direpoti’ selama
penulis kuliah di Progdi Ilmu Komunikasi tercinta ini dan sekaligus sebagai dosen
pembimbing yang memiliki empati terhadap kondisi penulis serta meluruskan
6. Tim Penguji pada Ujian Skripsi Skripsi Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan
masukan dan diskusinya selama menjadi tim penguji.
7. Kepala Bagian Tata Usaha Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur besera staf yang memberi pelayanan
pengurusan administrasi.
8. Bapak DR. Dede Oetomo selaku Pembina Yayasan GAYa Nusantara, terimakasih
atas kerjasamanya telah memberi kesempatan penulis untuk melaksanakan
penelitian.
9. Mas Iboed selaku Ketua Yayasan GAYa Nusantara, terima kasih atas ijin
penelitiannya serta bantuannya.
10. Mas-mas anggota yayasan GAYa Nusantara, mas yogi, mas adi, mas erick dan
mas-mas lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan
dan masukan yang telah banyak membantu selama penelitian.
11. Kedua orang tua-ku tercinta, adik ku Rachmad Yanuwanda serta seluruh keluarga
besarku yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil serta doanya
selama ini.
12. Teman-teman ku yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang yang
mewarnai hidup di kampus hingga di luar kampus.
13. Terakhir, untuk My beloved, Agita Kartika Ayuningtyas yang selalu membantu
penulis jika membutuhkan bantuan, terima kasih atas perhatian, pengertian,
kesabarannya menemani, memberi semangat dan motivasi, memberikan keyakinan
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun penulis harapkan guna perbaikan
dan penyempurnaan sehingga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak.
Surabaya, Mei 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ...
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ...
KATA PENGANTAR ...
1.1 Latar Belakang Masalah ...
1.2 Rumusan Masalah ...
1.3 Tujuan Penelitian ...
1.4 Manfaat Penelitian ...
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori...
2.1.1 Self-disclosure ………..………
2.1.1.1 Keluasan dan Kedalaman Hubungan Berbeda-beda ……..
2.1.2 Pengertian Komunikasi Interpersonal ……….……..
2.1.3.2 Komunikasi Keluarga ……….………...
2.1.4 Gay ………
2.1.4.1 Pengertian Gay ……….…..…
2.1.4.2 Ciri-ciri GaySecara Umum ………
2.1.5 Homoseksual ………..…….……
2.1.5.1 Pengertian tentang Homoseksual ………..
2.1.5.2 Penyebab Homoseksual ………..
2.1.6 Tempat Ngeber (tempat berkumpul/nongkrong) gay …………...
2.2 Konsep Makna ………..………
2.3 Kerangka Pemikiran ……….
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ...
3.2 Definisi Konseptual ...
3.3 Lokasi Penelitian ...
3.4 Penentuan Informan ...
3.5 Teknik Pengumpulan Data ...
3.6 Teknik Analisa Data ...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data ………...
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ……….………..……..
4.1.2 Penyajian Data ………...……...…….
1. Informan 1 (Yogi) ………...
2. Profil Adik Perempuan Informan 1 (Berlin) ………...
3. Profil Ibu Informan 1 (Yiyin) ………
4. Informan 2 (Erick) ………..
5. Profil Ibu Informan 2 (Binti) ………..
6. Informan 3 (Adi) ………
7. Profil Bapak Informan 3(Joko) ……….
4.2 Analisis Data ……….………
4.2.1 Self DisclosureGay Dalam Menyampaikan Homoseksualitasnya
4.2.1.1 Self disclosure Yogi ……….
4.2.1.2 Self disclosure Erick ………
4.2.1.3 Self disclosure Adi ………..
4.3 Self Disclosure Gay Dalam Menyampaikan Homoseksualitasnya
Kepada Keluarga ……….………...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
: Johari Window I ………..
: Johari Window II ………
: Johari Window III ………..
: Kerangka Pemikiran ………
: Dokumentasi foto wawancara dengan salah satu
informan ……….……….
: Dokumentasi foto anggota GAYa Nusantara ...…...
16
16
17
31
DAFTAR LAMPIRAN
: Pedoman Wawancara dengan Informan ………..………
: Pedoman Wawancara dengan Keluarga Informan …………..…
:Hasil Wawancara Dengan Informan I ………..………...
: Hasil Wawancara Dengan Adik (Informan Yogi) ………..……
: Hasil Wawancara Dengan Ibu (Informan Yogi) ………
: Story Informan I : Yogi ………...
: Hasil Wawancara Dengan Informan II ……….……
: Hasil Wawancara Dengan Ibu (Informan Erick)) ...
: Story Informan II: Erick ………..
: Hasil Wawancara Dengan Informan III ………..….
: Hasil Wawancara Dengan Ayah (Informan Adi) ……….
ABSTRAKSI
ACHMAD DELLY, SELF DISCLOSURE GAY DALAM
MENYAMPAIKAN HOMOSEKSUALITASNYAKEPADA KELUARGA.
Penelitian ini didasarkan pada fenomena percintaan kehidupan sekelompok orang yang memiliki penyimpangan seksual berbeda. Pada umumnya, manusia memiliki ketertarikan seksual terhadap lawan jenisnya. Seorang pria tertarik pada wanita atau sebaliknya wanita tertarik pada pria, mereka disebut sebagai kaum heteroseks. Namun, pada orang-orang tertentu penyimpangan seksual macam itu tidak ada atau berkadar kecil, mereka justru (lebih) tertarik pada sesama kaum Adam. Orang yang seperti ini dikelompokan dalam kaum yang disebut sebagai gay. Konstruksi sosial gay sendiri selama ini digambarkan sebagai suatu hal yang menyimpang bagi masyarakat heteroseksis, sehingga bagi gay sendiri mereka merasa lebih aman bila menyembunyikan identitas yang sesunguhnya.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengggambaran self disclosure gay dalam menyampaikan homoseksualitasnya kepada keluarga,yang mengambil lokasi penelitian di GAYa Nusantara Surabaya. Teori Johari Window menjadi landasan dalam penelitian ini karena dapat menjelaskan bagaimana keterbukaan gay dalam menyampaikan homoseksualitasnya pada keluarga. Self disclosure (keterbukaan diri) itu sendiri dapat diartikan sebagai pemberian informasi tentang diri sendiri kepada orang lain atau suatu proses dimana seseorang membiarkan dirinya dikenal atau diketahui oleh orang lain.
Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi pustaka/bahan dokumentasi dan wawancara secara mendalam (in dept interview) pada beberapa gay yang telah membuka diri kepada keluarga. Setelah itu, data-data diperoleh akan disajikan secara deskriptif. Dari data yang dianalisis, dapat disimpulkan bahwa gay yang melakukan self-disclosure tentang homoseksualitasnya kepada keluarga, mereka cenderung lebih terbuka kepada orangtua terutama ibu.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berkomunikasi itu ternyata tidak mudah, tetapi komunikasi
adalah salah satu syarat mutlak bagi manusia dalam melakukan interaksi
dengan sesamanya. Termasuk komunikasi antara seseorang dengan
keluarganya. Komunikasi yang sering terjadi dalam keluarga adalah
komunikasi interpersonal atau disebut juga komunikasi antar pribadi,
salah satunya yaitu antara gay dengan keluarganya.
Walaupun kehidupan gay di Indonesia tidak mudah diterima,
tetapi berbicara mengenai masalah homoseksual tentunya sudah tak asing
lagi bagi masyarakat kita, bahkan terkadang menjadi bahan lelucon
dalam masyarakat kita apabila seseorang selalu terlihat selalu bepergian
dengan sesama jenis. Homoseksual sendiri tidak bisa begitu saja
dikatakan sebagai suatu penyakit ataupun kelainan jiwa, karena pada
dasarnya homoseksual merupakan suatu pilihan identitas. Jadi, bukan
sesuatu yang mudah untuk mengembalikan jati diri seseorang menjadi
heteroseksual, karena selain masalah pilihan hidup, para kaum
homoseksual ini merasa bahwa mencintai pasangan sejenis merupakan
sebuah panggilan jiwa. Bisa jadi apabila kaum homoseksual ini berusaha
untuk menjadi heteroseksual merupakan sebuah pengkhianatan perasaan,
dicintai. Seperti yang diungkapkan oleh Dianawati berikut ini:
Homoseksual sebenarnya bukan tergolong penyakit pada umumnya,
melainkan lebih cenderung kepada pilihan identitas seseorang. Oleh
karena itu, cara apapun yang digunakan untuk penyembuhannya tidak
selamanya akan berhasil. Seorang homoseksual akan sulit untuk diubah
menjadi heteroseksual, yaitu seseorang (laki-laki atau perempuan) yang
tertarik pada jenis orang yang berlainan jenis (Dianawati, 2003: 13).
Bisa diterima atau tidak dalam kehidupan kita ada sekelompok
orang yang memiliki penyimpangan seksual berbeda. Pada umumnya,
manusia memiliki ketertarikan seksual terhadap lawan jenisnya. Seorang
pria tertarik pada wanita atau sebaliknya wanita tertarik pada pria,
mereka disebut sebagai kaum heteroseks. Namun, pada orang-orang
tertentu penyimpangan seksual macam itu tidak ada atau berkadar kecil,
mereka justru (lebih) tertarik pada sesama kaum Adam. Orang yang
seperti ini dikelompokan dalam kaum yang disebut sebagai gay.
Dalam masalah seksualitas, sering terdengar istilah
homoseksualitas. Homoseksualitas merupakan “sesuatu yang unik”,
sehingga biasanya menarik untuk dibicarakan. Homoseksual adalah
ketertarikan pada orang lain yang berjenis kelamin sama, termasuk
didalamnya gay (sebutan pada laki-laki) dan lesbian (sebutan pada
perempuan). Namun, di Indonesia kata homoseks oleh awam hanya
dipakai untuk mengacu pada laki-laki homoseksual. Apabila dilihat dari
Hal ini mungkin berkaitan dengan beberapa hal, misalnya: perempuan
kurang eksresif dalam hal seksual dan cenderung tertutup, sementara
laki-laki dianggap lebih terbuka dan bebas.
Beberapa tahun terakhir ini juga dipakai istilah gay, yang
merupakan kata serapan dari bahasa inggris. Istilah gay ini lebih
mengacu pada homoseksual laki-laki. Dalam benak masyarakat kita,
lazimnya seorang gay merupakan sosok laki-laki heteroseksual, begitu
macho, bersih dan sangat terawat. Terkadang sangat sulit membedakan
lelaki homoseksual dengan lelaki heteroseksual, karena secara fisik
penampilannya hampir sama dengan lelaki normal pada umumnya,
seorang gay atau lelaki homoseksual tetap menunjukkan garis tegas
seorang laki-laki, gagah dan begitu mempesona terutama bagi kaum
hawa.
Di industri hiburan misalnya, Josh Peter sebagai seorang publik
figur yang kita kenal di dunia entertainment dengan nama Jupiter
Fortissimo. Mantan coverboy sebuah majalah remaja yang terjebak di
dunia narkoba, kehidupan seks bebas dan bahkan mengalami disorentasi
seksual. Josh mengaku saat usia 6 tahun pernah mengalami pelecehan
seksual dengan orang dekat yang dipercaya ibunya sebagai pengasuh
yang akhirnya menyebabkan dia terjerumus ke dalam kehidupan gay.
Josh Peter dengan berat hati saat itu menceritakan kepada ibunya dan
Fenomena percintaan antara pasangan gay tentunya sudah
sangat akrab di telinga masyarakat kita. Walaupun masih sangat tabu
dalam budaya kita, tetapi selalu saja menarik untuk dibicarakan. Banyak
sekali hal-hal yang membuat masyarakat penasaran mengapa dua
makhluk yang berjenis kelamin sama ini bisa saling jatuh cinta. Pada
kaum gay, biasanya dalam menjalin hubungan mereka meniru gaya
berhubungan kaum heteroseksual. Bentuk kasih sayang di antara mereka
terjadi selayaknya pria dan wanita pada pasangan heteroseksual, mereka
saling memberi perhatian dan mengisi satu sama. Untuk menjalani
sebuah hubungan khusus bagi pasangan gay bukanlah hal yang mudah,
mereka harus berhadapan dengan norma-norma agama dan masyarakat
yang sangat menentang hubungan sesama jenis.
Dalam Al-Quran kasus homoseksual sendiri sudah ada sejak
zaman Nabi Luth, AS yang terdapat dalam surat Asy-Syu’ara ayat
165-166 : Mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki diantara manusia
(berbuat homoseks) QS: Asy-Syu’ara:165. Dan kamu tinggalkan
(perempuan) yang diciptakan Tuhan untuk menjadi istri-istri kamu.
Kamu (memang)orang-orang yang sudah melampaui batas. QS :
Asy-Syu’ara: 166. Maka ketika keputusan Kami datang, Kami
menjungkirbalikan negeri kaum Luth, dan Kami hujani mereka
bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar, yang diberi tanda oleh
Hud: 82-83. Hal ini berarti seorang gay melakukan sesuatu tidak pada
tempatnya, jelas hukumnya haram dan dilarang agama.
Perbedaan homoseksual (sebutan kepada orang-orang yang
secara seksual lebih tertarik pada orang yang memiliki jenis kelamin
yang sama) dan waria, sebenarnya penyimpangan seksual mereka ini
tidak memiliki perbedaan. Mereka tertarik pada sesama jenis hanya saja
ada beberapa hal yang membuat keduanya berbeda satu sama lain, yaitu
penampilan gay secara fisik sama seperti pria, secara fisik waria ingin
berpenampilan seperti wanita, dan secara pskologis dia mengidentifikasi
dirinya sebagai wanita. Para waria secara biologis adalah pria dengan
organ reproduksi pria, memang ada beberapa waria yang kemudian
berganti kelamin lewat operasi akan tetapi organ reproduksi yang ‘baru’
itu tidak bisa berfungsi seperti organ reproduksi wanita. Misalnya dia
tidak bisa haid dan hamil karena tidak mempunyai sel telur dan rahim
Membuka diri kepada orang lain tentang homoseksualitasnya
sebagai gay merupakan bentuk independensi terhadap diri sendiri sebagai
sebuah pribadi yang utuh. Di Indonesia, sikap membuka diri memiliki
tantangan sendiri. Perasaan takut kerapkali hadir sebagai alasan dalam
pengambilan keputusan untuk membuka diri atau tidak, seperti takut
dijauhi teman dan dikucilkan keluarga, takut dicap pendosa sebagai umat
beragama,serta dianggap tidak “normal” dalam lingkungan masyarakat
heteroseksual karena tidak memiliki keluarga dan mempunyai keturunan.
diri, permasalahan yang sama yang dihadapi kaum gay secara umum
yaitu perasaan terkungkung atas jati diri yang mereka miliki sehingga
merasa kesulitan untuk mengaktualisasikan diri mereka sebagai seorang
gay, akan tetapi biasanya gay memperoleh kebahagiaan setelah
keluarganya menerima dan mengetahui jati dirinya.
Penelitian ini sendiri berusaha menggambarkan bagaimana
self-disclosure tentang homoseksualitas yang dilakukan oleh gay kepada
keluarganya. Dengan melakukan self-disclosure tentang homoseksualitas
oleh gay kepada keluarga,berarti akan terjadi perubahan sikap, artinya
anggota keluarganya dapat saja menolak keberadaan mereka. Atau bisa
saja anggota keluarganya tetap menerima gay tersebut karena
menganggap hal itu sesuatu yang biasa, sehingga kehidupan gay dapat
terus berjalan. Keluarga berperan penting dalam proses pemahaman dan
penerimaan identitas setiap individu. Apabila keluarga mendukung setiap
individu, maka seseorang akan menjadi pribadi yang kuat dan mampu
tumbuh secara optimal. Individu-individu kaum gay pun lahir dari sebuah
keluarga, ada individu yang tumbuh dan berkembang dalam kehangatan
cinta kasih secara apa adanya. Adapula individu yang terpaksa menutup
diri dalam keluarga karena penyimpangan seksual yang berbeda, bahkan
sering kali individu mengalami penolakan saat bersikap terbuka pada
keluarga.
Banyak sikap dan cara dari masing-masing keluarga dalam
seorang homo atau gay. Tentunya hal itu tidak terlepas dari cara gay
tersebut berinteraksi dan menyikapi respon keluarga atas pilihan seksnya
sebagai gay. Tak bisa ditampik bahwa penerimaan keluarga memang bisa
sangat beragam, tergantung berbagai situasi dan kondisi dalam keluarga
tersebut yang wujud penerimaan tersebut adalah berupa kedekatan antar
anggota keluarga. Mayoritas gay mengaku dekat dengan ibu dan saudara
perempuan. Seorang gay yang diterima oleh keluarganya, merasa tidak
ada perlakuan berbeda dengan saudara yang lain, mereka merasa
nyaman, tenang dan bahagia. Sebaliknya bagi gay yang belum diterima
dan dipahami oleh keluarganya merasa seperti orang asing yang jauh dari
perasaan damai ketika berada ditengah keluarga. Menarik juga untuk
disimak mengenai sikap keluarga ketika menghadapi reaksi tetangga
sekitar dan orang-orang terdekat. Ada keluarga yang menaggapi dengan
nada emosi apabila ada komentar negatif, ada pula yang berusaha
memberi pengertian bahwa keluarganya yang sebagai seorang gay sama
saja dengan anggota keluarga yang lain. Ada juga yang memilih bersikap
acuh tak acuh selama orang lain tidak bertindak buruk dan merugikan
keluarga mereka, karena menurut sebagian kaum gay yang sudah
menjalani serta melewati self disclosure dirinya merasa bangga sekali
sebagai gay, karena menjadi gay tidaklah mudah, sebab tidak bisa lepas
dari stigma dan diskriminasi di masyarakat.
Secara praktis orang cenderung untuk tidak melakukan
ditimbulkannya. Contoh,misalnya jika seorang gay tetap menutup dirinya
dengan tidak menyatakan ke-homoseksualitasannya maka dia tidak akan
mengalami kerugian-kerugian baik secara personal dan hubungannya
dengan orang lain ataupun resiko pekerjaan dalam lingkungan yang
menolak keberadaan gay. Dapat saja seorang eksekutif muda yang sukses
baik secara hubungan dan karir, tiba-tiba harus kehilangan semuanya
hanya karena dia ketahuan seorang gay dan relasi maupun perusahaan
tidak dapat menerima keadaan tersebut. Oleh karena itu dalam
melakukan self-disclosure pun seseorang tidak dapat begitu saja memilih
semua orang untuk membuka rahasia yang disimpannya.
Munculnya GAYa Nusantara adalah salah satu bentuk usaha
yang dilakukan kaum gay di wilayah Surabaya dan sekitarnya untuk
berani terbuka dan mulai membuka diri dan membaur bersama
masyarakat. Sebagai lokasi penelitian ini, peneliti memilih Kota
Surabaya, dengan pertimbangan bahwa Surabaya merupakan kota
metropolitan terbesar kedua setelah Jakarta juga mempunyai sisi-sisi
yang sarat dengan kehidupan homoseksual, di samping itu Surabaya
merupakan kota tempat dimana GAYa Nusantara (GN) sebagai
organisasi yang mewadahi gay di Indonesia tumbuh untuk pertama
1.2. Rumusan Masalah
Dari masalah diatas dapat dirumuskan permasalahan penelitian
ini yaitu : Bagaimanakah self-disclosure gay dalam menyampaikan
homoseksualitasnya kepada keluarga?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
menggambarkan self-disclosure gay dalam menyampaikan
homoseksualitasnyakepada keluarga?
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan penelitian ini
terbagi ke dalam dua macam, yaitu :
a. Manfaat Teoritis,
Diharapkan melalui penelitian ini, maka kajian ilmu komunikasi
terutama dalam kajian tentang komunikasi interpersonal yang
berkaitan dengan self-disclosure. Melalui self-disclosure seseorang
akan lebih cermat memandang dirinya dan orang lain, sehingga efek
positifnya akan menciptakan mental yang sehat bagi dirinya, selain
itu self disclosure pun mempunyai efek negatif bagi suatu hubungan
10
b. Manfaat Praktis,
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dari
pentingnya self-disclosure dalam komunikasi interpersonal, terlebih
jika yang diungkapkan tersebut adalah hal-hal yang dianggap riskan
seperti masalah homoseksual (penyimpangan/plihan seks) sebagai
seorang gay, sehingga melalui hasil penelitian ini diharapkan
berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam melakukan
self-disclosure, apakah sebaiknya melakukan atau tidak melakukan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan batasan terhadap
permasalahan, maka pada penelitian ini juga digambarkan teori-teori
yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat agar diperoleh suatu
gambaran awal dari fenomena yang di teliti.
2.1.1 Self-disclosure.
Pengungkapan diri atau dalam bahasa inggris "self-disclosure"
dapat diartikan sebagai pemberian informasi tentang diri sendiri
kepada orang lain. Informasi yang diberikan tersebut dapat
mencakup berbagai hal seperti pengalaman hidup, perasaan, emosi,
pendapat, cita-cita, dan lain sebagainya. Pengungkapan diri haruslah
dilandasi dengan kejujuran dan keterbukaan dalam memberikan
informasi, atau dengan kata lain apa yang disampaikan kepada orang
lain hendaklah bukan merupakan suatu topeng pribadi atau
kebohongan belaka sehingga hanya menampilkan sisi yang baik saja
(Tubbs & Moss,1996).
Tidak semua topik pembicaraan dapat diketahui orang lain, ada
beberapa topik yang mudah diungkapkan dan ada pula yang
kecenderungan yang berbeda dalam hal ini, seorang gay yang berani
terbuka kepada keluarganya mengenai homoseksualitasnya. Hal-hal
yang sering dibicarakan dalam self disclosure adalah : (DeVito,1999)
1. Tentang sikap
2. Tentang opini, baik mengenai politik maupun seks
3. Tentang orang-orang terdekat
4. Tentang seks, meliputi : penyimpangan seks, khayalan seks
maupun pengalaman seks dll.
5. Tentang Kebiasaan.
6. Tentang keadaan fisik
7. Tentang tujuan hidup sendiri
8. Tentang pengalaman hidup, dan
9. Tentang perasaan, meliputi perasaan bahagia maupun senang.
Meski diakui bahwa pengungkapan diri sangat penting bagi
perkembangan individu, namun sebagian orang masih enggan untuk
melakukannya. Pada dasarnya keengganan atau kesulitan individu
dalam mengungkapkan diri banyak dilandasi oleh faktor resiko yang
akan diterimanya di kemudian hari, di samping karena belum adanya
rasa aman dan kepercayaan pada diri sendiri. Resiko yang dimaksud
dapat berupa bocornya informasi yang telah diberikan pada
seseorang kepada pihak ketiga padahal informasi tersebut dianggap
sangat pribadi oleh si pemberi informasi, atau bisa juga informasi
dapat mengganggu hubungan yang sebelumnya sudah terjalin dengan
baik.
Selain itu pengungkapan diri pada orang atau kondisi yang
tidak tepat justru akan menjadi bumerang bagi si pemberi informasi.
Selain faktor resiko, faktor pola asuh juga berperan penting. Dalam
keluarga atau lingkungan yang tidak mendukung semangat
keterbukaan dan kebiasaan berbagi informasi maka individu akan
sulit untuk bisa mengungkapkan diri secara tepat. Itulah sebabnya
mengapa sebagian orang amat sulit berbagi informasi dengan orang
lain, sekali pun informasi tersebut sangat positif bagi dirinya dan
orang lain (Tubbs&Moss,1996).
Meskipun pengungkapan diri mengandung risiko bagi si pelaku
(pemberi informasi) namun pengungkapan diri sangatlah penting.
Hal ini didasarkan pada pendapat yang mengatakan bahwa
pengungkapan diri (yang dilakukan secara tepat) merupakan indikasi
dari kesehatan mental seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa
individu yang mampu mengungkapkan diri secara tepat terbukti
lebih mampu menyesuaikan diri (adaptive), lebih percaya pada diri
sendiri, lebih kompeten, extrovert, dapat diandalkan, lebih mampu
bersikap positif dan percaya terhadap orang lain, lebih obyektif dan
terbuka (Madison,1991).
Selain itu berbagi informasi dengan orang lain dapat
masalah-masalah psikologis yang menyangkut hubungan. Dari segi
komunikasi dan pemberian bantuan kepada orang lain, salah satu
cara yang dianggap paling tepat dalam membantu orang lain untuk
mengungkapkan diri adalah dengan pembukaan diri kita kepada
orang tersebut terlebih dahulu. Dengan adanya penyingkapan jati
diri, maka seseorang akan mendapatkan dampak yang positif dan
negatif. Positif dalam artian sama dengan mendapatkan keuntungan,
dan negatif berarti mendapatkan kerugian yang akan diterima oleh si
pelaku self-disclosure tersebut nantinya setelah melakukannya.
Beberapa respon positif /negatif yang diperoleh tersebut antara lain :
(De Vito, 1999)
1. Pengetahuan tentang diri, melalui self-disclosure kita
menemukan perspektif baru pada diri kita, pemahaman yang
lebih mendalam dari perilaku kita sendiri.
2. Kemampuan untuk mengatasi (keadaan), melalui self-disclosure
akan ada peningkatan kemampuan yang berhubungan dengan
masalah-masalah yang kita hadapi, terutama
kesalahan-kesalahan.
3. Komunikasi yang efektif, melalui self-disclosure kita dapat
meningkatkan komunikasi yang efektif.
4. Hubungan yang lebih berarti, melalui self-disclosure membantu
kita menerima hubungan yang lebih dekat dengan orang dimana
5. Kejiwaan yang sehat, melalui self-disclosure kita secara tidak
langsung melindungi tubuh kita dari stress.
Mendapatkan respons yang negatif seperti :
1. Kerugian secara personal.
Apabila dia mengungkapkan jati diri nya kepada keluarga tentang
seksualitasnya yang menyimpang resikonya adalah dia dikucilkan
oleh keluarganya, di cemooh bahkan tidak diakui keberadaanya
dan terjadi pemutusan tali persaudaraan maka secara personal dia
rugi karena hubungannya dengan keluarganya memburuk atau
menjauh.
2. Kerugian dalam hubungan.
Dalam hubungan berpacaran seorang gay yang mengaku ke pada
kekasihnya yang seorang perempuan normal, maka kemungkinan
dia ditinggalkan oleh kekasihnya.
3. Kerugian dalam pekerjaan
Jika didalam pekerjaan tidak menutup kemungkinan dia dipecat
karena perusahaan tidak mau menerima atau mempekerjakan
seorang gay seperti yang terjadi dalam film “Queer As Folk”
dimana dalam film tersebut diceritakan bahwa seorang gay
bernama Brian yang melakukan self-disclosure akhirnya harus
kehilangan karirnya sebagai direktur sebuah perusahan ternama di
diakui lagi sebagai bagian dari mereka atau istilah lainnya adalah
pemutusan tali persaudaraan.
Rakhmat (2000) menuliskan bahwa dengan membuka diri atau
melakukan self-disclosure, pandangan kita tentang diri sendiri
menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila pandangan kita tentang diri
sesuai dengan pengalaman yang ada, maka kita akan lebih terbuka
untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru,
lebih cenderung menghindari sikap defensive, dan lebih cermat
memandang diri kita dan orang lain. Dalam Johari Window
diungkapkan tingkat keterbukaan dan tingkat kesadaran tentang diri
kita. Beberapa bentuk dari Johari Window adalah sebagai berikut:
Publik (diketahui orang lain)
Privat
(Tidak diketahui orang lain)
Gambar 2.1. Johari Window I Jalaluddin Rakhmat, psikologi komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000,p.107)
Sebelah atas jendela menunjukkan aspek diri kita yang
diketahui orang lain-public self, sedangkan sebelah bawah adalah
aspek diri yang tidak diketahui orang lain–private self.
Diri yang kita ketahui
Diri yang tidak kita ketahui
Gambar 2.2. Johari Window II, Jalaluddin Rakhmat, psikologi komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000,p.107)
kedua jendela tersebut digabung menjadi Jendela Johari yang
lengkap dengan masing-masing daerah yaitu : “terbuka” (open),
“buta” (blind), “tersembunyi” (hidden), dan “tidak dikenal”
(unknown). (diketahui oleh diri sendiri dan
diketahui oleh orang lain)
DIRI BUTA
(tidak diketahui oleh diri sendiri
tetapi diketahui oleh orang lain) Publik
DIRI TERSEMBUNYI /RAHASIA (diketahui oleh diri sendiri tetapi
tidak diketahui oleh orang lain)
DIRI GELAP
(tidak diketahui oleh diri sendiri maupun oleh orang lain)
Privat
Gambar 2.3. Johari Window III Jalaluddin Rakhmat, psikologi komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000,p.108)
Penjelasan dari gambar di atas adalah :
a) Kuadran terbuka (I), DIRI TERBUKA
Pada wilayah ini kepribadian, kelebihan dan kekurangan yang
terdapat pada diri kita selain diketahui oleh diri sendiri juga
diketahui oleh orang lain. Oleh karena itu jika wilayah terbuka
ini makin melebar dalam arti kita dapat memahami orang lain
dan juga orang lain dapat memahami diri kita maka akan
terjadi komunikasi yang mengena. Misal : terbuka terhadap
dunia sekelilingnya, potensi diri disadari, perasaan dan
pikirannya terbuka untuk pengalaman-pengalaman hidup yang
b) Kuadran buta (II), DIRI BUTA
Diri buta berisikan informasi tentang diri kita yang diketahui
orang lain tetapi kita sendiri tidak mengetahuiya. Oleh karena
itu, kalau wilayah buta makin melebar dan mendesak wilayah
lain maka akan terjadi kesulitan komunikasi. Misal:
perasaannya kurang terbuka, kurang luas cara pandang dan
variasi hidupnya dan sebagainya.
c) Kuadran tersembunyi (III), DIRI TERSEMBUNYI
Pada wilayah tersembunyi, semua hal yang kita miliki
tersembunyi sehingga tidak diketahui oleh orang lain. Ada dua
konsep yang erat hubungannya dengan wilayah ini :
- Over disclose, yaitu sikap yang terlalu banyak
mengungkapkan sesuatu sehingga hal-hal yang seharusnya
disembunyikan juga diutarakan.
- Under disclose, yaitu sikap yang menyembunyikan sesuatu
yang seharusnya dikemukakan.
d) Kuadran tidak dikenali (IV), DIRI GELAP/TIDAK DIKENAL
Kuadran ini merupakan wilayah yang paling kritis dalam
komunikasi. Karena selain diri kita yang tidak mengenal diri
kita sendiri, orang lain juga tidak mengetahui siapa kita. Ini
adalah informasi yang tenggelam dialam bawah sadar atau
2.1.1.1 Keluasan dan Kedalaman Hubungan Berbeda-beda
Hubungan dapat diuraikan menurut topik yang
dibicarakan, oleh dua orang atau lebih yang mereka lekatkan
pada topik tertentu. Banyaknya Topik yang dibicarakan
hubungan antarpribadi berbeda-beda dalam hal keluasan
(breadth) dan kedalaman (depth). Jenis hubungan yang lebih
akrab, topik yang dibicarakan lebih luas, tetapi hubungan yang
lebih dekat lagi topik yang dibicarakan sampai mendalam. Ini
adalah hubungan antara seseorang dengan kekasih, orang tua,
atau saudara kandung. Bila pengungkapan diri yang bersifat
intim dilakukan pada tahap awal suatu hubungan, kita merasa
ada yang janggal pada orang yang melakukannya. Bila
hubungan berkembang ke tingkat yang akrab dan kuat, baik
keluasaan dan kedalaman meningkat, dan peningkatan ini
dipandang nyaman,normal, dan alamiah (De Vito, p.237-238).
2.1.2 Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua
orang atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan
pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan
menanggapi secara langsung pula (Agus M. Hardjana:2003, p.85).
Komunikasi interpersonal disebut efektif apabila penerima
kenyataanya sering terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi sebab
cara penerima menangkap makna suatu pesan berbeda dari apa yang
dimaksud oleh pengirim, karena pengirim pesan gagal
mengkomunikasikan maksudnya dengan tepat (Supratiknya,1995).
2.1.3 Keluarga
2.1.3.1 Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan, saling mempengaruhi, saling memperhatikan
dan saling menyerahkan diri. (Depkes RI,1998). Biasanya
anggota keluarga hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain dan berinteraksi satu sama lain
Keluarga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
keluarga inti (nuclear family) merupakan keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum dewasa atau belum
menikah. Sedangkan keluarga besar (extended family) adalah
satuan keluarga yang meliputi lebih dari suatu generasi dan satu
lingkungan kaum keluarga yang lebih luas dari satu generasi
atau satu lingkungan kaum yang lebih luas daripada ayah, ibu
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh perilaku dari
keluarga. Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
Anak-anak melaksanakan peranan sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
2.1.3.2 Komunikasi Keluarga
Keluarga sangat berperan bagi perkembangan anak. Praktisi
Henny Supolo mengatakan bahwa persentuhan anak yang
pertama adalah dengan keluarga. Komunikasi sangat penting
untuk membina sebuah hubungan dalam keluarga, sebab tanpa
komunikasi, hubungan–hubungan yang akrab antar keluarga
tidak dapat terjalin atau tetap hidup.
Sebuah penelitian menunjukan bahwa 70% dari waktu
dan 30% dari waktu tersebut digunakan untuk berbicara.
Berbicara adalah elemen yang terpenting, sebab pembicaraan
adalah sarana yang dapat mempererat hubungan keluarga.
Tujuan dari suatu komunikasi keluarga bukanlah sekedar
menyampaikan informasi, melainkan membentuk sebuah
hubungan yang baik dengan orang lain. Kualitas hubungan antar
anggota keluarga tersebut tergantung pada kesanggupan
seseorang untuk menyatakan diri kepada orang lain, dengan
komunikasi antara seseorang dengan keluarganya menunjukan
bahwa adanya penerimaan atau penolakan dari keluarganya
(Shinta, 2001).
2.1.4 Gay
2.1.4.1 Pengertian Gay
Gay adalah istilah laki-laki yang mempunyai
kecenderungan untuk tertarik secara emosional ataupun
perasaan dengan orang lain yang juga berjenis kelamin
laki-laki. Para gay cenderung menganggap bahwa pilihan atau
penyimpangan seksualnya adalah kodrat genetik/ilahi, dimana
gay tersebut menyebut diri sesuai dengan pilihan seksual orang
pada umumnya. Seorang gay sangat peduli dengan
penampilannya dan juga memperhatikan apa-apa saja yang
2.1.4.2 Ciri-ciri Gay Secara Umum
Gay umumnya suka memakai baju yang ketat, biar
keliatan lekuk tubuhnya. Karena bentuk body bagi seorang gay
adalah nilai jual tersendiri. Umumnya, para gay lebih senang
memakai warna mencolok. Saat ngobrol, bisa diketahui melalui
gaya bicaranya. Umumnya, para gay ini terlihat sangat feminim
dan perhiasan yang dikenakannya pun cenderung "ramai" yang
merupakan alat komunikasi sesama gay.
Selain itu para gay umumnya juga suka berpenampilan
yang rapi, modis dan dandy, dan memakai parfum yang baunya
sangat wangi. Ciri lainnya, mereka selalu tertarik pada aktivitas
yang biasanya dilakukan wanita. Pribadi mereka cenderung
pendiam, tertutup, tidak suka bergaul dengan banyak orang.
Berbicara seadanya dan cenderung lembut. Tapi, banyak juga
para gay yang sulit dikenali secara umum, karena mereka
cenderung memiliki ciri khas tersendiri.
Berdasarkan pengalaman peneliti yang pernah didekati
oleh seorang gay. Pada awalnya, peneliti tidak menaruh curiga
kepada sosok teman yang baru dikenal itu adalah seorang gay.
Karena peneliti berkenalan di sebuah tempat fitnes. Gay
tersebut memiliki perawakan yang bagus. tinggi, besar,
maskulin, dan tampan seperti seorang fitnes trainer, tidak ada
Namun, setelah beberapa kali berbincang-bincang dan
berteman dengannya. Peneliti baru menemukan suatu
kecurigaan pada sosok pria ini, karena selama bicara yang
berulang-ulang kali, ternyata pria ini membicarakan hal-hal
yang berbau homo. Awalnya memang tidak nampak. Tapi
lama-kelamaan, peneliti mengenali dari bahan pembicaraannya.
Padahal, sikap dan pakaiannya seperti orang straight. Dari sini
peneliti dapat mengenali bahwa tidak semua kaum gay itu bisa
benar-benar dikenali dari cara pakaian, aksesoris dan gaya
mereka.
2.1.5 Homoseksual
2.1.5.1 Pengertian tentang Homoseksual.
Seseorang dikatakan homoseksual yaitu jika
penyimpangan seksual mereka mengacu pada sesama jenis.
Penyimpangan seksual dalam hal ini yaitu rasa ketertarikan
dalam hal seksual dengan obyek yang sesama jenis.
Homoseksualitas adalah kesenangan yang terus-menerus
terjadi dengan pengalaman erotis yang melibatkan kawan
sesama jenis, yang dapat atau mungkin saja tidak dapat
dilakukan dengan orang lain. Atau dengan kata lain,
homoseksualitas membuat perencanaan yang disengaja untuk
Pengertian Homoseksual dalam kamus bahasa inggris:
The word homosexuality has acquired multiple meanings over
time. In the original sense, it describes a sexual orientation
characterised by lasting aestheticattraction, romantic love, or
sexual desire exclusively for others of the same sexor gender.
Homosexuality is usually contrasted with heterosexuality and
bisexuality. The term gay is used predominantly to refer to
homosexual males (Madison,1991). (Kata homoseksualitas
sudah mendapatkan banyak arti selama waktu berlalu sampai
saat ini. Sebenarnya, kata tersebut menggambarkan
penyimpangan seksual, dikarakterkan dengan ketertarikan
emosional, cinta romantis atau nafsu seksual yang khususnya
pada jenis kelamin yang sama dan gender yang sama.
Homoseksualitas biasanya kontras dengan heteroseksual dan
biseksual.
2.1.5.2 Penyebab Homoseksual.
Menurut Budi, aktivis Gaya Nusantara dalam sebuah
tulisan di GN Online (Oetomo,2001). Ada dua hal yang
menyebabkan orang menjadi homoseksual. Pertama, faktor
bawaan atau gen, yaitu adanya ketidakseimbangan jumlah
hormon pada diriseseorang sejak lahir. Jumlah hormon wanita
diri kewanitaan biasanya lebih kuat, sehingga mereka
cenderung berperilaku feminin dan selalu tertarik terhadap
aktivitas yang dilakukan wanita. Laki-laki yang menjadi
homoseks karena faktor tersebut biasanya tidak bisa kembali
menjadi laki-laki dalam arti sebenarnya. Tapi, sifat homoseks
tersebut bisa berkurang frekuensinya. Tentunya, diperlukan
usaha yang keras. Misalnya, tidak bergaul lagi dengan kaum
homo, punya keyakinan yang kuat, dan harus tahan segala
godaan. Sedangkan yang kedua adalah faktor lingkungan,
yaitu komunitasnya lebih sering bertemu dengan laki-laki dan
amat jarang bertemu dengan wanita. Selain itu, ada juga dari
mereka yang terlibat dalam kehidupan homo semata-mata
karena gaya hidup dan materi.
Biasanya mereka berawal dari coba-coba untuk
berhubungan dengan sesama jenis dengan imbalan uang. Jenis
homo ini bisa hilang bila mereka telah menemukan pasangan
hidup wanita atau mereka keluar akibat terkena penyakit
kelamin. Orang tersebut dapat kembali menjadi sebagai lelaki
sepenuhnya apabila dia punya komitmen yang kuat untuk
menjauhi segala macam hal yang berhubungan dengan
kehidupan homo. Namun pada umumnya orang meninjau
penyebab seseorang menjadi homoseksual, yaitu :
2. Pengalaman seksual yang buruk pada masa kanak-kanak,
yaitu adanya gangguan perkembangan psikoseksual pada
masa anak-anak
3. Pengaruh Lingkungan Keadaan lingkungan yang
memungkinkan dan mendorong pasangan sesama jenis
menjadi erat.
2.1.6 Tempat Ngeber (tempat berkumpul/nongkrong) gay
Dalam sebuah situs di GN online, peneliti mencari tahu
tempat-tempat di mana gay berkumpul (sebagian dari kaum gay menyebutnya
"ngèbèr") maupun bertemu di berbagai penjuru Nusantara. Berbagai
tempat umum digunakan kawan-kawan kita untuk berkumpul: salon,
kafe, warnet, bar, pub, diskotek, taman, tepi jalan, pendek kata tempat
keramaian umumnya, yaitu:
1. Pataya, terletak di Jl. Kangean (jogging track belakang Hotel
Gubeng Jl. Sumatra, samping Kalimas.Gay berondong sampai
dewasa berkumpul 24 jam. Pada siang hari kebanyakan gay dewasa
pekerja kantor, dan mulai ramai pada pukul 12.00 saat istirahat
kantor s/d sore. Dan pada malam hari mulai ramai pukul 22.00
sampai dini hari.
2. CALFOR (singkatan dari “California”), terletak di sepanjang
jembatan Delta menuju WTC, hingga depan Hotel Plaza Surabaya.
3. TAMAN EDEN, terletak Jl. Ketabang Kali samping Kalimas,
depan Grand City Mall. komunitas gay, kebanyakan karyawan
kantor yang baru pulang kerja. Biasanya sekitar pukul 17.00 s/d
22.00.
4. TEXAS Terminal Joyoboyo, lokasinya di depan Polsek Joyoboyo.
Gay dewasa biasa berkumpul pukul 21.00 s/d 24.00, setiap hari.
5. TAMAN BUNGKUL, terletak diJl. Raya Darmo. Gay berondong
s/d dewasa biasa berkumpul sekitar pukul 21.00 s/d Pukul 4 Pagi.
6. TERMINAL BUNGURASIH (PURABAYA), terletak Jl. Mayjen
Sutoyo, Waru, tempat parkir bus. Kebanyakan gay dewasa dan
terbuka pada pukul 21.00 sampai pagi.
7. PIJAT KHUSUS LAKI-LAKI, Lihat di Koran MEMORANDUM
di kolom pijat kebugaran. Ada yang dikoordinir ada yang individu.
Bisa dipanggil dan bisa di tempat.Tarif negosiasi. Lebih kurang 20
tempat.
8. WARNET yang sering dikunjungi teman-teman Gay
a. URGENT Jl. Pemuda depan Hotel Tunjungan.
b. ARF NET Jl.Dharmawangsa 84
9. Desparado Mexican Bar, yang terletak di Shangri-La Hotel Jalan
Mayjen Sungkono. Kalangan Gay berkumpul setiap Jumat dan
sabtu malam, berbaur dengan kalangan hetero lainnya.
10.Red Top Cabaret, yang terletak di dekat stasiun semut. Kalangan
11.Stastion Top 10, yang terletak di lantai 6 Tunjungan Plaza.
Kalangan gay bekumpul setiap hari Jumat dan Sabtu Malam dan
berbaur dengan kalangan hetero lainnya.
12.Studio East Discoutique, yang terletak di lantai 4 Wisma Andhika
Jalan Simpang Dukuh. Kalangan gay berkumpul pada hari Kamis
malam mulai mulai dari jam 22.00. Pada malam itu biasanya ada
pertunjukan khusus yang dilakukan oleh kalangan Gaya Nusantara
dan Ellite Model Group.
13. Excelso Café, Surabaya Plaza, Galaxy Mall dan Plaza Tunjungan
3, para gay biasanya berkumpul.
14. Surabaya Plaza, Jalan Pemuda dekat Hotel Garden Palace dan
Plaza Hotel. Kaum gay cenderung berkumpul di lantai 2 dekat
cellini boutique.
15.Tunjungan plaza I, II,II, terletak di Jalan Embong Malang.
Khususnya di dekat Toko Gunung Agung, Food Court.
16.Atlas gymnasium, yang terletak di Jalan Darma Husada Indah
Barat III no.64-67.
17. Graha residence, Sheraton Healty Club, Klub Primalaras
2.2 Konsep Makna
Komunikasi yang sering terjadi dalam keluarga adalah komunikasi
interpersonal atau disebut juga komunikasi antar pribadi, salah satunya yaitu
antara gay dengan keluarganya (orangtua, dan saudara/kakak-adik). Jika
pesan yang disampaikan berkenaan dengan hal-hal yang wajar tidak akan
mejadikan masalah yang berarti. Namun bagaimana jika pesan yang akan
disampaikan kepada keluarganya berkenaan dengan penyampaian
pilihan/penyimpangan seks yang tidak lazim atau tidak sewajarnya. Agar bisa
diterima di lingkungan keluarganya mereka cenderung untuk menutupi
identitas seksual mereka yang lebih menyukai laki-laki. Akan tetapi
adakalanya terdapat juga beberapa dari mereka membiarkan dirinya diketahui
sebagai seorang gay untuk kalangan tertentu. Untuk itu mereka melakukan
self-disclosure kepada keluarganya tersebut dengan menanggung segala
resikonya. Jika sebagai seorang gay dia ditolak,maka dia akan mengalami
kerugian yaitu dikucilkan dan tidak diakui keberadaanya. Akan tetapi jika dia
diterima sebagai gay oleh keluarganya, maka akan tetap terjalin hubungan
31
2.3 Kerangka Pemikiran
Konstruksi Sosial Gay di Masyarakat
Dimasyarakat yang menjunjung tinggi heteroseksual, gay dianggap
sebagai perilaku menyimpang
Melakukan Self disclosure kepada keluarganya (orangtua, saudara dengan
menceritakan bahwa dirinya seorang gay
Penelitian tentang self-disclosure gay dalam menyampaikan homoseksual litasnya kepada keluarga
Keterangan: Gay yang secara terang-terangan membuka
ke-homoseksualitasannya kepada keluarga mereka dengan menanggung segala resikonya.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.
Menggunakan metode deskriptif karena penelitian bertujuan untuk
menjelaskan secara sistematis mengenai berbagai aspek seorang individu,
suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), dimana tujuannya adalah
memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam mengenai subyek
yang diteliti (Mulyana, 2001, p. 201). Sedangkan Penelitian dengan
menggunakan pendekatan kualitatif, dijelaskan oleh Bogdan dan Taylor
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari gejala-gejala yang diamati
(Moleong,2001,p.3). Pendekatannya diarahkan pada latar dan individu
tersebut secara holistik (menyeluruh). Jadi dalam hal ini tidak boleh
mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis,
tetapi perlu memandangnya secara menyeluruh.
Salah satu karakteristik penelitian kualitatif menurut David D.
William disebutkan lebih tertarik menelaah fenomena-fenomena sosial
dan budaya dalam suasana yang berlangsung secara wajar dan alamiah,
bukan dalam kondisi yang terkendali. Disamping itu penelitian kualitatif
3.2 Definisi Konseptual
Definisi konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Gay
Definisi dari gay di sini adalah kecenderungan seorang laki-laki untuk
tertarik dengan orang lain yang juga berjenis kelamin laki-laki. Baik
ketertarikan secara emosional ataupun perasaan. Gay yang dimaksud
dalam penelitian ini sendiri adalah gay yang berdomisili di Surabaya
yang telah melakukan self disclosure tentang homoseksualitasnya
(pilihan/penyimpangan seks) kepada keluarganya.
2. Self- Disclosure
Self disclosure yang dimaksud dalam penelitian ini adalah self
disclosure tentang homoseksualitasnya (pilihan/ penyimpangan seks)
yang dilakukan oleh gay kepada keluarganya.
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di GNCC (GAYa NUSANTARA
COMMUNITY CENTER) Jalan Mojo Kidul I-No. 11 A, Surabaya.
Peneliti mengambil lokasi penelitian di GNCC karena lokasi tersebut
adalah wadah berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh komunitas
gay, lesbian, biseksual dan waria dalam sebuah acara pertemuan kecil,
kegiatan diskusi kelompok, bahkan memanfaatkan GNCC untuk latihan
peneliti karena mempermudah peneliti untuk bertemu informan dalam
menggali informasi seputar gaya hidup gay.
3.4 Penentuan Informan
Dalam penelitian kualitatif posisi informan sangat penting.
Informan adalah sumber data yang dibutuhkan oleh peneliti dalam
sebuah penelitian. Informan dipilih guna mendapatkan informasi yang
sesuai dengan permasalahan penelitian, yang terlebih dahulu peneliti
menetapkan sapa saja informannya sesuai dengan tema penelitian.
Karena peneliti ingin menggali dan mengumpulkan data yang
benar dan bisa dipercaya, maka peneliti perlu memikirkan pilihan
informannya secara tepat, sehingga informan yang dipilih haruslah sesuai
dengan kriteria yang berlaku guna menghindari data yang kurang akurat.
Kriteria-kriteria yang dimaksud dalam menentukan informan tersebut
(yang dikutip dalam Faisal, 1990, p. 56-57) antara lain :
1. Subyek yang sudah sejak lama tinggal dan menyatu dengan kegiatan
yang menjadi obyek penelitian
2. Subjek yang masih terlibat secara aktif pada lingkungan yang menjadi
sasaran penelitian
3. Subjek yang mempunyai banyak waktu atau kesempatan untuk
dimintai informasi
4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Secara umum dalam penelitian ini data dikumpulkan melalui:
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Moleong, 2001, p. 135). Wawancara ini bertujuan agar peneliti dapat
menggali segala informasi baik yang tersirat dan nyata serta yang
tersembunyi jauh dari subyek penelitian (Faisal, 1990, p. 62).
Dalam penelitian ini digunakan wawancara secara mendalam
(in dept interview), menurut Burhan Bungin wawancara mendalam
adalah suatu cara mengumpulkan data dengan cara bertatap muka
dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap
tentang topik yang diteliti (Bungin, 2004).
Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan
sedetail-detailnya guna mendapatkan informasi yang sebenar-benarnya.
Bentuk wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara terfokus dimana responden di wawancarai dalam waktu
yang pendek dan peneliti telah menyusun dan menyiapkan catatan
secara garis besar tentang pokok-pokok pertanyaan yang disebut
2. Penggunaan Studi Pustaka/Bahan Dokumrntasi
Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data primer
yang didukung data sekunder, yang dimaksud data primer yaitu data
yang diperoleh secara langsung dari sumbernya atau dari hasil
penelitian yang penulis lakukan di lapangan melalui wawancara
dengan informan gay anggota GAYa Nusantara. Selain itu juga
digunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan pustaka
dan dokumentasi seperti: transkrip wawancara, majalah, internet,
buku-buku dan bulletin GAYa Nusantara serta dokumen-dokumen
penunjang seperti foto-foto dan rekaman wawancara hasil penelitian.
3.6 Teknik Analisa Data
Setelah seluruh data diperoleh melalui wawancara secara
mendalam (in-depth interview), peneliti akan menganalisis data tersebut.
Analisis data menurut Patton dalam Moleong adalah proses mengatur
urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan
satuan uraian dasar. (Moleong, 2001, p. 103).
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis
data adalah sebagai berikut :
1. Data yang terkumpul diketegorikan dan dipilah-dipilah menurut jenis
37
2. Melakukan seleksi terhadap data mana yang dianggap data primer
yang berkaitan langsung dengan permasalahan dan mana yang hanya
merupakan data sekunder.
3. Mengkaji dan mempelajari lebih dalam data tersebut kemudian
melakukan interprestasi data untuk mencari solusi dalam
permasalahaan yang diangkat dalam penelitian (Moleong, 2001, p.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Tumbuhnya budaya kosmopolitan di Surabaya telah
mengakibatkan lingkup dan gerak pergaulan antar manusia menjadi
lebih luas, plural dan beragam. Wacana seksualitas yang muncul di
Surabaya saat ini juga menyoroti perihal relasi-relasi cinta
nonheteroseksual, seperti gay. Di Surabaya, gay yang berani berterus
terang tentang identitasnya sebagai penyuka sesama jenis sangat
jarang sekali. Oleh karena itu sikap membuka diri dibutuhkan suatu
keberanian, karena dalam membuka diri memiliki tantangan
tersendiri. Permasalahan yang sama yang dihadapi kaum gay secara
umum yaitu perasaan terkungkung atas jati diri yang mereka miliki
sehingga merasa kesulitan untuk mengaktualisasikan diri mereka
sebagai seorang gay, akan tetapi biasanya gay memperoleh
kebahagiaan setelah keluarganya menerima dan mengetahui jati
dirinya. Munculnya GAYa Nusantara adalah salah satu bentuk usaha
yang dilakukan kaum gay di wilayah Surabaya dan sekitarnya untuk
berani terbuka dan mulai membuka diri dan membaur bersama
masyarakat. Sebagai lokasi penelitian ini, peneliti memilih Kota
metropolitan terbesar kedua setelah Jakarta juga mempunyai sisi-sisi
yang sarat dengan kehidupan homoseksual, di samping itu Surabaya
merupakan kota tempat dimana GAYa Nusantara (GN) sebagai
organisasi yang mewadahi gay di Indonesia tumbuh untuk pertama
kalinya.
4.1.2 Penyajian Data
Dalam bab ini, dipaparkan penggambaran data hasil temuan
di lapangan. Data diperoleh dengan menggunakan kamera
handphone untuk merekam wawancara. Wawancara dilakukan untuk
menggali informasi sebanyak-banyaknya dari informan, data tersebut
disajikan dalam bentuk deskripsi tentang profil masing-masing
informan yang telah dipilih untuk menjadi subyek dalam penelitian
ini.
Dengan mendeskripsikan profil mereka, diharapkan dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam terhadap
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu
bagaimanakah self-disclosure gay dalam menyampaikan
homoseksualitasnya kepada keluarga.
Penelitian ini dilakukan di Surabaya selama 4 minggu.
Sebagaimana telah ditetapkan sebelumnya, subjek penelitian yang
dijadikan informan hanya tiga orang gay saja, yaitu gay anggota
dari hasil in-depth interview yang dilakukan peneliti terhadap tiga
orang informan dalam penelitian ini. Mereka adalah : (1) Yogi yang
berusia 27 tahun dan bekerja sebagai Media Publikasi di GAYa
Nusantara; (2) Erick yang berusia 32 tahun dan bekerja sebagai
Pengembangan Organisasi dan Kelembagaan di GAYa Nusantara;
(3) Adi yang berusia 33 tahun dan bekerja sebagai Koordinator
Kesehatan di GAYa Nusantara.
4.1.3 Identitas Informan 1. Informan 1 (Yogi)
Informan pertama dalam penelitian ini adalah Yogi. Laki-laki
ini lahir di Blitar 27 tahun yang lalu. Yogi merupakan anak
pertama dari dua bersaudara. Saudaranya seorang perempuan
yang saat ini bertempat tinggal di Blitar. Status tempat tinggal
Yogi di Surabaya adalah indekost, mulai dari dia pertama tinggal
di Surabaya hingga dia bekerja sampai saat ini. Sebelum Yogi
bergabung dan bekerja di GAYa Nusantara sebagai media
publikasi, dia pernah bekerja sebagai karyawan swasta di salah
satu showroom mobil di Surabaya. Ayahnya telah lama bercerai
dengan ibunya ketika dia masih berumur 12 tahun, dan adiknya
saat itu berumur 10 tahun ibunya sampai sekarang memutuskan
tidak mau menikah lagi, beliau memilih mengambil alih tugas
sebagai penjahit baju. Ayah Yogi tidak pernah memberikan
nafkah kepada kedua anaknya, oleh karena itu Yogi sangat
membenci ayahnya. Menurut pengakuan Yogi kepada peneliti
Yogi tidak pernah merasakan kasih sayang ayahnya, sebab
ayahnya adalah seorang yang temperamental, kasar dan otoriter.
Yogi dan ibunya selalu dipukul dan diperlakukan kasar oleh
ayahnya.
2. Profil Adik (Informan Yogi)
Nama adik perempuannya Berlin (bukan nama sebenarnya),
yang berusia dua puluh lima tahun. Berlin merupakan adik Yogi
satu-satunya, dia sudah menikah dan telah dikaruniai satu orang
anak perempuan yang berusia 1 tahun, sehari-harinya Berlin
hanya sebagai ibu rumah tangga saja, mengurus anak dan
suaminya. Sejak kecil Berlin sangat dekat sekali dengan Yogi dan
sering bercerita tentang masalah-masalah pribadinya kepada Yogi
begitupun sebaliknya. Berlin saat ini tinggal bersama suami, ibu
kandung serta nenek mereka (Yogi dan Berlin) di Blitar, setiap
satu bulan sekali Berlin dan Ibunya ke Surabaya untuk bertemu
Yogi.
3. Profil Ibu (Informan Yogi)
Ibu Yiyin (bukan nama sebenarnya) adalah wanita berusia 45
tahun asli Blitar, mempunyai dua orang anak, yaitu satu putra dan
SMA nya. Setelah 13 tahun hidup berumah tangga, pada tahun
1996 orang tua Yogi bercerai, saat itu Yogi masih berusia 12
tahun, dan adiknya berusia 10 tahun.
Setelah bercerai Ayah Yogi tidak pernah menafkahi anaknya.
Oleh sebab itu semua tanggung jawab yang seharusnya dilakukan
oleh suaminya, mau atau tidak mau menjadi tanggungjawabnya.
Selain tanggung jawab mengurus dan membesarkan kedua
anaknya sendirian dengan menjahit. Semenjak ditinggal oleh
suaminya hingga saat ini, tidak terbersit sekalipun dalam
benaknya untuk menikah lagi. Karena yang ada dalam pikirannya
hanyalah bekerja giat untuk memenuhi kebutuhan hidup.
4. Informan 2 (Erick)
Erick Yusfiani namanya, pada saat ini berusia 32 tahun dan
merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara, kedua kakanya
adalah perempuan. Erick adalah asli Surabaya dan dia tinggal
bersama keluarga besarnya di daerah dukuh kupang. Pendidikan
yang telah ditempuh oleh Erick adalah D3 perhotelan pada sebuah
perguruan tinggi swasta di Surabaya. Dulu dia adalah seorang
pramugara Kereta Api jurusan Jakarta-Surabaya. Kepada peneliti
dia mengaku saat ini dia hanya bekerja sebagai Pengembangan
Organisasi dan Kelembagaan di GAYa Nusantara. Erick
mempunyai keluarga yang sangat harmonis, tetapi dia lebih dekat
kemana-mana paling sering bersama ibunya. Setiap ada masalah
selalu dia ceritakan pada ibuya. Dia merasa ibuya adalah tempat
untuk segala-galanya seperti mengadukan masalah, meminta
solusi, membicarakan orang lain dan lain sebagainya.
5. Profil Ibu (Informan Erick)
Ibu Binti (bukan nama sebenarnya) adalah wanita berusia 55
tahun asli Surabaya mempunyai tiga orang anak yaitu dua putri
dan satu putra. Dia menikah pada saat dia berumur 22 tahun
dengan pria yang juga asli Surabaya. Sejak menikah dan memiliki
3 anak, Bapak Erick mempunyai bisnis spare part mobil di daerah
kedungdoro, sehari-harinya selain menjadi ibu rumah tangga ibu
binti juga berjualan bensin eceran di rumahnya untuk membantu
perekonomian keluarganya. Sejak kecil Erick memang sangat
dekat sekali dengan Ibunya. Oleh karena itu Erick sering bercerita
tentang masalah-masalah pribadinya.
6. Informan 3 (Adi)
Kepada peneliti Adi mengaku saat ini dia berusia 31 tahun
saat ini kepada peneliti dia mengaku hanya bekerja di GAYa
Nusantara sebagai koordinator kesehatan. Dia adalah anak tunggal
dari pasangan Jawa dan Timika. Ayahnya berasal dari Surabaya,
sedangkan ibunya berasal dari Timika. Sejak kecil Adi tinggal
bersama dengan kedua orangtuanya di Surabaya di daerah
bercerai dan Adi ikut ibunya tinggal di Timika. Sejak saat itu adi
tinggal hanya berdua saja dengan ibunya yang hanya berjualan di
pasar. Karena kesulitan dalam ekonomi mengakibatkan Adi hanya
lulusan SMA saja, tetapi setelah masa SMA Adi memutuskan
untuk tinggal bersama Ayahnya di Surabaya.
Adi mengaku kepada peneliti bahwa dia sebenarnya lebih
dekat dengan Ayahnya. Walaupun setelah bercerai Adi hidup
bersama ibunya, tetapi diakui Adi bahwa komunikasi antara adi
dengan Ayahnya lebih terjalin dengan baik. Adi selalu
menceritakan masalah-masalahnya kepada Ayahnya, karena
menurutnya Ayahnya adalah sosok orang yang kebapakan, baik
dan sabar.
7. Profil Bapak (Informan Adi)
Pak Joko (bukan nama sebenarnya) saat ini berusia 50 tahun,
dari dulu sampai saat ini memiliki bisnis toko mainan di daerah
Pasar Turi, dia adalah sosok seorang bapak yang terlihat sabar dan
kebapakan, saat ini dia berusia 50 tahun. Ayahnya Adi tidak
pernah menikah lagi semenjak dia bercerai dengan istrinya.
Meskipun sudah bercerai baik ayah maupun ibunya Adi masih
saling berhubungan. Khususnya untuk hal-hal yang menyangkut
anak semata wayang mereka yaitu Adi. Komunikasi diantara
mereka masih terjalin hingga saat ini. Terlebih lagi bila
Dari kecil hingga Adi duduk dibangku SMA, dia tinggal
dilingkup keluarga ibunya. Oleh karena itu ketika dia lulus SMA,
Adi oleh ayahnya diminta untuk tinggal bersama ayahnya di
Surabaya dan Adi juga menyatakan kesanggupannya untuk tinggal
bersama dengan ayahnya. “Tidak ada unsur paksaan kok mas dia
saya ajak tinggal di Surabaya. Apalagi disini kotanya lebih maju
dari Timika.” Kata ayah Adi
4.2 Analisis Data
4.2.1 Self DisclosureGay dalam menyampaikan Homoseksualitasnya
4.2.1.1 Self disclosure Yogi
DIRI TERBUKA
Pada wilayah ini kepribadian, kelebihan dan
kekurangan yang terdapat pada diri kita selain diketahui oleh
diri sendiri juga diketahui oleh orang lain. Berkenaan dengan
ke-homoseksualitasannya, kepada peneliti Yogi mengakui
bahwa dia melakukan self disclosure (keterbukaan diri)
kepada ibu dan adiknya secara kebetulan, dalam artian ibu dan
adik yogi mengetahui tentang dirinya sebagai gay akibat ada
celetukan omongan dari neneknya yang menanyakan dia
kapan menikah. Kedekatan yang selama ini terjalin dengan ibu
dan adiknya itulah yang membuat Yogi memutuskan untuk
Berikut pernyataan Yogi:
”..ternyata, adik-ku bisa menerima kenyataan mas’e sing gay..ibu-ku yo wis nerimo aku apa adanya”
Berkenaan dengan ketertarikan Yogi kepada laki-laki,
sejauh ini respon dari keluarganya (ibu dan adiknya) baik-baik
saja, mereka berusaha menerima apapun keputusan dan
pilihan yang sudah ditentukan Yogi.
Berikut pernyataan Yogi :
”…alhamdullilah hubunganku saat ini dengan keluargaku ini masih berjalan dengan baik-baik saja…”
Berdasarkan hal tersebut diatas Yogi lebih terbuka pada
ibu tetapi juga pada adiknya. Menurut teori De Vito:1999,
hasil yang diperoleh begitu self disclosure dilakukan pada
dasarnya hubungan yang lebih positif, dimana hubungan
dengan keluarga terutama orang tua dirasakan semakin dekat,
karena tetap terjalin hubungan dengan keluarga mereka
hingga saat ini. Setelah self disclosure Yogi lebih nyaman
menjalani hidup,karena sudah tidak ada yang perlu ditutupi.
4.2.1.2 Self disclosure Erick
DIRI TERBUKA
Pada wilayah ini kepribadian, kelebihan dan