• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERSEPSI LABEL VISUAL KEMASAN ROKOK DAN FATWA HARAM MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK Hubungan Persepsi Label Visual Kemasan Rokok Dan Fatwa Haram Merokok Dengan Perilaku Merokok Siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PERSEPSI LABEL VISUAL KEMASAN ROKOK DAN FATWA HARAM MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK Hubungan Persepsi Label Visual Kemasan Rokok Dan Fatwa Haram Merokok Dengan Perilaku Merokok Siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI LABEL VISUAL KEMASAN ROKOK DAN

FATWA HARAM MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK

SISWA SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan

Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

ARNINDYA KHALIMATU ZAKIYAH J 410 120 030

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

HUBUNGAN PERSEPSI LABEL VISUAL KEMASAN ROKOK DAN

FATWA HARAM MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK

SISWA SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA

Abstrak

Perilaku merokok pada remaja akan merusak generasi muda pada masa mendatang. Persentase tertinggi siswa yang merokok dari survei pendahuluan adalah SMP Muhammadiyah 7 Surakarta yaitu sebesar 50%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi label visual kemasan rokok dan fatwa haram merokok dengan perilaku merokok siswa. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi pada penelitian ini sebanyak 85 siswa laki-laki. Sampel sebanyak 76 siswa yang diambil dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Analisis bivariat menggunakan uji statistik Chi-square dengan signifikansi α=0,05 (taraf kepercayaan 95%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan terhadap label visual pada kemasan rokok dan fatwa haram rokok (p=0,050), persepsi terhadap label visual pada kemasan rokok (p=1,000), sikap terhadap fatwa haram rokok (p=1,000) dengan perilaku merokok siswa.

Kata Kunci: Perilaku merokok, pengetahuan, persepsi, sikap, label visual pada kemasan rokok, dan fatwa haram rokok.

Abstract

Smoking behavior in adolescents will destroy the young generation in the future. The highest smoking student from preliminary survey was at junior high school of Muhammadiyah 7 Surakarta there was equal to 50%.This research aims to determine the relationship of perception visual label in cigarette packing and illicit cigarettes fatwa with student smoking behaviour. Determination of reaserach sites by the highest average of students smoke at junior high school of Muhammadiyah 7 Surakarta. This research was an observational study with cross sectional design. Population this research was 85 students with male gender. The sample as much as 76 students used simple random sampling methods as the sampling technique. Chi-square statistic test were used as bivariate analysis, with significance α=0.05 (Confidence level 95%). The results of research showed that there were no relationship between knowledge of visual label in cigarette packing and illicit cigarettes fatwa (p=0,050), the perception of visual label in cigarette packing (p=1,000), the attitude of illicit cigarettes fatwa (p=1,000) with smoking behavior of student.

(6)

2

PENDAHULUAN

1.

Distribusi konsumsi rokok di dunia pada tahun 2014 masih sangat tinggi yaitu berjumlah 5,8 triliun. China menempati urutan pertama dan Indonesia menempati urutan ketiga di dunia (Eriksen, et al, 2015). Proporsi perokok di Indonesia berdasarkan usia adalah perokok usia 5-9 tahun sebesar 0,7%; usia 10-14 tahun sebesar 9,5%; usia 15-19 tahun sebesar 50,3%; usia 20-24 tahun sebesar 26,7%; usia 25-29 tahun sebesar 7,6%; dan usia ≥30 tahun sebesar 5,2% (Kemenkes, 2013). Data tersebut menunjukkan bahwa perokok sudah mulai dikonsumsi oleh anak usia dini hingga orang dewasa.

Bukti tingginya jumlah perokok juga didukung oleh data rerata batang rokok yang dihisap perhari. Penduduk usia ≥10 tahun di Indonesia rata-rata mengkonsumsi rokok sebanyak 12,3 batang (setara satu bungkus). Data orang yang setiap harinya merokok di Indonesia sebesar 24,3% dan yang kadang-kadang merokok sebesar 5%. Jumlah perokok setiap hari di Provinsi Jawa Tengah juga sama tingginya, yaitu sebanyak 22,9%; sedangkan perokok kadang-kadang sebesar 5,3%. Perokok kelompok usia 10-14 tahun di Indonesia sebanyak 0,5% dan perokok kadang-kadang pada kelompok usia yang sama sebesar 0,9%. Data tersebut memperlihatkan bahwa perokok aktif pada anak usia sekolah sudah cukup tinggi (Kemenkes, 2013).

Menurut WHO (2015), hasil survei di Indonesia terhadap 4.313 siswa kelas 7-9 dengan rentang usia 13-15 tahun (laki-laki berjumlah 2029 dan perempuan berjumlah 2284) pada sekolah yang dipilih, ditemukan bahwa terdapat 18,3% perokok aktif. Sebanyak 30,9% siswa merupakan mantan perokok (laki-laki dan perempuan). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa remaja usia <13 tahun sudah mulai mencoba untuk merokok. Dampak merokok akan sangat buruk bagi kesehatan, apalagi perilaku merokok sudah dilakukan sejak anak usia sekolah.

Perilaku merokok akan berbahaya bagi kesehatan baik bagi perokok itu sendiri maupun lingkungan sekitar. Menurut Eriksen, et al (2015), di India dan China terdapat 40% penderita Tuberkulosis dan 21% di antaranya diderita oleh perokok, hal tersebut membuktikan bahwa perilaku merokok dapat memperparah terjdinya suatu penyakit. Sebanyak 30% anak terlahir dengan kondisi bibir sumbing dikarenakan ibunya merokok selama masa kehamilan. Menurut Peto, et al (2006), terdapat kematian karena kanker paru pada laki-laki sebesar 90% dan perempuan sebesar 70% disebabkan oleh perilaku merokok berdasarkan survei di seluruh negara maju.

Dampak buruk rokok juga akan dirasakan oleh orang-orang yang menghirup asap rokok di sekitarnya (secondhand smoke). Anak-anak penderita asma di Amerika pada tahun 2010-2011 dilaporkan bahwa yang terkena paparan asap rokok sebanyak 35% kasus, sedangkan hasil tes laboratorium menunjukkan jumlah yang lebih banyak yaitu sebesar 80%. Terdapat 162.200 kasus penyakit yang diderita oleh secondhand smoke pada anak-anak diantaranya terdapat 20.000 penderita penyakit saluran pernafasan bawah, 120.000 penyakit telinga tengah, 22.000 penyakit asma dan 200 kasus meningitis (Eriksen, et al, 2015).

(7)

dengan menunjukkan akibat yang ditimbulkan oleh perilaku merokok secara visual. Menurut Kurniadi (2005), terdapat hubungan positif antara sikap terhadap label peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan intensi berhenti merokok pada usia 17-60 tahun (p < 0,001).

Penelitian yang dilakukan oleh Rachmat, dkk (2014) tentang perilaku merokok remaja sekolah menengah pertama menunjukkan hasil 27% remaja berpengetahuan tinggi yang merokok lebih besar daripada remaja berpengetahuan rendah yang merokok yaitu 16,7%, sehingga semakin tinggi pengetahuan tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok. Penelitian yang dilakukan oleh Alex (2015) menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan motivasi berhenti merokok pada siswa SMA (p = 0,047). Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Choiri (2015) yang dilakukan terhadap responden di Kelurahan Purwosari, Surakarta yaitu tidak ada hubungan antara pengetahuan terhadap gambar penyakit akibat merokok yang terdapat dalam kemasan rokok dengan perilaku merokok responden (p = 0,614).

Persepsi terhadap label visual peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok akan menghasilkan dampak bagi perokok, yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari label visual dapat terjadi apabila perokok mengurangi atau berhenti merokok setelah adanya label visual peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dan dampak negatif terjadi apabila perilaku merokok masih tetap dilakukan pada perokok meskipun pada kemasan rokok sudah diberikan label visual peringatan bahaya merokok (Choiri, 2015). Penelitian yang dilakukan Mahmudin (2014), memperoleh hasil bahwa menurut Masyarakat Kampung Suryoputran, Yogyakarta efek yang diakibatkan oleh perilaku merokok tidak separah seperti yang tertera pada kemasan rokok. Responden tetap mengkonsumsi rokok dikarenakan pengalaman diri sendiri dan orang lain yang tidak sakit atau menderita akibat perilaku merokok. Demikian pula dengan penelitian Grafiyana (2015) bahwa tingkat persepsi pada label peringatan bergambar pada mahasiswa laki-laki perokok UIN Maliki Malang tergolong rendah yaitu sebesar 41,7%.

Pemerintah Indonesia telah membuat kebijakan terkait kemasan pada rokok dengan penggunaan label visual berupa gambar dan tulisan tentang penyakit yang diakibatkan oleh perilaku merokok. Kebijakan tersebut dimuat dalam PERMENKES No. 28 Tahun 2013 tentang pencantuman peringatan kesehatan dan informasi kesehatan pada kemasan produk tembakau. Peraturan pemerintah tersebut semakin diperkuat kembali oleh organisasi Muhammadiyah dalam Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah No. 6/SM/MTT/III/2010 yang menetapkan bahwa merokok itu hukumnya haram. Hal tersebut dilandasi oleh kitab suci Al-Qur’an dalam surat Al-A’raf ayat 157 dan kenyataan bahwa merokok dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

(8)

4

Peneliti melakukan survey pendahuluan pada tanggal 12-16 Oktober 2015 di 7 SMP Muhammadiyah di Surakarta, akan tetapi di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta peneliti tidak diizinkan untuk melakukan survey pendahuluan, sehingga hanya ada 6 SMP Muhammadiyah yang dijadikan sebagai survey pendahuluan. Tiap-tiap sekolah tersebut diambil 20 siswa untuk mengisi kuesioner tentang perilaku merokok. Hasil survei menunjukkan bahwa jumlah siswa yang merokok pada masing-masing sekolah adalah SMP Muhammadiyah 1 sebesar 10%, SMP Muhammadiyah 5 sebesar 35%, SMP Muhammadiyah 6 sebesar 40%, SMP Muhammadiyah 7 sebesar 50%, SMP Muhammadiyah 8 sebesar 40%, dan SMP Muhammadiyah 10 sebesar 20% siswa merokok. Persentase tertinggi jumlah siswa yang merokok terdapat di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta.

Siswa SMP yang merokok akan memiliki risiko akibat merokok dikemudian hari. Pemberian label visual pada bungkus rokok dan penetapan aturan tentang rokok diharapkan dapat mengurangi jumlah perokok di Indonesia. Siswa perokok di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta menunjukkan angka yang masih tinggi dibandingkan dengan SMP Muhammadiyah yang lain pada survei pendahuluan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan, persepsi, dan sikap tentang label visual pada kemasan rokok dan fatwa haram rokok dengan perilaku merokok siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta.

METODE 2.

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) yang merupakan penelitian analitik di mana pengetahuan, persepsi, dan sikap terhadap label visual pada kemasan rokok dan fatwa haram rokok dengan perilaku merokok siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta dipelajari menggunakan pendekatan retrospektif (Susila, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki kelas 7 dan 8 yang merokok di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta sebanyak 85 siswa. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling yaitu, setiap unit dari populasi memiliki kesempatan yang sama untuk diteliti sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012).

Analisis univariat digunakan untuk mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variable selanjutnya analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel bebas yaitu pengetahuan, persepsi, dan sikap, variabel terikat perilaku merokok dengan uji statistik Chi-Square. Analisis data dilakukan degan perangkat lunak komputer dengan tingkat signifikan α=0,05 (taraf kepercayaan 95%).

HASILDANPEMBAHASAN 3.

3.1 Hasil

(9)

Variabel

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta

Responden dalam penelitian ini adalah siswa yang berusia 12-15 tahun. Responden memiliki rata-rata usia 14,07 tahun ± 0,718. Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa dari 76 siswa penelitian paling banyak berusia 14 tahun yaitu 43 siswa (56,6%). Responden penelitian paling muda berusia 12 tahun dimana terdapat 2 siswa (2,6%). Sedangkan paling tua berusia 16 tahun dengan jumlah 20 siswa (26,3%).

Gambaran tentang usia pertama kali merokok paling banyak yaitu pada rentang usia 11-13 tahun sebanyak 51 siswa (67,1%), dan paling sedikit yaitu pada rentang usia 5-7 tahun sebanyak 1 siswa (1,3%) dengan rata-rata usia petamakali merokok responden sebesar 11,87 tahun dengan standar deviasi 1,821.

(10)

6

Tabel 2. Gambaran Tentang Pengetahuan, Persepsi, dan Sikap Terhadap Label Visual Peringatan Bahaya Merokok dan Fatwa Haram Rokok pada Siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta.

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 33 siswa (43,4%) dan responden dengan pengetahuan kurang baik sebanyak 43 siswa (56,6%). Terkait dengan persepsi siswa terhadap label visual, dijelaskan bahwa yang memiliki persepsi negatif sebanyak 34 siswa (44,7%) dan yang memiliki persepsi positif sebanyak 42 siswa (55,3%). Sedangkan responden yang memiliki sikap negatif sebanyak 27 siswa (35,5%) dan responden yang memiliki sikap positif sebanyak 49 siswa (64,5%).

3.1.3 Analisis Bivariat

Tabel 3. Hubungan Pengetahuan, Persepsi, dan Sikap dengan Perilaku Merokok Siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta.

(11)

merokok negatif pada siswa yang berpengetahuan kurang baik. Siswa yang memiliki pengetahuan baik atau kurang baik, mayoritas sudah berperilaku merokok positif yaitu dengan mengurangi intensitas merokok atau berhenti merokok.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Hubungan Pengetahuan Tentang Label Visual pada Kemasan Rokok dan Fatwa Haram Rokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta.

Tidak terdapat hubungan pengetahuan tentang label visual pada kemasan rokok dan fatwa haram rokok dengan perilaku merokok siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta (p=0,050). Tingginya siswa yang sudah mengurangi bahkan berhenti merokok dikarenakan memiliki pengetahuan yang tinggi dan alasan merokok yang hanya coba-coba, ikut-ikutan teman, dan agar terlihat keren. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Alex (2015), terhadap siswa SMA Santun, Pontianak yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada siswa. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Jika melihat teori di atas, maka dimungkinkan dengan pengetahuan siswa yang baik tentang bahaya merokok dengan kesehatan maka perilaku merokok akan berkurang bahkan berhenti.

Responden penelitian ini adalah siswa yang berusia 12-15 tahun. Rata-rata usia responden adalah 14,07 tahun dengan distribusi terbanyak pada kelompok usia 14 tahun. Usia responden paling muda adalah 12 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia pertama kali merokok adalah 5-7 tahun sebanyak 1 siswa (1,3%), dan paling banyak pada rentang usia 11-13 tahun (65-7,1%). Siswa yang sudah mencoba merokok pada usia 5-7 tahun terdapat 1 siswa yang diawali dengan mencoba sisa batang rokok yang dikonsumsi ayahnya. Siswa yang lainnya mayoritas mencoba merokok dengan alasan agar terlihat keren. Alasan tersebut sesuai dengan penyelidikan Charles dan Shirley (1969) dalam Nainggolan (2009), yaitu alasan remaja mulai merokok meliputi: ikut-ikutan teman, iseng, agar lebih tenang, berani mengambil risiko, bosan, dan supaya kelihatan seperti orang dewasa.

Menurut WHO (2015), penelitian tahun 2009 menemukan bahwa ada beberapa siswa SMP dengan rentang usia 13-15 tahun sudah menjadi mantan perokok. Hal ini dapat diartikan bahwa pada usia sebelum 13 tahun sudah mulai mencoba rokok. Menurut Baradja (2013), mayoritas anak-anak yang mulai merokok disebabkan karena orang tuanya yang juga perokok, sehingga anak-anak yang cenderung meniru kebiasaan orang tuanya menjadi berani untuk mencoba rokok. Sebagian besar orang tua tidak memiliki pengetahuan yang baik terkait bahaya merokok terhadap anak-anaknya, sehingga mereka terbiasa merokok di sekitar anak-anak mereka merupakan hal yang biasa. Upaya pencegahan yang bisa dilakukan salah satunya adalah memberikan informasi terkait bahaya merokok pada anak sejak masih kecil secara terus-menerus, sehingga pada saat remaja anak tersebut dapat membentengi dirinya dari menjadi seorang perokok atau pecandu bahan adiktif lainnya.

3.2.2 Hubungan Persepsi Tentang Label Visual pada Kemasan Rokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta.

(12)

8

sebagian besar responden cenderung berperilaku merokok positif yaitu sebanyak 33 siswa (78,6%). Hal ini menunjukkan perbedaan dengan perilaku merokok negatif yakni sebanyak 9 siswa (21,4%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diasumsikan bahwa semakin positif persepsi responden terhadap label visual peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok, semakin positif pula perilaku merokok responden. Semakin negatif persepsi siswa pada hasil penelitian semakin positif perilaku merokok, sehingga siswa yang memiliki persepsi negatif terhadap label visual peringatan bahaya merokok sebagian besar menjadi berhenti atau mengurangi intensitas merokok, tetapi masih ada beberapa siswa yang masih tetap merokok. Penelitian yang dilakukan oleh Trihandini dan Wismanto (2003), menunjukkan bahwa perilaku merokok pada remaja dipengaruhi oleh persepsi bahwa merokok merupakan suatu bentuk dari gaya hidup modern. Wade and Michael (2001) menjelaskan bahwa, persepsi terhadap suatu objek yang dilihat masing-masing orang memiliki perbedaan. Objek secara visual dapat dilihat oleh masing-masing orang pada sudut pandang yang berbeda, sehingga setiap orang memiliki persepsi yang berbeda pula.

Tidak ada hubungan persepsi tentang label visual pada kemasan rokok dengan perilaku merokok siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta (p = 1,000). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Permatasari (2015) yang menyimpulkan bahwa mahasiswa program studi PGSD Universitas Muhammadiyah Surakarta memiliki persepsi yang baik terhadap label visual peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok, tetapi mahasiswa masih tetap merokok karena tidak menghiraukan arti dari label visual tersebut terhadap kesehatan. Perilaku merokok siswa paling singkat adalah ≤ 1 minggu sebanyak 14 siswa (18,4%) dan paling lama adalah > 1 bulan sebanyak 29 siswa (38,2%) dengan jumlah rokok yang dihisap per harinya tidak sampai 10 batang, yang termasuk dalam kategori perokok ringan. Menurut Bustan (2007), jenis perokok dapat dibagi berdasarkan jumlah rokok yang dihisap dalam satuan batang, bungkus, atau pak per hari, yaitu:

3.2.2.1Perokok Ringan : merokok kurang dari 10 batang per hari.

3.2.2.2Perokok Sedang : merokok 10-12 batang per hari.

3.2.2.3Perokok Berat : merokok lebih dari 20 batang per hari.

Siswa yang merokok dengan jenis rokok filter sebanyak 61 siswa (80,3%), dan paling sedikit menggunakan rokok tanpa filter (no filter) sebanyak 6 siswa (7,9%). Semua jenis rokok sangat berbahaya, rokok yang memakai filter (penyaring) berfungsi untuk menyaring nikotin, walaupun tidak sepenuhnya tersaring, sedangkan yang paling berbahaya adalah rokok kretek maupun no filter (Wismanto, 2007). Hasil penelitian tersebut menunjukkan siswa yang merokok memiliki persepsi bahwa selama mereka merokok belum menunjukkan gangguan kesehatan pada tubuhnya, mereka masih tetap akan merokok. Rokok yang umum dikonsumsi siswa adalah rokok dengan filter, selain mereka beranggapan bahwa rokok dengan filter lebih aman dibandingkan dengan jenis rokok lainnya, rokok filter lebih mudah didapatkan pada toko terdekat.

3.2.3 Hubungan Sikap Terhadap Fatwa Haram Rokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta.

(13)

(79,6%) dan yang berperilaku merokok negatif sebanyak 10 siswa (20,4%). Data tersebut menunjukkan bahwa semakin positif sikap responden terhadap fatwa haram rokok, maka semakin positif pula perilaku merokok responden. Semakin negatif sikap siswa terhadap fatwa haram rokok pada hasil penelitian, perilaku merokok siswa menjadi positif, sehingga banyak siswa yang sudah berhenti atau mengurangi intensitas merokok, tetapi masih ada beberapa siswa yang masih tetap merokok. Selain sikap, perilaku merokok juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor biologis, psikologis, dan sosial. Menurut Azwar (2011), bahwa pembentukan sikap seseorang dalam interaksinya dibagi menjadi 6 yaitu, pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan agama, serta pengaruh faktor emosional.

Tidak ada hubungan antara sikap terhadap fatwa haram rokok dengan perilaku merokok siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta (p = 1,000). Hasil ini sejalan dengan penelitian Sandek dan Kamsih (2007), bahwa tidak ada hubungan sikap terhadap intensi berhenti merokok. Intensi berhenti merokok tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja, tetapi ada beberapa faktor seperti kontrol diri. Hasil penelitian diperoleh siswa yang merokok paling banyak di luar ruangan sebanyak 60 siswa (78,9%), dan yang merokok di dalam dan di luar ruangan sebanyak 16 siswa (21,1%). Merokok di dalam maupun di luar ruangan sama-sama memiliki bahaya yang besar bagi kesehatan. Menurut Baradja (2013), asap rokok tangan ketiga (third hand smoke) merupakan residu asap rokok yang melekat pada barang-barang di dalam ruangan maupun bagian tubuh seseorag yang dapat bereaksi dengan zat kimia di dalam udara ruangan. Perilaku merokok di dalam ruangan sangat berbahaya karena zat yang menempel dapat terhirup oleh orang lain maupun perokok itu sendiri dan dapat menyebabkan penyakit yang sama berbahayanya dengan perokok aktif.

Informasi yang diperoleh peneliti, diketahui bahwa pemberian materi fatwa haram rokok sudah deberikan dalam mata pelajaran kemuhammadiyahan, akan tetapi pemberian materi tersebut terbatas hanya dilakukan oleh guru agama saja. Peraturan terkain larangan merokok juga telah dilakukan oleh guru BK (Bimbingan Konseling), apabila ada siswa yang melanggar peraturan tersebut maka sudah ada sistem pemberian sanksi terhadap pelanggaran siswa tersebut. Larangan merokok di lingkungan sekolah juga sudah diberlakukan kepada seluruh staf guru dan karyawan, karena sekolah merupakan salah satu tempat yang termasuk dalam KTR.

(14)

10

PENUTUP 4.

4.1Simpulan

4.1.1 Lebih dari separuh siswa berpengetahuan kurang baik yaitu sebanyak 43 siswa (56,6%). Responden dengan persepsi positif sebanyak 42 siswa (55,3%). Responden dengan sikap positif sebanyak 49 siswa (64,5%).

4.1.2 Tidak ada hubungan pengetahuan tentang label visual pada kemasan rokok dan fatwa haram rokok dengan perilaku merokok siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta (p = 0,050).

4.1.3 Tidak ada hubungan tentang label visual pada kemasan rokok dengan perilaku merokok

siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta (p = 0,929).

4.1.4 Tidak ada hubungan antara sikap terhadap fatwa haram rokok dengan perilaku merokok

siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta (p = 0,853).

4.1.5 Jumlah perilaku merokok negatif pada responden sebanyak 16 siswa (21,1%) dan perilaku merokok positif sebanyak 60 siswa (78,9%).

4.2Saran

4.2.1 Bagi Remaja Khususnya Siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta

Masih banyaknya siswa yang memiliki pengetahuan kurang baik yaitu sebesar 56,6%, maka siswa diharapkan banyak mencari tahu tentang bahaya merokok terhadap kesehatan, karena akan sangat merugikan bagi masa depan siswa sendiri. Menyeleksi teman dalam pergaulan, karena perilaku teman atau orang terdekat sangat mempengaruhi perilaku siswa, apabila perilaku teman baik maka akan baik pula perilaku siswa. Siswa harus berani menegur siapapun yang merokok di dekatnya, karena selain dapat mempengaruhi kesehatan dan menjadikan secondhand smoke, sikap siswa yang sudah memilih berhenti merokok akan berubah karena kecenderungan remaja yang mudah terpengaruh.

4.2.2 Bagi SMP Muhammadiyah 7 Surakarta.

Semua guru dan staf memiliki kewajiban untuk memberikan tauladan tentang bahaya merokok serta fatwa bahwa merokok hukumnya haram bagi lembaga organisasi muhammadiyah, agar tidak ada lagi siswa yang memiliki keinginan untuk mencoba merokok karena pada kenyataannya selain merusak kesehatan, merokok juga dapat merusak generasi muda penerus bangsa. Pencantuman fatwa haram rokok pada beberapa tempat, agar informasi tentang fatwa tersebut dapat lebih tersosialisasi.

4.2.3 Bagi Lembaga Kesehatan

(15)

4.2.4 Bagi Peneliti Lain

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang perilaku merokok yang dilihat dari variabel pengganggu seperti faktor biologis (kedinginan), psikologis (stres), sosial (agar diterima oleh kelompok tertentu), dan pengaruh adanya fatwa haram merokok lembaga organisasi muhammadiyah.

DAFTARPUSTAKA 5.

Alex. 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tentang Pictorial Health Warning (PHW) pada Kemasan Rokok Dengan Motivasi Berhenti Merokok Pada Siswa SMA Santun Pontianak. [Skripsi Ilmiah]. Pontianak: Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.

Azwar, S. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baradja, F. 2013. Hari Gini Masih Ngerokok… Apa Kata Dunia ?!. Yogyakarta: Pro-U Media.

Bustan, M. 2007. Epidemiologi: Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.

Choiri. 2015. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Terhadap Gambar Penyakit Akibat Merokok yang Terdapat Dalam Kemasan Rokok dengan Perilaku Merokok Masyarakat di Kelurahan Purwosari. [Skripsi Ilmiah]. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan UMS.

Eriksen M, Judith M, Neil S, Farhad IG, Jeffrey D. 2015. The Tobaco Atlas: Fifth Edition. USA:The American Cancer Society.

Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah No. 6/SM/MMT/III/2010 Tentang “Hukum Merokok”

Grafiyana, G. 2015. Pengaruh Persepsi Label Peringatan Bergambar pada Kemasan Rokok Terhadap Minat Merokok Mahasiswa Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang. [Skripsi Ilmiah]. Malang: Fakultas Psikologi UIN Maliki.

Kemenkes RI. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: KEMENKES RI.

Kitab Suci Al-Qur’an

Kurniadi, B. 2005. Hubungan Antara Sikap Terhadap Label Peringatan Bahaya Merokok pada Kemasan Rokok dengan Intensi Berhenti Merokok. [Skripsi Ilmiah]. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII.

Mahmudin. 2014. Persepsi Perokok Aktif dalam Menanggapi Label Peringatan Bahaya Merokok. [Skripsi Ilmiah]. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN.

Nainggolan. 2009. Anda Mau Berhenti Merokok? Pasti Berhasil!. Bandung: Indonesia Publishing House.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau.

Permatasari, N. 2015. Persepsi Mahasiswa Perokok Mengenai Gambar Peringatan Bahaya Merokok pada Kemasan Rokok Bagi Mahasiswa Progdi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun 2014/2015. [Skripsi Ilmiah]. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Peto R, Lopez AD, Boreham J, Thun M, Heath C Jr. (2006). Mortality from smoking in developed countries 1950–2000: Indirect estimates from National Vital Statistics. Geneva: Oxford University Press.

(16)

12

Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol.7. No.11.Juni 2013: 502-508.

Sandek, R dan Kamsih A. 2007. Hubungan Antara Sikap Terhadap Perilaku Merokok dan Kontrol Diri dengan Intensi Berhenti Merokok. [Skripsi Ilmiah]. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta.

Susila dan Suyanto. 2015. Metodologi Penelitian Cross Sectional. Klaten: Bossscript.

SweKye Mon Min and Amit Bhardwaj. 2012. Perception of Youth on Smoking among First Year Medical Students in Myanmar. International Journal of Collaborative Research on Internal Medicine & Public Health.Vol.4. No.11. Agustus 2007:1828-1840.

Trihandini, R dan Wismanto. 2003. Perilaku Merokok Mahasiswi Ditinjau dari Persepsi terhadao Gaya Hidup Modern. [Skripsi Ilmiah]. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.

Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Pasal 115 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR).

Wade, N and Michael T. 2001. Visual Perception: An Introduction. Philadelphia: Psychology Press.

WHO, Regional Office for South-East Asia. 2015. Global Youth Tobacco Survey (GYTS): Indonesia Report, 2014. New Delhi: WHO-SEARO.

Gambar

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta
Tabel 3. Hubungan Pengetahuan, Persepsi, dan Sikap dengan Perilaku Merokok Siswa SMP Muhammadiyah 7 Surakarta

Referensi

Dokumen terkait

Didalam penerapannya, agar seorang manajer mempunyai kinerja bermakna, tidak cukup manajer tersebut mempunyai kompetensi kerja yang baik, akan tetapi manajer harus pula

Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu metode yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang seluas-luasnya terhadap objek penelitian yaitu implementasi

Dokumen Pengadaan Standar Jasa Konsultansi Badan Usahai.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan yang tepat (sahih, valid dan benar), dan dapat dipercaya (dapat diandalkan, realiabel) mengenai adanya

Dalam Konsideran peraturan tersebut Mahkamah Konstitusi menafsirkan kewenangannya dalam perkara pengujian undang-undang sebagai kewenangan konsitusional yang statusnya

2) Jurnal Pencatatan Pendapatan Bersamaan dengan Penerimaan Kas Apabila dalam hal proses transaksi pendapatan daerah tidak terjadi perbedaan waktu antara penetapan hak

Kutipan paragraf di atas, adalah salah satu bagian dari catatan Giza Arifkha Putri, siswi kelas 6 SD Negeri Bintoro 5 Demak, yang menjadi pemenang pertama Lomba Menulis Cerita

Pada tahun 2004, kestabilan ekonomi makro tetap terjaga, kepercayaan interna- sional semakin meningkat, agenda ekonomi didefinisikan dengan jelas, dan kemampuan kelembagaan