• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling."

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

i

MENGULIK PANGKAL DAN DAMPAK KENAKALAN REMAJA

(Studi Kasus Berdasarkan Testimoni Salah Seorang Siswa SMK tentang Sebab, Akibat, dan Solusi Penanganan Kenakalan Remaja)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Mario Suryo Abadi NIM : 161114030

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(2)

ii

MENGULIK PANGKAL DAN DAMPAK KENAKALAN REMAJA

(Studi Kasus Berdasarkan Testimoni Salah Seorang Siswa SMK tentang Sebab, Akibat, dan Solusi Penanganan Kenakalan Remaja)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Mario Suryo Abadi NIM : 161114030

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

HALAMAN MOTTO

Kesuksesan dari seseorang bukan diukur dari seberapa tinggi sekolah mu, seberapa banyak title mu, dan seberapa banyak uang mu, tapi kesusksesan seseorang dapat dilihat bagaimana dia bisa menghargai hidup, selalu bersyukur, bekerja keras, bisa belajar, menghargai orang tua, dan bisa dikenang selalu oleh

banyak orang.

(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN Saya persembahkan karya ini untuk:

Tuhan

Terimakasih sudah memberkati dan menyertaiku di dalam setiap langkah hidupku, sehingga aku bisa menghadapi pergumulan dan proses hidup dalam diriku.

Orangtua

Untuk bapak dan mama yang sangat kucintai Hottdy Hutabarat dan Nisma Panjaitan, aku berterimakasih atas segala pengorbana dan rasa kasih sayang kalian

kepada aku, dan selalu mendoakan aku, berkat kalian aku bisa seperti sekarang, dan semoga aku bisa menjadi anak yang membanggakan kalian.

Kakak

Kakak ku malati intan lamtiur Terimakasih atas doa dan dukungannya dan yang selalu memabantu dikala aku mengalami kesulitan, engkau akan menjadi kakak

terbaik sepanjang hidupku.

Dosen pembimbing Dr. Gendon Barus, M.Si.

Saya berterimakasih kepada Pak Gendon atas bimbingannya dan waktunya selama ini yang telah diberikan kepada saya dan telah sabar membimbing dan menunggu

saya selesai walaupun dengan waktu yang sangat lama

(7)

vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesunguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 November 2021 Peneliti,

Mario Suryo Abadi

(8)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Mario Suryo Abadi

Nomor Mahasiswa : 161114030

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

MENGULIK PANGKAL DAN DAMPAK KENAKALAN REMAJA

(Studi Kasus Berdasarkan Testimoni Salah Seorang Siswa SMK tentang Sebab, Akibat, dan Solusi Penanganan Kenakalan Remaja

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalita kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 16 November 2021 Yang menyatakan

Mario Suryo Abadi

(9)

ix ABSTRAK

MENGULIK PANGKAL DAN DAMPAK KENAKALAN REMAJA

(Studi Kasus Berdasarkan Testimoni Salah Seorang Siswa SMK tentang Sebab, Akibat, dan Solusi Penanganan Kenakalan Remaja

Mario Suryo Abadi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2021

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, faktor-faktor dari kenakalan remaja, dampak perilaku kenakalan remaja, dan solusi untuk penanganan kenakalan remaja dari salah seorang siswa SMK Swasta di Yogyakarta beserta aspek-aspek lainnya sehingga menimbulkan dampak dari kenakalan remaja tersebut.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif desain studi kasus.

Informan adalah seorang murid di SMK Marsudi Luhur. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Validasi/keabsahan data ditriangulasi dengan teknik member check. Teknik analisis data kualitatif meliputi Langkah-langkah: membuat verbatim, membuat koding dari verbatim, mengkategorisasikan, menyaring data, dan melakukan interpretasi.

Hasil penelitian menunjukkan: adanya faktor dari lingkungan responden seperti orang tua, sekolah, teman sebaya, dan pergaulan yang memicu responden melakukan kenakalan remaja. Hal-hal yang dilakukan responden seperti seks bebas, berkelahi dan tawuran, merokok dan minum alkohol, dan bermain judi. Perasaan yang dialami responden adalah rasa ingin tau dan ingin mencari jati dirinya, merasa takut setelah melakukan kenakalan, responden juga mempunyai pemikiran solidaritas membantu teman walaupun kenakalan itu negatif, dan masih ingin menikmati masa remajanya. Dari kenakalannya, responden mengalami berbagai dampak seperti asma, rasa ketagihan dalam bermain judi dan seks bebas, uang saku habis, berhutang kepada teman, dan sekolahnya tertanggu, lalu orang dilingkungan sekitar memandangnnya negatif. Alasan responden tetap melakukan semua hal ini walaupun berdampak buruk baginya dikarenakan dia masih ingin menikmati masa remajanya dan belum mempunyai solusi untuk berhenti melakukann kenakalan remaja.

Kata kunci: kenakalan remaja, faktor, dampak, solusi, siswa SMK Swasta.

(10)

x ABSTRACT

REVIEWING THE ROOT AND IMPACT OF JUVENILE DELINQUENCY

(A Case Study Based on a Testimony of a Vocational High School Student about Causes, Effects, and Solutions for Handling Juvenile Delinquency)

Mario Suryo Abadi Sanata Dharma University

Yogyakarta 2021

This study aims to determine the factors of juvenile delinquency, the impact of juvenile delinquency, and solutions for handling juvenile delinquency from a private vocational high school (SMK) student in Yogyakarta, and other aspects that cause the impact of juvenile delinquency.

The type of this research was a case study designed qualitative research. The informant was a student of SMK Marsudi Luhur. Data collection techniques used were interviews. Data validation was triangulated using member check technique. Qualitative data analysis techniques include the following steps: making verbatim, coding from verbatim, categorizing, filtering data, and interpreting.

The results showed that there were factors from the respondent's environment such as parents, school, peers, and associations that triggered respondents to commit juvenile delinquency. The things that respondents do include free sex, fighting and brawls, smoking and drinking alcohol, and gambling. The feelings that respondents experienced were curiosity, wanting to find their identity, feeling afraid after committing misbehavior, respondents also have thoughts of solidarity in helping friends even though the delinquency is negative, and still want to enjoy their teenage years. From the delinquency, respondents experienced various effects such as asthma, addiction to gambling and free sex, running out of pocket money, having a debt to his friends, and study disruption, and then people in the surrounding viewed him negatively. The reason the respondent continues to do all these things, even though it has a bad impact on him, is because he still wants to enjoy his youth and does not yet have a solution to stop juvenile delinquency.

Keywords: juvenile delinquency, factors, impacts, solutions, private vocational high school students

(11)

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan pemberi kehidupan dan segala rahmat. Oleh karena kasih dan perlindungan-Nya yang begitu besar, yang terus dilimpahkan kepada hamba-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis juga menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, bimbingan dan kerjasama dari pihak-pihak yang terlibat, penulis tidak dapat menyelesaiakan skripsi ini. Oleh karena itu, dari lubuk hati yang terdalam, penulis ingin mengucapakan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Dr. Yohanes Heri Widodo, M.Psi., selaku ketua program studi Bimbingan dan Konseling.

3. Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd., selaku wakil ketua program studi Bimbingan dan Konseling.

4. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku dosen pembimbing yang sudah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, kesabaran, memberikan ilmu dan perhatian kepada saya untuk membantu dalam menyelesaikan skripsi.

5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen program studi Bimbingan dan Konseling yang telah mendampingi selama menjalani studi di Universitas Sanata Dharma.

(12)

xii

6. Kedua orang tua saya, Hottdy Manombang Hutabarat dan Nisma Panjaitan yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, dan membiayai perkuliahan, serta selalu mendoakan saya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Kepada kakak saya, Melati Intan Lamtiur yang selalu membantu, mendukung dan mendoakan saya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

8. Kepada pacar saya Sella Agresia Sagala, yang selalu memberi dukungan dan membantu dalam proses mengerjakan skripsi.

9. Kepada sahabat saya Kris, Anggi, Yosep, Dani, Eno, dan Efrem yang selalu membantu saya dalam mengerjakan skripsi sehingga skripsi ini bisa diselesaikan.

10. Kepada teman yang dekat di perkuliahan Group kantor pusat yakni Yosep, Eno, Konta, Agnes, Susi, Gres, dan Intan yang selalu menemani dalam proses perkuliahan saya.

11. Narasumber yang telah memberikan waktu, tenaga, dan pikiran, serta memberikan seluruh informasi, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

12. Teman-teman program studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2016 atas kebersamaan selama ini yang sangat berharga dalam menjalani perkuliahan.

(13)

xiii

13. Semua pihak yang terlibat dalam membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam pengerjaan skripsi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dalam penulisan skripsi ini, namun harapan penulis kiranya skripsi ini dapat menjadi sumber motivasi, inspirasi, dan sumber pengetahuan, serta bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta,16 November 2021 Peneliti

Mario Suryo Abadi

(14)

xiv DAFTAR ISI

SKRIPSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PEGESAHASAN ... iiiv

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT……….x

KATA PENGANTAR ... ixi

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... xviiiiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

(15)

xv

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

G. Batasan Istilah ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Hakikat Kenakalan Remaja ... 13

1. Pengertian Kenakalan Remaja ... 13

2. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja ... 15

3. Aspek-Aspek Kenakalan Remaja ... 20

4. Karakteristik Remaja Nakal ... 22

5. Faktor- Faktor Kenakalan Remaja... 24

6. Dampak Kenakalan Remaja ... 26

7. Solusi Preventif Dan Kuratif Kenakalan Remaja ... 30

B. Hakikat Remaja ... 32

1. Pengertian Remaja ... 32

2. Pengertian Kenakalan Remaja ... 34

3. Batas Usia Remaja ... 34

(16)

xvi

4. Ciri-ciri Masa Remaja ... 35

5. Tugas Perkembangan Remaja ... 38

6. Masalah-masalah Pribadi-Sosial dan Kenakalan Remaja ... 39

D. Penelitian yang relevan ... 40

E. Kerangka Berpikir ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A. Jenis Penelitian ... 45

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

C. Responden Penelitian ... 46

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 46

E. Keabsahan Data ... 48

F. Teknik Analaisi Data... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Deskripsi Data ... 51

B. Pelaksanaan penelitian ... 52

C. Hasil Penelitian ... 52

D. PEMBAHASAN ... 63

BAB V ... 67

(17)

xvii

KESIMPULAN ... 67

A. Simpulan ... 67

B. Keterbatasan Penelitian ... 68

C. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN ... 72

(18)

xviii

DAFTAR TABEL DAN BAGAN TABEL

1.1 Tabel Pedoman Wawancara……….50

BAGAN

1.1 Bagan Kerangka

Berpikir……….……….………47

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Verbatim ………..………...80 Lampiran 2: Lembar Koding Wawancara..……….………89

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Berbicara masalah kenakalan remaja seakan tak pernah ada pangkal dan ujungnya, selalu saja ada, dan tidak pernah berhenti. Kenakalan remaja ialah suatu perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan oleh seseorang remaja baik secara individu maupun secara kelompok yang sifatnya melanggar ketentuan- ketentuan hukum, moral, dan sosial yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Kenakalan remaja yaitu suatu perilaku menyimpang dari atau melanggar hukum (Sarwono, S., & Meinarno, 2009) dan perilaku melanggar hukum yang dilakukan oleh orang muda yang biasanya di bawah umur 16-18 tahun. Kenakalan remaja atau dalam bahasa inggris di kenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis pada remaja disebabkan

oleh satu bentuk pengabaian social (Kartono, 1992).

Pertumbuhan dan perkembangan remaja pada zaman sekarang sudah banyak menimbulkan masalah. Perilaku kenakalan remaja saat ini seakan sulit diatasi. Baru-baru ini sering kita dengar berita di televisi maupun di

(21)

radio tentang perilaku kenakalan remaja yang berusia di bawah 17 tahun kebawah, seperti kebut-kebutan di jalan, keluar rumah sampai larut malam, bolos sekolah bahkan sampai melakukan kriminalitas (tawuran, seks bebas, pembunuhan, perampokan, kekerasan dan penyalahgunaan obat-obat terlarang).

Kehidupan remaja pada masa kini mulai memprihatinkan. Remaja yang seharusnya menjadi kader-kader penerus bangsa kini tidak bisa lagi menjadi jaminan untuk kemajuan Bangsa dan Negara. Bahkan perilaku mereka cenderung kurang baik. Banyak upaya yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah untuk menghadapi kenakalan remaja seperti memberikan seminar atau sosialisasi ke setiap sekolah maupun melalui media massa, namun hingga saat ini kenakalan remaja masih saja sering terjadi di lingkungan masyarakat.

Kapolres Sleman, AKBP Rizky Ferdiansyah memaparkan 14 pelajar SMP, 58 pelajar SMA menjadi pemakai narkoba (Tahun 2018). Tahun 2019 mengalami kenaikan yaitu 22 pelajar SMP, 59 pelajar SMA. Kapolda DIY mengatakan pada bulan Februari 2019 terjadi pembacokan yang dilakukan oleh 2 pelajar SMA. Selain itu, data kasus klitih dari tahun 2019 sampai Januari 2020 sebanyak 40 kasus. Dari total 40 kasus tersebut terdapat 57 orang berstatus pelajar dan kurang lebih 70% pelakunya pelajar.

Kenakalan remaja yang berhubungan dengan penggunaan narkoba juga marak terjadi. Hal ini merupakan dampak dari perubahan fisik, psikis, dan sosial sehingga mendorongnya melakukan coba-coba, mencari tantangan,

(22)

atau sekedar mencari sensasi. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana terjadi perubahan dalam dirinya baik dalam fisik, emosional, intelektual maupun sosial.

Saat memasuki masa transisi kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis yang berarti bahwa bila masa kritis tersebut tidak dapat dilalui secara harmonis maka dapat menimbulkan gejala-gejala seperti keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri kepribadian yang terganggu bahkan menjadi gagal sama sekali dalam tugas menjadi makhluk sosial untuk mengadakan hubungan antar manusia yang memuaskan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain di lingkungannya.

Kenakalan remaja disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan lingkungan sosial atau masyarakat yang secara potensial dapat membentuk perilaku kenakalan remaja. Saat berada pada tahap perkembangan awal, sebagian besar waktu anak pada umumnya dihabiskan di lingkungan rumah atau berada pada pengawasan keluarga, menurut Willis (1981). Sebelum seorang anak mengenal lingkungan yang lebih luas, terlebih dahulu ia mengenal lingkungan keluarga baik dari norma- norma maupun nilai-nilai yang berlaku dalam keluarganya untuk dijadikan bagian dari kepribadiannya. Hal ini berarti perkembangan mental, fisik, dan sosial individu ada di bawah arahan orangtua atau terpola dengan kebiasaan yang berlaku di rumah tangga. Tidak mengherankan jika nilai-nilai yang dianut oleh orangtua akhirnya juga dianut oleh anak sehingga muncul pendapat bahwa segala sifat yang negatif dari anak bukan semata-mata faktor bawaan

(23)

atau keturunan, akan tetapi karena proses pendidikan atau sosialisasi dalam keluarga atau bisa disebut sebagai identifikasi.

Kenakalan remaja dapat disebabkan antara lain oleh dua faktor penting, yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan pertemanan. Dua faktor ini memiliki peran penting pada perkembangan pemikiran dan kehidupan seorang remaja untuk masa depannya. Faktor–faktor penyebab kenakalan remaja seperti: keluarga yang tidak harmonis, kurang kasih sayang, anak sering dimanja, didikan yang terlalu keras, faktor religi, faktor ekonomi, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan dapat berdampak langsung terhadap munculnya kenakalan remaja.

Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Sedangkan lingkungan sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa pada perkembangan anak. Karena itu baik-buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan kepribadian anak. Keadaan lingkungan keluarga yang menjadi sebab timbulnya kenakalan remaja seperti keluarga yang broken- home, rumah tangga yang berantakan disebabkan oleh kematian ayah atau

ibunya, keluarga yang diliputi konflik keras, keretakan atau perceraian, ekonomi keluarga yang kurang, pola asuh yang buruk, persaingan tidak sehat antar saudara, semua itu merupakan sumber yang subur untuk memunculkan kenakalan remaja.

Masyarakat merupakan lingkungan yang terluas bagi remaja dan sekaligus paling banyak menawarkan pilihan yang di dalamnya juga merujuk pada

(24)

peranan masyarakat, multimedia dan fasilitas. Aktivitas lingkungan yang menyumbang kenakalan remaja antara lain pergaulan bebas, sikap permisif yang ditunjukkan masyarakat. Pengaruh perkembangan teknologi pun masuk tanpa filter lagi, seperti kekerasan yang selalu menjadi sajian utama tayangan televisi dapat menjadi pemicu perilaku remaja mudah melakukan kekerasan

Menurut Rice (Gunarsa, Singgih D., 2004) masa remaja adalah masa peralihan, ketika individu tumbuh dari masa anak- anak menjadi individu yang memiliki kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal penting yang menuntut remaja perlu melakukan pengendalian diri. Dua hal tersebut adalah hal yang bersifat eksternal dan hal yang bersifat internal. Hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan lingkungan, dan hal yang bersifat internal, yaitu karakteristik di dalam diri remaja yang membuat remaja relatif lebih bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya.

Tugas perkembangan menurut teori Havighurst (Ali, M. 2008) adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Tugas perkembangan remaja difokuskan pada kedewasaan diri nya dimana peralihan dari masa kekanak- kanakan. Masa remaja ini mereka mencari jati diri, mereka mengekspresikan dirinya, akan tetapi banyak yang menjadi salah arah, yang menimbulkan mereka

(25)

melakukaan hal yang menyimpang dari tugas perkembangnnya dan berdampak negatif terhadap dirinya sendiri, keluarga, dan lingkungannya.

Banyak dampak negatif dari kenakalan remaja, bagi dirinya sendiri maupun orang yang berada di sekeliling mereka. Bila tidak segera ditangani, dia akan tumbuh menjadi sosok yang berkepribadian buruk. Ada beragam persepsi Siswa SMA sebagai remaja terhadap dampak dari kenakalan remaja tersebut. Remaja yang melakukan kenakalan-kenakalan tertentu biasanya akan dihindari atau malah akan dikucilkan oleh teman sebayanya dan orang dewasa lainnya. Remaja tersebut hanya akan dianggap sebagai pengganggu atau orang yang tidak berguna. Dampak lainnya yaitu semangat belajar di sekolah maupun di rumah akan menurun, putus sekolah, fisik yang lemah, tidak harmonis dengan keluarga, selalu dipandang buruk oleh orang sekitar.

Faktor dari kenakalan remaja menurut Penelitian yang dilakukan oleh Santrock, (2003) mengemukakan bahwa terjadinya kenakalan remaja dikarenakan kurangnya peran dari orang tua sebagai figur teladan bagi anak.

Suasana keluarga yang tidak harmonis bisa menimbulkan rasa tidak aman dan kurang nyaman dalam kelurga yang dapat menimbulkan bahaya psikologis untuk semua usia termasuk bagi remaja. Sifat orang tua yang agresif dan tindakan yang sewenang-wenang bisa menimbulkan hal yang tidak baik tehadap anak dan dapat menimbulkan perpecahan dalam keluarga sehingga anak tersebut melakukan tindakan kenakalan.

Adanya kenakalan remaja terjadi dikarenakan ada beberapa hal, dalam hal ini menurut Kartono (1992) kenakalan remaja dapat terjadi karena mereka

(26)

menganggap bahwa rumahnya bukanlah tempat tinggal yang aman dan menyenangkan, keluarganya tidak harmonis dan berantakan sehingga anak merasa terbebani dengan masalah yang dihadapinya. Komunikasi juga menjadi hal yang penting didalam sebuah keluarga, kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak akan memicu terjadinya kenakalan remaja, semakin rendah intensitas komunikasi dalam keluarga maka semakin tinggi terjadi kenakalan remaja. Dasar komunikasi yang baik antara orangtua dan anak adalah empati, apabila orang tua tidak memiliki kemampuan untuk memahami apa yang dialami anak dengan menempatkan diri dan memandang dari sudut pandang anak, serta tidak memberikan respon yang sesuai dengan kemampuan anak maka terjadi kenakalan remaja karena anak merasa tidak dianggap dan tidak mendapatkan perhatian dari orang tuanya.

Menurut peneliti, remaja nakal adalah seseorang atau sekelompok remaja yang melalukan hal yang menyimpang dari norma-norma dan aturan yang telah dibuat, di mana mereka gagal dalam tugas perkembangan remaja awal yang berdampak negatif terhadap dirinya dan orang sekitarnya. Remaja lainnya juga mempersepsikan kenakaln remaja terjadinya karena kematangan emosi yang masih rendah, lalu pengaruh dari lingkungannya juga sangat berdampak besar terhadap tugas perkebangannya.

Berkaitan dengan hukuman penjara terhadap anak/ remaja dibawah umur 17 tahun maka apabila anak yang masih bawah umur terjerat perkara pidana , hakim dapat memerintahkan supaya anak yang terjerat dapat dikembalikan

(27)

kepada orangtuanya, walinya, atau orang tua asuhnya, menurut soetodjo ( 2005)

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui tindakan kenakalan remaja yang biasa dilakukan seperti perkelahian, narkoba, minum alkohol, tawuran, seks bebas, pembalakan, pencurian, dan tindakan lain yang melanggar aturan.

Namun, mereka tidak mengetahui akibat dari perilaku yang telah mereka perbuat. pelaku kenakalan remaja mempunyai pandangan/persepsi hal tersebut adalah hal yang lumrah, karena mereka berbuat atas nama kebersamaan, persaudaraan, solidaritas, dan kekompakan kelompok.

Kenakalan remaja yang dilakukan oleh seorang remaja terkadang dianggap sebagai tindakan yang biasa. Mereka tidak menyadari apa yang mereka lakukan merupakan tindakan yang menyimpang dari perilaku norma-norma masyarakat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, peneliti mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Beberapa siswa SMK di sekolah tempat penelitian ini kurang menyadari bahwa kenakalan remaja merupakan perilaku yang menyimpang dari norma dan aturan yang berdampak mengganggu/merugikan diri sendiri dan orang lain

2. Beberapa remaja menjadi nakal karena kurangnya pengawasan dari orang tua terhadap remaja

(28)

3. Banyak remaja mengekspresikan dirinya ke arah yang salah untuk mencari jati diri

4. Perubahan zaman yang semakin modern menjadikan remaja mengenal pergaulan bebas

5. Kurangnya pemahaman remaja tentang dampak dari kenakalan remaja sehingga mereka mudah terbujuk mengikutinya

6. Kurangnya keharmonisan di dalam keluarga sehingga remaja kurang mendapatkan perhatian

7. Dampak yang ditimbulkan dari perilaku kenakalan remaja terhadap dirinya dan oran lain.

C. Pembatasan Masalah

Dari berbagai masalah yang teridentifikasi di atas, agar fokus penelitian ini lebih terarah, dan mengingat berbagai keterbatasan peneliti, maka pembatasan masalah yang diteliti difokuskan pada pengkajian Persepsi remaja tentang dampak perilaku kenakalan remaja di salah satu SMK Swasta di Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana subjek memaknai kenakalan remaja menurut pemahamannya ?

(29)

2. Faktor apa yang mendasari melakukan kenakalan remaja?

3. Dampak apa yang dialami setelah melakukan kenakalan remaja?

4. Bagaimana sikap keluarga, sekolah dan masyarakat, setelah melakukan kenakalan remaja?

5. Konflik, pikiran, dan perasaan apa yang dialami ketika melakukan kenakalan?

6. Bagaimana solusi subjek untuk menghentikan kenakalan remaja?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pandangan remaja terhadap makna kenakalan remaja.

2. Mengetahui faktor penyebab yang mempengaruhi terjadinya kenakalan remaja.

3. Mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan dari kenakalan remaja.

4. Mengetahui sikap setelah melakukan kenakalan remaja.

5. Mengetahui pikiran dan perasasan setelah atau sebelum melakukan kenakalan

6. Mengetahui cara solusi untuk menhentikan kenakalan remaja.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan ilmu dan informasi terhadap program studi bimbingan dan konseling terkait tentang kenakalan remaja, supaya tidak terjadi

(30)

lagi kenakalan remaja dan guru BK di sekolah bisa mengatasi kenakalan remaja tersebut

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah hasil penelitian ini dapat menjadi solusi dan pengetahuan untuk mengatasi kenakalan remaja

b. Bagi Guru BK untuk gambaran informasi dan bahan untuk memberikan bimbingan dan konseling terhadap siswa yang melakukan tindakan kenakalan remaja

c. Bagi para orang tua yang memiliki remaja, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan petunjuk untuk mengatasi kenakalan remaja d. Bagi Peneliti lain, sebagai informasi dan bahan pertimbangan yang

hendak mengembangkan penelitian yang objek permasalahannya sejenis

G. Batasan Istilah

Beberapa istilah dari judul penelitian ini perlu diberi batasan istilah sebagai berikut :

1. Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan, atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja, dimana mereka melakukan kriminalitas, anti sosial, dan lain sebagainya yang berdampak negatif terhadap dirinya dan orang lain.

2. Pangkal adalah permulaan atau bagian yang dianggap sebagai dasar.

3. Faktor atau penyebab adalah hal yang menjadikan timbulnya sesuatu.

(31)

4. Dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif, maupun positif).

5. Solusi penanganan adalah cara untuk memcahkan suatu masalah .

(32)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini disajikan tinjauan pustaka mengenai beberapa hal yang dapat memperjelas topik penelitian, penelitian yang relevan, dan kerangka pikir.

A. Hakikat Kenakalan Remaja 1. Pengertian Kenakalan Remaja

Kenakalan dengan kata dasar nakal adalah suka berbuat tidak baik, suka mengganggu, dan suka tidak menurut. Sedangkan kenakalan adalah perbuatan nakal, perbuatan tidak baik dan bersifat mengganggu ketenangan orang lain, tingkah laku yang melanggar norma kehidupan masyarakat, jadi Kenakalan remaja yaitu tindak perbuatan remaja yang melanggar norma-norma agama, sosial, hukum yang berlaku di masyarakat dan tindakan itu bila dilakukan oleh orang dewasa dikategorikan tindak kriminal di mana perbuatannya itu dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang, menurut kamus besar bahasa Indonesia.

Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah juvenile berasal dari bahasa latin juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja, sedangkan delinquent berasal dari bahasa latin delinquere yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, peneror, dan sebagainya. Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patogis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang

(33)

disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku menyimpang (Kartono, 1992). Kenakalan remaja dalam psikologi adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, dan aturan dalam ruang lingkup masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak- anak ke dewasa. Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya (Hurlock, 1999) menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat membuat individu yang melakukannya masuk penjara. Menurut (Sarwono,.S & Meinarno, 2009), Kenakalan remaja adalah tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman.

Dari beberapa definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa kenakalan remaja adalah tindakan yang menyimpang dari norma-norma dan aturan yang ada, hukum dan sosial, dimana bisa berakibat fatal bagi dirinya maupun orang lain, dan bisa masuk penjara atas hukuman yang diberikan.

(34)

2. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja

Bentuk- bentuk perilaku kenakalan remaja dibagi menjadi empat (Kartono, 2003) yaitu :

a. Kenakalan terisolir (Delinkuensi terisolir) kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari remaja nakal. Pada umumnya mereka tidak menderita kerusakan psikologis. Perbuatan nakal mereka didorong oleh faktor-faktor berikut:

1) Keinginan meniru dan ingin sesuai dengan ganknya, jadi tidak ada motivasi, kecemasan atau konflik batin yang tidak dapat diselesaikan.

2) Mereka kebanyakan berasal dari daerah kota yang transisional sifatnya yang memiliki subkultur kriminal. Sejak kecil remaja melihat adanya kelompok kriminal, sampai kemudian dia ikut bergabung. Remaja merasa diterima, mendapatkan kedudukan hebat, pengakuan dan prestise tertentu.

3) Pada umumnya remaja berasal dari keluarga berantakan, tidak harmonis, dan mengalami banyak frustasi. Sebagai jalan keluarnya, remaja memuaskan semua kebutuhan dasarnya di tengah lingkungan kriminal remaja nakal yang memberikan alternatif hidup yang menyenangkan.

4) Remaja dibesarkan dalam keluarga tanpa mendapatkan latihan kedisiplinan yang teratur, sebagai akibatnya dia tidak sanggup menginternalisasikan norma hidup normal. Kesimpulannya, kenakalan terisolasi itu mereaksi terhadap tekanan dari lingkungan sosial. Mereka mencari panutan dan rasa aman dari kelompoknya, namun pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal ini meninggalkan perilaku kriminalnya

(35)

paling sedikit 60% di usia 21- 23 tahun. Hal ini disebabkan oleh proses pendewasaan dirinya sehingga remaja menyadari adanya tanggung jawab sebagai orang dewasa yang mulai memasuki peran sosial yang baru.

b. Kenakalan neurotik (Delinkuensi neurotik)

Pada umumnya, remaja nakal tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah, berdosa dan lain sebagainya. Ciri-ciri perilakunya adalah:

1) Perilaku nakalnya bersumber dari sebab-sebab psikologis yang sangat dalam, dan bukan hanya berupa adaptasi pasif yang menerima norma dan nilai subkultur kelompok kriminal itu saja.

2) Perilaku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum terselesaikan, karena perilaku jahat mereka merupakan alat pelepas ketakutan, kecemasan dan kebingungan batinnya.

3) Biasanya remaja ini melakukan kejahatan seorang diri, dan mempraktekkan jenis kejahatan tertentu, misalnya suka memperkosa kemudian membunuh korbannya, kriminal dan sekaligus neurotik.

4) Remaja nakal ini banyak yang berasal dari kalangan menengah, namun pada umumnya keluarga mereka mengalami banyak ketegangan emosional yang parah, dan orang tuanya biasanya juga neurotik atau psikotik.

5) Remaja memiliki ego yang lemah, dan cenderung mengisolir diri dari lingkungan.

(36)

6) Motif kejahatannya berbeda-beda.

7) Perilakunya menunjukkan kualitas kompulsif (paksaan).

c. Kenakalan psikotik (Delinkuensi psikopatik)

Delinkuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya. Ciri tingkah laku mereka adalah :

1) Hampir seluruh remaja delinkuen psikopatik ini berasal dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang ekstrim, brutal, diliputi banyak pertikaian keluarga, disiplin keras namun tidak konsisten, dan orangtuanya selalu menyia- nyiakan mereka, sehingga mereka tidak mempunyai kapasitas untuk menumbuhkan rasa kasih sayang dan tidak mampu menjalin hubungan emosional yang akrab dan baik dengan orang lain.

2) Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa, atau melakukan pelanggaran.

3) Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang kacau dan tidak dapat diduga. Mereka pada umumnya sangat agresif dan impulsif, biasanya mereka mengulangi kejahatan yang membuat mereka keluar masuk penjara, dan sulit sekali diperbaiki.

4) Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan norma- norma sosial yang umum berlaku, juga tidak peduli terhadap norma subkultur ganknya sendiri.

(37)

5) Kebanyakan dari mereka juga menderita gangguan neurologis, sehingga mengurangi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri. Psikopat merupakan bentuk kekalutan mental dengan karakteristik sebagai berikut: tidak memiliki pengorganisasian dan integrasi diri, orangnya tidak pernah bertanggung jawab secara moral, selalu mempunyai konflik dengan norma sosial dan hukum. Mereka sangat egoistis, anti sosial dan selalu menentang apa dan siapapun. Sikapnya kasar, kurang ajar dan sadis terhadap siapapun tanpa sebab.

d. Kenakalan defek moral (Delinkuensi defek moral)

Defek (defect, defectus) artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat, kurang. Delinkuensi defek moral mempunyai ciri-ciri: selalu melakukan tindakan anti sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan, namun ada disfungsi pada inteligensinya. Kelemahan para remaja delinkuen tipe ini adalah mereka tidak mampu mengenal dan memahami tingkah lakunya yang jahat, juga tidak mampu mengendalikan dan mengaturnya, mereka selalu ingin melakukan perbuatan kekerasan, penyerangan dan kejahatan, rasa kemanusiaannya sangat terganggu, sikapnya sangat dingin tanpa rasa kasih sayang jadi ada kemiskinan afektif dan sterilitas emosional.

Terdapat kelemahan pada dorongan instinktif yang primer, sehingga pembentukan super egonya sangat lemah. Impulsnya tetap pada taraf primitif sehingga sukar dikontrol dan dikendalikan. Mereka merasa cepat puas dengan prestasinya, namun perbuatan mereka sering disertai agresivitas yang meledak.

Remaja yang defek moralnya biasanya menjadi penjahat yang sukar diperbaiki.

(38)

Mereka adalah para residivis yang melakukan kejahatan karena didorong oleh naluri rendah, impuls dan kebiasaan primitif, di antara para penjahat residivis remaja, kurang lebih 80% mengalami kerusakan psikis, berupa disposisi dan perkembangan mental yang salah, jadi mereka menderita defek mental. Hanya kurang dari 20 % yang menjadi penjahat disebabkan oleh faktor sosial atau lingkungan sekitar.

Ada empat bentuk kenakalan remaja menurut Jensen (Sarwono, S., &

Meinarno, 2009) yaitu:

1) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.

a) Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.

b) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain:

pelacuran, penyalahgunaan obat, hubungan seks bebas.

c) Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, minggat dari rumah, membantah perintah.

Kenakalan yang dilakukan remaja terbagi dalam empat bentuk (Hurlock, 1994) yaitu:

a) Perilaku yang menyakiti diri sendiri dan orang lain.

b) Perilaku yang membahayakan hak milik orang lain, seperti merampas, mencuri, dan mencopet.

(39)

c) Perilaku yang tidak terkendali, yaitu perilaku yang tidak mematuhi orangtua dan guru seperti membolos, mengendarai kendaran dengan tanpa surat izin, dan kabur dari rumah.

d) Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, seperti mengendarai motordengan kecepatan tinggi, memperkosa dan menggunakan senjata tajam.

3. Aspek-Aspek Kenakalan Remaja

a. Loeber (Kartono, 2003), menyatakan bahwa aspek-aspek kenakalan remaja dapat dibagi menjadi:

1) Melawan Otoritas (pemimpin)

Pada umumnya remaja seringkali tidak mau patuh pada otoritas /pemimpin serta dengan adanya aturan yang ditetapkan oleh pemimpin.

2) Tingkah laku Agresif

Remaja cenderung memiliki sifat agresif dan cenderung sedikit tertutup serta sering melanggar norma-norma yang ada

3) Impulsif

Di usia remaja anak seringkali bertindak tanpa berpikir atau tanpa memikirkan tindakan itu terlebih dalam artian tidak memikirkan resiko dari apa yang dilakukan.

b. Aspek-aspek kenakalan remaja menurut (Kartono, 2003), dapat dibagi menjadi :

(40)

1) Orientasi Pada umumnya anak pada usia remaja tidak terlalu memikirkan masa yang akan datang, karena yang terpenting adalah masa sekarang dan waktunya banyak digunakan untuk bersenang-senang 2) Emosi di usia remaja anak memiliki emosi yang belum matang sekarang

terkadang kalau keinginanya tidak tersalurkan maka emosinya tidak terkontrol dan dilampiaskan dalam bentuk-bentuk reaksi kompen satoris 3) Interaksi sosial remaja sebaiknya harus mampu bersosialisasi dengan

lingkungan sosialnya sehingga dapat bertanggung jawab secara sosial terhadap lingkungannya

4) Aktivitas Remaja menginginkan adanya pengakuan dari lingkungannya dengan melakukan aktivitas yang terkadang menantang dan hal inidapat dilakukan berdasarkan dengan berkompetisi dengan remaja lainnya.

c. Mengemukakan aspek dari kenakalan remaja menurut (Hurlock, 1999) adalah:

1) Perilaku yang melanggar aturan dan status yaitu mengingkari status identitas dirinya

2) Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain adalah perilaku mengakibatkan resiko bagi diri sendiri maupun orang lain

3) Perilaku yang mengakibatkan korban materi adalah perilaku yang merugikan orang lain secara materi

4) Perilaku yang mengakibatkan korban fisik yaitu perilaku yang menyebabkan kerugian fisik orang lain atau korban.

(41)

Aspek kenakalan remaja di tinjau dari kajian psikologi yaitu Akhir-akhir ini masalah tindakan kekerasan yang dilakukan remaja banyak mengundang perhatian berbagai pihak. Bermacam perilaku yang menimbulkan keprihatinan, dari tindakan yang sekedar mengganggu (arak-arakan sepeda motor), tindakan pelanggarann hukum ringan seperti penjambretan, sampai dengan yang termasuk kategori pelanggaran berat yaitu pembunuhan. Banyak pihak telah melakukan analisis dan kajian mengenai masalah tersebut untuk menemukan cara mengatasi maupun upaya penanggulangannya. Psikologi perkembangan yang menempatkan remaja sebagai individu yang sedang dalam perjalanan menuju kekedewasaan.

memandang masalah kenakalan remaja dari sudut pandang yang berbeda.

Setiap tahap perkembangan mempunyai spesifikasi mengenai aspek perkembangan apa, bagaimana, dan sejauh mana suatu aspek perkembangan seharusnya dicapai atau dikuasai. Spesifikasi mengenai aspek perkembangan ini oleh dinamakan sebagai tugas perkembangan. Dengan konsep tugas perkembangan tersebut maka manusia selalu mengalami proses perubahan dalam interaksinya dengan lingkungan. Setiap peningkatan tahap akan disertai dengan peningkatan tugas perkembangan atau semakin tinggi tahap perkembanan semakin banyak tugas perkembangan dan semakin meningkat pula tuntutan lingkungan.

4. Karakteristik Remaja Nakal

Remaja nakal mempunyai karakteristik umum yang sangat berbeda dengan remaja tidak nakal. Perbedaan tersebut Menurut (Kartono, 2003), mencakup:

(42)

a. Perbedaan struktur intelektual

Pada umumnya inteligensi remaja nakal tidak berbeda dengan inteligensi remaja yang normal, namun jelas terdapat fungsi- fungsi kognitif khusus yang berbeda biasanya remaja nakal ini mendapatkan nilai lebih tinggi untuk tugas-tugas prestasi daripada nilai untuk ketrampilan verbal (tes Wechsler). Remaja nakal kurang toleran terhadap hal-hal yang ambigius

pada umumnya remaja kurang mampu memperhitungkan tingkah laku orang lain bahkan tidak menghargai pribadi lain dan menganggap orang lain sebagai cerminan dari diri sendiri.

b. Perbedaan fisik dan psikis

Remaja yang nakal lebih “idiot secara moral” dan memiliki perbedaan ciri karakteristik yang jasmaniah sejak lahir jika dibandingkan dengan remaja normal. Pada umumnya remaja nakal bersikap lebih agresif.

c. Ciri karakteristik individual

Remaja yang nakal mempunyai sifat kepribadian khusus yang menyimpang, seperti:

1) Rata-rata remaja nakal hanya berorientasi pada masa sekarang, bersenang-senang dan puas pada hari ini tanpa memikirkan masa depan.

2) Kebanyakan dari remaja nakal terganggu secara emosional.

(43)

3) Remaja nakal kurang bersosialisasi dengan masyarakat normal, sehingga tidak mampu mengenal norma-norma kesusilaan, dan tidak bertanggung jawab secara sosial.

4) Remaja nakal senang menceburkan diri dalam kegiatan tanpa berpikir yang merangsang rasa kejantanan, walaupun mereka menyadari besarnya risiko dan bahaya yang terkandung di dalamnya.

5) Pada umumnya remaja nakal sangat impulsif dan suka tantangan dan bahaya.

6) Hati nurani tidak atau kurang lancar fungsinya.

7) Kurang memiliki disiplin diri dan kontrol diri sehingga remaja menjadi liar dan jahat.

5. Faktor- Faktor Penyebab Kenakalan Remaja

Mengatakan bahwa remaja yang kurang diawasi, dijaga, diberi bimbingan dan diperhatikan oleh orang tuanya terlebih ibu maka akan cenderung berperilaku memberontak atau melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma- norma yang berlaku di masyarakat (Papalia, dkk, 2008) .

Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku kenakalan remaja adalah:

a. Perselisihan atau konflik antar orang tua maupun antar anggota keluarga b. Perceraian orang tua

c. Sikap perlakuan orang tua yang buruk terhadap anak d. Penjualan alat-alat kontrasepsi yang kurang terkontrol e. Hidup menganggur

f. Kurang dapat memanfaatkan waktu luang

(44)

g. Pergaulan negatif ( teman bergaul yang sikap dan perilakunya kurang memperhatikan nilai-nilai moral )

h. Beredarnya film film bajakan dan bacaan porno i. Kehidupan moralitas masyarakat yang bobrok

j. Di perjual belikannya minuman keras dan obat-obatan terlarang secara bebas

k. Kehidupan ekonomi keluarga yang berkekurangan

Mengelompokkan faktor–faktor penyebab kenakalan remaja menurut (Gunarsa, 2004) menjadi :

a. Faktor pribadi : setiap anak memiliki kepribadian khusus, dan keadaan khusus pada anak ini dapat menjadi sumber munculnya perilaku menyimpang. Keadaan khusus ini adalah keadaan konstitusi yaitu potensi bakat atau sifat dasar pada anak yang kemudian melalui proses perkembangan, kematangan atau perangsangan dari lingkungan menjadi aktual, muncul dan berfungsi

b. Faktor keluarga : keluarga mempunyai peranan yang besar terhadap perkembangan sosial pada anak. Keluarga secara langsung atau tidak langsung akan berhubungan terus menerus dengan anak, memberikan rangsangan melalui berbagai corak komunikasi antara orang tua dengan anak, hubungan antar pribadi dalam keluarga yang meliputi pula hubungan antar saudara menjadi faktor yang penting terhadap munculnya perilaku yang tergolong nakal. Struktur tanggung jawab dalam sebuah keluarga secara umum bahwa ayah bertugas mencari

(45)

nafkah, sedangkan ibu bertugas merawat rumah dan mendidik anak- anak, sehingga fungsi ibu dalam proses pengasuhan dan pendidikan terhadap anak sangat penting. Fungsi ibu tersebut dapat mengalami hambatan jika ibu keluar dari jalur tanggung jawabnya, seperti ikut bekerja di luar rumah, sehingga pengasuhan dan pendidikan terhadap anak bisa jadi kurang maksimal.

c. Lingkungan sosial dan dinamika perubahannya : Perubahan yang terjadi di dalam masyarakat memunculkan ketidak serasian dan ketegangan yang berdampak pada sikap dan lingkungan pergaulan. Perubahan jaman yang begitu cepat dan arus informasi yang tidak terkontrol akan membuat seseorang mudah terpengaruh serta lingkungan yang negatif akan menjerumuskan anak pada perilaku nakal.

Faktor-faktor kenakalan remaja menurut (Kartono, 2003) adalah: kurangnya kasih sayang orang tua, kurangnya pengawasan dari orang tua, pergaulan dengan teman yang tidak sebaya, peran dari perkembangan iptek yang berdampak negatif, tidak adanya bimbingan kepribadian dari sekolah, dasar-dasar agama yang kurang, tidak adanya media penyalur bakat dan hobinya, kebebasan yang berlebihan, serta adanya masalah yang dipendam.

6. Dampak Kenakalan Remaja

Dampak atau akibat dari perilaku kenakalan remaja Menurut Haryanto (2011), antara lain:

a. Kenakalan dalam keluarga: Remaja yang labil umumnya rawan sekali melakukan hal-hal yang negatif, di sinilah peran orang tua. Orang tua harus

(46)

mengontrol dan mengawasi putra-putri mereka dengan melarang hal-hal tertentu. Namun, bagi sebagian anak remaja, larangan-larangan tersebut malah dianggap hal yang buruk dan mengekang mereka. Akibatnya, mereka akan memberontak dengan banyak cara. Tidak menghormati, berbicara kasar pada orang tua, atau mengabaikan perkataan orang tua adalah contoh kenakalan remaja dalam keluarga.

b. Kenakalan dalam pergaulan: Dampak kenakalan remaja yang paling nampak adalah dalam hal pergaulan. Sampai saat ini, masih banyak pararemaja yang terjebak dalam pergaulan yang tidak baik. Mulai dari pemakaian obat-obatan terlarang sampai seks bebas. Menyeret remaja pada sebuah pergaulan buruk memang relatif mudah, di mana remaja sangat mudah dipengaruhi oleh hal-hal negatif yang menawarkan kenyamanan semu. Akibat pergaulan bebas inilah remaja bahkan keluarganya harus menanggung beban yang cukup berat.

c. Kenakalan dalam pendidikan: Kenakalan dalam bidang Pendidikan memang sudah umum terjadi, namun tidak semua remaja yang nakal dalam hal pendidikan akan menjadi sosok yang berkepribadian buruk, karena mereka masih cukup mudah untuk diarahkan pada hal yang benar.

Kenakalan dalam hal pendidikan misalnya, membolos sekolah, tidak mau mendengarkan guru, tidur dalam kelas, dll.

d. Dampak kenakalan remaja pasti akan berimbas pada remaja tersebut. Bila tidak segera ditangani, ia akan tumbuh menjadi sosok yang bekepribadian buruk.

(47)

e. Remaja yang melakukan kenakalan-kenakalan tertentu pastinya akan dihindari atau malah di kucilkan oleh banyak orang. Remaja tersebut hanya akan dianggap sebagai pengganggu dan orang yang tidak berguna.

f. Akibat dari di kucilkannya remaja dari pergaulan sekitar, remaja tersebut bisa mengalami gangguan kejiwaan. Gangguan kejiwaan bukan berarti gila, tapi dia akan merasa di asingkan oleh orang di sekitarnya, merasa sangat sedih, atau malah akan membenci orang-orang sekitarnya.

g. Dampak kenakalan remaja yang terjadi, tak sedikit keluarga yang harus menanggung malu. Hal ini tentu sangat merugikan, dan biasanya anak remaja yang sudah terjebak kenakalan remaja tidak akan menyadari tentang beban keluarganya.

h. Masa depan yang suram dan tidak menentu bisa menunggu para remaja yang melakukan kenakalan. Bayangkan bila ada seorang remaja yang kemudian terpengaruh pergaulan bebas, hampir bisa di pastikan dia tidak akan memiliki masa depan yang cerah. Hidupnya akan hancur perlahan dan tidak sempat memperbaikinya.

i. Kriminalitas bisa menjadi salah satu dampak kenakalan. Remaja yang terjebak hal-hal negatif bukan tidak mungkin akan memiliki keberanian untuk melakukan tindak kriminal. Mencuri demi uang atau merampok untuk mendapatkan barang berharga.

Secara umum akibat yang ditimbulkan dari kenakalan remaja ada 3, antara lain :

(48)

a. Bagi diri remaja itu sendiri akibat dari kenakalan yang dia lakukan akan berdampak bagi dirinya sendiri dan sangat merugikan baik fisik dan mental. Kenakalan yang dilakukan yang dampaknya bagi fisik yaitu seringnya terserang berbagai penyakit karena gaya hidup yang tidak teratur. Sedangkan, dalam segi mental maka pelaku kenakalan remaja tersebut akan mengantarnya kepada mental-mental yang lemah, berfikirnya tidak stabil dan keperibadiannya akan terus menyimpang dari segi moral.

b. Bagi keluarga Anak merupakan penerus keluarga yang nantinya dapat menjadi tulang punggung keluarga apabila orang tuanya tidak mampu lagi bekerja dan apabila orang tuanya memiliki anak yang berkelakuan menyimpang dari ajaran agama akan berakibat ketidak harmonisan di dalam kekuarga, komunikasi antara orang tua dan anak akan terputus.

Ini sangat tidak baik, sehingga mengakibatkan anak remaja sering keluar malam dan jarang pulang serta menghabiskan waktunya bersama teman- temannya untuk bersenang-senang dengan jalan minum-minuman keras, mengkonsumsi narkoba dan narkotika.

c. Bagi lingkungan masyarakat di dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya remaja sering bertemu orang dewasa atau para orang tua, baik itu ditempat ibadah ataupun ditempat lainnya, yang mana nantinya apapun yang dilakukan oleh orang dewasa ataupun orang tua itu akan menjadi panutan bagi kaum remaja. Apabila remaja sekali saja berbuat kesalahan dampaknya akan buruk bagi dirinya, dan keluarga. Sehingga,

(49)

masyarakat menganggap remajalah yang sering membuat keonaran, mabuk-mabukkan ataupun mengganggu.

Haryanto (2011) juga mengatakan segala sesuatu yang dilakukan pasti memiliki dampak. Berikut dampak kenakalan remaja yang dirasakan bagi diri mereka sendiri yaitu, akan menjadi pribadi yang buruk, lalu melemahnya fisik anak tersebut, dikucilkan, dan masa depan yang suram. Dampak yang dirasakan tidak hanya pada individu, namun lingkungan juga merasakan dampaknya yaitu, keluarga menjadi malu, orang-orang akan terganggiu akan kehadirannya, dan merugikan banyak orang. Lalu dampak untuk sekolah juga dimana akibat perlakuannya yang menyimpang sekolah menjadi tercoreng, seperti akibat dari tawuran.

7. Solusi Preventif dan Kuratif Kenakalan Remaja A. Solusi Preventif

Cara untuk menemukan yang terbaik dalam menanggulangi kenakalan remaja menurut Sudarsono (2012) memang agak sulit, akan tetapi masyarakat, perseorangan bahkan pemerintah sekalipun dapat melakukan langkah-langkah yang memadai di dalam melakukan prevensi. Langkah- langkah tersebut terutama dapat dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kehidupan warga masyarakat.

Keresahan yang ditimbulkan oleh remaja sebenarnya menjadi tanggungjawab seluruh anggota masyarakat. Ditinjau dari segi penyebabnya, masyarakat terlibat di dalamnya dan jika dilihat dari sisi lain masyarakatlah yang memiliki beban kerugian. Suatu hal yang layak jika di

(50)

dalam menanggulangi kenakalan remaja masyarakat juga bertanggungjawab secara moral.

Keterlibatan masyarakat di dalam menanggulangi kenakalan remaja berupa:

1) Memberi nasehat secara langsung kepada anak yang bersangkutan agar meninggalkan kegiatan yang tidak sesuai dengan seperangkat norma yang berlaku.

2) Membicarakan dengan orang tua anak yang bersangkutan dan dicarikan jalan keluarnya untuk menyadarkan anak tersebut.

3) Langkah terakhir, masyarakat harus berani melaporkan kepada pejabat yang berwenang tentang adanya perbuatan kenakalan remaja sehingga segera dilakukan langkah-langkah prevensi secara menyeluruh.

B. Tindakan hukum

Tindakan hukum bagi anak remaja yang melakukan kenakalan berupa:

1. Menghukum mereka sesuiai dengan perbuatannya sehingga dianggap adil.

2. Mengugah berfungsinya hati Nurani sendiri untuk hidup Susila dan mandiri.

3. Mengadakan pembinaan dan bimbingan yang berkala.

C. Tindakan Kuratif

Tindakan kuratif bagi penyembuhan kenakalan remaja antara lain:

(51)

1. Menghilangkan semua sebab-sebab timbulnya kejahatan remaja.

Baik yang berupa pribadi, sosial, dan budaya.

2. Melakukan perubahan lingkungan dengan jalan mencarikan orang tua asuh dan memberikan fasilitas yang diperlukan.

3. Memberikan Latihan bagi para remaja untuk hidup teratur, tertib, dan disiplin.

4. Memanfaatkan waktu senggang dengan latihan, untuk membiasakan diri bekerja, belajar, dan melakukan rekreasi sehat dengan disiplin tinggi.

5. Mendirikan klinik psikologis untuk meringankan dan memecahkan konflik emosional dan gangguan kejiwaan lainnya.

B. Hakikat Remaja 1. Pengertian Remaja

Pengertian kenakalan remaja menurut pandangan Hurlock (1999), menyatakan bahwa remaja berasal dari kata adolescence, diambil dari bahasa latin yaitu adolescere yang artinya tumbuh untuk mencapai kematangan. Stanley Hall

(Santrock, J., 2003) mendefinisikan masa remaja adalah masa pergolakan yang penuh dengan konflik dan buaian suasana hati. Masa remaja juga sering disebut sebagai masa yang bermasalah karena dini remaja menganggap dirinya sudah mandiri sehingga para remaja berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya sesuai dengan keyakinannya serta menolak bantuan dari orang dewasa lainnya.

(52)

Lalu ada juga menurut pandangan Piaget (Santrock., 2003) mengatakan bahwa remaja adalah usia di mana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan hak, seperti kesamaan hak. Remaja merupakan masa berkembangnya identitas diri atau merupakan masa pencarian identitas diri, karena identitas diri merupakan titik penting dari pengalaman remaja dan pengalaman memandang hidup remaja yang berada pada keadaan yang diharapkan mampu mempersiapkan dirinya untuk masa depan. Berdasarkan pendapat para tokoh di atas maka yang di maksud dengan remaja adalah usia di mana individu mulai mencari identitas dirinya dan usia di mana anak merasa dirinya sudah mampu untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya sehingga anak menganggap dirinya sudah mandiri dan menolak bantuan dari orang depan

Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa remaja adalah masa berkembangnya pemikiran untuk mencari identitas diri dan masa pubertas untuk mencapai kematangan diri, dan masa peralihan dari masa anak-anak ke remaja.

2. Pengertian Kenakalan Remaja

Mereka pelaku kenakalan remaja mempunyai pandangan/persepsi hal tersebut adalah hal yang lumrah, karena mereka berbuat atas nama kebersamaan persaudaraan dan kekompakan kelompok. Kenakalan remaja yang dilakukan oleh seorang remaja terkadang dianggap sebagai tindakan yang biasa. Mereka tidak menyadari apa yang mereka lakukan merupakan tindakan yang menyimpang dari perilaku norma-norma masyarakat.

(53)

Kenakalan remaja yang dilakukan oleh anak Menurut (Kartono, 1992) adalah mereka mempersepsikan bahwa rumahnya bukanlah tempat tinggal yang aman dan menyenangkan, keluarganya tidak harmonis dan berantakan sehingga anak merasa terbebani dengan masalah yang dihadapinya oleh orang tuanya.

Remaja juga mempersepsikan kenakalan remaja adalah tindakan negatif yang bisa berdampak buruk terhadap dirinya dan orang lain,seperti fisik yang melemah, mental yang lemah, dikucilkan dari lingkungan sekitar, tidak harmonis dengan keluarga, tidak kuat iman, dan tidak fokus sekolah atau tidak fokus dalam mengikuti pelajaran disekolah.

Dari penjelasan diatas peneliti menyimpulkan bahwa remaja mempersepsikan kenakalan remaja itu adalah yang lumrah tanpa mereka mengetahui akibat dari kenakalan tersebut. Mereka juga mempersepsikan terjadinya kenakalan tersebut dikarenakan kurangnya perhatian dan keharmonisan didalam rumah dan karena mengikuti pergaulan yang salah .

3. Batas Usia Remaja

Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak- kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun menurut Papalia & Olds. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan

(54)

idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga. Rentang waktu usia remaja biasanya dibedakan atas tiga, yaitu:

a. Masa remaja awal, 12 – 15 tahun

b. Masa remaja pertengahan, 15 – 18 tahun c. Masa remaja akhir, 18 – 21 tahun

Berdasarkan pernyataan di atas batas usia remaja adalah usia 15-18 tahun.

(Kartono, 2003) menambahkan bahwa mayoritas remaja delikuensi biasanya berusia dibawah 21 tahun dan angka tertinggi tindak kenakalan ada pada usia 15- 18 tahun

4. Ciri-ciri Masa Remaja

Ada beberapa ciri- ciri masa remaja menururt Ali dan Asrori (2004), antara lain:

a. Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan dari masa kanak- kanak ke peralihan masa dewasa.

b. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi terjadinya perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat.

c. Masa remaja sebagai usia bermasalah, yaitu pada saat anak-anak paling tidak sebagian masalah diselesaikan oleh orang tua atau guru, sedangkan sekarang individu dituntut untuk bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Mereka dituntut untuk mandiri maka seringkali menolak untuk dibantu oleh orang tua atau guru, sehingga menimbulkan kegagalan- kegagalan dalam menyelesaikan persoalan tersebut.

(55)

d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas, yaitu remaja mencoba mencari identitas diri dengan berpakaian, berbicara dan berperilaku sebisa mungkin sama dengan kelompoknya. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, karena masalah penyesuaian diri dengan situasi dirinya yang baru, karena setiap perubahan membutuhkan penyesuaian diri.

e. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, yaitu remaja merasa bahwa berpakaian dan berperilaku seperti orang dewasa seringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk memperhatikan perilaku atau simbol yang berhubungan dengan status orang dewasa seperti merokok, minum, menggunakan obat-obatan bahkan melakukan hubungan seksual.

f. Ciri-ciri kejiwaan remaja, tidak stabil, keadaan emosinya goncang, mudah condong kepada ekstrim, sering terdorong, bersemangat, peka, mudah tersinggung, dan perhatiannya terpusat pada dirinya.

Beberapa ciri–ciri masa remaja menurut Hurlock (1999), adalah :

1) Masa remaja sebagai periode yang penting, artinya perkembangan fisik remaja sangat cepat dan hal ini harus disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat juga. Hal ini menimbulkan perlunya penyesuian mental serta perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.

2) Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa.

(56)

Remaja dapat mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.

3) Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu meningginya emosi, tumbuhnya minat, perubahan nilai-nilai dan remaja bersikap saling bertentangan terhadap setiap perubahan.

4) Masa remaja sebagai usia yang bermasalah, yaitu remaja berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri dengan cara yang mereka yakini serta menolak bantuan orang dewasa.

5) Masa remaja adalah masa mencari identitas diri, artinya identitas yang dicari remaja adalah berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.

6) Masa remaja adalah usia yang menimbulkan ketakutan, artinya adanya gaya populer yang mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri.

7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik yaitu remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang remaja inginkan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita.

8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, artinya remaja semakin mendekat pada usia kematangan dan oleh karena itu remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status orang dewasa. Salah satu bagian perkembangan masa remaja adalah penyesuaian terhadap lingkungan sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan interpersonal yang awalnya

(57)

belum pernah ada, juga harus menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah.

5. Tugas Perkembangan Remaja

Salah satu periode dalam rentang kehidupan ialah (fase) remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Untuk dapat melakukan sosialisasi dengan baik, remaja harus menjalankan tugas-tugas perkembangan pada usianya dengan baik.

Apabila tugas pekembangan sosial ini dapat dilakukan dengan baik, remaja tidak akan mengalami kesulitan dalam kehidupan sosialnya serta akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas perkembangan untuk fase- fase berikutnya. Sebaliknya, manakala remaja gagal menjalankan tugas-tugas perkembangannya akan membawa akibat negatif dalam kehidupan sosial fase-fase berikutnya, menyebabkan ketidak bahagiaan pada remaja yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan berikutnya.

Mengemukakan tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Gunarsa, (2004) sebagai berikut:

a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas.

c. Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan bergaul dengan teman sebaya, baik secara individual maupun kelompok.

(58)

d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitas pribadinya.

e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri.

6. Masalah-masalah Pribadi-Sosial dan Kenakalan Remaja

Masalah-masalah pribadi-sosial yang umum dialami kebanyakan remaja meliputi (Kartono, 2003):

a. Belum memiliki rasa disiplin

b. Belum dapat menghormati orang tua dan kurangnya perhatian c. Melakukan perbuatan tanpa mempertimbangkn resiko

d. Masih merasa rendah diri dan belum bisa menghargai diri sendiri e. Kurangnya motivasi dari diri sendiri

Masalah-masalah sosial

a. Kurangya penyesuai diri terhadap orang disekitar b. Kurang memahami etika pergaulan

c. Kurang menyenangi kritikan dari orang lain

Ada beberapa hal masalah kenakalan remaja Menurut Simanjuntak. B (1980) yaitu:

a. Masalah dari lingkungan keluarga yang tidak harmonis dan broken home

b. Masalah dalam lingkungan sekolah yang menyebabkan kenakalan remaja karena pengaruh teman yang tidak baik, tindakan guru yang kurang baik (contoh; memberi hukuman yang terlalu berlebihan), lingkungan sekolah yang kurang nyaman

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh guru BK SMA di Sleman sudah sepakat menggunakan Panduan Operasional Pelaksanaan BK (POP BK) sebagai arah penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling di

Berdasarkan penjelasan diatas hubungan loyalitas pada teman sebaya akan sangat berperan penting jika tidak seimbang dengan kontrol diri yang baik maka dari itu untuk

Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dapat memberi pendekatan dan ruang yang lebih kepada mahasiswa untuk menjaga serta

Efikasi diri merupakan keyakinan akan kemampuan diri dalam konteks belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efikasi diri siswa SMP kelas IX dan yang

Pernyataan “Dalam berkomunikasi, saya termasuk orang yang sulit dalam merangkai kata” menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa Bimbingan dan

Untuk itu diharapkan orang tua dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, dimana orang tua diharapkan melakukan diskusi dengan anak, memberikan kasih sayang dan kehangatan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa angkatan 2016 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta memiliki tingkat kecenderungan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Peranan guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX yang pernah memiliki motivasi