• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI UMUM LOKASI PENELITIAN Deskripsi Wilayah Sejarah Kelurahan Semarapura Klod Kangin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DESKRIPSI UMUM LOKASI PENELITIAN Deskripsi Wilayah Sejarah Kelurahan Semarapura Klod Kangin"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

48 BAB III

DESKRIPSI UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1. Deskripsi Wilayah

3.1.1. Sejarah Kelurahan Semarapura Klod Kangin

Keberadaan masyarakat islam di Kelurahan Semarapura Klod Kangin tidak dapat di pisahkan dari Kabupaten Klungkung sebagai basis tersebarnya Islam di Bali. Sejak pusat pemerintahan Kerajaan Gelgel mengalami perpindahan pusat kerajaan di tahun 1686, seluruh masyarakat Klungkung termasuk umat Muslim di Klungkung juga ikut berperpindah ke wilayah Kerajaan Semarapura. Semarapura Klod Kangin merupakan kesatuan wilayah administratif yang berada di bawah pemerintahan kecamatan, kabupaten, dan provinsi. Kelurahan Semarapura Klod Kangin pada awalnya bernama Kelurahan Kampung Jawa namun seiring dengan terbitnya Peraturan Pemerintah berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1984, terjadi perubahan terhadap susunan kelurahan di Kabupaten Klungkung. Kelurahan tersebut mengalami perubaan yang awalnya bernama Kelurahan Kampung Jawa, kemudian berubah menjadi Kelurahan Semarapura Klod Kangin.

3.2. Kondisi Geografis a. Lokasi dan Keadaan Alam

Berdasarkan Peraturan Pemerintah berdasar pada Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1984 wilayah Kabupaten Klungkung terdapat enam Desa Administrasi yang mengalami perubahan statusnya

(2)

49 menjadi pemerintah kelurahan. Kelurahan Semarapura Klod Kangin pada awalnya bernama Kelurahan Kampung Jawa yang mengalami perubahan akibat Keputusan Gubernur Bali Nomor 197 Tahun 1991, yang mana Kelurahan Kampung Jawa mengalami perubahan nama dan wilayahnya menjadi Kelurahan Semarapura Klod Kangin dengan mewilayahi 2 Lingkungan yaitu Lingkungan Pande, Lingkungan Mergan.

Lokasi Kelurahan Semarapura Klod Kangin terletak pada pusat kota Semarapura, yaitu berada pada sebelah selatan Desa Kamasan, sebelah barat Kelurahan Semarapura Klod, batas sebelah utaranya yaitu wilayah kelurahan semarapura kangin, dan sebelah timurnya Kecamatan Dawan.

Berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor 197 Tahun 1991 maka luas wilayah Kelurahan Semarapura Klod Kangin adalah 79,30 Ha. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Semarapura Klod di Kecamatan Klungkung sebagai berikut :

Sebelah Selatan : Wilayah Desa Kamasan

Sebelah Barat : Wilayah Kelurahan Semarapura Klod Sebelah Utara : Wilayah Kelurahan Semarapura Kangin.

Sebelah Timur : Wilayah Kecamatan Dawan

Peta Batas Wilayah Semarapura Klod Kangin

(3)

50

…………....…….

Kelurahan Semarapura Klod Kangin di lihat dari letak geografis yang terletak di central atau tengah Kota Kabupaten Klungkung, serta sosial budaya masyarakatnya sangat strategis sekali dalam upaya meningkatkan serta memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan desa secara berkesinambungan. Secara administratif, Kelurahan Semarapura Klod terbagi ke dalam 2 (Dua) wilayah Banjar. Adapun jumlah Banjar, sebagaimana tercantum dalam pembagian wilayah administrasi Kelurahan Semarapura Klod Kangin :

Tabel 2

Wilayah Administratif

No Nama

Dusun/Banjar

Jumlah Kelian

Jumlah Banjar 1. Lingkungan

Mergan

1 1

2. Lingkungan Pande 1 1

Jumlah 2 2

(Sumber: Profil Kelurahan Semarapura Klod Kangin 2020)

(4)

51 Wilayah administratif Kelurahan Semarapura Klod Kangin dibagi menjadi dua wilayah admisistatif yakni bagian Lingkungan Mergan dan Lingkungan Pande. Pembagian wilayah ini dibagi berdasarkan wilayah Banjar yang terdapat wilayah lingkungan Semarapura Klod Kangin.

Banjar merupakan pembagian wilayah administratif pada Provinsi Bali di bawah Kelurahan atau Desa, yang setingkat dengan Rukun Warga (RW).

Banjar merupakan kesatuan masyarakat hukum yang benar batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kebutuhan masyarakat setempat, dan berlandaskan asal-usul serta norma budaya istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lingkungan adminstratif ini pada masing-masig wilayahnya memiliki bidang keamanan melalui terbentuknya wadah Pertahanan Sipil (Hansip) dan pecalang yang berperan di setiap kegitan upacara Keagamaan.

Topografi Semarapura Klod termasuk dalam kategori dataran rendah yang terletak pada ketinggian tempat wilayah desa ± 100,00 meter diatas permukaan laut. Kelurahan Semarapura Klod Kangin beriklim muson dari dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan curah hujan rata-rata 60,00 mm, dan curah bulan hujan 6,00 bulan dan dengan suhu udara 30,00 oC. Pola permukiman penduduk di Semarapura Klod Kangin ditinjau dari unsur agama/kepercayaan menunjukkan model permukiman yang cenderung mengelompok terutama tampak pada komunitas agama yang bukan mayoritas, dengan jarak tempuh ke ibu kota kecamatan 1,50 Km.

(5)

52

Tabel 3

Luas Wilayah Kelurahan Semarapura Klod kangin Menurut Pengguna

No LUAS PENGGUNAAN TANAH Luas (Hektar)

1. Tanah sawah 7,30 Ha

2. Tanah kering 30,07 Ha

3. Tanah umum 9,69 Ha

Luas 47.06 Ha

1. LAHAN SAWAH

1. Lahan irigasi teknis 7,30 Ha

Luas 7,30 Ha

2. LAHAN KERING

2. Pemukiman 30,07 Ha

Luas 30,07 Ha

3. LAHAN FASILITAS UMUM

1. Lahan sekolah 3,00 Ha

2. Kantoran pemerintah 0,03 Ha

3. Tempat pemakaman desa/umum 0.50 Ha

4. Tempat pembuangan sampah 0,01 Ha

5 Pertokoan 3,00 Ha

Luas 9,69 Ha

(Sumber: Profil Kelurahan Semarapura Klod Kangin 2020)

Kelurahan Semarapura Klod Kangin memiliki luas wilayah 79,30 hektar menghampar dari Selatan ke Utara dengan ketinggian rata-rata seratus meter di atas permukaan laut, Kelurahan Semarapura klod Kangin

(6)

53 memiliki kawasan pertokoan karena di dukung oleh lokasinya yang strategis, dan memiliki warna tanah yang sebagian besar berwarna abu-abu dengan jenis tanahnya lempungan, Kelurahan Semarapura Klod Kangin berada pada kemiringan tanah rata-rata nol sampai lima belas derajat serta kondisi kelurahannya dialiri aliran sungai Kali Unda/Tukad Unda.

b. Kondisi Demografis

Kelurahan Semarapura Klod memilki penduduk 7.189 jiwa terdiri dari 3.570 laki-laki dan 3.619 perempuan. Dimana terjadi perkembangan penduduk yang mencapai 3,92% untuk laki-laki, dan 3,85% untuk perempuan. Kelurahan Semarapura Klod Kangin saat ini dihuni oleh 1967 KK. Adapun tabel jumlah penduduk dan perkembangannya sebagai berikut:

Tabel 4

Jumlah Penduduk Kelurahan Semarapura Klod Kangin Jumlah Penduduk

Jumlah Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Jumlah penduduk tahun ini 3570 orang 3619 orang

(7)

54 Jumlah penduduk tahun

lalu

3444 orang 3485 orang

Jumlah Total 7189 orang

Presentase perkembangan 3,92% 3,85%

Jumlah Keluarga

Jumlah KK Laki-laki KK Perempuan Jumlah Total

Jumlah Kepala Keluarga tahun ini

1759 KK 208 KK 1967 KK

Jumlah Kepala Keluarga tahun lalu

1739 KK 196 KK 1935 KK

Presentase perkembangan 1.15 % 6.12 %

(Sumber: Profil Kelurahan Semarapura Klod Kangin 2020) Penduduk di Kabupaten Klungkung memiliki keyakinan agama yang berbeda, masyarakat di Kabupaten Klungkung mayoritas berasal dari suku Bali dan kebanyakan beragama Hindu. Meskipun jumlah antara penduduk yang beragama Hindu lebih banyak dari jumlah penduduk yang beragama lainya, namun jumlah tersebut tidaklah mempengaruhi hak dan kewajiban masing-masing para penduduk memeluk agama yang di yakini.

Begitupun pada Kelurahan Semarapura Klod Kangin, masyarakat pada kelurahan ini di dominasi oleh penduduk asli yakni masyarakt Hindu, dan diikuti oleh kelompok Muslim sebagai penduduk mayoritas kedua. Semua masyarakat Kelurahan Semarapura Klod Kangin memiliki kebebasan dalam menjalankan segala bentuk ritual peribadatan yang dipercayai, selama

(8)

55 menjaga keamanan dan kenyamanan. Untuk lebih rinci perbedaan jumlah pemeluk agama dapat dilihat pada tabel berikut;

Tabel 5

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Kelurahan Semarapura Klod Kangin

No Agama Laki-Laki Perempuan

1. Islam 1397 orang 1366 orang

2. Protestan 21 orang 30 orang

3. Katolik 9 orang 11 orang

4. Hindu 2034 orang 2091 orang

5. Buddha 111 orang 120 orang

6. Konghucu 3 orang 6 orang

Jumlah 3.575 orang 3.624 orang

(Sumber: Profil Kelurahan Semarapura Klod Kangin 2020)

Masayarakat di Kelurahan Semarapura Klod Kangin memiliki keyakinan agama yang berbeda-beda, terdapat enam (6) keagamaan yang dianut oleh masyarakatnya diantaranya: Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Komposisi pemeluk agama di Kelurahan Semarapura Klod Kangin adalah Hindu sebanyak 57,29%, Islam sebanyak 38,38%, Buddha sebanyak 3,20%, Protestan sebanyak 0,70%, Katolik sebanyak 0,27%, Konghucu sebanyak 0,097%. Teori pertukaran salah satu cirinya yakni saling menguntungkan kedua belah pihak, dari presentase yang besar pada kelompok Hindu dan Muslim di kawasan Semarapura Klod

(9)

56 Kangin, dapat menujukkan gambaran tentang identitas kelompok yang saling bertukar secara sosial.

c. Mata Pencaharian

Tjondronegoro (2008) membuat tipologi masyarakat perdesaan atas dua basis, yaitu topografi dan pola pertanian (usaha). Berdasarkan basis tofografis, masyarakat perdesaan dibagi atas desa pegunungan, desa dataran rendah, desa dataran tinggi, dan desa pantai. Adapun berdasarkan atas pola pertanian masyarakat pedesaan dibagi atas: desa petani sawah menetap (pengairan atau tadah hujan), kampung peladang berpindah-pindah, desa perkebunan rakyat, dan desa nelayan. (Damsar dan Indrayani, 2016: 86).

Mata pencaharian utama penduduk Kabupaten Klungkung adalah pertanian dan sektor perikanan sebanyak 6,68% tersebar pada desa-desa pesisir yaitu Suana, Batununggul, Kutampi Kaler, Ped, dan Desa Toyapakeh. Pada Pulau Lembongan 16,80% penduduknya bergerak pada bidang perikanan, dan Ceningan sebanyak 12,88% mengingat kondisi dan topografi daerah maka cocok untuk dikembangkan pada sektor pertanian dan sektor pariwisata.

Penduduk masyarakat Semarapura Klod Kangin mayoritas berprofesi sebagai wiraswasta hal ini di dukung dengan kondisi geografis yang mendukung dikarenakan Kelurahan Semarapura Klod Kangin berada di pusat Kota, namun ada juga masyarakatnya yang berprofesi sebagai karyawan swasta. Pada penduduk Kampung Jawa yang di huni oleh masyarakat muslim rata-rata penduduknya memiliki mata pencaharian mayoritas sebagai pedagang. Para penduduknya rata-rata bekerja sebagai

(10)

57 pedagang di Pasar Klungkung, mendirikan toko, maupun warung-warung makan. Hal ini dikarenakan Kampung Jawa Klungkung terletak di central Kabupaten Klungkung dimana banyak terdapat fasilitas umum dan objek wisata yang berdiri disekitarnya. Sehingga, masyarakat lokal Kampung Jawa berlomba-lomba mengembangkan usaha. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Agus Jahori selaku Kepala Kampung Jawa;

“Mayoritas penduduk disini khususnya yang warga Kampung Jawa berkerja sebagai pedagang ada yang berjualan di Pasar Seni Klungkung, ada yang di pasar malem senggol Klungkung, ada juga yang jualannya tidak menetap, biasanya ngikutin rahinan orang hindu jualan di tempat ramai kayak pantai atau pura saat ada acara agama.”

(Wawancara pada 25 April 2021)

Masyarakat muslim di Klungkung berdasarkan mata pencahariannya mayoritas berkerja sebagai pedagang, banyak penduduknya yang mendirikan toko, atau berdagang di pasar, maupun membuka warung- warung makan. Hal ini dikarenakan banyaknya objek wisata yang berdiri disekitar desa sehingga, masyarakat lokal berlomba-lomba mengembangkan usaha baik dalam sektor perdagangan maupun penyedia fasilitas bagi para wisatawan yang datang. Hal tersebut berdampak positif pada peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

Melihat keberadaan pembangunan di Klungkung yang semakin meningkat, tentu di barengi oleh potensi sumber daya manusia yang mempunyai kapasitas (kemampuan) dan kompetensi yang tinggi didalam mengelolah potensi sumber daya secara optimal untuk mendukung pembangunan masyarakat disegala bidang. Demikian dapat dikatakan masyarakat Klungkung sangat memanfaatkan dan memperhatikan potensi

(11)

58 lingkungan yang telah ada hal itu dapat dilaksanakan berkat adanya bimbingan teknis dari instansi yang berwenang. Dengan menimbang kenyataan itu maka masyarakat Klungkung merupakan penduduk yang potensial dalam menunjang pembangunan Klungkung.

d. Fenomena Keberagamaan di dalam Masyarakat Klungkung

Keberagamaan merupakan keadaan atau sifat orang-orang beragama, yang meliputi keadaan ataupun sifat, corak pemahaman, semangat dan juga tingkat kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan ajaran agama yang mereka anut atau percayai, maupun keadaan perilaku kehidupan sehari-hari setelah ia menjadi penganut suatu agama (Munawir, 2017:526). Fenomena keberagamaan yang terdapat di Klungkung ini dapat terlihat dari tradisi-tradisi yang terdapat di lingkungan masyarakatnya dan masih terlaksana hingga saat ini. Salah satunya yaitu tradisi ngaminang yang ada di Kampung Gelgel Klungkung.

Pada Kampung Muslim tertua di Bali ini terdapat tradisi dimana kelompok Muslim dan Hindu duduk dan makan bersama di bulan Ramadhan pada tradisi yang di sebut “ngaminang”. Tradisi ini adalah budaya makan bersama dengan menggunakan sagi atau nampan berbentuk lingkaran besar sebagai alat sajinya dan ditutup dengan saap atau tudung saji khas Bali. Tradisi ini dilakukan pada hari ke 20 pada bulan Ramadhan, yang diikuti oleh semua lapisan masyarakat, termasuk tokoh lintas agama, bupati, keluarga Kerajaan Klungkung atau Puri Klungkung, hingga kepala desa.

(12)

59 Pada tradisi ngaminang dihidangkan sajian yang berasal dari para penduduk yang diantarkan mengunakan sagi yang berisi nasi beserta lauk, sesuai dengan kemampuan masing-masing, sehingga satu sagi dengan sagi lainnya berbeda-beda isinya. Tradisi ini bertujuan untuk mempererat hubungan persaudaraan antara keluarga Puri Klungkung dan Muslim di Gelgel. Melalui agenda tahunan ngaminang ini digunakan untuk menjaga kearifan menyama braya atau kebersamaan yang telah terbentuk dari sejarah terbentuknya kampung Islam Gelgel.

Gambar 1

Tradisi Ngaminang

Sumber: http://dakwahmuslimbali.com/detailpost/ngaminang-di- kampung-muslim-tertua-dari-bali, diakses: 21 Juli 2021 Tradisi ngejot berasal dari tradisi masyarakat Hindu di Bali yang juga terdapat di Klungkung. Secara terminologis, ngejot dikenal sebagai istilah untuk menyebut ritual memberikan dan mengantarkan bingkisan kepada tetangga sekitar yang umumnya berisikan makanan atau buah- buahan pada saat hari besar keagamaan. Pada saat Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha, masyarakat kampung Islam akan melakukan ngejot ke saudara ataupun tetangga sekitar, tradisi ini dilakukan baik ke nyame Selam

(13)

60 (saudara yang beragama Islam) maupun nyame Bali (saudara yang beragama Hindu). Begitu juga dengan umat Hindu yang akan melakukan ngejot ke nyame Bali dan nyame Selam saat merayakan Galungan dan Kuningan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Abdul Mutholib selaku Tokoh Agama di Klungkung;

“Ada juga pada tradisi ngejot saat Galungan mereka bawa ke kita, saat lebaran kita juga bawa ke mereka. Inilah berkat hubungan baik dari leluhur mereka tau mana yang halal dan mana yang haram buat kita, sehingga saat mereka ngejot merka bawa pisang, bawa ayam hidup gak bawa barang yang sudah di masak buat kita itu karena mereka mengerti mana yang kita boleh dan mana yang kita tidak boleh karena dekatnya hubungan kita.” (wawancara pada tanggal 27 April 2021)

Tradisi ngejot dilakukan secara timbal balik antar orang yang melakukannya, yaitu dengan saling membagikan makanan kepada yang bersangkutan sebagai upaya untuk membalas kebaikan. Tujuan dari tradisi ngejot ini diantaranya yaitu saling mendekatkan hubungan maupun membangun toleransi antarumat beragama.

Gambar 2

Tradisi Ngejot

Sumber:https://kesbangpollinmas.klungkungkab.go.id/2020 /10/14/the-monument-of-harmony-studi-etnografi- kerukunan-umat-muslim-dan-hindu-di-klungkung- bali1/diakses: 21 Juli 2021

(14)

61 Tradisi yang lainnya yakni tradisi megibung merupakan tradisi makan bersama dalam satu nampan yang di dalamnya berisi makanan yaitu;

nasi dengan lauk pauk khas Bali. Tradisi magibung di Kampung Islam Gelgel dan Kusamba biasa dilakukan pada beberapa malam di bulan Ramadhan, khususnya saat khataman Al-quran dan pada saat sesudah sholat Idul Fitri. Sedangkan dalam tradisi umat Hindu secara umum, tradisi magibung biasa dilakukan pada saat Hari Raya Galungan, Kuningam dan juga upacara lain yang biasanya didahului dengan kegiatan memasak bersama atau mebat oleh para laki-laki. Adapun tradisi megibung bertujuan untuk membentuk kebersamaan, kesetaraan, serta saling mempererat ikatan tanpa adanya sekat-sekat yang membedakan masyarakat.

Gambar 3

Tradisi Megibung

Sumber:https://kesbangpollinmas.klungkungkab.go.id/2020/10/14/

the-monument-of-harmony-studi-etnografi-kerukunan-umat- muslim-dan-hindu-di-klungkung-bali1/diakses: 21 Juli 2021

e. Struktur Organisasi Pemerintahan Semarapura Klod Kangin

(15)

62

Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut wilayah Kabupaten Klungkung terdapat enam Desa Administrasi yang mengalami perubahan statusnya menjadi pemerintah kelurahan, hal ini termasuk Desa Kampung Jawa yang berubah menjadi Kelurahan Semarapura Klod Kangin.

Kemudian berdasarkan Keputusan Gubernur Bali Nomor 197 Tahun 1991 Kelurahan Kampung Jawa berubah nama dan wilayah menjadi Kelurahan Semarapura Klod Kangin dengan mewilayahi 2 (dua) Lingkungan yaitu Lingkungan Pande dan Lingkungan Mergan.

Kelurahan Semarapura Klod Kangin merupakan satu dari enam wilayah Kelurahan di Kabupaten Klungkung yang terletak di pusat ibukota Kabupaten Klungkung yaitu Kota Semarapura. Setiap kelurahan diperintah oleh pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang lurah. Lurah memiliki kedudukannya berada di bawah camat dan dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab langsung kepada Camat, Kelurahan mempunyai tugas melakukan penyelenggaraan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Lurah dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh susunan

(16)

63 organisasi kelurahan atau perangkat kelurahan yang terdiri dari sekertariat, seksi, dan kelompok jabatan fungsional.

Pemerintah kelurahan terdiri dari seorang sekertaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Lurah. Selain itu yang masuk dalam perangkat kelurahan ada kepala-kepala lingkungkungan yang bertugas membantu pemerintah desa dalam hal mengkoordinir masyarakat dimasing-masing Banjar Dinas yang dipimpinnya dan bertanggungjawab kepada lurah. Adapun seksi pada kelurahan Semarapura Klod terdiri dari seksi Pemerintahan dan TRANTIB (Ketentraman, dan Ketertiban), Seksi Pemberdayaan Masyarakat, dan Seksi Perekonomian Dan Pembangunan.

Aparatus kelurahan memiliki tugas dan tanggung jawab yang luas, antara lain menyelengarakan administrasi desa dengan memberikan pelayanan kepada masyarakat dan menciptakan suasana yang aman dan kondusif. Perangkat desa juga diharapkan mampu menggalang partisipasi masayakat dalam menigkatkan kesejahteraan hidup warganya. Perangkat Kelurahan Semarapura Klod Kangin sudah memiliki kantor pemerintahan yang letaknya sangat strategis dipinggiran jalan raya dekat dengan permukiman warga sehingga bisa mempermudah dalam memberikan pelayanan kepada warganya.

Masing-masing kelurahan memiliki struktur atau tatakerja Pemerintah yang berbeda-beda sesuai dengan peraturan Pemerintah Daerah.

Hal ini tergantung pada kebutuhan serta keadaan dari masing-masing daerah. Wilayah Semarapura Klod Kangin dipimpin oleh lurah, dan dibantu

(17)

64 oleh sekertaris desa, kepala lingkungan Banjar atau yang biasa disebut Kelian Banjar, bertugas untuk mengatur dan melaksanakan kegiatan pemerintahan yakni mengurus hal-hal yang bersifat administratif, seperti pembuatan KTP, Kartu Identitas Penduduk Musiman (Kipem), serta mengatur pelaksanaan program-program pemberdayaan dan pelayanan masyarakat untuk warga sekitar, misalnya kegiatan Posyandu, PKK, sampai dengan kegiatan pemungutan suara ketika jadwal pelaksanaan Pilkada dan Pilpres.

Kelian Adat memiliki tugas untuk mengurus hal-hal seputar kegiatan adat, seperti penjadwalan kegiatan upacara adat seperti upacara ngaben, upacara melati, dan sebagainya serta mereka juga mengatur pengadaan aneka pertunjukan kesenian tradisional yang bersifat ritual.

Dalam hal ini kedudukan yang mereka peroleh adalah berdasarkan wewenang atau kekuasaan yang diakui secara resmi atau yang dinyatakan (ascribed status).

Kelurahan memiliki tugas dan tanggung jawab yang luas, antara lain menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Kantor kelurahan semarapura klod kangin memiliki kantor kelurahan yang sangat strategis yang terletak dipinggiran jalan raya dekat dengan permukiman warga sehingga mempermudah memberikan pelayanan kepada masyarakat. Melalui Keputusan Gubernur Bali Nomer 197 Tahun 1991 Kelurahan Semarapura Klod Kangin dipimpin oleh Pak Zen sebagai Lurah pertama yang dimulai pada tahun 1991-1992, dan sudah

(18)

65 mengalami pergantian Lurah sebanyak delapan kali. Berturut Jabatan Lurah di

Kelurahan Semarapura Klod Kangin ialah tercantum dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 6

Urutan Jabatan Lurah di Semarapura Klod Kangin

(Sumber: Profil Kelurahan Semarapura Klod Kangin 2020)

f. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Semarapura Klod Kangin

No Lurah Periode

1. Zen 1991 – 1992

2. Wayan Pursana 1992 – 1994

3. Wayan Sukada 1994 – 1998

4. Putu Widada 1998 – 2005

5. Wayan Budarsana 2002 – 2005

6. I Nengah Dana 2005 – 2011

7. I Dewa Gd Widiantara 2011 – 2017

8. I Ketut Muka, SH 2017 - sampai sekarang

(19)

66 Berdasarkan kondisi sosial budaya masyarakat Kabupaten Klungkung pada umumnya dikenal dengan budaya gotong royong dan menjaga adat istiadat yang sangat kuat. Adat istiadat yang masih tetap dipegang teguh oleh masyarakat dapat dilihat dari tetap terjaganya tradisi

“ngayah” yaitu perkerjaan sukarela yang dilakukan untuk kebaikan bersama.

Tradisi ngayah merupakan tradisi gotong royong untuk kebaikan semua masyarakat Bali yang terlibat. Didalam tradisi ngayah ini masyarakat Bali tidak hanya sekadar melakukan tolong-menolong untuk kegiatan sosial, melainkan mereka juga melakukan ngayah sebagai upaya pemenuhan perintah agama.

Masyarakat Semarapura Klod Kangin sampai saat ini masih menjaga dan melestarikan gamelan gong bali (baleganjur). Gamelan Gong Bali (baleganjur) dapat dikatakan sebagai salah satu wujud musik yang dapat dijadikan sebagai media spiritual dalam sebuah ritual agama Hindu, dan sering dipakai pada setiap kegiatan keagaman. Ini menyebabkan gamelan ini memiliki kaitan yang erat dengan masyarakat desa. Masyarakat Semarapura Klod Kangin memiliki kebudayaan seni gamelan gong bali, dimana potensi tersebut mereka manfaatkan secara maksimal, dimana kebudayaan seni dalam gamelan gong bali dijadikan sebagai wadah untuk generasi muda belajar mengenal dan melestarikan kebudayaan Bali.

Kampung Jawa Klungkung hadir sebagai potret kebertahanan kearifan lokal yang mengaktualisasikan masyarakat disana ditengah pluralism agama dan modernsasi. Cara masyarakat Kampung Jawa dalam mengaktualisasikan diri yaitu, dengan mempertahankan warisan leluhur

(20)

67 serta kearifan lokal dari agama islam maupun budaya setempat. Seperti, menghormati kebudayaan dan tradisi keagamaan masing-masing, saling menjaga silahturahmi antar agama dengan cara menghadiri undangan upacara metatah (pemotongan gigi), manusia yadnya atau pernikahan, dsb.

Rata-rata kondisi sosial kemasyarakatan di Kampung Jawa Klungkung mengedepankan gotong royong. Selain menjaga hubungan baik dengan warga setempat yang berbeda agama, masyarakat Kampung Jawa Klungkung juga menjaga kekeluargaan antara penguhuni Kampung.

Melalui kegiatan yang berupa kerja bakti, yang kerap dilaksanakan di seputaran Masjid Agung Al-Fatah dan Sekertariat Kampung Jawa, kegiatan ini kerap dilakukan pada saat menyambut hari kemerdekaan, saat menyambut bulan puasa, perayaan Maulid Nabi, perayaan malam takbiran dll. Kampung Jawa Klungkung juga melakukan kegiatan perkumpulan yang bersifat berkala yaitu arisan ibu-ibu PKK, Rapat RT, dan kegiatan Remaja Masjid yang dilakukan pemuda-pemudi Kampung Jawa Klungkung.

3.3. Sarana dan Prasarana a. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan adalah perlengkapan dan peralatan yang secara lansung dapat di gunakan serta menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar seperti gedung, ruang kelas, meja-kursi, alat-alat dan media pembelajaran.

Tabel 7

Jumlah Sarana Pendidikan

Sarana Pendidikan Jumlah

(21)

68 PAUD (Pendidikan Anak Usia

Dini)

1

SD (Sekolah Dasar) 2

SMK (Sekolah Menengah Kejuruan)

1

(Sumber: Profil Kelurahan Semarapura Klod Kangin 2020)

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan jenjang pendidikan yang ditempuh anak sebelum masuki ke sekolah dasar (SD) dimana pendidikan yang diselenggarakan bertujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada perkembangan seluruh aspek kepribadian anak.

Gambar 4

Sarana Pendidikan PAUD di Semarapura Klod Kangin

PAUD Bina Bakti Wanita

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 20 Juni 2021)

Sekolah dasar (SD) merupakan jenjang yang paling dasar dari pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar atau SD ditempuh dalam

(22)

69 waktu 6 tahun yang dimulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Pada pendidikan Sekolah Dasar pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.

Gambar 5

Sarana Pendidikan Sekoah Dasar di Semarapura Klod Kangin

SD Negeri 1 Semarapura Klod Kangin

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 20 Juni 2021)

Gambar 6

(23)

70 SD Negeri 2 Semarapura Klod Kangin

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 20 Juni 2021)

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah bentuk lembaga pendidikan yang sederajat dengan SMA (Sekoalah Menengah Atas), yang memiliki orientasinya memberikan pengetahuan siswa untuk memasuki lapangan kerja tingkat menengah, dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang sesuai dengan kekhususannya (kejuruannya). Pendidikan kejuruan memberikan pendidikan dasar keterampilan dan kebiasaan- kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja, dan bentuk pengembangan bakat yang bisa digunakan sebagai latihan keterampilan.

Gambar 7

Sarana Pendidikan Sekolah Menengah di Semarapura Klod Kangin

SMK Negeri 1 Semarapura Klod

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 20 Juni 2021)

b. Sarana Prasarana Peribadatan

(24)

71 Tempat peribadatan adalah sebuah tempat yang digunakan oleh umat beragama untuk beribadah menurut ajaran agama mereka masing- masing. Berikut jumlah tempat peribadatan di Kabupaten Klungkung:

Tabel 8

Jumlah Tempat Peribadatan

Tempat Peribadatan Jumlah

Pura 2

Mushola 1

Masjid 1

(Sumber: Profil Kelurahan Semarapura Klod Kangin 2020)

Pura adalah sarana beribadah bagi umat Hindu dalam menjalankan pendekat diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Pada tempat-tempat suci sepertipura, diharapkan manusia dapat mengembangkan dirinya untuk saling memahami untuk dapat mewujudkan kerukunan batin antar umat Hindu. Selain sebagai tempat peribadatan, pura merupakan pusat kehidupan masyarakat Hindu. Pura juga digunakan oleh umat Hindu untuk melakukan ritual dalam kegiatan keagamaan, meliputi:

upacara potong gigi, otonan, ngaben, piodalan dan upacara lainnya.

Gambar 8

Tempat Beribadah Umat Hindu di Semarapura Klod Kangin

(25)

72 Pura Kawitan Sira Arya Pamecut –

Sira Arya Penguregan

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 20 Juni 2021)

Gambar 9

Pura Batu Gede

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 20 Juni 2021)

Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat Islam. Masjid artinya tempat sujud, dan mesjid berukuran kecil disebut musholla, langgar atau surau. Selain tempat ibadah masjid juga merupakan pusat kehidupan

(26)

73 komunitas muslim. Kegiatan - kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di Masjid.

Gambar 10

Tempat Beribadah Umat Muslim Semarapura Klod Kangin

Mushola Mirah

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 20 Juni 2021)

Gambar 11

Masjid Al Fatah

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 20 Juni 2021)

Gambar 12

(27)

74

Tempat Beribadah Umat Muslim dan Hindu di Semarapura Klod Kangin (Sumber: Dokumentasi Peneliti, 20 Juni 2021)

Gambar 13

Tempat Beribadah Umat Muslim dan Hindu Semarapura Klod Kangin (Sumber: Dokumentasi Peneliti, 20 Juni 2021)

c. Bale Banjar

Bale merupakan bahasa bali yang memiliki arti “balai” dalam bahasa

Indonesia, yang berarti rumah atau bangunan terbuka untuk umum. Bale Banjar adalah sebuah bangunan komunal tempat berkumpulnya masyarakat dengan jangkauan kawasan yang tersebar di setiap desa pakraman yang ada di Bali. Sebuah Bale Banjar adat biasanya terdiri dari beberapa bangunan suci, bale adat, bale pertemuan, bale kulkul dan dapur (Gantini, dkk. 2012).

Bale Banjar umumnya terletak pada posisi yang strategis, seperti pada

(28)

75 pertigaan jalan di tengah-tengah lingkungan perumahan, atau suatu sudut persilangan.

Gambar 14

Bale Banjar Semarapura Klod Kangin

Banjar Mergan

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 20 Juni 2021)

Gambar 15

Banjar Pande

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 20 Juni 2021)

(29)

76 Bale Banjar berfungsi sebagai tempat musyawarah, mewadahi kegiatan adat ataupun keagamaan, serta bentuk kegiatan sosial lainnya untuk kepentingan orang banyak (Windhu, 1979). Bale banjar di Semarapura Klod Kangin, sering digunakan sebagai tempat berkumpulnya kelompok Muslim dan Kelompok Hindu pada kegiatan tertentu, tempat ini menjadi wadah interaksi sosial antar kelompok yang berlangsung pada berbagai kegiatan sosial yang diselengarakan desa seperti kegiatan Pemilu atau kegiatan sosial lainnya. Berikut kegaiatan sosial yang berlangsung di bale banjar:

Gambar 16

Kegiatan di Bale Banjar

Kegiatan Vaksinisasi Covid di Semarapura Klod Kangin

(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 20 Juni 2021)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan kawasan  pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem

Mamalia pada umumnya memiliki otak yang lebih besar dari pada vertebrata lain dengan ukuran yang sama, dan memiliki banyak spesies yang memiliki. kemampuan

Pada tahun 2016 diharapkan akan mulai terlihat hasil-hasil yang lebih konkrit lagi sebagai tindak lanjut dari upaya-upaya yang telah dilakukan selama tahun 2015, antara

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian pertamakali untuk mengungkap kekayaan jenis herpetofauna di Petungkriyono dari tanggal 10 Juli 2009 hingga 21 Juli 2009.. Daerah

Hasil dari penelitian ini terdapat pengaruh negatif tidak signifikan pada personal financial need terhadap financial statement fraud dan mendukung penelitian yang

Zona ketersediaan airtanah rendah dapat diidentifikasi melalui beberapa karakteristik, antara lain: tipe litologi berumur tua, tidak ditemui pola kelurusan,

Yaitu proses abortus yang terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi tertahan di uterus selama 6 minggu / lebih atau memanjangnya retensi hasil

Hal tersebut juga diperkuat oleh penelitian Geiger dan Rama (2006). Hasil menunjukkan bahwa tingkat kesalahan Tipe I dan II yang dihasilkan oleh Big 4 lebih rendah daripada non