• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran. Oleh : ZAHIRA ZOLA NAFISHA SIREGAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran. Oleh : ZAHIRA ZOLA NAFISHA SIREGAR"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA - MAHASISWI ANGKATAN 2018 MENGENAI MAJOR DEPRESSIVE DISORDER PADA REMAJA DI FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

ZAHIRA ZOLA NAFISHA SIREGAR 180100191

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA - MAHASISWI ANGKATAN 2018 MENGENAI MAJOR DEPRESSIVE DISORDER PADA REMAJA DI FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

ZAHIRA ZOLA NAFISHA SIREGAR 180100191

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)

i

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Gambaran Tingkat Pengetahuan Mahasiswa - Mahasiswi Angkatan 2018 Mengenai Major Depressive Disorder pada Remaja di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Nama Mahasiswa : Zahira Zola Nafisha Siregar

NIM : 180100191

Program Studi : Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Komisi Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

dan Program Studi Pendidikan dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Medan, 10 Desember 2021 Pembimbing,

(Dr. dr. Oke Rina Ramayani, Sp.A(K) ) NIP. 197402012005012001

Dekan

Fakultas Kedokteran USU

(Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) ) NIP. 196605241992031002

Ketua Program Studi Pendidikan dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran USU

(Dr. dr. Rina Amelia, MARS, Sp. KKLP ) NIP. 197604202003122002

(4)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkat-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Mahasiswa-Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2018 Mengenai Major Depressive Disorder pada Remaja.” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat banyak dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar- besarnya kepada :

1. Kedua orang tua penulis, Rusnilawati dan Lesmanul Fadjar Siregar yang selalu mendukung, memberi semangat dan bantuan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.

2. Dosen Pembimbing, Dr. dr. Oke Rina Ramayani, Sp.A-K yang banyak memberikan dukungan secara psikologis selama proses penyusunan skripsi

3. Dosen Penguji I, Prof. Dr. dr. Alamsyah Siregar, Sp.PD, KGEH dan Dosen Penguji II, dr. Ismiralda Siregar, M.Kes dan Dr. dr. Rina Amelia, MARS, Sp. KKLP untuk setiap kritik dan saran yang membangun selama proses pembuatan skripsi ini

4. Dosen Pembimbing Akademik, dr. Steven Tandean, Sp.BS yang senantiasa membimbing dan memberikan motivasi selama masa perkuliahan 7 semester

(5)

iii

5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bimbingan ilmu yang diberikan dari mulai awal perkuliahan hingga penulis menyelesaikan skripsi ini 6. Seluruh sahabat-sahabat penulis selama masa perkuliahan, Natasha,

Riska, Alvira, Anastasia Grace, Elizabeth, Femila, Alif, Diqa, Tasya Madifa, dan sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa dituliskan namanya satu persatu, yang selalu memberikan penulis dukungan, semangat, dan motivasi dari awal sampai di titik ini dan telah menjadi sahabat baik penulis.

7. Senior-senior penulis di Fakultas Kedokteran, Kak Dhyka, Kak Liany, Kak Ruby, dan Kak Feb, yang selalu memberikan saran kepada penulis baik dalam hal akademis maupun non-akademis.

8. Sahabat penulis sejak SMP, Aurelia Deasy dan Salsabila Trouwelijk, yang selalu mendukung penulis serta mendengar keluh kesah penulis hingga saat ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi materi yang disampaikan maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membantun dari pembaca agar penulis dapat menyempurnakan skripsi ini.

(6)

iv DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Gambar ... vii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Singkatan ... ix

Abstrak ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Manfaat Metodologi ... 4

1.4.2 Manfaat Teoritis ... 4

1.4.3 Manfaat Aplikatif ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Major Depressive Disorder/Depresi ... 6

2.1.1 Pengertian Depresi ... 6

2.1.2 Patofisiologi ... 6

2.1.3 Epidemiologi ... 7

2.1.4 Etiologi ... 7

2.1.4.1 Faktor Organobiologik ... 7

2.1.4.2 Faktor Genetik ... 8

2.1.4.3 Faktor Psikososial ... 9

2.1.4.4 Faktor Kepribadian ... 9

2.1.4.5 Faktor Psikodinamik pada Depresi ... 10

2.1.5 Perjalanan Penyakit ... 10

2.1.5.1 Perjalanan dan Awitan ... 11

2.1.5.2 Durasi ... 11

2.1.6 Tanda dan Gejala ... 11

2.1.7 Kriteria Diagnosis Depresi Berat ... 12

2.1.8 Skala Penilaian Objektif untuk Depresi ... 13

2.1.9 Pemeriksaan Status Mental ... 13

2.1.9.1 Episode Depresi ... 13

2.1.9.2 Mood, Afek, dan Perasaan ... 14 Halaman

(7)

v

2.1.9.3 Suara ... 14

2.1.9.4 Gangguan Persepsi ... 14

2.1.9.5 Pikiran ... 15

2.1.9.6 Sensorium dan Kognitif ... 15

2.1.9.7 Kontrol Impuls ... 15

2.1.9.8 Pertimbangan dan Tilikan ... 15

2.1.9.9 Hal Dapat Dipercaya ... 16

2.1.10 Penatalaksanaan ... 16

2.1.10.1 Rawat Inap ... 16

2.1.10.2 Farmakoterapi ... 17

2.1.10.3 Psikoterapi ... 21

2.1.10.4 Terapi Keluarga ... 21

2.1.11 Prognosis ... 22

2.1.11.1 Indikator Prognosis ... 22

2.2 Pengetahuan ... 23

2.2.1 Definisi ... 23

2.2.2 Tingkat Pengetahuan ... 23

2.2.3 Pengukuran Pengetahuan ... 25

2.3 Kerangka Teori ... 26

2.4 Kerangka Konsep ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Rancangan Penelitian ... 28

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

3.2.1 Lokasi ... 28

3.2.2 Waktu ... 28

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

3.3.1 Populasi ... 28

3.3.2 Sampel ... 29

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.5 Definisi Operasional ... 30

3.6 Metode Pengolahan Data ... 31

3.7 Metode Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Deskripsi Karakteristik Responden ... 32

4.2 Tingkat Pengetahuan Responden ... 33

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

5.1 Kesimpulan ... 40

5.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(8)

vi

LAMPIRAN ... 44

(9)

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.3. Kerangka teori ... 26 2.4. Kerangka konsep ... 27 4.3. Tendensi Sentral Pengetahuan Responden ... 34

(10)

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.5. Definisi Operasional ... 30 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 32 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin ... 33 4.4. Gambaran Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden ... 34 4.5. Gambaran Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden ... 35 4.6. Gambaran Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden

Berdasarkan Usia ... 36 4.7. Gambaran Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden

Berdasarkan Jenis Kelamin ... 36

(11)

ix

DAFTAR SINGKATAN

5-HIIA : 5-Hydroxyindoleacetic

5-HT : Serotonin

BDNF : Brain Derived Neurotrophic Factor CSF : Cerebral Spinal Fluid

DA : Dopamin

DSM-IV-TR : Diagnostic and Statistical Manul of Mental Disorders, Fourth Edition

ECT : Electroconvulsive Therapy

HAM-D : The Hamilton Rating Scale for Depression

HVA : Homovalenic Acid

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia MAOIs : Monoamine Oxidase Inhibitors MDD : Major Depressive Disorder MPHG : 3-Methoxy-Hydroxyindoleacetic

NE : Norepinefrin

SPSS : Statistical Product and Service Solutions SSP 5-HT : Reseptor Serotonin

SSRI : Selective Serotonin Reuptake Inhibitor

T3 : Triiodothyronine

WHO : World Health Organization

(12)

x ABSTRAK

Latar Belakang. Major Depressive Disorder atau dikenal juga sebagai depresi merupakan gangguan mood yang umum dan serius dimana penderitanya mengalami perasaan sedih serta putus asa secara terus-menerus dan kehilangan minat pada kegiatan yang mereka pernah nikmati.

Depresi pada remaja merupakan sebuah kondisi serius dan di tingkatan yang paling parah dapat menyebabkan bunuh diri. Seseorang yang memiliki lima gejala diantara memiliki suasana hati yang terus menerus rendah atau tertekan, kehilangan minat pada aktivitas yang menyenangkan, perasaan bersalah dan tidak berharga, konsentrasi buruk, perubahan nafsu makan, keterbelakangan motorik, gangguan tidur dan pikiran untuk bunuh diri selama setidaknya dua minggu dapat didiagnosis dengan depresi. Tujuan. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa-mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2018 mengenai major depressive disorder pada remaja. Metode. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Sampel penelitian adalah mahasiwa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan menggunakan data primer berupa kuesioner dan pengumpulan data berupa simple random sampling. Hasil. Pada penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap major depressive disorder pada remaja adalah pengetahuan baik sebanyak 21 orang (13,2%), pengetahuan cukup sebanyak 100 orang (62,9%), dan pengetahuan kurang sebanyak 38 orang (23,9%). Kesimpulan. Mayoritas mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara memiliki tingkat pengetahuan yang cukup terhadap major depressive disorder pada remaja.

Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Major Depressive Disorder

(13)

xi ABSTRACT

Background. Major Depressive Disorder, also known as depression, is a common and serious mood disorder, in which sufferers from depression experiences persistent feelings of sadness and hopelessness and loses interest in activities they once enjoyed. Depression in adolescents is a serious condition and at its most severe level can lead to suicide. A person who has five of the following symptoms: persistently low or depressed mood, loss of interest in pleasurable activities, feelings of guilt and worthlessness, poor concentration, changes in appetite, motor retardation, sleep disturbances and suicidal thoughts for at least two weeks can be diagnosed with depression. Objective. Knowing the level of knowledge of the students at the Faculty of Medicine, University of North Sumatra Batch 2018 regarding major depressive disorder in adolescents. Methods. This study uses a descriptive type of research with a cross sectional study design. The research sample was students of the Faculty of Medicine, University of North Sumatra who met the inclusion and exclusion criteria by using primary data in the form of questionnaires and data collection in the form of simple random sampling. Results. In this study, the level of knowledge of students at the Faculty of Medicine, University of North Sumatra regarding major depressive disorder in adolescents is good knowledge for 21 people (13,2%), enough for 100 people (62,9%), and poor knowledge for 38 people (23,9%).

Conclusion. The majority of students at the Faculty of Medicine, University of North Sumatra have an enough level of knowledge on major depressive disorder in adolescents.

Keywords: Knowledge Level, Medical Student, Major Depressive Disorder

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Major Depressive Disorder (MDD), atau dikenal juga sebagai depresi atau depresi klinis, merupakan gangguan mood yang umum dan serius. Mereka yang menderita depresi mengalami perasaan sedih serta putus asa yang terus-menerus dan kehilangan minat pada kegiatan yang pernah mereka nikmati. Selain masalah emosional yang disebabkan oleh depresi, individu juga dapat mengalami gejala fisik seperti sakit kronis atau masalah pencernaan.

Depresi pada remaja merupakan sebuah kondisi serius yang dapat memengaruhi perilaku, emosi, dan pola berpikir, serta bersifat menetap dan membutuhkan penanganan serius dari berbagai pihak untuk mengatasinya. Hal ini bukan hanya perasaan sedih maupun stres yang datang dan pergi begitu saja.

Kondisi ini diawali oleh stres dan jika tidak segera teratasi dapat masuk ke fase depresi. Fase ini ditandai dengan beberapa hal yang dapat menjadi kronis dan berulang, dan secara substansial dapat mengganggu kemampuan individu dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Di tingkatan terburuk, depresi dapat menyebabkan bunuh diri (WHO, 2012).

Beberapa faktor dapat menyebabkan depresi, baik faktor genetik, biologi, lingkungan, dan faktor psikologis. Banyak kemungkinan penyebab dari depresi termasuk terganggunya fungsi otak terkait dengan regulasi suasana hati, kerentanan genetik, peristiwa kehidupan yang penuh stres, obat-obatan, dan adanya indikasi medis. Diyakini bahwa interaksi faktor-faktor inilah yang menyebabkan terjadinya depresi (Harvard Health Publication, 2009).

Penyakit depresi ini didiagnosis ketika seseorang memiliki suasana hati yang terus-menerus rendah atau tertekan, anhedonia atau minat yang menurun pada aktivitas yang menyenangkan, perasaan bersalah atau tidak berharga, kekurangan energi, konsentrasi yang buruk, perubahan nafsu makan,

(15)

2

keterbelakangan atau agitasi psikomotorik, gangguan tidur, atau pikiran untuk bunuh diri. Menurut Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, Edisi ke- 5, seseorang harus memiliki lima gejala yang disebutkan di atas selama setidaknya dua minggu, di mana seseorang harus memiliki suasana hati yang tertekan atau anhedonia yang menyebabkan gangguan sosial atau pekerjaan, untuk didiagnosis dengan MDD. Anak-anak dan remaja dengan MDD mungkin datang dengan suasana hati yang mudah tersinggung.

Depresi pada remaja jarang sekali terdiagnosis sejak awal, namun baru dapat terdiagnosis setelah mereka sangat mengalami kesulitan di sekolah atau pada saat menyesuaikan diri dengan teman-temannya (Blackman, 2009). Remaja digambarkan sebagai masa-masa yang mengalami kekacauan emosi (Hall, 2003).

Mereka memiliki sensitivitas yang tinggi sehingga mudah menjadi stres dan cenderung memiliki toleransi stres yang rendah. Oleh karena itulah masa remaja juga disebut masa storm and stress karena kondisi emosi mereka yang naik dan turun secara drastis, mudah bergejolak dan sangat rentan terhadap konflik.

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa banyak masalah kesehatan mental yang muncul pada akhir masa kanak-kanak dan awal remaja.

Studi terbaru menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental, khususnya depresi, merupakan penyebab terbesar dari beban penyakit di antara individu pada usia awal (WHO, 2016). Menurut Institute for Health Methics and Evaluation (IHME) tahun 2017, dalam masa tiga dekade (1990-2017), terjadi perubahan pola penyakit mental, dimana yang mengalami peningkatan DALYs, diantaranya adalah skizofrenia, bipolar, depresi, autis, dan gangguan perilaku makan. Gangguan depresi menduduki urutan pertama dalam tiga dekade, mengalahkan gangguan kecemasan, skizofrenia, dan penyakit lainnya. Depresi sendiri ditempatkan pada peringkat ketiga oleh WHO sebagai penyebab beban penyakit sedunia pada tahun 2008, yang memproyeksikan penyakit ini akan menempati urutan pertama pada tahun 2030. Data dari WHO juga menunjukkan bahwa depresi merupakan penyebab utama dari penyakit dan kecacatan yang dialami remaja, dengan tindakan bunuh diri sebagai penyebab ketiga kematian terbesar (WHO, 2014).

(16)

3

Data-data tersebut menunjukkan bahwa saat ini semakin banyak remaja yang mengalami depresi.

Dari hasil penelitian sebelumnya (Dianovinina, 2018), dikatakan bahwa Sebanyak 64% subjek penelitian yang mengalami depresi dan 56% subjek penelitian yang berpotensi mengalami depresi, dan ditemukan adanya beberapa permasalahan yang dialami yaitu sebagian besar dari remaja yang mengalami depresi maupun yang masih berpotensi mengalami depresi, memiliki ketidakpuasan terhadap penampilan, masalah prestasi belajar, mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari orang lain, dalam hal ini teman dan orangtua, dan masalah relasi antar orangtua.

Penelitian mengenai tingkat pengetahuan terhadap major depressive disorder pada remaja belum pernah dilakukan di Medan, khususnya pada kalangan mahasiswa kedokteran di Universitas Sumatera Utara selaku calon tenaga medis yang akan menangani penyakit ini di masa mendatang. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat membantu menambah informasi dan pengetahuan kepada mahasiswa-mahasiswi kedokteran mengenai major depressive disorder pada remaja, sehingga mereka dapat melakukan screening maupun deteksi dini terhadap orang-orang sekitarnya yang mungkin saja sudah memiliki gejala-gejala depresi, serta dapat membantu dengan memberikan edukasi maupun merujuk kepada yang lebih ahli. Berdasarkan data dan fakta diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Mahasiswa-Mahasiswi Angkatan 2018 Mengenai Major Depressive Disorder pada Remaja di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara”, sebagai bahan tambahan informasi bagi peneliti sendiri maupun mahasiswa yang lain mengenai major depressive disorder pada remaja.

(17)

4 1.2. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai major depressive disorder pada remaja?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan umum dan tujuan khusus dilakukannya penelitian ini adalah:

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2018 mengenai major depressive disorder pada remaja.

1.3.2. Tujuan Khusus

Sedangkan untuk tujuan khusus dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa/i FK USU tentang major depressive disorder pada remaja berdasarkan jenis kelamin.

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa/i FK USU tentang major depressive disorder pada remaja berdasarkan umur.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1.4.1. Manfaat Metodologi

Peneliti dapat menyusun karya ilmiah serta memberikan kontribusi ilmiah, mengembangkan kemampuan di bidang penelitian, menambah kemampuan untuk melakukan suatu penelitian serta menambah pengetahuan mengenai major depressive disorder pada remaja.

1.4.2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan menambah pengetahuan serta pemahaman mahasiswa/i FK USU mengenai major depressive disorder pada remaja.

(18)

5 1.4.3. Manfaat Aplikatif

Memberikan informasi serta pengetahuan terhadap masyarakat dan tenaga kesehatan, terutama kepada mahasiswa-mahasiswi FK USU mengenai major depressive disorder pada remaja sehingga dapat dijadikan acuan untuk edukasi dalam memberikan dukungan sosial kepada remaja yang terkena major depressive disorder maupun untuk dapat mendeteksi gejala dini dari remaja-remaja yang terkena major depressive disorder.

(19)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MAJOR DEPRESSIVE DISORDER / DEPRESI 2.1.1. Pengertian Depresi

Dalam buku Synopsis of Psychiatry, depresi termasuk dalam kelompok gangguan mood. Sebelum membahas tentang gangguan depresi, harus memahami terlebih dahulu apa itu emosi dan mood dan mengapa kedua tanda (sign) tersebut harus dipahami. Dalam pembahasan emosi, mencakup beberapa aspek lain seperti afek, mood, emosi yang lain, dan gangguan psikologi berhubungan dengan mood.

Emosi merupakan kompleksitas perasaan yang mencakup psikis, somatik dan perilaku yang berhubungan dengan afek dan mood. Kata emosi lebih tepat digunakan untuk perasaan yang dihayati secara sadar, sedangkan kata afek untuk merujuk pada dorongan-dorongan yang mendalam dan mendasari kehidupan perasaan yang sadar maupun yang tidak sadar.

Mood merupakan subjektivitas peresapan emosi yang dialami dan dapat diutarakan oleh seseorang dan dapat dirasakan oleh orang lain. Kepustakaan lain menyatakan bahwa mood merupakan perasaan hati seseorang atau sesuatu yang dihayati secara batiniah.

Pasien dengan mood terdepresi memperlihatkan kehilangan energi dan minat, perasaan bersalah, sulit berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, berkeinginan untuk mati atau bunuh diri. Terdapat beberapa tanda dan gejala lain juga seperti perubahan aktivitas, kemampuan kognitif, bicara dan fungsi vegetatif (termasuk tidur, aktivitas seksual dan ritme biologik lain). Gangguan-gangguan ini hampir selalu membuat pasien mengalami gangguan interpersonal, sosial, dan fungsi pekerjaan.

2.1.2. Patofisiologi

Patofisiologi yang mendasari gangguan depresi belum didefinisikan dengan jelas. Bukti terkini menunjukkan interaksi kompleks antara ketersediaan neurotransmitter, regulasi reseptor, dan sensitivitas yang mendasari gejala afektif.

Uji klinis dan praklinis menunjukkan gangguan pada aktivitas sistem saraf pusat serotonin (5-HT) sebagai faktor penting. Neurotransmitter lain yang terlibat

(20)

7

termasuk norepinefrin (NE), dopamin (DA), glutamat, dan faktor neurotropik yang diturunkan dari otak.

Peran aktivitas SSP 5-HT dalam patofisiologi gangguan depresi mayor ditunjukkan oleh kemanjuran terapeutik dari Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI). Temuan penelitian menyiratkan peran regulasi reseptor saraf, pensinyalan intraseluler, dan ekspresi gen dari waktu ke waktu, selain ketersediaan neurotransmitter yang ditingkatkan.

Gangguan afektif musiman adalah bentuk gangguan depresi mayor yang biasanya muncul selama musim gugur dan musim dingin dan hilang selama musim semi dan musim panas. Studi menunjukkan bahwa gangguan afektif musiman juga dimediasi oleh perubahan kadar SSP 5-HT dan tampaknya dipicu oleh perubahan ritme sirkadian dan paparan sinar matahari.

Lesi vaskular dapat menyebabkan depresi dengan mengganggu jaringan saraf yang terlibat dalam regulasi emosi — khususnya, jalur frontostriatal yang menghubungkan korteks prefrontal dorsolateral, korteks orbitofrontal, cingulate anterior, dan cingulate dorsal. Komponen lain dari sirkuit limbik, khususnya hipokampus dan amigdala, juga terlibat dalam depresi.

2.1.3. Epidemiologi

Gangguan depresi mayor paling sering terjadi dengan prevalensi seumur hidup sekitar 15 persen. Penderita perempuan sekitar 25 persen, sekitar 10 persen di perawatan primer dan 15 persen dirawat di rumah sakit. Prevalensi pada anak diperkirakan sekitar 0,5-2 persen. Pada populasi yang memiliki gejala klinis diperkirakan 10-20 persen. Prevalensi pada anak prapubertas dilaporkan sekitar 1,8 persen, dan pada remaja sekitar 3,5-5 persen.

Anak perempuan dilaporkan memiliki gejala-gejala depresif lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki, yaitu sekitar dua kali lipat lebih besar. Hal ini diduga karena perbedaan hormon, perbedaan stressor psikososial, dan model perilaku yang dipelajari tentang ketidakberdayaan.

2.1.4. Etiologi

2.1.4.1. Faktor Organobiologik

(21)

8

Terdapat kelainan atau disregulasi pada metabolit amin biogenik seperti 5- HIAA, HVA, dan MPHG di dalam darah, urin, dan cairan serebrospinal (CSF) pasien dengan gangguan mood.

a. Norepinefrin

Peran langsung sistem noradrenergik pada depresi mungkin merupakan penurunan regulasi reseptor beta adrenergik dan respons klinis anti-depresi. Ada bukti lain yang menunjukkan keterlibatan reseptor b2-presinaptik pada depresi, yaitu aktifnya reseptor yang mengakibatkan pengurangan jumlah pelepasan norepinefrin.

b. Dopamin

Aktivitas dopamin berkurang pada saat seseorang mengalami depresi.

Penemuan subtipe baru reseptor dopamin dan meningkatnya pengertian fungsi regulasi presinaptik serta pascasinaptik dopamin memperkuat hubungan antara dopamin dan gangguan mood. Jalur dopamin mesolimbik mungkin mengalami disfungsi pada depresi dan reseptor dopamin D1 mungkin hipoaktif pada depresi merupakan dua teori terbaru mengenai dopamin dan depresi.

c. Serotonin

B2-presinaptik juga terletak pada neuron serotonergik dan mengatur jumlah pelepasan serotonin. Pada pasien yang mengalami depresi, aktivitas serotonin akan berkurang. Serotonin bertanggung jawab untuk mengontrol tidur, nafsu makan, dan lain-lain. Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan, berkurangnya jumlah serotonin di celah sinap dikatakan bertanggung jawab akan terjadinya depresi.

2.1.4.2. Faktor Genetik

Salah satu faktor penting dalam perkembangan gangguan mood adalah genetik. Namun, sulit juga untuk mengabaikan efek psikososial, dan faktor nongenetik yang juga memiliki kemungkinan untuk berperan sebagai penyebab berkembangnya gangguan mood, setidaknya pada beberapa orang.

a. Penelitian dalam keluarga

(22)

9

Pada generasi pertama, memiliki kemungkinan 2 sampai 10 kali lebih sering mengalami depresi berat.

b. Penelitian yang berkaitan dengan adopsi

Dua dari tiga studi menyatakan bahwa gangguan depresi berat diturunkan secara genetik. Studi juga menunjukkan, anak yang dibesarkan oleh keluarga angkat, akan tetap berisiko untuk mengalami gangguan mood jika orang tua biologis anak tersebut terkena gangguan mood.

c. Penelitian yang berhubungan dengan anak kembar

Gangguan depresi berat pada kembar dizigotik terdapat sebanyak 13- 28 persen, sedangkan pada kembar monozigotik 53-69 persen.

2.1.4.3. Faktor Psikososial

Jika seseorang dalam kehidupannya pernah mengalami peristiwa yang membuatnya merasa tertekan (stres), hal itu dapat mencetuskan terjadinya depresi.

Biasanya, episode pertama lebih ringan dibandingkan episode berikutnya. Ada teori yang mengatakan bahwa penyebab perubahan biologi otak yang bertahan lama adalah karena adanya stres sebelum episode pertama. Hal ini mengakibatkan perubahan berbagai neurotransmitter dan sistem sinyal intraneuron, termasuk hilangnya beberapa neuron dan penurunan kontak sinaps. Sehingga dampaknya terhadap seorang individu adalah, individu tersebut berisiko tinggi mengalami episode berulang gangguan mood, meskipun tidak ada stresor dari luar.

Menurut data yang paling mendukung, peristiwa kehidupan yang sering berkaitan dengan depresi adalah kehilangan orang tua sebelum berusia 11 tahun dan kehilangan pasangan. Pada masa perkembangan, kehilangan objek cinta secara tidak langsung dapat mencetuskan gangguan depresi dan juga berpengaruh pada ekspresi penyakit, seperti awitan timbulnya gangguan, episode yang lebih parah, serta adanya gangguan kepribadian dan keinginan untuk bunuh diri.

2.1.4.4. Faktor Kepribadian

Apapun pola kepribadiannya, semua orang dapat mengalami depresi sesuai dengan situasinya. Orang dengan gangguan kepribadian paranoid atau antisosial

(23)

10

berisiko lebih rendah untuk mengalami depresi dibandingkan dengan gangguan kepribadian obsesi-kompulsi, histrionik dan ambang.

Peristiwa yang sangat membuat tertekan merupakan pencetus terkuat episode depresi. Riset juga menunjukkan bahwa pasien yang mengalami stresor akibat tidak adanya kepercayaan diri lebih sering mengalami depresi.

2.1.4.5. Faktor Psikodinamik pada Depresi

Karl Abraham melanjutkan Sigmun Freud dalam teori pemahaman psikodinamik depresi atau dikenal sebagai pandangan klasik depresi, yang mencakup empat hal utama : (1) gangguan hubungan ibu-anak selama fase oral (10-18 bulan) menjadi faktor predisposisi untuk rentan terhadap episode depresi berulang; (2) depresi dapat dihubungkan dengan cinta yang nyata maupun fantasi kehilangan objek; (3) introjeksi merupakan terbangkitnya mekanisme pertahanan untuk mengatasi penderitaan akibat kehilangan objek cinta; (4) kehilangan objek cinta, diperlihatkan dalam bentuk campuran antara benci dan cinta, serta perasaan marah yang diarahkan pada diri sendiri.

Menurut Melanie Klein, depresi termasuk agresi ke arah mencintai.

Edward Bibring menyatakan bahwa depresi adalah suatu fenomena yang terjadi ketika seseorang menyadari ketidakmampuannya untuk mewujudkan cita-cita ideal yang tinggi. Edith Jacobson melihat depresi sebagai berkurangnya kekuatan, misalnya pada anak yang tidak berdaya terhadap penyiksaan orangtua. Silvano Arieti mengamati banyak pasien depresi hidup untuk orang lain dibandingkan untuk dirinya sendiri. Arieti merujuk pada orang yang menderita depresi, hidup dalam dominasi orang lain, dalam prinsip dan nilai ideal. Heinz Kohut mengkonseptualisasikan depresi dimulai dari teori self-psychology, bahwa perkembangan jiwa mempunyai kebutuhan spesifik yang harus dipenuhi oleh orang tua terhadap anaknya yaitu memberikan rasa positif, kepercayaan diri dan self-cohession. Jika orang yang diharapkan tidak memenuhi kebutuhan ini akan terjadi kehilangan percaya diri yang besar yang muncul sebagai depresi. John Bowlby percaya bahwa rusaknya keeratan awal dan trauma akibat perpisahan pada anak merupakan predisposisi terjadinya depresi. Kehilangan pada orang

(24)

11

dewasa dan trauma kehilangan pada masa anak-anak memudahkan seseorang mengalami episode depresi pada di masa dewasa.

2.1.5. Perjalanan Penyakit

Gangguan mood merupakan gangguan yang berlangsung lama dan cenderung kambuh. Pada gangguan mood, stresor kehidupan lebih sering ditemukan di episode awal dibandingkan episode berikutnya, oleh karena itu, hal ini menunjukkan bahwa stresor psikososial berperan sebagai penyebab awal gangguan mood.

2.1.5.1. Perjalanan dan Awitan

Sebelum teridentifikasinya episode pertama, sekitar 50 persen gangguan depresi berat memperlihatkan gejala depresi yang bermakna. Dengan teridentifikasinya gejala depresi secara dini, dan jika dapat teratasi lebih awal, dapat mencegah gejala-gejala tersebut untuk berkembang menjadi episode depresi penuh. Walaupun gejala telah ada pada pasien dengan gangguan depresi berat, namun umumnya belum menunjukkan premorbid gangguan kepribadian. Sekitar 50 persen pasien dengan episode depresi pertama terjadi sebelum usia 40 tahun, sedangkan yang terjadi setelah usia 40 tahun biasanya berhubungan dengan adanya riwayat gangguan mood dalam keluarga, gangguan kepribadian anti sosial dan penyalahgunaan alkohol.

2.1.5.2. Durasi

Episode depresi yang tidak ditangani dapat berlangsung selama 6-13 bulan. Namun, kebanyakan penanganannya selama sekitar 3 bulan. Agar tidak mudah kambuh, prosedur baku tatalaksana gangguan depresi dilakukan setidaknya selama 6 bulan. Pemberhentian antidepresan sebelum 3 bulan hampir selalu mengakibatkan kambuhnya gejala. Episode akan cenderung lebih sering dan berlangsung lebih lama bila gangguan menjadi progresif.

2.1.6. Tanda dan Gejala

Gejala utama dari depresi adalah mood terdepresi, kehilangan minat dan berkurangnya energi. Pasien juga merasakan sedih, tidak mempunyai harapan, dicampakkan, atau tidak berharga. Pada sekitar dua per tiga pasien depresi, dapat timbul pikiran untuk melakukan bunuh diri, dan 10 sampai 15 persen diantaranya

(25)

12

melakukan bunuh diri. Mereka yang dirawat di rumah sakit dengan percobaan bunuh diri dan ide bunuh diri akan mempunyai umur hidup lebih panjang dibandingkan dengan yang tidak dirawat. Beberapa pasien depresi meskipun telah menarik diri dari keluarga, teman dan aktivitas yang sebelumnya menarik bagi diri mereka, terkadang mereka tidak juga menyadari bahwa mereka mengalami depresi dan mengeluh tentang gangguan mood. Sekitar 97 persen pasien depresi mengeluh tentang penurunan energi dan mengalami kesulitan menyelesaikan tugas, mengalami kesulitan di sekolah dan pekerjaan, dan menurunnya motivasi untuk terlibat dalam kegiatan baru. Sekitar 80 persen pasien mengeluh masalah tidur dan kebanyakan pasien menunjukkan peningkatan atau penurunan nafsu makan, penambahan dan penurunan berat badan, dan mengalami tidur lebih lama dari yang biasanya.

Gejala yang sering juga timbul pada pasien depresi adalah kecemasan, dan menyerang 90 persen pasien depresi. Gejala lain yang dapat timbul berupa haid yang tidak normal dan menurunnya minat serta aktivitas seksual.

2.1.7. Kriteria Diagnosis Depresi Berat

Pasien mengalami mood terdepresi (sedih atau perasaan kosong) atau kehilangan minat atau kesenangan sepanjang waktu selama 2 minggu atau lebih ditambah 5 atau lebih gejala-gejala berikut ini.

a. Memiliki suasana hati yang terus menerus rendah atau tertekan.

b. Memiliki masalah tidur. Pasien mengalami insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.

c. Menurunnya minat atau kesenangan hampir pada semua kegiatan dan hampir sepanjang waktu.

d. Timbul perasaan bersalah yang berlebihan atau rasa tidak berharga hampir sepanjang waktu.

e. Merasa kehilangan energi atau letih hampir sepanjang waktu.

(26)

13

f. Kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi yang menurun serta sulit membuat keputusan hampir sepanjang waktu.

g. Menurunnya atau meningatkatnya selera makan.

h. Dalam pengamatan psikomotor ditemukan agitasi/retardasi.

i. Timbul pikiran berulang tentang keinginan untuk mati/bunuh diri.

2.1.8. Skala Penilaian Objektif Untuk Depresi

Terdapat beberapa skala penilaian objektif yang dapat digunakan dalam beberapa praktek dokter atau untuk dokumentasi keadaan klinik depresi.

The Zung Self-Rating Depression Scale; terdiri dari 20 butir skala pelaporan. Skor normal adalah ≤ 34; skor depresi adalah ≥50. Skala tersebut telah meliputi indek global intensitas gejala depresi pasien, termasuk kecenderungan ekspresi dari depresi.

The Raskin Depression Scale; skala nilai klinik yang mengukur beratnya depresi, yang dilaporkan oleh pasien dan dokter pengamat, pada 5 poin skala dari tiga dimensi yang meliputi pelaporan verbal, penampilan perilaku, dan gejala sekunder. Skala berkisar antara 3 sampai 13: skor normal adalah 3, dan skor depresi adalah ≥7.

The Hamilton Rating Scale for Depression (HAM-D) skala depresi yang terdiri dari 24 pertanyaan, tiap pertanyaan berkisar antara 0 sampai 4 atau 0 sampai 2 dengan total skor antara 0 sampai 76. Dokter mengevaluasi jawaban pasien terhadap pertanyaan tentang rasa bersalah, pikiran bunuh diri, kebiasaan tidur, dan gejala lain dari depresi, dan penilaian diperoleh dari wawancara klinik.

2.1.9. Pemeriksaan Status Mental 2.1.9.1. Episode Depresi

Secara umum, kemunduran psikomotor merupakan gejala yang paling sering meskipun agitasi psikomotor juga terlihat, terutama pada pasien usia lanjut.

Gejala dari agitasi merupakan meremas tangan dan menarik rambut. Secara

(27)

14

sederhana, pasien depresi mempunyai postur tubuh yang dibungkukkan, tidak ada gerakan spontan, sedih, dan memalingkan wajah. Pada pemeriksaan klinis, pasien depresi memperlihatkan keseluruhan gejala dari kemunduran psikomotor yang tampak serupa dengan pasien skizofrenia katatonik.

2.1.9.2. Mood, Afek, dan Perasaan

Sekitar 50 persen pasien menyangkal perasaan depresi dan tidak tampak depresi, namun depresi adalah gejala kunci. Sering sekali anggota keluarga dan teman kerja membawa pasien untuk terapi karena pasien tersebut tampak menarik diri dari lingkungan sosial dan pengurangan aktivitas secara umum.

2.1.9.3. Suara

Tampak pengurangan jumlah dan volume bicara seperti merespons pertanyaan dengan satu-satu kata dan memperlihatkan perlambatan menjawab pertanyaan. Biasanya pemeriksa dapat menunggu 2 hingga 3 menit untuk pasien menjawab pertanyaan.

2.1.9.4. Gangguan Persepsi

Ciri psikotik dari gangguan depresi berat adalah mempunyai delusi atau halusinasi. Tanpa delusi atau halusinasi pun, beberapa dokter menyebut psychotic depression, untuk kemunduran secara keseluruhan, membisu (mute), tidak mandi, dan kotor.

Mood incongruent pada pasien depresi adalah suatu kondisi yang pada saat bersamaan ditemukan adanya delusi dan halusinasi yang menetap, ditemukan juga perasaan bersalah, tidak berharga, kegagalan, penderitaan dan keadaan terminal penyakit somatik (seperti kanker dan kerusakan otak). Gambarannya adalah ketidaksesuaian antara isi delusi atau halusinasi dengan mood depresi.

Ketidaksesuaian isi delusi dengan mood pada pasien depresi meliputi tema grandiosa tentang kemampuan yang berlebihan, pengetahuan dan sesuatu yang berharga – sebagai contoh, pasien percaya bahwa seseorang tersiksa karena dia adalah Messiah.

(28)

15 2.1.9.5. Pikiran

Pasien selalu memiliki pandangan negatif terhadap dunia dan dirinya sendiri. Isi pikiran mereka sering meliputi rasa kehilangan, rasa bersalah, pikiran bunuh diri, dan kematian. Sekitar 10 persen dari pasien depresi menunjukkan gejala gangguan pikiran, biasanya dalam isi pikirannya adalah hambatan dan kemiskinan.

2.1.9.6. Sensorium dan Kognitif

Orientasi dari kebanyakan pasien depresi tidak terganggu, baik itu orang, tempat, dan waktu, meskipun beberapa dari mereka tidak mempunyai tenaga atau minat untuk menjawab pertanyaan tentang subjek tersebut selama wawancara.

Untuk memori, sekitar 50 sampai 75 pasien dari pasien depresi mempunyai hendaya kognitif, kadang-kadang ditunjukkan sebagai pseudodementia depresi. Umumnya pasien mengeluhkan tidak mampu konsentrasi dan gampang lupa.

2.1.9.7. Kontrol Impuls

Pasien depresi sekitar 10 sampai 15 persen melakukan bunuh diri dan sekitar dua pertiganya mempunyai ide untuk bunuh diri. Bahkan pasien dengan ciri psikotik sebagai manifestasi delusi, biasanya mempertimbangkan untuk membunuh orang, walaupun banyak dari pasien kekurangan tenaga atau motivasi untuk mengikuti suara hati untuk melakukan kejahatan. Ketika energi mereka mulai meningkat, pasien dengan gangguan depresi meningkatkan risiko untuk bunuh diri dan merencanakan untuk menyelesaikan bunuh diri. Oleh karena itu, tidak bijaksana apabila dokter memberikan resep antidepresan dalam jumlah besar, terutama obat trisiklik, pada saat pasien keluar dari rumah sakit.

2.1.9.8. Pertimbangan dan Tilikan

Selama wawancara, nilai sikap dan perilaku pasien terkini. Sering kali tilikan pasien depresi terhadap gangguannya berlebihan. Mereka terlalu

(29)

16

menekankan gejala, gangguan, dan masalah hidup mereka, sehingga menyulitkan dalam meyakinkan pasien bahwa perbaikan mungkin terjadi.

2.1.9.9. Hal Dapat Dipercaya

Pada wawancara dan perbincangan, pasien depresi melebihkan hal buruk dan meminimalkan hal baik, dan kesalahan dokter adalah sering tidak memercayai penjelasan pasien depresi yang menyatakan pengobatan dengan anti depresan sebelumnya tidak berespon. Pernyataan itu dianggap mungkin salah, dan dibutuhkan sumber lain untuk mendapatkan informasi tentang hal tersebut.

2.1.10. Penatalaksanaan

Pada penatalaksanaan pasien dengan gangguan mood, tujuan utamanya adalah keselamatan pasien harus terjamin dan terlaksanakannya kelengkapan evaluasi diagnostik pasien. Rencana terapi bukan hanya untuk gejala, namun kesehatan jiwa pasien kedepannya juga harus diperhatikan. Walaupun penatalaksanaan farmakoterapi dan psikoterapi pada pasien telah dipikirkan, namun kehidupan yang penuh ketegangan tetap akan meningkatkan angka kekambuhan. Terapi pada pasien harus dapat menurunkan banyaknya stressor berat dalam kehidupan pasien, yang secara keseluruhan akan diserahkan kepada psikiater. Terapi dengan pengobatan yang adekuat akan dialami penuh oleh pasien dalam waktu 4 bulan.

2.1.10.1. Rawat inap

Beberapa indikasi untuk rawat inap adalah bila adanya kebutuhan untuk prosedur diagnostik, risiko bunuh diri atau melakukan pembunuhan, dan berkurangnya kemampuan pasien secara menyeluruh untuk asupan makanan dan tempat perlindungan. Riwayat gejala berulang dan hilangnya sisem dukungan terhadap pasien juga merupakan indikasi rawat inap.

Tanda-tanda klinis yang tidak kuat sebagai bahan pertimbangan adalah penurunan berat badan dan perbaikan minimal dari insomnia. Sistem pendukung pasien juga harus kuat yaitu tidak terlalu mencampuri maupun menjauhi pasien.

(30)

17

Perubahan yang kurang baik terhadap tingkah laku dan sikap pasien, serta pada gejala juga merupakan tanda untuk rawat inap.

Namun biasanya, menjalani rawat inap pada pasien dengan gangguan mood bukanlah atas dasar keinginan mereka sendiri. Namun pasien tidak dapat membuat keputusan karena lambat berpikir, berpikiran negatif, dan tidak mempuyai harapan.

2.1.10.2. Farmakoterapi

Pada gangguan depresi berat, untuk penanganan efektif dan spesifiknya telah menggunakan obat seperti trisiklik selama 40 tahun. Kemungkinan untuk sembuh dalam penggunaan secara spesifik farmakoterapi diperkirakan dua kali lipat dalam waktu satu bulan. Meskipun demikian, masih ada permasalahan dalam penanganan gangguan depresi berat, seperti pasien yang tidak merespons dengan terapi pertama. Antidepresan biasanya membutuhkan waktu 3 sampai 4 minggu untuk memberikan efek terapi yang bermakna, dan semua antidepresan pada dosis yang berlebihan menjadi toksik dan menunjukan efek samping.

Antidepresan SSRI, seperti fluoxetine, paroxetine (Paxil), dan sertraline (Zoloft). Antidepresan golongan lain misalnya bupropion, venlafaxine, nefazodone (Serzone), dan mirtazapine (Remeron), menunjukan secara klinis hasil yang sama efektif dengan obat terdahulu tetapi lebih aman dan toleransinya lebih baik.

Prinsip indikasi untuk antidepresi adalah episode depresi berat. Gejala utama yang menjadi patokan adalah sulit tidur dan gangguan dalam pola makan.

Gejala lainnya adalah mengamuk, cemas, dan rasa putus asa. Target gejala lainnya termasuk energi menurun, kurang konsentrasi, tidak berdaya, dan menurunnya libido.

Edukasi pasien tentang kegunaan antidepresan juga penting untuk kesuksesan terapi, termasuk pemilihan obat dan dosis yang paling sesuai. Dokter perlu menekankan bahwa gangguan depresi berat adalah kombinasi dari faktor biologi dan psikologi ketika mengenalkan penggunaan obat kepada pasien; dan

(31)

18

kedua-duanya mendapatkan manfaat dengan terapi pengobatan. Dokter juga harus menekankan bahwa obat antidepresan tidak akan membuat ketergantungan, karena obat tidak memberikan kepuasan segera dan dosis obat akan diturunkan secara perlahan-lahan sesuai dengan evaluasi gejala.

Obat akan memperlihatkan efek optimal dalam 3 sampai 4 minggu, dalam pemberian antidepresan. Timbulnya efek samping menandakan obat bekerja, namun efek samping yang ditimbulkan harus dijelakan secara detail. Sebagai contoh, beberapa pasien yang meminum antidepresan golongan SSRIs menjadi gelisah, mual dan muntah sebelum adanya perbaikan gejala, akan tetapi, efek sampingnya berkurang seiring berjalannya waktu. Dengan obat trisiklik dan MAOis, dokter akan menjelaskan pada pasien bahwa gejala yang akan membaik lebih awal adalah perbaikan tidur dan selera makan, dan diikuti oleh perbaikan pada perasaan kurang energi, lalu perasaan depresi. Apabila pada 3 minggu setelah pemberian obat pasien belum memperlihatkan perbaikan gejala atau perbaikan gejala kurang dari 20 persen, maka perlu mengganti antidepresan dengan antidepresan golongan lainnya. Namun setelah 3-6 minggu pemberian antidepresan, hanya didapatkan respon parsial, maka dosis obat harus terus dinaikkan sampai dosis maksimal atau dengan pemberian augmentasi, misalnya dengan litium, atau psikostimulan, yang terbukti pada penelitian mempercepat perbaikan gejala dalam waktu 1-2 minggu pada 25 persen pasien.

a. Alternatif pengobatan

Bila pasien tidak merespon terhadap farmakoterapi dengan dosis yang sudah adekuat, atau tidak dapat menoleransi farmakoterapi, biasanya digunakan ECT. Penggunaan ECT juga dilakukan pada tampilan klinis yang sangat berat yang memperlihatkan perbaikan sangat cepat.

b. Obat yang tersedia

SSRIs merupakan obat yang sudah secara luas digunakan di Amerika Serikat. Obat ini merupakan pilihan paling efektif karena mudah digunakan dan meskipun pada dosis yang tinggi, relatif kurang efek sampingnya. Obat baru

(32)

19

seperti bupropion, venlafaxine, dan nefazodone sudah sering digunakan oleh psikiater. Obat-obat tersebut menunjukkan efektivitas pada uji klinik dan lebih aman dari obat trisiklik, tetrasiklik dan MAOIs. Obat trisiklik dan tetrasiklik, trazadone (Desyrel) dan mirtazapine dapat menyebabkab sedasi. MAOIs dibutuhkan sebagai penghambat. Obat simpatomimertik, seperti dextroamfetamin (Dexedrine) dan mentilfenidat (Ritalin) mungkin menghasilkan perbaikan mood yang cepat (dalam minggu pertama) dan diindikasikan pemantauan yang ketat.

c. Efek samping

Efek samping yang paling serius dipikirkan adalah dapat menyebabkan kematian pada dosis berlebih. Obat trisiklik dan tertrasiklik, merupakan obat antidepresan yang paling sering menyebabkan kematian. SSRIs, bupropion, trazodone, nefazodone, mirtazapine, venlafaxine dan MAOIs bersifat aman, meskipun dapat juga menyebabkan kematian jika dikombinasikan dengan alkohol atau obat lain. Hal lain yang dikhawatirkan dari obat antidepresan adalah keamanan pada jantung, yang secara umum obat trisiklik dan tetrasiklik kurang aman. Hipotensi juga merupakan efek samping yang serius dari banyak antidepresan, khususnya pada orang tua. Antidepresan konvensional, amoxapine (Asendin), maprotiline (Ludiomil), Notripeyline (Aventyl), dan trazodone juga sedikit menyebabkan hipotensi, demikian pula dengan bupropion dan SSRIs. Efek sampingnya terhadap seksual pada penggunan antidepresan adalah hampir semua antidepresan kecuali nefazodone dan mirtazapine, menyebabkan penurunan libido, disfungsi ereksi, atau anorgasmia.

e. Petunjuk klinis umum

Pada penggunaan obat antidepresan dengan dosis yang sangat rendah dalam jangka waktu yang sangat singkat, sering terjadi kesalahan klinis. Jika selama 2 atau 3 minggu pasien tidak memberikan respon terhadap dosis yang sesuai, dokter dapat memutuskan untuk melakukan tes konsentrasi plasma dari obat jika tes tersedia untuk obat yang digunakan.

f. Durasi dan profilaksis

(33)

20

Terapi antidepresan harus dipertahankan setidak-tidaknya 6 bulan atau sesuai lamanya pengobatan pada episode sebelumnya. Beberapa penelitian menunjukkan terapi profilaksis dengan antidepresan efektif mengurangi jumlah dan keparahan tiap kekambuhan. Satu penelitian menyimpulkan jika episode dari 2½ tahun, terapi profilaksis selama 5 tahun mungkin merupakan indikasi. Faktor lain yang memengaruhi terapi profilaksis adalah tingkat keparahan episode depresi sebelumnya. Episode yang melibatkan pikiran untuk bunuh diri atau ketidakmampuan fungsi psikososial merupakan indikasi untuk mempertimbangkan terapi profilaksis. Terapi profilaksis selama 5 tahun juga diberikan pada pasien dengan 2 atau lebih episode depresi dalam waktu 5 tahun, onset episode depresi pada usia diatas 50 tahun, dan riwayat sulit untuk ditatalaksana. Jika terapi antidepresan dihentikan, dosis obat harus diturunkan secara bertahap di atas 1 atau 2 minggu, tergantung dari waktu paruh campuran partikel. Beberapa penelitian mengindikasikan mempertahankan pengobatan antidepresan lebih aman dan efektif untuk menangani depresi kronik.

h. Kegagalan pemberian obat

Jika obat antidepresan pertama telah digunakan dengan adekuat dan sesuai, serta yakin bahwa konsentrasi plasma telah diperoleh namun gejala belum menunjukkan perbaikan yang memuaskan, maka dapat diambil tindakan untuk menambahkan obat dengan lithium, liothyronine (the levorotatory isomer of triiodothyronine [T3]) atau L-triptofan, atau ganti dengan obat primer alternatif.

Strategi yang jarang digunakan adalah mengkombinasikan obat trisiklik atau tetrasiklik dengan SSRI (atau mungkin dengan MAOIs), dan yang menggunakan SSRI dengan bupropion, venlafaxine, nefazodone, obat trsiklik dan tetrasiklik, mirtazapine, trazadone, atau mungkin dengan MAOIs.

Lithium (900 sampai 1200mg per hari, kadar serum antara 0,6 dan 0,8 mEq/L) dapat ditambahkan pada dosis antidepresan selama 7 sampai 14 hari.

Pendekatan ini meningkatkan secara signifikan antidepresan yang tidak berespon menjadi berespon.

(34)

21

Penambahan sebanyak 25 sampai 50mg per hari liothyronine ke dalam regimen antidepresan selama 7 sampai 14 hari mengkonversikan yang tidak berespon menjadi berepon terhadap antidepresan. Efek samping dari liothyronine kecil, tetapi mungkin dapat menimbulkan sakit kepala dan perasaan marah. Jika penambahan liothyronine berhasil, penggunaan liothyronine dilanjutkan sampai 2 bulan dan diturunkan hungga 12,5mg tiap hari pada hari ke 3 atau 7.

2.1.10.3. Psikoterapi

Psikoterapi diberikan untuk membantu pasien mengembangkan strategi coping dalam mengatasi stresor kehidupan sehari-hari. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa psikoterapi merupakan terapi yang bermakna untuk depresi.

Pemberian psikoterapi dan obat, lebih efektif hasilnya daripada hanya pemberian obat saja. Pasien juga dapat bertahan lebih lama menggunakan obat bila ia dalam proses psikoterapi.

Jenis psikoterapi yang diberikan tergantung pada kondisi pasien dan preferensi terapis atau dokternya. Dapat diberikan pikoterapi suportif, atau reedukatif, atau psikoterapi rekonstruktif.

Yang perlu diingat pada pemilihan jenis psikoterapi yaitu tentang kondisi pasien; bila pasien dalam kondisi depresi berat – terlebih yang dengan ciri psikotik – yang dapat dilakukan hanya psikoterapi suportif, itu pun jangan dihibur atau langsung diberi nasihat (karena pasien akan bertambah sedih bila tidak mampu melaksanakan nasihat dokternya). Bila pasien sudah lebih tenang (tidak dipengaruhi gejala psikotiknya), dapat dipertimbangkan pemberian psikoterapi kognitif atau kognitif-perilaku atau psikoterapi dinamik.

2.1.10.4. Terapi Keluarga

Terapi keluarga tidak umum digunakan sebagai terapi primer untuk gangguan depresi berat. Bukti klinis mendapatkan bahwa terapi keluarga dapat membantu pasien dengan gangguan mood untuk mengurangi dan menghadapi stres dan untuk mengurangi adanya kekambuhan.

(35)

22

Terapi keluarga diindikasikan untuk gangguan yang membahayakan perkawinan pasien atau fungsi keluarga atau jika gangguan mood didasari atau dapat ditangani oleh situasi keluarga. Terapi keluarga menguji peran pasien gangguan mood pada seluruh keluarga, juga menguji peran dari keluarga untuk menangani gejala pasien. Pasien dengan gangguan depresi mempunyai angka yang tinggi untuk perceraian, dan sekitar 50 persen pasangan dilaporkan tidak akan menikah atau punya anak jika mereka tahu pasien mempunyai gangguan mood.

2.1.11. Prognosis

Gangguan depresi berat bukan merupakan gangguan yang ringan, biasanya cenderung untuk menjadi kronik dan kambuh. Episode pertama gangguan depresi berat yang dirawat di rumah sakit sekitar 50 persen angka kesembuhannya pada tahun pertama. Presentasi pasien untuk sembuh setelah perawatan berulang berkurang seiring berjalannya waktu. Banyak pasien yang tidak pulih akan menderita gangguan distimik.

Kekambuhan depresi berat sering terjadi, sekitar 25 persen pada 6 bulan setelah keluar dari rumah sakit, sekitar 30 sampai 50 persen dalam 2 tahun pertama, dan sekitar 50 sampai 75 persen dalam periode 5 tahun. Insiden relaps berkurang pada pasien yang melanjutkan terapi psikofarma profilaksis dan pasien yang hanya mempunyai satu atau dua episode depresi. Secara umum, semakin sering pasien mengalami episode depresi, semakin memperburuk keadaannya.

2.1.11.1. Indikator Prognosis

Kemungkinan prognosis baik: episode ringan, tidak ada gejala psikotik, waktu rawat inap singkat, indikator psikososial meliputi mempunyai teman akrab masa remaja, fungsi keluarga stabil, lima tahun sebelum sakit secara umum fungsi sosial baik. Sebagai tambahan, tidak ada komorbiditas dengan gangguan psikiatri lain, tidak lebih dari sekali rawat inap dengan depresi berat, onset awal pada usia lanjut.

(36)

23

Kemungkinan prognosis buruk: depresi berat bersamaan dengan distrimik, penyalahgunaan alkohol dan zat lain, ditemukan gejala cemas, ada riwayat lebih dari sekali episode depresi sebelumnya.

2.2. PENGETAHUAN 2.2.1. Definisi

Kata dasar pengetahuan adalah “tahu”, menurut KBBI (2008), kata tahu mempunyai arti mengerti sesudah melihat, mengenal dan mengerti. Menurut (Mubarak, 2011), pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia berdasarkan pengalamannya sendiri, dan akan bertambah seiring dengan pengalaman yang dialaminya. Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan. Sebagian pengetahuan manusia didapat melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

Kesimpulannya, pengetahuan merupakan segala sesuatu yang dilihat, dikenal, dimengerti terhadap suatu objek tertentu yang ditangkap melalui indera pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan, dan perabaan.

2.2.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 2012) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know)

Tingkatan yang paling rendah adalah tahu. Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) suatu materi yang telah dipelajari dan diterima sebelumnya. Untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah dipelajari, tanda ukurnya adalah mampu menyebutkan, menguraikan, dan mendefinisikan suatu materi secara benar. Misalnya, seorang mahasiswa dapat mengetahui ap aitu depresi. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu sesuatu, dapat menggunakan sebuah pertanyaan seperti apa itu depresi dan bagaimana depresi itu dapat terjadi.

b. Memahami (comprehension)

(37)

24

Seseorang dapat dikatakan memahami bila ia mampu untuk menjelaskan dan menginterpretasikan materi yang diketahui secara benar. Orang yang telah paham terhadap suatu materi atau objek harus dapat menyebutkan, menjelaskan, menyimpulkan, dan sebagainya. Misalnya mahasiswa mampu memahami mengapa seseorang bisa terkena depresi, dan juga harus dapat menjelaskan mengapa seseorang tersebut bisa terkena depresi.

c. Aplikasi (application)

Kemampuan seseorang yang telah memahami suatu materi atau objek dan dapat mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang sebenarnya disebut aplikasi. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang telah paham tentang supporting terhadap pasien depresi, maka dia akan dapat melakukan dan memberikan dukungan terhadap orang sekitarnya yang mengalami depresi.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek tertentu ke dalam komponen komponen yang terdapat dalam suatu masalah dan berkaitan satu sama lain. Pengetahuan sudah sampai pada tingkat analisis, apabila ia dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tertentu. Misalnya, seseorang dapat membedakan antara depresi dan gangguan mood.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian suatu objek tertentu ke dalam bentuk keseluruhan yang baru.

Ringkasnya, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya, seseorang dapat meringkas suatu artikel yang telah dibacanya menggunakan Bahasa sendiri.

f. Evaluasi (evaluation)

(38)

25

Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu. Penilaiannya didasarkan dengan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.2.3. Pengukuran Pengetahuan

Menurut (Arikunto, 2010), pengukuran terhadap pengetahuan bisa dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan di ukur dari responden ke dalam pengetahuan yang ingin diukur dan disesuaikan dengan tingkatannya, jenis pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Pertanyaan subjektif

Penggunaan pertanyaan subjektif dengan jenis pertanyaan essai digunakan pada penilaian yang melibatkan faktor subjektif dari penilai, sehingga hasilnya akan berbeda dari setiap penilai dari waktu ke waktu

2. Pertanyaan objektif

Jenis pertanyaan objektif seperti pilihan ganda (multiple choice), betul atau salah, dapat dinilai secara pasti oleh penilai.

Menurut (Arikunto, 2010), pengukuran tingkat pengetahuan dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu:

1. Pengetahuan baik (responden menjawab 76-100% benar dari total jawaban pertanyaan atau benar 11-15 soal).

2. Pengetahuan cukup (responden menjawab 56-75% benar dari total jawaban pertanyaan atau benar 8-11 soal).

3. Pengetahuan kurang (responden menjawab <56% dari total jawaban pertanyaan atau benar <8 soal).

(39)

26 2.3. KERANGKA TEORI

Major Depressive Disorder/Depresi

Pengertian

Patofisiologi

Prognosis Penatalaksanaan

Pemeriksaan Status Mental Skala Penilaian

Objektif Tanda dan

Gejala Perjalanan

Penyakit Etiologi Epidemiologi

Kriteria Diagnosis Gangguan Depresi Berat

-Faktor organobiologik -Faktor kepribadian -Faktor genetik -Faktor genetik -Faktor psikososial -Faktor psikodinamik

pada depresi

-Perjalanan dan awitan -Durasi

-Episode depresi -Sensorium & kognitif -Mood, afek, perasaan -Kontrol impuls

-Suara -Pikiran

-Hal yang dapat dipercaya -Gangguan persepsi -Pertimbangan & tilikan

Farmakologi dan Non Farmakologi

Prognosis baik dan Prognosis buruk

(40)

27 2.4. KERANGKA KONSEP

Berdasarkan judul di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 2.4. Kerangka Konsep

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa & Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Major Depressive Disorder pada Remaja

(41)

28 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif yang bertujuan untuk melihat tingkat pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap major depressive disorder pada remaja. Pengumpulan data dilakukan dengan desain studi potong lintang atau cross sectional study yaitu pengukuran variabel- variabelnya dilakukan hanya satu kali, pada satu saat (Satroasmoro et al., 2016).

3.2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 3.2.1. Lokasi

Lokasi dari penelitian adalah tempat masing-masing dari responden, karena penelitian ini akan dilaksanakan secara online melalui google form yang dibagikan kepada calon responden.

3.2.2. Waktu

Penelitian akan dilaksanakan dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2021.

3.3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2018 sebanyak 252 orang, dan memiliki karakteristik sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi

• Mahasiswa-mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2018

• Bersedia menjadi responden

(42)

29 2. Kriteria Eksklusi

• Mahasiswa yang tidak mengisi data dengan lengkap 3.3.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak pada seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2018.

Besar sampel yang diambil di penelitian ini akan ditentukan oleh rumus besar sampel dengan rumus Slovin, yaitu:

! = #

1 + #&! Keterangan :

n = Jumlah Sampel

e = Error Margin (5% atau 0,05) sehingga hasil perhitungannya adalah:

! = 252

1 + (252 x 0,0025)

! = 154,601

Berdasarkan perhitungan tersebut, didapatkan angka sebesar 154,601 yang dibulatkan menjadi 154. Perhitungan tersebut menggunakan rumus Slovin.

3.4. METODE PENGUMPULAN DATA

Data diperoleh dan dikumpulkan dari google form yang dibagikan secara online melalui media social seperti whatsapp dan line. Kemudian data diolah dan didistribusikan secara deskriptif menggunakan tabel distribusi frekuensi dan dilakukan pembahasan data yang diperoleh.

(43)

30 3.5. DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3.5 Definisi Operasional

Definisi Cara Ukur

Alat Ukur Skala

Usia Lama hidup

responden dari lahir sampai saat penelitian

Observasi Kuesioner 1. 19 tahun 2. 20 tahun 3. 21 tahun 4. 22 tahun 5. 23 tahun 6. 24 tahun

Nominal

Jenis Kelamin

Karakteristik biologis yang dilihat dari

penampilan luar

Observasi Kuesioner 1. Laki-laki 2. Perempuan

Nominal

Tingkat Pengetahuan

Tingkatan pengetahuan seseorang individu mengenai major depressive disorder pada remaja

Observasi Kuesioner Penilaian menggunakan Skala Guttman, dimana

pertanyaan benar diberi point 1, dan yang salah diberi point 0, lalu

dikelompokkan menjadi 3 kelompok penilaian;

Ordinal

(44)

31

1. Baik (76- 100% benar atau 12-15 soal)

2. Cukup (56- 75% benar atau 8-11 soal) 3. Kurang (<56% benar atau <8 soal)

3.6. METODE PENGOLAHAN DATA

Pengolahan data akan dilakukan secara manual. Adapun langkah-langkah pengelolaan data pada umumnya melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan data (editing), untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data

2. Data koding (coding), setelah data terkumpul kemudian dikoreksi, lalu diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer 3. Memasukkan data (entry data), data dimasukkan ke dalam program

komputer

4. Cleaning data, memeriksa semua data yang telah masuk ke dalam komputer agar terhindarnya kesalahan dalam pemasukan data

5. Menyimpan data (saving data), menyimpan data yang siap untuk dianalisis 6. Analisis data

3.7. METODE ANALISIS DATA

Data yang sudah didapatkan kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak statistik, yaitu SPSS. Kemudian data tersebut diproses dan data akan dihasilkan serta disajikan dalam bentuk tabel hasil perangkat lunak statistik.

Gambar

Tabel 3.5 Definisi Operasional
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia  Usia (Tahun)  Jumlah (Orang)  Persentase (%)
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis  Kelamin
Tabel 4.4. Gambaran Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian dan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Current Ratio dan Debt to Equity

Grafik pertumbuhan tinggi tanaman buncis dengan perlakuan berbagai pupuk organik cair (POC) kotoran hewan ternak dan Giberelin (GA3) Berdasarkan grafik diatas memperlihatkan

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin mengetahui tingkat pengetahuan kanker serviks pada ibu rumah tangga sebagai orang tua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Saya, St. Ramlah Andarias, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar akan melakukan penelitian tentang hubungan status gizi dan lama belajar

Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Disiplin Kerja Dalam Islam Terhadap Produktivitas

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Makronutrien

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan antara tingkat kecemasan yang dialami mahasiswa FK Unand ketika akan menghadapi

Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis tertarik memilih judul “ Analisis Kesalahan Penggunaan kata pelengkap arah ( 趋 向 补 语 ) 来 dan