• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH YANG TERKAIT DENGAN FISIKA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI PADA PESERTA DIDIK SMA AKSARA BAJENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH YANG TERKAIT DENGAN FISIKA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI PADA PESERTA DIDIK SMA AKSARA BAJENG"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH

ANDI DARNA RAHAYU 10539 1108 13

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JANUARI 2018

(2)

i

KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH YANG TERKAIT DENGAN FISIKA DALAM

KEHIDUPAN SEHARI-HARI PADA PESERTA DIDIK SMA AKSARA BAJENG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH

ANDI DARNA RAHAYU 10539 1108 13

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JANUARI 2018

(3)
(4)

iii

(5)

iv

(6)

v

(7)

vi

Maka apabila engkau telah selesai (diri sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).

Dan hanya Tuhanmulah engkau berharap.”(Qs. Al-Insyirah : 6-8)

Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih, bahagia, dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman bagiku, yang telah memberi warna-warni kehidupanku.

“...Jadilah seperti batu karang di lautan yang tetap kokoh diterjang ombak, walaupun demikian air laut tetap masuk kedalam pori-porinya…”.

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

Ibuku, dalam usia yang tak terbaca waktu Saudara-saudaraku yang menjelma segala mimpi dan cita Keluarga yang tak hentinya memberi dukungan Seluruh makhluk hidup yang telah tercuri ilmunya Almamaterku tercinta

(8)

vii ABSTRAK

Andi Darna Rahayu. 2018. Kemampuan Berpikir Induktif dalam Menyelesaikan Masalah yang Terkait dengan Fisika dalam Kehidupan Sehari-hari pada Peserta Didik SMA Aksara Bajeng. Skripsi. Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhmmadiyah Makssar. pembimbing I Agus Martawijaya dan pembimbing II Ma’ruf.

Penelitan ini adalah penelitian Ex Post Facto yang bersifat deskriptif yang bertujuan mendeskripsikan kemampuan berpikir induktif dalam menyelesaikan masalah sehari-hari tang terkait dengan fisika pada peserta didik SMA Aksara Bajeng. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI SMA Aksara Bajeng. Untuk mengetahui seberapa besarkah kemampuan berpikir induktif peserta didik dalam menyelesaikan masalah fisika dapat dilihat dari hasil tes kemapuan terhadap masalah yang diberikan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah data mengenai kemampuan berpikir induktif dalam menyelesaikan masalah yang terkait dengan fisika dalam kehidupan sehari-hari. Data yang terkumpul diinterpretasikan untuk memperoleh gambaran secara kuantitatif. Hasil penelitian tentang kemampuan berpikir induktif dalam menyelesaikan masalah yang terkait dengan fisika dalam kehidupan sehari-hari pada peserta didik SMA Aksara berada pada kategori rendah.

Kata kunci: Penelitian Ex Post Facto bersifat deskrpitif, kemampuan berpikir induktif.

(9)

viii Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pada tempatnya yang pertama dan utama dihati ini, penulis panjatkan puji dan rasa syukur kepada ilahi robbi Allah Swt. Kemudian, shalawat serta salam- Nya, mudah-mudahan terlimpah curah ke pangkuan baginda Rasulullah Saw, beserta keluarganya, sahabatnya, serta umatnya yang turut dengan ajarannya.

Amin.

Berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Kemampuan Berpikir Induktif dalam Menyelesaikan Masalah yang Terkait dengan Fisika dalam Kehidupan Sehari-Hari pada Peserta Didik SMA Aksara Bajeng” yang disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Makassar sekaligus dengan harapan akan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan dunia pengajaran secara khusus dan dunia pengajaran secara umum.

Penghargaan dan ucapan terimakasih terkhusus ku persembahkan kepada ibunda Nuraeni dan saudaraku Andi Erna A.Ma yang menginjeksikan segala idealisme, prinsip, edukasi dan kasih sayang berlimpah dengan wajah datar menyimpan kegelisahan ataukah perjuangan yang tidak pernah penulis ketahui, namun tenang temaram dengan penuh kesabaran dan pengertian luar biasa, yang tiada pernah hentinya memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat serta

(10)

ix

pengorbanan yang tak tergantikan hingga penulis selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada di depan.

Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini, penulis banyak mengalami hambatan, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Olehnya itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setulusnya kepada Ayahanda Dr. Muh. Agus Martawijaya M.Pd selaku pembimbing I dan Ayahanda Ma’ruf, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing II yang selalu bersedia meluangkan waktunya dalam membimbing penulis, memberikan ide, arahan, saran dan bijaksana dalam menyikapi keterbatasan pengetahuan penulis, serta memberikan ilmu dan pengetahuan yang berharga baik dalam penelitian ini maupun selama menempuh kuliah. Semoga Allah SWT memberikan perlindungan, kesehatan dan pahala yang berlipat ganda atas segala kebaikan yang telah dicurahkan kepada penulis selama ini.

Begitu pula penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada; Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah menyetujui dan menerima skripsi penulis. Nurlina, S.Si., M.Pd.,selaku Ketua Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Ma’ruf, S.Pd., M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan selama kuliah sehingga proses penyelesaian studi. Bapak dan Ibu dosen Jurusan

(11)

x

Buat Keluarga-keluargaku Syahiruddin S.Pd,.M.Pd, Ernawati S.Pd, Syahrul Suriani, dan Tasman, yang selalu memberi motivasi dan dukungan kepada penulis demi terselesainya skripsi ini serta terima kasih atas bantuan dan perhatiannya.

Buat orang-orang terkasih, Saenal, St. Amrina, Nurhayati Husain, Nurhayati Haris, Darmawati, Komalasari, Khaerunnisa, Rismawati, dan Salmawati Serta sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unismuh Makassar khususnya angkatan 2013 kelas A .

Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Kepala SMA Aksara Bajeng dan seluruh Guru serta Staf yang telah memberikan waktu dan kesempatan membantu penulis dalam proses pengumpulan data untuk penyusunan skripsi ini.

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT kita memohon semoga berkat dan rahmat serta limpahan pahala yang berlipat ganda selalu dicurahkan kepada kita dan semoga niat baik, suci serta usaha yang sungguh-sungguh mendapat ridho disisi-Nya. Amin Ya Rabbal Alamin

Makassar, Februari 2018

Penulis

(12)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

SURATPERNYATAAN ... iv

SURATPERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 7

A. Tinjauan Pustaka... 7

1. Pembelajaran fisika di SMA ... 7

2. Berpikir Induktif (generalisasi) Dalam Fisika Dan Penegumpilanya ... 13

a. Generalisasi Dalam Fisika ... 15

B. Kerangka Pikir ... 21

BAB III METODE PENELITIAN... 22

A. Jenis Penilitian ... 22

B. Subjek Penelitian ... 22

(13)

xii

F. Instrumen Penelitian ... 25 G. Teknik Pengumpulan Data ... 25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 26 B. Pembahasan ... 25 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 32 B. Saran ... 32 DAFTAR PUSTAKA ... 33 LAMPIRAN- LAMPIRAN

BIODATA

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman 2.1 Alur Kerangka Pikir……….. 21 4.1 Skor dan frekuensi kemampuan mengumpulkan informasi……….. 26

(15)

xiv

Gowa ... 34

LAMPIRAN 2 : Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Induktif ... …... 36 LAMPIRAN 3 : Skor Hasil Kemampuan Peserta Didik ... …… 38 LAMPIRAN 4 : Skor dan Frekuensi Hasil Kemampuan Peserta Didik ... .. …. 40

LAMPIRAN 5 : Dokumentasi Penelitian ... …….41 LAMPIRAN 6: Persuratan

(16)

1

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam konteks kurikulum 2013 di Indonesia, terdapat empat kompetensi inti yang harus dikembangkan pada peserta didik jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah, yaitu: (1) Kompetensi inti sikap spiritual; (2) Kompetensi inti sikap social; (3) Kompetensi inti pengetahuan; dan (4) Kompetensi inti keterampilan. Keempat kompetensi ini harus menyatu kait pada diri peserta didik sebagai gambaran kualitas tujuan pendidikan yang mereka capai, khususnya dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. Berkenaan dengan pemecahan masalah, Ausubel (1963:153) menyatakan bahwa problem-solving ability as the primary goal of education. Dengan perkataan lain kemampuan memecahkan masalah merupakan tujuan utama pendidikan. Pernyataan ini sejalan dengan bunyi pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yakni sebagai berikut.

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabak dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pasal di atas, isyarat mengenai pentingnya kemampuan memecahkan masalah bagi peserta didik terdapat pada kata “…kreatif…”. Kreatif mengandung makna pelbagai kemampuan berpikir, salah satu diantaranya adalah kemampuan berpikir induktif dan deduktif. Dalam pemecahan masalah secara ilmiah proses berpikir induktif dan proses berpikir deduktif tidak dapat dipisahkan. Kafie (1989:

1

(17)

63) mengibaratkan antara induksi dan deduksi bagaikan air dengan tebing yang saling mendukung. Disaat induksi mengakhiri tugasnya deduksi muncul, dan disaat deduksi mengakhiri tugasnya muncul induksi. Dengan perkataan lain deduksi membutuhkan induksi untuk membuktikan dirinya.

Pandangan filosofis Jamaluddin Kafei di atas mengisyaratkan bahwa dalam pemecahan masalah secara ilmiah melibatkan proses berpikir deduksi dan induksi untuk menemukan solusi terhadap suatu masalah, baik masalah yang sederhana maupun masalah yang kompleks, termasuk masalah fisika dalam kehidupan sehari-hari. Implikasi dari pernyataan ini adalah proses pembelajaran fisika, khususnya pada satuan pendidikan SMA/MA dan SMK/MAK hendaknya menstimulasi tumbuh dan berkembangnya kemampuan berpikir induktif dan deduktif pada peserta didik. Implikasi ini didukung oleh Permendikbud RI N0. 24 tahun 2016 tentang Kompotensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Pada Kompetensi Dasar Pengetahuan mata pelajaran fisika di SMA terdapat sejumlah bunyi rumusan kompetensi yang mengisyaratkan pentingnya kemampuan berpikir induktif bagi peserta didik dalam pembelajaran fisika guna mencapai setiap Kompetensi Dasar tersebut. Kompetensi Dasar yang dimaksudkan adalah dengan menggunakan kata kerja “…menganalisis…”.

Menurut Bloom, dkk (1987:146) bahwa terdapat tiga jenis analisis yaitu: (1) analysis of elements (analisis unsur-unsur terhadap suatu objek); (2) analysis of relationships (analisis hubungan-hubungan terhadap suatu objek dengan objek lainnya); (3) analysis of organizational principles (analisis prinsip-prinsip

(18)

3

keteraturan terhadap suatu objek). Ketiga jenis analisis tersebut membutuhkan kemampuan berpikir induktif maupun deduktif bagi seseorang untuk mencapai tujuannya, khususnya dalam melakukan kerja ilmiah (penelitian atau penyelidikan dalam pembelajaran fisika).

Tanpa mengesampingkan proses berpikir deduktif, dalam pembelajaran fisika menurut kurikulum 2013 proses berpikir cenderung lebih banyak menggunakan proses berpikir induktif bagi peserta didik dalam membangun pengetahuan atau konsep (Dahar 1989:81). Dengan demikian pendidik mata pelajaran fisika di SMA, harus mampu mewujudkan situasi dan kondisi setiap pembelajaran yang diterapkan sehingga kemampuan berpikir induktif peserta didik dapat berkembang. Dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan berpikir induktif banyak dibutuhkan karena berfungsi bagi seseorang dalam melakukan penarikan kesimpulan yang bersifat umum dengan berdasar pada fakta-fakta yang bersifat khusus. Salah satu pertanyaan yang dapat dimunculkan adalah bagaimana kualitas kasimpulan-kesimpulan yang sering ditampilkan oleh masyarakat sebagai hasil dari proses berpikir induktif yang dilakukan?

(19)

Berkenaan pertanyaan di atas, berikut ini dikemukakan sejumlah fakta- fakta yang diperoleh dari pengalaman pribadi penulis, sebagai berikut:

1. Jastifikasi seseorang terhadap orang lain hanya melihat dari luarnya tanpa melihat dalamya.

2. Mengimformasikan barita-berita yang tidak sesuai dengan apa yang terjadi.

3. Menyimpulkan sesuatu tanpa ada pembuktian yang terlihat oleh orang tersebut.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari fakta-fakta di atas adalah “cacat induktif” khususnya “generalisasi” masih sering terjadi dikalangan masyarakat.

Bagaimana halnya dengan peserta didik SMA yang telah mengikuti serangkaian pembelajaran fisika? Pertanyaan ini akan dijawab oleh penulis suatu jenis penelitian, dan cukup beralasan apabila penelitian tersebut dilakukan melalui penelitian dengan membatasi diri maka dilakukan studi pendahuluan di kabupaten pada beberapa SMA di Kabupaten Gowa.

Selama studi pendahuluan ini berlangsung, penulis berusaha menemukan dimensi-dimensi “siri’ na pace” yang erat kaitannya dengan kemampuan berpikir induktif. Untuk maksud tersebut, penulis melakukan survei terhadap visi dan misi setiap SMA. Dari survei tersebut penulis menemukan visi SMA Aksara Bajeng yang menyatakan unggul dalam prestasi, jujur, kreatif, dan inovatif yang berdasarkan imtek dan imtaq dengan menjunjung tinggi nilai-nilai karakter bangsa serta berwawasan lingkungan dan global. Misi SMA Aksara Bajeng yaitu: (1)

(20)

5

melakukan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap peserta didik berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang di miliki; (2) menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah; (3) mendorong dan membantu setiap peseta didik untuk mengenali potensi dirinya sehingga dapat di kembangkan secara optimal; (4) menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa sehingga menjadi sumber nilai dan kearifan dalam bertindak; dan (5) menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah.

Berdasarkan visi diatas yaitu unggul dalam prestasi, jujur, kreatif, dan inovatif yang berdasarkan imtek dan imtaq dengan menjunjung tinggi nilai-nilai karakter bangsa serta berwawasan lingkungan dan global. pada visi terdapat kata

“jujur” lempu’ termasuk salah satu pilar “siri’ na pace” yang bermakna jujur dalam segala aspek kehidupan, salah satu diantaranya adalah jujur dalam menarik kesimpulan-kesimpulan terhadap fakta-fakta fisika, karena dalam menyimpulkan fakta-fakta fisika diperlukan kejujuran.

Selain visi misi tersebut, SMA Aksara Bajeng juga memiliki keunikan yang lain, khususnya di Keles XI IPA. Keunikan yang di maksud adalah kelas tersebut adalah kelas yang dikategorika sedang di SMA Aksara Bajeng. Kelas ini sedang melalui beberapa pertimbangan yang mendasarinya yaitu Peserta Didik memiliki kemampuan berpikir induktif terkait kehidupan sosialnya, Pertanyaannya bagaimanakah kemampuan berpikir induktif peserta Didik dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang terkait dengan fisika. Oleh karena itu,

(21)

peneliti bermaksud untuk meneliti di sekolah SMA Aksara Bajeng dengan judul“Kemampaun Berpikir Induktif Dalam Menyelesaikan Masalah Sehari-Hari Yang Terkait Dengan Fisika Pada Peserta Didik SMA Aksara Bajeng”.

B. Rumusan Masalah.

Dalam penelitian ini, diungkapkan besarnya kemampuan berpikir induktif dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang terkait dengan fisika Peserta Didik SMA Aksara Bajeng. untuk mengungkapkannya seberapa besarkah kemampuan berpikir induktif dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang terkait dengan fisika Peserta Didik SMA Aksara Bajeng?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir induktif dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang terkait dengan fisika Peserta Didik SMA Aksara

D. Manfaat Penelitian

Besar kemungkinan bahwa manfaat penelitian dapat meneningkat

kemampuan masing-masing secara penuh dan meningkatkan mutu pembelajaran peserta didik.

(22)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Fisika di SMA

Dalam Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 20 menyatakan bahwa Pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sehubungan dengan itu Martawijaya (2014) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses yang menitik beratkan pada kegiatan yang direncanakan oleh pendidik untuk dialami oleh peserta didik dengan mengoptimalkan pemanfaatan pelbagai sumber belajar pada lingkungan belajar. Dengan demikian, pembelajaran fisika dapat diartikan sebagai salah satu proses interaksi antara pendidik dan peserta didik dengan mengoptimalkan pelbagai sumber belajar fisika dalam menyelidiki konsep, fakta, prinsip yang berkaitan dengan fenomena fisika dalam kehidupan sehari-hari.

Sama halnya dengan proses pembelajaran pada mata pelajaran lain yang menerapkan kurikulum 2013, pembelajaran fisika bertujuan untuk tercapainya 4 (empat) Kompetensi Inti yaitu: (1) Kompetensi Inti sikap spiritual; (2) Kompetensi inti sikap sosial; (3) Kmpetensi inti pengetahuan; dan (4) Kompetensi inti keterampilan. Untuk mencapai keempat kompetensi ini pihak penentu kebijakan pendidikan nasional Indonesia lebih banyak menekankan pentingnya pembelajaran saintifik untuk diterapkan pada setiap pembelajaran, termasuk pembelajaran fisika di SMA dengan tetap berpedoman pada Permendikbud RI

7

(23)

Nomor 22 tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, serta standar pendidikan nasional lainya yang berlaku di Indonesia. Bagaimana kemampuan berpikir induktif dapat dikembangkan dalam pembelajaran fisika yang berorientasi pada pembelajaran saintifik?

Pada bagian di atas telah dikemukakan bahwa pembelajaran fisika hendaknya berorientasi pada pembelajaran saintifik. Menurut Daryanto (2014:59) Bahwa pembelajaran saintifik terdiri atas 5 (lima) aktifitas belajar yang diharapkan yaitu: (1) mengamati; (2) menanya; (3) mengumpulkan informasi; (4) menalar; dan (5)mengkomunikasi. Bagaimana peranan aktifitasbelajar ini dalam menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan berpikir induktif pada peserta didik, terutama dalam membangun jenis-jenis pengetahuan digariskanoleh kurikulum 2013 (pengetahuan konseptual, pengetahuan procedural dan pengetahuan metakognisi). Kelima aktifitas belajar tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Mengamati

Kegiatan mengamatidalam pembelajaran sebagaimana telah dikemukakan dalam Permendikbud Nomor 81a, bahwa hendaknya pendidik membuka secara luas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan pengamatan, yaitu:(1) melihat; (2) membaca; dan (3) mendengar. Hal ini dapat dimaknai bahwa proses pengamatan hendaknya melibatkan seluruh indra untuk memperoleh suatu maknamengenai apa yang diamati. Sejalan dengan itu,Sani (2015 :55) menyatakan bahwa pengamatan yang dilakukan tidak terlepas dari keterampilan-keterampilan lain, seperti melakukan pengolompokan dan

(24)

9

perbandingan terhadap fakta-fakta yangakan diamati. Dimana pada proses mengelompokkan dan membandingkan tidak lain membutuhkan kemampuan induktif untuk merumuskan keputusan sebagai hasil dari pengamatanyang bermakna. Contohnya, melakukan pengamatan terhadap sejumlah benda (12 buah kelereng kecil, 12 buah kelereng besar, 12 buah kayu balok, 12 buah besi, 12 buah paku, 12 buah karet bang, 12 buah karet nilon, 12 buah uang logam) kemudian melalui proses pengolompokkan dan perbandingan diperoleh simpulan salah satunya semua benda dalam kotak adalah benda padat.

b. Menanya

Kegiatan menanya dalam pembelajaran sebagaimana yang tertulis dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 adalah mengajukan pertanyaan mengenai informasi yang tidak dipahami tentang apa yang diamati (pertanyaan yang bersifat fakta-fakta yang ada). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan-pertayaanterhadap suatu fakta yang diamati. Dalam hal ini menanya merupakan kegiatan mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang sedang diamati, baik terkait fakta, konsep maupun prosedural yang terdapat pada objek yang diamati. Setelah melakukan pengamatanterhadap objekmuncullahpertanyaan-pertanyaan dasar ataupun pertanyaan lanjut yang memicu proses berpikir induktif peserta didik.

Pertanyaan dasar yang mungkin muncul terkait dengan fakta yang tampak oleh indra, seperti: (1) Apakah kelereng berbentuk bulat? (2) Apakah kayu memiliki panjang yang sama? (3) Apakah kelereng tembus cahaya? (4) Apakah

(25)

besi memiliki panjang yang sama? (5) Apakah kertas berwarna putih? dan (6) Apakah keret bersifat padat?

Pertanyaan, lanjut yang mungkin muncul terkait dengan konsep yang tampak oleh indra, seperti: (1) Apakah semua karet memiliki elastisitas yang sama? (2) Apakah karet setelah digantungi beban memiliki panjang yang sama?

(3) Apakah kertas bisa mengapung didalam air? (4) Apakah kelereng bisa dipantulkan? (5) Apakah kelereng bisa tembus cahaya? (6) Apakah besi memiliki massa yang sama (7) Apakah kayu memiliki massa yang sama? (8) Apakah kertas biasa tembus cahaya? (9) Apakah paku menagalami tekanan? dan (10) Apakah kertas bersifat plastis?

Kemudian, pertanyaan lanjut yang terkait dengan prosedur yang tampak pada indra, seperti: (1) Bagaimanakah cara menentukanbesarnya gaya apung benda? (2) Bagaimanakah cara menentukan beratnya suatu kelereng? (3) Bagaimana cara menentukan beratnya suatu besi? (4) Bagaimana cara menentukan besarnya tekanan pada paku? (5) Bagaimana cara menentukan memontum kelereng sebelum tumbukan dan setelah tumbukan? Dan (6) Bgaiman cara menentukan tumbukan jenis lenting sebagian dan lenting sempurna pada kelereng?

(26)

11

c. Mengumpulkan Informasi.

Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari kegiatan bertanya, kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari pelbagai sumber melalui berbagai cara. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, untuk mengamati suatu objek pengamatan.Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, dan menghargai pendapat orang lain.Menurut Sani (2014: 62) bahwa mengumpulkan informasi dan mengumpulkan data dapat melalui berbagai sumber, dimana proses mengumpulkan informasi sangat dibutuhkan dalam kemampuan berpikir induktif sehingga hasil yang diperoleh menjadi bermakna.

Contohnya setelah proses menanya, dikumpulkan sejumlah informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Dalam proses pengumpulan informasi, dibutuhkan olah pikir untuk menginduksi informasi tersebut menjadi sebuah jawaban yang bermakna

d. Mengasosiasikan atau menalar

Kegiatan mengasosiasi atau menalarpembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 adalah proses informasi yang sudah dikumpulkan dari hasil kegiatan eksperimen maupun hasil dari kegiatan menagamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolaan informasi yang dikumpulkan yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman

(27)

sampai kepada pengolaan informasi yang bersifat mencari solusi dari pelbagai sumber.

Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya.Adapun kompotensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta berpikir deduktif dalam menarik kesimpulan. Dalam kerangka proses pembelajaran menalar dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa pendidik dan peserta didik merupakan pelaku aktif yang merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Menurut teori asosiasi, proses pembelajaran akan berhasil secara efektif jika terjadi interaksi lansung antara pendidik dan peserta didik .

Seperti telah dijelaskan bahwa ada 2(dua) carayang gunakan dalam menalar yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik kesimpulan dari fenomena-fenomena yang bersifat umum ke yang khusus. Sedangkan penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik kesimpulan dari yang khusus ke yang umum.

Tanpa mengesampingkan proses berpikir deduktif, dalam pembelajaran ini lebih berfokus pada berpikir induktif yang ada hubungannya dengan sebab-akibat diambil dari satu atau beberapa fakta yang lain. Contohnya: pada masalah fisika dalam kehidupan sehari-hari, pada benda plastik, jika dibakar, botol plastic akan meleleh, jika dibakar, tas plastik akan meleleh, jika dibakar, cangkir plastik akan meleleh. Kesimpulan jika dibakar, benda yang terbuat dari plastik akan meleleh.

(28)

13

Dari contoh diatas seseorang mampu menarik kesimpulan tentang kemampuan peserta didik dalam berfikir induktif.

d. Mengkomunikasikan.

Kegiatan mengkomunikasikan dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainya. Adapun kompotensi yang diharapkan kegaiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat, jelas dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Sehubungan hal tersebut pendekatan saintifik pendidik diharapkan memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang telah ditemukan dalam kegaitan mencari informasi, mengasosiasikan dan menentukan dalam menginduksikan suatu objek.

2. Berpikir Induktif (generalisasi) dalam fisika dan Pengumpulanya.

Menurut Suryabrata (2013: 54) dinyatakan dari beberapa arti dari berpikir adalah kelansungan tanggapan-tanggapan dimana subjek yang berpikir pasif. Kata

“berpikir pasif” pada pengertian ini dapat dimaknai sebagai (berpikir kritis, kreatif dan komprehensif). Dalam konteks pembelajaran termasuk pembelaran fisika proses berpikir sangat erat kaitanya dengan induktif, dimana induktif adalah proses penalaran yang berawal dari kasus khusus ke kesimpulan yang umum, Wisudawati (2015 :140).

(29)

Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Qs Al Baqarah Ayat 44 yang berbunyi:

Artinya:” Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”( Qs Al Baqarah Ayat 44)

Kemudian Qs AN NISA:82 yang berbunyi:

Artinya:”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.”

Kedua ayat tersebut memberi isyarat bahwa kata “berpikir” adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak. Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia.

a. Generelisasi dalam fisika

Sejak era 1980an, anatomi IPA terdiri atas 4 (empat) yaitu: (1) proses; (2) produk; (3) sikap; dan (4) teknologi (Cain dan Evans dalam Martawijaya, 2014:

(30)

15

42). Berikut ini dapat dikemukakan mengenai pemaknaan anatomi IPA (termasuk fisika).

Produk IPA terdiri atas fakta, prosedur, dan konsep (prinsip, asas, hukum, teori). Produk tersebut melahirkan 3 (tiga) jenis pengetahuan dalam IPA, yaitu: (1) pengetahuan faktual; (2) pengetahuan konseptual; dan (3) pengetahuan prosedural.

Sehubungan dengan itu Anderson (2011: 18) menambahkan satu jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan metakognisi. Dalam Pengetahuan ini sangatlah dibutuhkan untuk mewujudkan “teknologi” sebagai salah satu anatomi IPA.

Jenis-jenis pengetahuan yang tercakup dalam IPA, khususnya dalam fisika dibangun kemampuan berpikir induktif (generalisasi).Berkenaan dengan penelitian ini, berikut dikemukakan mengenai kemampuan berpikir induktif (generalisasi) yang membangun pengetahuan faktual dalam fisika.

Bertitik tolak dari pengertian fisika yang menyatakan bahwa fisika adalah sebuah ilmu pengetahuan yang di dalamnya mempelajari tentang fenomena alam atau gejala alam dan seluruh interaksi yang terjadi di dalamnya. Untuk mempelajari fenomena alam atau gejala alam tersebut, fisika menggunakan proses dimulai dari pengamatan, pengukuran, analisis, dan lain sebagainya.

1) Pengetahuan faktual

Menurut Anderson (2011: 67), pengetahuan faktual meliputi elemen- elemen dasar yang digunakan oleh ilmuwan dalam mengembangkan disiplin ilmu mereka. Dalam disiplin ilmu fisika, elemen-elemen dasar yang dimaksudkan oleh Anderson dapat diartikan sebagai fakta-fakta fisika yang terdapat pada suatu objek.Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi keempat) fakta adalah

(31)

sesuatu yang benar-benar ada.Berdasarkan pengertian ini, suatu objek dalam fisika dapat diungkapkan faktanya sesuai dengan besaran-besaran fisika yang dimilikinya.Dengan demikian, keluasan pengetahuan mengenai fakta pada suatu objek fisika dapat berbeda oleh sejumlah orang.

Perbedaan keluasan pengetahuan faktual suatu objek fisika yang diperoleh seseorang ditentukan oleh keingintahuan terhadap kesimpulan-kesimpulan fisika yang terdapat pada objek tersebut dalam menggunakan alat ukur dan pengamatan.

Ketebalan sebuah kelereng yang diukur oleh seseorang akan di induktifkan sehingga didapatkan kesimpulan-kesimpulan mengenai fakta tentang tebalnya kelereng, apabila diukur dengan menggunakan jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Perbedaan juga dapat terjadi pada beberapa orang yang menggunakan alat ukur yang sama. Terjadinya perbedaan-perbedaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

Terjadinya suatu perbedaan penarikan kesimpulan-kesimpulan mengenai hasil pengukuran jangka sorong, dan mikrometer sekrup disebabkan oleh tingkat ketelitian berbeda, cara pemahamanya juga berbeda. Dimisalkan hasil kesimpulan dari kelereng bahwa semua kelereng didalam kotak memiliki massa jenis yang sama setelah dilakukan pengamatan pertama, jika dilakukan pengamatan kedua maka hasil yang diperoleh dari kesimpulanya tesebut, bahwa kelereng terbuat dari kaca/marmer. Dari pengamatan ini Kemungkinan terjadinya perbedaan ini disebabkan oleh: (1) kurang pemahaman tentang pembelajaran fisika masa lalu (2) faktor lingkungan yang tidak mendukung; (3) tidak terbiasa dalam mengambil kesimpulan-kesimpulan; dan (4) tidak mampu berpikir tingkat tinggi.

(32)

17

Berkenaan dengan penelitian ini, kemampuan berpikir induktif (generalisasi) peserta didik diawali dengan pemberian contoh oleh peneliti.

Peneliti memperlihatkan boks yang berisi benda-benda kepada peserta didik disertai dengan beberapa pernyataan, salah satu di antaranya yaitu: (1) kotak ini berisi 12 buah kelereng kecil dan besar, sehingga penerikan kesimpulanya bahwa tidak semua kelereng besar tembus cahaya, akan tetapi semua kelereng kecil tembus cahaya, semua kelereng kecil memiliki massa jenis yang sama massa; (2) kotak ini berisi 12 buah karet bang dan karet nilon sehingga penariakan kesimpulanya bahwa dalam kotak tersebut hanya karet yang bersifat elastis. Selain itu, juga disampaikan bahwa masih banyak penarikankesimpulan-kesimpulan lain yang dapat diinformasikan didalam kotak, termasuk kesimpulan tentang berapa cm kerenggangan keret tersebut.

Selanjutnya, peserta didik diperlihatkan sebuah kotak yang berisi benda- benda padat. Benda tersebut diaamti, kemudian diminta peserta didik kedepan dua orang untuk mengumpulkan kesimpulan-kesimpulan khusus sebanyak-banyaknya dalam waktu 15.Kesimpulan yang diharapkan dari benda ini adalah: (1) semua benda dalam boks adalah benda padat; (2) dari barbagi benda dalam boks hanya 80 % yang tenggelam didalam air, 20 % mengapung dalam air; (3) tidak semua kelereng besar tembus cahaya, akan tetapi semua kelereng kecil tembus cahaya;

(4) hanya karet gelang dan keret bang yang bersifat elastis; (5) semua besi yang dalam boks memiliki panjang sama;(6) semua kayu dalam boks memiliki panjang yang sama; (7) Semua kelereng besar memiliki massa jenis yang; (8) semua kelereng kecil memiliki massa jenis yang sama; (9) dari semua benda dalam boks

(33)

88 % yang bersifat plastis dan 15 % yang bersifat elastis; (10) semua besi dalam boks memiliki massa jenis yang sama; (11) semua kayu dalam boks memiliki massa jenis yang sama; (12) semua kertas dalam boks tidak tembus cahaya; (13) semua kelereng dalam boks setelah dilakukan percobaan, ternyata jumlah momentum kelereng sebelum tumbukan sama denagn jumlah memuntum kedua kelereng setelah tumbukan; (14) sebuah benda dalam boks tidak mengalami tumbukan jenis lenting sebagian; (15) dari berbagai benda didalam boks 90 % tidak mengalami tekanan dan 10 % yang mengalami tekanan.

Berkenaan dengan tugas yang diberikan, setiap kesimpulan peserta didik sudah ditentukan oleh peneliti.Dengan demikian, kemampuan peserta didik dalam berpikir induktif (generalisai) pada benda tersebut dapat diketahui.Dalam fisika dikenal kemampuan atau daya yang didefinisikan sebagai besarnya usaha yang dilakukan dalam satuan waktu. Jadi, kemampuan peserta didik dapat dilihat dari banyaknya kesimpulan khusus yang benar mengenai benda didalam kotak yang akan diamati.

Dalam hasil tersebut disampaikan untuk meningkatkan kemampuan berpikir induktif peserta didik sebagai hasil belajar dengan tujuan mengembangkan kemapuan berpikir secara jujur dan teliti serta dibutuhkan beberapa perilaku berkarakter sehingga diperoleh kemampun berpikir induktif yang benar, yaitu berpikir induktif yang sesuai adanya objek tersebut, bukan apa adanya (Martawijaya, 2014: 112). Hal ini berarti, bahwa berpikir induktif yang benar manakala sesuai dengan kesimpulan yang sebenarnya (yang sudah divalidasi).

(34)

19

Dalam konteks pendidikan karakter terdiri atas dua jenis yaitu kejujuran ilmiah dan kejujuran akademik.Kejujuran ilmiah berkenaan dengan kejujuran dalam menyimpulkan data sedangkan kejujuran akademik berkenaan dengan plagiat dalam mempublikasikan karya ilmiah (Koellhoffer, 2009: 30).Oleh karena peserta didik yangberasal dari wilayah Gowa Propensi Sulawesi Selatan pada wilayah ini terdapat sebuah Sekolah Menegah Atas (SMA), yaitu SMA Aksara Bajeng. Wilayah ini dihuni oleh etnis dominan Makassar, maka perilaku berkarakter yang dimaksudkan adalah yang berada pada bingkai Siri’na Pacce.

Berpangkal pada filosofi hidup masyarakat Makassar yang menyatakan siri’na Pacce yang bermakna “mereka menjunjung tinggi nilai malu (siri’) dan nilai solidaritas (pacce). Siri’ na pacce berdiri atas empat pilar kehidupan (1) jujur (lempu’); (2) cerdas (acca); (3) berani (warani); dan (4) Berserah diri pada Allah SWT (mappesona ri DewataE). Dengan demikian, perilaku berkarakter peserta didik harus selalu berorientasi kepada keempat pilar siri' na pacce.

Keempat pilar tersebut diatas sangat dibutuhkan dalam proses berpikir induktif. Kehidupan yang berorientasi pada siri' na paccepeserta didik dalam perilaku berakrakter pentingnya diciptakan sikap jujur,dalam berinduksi dipelukan sikap jujur dal mengambil kesimpulan khusus, diaman kejujuran adalah perbuatan dimana kita menempatkan sesuatu pada tempatnya, artinya mengatakan sesuatu sesuai adanya, bukan apa adanya objek (Martawijaya, 2014: 112) bukan menyampaikan atau mengatakan dengan kondisi yang berbeda antara pernyataan dan kenyataannya. Misalnya ketika kita melakukan pengukuran pada suatu objek dan melaporkan data yang salah, maka jelaslah bahwa kita telah berbohong atau

(35)

tidak mengatakan apa yang sesuai dengan kenyataannya. Sehingga dalamberpikir induktif , peserta didik hendaknya menyimpulkan benda fisika sesuai dengan adanya objek tersebut, Agar kesimpulan fisika yang terkumpul bernilai baik dan benar.

Selain itu juga dalam hal kejujujan untuk mengambil sebuah kesimpulan harus sesuai dengan faktanya, agar hasil yang diperoleh sesuai dengan proses berpikir induksi yang sebenarnya, adapun dalam mengambil kesimpulan yang benar harus cedas dalam berilmu, berani dalam menentukan fakta-fakta yang ada krena kebanyakan dilihat dari realita sekarang kebanyakan di Indonesia yang salah dalam berinduksi, mereka melihat hanya dari bingkai benda tersebut bukan dari isi bingkainya, sehingga masih banyak yang perlu dibenahi agar didalaam kehidupan sehari-hari tidak salah dalam berinduksi “cacat induksi”.

Dari konteks di atas dalam mengambil sebuah keputusan yang ada perlu dengan pembuktian yang susai dengan fakta-fakta yang erat kaitanya dalam kehidupan sehari-hari. Berserah diri pada Allah dalam mengambil sebuah keputusan, yang ada sebagai contoh pembuktian dan dalam menjadikan pedoman untuk menyadarkan masyarakat sehinggah tidak salah dalam menjastis seseorng yang sesuai adanya, terkhusus pada peserta didik dalam pembelajran fisika,Kesemuanya ini adalah berkaitan erat dalam budaya Makassar yaitu siri’ na pace,

(36)

21

B. Kerangka Berpikir

Dalam melaksanakan penelitian inikerangka pikir yang mengarah pada penelitian ini adalah berikut ini :

Gambar. 2.1 Bagan Kerangka Pikir Proses

1. Mencermati contoh-contoh kemampuan berpikir induktif yang di simpulkan oleh peneliti

2. Mengamati benda-benda dalam boks kemudian menyimpulkanya.

3. Menerapkan perilaku berkarakter (teliti, juju, hati-hati, displin, dan tanggung jawab.

Output

Peserta didik berusaha mengetahui kesimpulan-kesimpulan fiska pada berbagai jenis benda yang ada dalam boks.

Outcome

Dapat beradaptasi dan berkompetisi pada era 2045

Input

1. Berada pada kelas unggulan

2. Hasil belajar fisika berada pada kategori tinggi 3. Mengenal alat-alat ukur

4. Materi objek fisika sudah dipelajari 5. Berasal dari budaya siri’ na pacce

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yaitu penelitian ex-post facto kerena peniliti tidak melakukan perlakuan terhadap subjek penelitian tetapi meneliti efek dari suatu perlakuan yang telah terjadi secara alami (Baharuddin, 1985: 32). Dalam hal ini, perlakuan yang telah terjadi secara alami adalah pembelajran fisika yang telah dialami oleh subjek penelitian.

B. Subjek Penelitian 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2016:117) yang dimaksud dengan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pengertian ini, populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas X1 SMA Aksara Bajeng yang menyatakan suka mata pelajaran fisika. Dari 22 peserta didik kelas X1SMA Aksara Bajeng 21 peserta didik yang menyatakan suka mata pelajaran fisika. Dengan demikian, subjek populasi penelitian ini sebanyak 21 orang.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2016:118) yang dimaksud dengan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk keperluan penelitian ini, subjek sampel ditentukan dengan menggunakan teknik

22

(38)

23

sampel jenuh. Teknik ini dilakukan dengan alasan bahwa ukuran populasi relatif kecil. Dengan demikian, subjek sampel sebanyak 21 orang.

C. Variabel Penelitian

Variabel yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah “kemampuan berpikir induktif”. Variabel ini adalah efek dari pembelajaran fisika yang dialami subjek penelitian sejak mereka pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang didalami selama ini.

D. Definisi Operasional Variabel

Kemampuan berpikir induktif adalah skor yang diperoleh peserta didik dalam menuliskan kemampuan berpikir induktif terhadap suatu objek fisika yang telah dikumpulkan selama 10 menit. Indikator kempuan berpikir induktif yang diharapkan adalah kesimpulan-kesimpulan fisika yang terdapat pada objek fisika yang menjadi sasaran penelitian.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksakan melalui prosedur berupa tahapan penelitian yakni sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini peneliti melakukan pemanatapan proposal berdasarkan saran, arahan, dan petunjuk dari tim pembimbing. Terdapat beberapa hal yang menjadi inti pada tahap ini, yaitu: (1) mengumpulakan sumber-sumber (kepustakaan) yang mendukung penelitian seperti jurnal, buku, artikel dan hasil-hasil penelitian yang relevan. (2) menetapkan objek fisika yang memuat sejumlah informasi tentang kemapuan berpikir

(39)

induktif dan layak dikumpulkan oleh peserta didik kelas X1 SMA karena materinya sudah dipelajari dijenjang pendidikan dasar dan selama mereka di jenjang pendidikan menengah. (3) Peneliti mengumpulkan objek-objek dari berbagai benda kemudian menyimpulkanya. (4) memvalidasi kesimpulan-kesimpulan fisika pada objek fisika yang diperoleh peneliti kepada dua validator; dan (5) menvalidasi instrument penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu: (1) membagi peserta serta didik dalam dua kolompok yang yang setiap kelompok terdiri atas 10 orang. (2) memanggil peserta didik satu persatu untuk mengamati boks yang disediakan benda-benda kemudian menarik kesimpulan dari benda-benda yang sesuai adanya.(3) menugaskan kepada setiap peserta didik untuk mengumpulkan ksimpulan-kesimpulan fisika yang ada dalam boks (setiap benda dalam boks dapat disimpulkan dari berbagai-berbagai benda); (4) mengumpulkan kesimpulkan-kesimpulan terhadap objek fisika yang telah diamati oleh peserta didik; (5) menganalisis data yang terkumpul pada penelitian ini terhadap objek fisika yang telah ditugaskan kepada subjek peneliti.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman pengskorang kemampuan berpikir induktif yang dikumpulkan oleh subjek penelitian berdasarkan objek fisika yang ditugaskan kepadanya. Adapun kriteria pengskoran pada pedoman ini yaitu: (1) Pedoman ini memuat skor tertinggi 15; (2) setiap

(40)

25

kesimpulan yang benar diberi skor 1; (3) skor terendah yang mungkin dicapai oleh subjek penelitian adalah 0 (jika tidak sesuai dengan kesimpulan-kesimpulan yang disediakan oleh peneliti)

G. Tehnik Analisis Data

Pada bagian sebelumnya dikemukakan bahwa subjek sampel penelitian ini adalah seluruh subjek populasi sehingga data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Adapun tehnik yang digunakan mengikuti prosedur yaitu: (1) melakukan pengskoran terhadap hasil kerja subjek penelitian. Pada prosedur ini diperoleh skor terendah sampai skor tertinggi yang dicapai oleh subjek penelitian; (2) melakukan tabulasi skor yang diperoleh subjek penelitian, pada prosedur ini disajikan frekuensi skor yang dicapai oleh subjek penelitian; dan (3) melakukan penyajian data subjek penelitian. Pada prosedur ini data hasil tabulasi disajikan dalam bentuk diagram lingkarang.

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Skoring dan tabulasi kemampuan berpikir induktif dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang terkait dengan fisika pada peserta didik kelas XI SMA Aksara Bajeng tahun ajaran 2017/2018 dapat dilihat bagian lampiran Selanjutnya, hasil penelitian ini disajikan melalui diagram lingkarang dibawah ini.

Gambar 4.1.Skor dan Frekuensi Kemampuan Berpikir Induktif Peserta Didik

B. Pembahasan

Melalui penelitian ini, telah diperoleh deskripsi yang menggambarkan kemampuan berpikir induktif peserta didik kelas X1 SMA Aksara Bajeng pada tahun ajaran 2017/2018 dimana kelas X1 tersebut adalah kelas yang boleh dikatakan kelas yang termasuk kategori sedang. Bagi penulis, hasil penelitian ini

26

(42)

27

sangat rendah. Alasan yang pertama adalah tidak ada peserta didik yang menyimpulkan suatu benda yang sesuai kedua adalah kebanyakan kesimpulan yang diperoleh hanya terarah pada sifat-sifat fisikanya.. Alasan ketiga adalah kemampuan yang diharapkan hanya berorientasi pada pengetahuan faktual (kesimpulan-kesimpulan yang terdapat pada benda-benda fisika).

Subjek penelitian diharapkan dapat mengungkapkan 15 Kesimpulan- kesimpulan mengenai objek fisika yang ditugaskan kepadanya. Kesimpulan- kesimpulan tersebut sangat beralasan untuk diungkapkan karena sudah dipelajari sejak mereka di pendidikan dasar sampai kepada pendidikan menengah yang dijalani hingga saat ini.

Pertama peneliti mentargetkan subjek mampu menarik kesimpulan benda- benda tersebut.Semua benda dalam kotak adalah benda padat, kesimpulan seperti ini yang peniliti gunakan untuk menyimpulkan sebelum di validasi. Fakta penelitian ini mengindikasikan bahwa: (1) Peserta didik dalam mengamati benda tersebut tidak dilihat dari penarikan kesimpulanya tetapi dia hanya berdasar pada sifat benda tersebut; (2) Peserta didik dalam mengamati dia tidak menyimpulkan keseluruhan benda tetapi menyimpulkan satu persatu dari benda didalam; (3) materi pembelajaran fisika selama ini tidak bermakna, khususnya dalam menentukkan sifat-sifat benda yaitu padat cair dan gas; (4) Peserta didik tidak bisa membedakan benda yang bersifat padat dan cair; dan (5) peserta didik tidak memperhatikan pada saat pendidik mengajar.

Kedua, peneliti mentargetkan subjek mampu menarik kesimpulan benda- benda tersebut. Dari berbagai benda didalam kotak hanya 80 % yang tenggelam

(43)

dalam air, 20 % mengapung dalam air, kesimpulan seperti ini yang peniliti gunakan untuk menyimpulkan sebelum di validasi. Fakta penelitian ini mengindikasikan bahwa: (1) Peserta didik melihat satu persatu benda tersebut; (2) Pesarta didik tidak mendalami pelajar tentang tekanan (3) peserta didik tidak terampil dalam praktikum (3) materi pembelajaran fisika selama ini tidak bermakna; dan (5) peserta didik tidak memperhatikan pada saat pendidik mengajar.

Ketiga, peneliti mentargetkan subjek mampu menarik kesimpulan benda- benda tersebut. Tidak semua kelereng besar tembus cahaya, akan tetapi semua kelereng kecil tembus cahaya, semua kelereng memiliki massa jenis yang sama dan semua kelereng dalam kotak setelah dilakukan percobaan ternyata jumlah momentum kelereng sebelum tumbukan sama dengan jumlah momentum kedua kelereng setelah tumbukan. kesimpulan seperti ini yang peniliti gunakan untuk menyimpulkan sebelum di validasi. Fakta penelitian ini mengindikasikan bahwa:

(1) Peserta didik melihat satu persatu benda tersebut; (2) Pesarta didik tidak mengamati bentuk kelereng tersebut (3) peserta didik setelah diperlihatkan objek, hanya digunakan untuk bermain (4) materi pembelajaran fisika selama ini tidak bermakna; dan karena peserta didik tidak meminta alat untuk mengukur massanya (5) peserta didik tidak terampil dalam menggunakan alat; dan (6) memperhatikan pada saat pendidik mengajar.

Keempat, Peneliti mengtargetkan subjek mampu menarik kesimpulan benda-benda tersebut. Hanya karet gelang dan karet bang yang bersifat elastis, kesimpulan seperti ini yang peniliti gunakan untuk menyimpulkan sebelum di

(44)

29

validasi. Fakta penelitian ini mengindikasikan bahwa: (1) Dalam mengamati elastisitas, tidak ada yang benar peserta didik induksi pada karet dengan melihat pertambahan beban: (2) tidak melakukan pengukuran massa dengan neraca ohauss di laboratorium; (3) peserta didik tidak pernah menggunakan neraca ohauss; (3) materi pembelajaran fisika selama ini tidak bermakna, khususnya pada pengukuran massa; (4) selama pengamatan kelereng pada peserta didik tidak ada satupun yang meminta alat untuk mengukur ketelebalannya; dan (5) peserta didik tidak memperhatikan pada saat pendidik mengajar.

Kelima, Peneliti mengtargetkan subjek mampu menarik kesimpulan benda-benda tersebut. Semua besi yang dalam kotak memiliki panjang sama,dan semua besi dalam kotak memiliki massa jenis yang sama. kesimpulan seperti ini yang peniliti gunakan untuk menyimpulkan sebelum di validasi. Fakta penelitian ini mengindikasikan bahwa: (1) Peserta didik tidak mengamati besi tersebut; (2) Peserta didik tidak melakukan pengukuran massa dengan neraca ohauss di laboratorium; (3) peserta didik tidak pernah menggunakan neraca ohauss; (3) materi pembelajaran fisika selama ini tidak bermakna, khususnya pada pengukuran massa; (4) selama pengamatan besi peserta didik tidak meminta alat untuk mengukur ketelebalannya; dan (5) peserta didik tidak memperhatikan pada saat pendidik mengajar.

Keenam, Peneliti mengtargetkan subjek mampu menarik kesimpulan benda-benda tersebut. Semua kayu dalam kotak memiliki panjang sama,dan semua kayu dalam kotak memiliki massa jenis yang sama. kesimpulan seperti ini yang peniliti gunakan untuk menyimpulkan sebelum di validasi. Fakta penelitian

(45)

ini mengindikasikan bahwa: (1) Peserta didik tidak mengamati kayu tersebut; (2) Peserta didik tidak melakukan pengukuran massa dengan neraca ohauss di laboratorium; (3) peserta didik tidak pernah menggunakan neraca ohauss; (3) materi pembelajaran fisika selama ini tidak bermakna, khususnya pada pengukuran massa; (4) selama pengamatan kayu peserta didik tidak meminta alat untuk mengukur ketelebalannya; dan (5) peserta didik tidak memperhatikan pada saat pendidik mengajar.

Dari skor dan frekuensi hasil penelitian ini sangat memprihatinkan, karena Alasan pertama tidak ada peserta didik yang mencapai hasil skor 15. Alasan kedua adalah ada 7 orang peserta didik yang memperoleh skor nol (semua kesimpulna- kesimpulan tidak sesui yang diharapkan). Alasan ketiga adalah ada 13 peserta didik yang memperoleh skor 1 karena, peserta didik hanya menulis sifat-sifat fisikanya bukan kesimpulan-kesimpulan bendanya. Alasan keempat adalah hanya 1 orang yang memperoleh skor 2 karena, peserta didik menuliskan kesimpulan benda sesui yang diharapkan.

Berkenaan dengan hasil penelitian ini, peneliti melakukan beberapa penelusuran lanjutan kepada peserta didik dengan jalan meminta peserta didik berpikir induktif apa saja yang yang dapat disimpulkan dalam kotak, tersebut.

Berdasarkan hasil penelusuran lanjutan yang dilakukan oleh peneliti, bahwa peserta didik mengetahui alat ukur yang digunakan. Beberapa peserta didik mengetahui kesimpulan yang ada, akan tetapi peserta didik kurang menyimak dan mengamati tentang kesimpulan;kesimpulan suatu benda didalam kotak. Selain itu, peserta didik tidak diberi kebebasan untuk meminjam alat ukur di sekolah untuk

(46)

31

diguanakan dalam mengukur benda-benda yang akan diukur. Misalnya akan dilakukan pengukuran massa suatu benda didalam kotak seperti, kelereng, kayu, besi, paku, uang logam

(47)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir induktif dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang terkait dengan fisika peserta didik kelas XI SMA Aksara Bajeng sangat rendah. Hal ini disebabkan jawaban dari masalah yang diberikan oleh peserta didik tidak memenuhi kriteria yang diharapkan.

A. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dikemukakan saran:

1. Kepada pendidik fisika SMA karena kemampuan berpikir induktif fisika peserta didik sangat rendah, dalam penyajian pembelajaran dibarengi dengan pemberian materi dan pelaksanaan praktikum yang berkaitan dengan fenomena-fenomena fisika di daerah sekitar peserta didik.

2. Kepada sekolah hendaknya melengkapi alat-alat laboraturium di sekolah.

3. Kepada peneliti yang lain untuk melajutkan dan mengembangkan penelitian ini harus dengan variabel yang lebih banyak dan populasi yang banyak pula sehingga hasil yang diperoleh lebih kepada peningkatan kemampuan berpikir induktif peserta didik dalam menyelesaikan masalah fisika yang terkait dengan kehidupan sehari-hari.

32

(48)

33

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Lorin W. 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Daryanto, 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:

Gava Media

Kafie Jamaluddin. 1989. Berpikir Apa dan Bagaimana. Jakarta: Indah.

Mannahao, Mustari Idris. 2010. The Secret of Siri’na Pesse’. Makassar: Anggota IKAPI (Ikatan Penerbit Indonseia)

Martawijaya, M. Agus. 2014. Disertasi Model Pembelajaran Fisika Kearifan Lokal Untuk Meningkatkan Karakter dan Ketuntasan Belajar Peserta Didik SMP Di Pulau Barrang Lompo. Universitas Negeri Makassar.

Martawijaya, M. Agus. 2016. Permendikbud Tahun 2016. Universitas Negeri Makassar

Ridwan A, Sani. 2015. Pembelajaran saintifik untuk implementasi kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara

Scott, George M. 2004. Prinsi-Prinsip Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Suryabrata, Sumadi. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Syamsuri Sukri dkk . 2014. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar. Unismuh Makassar.

Wisudawati, Widi, Astuti dan Sulistyowati Eka. 2015. Metodologi Pembelajran IPA. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

(49)

LAMPIRAN A

 Nama-Nama Siswa Kelas X1 SMA Aksara Bajeng

 Instrumen Penelitian

 Skor Hasil Kemampuan Berpikir Induktif Peserta Didik Kelas X1 SMA Aksara Bajeng

 Skor Dan Frekuensi Hasil Kemampuan Berpikir Induktif Peserta Didik Kelas X1 SMA Aksara Bajeng

 Dokementasi Kegiatan SMA Aksara Bajeng

(50)

35

LAMPIRAN 1

NAMA-NAMA SISWA KELAS XI SMA AKSARA BAJENG YANG MENJADI SUBJEK PENELITIAN

NO NAMA

1 Abd.Rasmad 2 Erina Ermawati 3 Jumira

4 Krisnanto Edi P 5 Muh.Fadly 6 Muh.Rias 7 Muh.Fahri 8 Muh Takbir 9 Nur Andira 10 Nurul Fatimah 11 Nur Fadilah 12 Nur Afni

13 Nur Akiki Aulia P 14 Putri Natasya 15 Muh Yusril 16 Rahmawati 17 Rifatul Mahmuda 18 Rina Islamiah 19 Ronni Alamsyah 20 Rahmi

21 Muh.Ridwan Alif

(51)

Kumpulan Benda No. Simpulan oleh Peneliti

Penilaian Validator Saran dan Komentar

4 3 2 1

Keterangan :

 Kelereng kecil

 Kelereng Besar

 Kayu

1. Semua benda dalam boks adalah benda padat.

2. Dari berbagai benda di dalam boks hanya 80 % yang tenggelam di dalam air, 20% mengapung dalam air.

3. Tidak semua kelereng besar tembus cahaya,akan tetapi semua kelereng kecil tembus cahaya.

4. Hanya karet gelang dan karet bang yang bersifat elastis.

5. Semua besi yang dalam boks memiliki panjang sama.

6. Semua kayu dalam boks memiliki panjang yang sama

7. Semua kelereng besar memiliki massa jenis yang sama

8. Semua kelereng kecil memiliki massa jenis yang sama

9. Dari semua benda dalam boks 88%

yang bersifat plastis dan 15% bersifat elastis.

10. Semua besi dalam boks memiliki massa jenis yang sama.

11. Semua kayu dalam boks memiliki massa jenis yang sama

(52)

37

 Besi

 Paku

 Karet Bang

 Karet Nilon

 Uang logam

12. Semua kertas dalam boks tidak tembus cahaya.

13. Semua kelereng dalam boks setelah di lakukan percobaan,ternyata jumlah momentum kelereng sebelum tumbukan sama dengan jumlah momentum kedua kelereng setelah tumbukan.

14. Semua benda dalam boks tidak mengalami tumbukan jenis lenting sebagian

15. Dari berbagai benda di dalam boks 90% tidak mengalami tekanan dan 10% yang mengalami tekanan

(53)

LAMPIRAN 3

SKOR HASIL KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF PESERTA DIDIK KELAS X1 SMA AKSARA BAJENG

NO NAMA SKOR

1 Abd.Rasmad

2 Erina Ermawati 0

3 Jumira 1

4 Krisnanto Edi P 2

5 Muh.Fadly 1

6 Muh.Rias 0

7 Muh.Fahri 1

8 Muh Takbir 0

9 Nur Andira 1

10 Nurul Fatimah 1

11 Nur Fadilah 1

12 Nur Afni 0

13 Nur Akiki Aulia P 1

14 Putri Natasya 0

15 Muh Yusril 1

16 Rahmawati 1

17 Rifatul Mahmuda 1

18 Rina Islamiah 1

19 Ronni Alamsyah 1

20 Rahmi 0

21 Muh.Ridwan Alif 1

(54)

39

LAMPIRAN 4

SKOR DAN FREKUESI HASIL KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF PESERTA DIDIK KELAS X1 SMA AKSARA BAJENG

No Skor Frekuensi

1 0 7

2 1 13

3 2 1

Jumlah 21

(55)

LAMPIRAN 5

DOKUMENTASI KEGIATAN SMA AKSARA BAJENG

A. KEGIATAN TES KEMAMPUAN

B. KEGIATAN TES KEMAMPUAN

(56)

41

C. KEGIATAN TES KEMAMPUAN

D. KEGIATAN TES KEMAMPUAN

(57)

LAMPIRAN B

 Permohonan Judul Skripsi

 Persetujuan Judul

 Berita Acara Ujian Proposal

 Surat Keterangan Perbaikan Ujian Proposal

 Surat Keterangan Validitas

 Surat Permohonan Izin Penelitian

 Surat Keterangan Penelitian Di Sekolah

 Kartu Control Penelitian

 Kartu Control Skripsi

(58)

45

(59)
(60)

47

(61)
(62)

49

(63)
(64)

51

(65)
(66)

53

(67)
(68)

55

(69)
(70)

57

(71)
(72)

59

(73)
(74)

61

(75)

BIODATA

Andi Darna Rahayu,

Lahir di Salu-Salu, pada tanggal 30 Juni 1995. Anak kedua dari dua bersaudara pasangan Andi Lala dan Nuraeni. Memulai jenjang pendidikan pada tahun 2002 di SD Negeri 141 Salu-Salu dan tamat tahun 2007. Lalu melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP Negeri 1 Bontotiro dan tamat pada tahun 2010. Penulis tercatat sebagai siswa SMA Negeri 1 Bontolempangan pada tahun 2010 dan tamat pada tahun 2013. Selanjutnya, penulis memilih program studi pendidikan Fisika bukan sekedar karena ketertarikan semata, namun lebih dari itu penulis berharap dengan menjadi tenaga pendidik, penulis dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan pendidikan di Indonesia serta ilmu yang disampaikan dapat memberikan manfaat bagi generasi-generasi penerus bangsa.

Referensi

Dokumen terkait

Teisinė paslauga vadovaujantis vertybine teisės samprata – tai vienų visuomenės narių ar jų tarnybų kitų asmenų teisėms apsaugoti ar įgyvendinti būtinų priemonių

Pada awalnya secara tradisional, baik observasi maupun latihan praktek mengajar biasanya langsung dilakukan di depan kelas sebagai salah satu bagian dari program pendidikan dan

Kompetensi Dasar IPK Materi pokok Indikator Soal Level Bentuk Soal Nomor Soal 1 2 3 4 5 6 7 3.3 Menjelaskan konsep usaha, pesawat sederhana, dan penerapanny a

Diagnosis sferositosis herediter ditegakkan berdasarkan adanya riwayat kuning saat neonatus, anemia, splenomegali, ditemukannya sferosit yang banyak pada pemeriksaan darah tepi,

Meningkatnya jumlah siswa yang tuntas dari siklus I ke siklus II ini disebabkn karena dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

Penambahan jenis hidrokoloid yang berbeda dengan konsentrasi yang sama berpengaruh terhadap nilai pH, total padatan terlarut, dan kadar air pada kombinasi

Teori yang digunakan yaitu membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa (Tarigan). Hasil yang di dapat dalam penelitian dalama menkonveksi teks anekdot dengan kategori

PENGGUNAAN WEBSITE DALAM MODEL PERUBAHAN KONSEPTUAL DENGAN SETTING KOOPERATIF PROBLEM SOLVING UNTUK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA