Universitas Gaclj ah Mada Yogtakarta, I nclones ia
PEMANFAATAN HUTAN DAN LINGKUNGAN OLEH MASYARAKAT BADUY DI BANTEN SELATAN
(The Uses of Forest and the Environment by Boduy Community in South Banten, Indonesia)
Gunggung Senoaji
Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
Abstrak
Hutan adalah sumberdaya alam yang harus dimanfaatkan secara arif untuk kesejahteraan rakyat. Telah banyak terjadi dampak negatif pengelolaan hutan yang tidak ramah lingkungan tennasuk banjir, longsor dan kekeringan. Salah satu bentuk pengelolaan hutan yang ramah lingkungan telah dilakukan oleh masyarakat Baduy, melalui berbagai bentuk kearifan lokal. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang mengkaji sistim pengelolaan hutan yang ramah lingkungan oleh masyarakat Baduy. Penelitian rnenunjukkan bahwa masyarakat Baduy masih menerapkan autran-aturan dan nonna-norrna tradisional dalam perhubungan sosial dan dalam memanfaatkan sumberdaya hutan. Sistim sosial masyarakat Baduy dapat mengontrol eksploitasi hutan yang tidak ramah lingkungan. Pada saat yang sama masyarakat Baduy mempunyai tingkat pendapatan diatas garis kemiskinan.
Kata kunci: masyarakat Baduy, kearifan lokal, hutan dan lingkungan
Abstract
Forest environmenl is a biological nalure resource that has to be wisely used and utilized
for
peoplebwelfare and prosperity. However, currenl condilions show that the.fitnction o.f.forest as on ecosystem equalizer has degraded. An ellort lo recover forcst.function has to be done immediately. One type of forest environment managemenl that concerns the .forest conservation
is
like u,hat have Baduy Community been done. The environmenlis
managetl b1t traditional ntles obeyed blt community.The basic method of this research is descriplive, supported by quantittttive and quantitative approach.
Dala about objects or any parlicular conditions or any human group area were described systematically. Data collection was done by participalion-observation and open in-deplh inlerviev,. The result shows thal
in
usirrg .foresl and its environmenl, Baduy community makes natural balancing that provides many henefits including peace.fulness, welfare and prosperilyfor people's life. The life pattern of Baduy community is determined hy traditional rules and norms or slandard lhat have important roles in the social relationships. These norm and tradition rules form the relalionship among people, helween lteoltle and the environment, hetween people and God, so il.[or osa
local v,isdom of the community lhat glorifv.social value, and of course, the environment.Key words: Baduy community,
local
wisdom,.fore.sl and environment.I. PENGANTAR
Lingkungan hutan
merupakan penyeimbang ekosistembumi
yang berfungsi sebagai"pabrik"
utama yang mengolah energi matahari
menjadi energi-energilain yang
dibutuhkanoleh
mahluk hidup. Ikutan yang dapat diperoleh dengan kegiatan pabrik hutanitu
adalah atmosfer yang baik dengan komponen oksigen yang stabil, perlindungan lapis- an tanah, produksi air bersih dan perlindungan dae-rah aliran
sungai, penyedia habitat dan makanan berbagaiflora dan
fauna, dan menciptakaniklim mikro
yangkondusif bagi
kehidupan manusia dibumi ini. Di
sisi lain, hutanjuga
merupakan suatu sumber daya alam yang mempunyainilai
ekonomi sangattinggi. Nilai
ekonomi yangtinggi
tersebut terdapat pada bagian yang sangatvital
dari pabrik hutan, yaitu pohon-pohon sebagai penghasil kayu.Sejalan dengan waktu, hutan di atas
bumiini, yang
semula dianggaptidak
akan habis ber- angsur-angsurmulai berkurang. Banyak
lahanhutan
digunakanuntuk
kepentinganlain,
seperti pertanian, perkebunan, permukiman,industri
dan penggunaanlainnya. Upaya konversi hutan ini berakar dari
pertambahan pendudukyang
terus meningkat.Menurut
Simon (2000), pertambahan penduduk menuntut tercukupinya kebutuhan pa- ngan, kebutuhan kayu bakar, kebutuhan kayu per- tukangan, dan tempat permukiman.Di lain
pihak lahan pertanian sebagai penghasil pangan luasnya terbatas, sehingga alternatifutama untuk pemenuhan kebutuhan pangan adalah mengkonversi lahan hutanmenjadi
lahan pertanian.Hutan memiliki
fungsi ekonomi dan fungsi perlindungan lingkungan, yang keduanyasaling kontradiktif. Untuk itu
dituntut suatu pengelolaan yangbijak
dan seimbang agarnilai-nilai
yang terdapat dalam hutan tersebut dapat dimanfaatkan dengan seimbang.Salah satu pengelolaan lingkungan hutan yang memperhatikanni lai I ingkun ganuntukkesej ahteraan masyarakatnya adalah pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat Baduy. Masyarakat
ini
hidup pada lingkungan yang hampir seluruhnya berupa hutan.Kelangsungan hidupnya sangat tergantung kepada bagaimana mereka memanfaatkan lingkungan hu- tannya. Dalam pengolahan lingkungan hidup, tata
cara
pengerjaannyadiatur oleh
ketentuan adat,dan
harusdipatuhi
dengan seksama.Adat
telah mengatur kelestarian alam sebagai penopang hidup dan kehidupan, sehingga alam lingkungannyaitu
sendiri memberikan
kesuburanyang
berlimpahruah dan
kesejahteraankepada
masyarakatnya.Kearifan lokal yang dianut oleh masyarakat Baduy,
terbukti
telah mampu menciptakan keseimbangan ekosistemdi
dalamnya. Menurut Nababan (1995) Kearifanlokal
terbentuk karena adanya hubungan antara masyarakattradisional dengan
ekosistem disekitarnya,yang memiliki
sistem kepercayaan,hukum dan
pranata adat, pengetahuandan
cara mengelola sumber daya alam secara lokal.Adimi- hardja (1999) menjelaskan bahwa
masyarakatlokal di
beberapadaerah di Indonesia
mampuuntuk mengelola lingkungan dan
sumberdaya alamnya. Pengetahuan masyarakatlokal
terhadap sumberdaya alam itu membentuk kearifan terhadap pengelolaan hutan. Kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya orang Baduy telah mengadaptasikandirinya
dengan lingkungan sekitamya sejak beratus-ratus tahun yanglalu
secara turun-menurun. Hubungan timbal balik antara sistem sosial masyarakat Baduydengan alam lingkungan bio-fisik
(ekosistem),telah
menyebabkan masyarakatBaduy memiliki
kemampuan mengelolasumber daya alam
yangada (Iskandar, 1992). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi dan memahami aturan adat serta tata nilai yang berlaku di masyarakat Baduy, termasuk dal am memanfaatkan lingkungan hutannya.
II. CARA PENELITIAN
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah menggunakan metodepenelitian
des-kriptif
dengan pendekatan kuantitatif dankualitatif, sehingga penelitian ini dapat
menggambarkan suatu obyek data atau suatukondisi
tertentu atau suatu kelompok manusia secara sistematis, faktual,dan akurat
sesuaifakta yang ada di
lapangan.Metode pengambilan data yang digunakan
un-tuk
mengetahuikarakteristik sosial ekonomi
dankearifan lokal
masyarakatBaduy
adalah dengancara participant observalion
(observasi-peng- ikutsertaan)dan
wawancaraterbuka
mendalam.Data ini akan dikumpulkan
berdasarkan pene-litian lapangan (field work), yang
kemudianakan diklasifikasi, dideskripsikan, dianalisis
dan diinterpretasikan secarakualitatif
dan kuantitatif.Proses pengumpulan
data primer
dilakukan dengan cara pengamatanterlibat dan
wawancarat44
terbuka dan mendalam. Pengamatan
terlibat
yaitu pengamatan yangdilakukan
dengan cara tinggal beberapa waktudi
lokasi penelitian dan mengikuti kegiatan-kegiatansehari-hari
masyarakat Baduy.Dengan cara seperti
ini
akandiperoleh
data-data yang kongkret mengenai kegiatan, perilaku dan adat istiadat masyarakatBaduy dalam
memanfaatkan hutan dan lingkungannya. Wawancara mendalam dan terbuka dilakukan terhadap masyarakat setem- pat yang terpilih sebagai informan kunci. Informan yangdipilih
adalah tokoh adat dari kampung sasaranlokasi,
danjuga
masyarakatBaduy
secara acak.Dengan wawancara mendalam
ini
akan diperolehdata yang sifatnya tidak
nampak,seperti
ritual,mitor, nonna, adat istiadat dan lain
sebagainya.Informan kunci
yangdipilih untuk
diwawancarai adalahjaro
pamarentaft, Sekretaris Desa Kanekes, Kokolot Kampung Cipaler, Jaro tangta Cibeo, dan beberapaorang masyarakat Baduy-Dalam
danBaduy luar.
Pengumpulandata
sekunder dilaku-kan
dengan cara mencatat datayang
tersedia dikantor-kantor atau
instansi-instansiyang
terkait dengan keberadaan masyarakat Baduy. Selainitu
dilengkapi juga dengan bahan bacaan atau literatur yang ada hubungannya dengan masyarakat Baduy,baik melalui
penelusuran kepustakaan ataupun internet.Data dan informasi yang
dikumpulkan
kemu- dian dianalisis dengan analisisdeskriptif kualitatif
dan kuantitatif. Data yang dianalisis secara deskrip-
tif kualitatif meliputi kondisi wilayah, letak,
luas, sistem
pengolahanlahan, kondisi
rumah, pendidikan, hubungan masyarakat dengan hutan,dan
pemahamantentang kearifan lokal
denganmengamati perilaku, kegiatan, dan aturan
adatyang dilakukan dalam
memanfaatkanhutan
danI ingkungan. Data mengenaij enis tanaman pertan ian,
jumlah
penduduk, penyebaran penduduk, tataguna lahan, dan jenis flora fauna disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secaradeskriptif. Kondisi
so-sial ekonomi
masyarakatdiamati melalui jumlah penduduk, laju
pertumbuhanpenduduk,
penda-patan, pendidikan, kondisi tempat tinggal,
dankegiatan ekonomi yang dilakukan
masyarakat.Data yang dianalisis secara
kuantitatif
adalah lajupertumbuhan penduduk,
pendapatan responden masyarakat dan pendapatan perkapita masyarakatBaduy. Analisis kuantitatif ini sangat
pentinguntuk
mengetahui sejauh mana hubungan antara pemenuhan kebutuhanhidup
masyarakat dengankepedulian masyarakat terhadap kelestarian hutan dan lingkungannya. Untuk mengetahui tingkat ke- sejahteraan
digunakan tolak ukur
kesejahteraanmenurut Sayogyo (Hafizianor, 2002)
dimana golonganmiskin di
pedesaandiukur
berdasarkan pengeluaran perkapita setahun setara dengan 240-
320 kg beras.III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Lokasi dan Keadaan Geografi
Masyarakat Baduy bermukim
di
wilayah barat Pulau Jawa, merupakan bagiandari
PegununganKendeng. Secara geografis lokasi
Masyarakat Baduyini kira-kira
terletakpada6"27'27" - 6"30'
Lintang
Selatan(LS) dan 108"3'9" - 106"4'55"
Bujur Timur (BT). Wilayahnya berbukirbukit,
tersusun oleh sambung-menyambung bukit. Pemu-kiman
biasanya terletakdi wilayah
lembahbukit,
pada daerah yang lebih datar dekat dengan sumber air tanah atau sungai (lskandar, 1992:21).
Secara administrasi pemerintahan,
daerah Baduyyang meliputi
luas sekitar 5.101,8 hektar, termasuk ke dalamwilayah
Desa Kanekes, Keca-matan Leuwidamar,
KabupatenLebak,
Propinsi Banten.Wilayah
Baduy atau Kanekesterdiri
atas beberapaKampung yang terbagi menjadi
dua kelompok besar,yakni
Baduy-Dalam dan Baduy- Luar. Pada tahun 2002 di wilayah Baduy tercatat 50 buah kampung Baduy, yang terdiri dari 3 kampung Baduy-Dalam dan 47 kampung Baduy-Luar.Kekuatan hukum wilayah Baduy
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No. 32 tahun 2001 tentang Perlindungan atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy.Hak
ulayatini
merupakan ke- wenanganyang menurut hukum adat
dipunyai oleh masyarakat hukum adat atas wilayah tertentu yang merupakan lingkungan hidup para warganya untuk mengambil manfaatdari
sumberdaya alam, termasuk tanahdalam wilayah
tersebutbagi
ke- langsunganhidup dan kehidupan yang timbul dari
hubungan secaralahiriah
dan batiniah turun-temurun dan tidak terputus antara
masyarakathukum adat
tersebut denganwilayah yang
ber- sangkutan.Topografi daerah Masyarakat Baduy berbukit-
bukit dengan kemiringan lereng
rata-rata 45yo, sedangkantinggi
daerah dari permukaan laut ber-kisar
antara 800- 1200 meterdari
permukaan lautdengan suhu berkisar 20oC
-22'C
dan curah hujanberkisar 3000 mmltahun (Djoewisno,
1987:98).Keadaan tanah dapat
dibagi
kedalamtiga
bagian,yaitu pegunungan vulkanik di sebelah
utara, endapan tanah pegunungandi
bagian tengah, dan campuran tanah pegunungan serta endapannyadi
bagian selatan. Jenis tanahnya berupa latosol coklat,alluvial
coklat, dan andosol (Gama, 1993:
120).B.
Nama, Bahasa danAsal
UsulOrang Baduy
Banyak pendapat yang mengi sahkan munculnyaistilah Baduy untuk
menyebutkelompok
masya-rakat ini. Kata Baduy
berasaldari
nama sebuah tempat yang dijadikan tempat huniannya, yaitu Sen- dang Cibaduy,adajuga
yang berpendapat berasaldari
kata baduyut sejenis tumbuh-tumbuhan yang banyak terdapatdi
wilayahnya. Istilah Baduyjuga muncul dari nama
sebuahbukit yang
bernama Gunung Baduy, yang didekatnya mengalir sungaikecil
bemama Cibaduy.Ada
pendapatlain
yang mengatakan kalau kata Baduy berasal dari bahasaArab, dari kata Badu
atauBadaw yang
artinyalautan pasir. Dari
pendapatini diartikan
bahwa Baduy adalah sekelompok masyarakat yang tinggaldi
lautan pasir.(Djoewisno,
1987 : 6).Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Baduy untuk bertutur kata adalah Bahasa Sunda. Bahasa
mereka
termagukdalam kategori dialek
Sunda-Banten, subdialek Baduy.
Bahasa Sunda Baduy tidak mengenal tingkatan tuturbahasa danmemiliki
aksen yang tinggi dalam lagu kalimat. Orang Baduy tidak mengenal tulisan. Adat istiadat,agam\cerita
nenekmoyang dan
sebagainya tersimpan dalamtradisi tutur yang
mereka ceritakan secara turun temurun kepada anak cucunya.Meijer
berpendapat bahwa orangBaduy
ber- asaldari Banten Utara yang melarikan diri
dari pengaruh Islam pada masa pemerintahan Maulana Hasanudin. Kruseman mengembangkan pendapat bahwa orang Baduy adalah pendudukasli
Banten keturunan Pajajaranyang
terdesakoleh
Maulana Hasanudin. Mereka bergerak menuju selatan menu-ju
Pegunungan Kendengdan
membuka perkam-pungan disana,
sementarabeberapa
kelompokdari tercecer dan membentuk
kantong-kantong pemukimanorang Baduy yang
bertahan sampai sekarangini yakni
kampung-kampung Dangkayang terletak di luar Desa
Kanekes (Rangkuti, 1988 :l2).
Pendapat lain mengatakan bahwa orang Baduy berasal dari keturunan PrabuSiliwangi
dari Kerajaan Pajajaran, keturunandari
Prabu Pucukt46
Umum di
Banten, ataupun keturunanDalem
Le- gonodari
Sumedang. OrangBaduy sendiri
tidakpeduli
dengan semuateori itu. Menurut
mereka, Orang Baduy bersama Nabi Adam tunggal adalah orang yang pertamakalidiciptakan
sebagai pengisi dunia, dan mendiami pusatbumi. Diyakini
bahwa Desa Kanekes merupakan sumber dunia pertama yang awalnya hanya sebesarbiji
pedes (lada) danjuga
merupakanpancer
(pusat)bumi,
karena itu mereka menyebut bahwa tanahBaduy
adalahinti
jagad. Selain pusat dunia, tanah Baduy juga adalah tanah suci sehingga orang yang tinggal didalamnyaharus menjaga kesucian itu dengan
mematuhi buyut (larangan), dan menjalankan karuhun (ama- nat leluhur) yang telah menjadipikukuh (ketentuanmutlak) yang
harus dipegangteguh oleh
setiap orang Baduy. Buyut karuhunini
kemudian menjadi pedoman hidup dalam segala tindakan dan perila-ku masyarakat Baduy dalam memanfaatkan
alam
lingkungan dan menjalani kehidupan sosial
ekonomi
masyarakatnya. Ketentuan mutlak
dan
larangan itu
menjelma menjadi norma dan aturan
adat yang harus dipegang teguh oleh
semua ma-
syarakat.
C.
SosialEkonomi Masyarakat
Jumlah penduduk Baduy di wilayah
Desa Kanekes sampai denganbulan Juli 2002
adalah 7.658jiwa terd iri dari
1.924Kepala
Keluarga yang tersebardi 50
kampung.Laju
pertumbuhan pendudukmulai dari
awal pencatatantahun
1888 sampai dengan 2002 sebesarl,45yo.
Dengan luaswilayah 5.101,8 hektar
kepadatan penduduknyasekitar
150jiwa per
km2. Kepadatan pendudukini relatif lebih kecil jika dibandingkan
dengan kepadatan penduduk Jawa Barattahun
1990 yang telah mencapai764 jiwa
per km2(Mantra,
2000 :94). Mata pencaharian utamanya adalah berladang dengan sistem perladangan berpindah sistem bera.
Masyarakat
ini
tidak mengenal pendidikan formal, karena itu mereka tidak mengenal baca-tulishuruf latin. Upacara adat dan
keagamaan mewarnai kehidupan mereka,mulai dari
upacaradaur hi- dup sampai
dengan upacarayang
berhubungan dengan keagamaan dan pengakuan kekuasaan pe- merintah. Masyarakat Baduy mengenal dua sistem pemerintahanyaitu sistem nasional dan
sistem adat.Berdasarkan
perilaku dan sosial
budayanya, masyarakatBaduy dikelornpokkan kedalam
tigagolongan, yaitu Baduy-Dalam, Baduy-Luar
danBaduy-Muslim.
PendudukBaduy-Dalam
sampai dengan bulan Juli 2002 berjumlah 629 orangterdiridari 170 Kepala Keluarga. Populasi
penduduk Baduy-Dalam hanya sekitar 8,2o/o dari keseluruhan penduduk Baduy, dengan luaswilayah
mencapai 38,7o/o dari keseluruhan luas kawasan Baduy atausekitar 1.975 hektar. Kepadatan
penduduknyasekitar 32 jiwa per
km2. Masyarakat Baduy-Da-lam
menganggapbahwa lahan di wilayahnya
adalah tanah adat. Mereka hanyalah
bertindak sebagaipemilik
lahan garapan dan bukan sebagaipemilik
lahan.Pemilikan yang
pennanen adalah tanamannya,baik
tanaman semusim ataupun ta- naman keras. Salah satuciri
orang Baduy-Dalam adalah mengenakan baju dan ikat kepala berwarnaputih
dengankain
sarung selutut berwarna hitam.Perabotan rumah tangganya masih sangat sederhana.
Mereka dilarang memakai peralatan buatan pabrik.
Penduduk
Baduy-Luar
sampai denganbulan
Juli 2002 berjumlah 7 .029 orang dengan 1754 Kepala Keluarga Populasi penduduk Baduy- Luar mencapai9l,8yo dari
keseluruhan penduduk Baduy, denganluas wilayah hanya 6l,3yo dari
keseluruhanluas
kawasanBaduy atau sekitar 3.127
hektar.Kepadatan penduduknya sekitar 225
jiwa
per km2.Kepemilikan tanah bagi Orang Baduy-Luar sudah bersifat pennanen, yang disepakati bersama oleh semua warga. Pertambahan penduduk yang terus bertambah, berdampak
pada kepemilikan
lahanyang semakin menyempit. Sadar kalau
lahanhuma yang dimilikinya tidak mencukupi
lagi,banyak
masyarakatBaduy-Luar mulai
membeliatau menyewa tanah
kepadapenduduk di
luarBaduy.
Perubahanjuga terjadi pada
masa bera lahan, yang semula diberakan selamatujuh
tahun, sekarangini
hanya diberakanlima
tahun, bahkan ada yang hanyatiga
tahun. Penyesuaian lainnyayang dilakukan adalah banyak orang
Baduy-Luar
yang bermigrasike luar
daerah dan merekamenjadi warga
masyarakatluar, yang
kemudiandisebut
sebagaiBaduy-Muslim. Sampai
dengantahun 2002 ini telah
tercatat sebanyak725
Y\K warga Baduy yang bergabung menjadi masyarakat umum. Pakaian yang dikenakan orang Baduy-Luar berwarna hitam-hitam. Perabotan rumah tangganya sudahmulai maju
dibandingkan dengan Baduy- Dalam. Mereka sudah menggunakanpiring,
gelas,ember plastik, jerigen, kasur, petromaks,
dan perabotan lainnya buatan pabrik.Tolak ukur kemakmuran adalah
pendapatan perkapita, lapangan pekerjaan, pemerataan hasil,dan kualitas
kebiluhan
primer. Masyarakat Baduymemiliki
homogenilas dalamhal
pekerjaan, kua-litas kebutuhan primer, dan
pendapatan. Olehkarena itu pendekatan yang digunakan
untuk mengukur tingkat kemakmuran atau kesejahteraan adalah pendapatanperkapita
masyarakatnya de-ngan
membandingkantolak ukur
kesejahteraan berdasarkan Sayogyo. Berdasarkan sumber-sum-ber
pendapatan,besarnya
pendapatan rata-rataminimum keluarga masyarakat
Baduy-Dalam adalah Rp 7.270.000 per tahun, sedangkan masya- rakat Baduy-Luar Rp. 9.070.00 per tahun. Denganasumsi bahwa pendapatan rata-rata
minimum keluarga sama dengan pendapatan rata-ratamini-
mum keluarga Baduy, maka pendapatan perkapita masyarakatBaduy-Dalam sekitar Rp.
1.210.000per tahun. Sedangkan
pendapatan masyarakat Baduy-Luar sekitarRp.
1.510.000 per tahun. Ba-tas ambang kemiskinan di wilayah
penelitianadalah Rp. 800.000 perkapita per tahun. Nilai
pendapatan perkapita
di
Baduy-Dalam ataupun di Baduy-Luar lebih tinggijika
dibandingkan dengan batas ambang kemiskinan. Jika parameter tingkatkemiskinan ini digunakan untuk
menentukantingkat
kesejahteraaan, masyarakatyang
terletakdi
atas garis kemiskinan dapat dikatakan sebagai masyarakat yang sejahtera. Dengan menggunakan kriteria tersebut, dapat dikatakan bahwa masyarakatBaduy-Luar telah
merasahidup
sejahtera dalam suasana yang penuh kesederhanaan.D. Kearifan Masyarakat Baduy
Pemanfaatan lingkungan hutan yang arif akan menghasilkan suatu
keseimbangan alamyang memberikan nilai manfaat,
kedamaian, kesejahteraan,dan
ketenanganbagi
kehidupanpenduduknya. Sebaliknya bencana alam
akantimbul jika alam dimanfaatkan dengan
seram- pangan. Mereka yakinjika
pemanfaatan alam dan hutannya masih tetap berpegang pada aturan adat danpikukuh
karuhun (ketentuan nenek moyang ) yang mereka anut, tidak akan terjadi bencana alam seperti kekeringan, banjir, dan perubahan cuaca.Masyarakat Baduy percaya bahwa mereka ada-
lah orang yang
pertarnakali diciptakan
sebagaipengisi dunia dan bertempat tinggal di pusat
bumi.
Segala gerak laku
masyarakat Baduy harus
berpedoman kepada buy711 (larangan) yang
telah
dikukuhkan dalam bentuk pikukuh
karuhun.Seseorang
tidak
berhak dantidak
berkuasa untuk melanggar dan mengubah tatanan kehidupan yangtelah ada dan sudah berlaku turun temurun. Dalam kehidupannya,
puun
sebagaipimpinan
tertinggi adat Baduy adalah keturunan batara serta dianggapsebagai
penguasaagama sunda wiwitan
yang harusdituruti
segalaperintah
dan perkataannya.Wewenang
dan
kedudukanitu
sudah ditentukan oleh ka ru hu n dengan m ak s u d un tuk peny e I ama tkantaneuh titipan yang
merupakaninti jagad.
Jikataneuh
titipan ini
rusak, maka seluruh kehidupan masyarakatdi
duniaini
akan rusak pula.Pikukuh itu harus ditaati
masyarakat Baduy dan masyarakatluar yang
sedang berkunjung keBaduy. Ketentuan-ketentuan yang
membentuksuatu kearifan lokal masyarakat
diantaranya adalah:( I
)
Dilarang merubah jalan air, misalnya membuat kolam ikan, mengatur drainase, dan membuat irigasi.(2) Dilarang
mengubahbentuk
tanah, misalnya menggali tanah untuk membuat sumur, merata-kan
tanahuntuk
membuat permukiman, dan mencangkul tanah pertanian.(3) Dilarang masuk hutan larangan
(leuweungkolot) untuk
menebang pohon, membukala'
dang atau mengambil hasil hutan lainnya.
(4)
Dilarang menebang sembarangan jenis tanam- rtr, misalnya pohon buah-buahnya.(5)
Dilarang menggunakan teknologi kimia, misal-nya
menggunakanpupuk, obat
pemberantas hamapenyakit,
menggunakanminyak
tanah, mandi menggunakan sabun, menggosokgigi
menggunakan pasta, dan menuba ikan.(6) Dilarang memelihara binatang ternak
kaki empat, seperti kambing dan kerbau.(7) Berladang harus sesuai dengan
ketentuan adat.Orang Baduy juga
berpegangteguh
kepada pedoman hidupnya yang dikenal dengan dasa sila, yaitu(Djowisno,
1987) :(l) Moal megatkeun nyowa nu lian (tidak
mem-
bunuh orang lain)
(2) Moal mibanda pangaboga nu lian
(tidakmengambil barang orang lain)
(3) Moal linyok moal
bohong(tidak ingkar
dan tidak berbohong)(4)
Moal mirucaan kana inuman nu matak mabok (tidak mabuk-mabukan)(5)
Moal miduaati
ka nu sejen (tidak menduakan hati pada yanglain/poligami)
(6)
Moal barang dahar dina waktu nu ka kungkung kupeting
(tidak saur)(7) Moal
make kekemhanganjeung
seuseungitan (tidak memakai wangi-wangian).(8) Moal
ngageunah-gettnah geusansare
(tidak melelapkandiri
dalam tidur)(9) Moal
nyukakeunati ku
igel, gamelan, kawih,atawa tembang (tidak
menyenangkan hati dengan tarian, musik, atau nyanyian).(ry Moal make emas awata salaka (tidak memakai emas atau permata)
Dasar inilah yang melekat pada diri
orangBaduy, menyatu dalam
jiwa
dan menjelma dalam perbuatan, tidak pernah tergoyah dengan kemajuan zaman. Jikadilihat
kehidupan masyarakat Baduy,sulit untuk
dipertemukan dengan keadaan zamansekarang. Hubungan masyarakat dengan
alamlingkungan,
hubungan antara masyarakat denganmasyarakat, hubungan antara laki-laki
dengan perempuan,di atur
denganjelas dan
tegas dan dipahami oleh semua masyarakat Baduy.KESIMPULAN DAN SARAN
l. Kesimpulan
Masyarakat Baduy adalah kelompok masyara-
kat yang tinggal di Desa Kanekes,
KecamatanLeuwidamar, Kabupaten Lebak, Propinsi
Ban-ten. Jumlah penduduk Baduy sampai
denganJuli 2002 adalah 7.658 jiwa terdiri dari
1.924Kepala Keluarga yang
tersebardi 50
kampung.Laju
pertumbuhanpenduduknya l,45oA
dengan kepadatan penduduknya sekitar 150jiwa
per km2.Mata pencaharian utamanya adalah berladang ber- pindah dengan sistem masa bera.
Pendapatan perkapita masyarakat
Baduy- Dalam adalah Rp. I .210.000 per tahun, sedangkan masyarakat Baduy-LuarRp
1.510.000per
tahun.Berdasarkan
tolak ukur
kesejahteraan menurut Sayogyo, masyarakatBaduy
beradadiatas
garis kemiskinan, dan termasuk kedalam kelompok ma- syarakat sejahtera.Norma dan aturan adat masyarakat Baduy me-
rupakan
penjabarandari pikukuh karuhun
yangharus
dilaksanakanoleh
semua masyarakatnya, dan membentuk suatu kearifanlokal
masyarakat.Norma dan aturan itu mengatur semua
sendi kehidupanmulai dari
kehidupan bermasyarakat,148
beragama, dan hubungan dengan I ingkungan. Keten-
tuan mutlak yang harus dilakukan oleh
seluruh masyarakatBaduy
adalahtata
cara perladangan,perlakuan terhadap lingkungan hutannya,
dan pelaksanaanrukun-rukun
sundawiwitan. Hidup
sederhana, menabunghasil pertanian, dan rajin bekerja
adalahkunci
sukses masyarakat Baduy dalam menghadapi perubahan lingkungannya.2.
SaranUntuk
mendapatkajian
yangtelah
mendalam tentang kehidupan masyarakatBaduy dalam
hu- bungannya denganlingkungan, diperlukan
suatu penelitian lanjutan tentang analisis lingkunganfisik, sosial ekonomi,
budayadan ekologi
pemukiman masyarakat Baduy.DAFTAR PUSTAKA
Adimihardja, K.
1999.Potensi dan Peran
Serta MasyarakatLokal dalam
Upaya Konserva.siAlom. INRIK
UNPAD. Bandung.Djoewisno, MS.
1987. PotretKehidupan
Masya-rakat Baduy. Percetakan Setia
OffsetJakarta.
Garna, J. 1993. Masyarakat Baduy di
Bantendalam Masyarakat Terasing di
Indonesia.Koentjaraningrat.
DepsosRI, Dewan
Nasi-onal
Indonesiauntuk
Kesejahteraan Sosial, dan Gramedia,hal
120- I 52. Iakarta.Hafi ziano r, 2002. P en ge I o I a an Dukuh Di t inj au d a r
i
Perspektif Sosial Ekonomi
dan
Lingkungan.Studi
Kasus pada KecamatanKarang
IntanKabupaten Banjar Propinsi
Kalimantan Selatan. Thesis Pascasarjana Program StudiIlmu
Kehutanan. UniversitasGadjah
Mada Yogyakarta.Iskandar, J. 1992. Ekologi Perladangan Indonesia:
Studi Kasus dari Daerah Baduy
Banten Selatan, Jawa Barat. Djambatan. Jakarta.Mantra, IB. 2000. Demografi Umum.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.Nababan, A. 1995. Kearifan Trodisional
dan Pelestarian LingkunganHidup di
Indonesia.Jurnal Analisis CSIS : Kebudayaan, Kearifan
Tradisional, & Pelestarian
Lingkungan.Tahun
XXIV No.
8 tahun 1995.Rangkuti, N. 1988. Gelegak Tradisi Tua
Tanah Kanekes dalam Orang Baduy dariInti
Jagad.Bentara
Budaya, Harian
Kompas, Etnodata Prosindo, YayasanBudhi Dharma
Pradesa.Yogyakarta.