,
UNIVERSITAS UDAYANA
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI
MENGENAI
PREMENSTRUAL SYNDROME
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I PENEBEL
KABUPATEN TABANAN TAHUN 2016
DEWA AYU SANTI PURNAMASTITI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN
ii
,
UNIVERSITAS UDAYANA
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI
MENGENAI
PREMENSTRUAL SYNDROME
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I PENEBEL
KABUPATEN TABANAN TAHUN 2016
DEWA AYU SANTI PURNAMASTITI
1120025026
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN
iii
,
UNIVERSITAS UDAYANA
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI
MENGENAI
PREMENSTRUAL SYNDROME
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I PENEBEL
KABUPATEN TABANAN TAHUN 2016
Skripsi ini diajukan sebagai
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
DEWA AYU SANTI PURNAMASTITI
1120025026
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah dipresentasikan dan diujikan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Denpasar, 30 Juni 2016
Penguji I (Ketua)
Ni Luh Putu Suariyani, S.KM., MHlth&IntDev NIP. 19800113 200501 2 005
Penguji II (Anggota)
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa dihaadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Denpasar, 30 Juni 2016
Pembimbing
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Mahaesa) karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Mengenai
Premenstrual Syndrome di Wilayah Kerja Puskesmas I Penebel Kabupaten
Tabanan Tahun 2016” tepat pada waktunya.
Adapun dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. I Made Ady Wirawan, MPH, PhD, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
2. Ketut Hari Mulyawan, S.Kom., MPH., selaku Kepala Bagian Peminatan Kesehatan Ibu dan Anak Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
3. Desak Nyoman Widyanthini, S.ST.,M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing serta memberi masukan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Para dosen, staf dan pegawai Program Studi Kesehatan Masyarakat atas dukungan dan kerjasamanya.
5. Drs. I Ketut Widiarsa, selaku Kepala sekolah SMP Negeri 1 Penebel yang telah memberikan izin dalam melaksanakan penelitian.
vii
7. Orang tua Dewa Putu Gede dan Ni Kade Sri Kawiasih, I Kadek Agus Rahma Putra yang telah meluangkan waktu dalam membantu penelitian ini serta memberikan motivasi dan Ni Putu Tira Listianti yang selalu memberikan semangat.
8. Teman angkatan 2011 Gusti Ayu Resa Dyanti, Ida Ayu Ratna Philipin dan Rusiana Irvanti Milasari yang selalu memberikan saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.
9. Responden yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Demikian skripsi ini disusun, semoga dapat memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan atau semua pihak terutama dalam bidang kesehatan.
Denpasar, Juli 2016
viii
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA PEMINATAN KESEHATAN IBU DAN ANAK
Skripsi, Juni 2016
Dewa Ayu Santi Purnamastiti
ABSTRAK
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Mengenai Premenstrual Syndrome di Wilayah Kerja Puskesmas I Penebel Kabupaten Tabanan Tahun 2016
Premenstrual Syndrome (PMS) merupakan suatu kondisi medis umum terkait dengan siklus menstruasi dimana wanita menjadi lebih sensitif terhadap perasaan dan perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Premenstrual syndrome merupakan bagian dari masalah kesehatan reproduksi. Berdasarkan data penjaringan SMP Dinas Kesehatan Tahun 2015 mengenai masalah kesehatan reproduksi didapatkan bahwa Puskesmas I Penebel merupakan puskesmas yang memiliki masalah kesehatan reproduksi terbanyak se-Kabupaten Tabanan. Jumlah masalah kesehatan reproduksi berdasarkan data penjaringan kesehatan pada SMP yang dilaksanakan oleh Puskesmas I Penebel pada tahun 2015 tercatat 102 kasus. Masalah kesehatan reproduksi di SMP Negeri 1 Penebel sebanyak 37 kasus, 23 orang diantaranya merupakan siswi. Masalah kesehatan reproduksi yang terjadi di SMP Negeri 3 Penebel sebanyak 65 kasus, 33 orang diantaranya merupakan siswi. Siswi yang mengalami masalah kesehatan reproduksi dengan kriteria, siswi yang merasakan nyeri perut yang hebat pada saat menstruasi, siswi yang pernah mengalami keputihan dan siswi yang mengalami gatal-gatal di sekitar kemaluan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri mengenai premenstrual syndrome di Wilayah Kerja Puskesmas I Penebel Kabupaten Tabanan tahun 2016.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian adalah 100 siswi kelas VII dan VIII yang diambil secara simple random sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara deskriptif. Analisis bivariat menggunakan uji chi square untuk melihat perbedaan yang bermakna secara statistik.
Hasil penelitian didapatkan 68,0% memiliki pengetahuan cukup mengenai premenstrual syndrome dan 54,0% memiliki sikap positif mengenai premenstrual syndrome. Untuk itu, perlu bagi tenaga kesehatan meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi terutama bagi remaja putri melalui kegiatan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi khususnya menambahkan materi mengenai premenstrual syndrome, meningkatkan kegiatan konseling dan pemanfaatan program teman sebaya.
ix
SCHOOL OF PUBLIC HEALTH
MEDICAL FACULTY OF UDAYANA UNIVERSITY
MAINSTREAM OF MOTHER-CHILD AND REPRODUCTIVE HEALTH
Mini Thesis, June 2016 Dewa Ayu Santi Purnamastiti
ABSTRACT
The Study of Knowledge and Attitude of Adolescent Girls towards Premenstrual Syndrome in Puskesmas (Primary Health Care) I Penebel Territory Tabanan Region Year 2016
Premenstrual Syndrome (PMS) is a common symptoms linked to the menstrual cycle which can affect women to become more sensitive toward their emotions and physical changes. Premenstrual syndrome is a part of reproductive health problem. According to data of middle school selection by health departemant of tabanan regency in 2015 regarding reproductive health problem showed that Primary Health Care I Penebel had highest number of health reproductive problem in in Tabanan Regency. Data collected by Puskesmas (Primary Health Care) I Penebel in 2015 among middle school students showed that the number of reproductive health problem reached 102 cases. The number of reproductive health problem at Statet Middle School 1 Penebel was 37 cases, among those cases 23 cases occurred to adolescent girls. Whilst at State Middle School 3 Penebel found 65 cases, 33 cases were adolescent girls. adolescent girls had reproductive problem with criterias, adolescent girls with severe disminore, adolescent girls with flour albus, and adolescent girls with itchiness around vagina. The purpose of this study is to offer the overview of knowledge and attitude regarding premenstrual syndrome among adolescent girls in Puskesmas (Primary Health Care) I Penebel Territory Tabanan Region Year 2016.
This research is quantitative descriptive cross-sectional design. The samples of this study were 100 students grade VII and grade VIII who were chosen by simple random sampling. Data were collected by questionnaires and were analyzed descriptively. Bivariat analysis used chi square test to find the difference statistically.
The result of this study showed that 68,0% has moderate knowledge regarding premenstrual syndrome and 54,0% has positive attitude toward premenstrual syndrome. Therefore, it is important for health worker to increase reproductive health care especially to adolescent girls through reproductive health promoting by make this issue a topic to learn in school, increasing counselling activity, and increasing the benefit of adolescent program.
x
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.6Ruang Lingkup Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
xi
2.4.4Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap ... 18
2.4.5Cara Pengukuran Sikap ... 19
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 21
3.1Kerangka Konsep ... 21
3.2Variabel Penelitian ... 22
3.3Definisi Opersional ... 22
BAB IV METODE PENELITIAN ... 24
4.1Desain Penelitian ... 24
4.2Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data ... 24
4.2.1Lokasi Penelitian ... 24
4.2.2Waktu Pengumpulan Data ... 24
4.3Populasi dan Sampel ... 24
4.3.1Populasi ... 24
4.3.2Sampel ... 25
4.3.3Besar Sampel ... 25
4.3.4Teknik Pengambilan Sampel ... 26
4.4Pengumpulan Data ... 26
4.4.1Data ... 26
4.4.2Cara Pengumpulan Data ... 26
4.4.3Alat Pengumpulan Data ... 27
4.4.4Etika Penelitian ... 27
4.5Pengolahan dan Teknik Analisis Data ... 28
4.5.1Pengolahan Data ... 28
4.5.2Teknik Analisis Data ... 30
BAB V HASIL PENELITIAN ... 31
5.1Gambaran Lokasi Penelitian ... 31
5.2Gambaran Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 32
xii
5.4Gambaran Distribusi Sikap Berdasarkan Karakteristik Responden ... 35
BAB VI PEMBAHASAN ... 38
6.1Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Mengenai Premenstrual Syndrome ... 38
6.2Kelemahan Penelitian ... 45
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 46
7.1Simpulan ... 46
7.2Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 48
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian ... .22 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Siswi Menurut Karakteristik Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas I Penebel Kabupaten Tabanan...31 Tabel 5.2 Gambaran Pengetahuan Remaja Putri mengenai Premenstrual Syndrome
di Wilayah Kerja Puskesmas I Penebel Kabupaten Tabanan...32 Tabel 5.3 Distribusi Pengetahuan Remaja Putri mengenai Premenstrual Syndrome
Berdasarkan Indikator Pertanyaan di Wilayah Kerja Puskesmas I Penebel KabupatenTabanan...32 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri mengenai Premenstrual
Syndrome Berdasarkan Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas I Penebel Kabupaten Tabanan...33 Tabel 5.5 Gambaran Sikap Remaja Putri mengenai Premenstrual Syndrome di
Wilayah Kerja Puskesmas I Penebel Kabupaten Tabanan...34 Tabel 5.6 Sikap Remaja Putri mengenai Premenstrual Syndrome Berdasarkan
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian...36
Lampiran 2. Foto Penelitian...48
Lampiran 3. Analisis Data STATA 12...57
Lampiran 4. Jadwal Penelitian...59
xvi
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN
Daftar Lambang
% : persen < : lebih kecil > : lebih besar
≤ : lebih kecil sama dengan ≥ : lebih besar sama dengan
Daftar Singkatan
BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Depkes : Departemen Kesehatan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Remaja adalah aset sumber daya manusia yang merupakan penerus generasi bangsa di masa mendatang. Remaja adalah mereka yang berusia 10-20 tahun dan ditandai dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologis dan aspek fungsional. Menurut umur remaja dapat dibagi menjadi remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle adolescence (14-16 tahun) dan
remaja akhir/late adolescence (17-20 tahun) (Behrman, Kliegman & Jenson, 2004). Pertumbuhan remaja putri umumnya terjadi pada usia 10-11 tahun yang ditandai dengan beberapa perubahan yaitu perkembangan payudara dan menstruasi. Perkembangan payudara merupakan tanda awal dari pubertas dimana daerah puting susu dan sekitarnya mulai membesar. Pengeluaran sekret vagina terjadi pada usia 10-13 tahun, keringat ketiak mulai diproduksi pada usia 12-10-13 tahun, karena berkembangnya kelenjar apokrin yang juga menyebabkan keringat ketiak mempunyai bau yang khas (Suryani dan Widyasih, 2010).
2
Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi yaitu Premenstrual Syndrome (PMS) atau ketegangan pra menstruasi yang terjadi beberapa hari sebelum
menstruasi bahkan sampai menstruasi berlangsung. Hal ini terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron menjelang menstruasi. Gejala klinik dari Premenstrual Syndrome (PMS) antara lain gangguan emosional, gelisah, susah tidur, perut kembung, mual serta payudara tegang, sakit terkadang seperti tertekan (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh American College of Obstetricians and Gynecologist), sedikitnya 85% dari wanita menstruasi mengalami
minimal satu dari gejala PMS dan umumnya terjadi pada usia 14-50 tahun dengan gejala yang bervariasi dan berubah-ubah pada tiap wanita dari bulan ke bulan (Saryono, 2009). Hasil penelitian di Asia Pasifik menyatakan bahwa di Jepang wanita dewasa yang mengalami PMS sebanyak 34%. Di Hongkong kejadian PMS 17% pada wanita dewasa dan di Pakistan terdapat 13% kejadian PMS pada populasi wanita dewasa (Elvira, 2010).
3
premenstrual syndrome mengalami berbagai gangguan dalam lingkup belajar maupun
aktivitas sehari-hari. Menurut Prawiroharjo (2005) premenstrual syndrome membuat wanita tidak dapat beraktivitas secara normal dan memerlukan pengobatan. Keadaan tersebut menyebabkan menurunnya kualitas hidup wanita, sebagai contoh siswi yang mengalami premenstrual syndrome tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar dan motivasi belajar menurun karena nyeri yang dirasakan.
Premenstrual syndrome merupakan bagian dari masalah kesehatan reproduksi.
Berdasarkan data penjaringan SMP Dinas Kesehatan Tahun 2015 mengenai masalah kesehatan reproduksi didapatkan bahwa Puskesmas I Penebel merupakan puskesmas yang memiliki masalah kesehatan reproduksi terbanyak se-Kabupaten Tabanan. Jumlah masalah kesehatan reproduksi berdasarkan data penjaringan kesehatan pada SMP yang dilaksanakan oleh Puskesmas I Penebel pada tahun 2015 tercatat 102 kasus. Masalah kesehatan reproduksi di SMP Negeri 1 Penebel sebanyak 37 kasus, diantara 37 kasus 23 orang diantaranya merupakan siswi. Masalah kesehatan reproduksi yang terjadi di SMP Negeri 3 Penebel sebanyak 65 kasus, 33 orang diantaranya merupakan siswi. Siswi yang mengalami masalah kesehatan reproduksi dengan kriteria, siswi yang merasakan nyeri perut yang hebat pada saat menstruasi, siswi yang pernah mengalami keputihan dan siswi yang mengalami gatal-gatal di sekitar kemaluan (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan, 2015).
diakibatkan nyeri yang dialami. Penatalaksanaan yang biasa dilakukan di UKS yaitu dengan mengoleskan balsam dan memberikan air minum hangat.
1.2Rumusan Masalah
Premenstrual syndrome sering dianggap gejala yang wajar terjadi bagi wanita
sebelum mendapat menstruasi sehingga sering tidak ada tindakan khusus untuk mencegah gejala tersebut. Berdasarkan data penjaringan SMP Dinas Kesehatan Tahun 2015 mengenai masalah kesehatan reproduksi didapatkan bahwa Puskesmas I Penebel merupakan puskesmas yang memiliki jumlah siswa yang memiliki masalah kesehatan reproduksi terbanyak se-Kabupaten Tabanan. Jumlah masalah kesehatan reproduksi berdasarkan data penjaringan kesehatan pada SMP yang dilaksanakan oleh Puskesmas I Penebel pada tahun 2015 tercatat 102 kasus. Masalah kesehatan reproduksi di SMP Negeri 1 Penebel sebanyak 37 kasus, diantara 37 kasus 23 orang diantaranya merupakan siswi. Masalah kesehatan reproduksi yang terjadi di SMP Negeri 3 Penebel sebanyak 65 kasus, 33 orang diantaranya merupakan siswi. Jumlah masalah kesehatan reproduksi yang tinggi disebabkan kurangnya pengetahuan remaja putri mengenai kesehatan reproduksi khususnya premenstrual syndrome. Pengetahuan yang kurang akan mempengaruhi sikap remaja putri terhadap menstruasi berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai GambaranPengetahuan dan Sikap Remaja Putri mengenai Premenstrual Syndrome di Wilayah Kerja Puskesmas I Penebel Kabupaten Tabanan Tahun 2016.
5
1.3Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah pengetahuan remaja putri mengenai premenstrual syndrome di Wilayah Kerja Puskesmas I Penebel Kabupaten Tabanan Tahun 2016?
2. Bagaimanakah sikap remaja putri mengenai premenstrual syndrome di Wilayah Kerja Puskesmas I Penebel Kabupaten Tabanan Tahun 2016?
1.4Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri mengenai premenstrual syndrome di Wilayah Kerja Puskesmas I Penebel Kabupaten Tabanan Tahun 2016.
1.4.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengetahuan remaja putri mengenai premestrual syndrome di Wilayah Kerja Puskesmas I Penebel Kabupaten Tabanan Tahun 2016.
2. Sikap remaja putri mengenai premenstrual syndrome di Wilayah Kerja Puskesmas I Penebel Kabupaten Tabanan Tahun 2016.
1.5Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat teoritis
1.5.2 Manfaat praktis
Memberikan informasi kepada semua pihak tentang gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri mengenai premenstrual syndrome di Wilayah Kerja Puskesmas I Penebel Kabupaten Tabanan Tahun 2016. Manfaat penelitian ini dari aspek kesehatan masyarakat, dapat dilakukan upaya untuk mencegah gejala-gejala premenstual syndrome, sehingga terhindar dari pengaruh-pengaruh dari gejala premenstrual
syndrome.
1.6Ruang Lingkup Penelitian
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Remaja
Menurut Sarwono (2012) masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis dan moral. Menurut Depkes RI (2007) pada masa remaja terjadi proses awal kematangan organ reproduksi yang disebut masa pubertas. Pertumbuhan dan perkembangan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif yang ditandai dengan peningkatan dalam ukuran fisik dan dapat diukur (Kusmiran, 2011). Perkembangan pada hakikatnya adalah usaha penyesuain diri secara aktif dalam mengatasi stres dan mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah. Penyesuaian diri pada remaja terdiri dari tiga tahap perkembangan remaja yaitu remaja awal (early adolescent), remaja madya (middle adolesent) dan remaja akhir (late adolescent) (Sarwono, 2011).
8
2.1.1 Perubahan Remaja
Masa remaja berhubungan dengan suatu fenomena fisik yang berhubungan dengan pubertas. Pubertas adalah suatu bagian yang penting dari masa remaja di mana yang lebih ditekankan adalah proses yang mengarah kepada kemampuan bereproduksi (Pardede, 2002).
Pada masa ini seseorang mengalami perubahan ciri seks sekunder. Ciri seks sekunder pada perempuan:
1. Rambut
Rambut kemaluan pada wanita tumbuh setelah pinggul dan payudara mulai berkembang, bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah tumbuh lurus dan berwarna terang, kemudian tumbuh menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting.
2. Pinggul
Pinggul mulai tampak membesar dan membulat. Perubahan ini akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit.
3. Payudara
Payudara membesar seiring dengan membesarnya pinggul dan puting susu menonjol. Perkembangan ini terjadi karena semakin membesarnya kelenjar susu. 4. Kulit
Kulit wanita akan lebih lembut pada masa pubertas. 5. Kelenjar Lemak dan Kelenjar Keringat
9
6. Otot
Otot semakin kuat dan membesar menjelang akhir masa pubertas, akibatnya akan membentuk bahu lengan dan tungkai kaki.
7. Suara
Suara berubah semakin merdu.
Selain tampak ciri sekunder, organ kelamin pada remaja juga mengalami perubahan ke arah pematangan. Organ kelamin pada wanita, kedua indung telur (ovarium) akan menghasilakan sel telur (ovum). Perempuan pada masa ini akan mengalami ovulasi dan menstruasi (Tukan, 1993).
Menurut Arma (2007) selain mengalami perkembangan fisik, remaja akan mengalami perkembangan psikososial, karena kesadaran akan bentuk fisik yang berubah bukan seperti anak-anak lagi akan menjadikan remaja sadar meninggalkan tingkah laku anak-anak dan mengikuti norma serta aturan yang berlaku.
Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah : 1. Perubahan Emosi
Perubahan tersebut berupa kondisi:
a. Sensitif atau peka, misalnya kondisi mudah menangis, cemas, frustasi dan sebaliknya dapat tertawa tanpa alasan yang jelas. Perubahan ini sering terjadi pada remaja putri sebelum menstruasi.
b. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang mempengaruhinya. Reaksi ini sering menyebabkan perkelahian, suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.
2. Perkembangan Intelegensi
Perkembangan ini menyebabkan remaja cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan kritik dan cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba (Marmi, 2014).
2.1.2 Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik (pada waktu-waktu tertentu) dan siklik (secara berulang-ulang) dari uterus seorang wanita yang disertai deskuamasi, yaitu proses peluruhan lapisan endometrium uteri (Hendrik, H, 2006).
Darah haid yang banyak mengandung campuran dari hasil penumpukan sisa-sisa deskuamasi lapisan endometrium uteri, bekuan darah, cairan dan lendir, serta beberapa bakteri dan mikroorganisme (yang kemungkinan telah berubah sifatnya menjadi patogen potensial), akan tampak berwarna merah kehitaman atau hitam. Lamanya perdarahan biasanya 3-5 hari, tetapi ada juga yang mengalami perdarahan selama 1-2 hari yang dikuti dengan terjadinya perdarahan kembali sedikit demi sedikit. Pada beberapa kejadian perdarahan terjadi sampai 7-8 hari, tetapi pada setiap perempuan lama perdarahan menetap (Hendrik, H, 2016).
Menstruasi biasanya didahului dengan terjadinya leukorrhea (keputihan), yang ditunjukkan dengan pengeluaran cairan (lendir) dari vagina, agak encer, berwarna putih kekuningan, bening atau jernih dan tidak berbau.
11
darah atau jaringan tubuh) yang aktif mengikuti terjadinya aglutinasi yang terjadi sebelumnya.
Panjang siklus menstruasi atau waktu yang diperlukan tubuh untuk menjalani satu siklus menstruasi dalam satu bulan normal adalah 28 hari. Panjang siklus menstruasi seorang perempuan sangat dipengaruhi oleh usianya.
1. Gadis yang berusia 12 tahun rata-rata berkisar 25,1 hari. 2. Wanita yang berusia 43 tahun rata-rata berkisar 27,1 hari. 3. Wanita yang berusia 55 tahun rata-rata berkisar 51,9 hari. 4. Wanita pada masa reproduksi rata-rata berkisar 25-32 hari.
5. Wanita yang mengalami proses ovulasi kira-kira 97% panjang siklus menstruasi berkisar 18-42 hari. Panjang siklus menstruasi kurang dari 18 hari atau lebih dari 42 hari dan tidak teratur, biasanya terjadi siklus menstruasi yang tidak mengalami proses ovulasi (Anovulatoric Cycle).
Menarche atau terjadinya haid pertama kali pada seorang wanita sangat
bervariasi , yaitu antara 10-16 tahun, tetapi rata-rata terjadi pada usia 12,5 tahun. Usia menarche dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi, kesehatan umum yang
membaik dan berkurangnya penyakit menahun pada seorang wanita. Masa menarche dilanjutkan dengan masa reproduksi selama kira-kira 30-40 tahun kemudian. Berakhirnya masa reproduksi disebut masa menopause. Masa menopause didahului dengan masa klimakterium (Hendrik, H, 2006).
2.2Premenstual Syndrome 2.2.1 Pengertian
Premenstrual syndrome (PMS) adalah sekelompok gejala dalam fase luteal
dari siklus haid (Rayburn, 2001). Nama lain dari PMS adalah premenstrual tension yang merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita (Wijaya, 2008). Sindrom premenstruasi adalah kumpulan gejala yang timbul saat menjelang haid yang menyebabkan gangguan pada pekerjaan dan gaya hidup seseorang (Agustina, 2010).
Premenstrual syndrome adalah sekumpulan keluhan fisik, emosional dan
perilaku yang terjadi pada wanita reproduksi, yang muncul secara siklik dalam rentang waktu 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang setelah darah haid keluar yang terjadi pada suatu tingkatan yang mampu mempengaruhi gaya hidup dan aktivitas (Suparman, 2011). PMS adalah keluhan-keluhan yang dirasakan seperti: rasa cemas, depresi, suasana hati yang tidak stabil, kelelahan, pertambahan berat badan, rasa malas, sakit pada payudara, kejang dan nyeri punggung yang dapat timbul sekitar 7-10 hari sebelum datangnya haid dan memuncak pada saat haid (Bardosono, 2006).
2.2.2 Faktor Risiko
Menurut Hapsari (2009) PMS terjadi pada wanita yang peka akan perubahan hormonal dalam siklus haid. Selain perubahan hormonal, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya premenstrual syndrome :
1. Wanita yang pernah melahirkan, premenstrual syndrome semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama pada wanita yang pernah mengalami komplikasi pada saat kehamilan.
13
3. Usia, pertambahan usia akan mengakibatkan gejala PMS akan sering terjadi dan mengganggu aktivitas.
4. Stressor, faktor yang dapat menimbulkan stres akan memperberat gangguan PMS. 5. Kekurangan zat gizi.
6. Kebiasaan merokok dan minum-minuman beralkohol dapat memperberat gangguan PMS.
7. Kegiatan fisik yang berat dan kurang olahraga memperberat gejala PMS.
2.2.3 Penanganan
Penanganan yang dilakukan tergantung dari gejala yang timbul dan dirasakan. 1. Beberapa orang bisa mengobati sendiri dengan melakukan olahraga teratur serta
memodifikasi makanan dengan mengurangi lemak.
2. Terapi obat khusus yang bisa digunakan yaitu obat penghilang nyeri, anti depresan atau menggunakan pil KB yang mengandung drospirenon (BKKBN, 2010). 3. Progesteron sintetik dalam dosis kecil dapat diberikan selama 8 sampai 10 hari
sebelum haid untuk mengimbangi relatif dari estrogen.
4. Pemberian testosteron dalam bentuk methiltestosteron mg sebagian tablet hisap dapat pula diberikan untuk mengurangi kelebihan estrogen (Wiknjosastro, 2006).
2.2.4 Pencegahan
Menurut Saryono, dkk (2009) pencegahan PMS dapat dilakukan dengan cara: 1. Modifikasi gaya hidup
2. Pola diet
Penurunan asupan gula, garam, karbohidrat (nasi, kentang, roti) dapat mencegah edema (bengkak), serta mengurangi konsumsi kafein (kopi), teh, alkohol dan soda dapat menurunkan ketegangan, kecemasan dan insomnia (susah tidur).
3. Olahraga
Olahraga seperti berenang, berjalan kaki dan sebagainya dapat meringankan rasa tidak nyaman.
Penelitian pada tahun 1994 dengan melibatkan 874 wanita di Virginia menggambarkan wanita yang berusia antara 35-44 tahun lebih jarang mengalami PMS jika dibandingkan dengan wanita yang lebih muda (Deuster, 1999).
Usia menarche merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan PMS, penelitian yang dilakukan oleh Aminah, dkk (2011) siswi dengan usia menarche cepat (<12 tahun) berisiko 2,3 kali lebih besar untuk menderita PMS dibandingkan dengan siswi yang mengalami menarche lebih lambat.
2.3Pengetahuan 2.3.1 Definisi
15
2.3.2 Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) ada enam tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif, yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu konsep atau materi yang dipelajari sebelumnya. Pengetahuan pada tingkatan ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh materi yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tingkatan ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah memahai materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesa (Syntesis)
Sintesis diartikan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
Penelitian yang dilakukan di Program Studi S1 Psikologi Fakutas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta sebagian besar tingkat pengetahuan responden mengenai premenstrual syndrome berada dalam kategori cukup yaitu sebesar 59 orang (60,20%). Hal ini terjadi karena responden tidak pernah mendapatkan pengetahuan tentang premenstrual syndrome secara formal. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 16 orang (16,33%) (Irawan, 2010). Penelitian yang dilakukan Yuliana (2014) dengan responden siswi kelas VII tentang Premenstrual Syndrome di MTs Negeri 1 Sumberlawang Sragen, didapatkan responden yang
17
2.4Sikap 2.4.1 Definisi
Menurut Notoatmodjo dalam Wawan, dkk (2011) sikap adalah suatu reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek. Menurut Purwanto dalam Wawan, dkk (2011) sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak sesuai obyek yang dihadapi.
2.4.2 Sifat Sikap
Menurut Purwanto dalam Wawan, dkk (2011) sikap dapat bersifat positif dan bersifat negatif:
1. Sifat positif kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi dan mengharapkan obyek tertentu.
2. Sifat negatif terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, serta tidak menyukai obyek tertentu.
2.4.3 Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo dalam Wawan, dkk (2011) sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan (obyek). Misalnya, sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.
2. Merespon (Responding)
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atau segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko adalah tingkatan sikap yang paling tinggi.
2.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Wawan, dkk (2011) antara lain:
1. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu cendrung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Hal ini dilakukan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
3. Pengaruh kebudayaan
19
4. Media massa
Dalam pemberitaan baik media cetak maupun media elektronik, berita yang seharusnya disampaikan faktual, cendrung dipengaruhi oleh sikap penulis, sehingga akan berakibat terhadap sikap pembaca.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Ajaran moral yang didapat dari lembaga pendidikan maupun lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan, sehingga konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6. Faktor emosional
Suatu sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
2.4.5 Cara Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dilakukan dengan menanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Walgito, 2003).
Menurut Hadi dalam Wawan, dkk (2011) ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran sikap yaitu:
1. Keadaan obyek yang diukur. 2. Situasi pengukuran.
3. Alat ukur yang digunakan. 4. Penyelenggaraan pengukuran.
Penelitian yang dilakukan Yuliana (2014) mengenai sikap remaja putri kelas VIII di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen dalam menghadapi premenstrual syndrome dikategorikan baik sebanyak 24 siswi (22,9%), cukup sebanyak 55 siswi
(52,4%) dan kurang sebanyak 26 siswi (24,7%). Sikap dipengaruhi oleh kurangnya pengalaman, pengaruh orang lain yang di anggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan faktor emosional. Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 5 Surakarta, bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan kesehatan terhadap sikap mengahadapi premenstrual syndrome, sebanyak 102 responden (53,13%) yang menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri di SMA Negeri 5 Surakarta mempunyai sikap yang positif dalam menghadapi premenstrual syndrome. Sikap positif pada remaja putri disebabkan karena mereka