• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA BULUTANGKIS DAN SEPAKBOLA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA BULUTANGKIS DAN SEPAKBOLA."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANTARA SISWA

YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA

BULUTANGKIS DAN SEPAKBOLA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi

Oleh:

ALBI RIODI

0703906

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

(2)

PERBEDAAN KETERAMPILAN

SOSIAL ANTARA SISWA YANG

MENGIKUTI

EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA

BULUTANGKIS DAN SEPAKBOLA

Oleh Albi Riodi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Albi Riodi 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

NAMA : ALBI RIODI NIM : 0703906

JUDUL : PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANTARASISWA

YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA BULUTANGKIS DAN SEPAKBOLA

Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I

Drs. Sucipto, M.Kes. AIFO

NIP.196106121987031002

Pembimbing II

Didin Budiman, M.Pd

NIP.197409072001121001

Mengetahui Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Drs. Mudjihartono, M.Pd

(4)

Albi Riodi, 2014

Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Bulutangkis Dan Sepakbola

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA-KATA MUTIARA... ii

PERNYATAAN... iii

ABSTRAK ...iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ...vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A.LatarBelakangMasalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C.RumusanMasalah ... 7

D.Tujuan Penelitian ... 8

E. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS A.Kajian Pustaka ... 9

1. Pengertian Keterampilan sosial ... 9

a. Bentuk Keterampilan sosial ... 10

b. Ciri-ciri Keterampilan Sosial ... 21

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Sosial ... 22

3. Pengukuran Keterampilan ... 24

4. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar (SD) ... 25

5. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 29

6. Olahraga Perminan ... 32

a. Olahraga Permainan Bulutangkis ... 32

b. Olahraga Permainan Sepak bola ... 34

7. Keterampilan Sosial Siswa yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Bulutangkis dan Sepak Bola di SDN Sukamanah Indrmayu ... 36

B. Kerangka Pemikiran ... 39

(5)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi,Populasi, dan sampel ... 42

B. Desain Penelitian dan Lngkah-langkah Penelitian ... 43

C. Metode Penelitian ... 45

D. Teknik Pengambilan Data ... 46

E. Operasional Variabel ... 46

F. Skala Penilaian Keterampilan Sosial ... 50

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 51

H. Prosedur Pengolahan Data ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 62

1. Data tes pengisian angket siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis dan sepakbola ... 62

2. Uji Normalitas ... ... 63

3. Uji Homogenitas ... 64

4. Uji Beda ... 65

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 69

(6)

Albi Riodi, 2014

Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Bulutangkis Dan Sepakbola

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Alat Pengumpul Data B. Perhitungan

C. SK.Judul Skripsi dan Penunjukan Dosen Pembimbing Skripsi D. Surat Izin Penelitian

E. Surat Keterangan Selesai Penelitian F. Dokumentasi Penelitian

(7)

DAFTAR GAMBAR

(8)

Albi Riodi, 2014

Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Bulutangkis Dan Sepakbola

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sifat Sosial-Psikologi Usia 6-9 Tahun dan Usia 10-12 Tahun ... 28

Tabel 3.1 Kisi-kisi Tentang Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa yang mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Bulutangkis dan Sepakbola .. 48

Tabel 3.2 Skala Likert ... 51

Tabel 3.3 Hasil uji validitas instrument keterampilan sosial ... 53

Tabel 4.1 Data pengisian angket siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis dan sepakbola... 62

Tabel 4.2 Hasil pengujian normalitas ... 63

Tabel 4.3 Hasil pengujian homogenitas ... 64

(9)

Albi Riodi (0703906). Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Bulutangkis dan Sepakbola.

Pembimbing : 1. Drs. Sucipto, M.kes. AIFO 2. Didin Budiman, M.Pd

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik perbedaan keterampilan sosial antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga bulutangkis dan sepakbola di SDN Sukamanah Indramayu. Penelitian dilaksanakan menggunakan metode deskriptif ex-postfacto. Proses penelitian yang dikembangkan pada penelitian ini merupakan pengembangan penelitian kuantitatif.Populasi dalam penelitan ini yaitu siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga bulutangkis dan sepakbola sebanyak 20 orang. Sampel diperoleh melalui teknik sampling jenuh. Instrumen penelitian ini adalah koesioner mengenai keterampilan sosial siswa. Teknik pengolahan dan analisis data menggunakan teknik persentase analitik teknik survey terhadap 40 orang siswa terdiri atas 20 orang siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis dan 20 orang siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola. Instrumen penelitian menggunakan angket keterampilan sosial dan dianalisis menggunakan uji t perbedaan dua rata-rata. Dari daftar distribusi t taraf nyata 0.05 dengan derajat kebebasan (dk) = 38 didapat t hitung (2.104) berada diantara t table (2.021) maka hipotesisnya (H1) diterima. Kesimpulanya adalah

dimana siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola lebih tinggi dibandingkan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis. Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah di kemukakan, maka ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut, Bagi para pendidik sebaiknya lebih tegas dalam menerapkan aturan dalam kegiatan ekrstrakurikuler terutama dari sisi waktu, Sekolah lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk turut dalam kegiatan ekstrakurikuler yaitu dengan menyediakan fasilitas ekstrakurikuler untuk latihan, untuk siswa terus terlibat dalam kegiatan dan berpartisipasi aktif agar memperoleh peningkatan pada keterampilan sosial secara lebih signifikan.

(10)

2

Albi Riodi, 2014

Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Bulutangkis Dan Sepakbola

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Albi Riodi (0703906). Social Skills Differentiation Among Extracurricular Badminton Sports and Football Members

Pembimbing : 1. Drs. Sucipto, M.kes. AIFO 2. Didin Budiman, M.Pd

This is study aimed to test empirically the differences between the social skills of students who take extracurricular sport of badminton and football on SDN Sukamanah Indramayu. The experiment was conducted using a descriptive method ex-post facto. The developed research in this research is a quantitative research. Population in this research are students who take the sport of badminton and football as many as 20 people. Samples were obtained through saturation sampling technique or total sampling. This research instrument is Questionaires about the social skills of students. Processing techniques and data analysis using analytical techniques percentage survey of 40 students, comparised of 20 students who take extracurricular badminton and 20 students who take football as extracurricular. Instrument of social skills research using questionnaires and analyzed using t-test to find out the difference between two average. From t list real level distribution with degrees of freedom 12:05 (df) = 38 obtained t (2.104) was among the t table (2,021), the hypothesis (H1) is accepted. The conclusions is students social skill who take football extracurricular higher than students who take extracurricular badminton. Based on the research results and conclusions that have been put forward, there is some suggestion that the author wanted to convey with regard to this study are as follows, For educators should be more assertive in applying the rules in ekrstrakurikuler activities especially in terms of time, the School is providing an opportunity for students to participate in extracurricular activities by providing extra facilities for exercise, students continue to engage in activities and participate actively in order to obtain an increase in social skills are more significant.

(11)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan suatu proses interaksi belajar mengajar melalui pengembangan aspek jasmani menuju tercapainya tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani merupakan alat pendidikan, karena selain efektif untuk menyebarkan dan mengembangkan cabang olahraga, kegiatan ini juga merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari sebagian pendidikan di sekolah. Dalam dunia pendidikan, mata pelajaran pendidikan jasmani mempunyai kedudukan yang sama dengan mata pelajaran lainnya. Dalam hal ini, pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan yang memiliki tugas unik yaitu menggunakan gerak sebagai media untuk pembelajaran siswa.

Berkaitan pengertian pendidikan jasmani dilihat dari padangan holistik dikemukakan oleh Jawatan (1960) yang dikutip Suherman (2000: 3) bahwa:

”Pendidikan jasmani diartikan sebagai pendidikan yang mengaktualisasikan

potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan, dan karya yang diberi bentuk, isi dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai dengan cita-cita

kemanusian.” Sedangkan Mahendra (2008: 15) menjelaskan bahwa: “Pendidikan

jasmani pada hakekatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional.”

(12)

Albi Riodi, 2014

Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Bulutangkis Dan Sepakbola

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

Pembelajaran di sekolah merupakan suatu interaksi pendidikan melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan yakni kegiatan belajar siswa dan kegiatan mengajar guru dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan berdasarkan kurikulum pendidikan nasional. Pembelajaran pendidikan jasmani merupakan suatu proses interaksi belajar mengajar melalui pengembangan aspek jasmani menuju tercapainya tujuan pendidikan. Tujuan yang dimaksud adalah untuk memberdayakan siswa untuk mencapai kedewasaannya dan mengalami perubahan perilaku secara positif. Pendidikan jasmani sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah memiliki peran yang relatif besar terhadap perkembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Mengenai hal ini Lutan (2000: 15) menjelaskan bahwa:

“Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani. Tujuan

yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, mencakup domain psikomotor, kognitif,

dan afektif.” Dari penjelasan tersebut dapat digambarkan bahwa pendidikan

jasmani merupakan pendidikan yang mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan kemampuan gerak menuju kebulatan pribadi yang seutuhnya.

Aktivitas atau kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani yang terjadi di sekolah merupakan kegiatan pendidikan yang dapat dibedakan menjadi kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. Kegiatan tersebut diselenggarakan sedemikian rupa mengacu pada kebijakan-kebijakan institusi dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan baik nasional, institusional maupun instruksional. Ekstrakurikuler merupakan satu bagian yang tidak terlepas dari tujuan institusional sekolah yang tidak kalah penting untuk dikembangkan secara baik guna membina perkembangan mental siswa di samping sebagai sarana mengembangkan minat dan prestasi siswa. Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh tiap sekolah berbeda-beda. Hal ini didasarkan pada ketersediaan fasilitas, tujuan kegiatan pembelajaran serta minat dan bakat siswa. Mulyasa (2008: 25) menjelaskan bahwa:

(13)

3

peserta didik, bahkan dala kegiatan ekstrakurikuler inilah peserta didik mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya atau bakat-bakatnya yang terpendam

Adapun kegiatan ekstrakulikuler olahraga di SD Negeri Sukamanah – Indramayu relatif beragam diantaranya; bulutangkis dan sepak bola. Sedangkan kegiatan di luar olahraga dan organisasi diantaranya pengajian siswa, kegiatan-kegiatan kesenian, dan keterampilan.

Kegiatan ektrakurikuler olahraga yang ada, peneliti memilih kegiatan ekstarakurikuler olahraga bulutangkis dan sepak bola. kegiatan ekstarakurikuler olahraga permainan bulutangkis dipilih, karena olahraga ini pada dasarnya merupakan olahraga rakyat dan telah dikenal di tanah air sejak lama. Selain itu juga bulutangkis menjadi salah satu olahraga primadona yang dapat mendulang medali setiap even internasional, baik di Sea Games, Asian Games bahkan Olympiade. Sedangkan kegiatan ekstarakurikuler olahraga permainan sepak bola dipilih karena kegiatannya tidak cukup pada kegiatan yang sifatnya intrakurikuler, melainkan yang banyak membantu dan mendorongnya dalam meningkatkan pembelajaran tersebut adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler. Hal demikian merupakan salah satu sarana bagi pihak lembaga yang berkompeten pada bidang pendidikan, guru harus memfasilitasi kegiatan tersebut guna mengembangkan minat dan potensi atau kemampuan yang dimiliki siswa di bidang olahraga khususnya olahraga bulutangkis dan sepak bola.

Bulutangkis merupakan jenis olahraga permainan bola kecil yang menggunakan raket dan bola (shuttle cock) sebagai alat permainannya. Lapangan permainann berbentuk segi empat dan dibatasi oleh net atau jaring yang berfungsi untuk memisahkan daerah permainan lawan yang saling berhadapan. Tujuan permainan bulutangkis adalah berusaha untuk menjatuhkan shuttle cock di daerah permaian lawan dan menjaga agar tidak jatuh di lapangan sendiri, seperti yang dikemukakan Subardjah (2000: 13) bahwa:

(14)

Albi Riodi, 2014

Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Bulutangkis Dan Sepakbola

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

permainan berlangsung, masing-masing harus berusaha agar kok tidak menyentuh lantai di daerah permainan sendiri apabila kok jatuh dilantai atau menyangkut di net maka permainan terhenti.

Dari penjelasan di atas, maka dalam permainan bulutangkis pemain harus berusaha secepat mungkin mengembalikan shuttle cock ke daerah lapangan permainan lawan dan menyulitkan lawan untuk mengembalikan shuttle cock. Kekhasan permainan bulutangkis adalah pada objek permainan yang digunakan berupa shuttle cock yang dipukul bolak-balik (rally) menggunakan raket tanpa menyentuh lantai lapangan. Angka diperoleh seorang pemain jika shuttle cock

yang dipukulnya melewati net dan jatuh pada daerah lapangan lawan atau lawan tidak dapat mengembalikan shuttle cock dengan sempurna.

Sedangkan sepak bola merupakan olahraga permainan yang dimainkan oleh dua tim, masing-masing anggota tim beranggotakan sebelas orang termasuk diantaranya penjaga gawang. Tujuan dari permainan sepak bola adalah mencetak gol sebanyak mungkin ke gawang lawan dan mempertahankan gawang agar tidak kemasukan. Mengenai hal ini Sucipto, dkk. (1999: 7) menjelaskan bahwa:

Tujuan permainan sepak bola adalah pemain memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawannya dan berusaha menjaga gawangnya sendiri, agar tidak kemasukan. Suatu regu dinyatakan menang apabila regu tersebut dapat memasukkan bola terbanyak ke gawang lawannya, dan apabila sama, maka permainan dinyatakan seri atau draw.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka tujuan permainan sepak bola adalah memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak-banyaknya melalui penggunaan teknik dan penerapan strategi serta menjaga gawang sendiri agar tidak kemasukan bola oleh lawan. Oleh karena itu, tujuan permainan sepak bola dalam pertandingan adalah membuat gol sebanyak-banyaknya kegawang lawan dan melakukan pencegahan agar jangan terjadi gol pada gawang sendiri.

(15)

5

olahraga dan kesehatan, juga memberikan peluang bagi siswa untuk berprestasi. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler bulutangkis dan sepak bola berperan membina dan mengembangkan aspek-aspek sosial seperti: kerjasama, disiplin, keberanian, rasa percaya diri, tanggung jawab, sportivitas, fair play, dan lain-lain. Oleh karena itu, kegiatan ini merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pendidikan di sekolah.

Pada dasarnya anak belum terpengaruh perilaku dari orang lain, sehingga perilaku sosial anak sangat erat kaitannya dengan keadaan lingkungannya. Perilaku sosial anak dapat dipengaruhi banyak faktor, baik faktor internal yaitu potensi yang memang sudah dibawanya sejak lahir maupun faktor eksternal yang berasal dari pengalaman atau lingkungan, seperti; lingkungan keluarga, teman sebaya, sekolah maupun masyarakat umum. Jadi, kemampuan berperilaku anak merupakan perilaku yang mengacu kepada sistem sosial yang berlaku. Oleh karena itu, keterampilan sosial anak untuk bertindak terhadap objek sosial dalam proses pembentukan keterampilan sosial perlu adanya sosialisasi di antara kelompok sosialnya.

Keterampilan sosial siswa merupakan cara siswa dalam melakukan interaksi, baik dalam hal bertingkah laku maupun dalam hal berkomunikasi denga orang lain. Kebanyakan siswa merasa kesulitan dalam berinteraksi dengan teman, guru maupun orang yang baru dikenalnya. Dalam hal ini, Hargie et.al (1998) dalam situs http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology dijelaskan bahwa:

Keterampilan sosial (social skill) sebagai kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, di mana keterampilan ini merupakan perilaku yang dipelajari.

(16)

Albi Riodi, 2014

Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Bulutangkis Dan Sepakbola

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

Kegiatan ekstrakurikuler olahraga bulutangkis dan sepak bola, siswa tidak saja belajar aspek kognitif dan psikomotorik, selain itu juga siswa belajar aspek afektif, yaitu hal-hal yang berkenaan dengan perilaku dan sikap. Selain itu melalui kegiatan ekstrakurikuler olahraga bulutangkis dan sepak bola terjadi interaksi di antara siswa, kepatuhan terhadap aturan, ikatan emosional antara siswa, tujuan bersama, dan lain sebagainya. Keterampilan sosial siswa akan terbentuk sejalan dengan proses pertumbuhan dan perkembangannya. Selain itu aspek pembawaan dan lingkungan berperan sekali dalam proses pembentukan keterampilan sosial individu. Dengan adanya ekstrakurikuler olahraga bulutangkis dan sepak bola di sekolah diharapkan terjadi proses sosialisasi, karena pada saat siswa mengikuti ekstrakurikuler olahraga bulutangkis dan sepak bola siswa dapat berkumpul dengan aktivitas yang positif, siswa belajar menilai kemampuan seseorang secara realistik, siswa belajar bergaul dan berusaha bekerjasama dengan siswa lain.

Berdasarkan fakta di lapangan menunjukkan bahwa keterampilan sosial yang ditunjukkan siswa, khususnya siswa SD Negeri Sukamanah Indramayu dalam aktivitasnya di sekolah relatif beragam, di antaranya siswa terlihat kurang baik dalam berkomunisasi, kedisiplinan, tanggung jawab, dan sikap yang kurang sopan kepada orang yang lebih tua. Siswa kurang cakap untuk berkomunikasi khususnya terhadap guru pada saat di sekolah, kedisiplinan untuk melakukan kegiatan pembelajaraan ataupun kegiatan ekstrakulikuler tidak ada, siswa sulit untuk mematuhi tata tertib sekolah, sehingga siswa sulit untuk dikendalikan dalam mempersiapkan materi pelajaran yang akan diberikan, selain itu juga siswa sering berkata-kata kasar atau kotor, kurang menghargai teman, dan lain sebagainya.

(17)

7

atau meningkatkan keterampilan sosial, sehingga siswa mudah dikendalikan kepada hal yang positif. Bertitik tolak pada uraian di atas, penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang “Perbedaan Keterampilan Sosial antara Siswa

yang Mengikuti Ekstrakulikuler Olahraga Bulutangkis dan Sepakbola”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, berbagai kendala yang terkait dengan keterampilan sosial antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga bulutangkis dan sepakbola dapat diidentifikasikan dari berbagai faktor sebagai berikut :

1. Berdasarkan pemantauwan penulis, siswa kurang pandai bersosialisai.

2. Kedisiplinan untuk melakukan kegiatan tidak terlihat saat peroses pembelajaran.

3. Siswa sulit dikendalikan dalam mempersiapkan materi pelajaran yang akan di berikan.

4. Kurangnya kerja sama dan sikap yang kurang sopan kepada orang yang lebih tua bahkan kurangnya saling menghargai satu sama lainnya.

C. Rumusan Masalah

Tujuan pendidikan mencakup perkembangan yang bersifat menyeluruh meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam hal ini, siswa tidak saja belajar aspek kognitif dan psikomotorik, melainkan siswa juga belajar aspek afektif, yaitu hal-hal yang berkenaan dengan perilaku dan sikap. Tujuan kegiatan ekstrakulikuler bulutangkis dan sepak bola mencakup aspek semangat persaingan, kerjasama, interaksi sosial, dan pendidikan moral. Oleh karena itu aspek-aspek tersebut harus ditumbuh kembangkan kepada setiap siswa. Beberapa aspek sosial yang diharapkan terbina melalui kegiatan ekstrakulikuler bulutangkis dan sepak bola adalah komunikasi, saling menghargai, kerjasama, dan kedisiplinan atau kepatuhan terhadap aturan yang berlaku.

(18)

Albi Riodi, 2014

Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Bulutangkis Dan Sepakbola

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

orang yang lebih tua bahkan kurangnya saling menghargai satu sama lainnya. Siswa kurang pandai berkomunikasi dengan guru saat di sekolah, kedisiplinan untuk melakukan kegiatan tidak terlihat saat proses pembelajaran, siswa sulit dikendalikan dalam mempersiapkan materi pelajaran yang akan diberikan, dan siswa sulit mematuhi tata tertib sekolah. Faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial siswa yakni faktor bimbingan dari orang tua yang kurang memperhatikan tingkah laku dalam pergaulan sehari-hari dan lingkungan anak saat bersosialisasi. Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka masalah penelitian yang diajukan adalah apakah keterampilan sosial siswa yang mengikuti ekstrakurikuler permainan sepakbola lebih tinggi daripada yang mengikuti ekstrakurikuler permainan bulutangkis?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar perbedaan tingkat keterampilan sosial siswa yang mengikuti ekstrakulikuler olahraga bulutangkis dengan sepakbola.

E. Kegunaan Penelitian

Dalam penelitian ini kegunaan yang diharapkan peneliti di antaranya sebagai berikut:

1. Secara teoretis dapat dijadikan sumbangan bagi sekolah sebagai lembaga yang berkompeten dalam penetapan kebijakan, khususnya dalam mengembangkan ekstrakulikuler olahraga bulutangkis dan sepak bola guna meningkatkan keterampilan sosial siswa di SD Negeri Sukamanah Indramayu.

(19)

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel

1. Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian adalah tempat penelitian yang akan dilaksanakan penelitian, lokasi penelitian ini dilakukan di SDN Sukamanah Kabupaten Indramayu.

2. Populasi.

Setiap penelitian yang dilaksanakan oleh seorang peneliti terlebih dahulu perlu menentukan populasi yang dapat dijadikan sebagai sumber data untuk keperluan penelitiannya, populasi tersebut dapat berbentuk manusia, nilai-nilai, dokumen dan peristiwa yang dijadikan obyek penelitian. Sugiyono (2010:117) menjelaskan bahwa: “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Ridwan dan Achmad (2008:37) menjelaskan bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertenti yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulannya”. Lutan et al (2011:83) menegaskan bahwa: ”Populasi selalu

merupakan sekelompok orang-orang, siswa, guru-guru, atau individu lain yang mempunyai karakteristik tertentu.lebih lanjut Menurut Furqon (2009:146)

bahwa: ”populasi dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek atau keadaan

yang paling tidak memiliki satu karakteristik yang sama.”Menurut Furqon

(2009:146) bahwa: ” populasi dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek atau keadaan yang paling tidak memiliki satu karakteristik yang sama”.

(20)

43

Albi Riodi, 2014

Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Bulutangkis Dan Sepakbola

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Sampel.

Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki karakteristik yanghampir sama dengan polupasi. ”Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2010:118).

Ridwan dan Achmad ( 2008: 40) menyatakan bahwa:” sampel harus

representatif disamping itu peneliti wajib mengerti tentang besar ukuran sampel

, teknik sampling, karakteristik populasi dalam sampel”

Dari penjelasan diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa sampel itu harus representatip dalam arti karakteristik populasi hendaknya tercermin pula dalam sampel yang diambil. Seluruh populasi sebanyak 40 orang dijadikan anggota sampel, dan penelitian ini disebut penelitian menggunakan sampel total. masing-masing sample populasi dikelompokan menjadi dua yaitu anggota ekstrakulikuler bulutangkis (20 siswa ) dan Sepakbola (20 siswa). Tehnik atau cara yang dilakukan penulis dalam menentukan sampel, yaitu total sampling artinya seluruh anggota populasi dijadikan sampel penelitian

B. Desain Penelitian dan Langkah-langkah Penelitian.

Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menyimpulkan dan

menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian. Sudjana ( 1992 : 7 ) menjelaskan sebagai berikut :

Desain penelitian adalah suatu rancangan percobaan (dengan tiap langkah tindakan yang betul-betul terindentifikasikan) sedemikian rupa sehingga informasi yang berhubungan atau diperlakukan untuk persoalan yang sedang diselidiki dapat dikumpulkan. Dengan kata lain desain sebuah merupakan langkah-langkah lengkap yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar supaya data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh sehingga akan membawa kepada analisis objektif dan kesimpulan yang akan berlaku untuk kesimpulan yang sedang dibahas.

(21)

Gambar 3.1 Desain Penelitian ( Sumber: Sudjana, 1992:7 )

Keterangan : X1 : Olahraga Bulu tangkis

X2 : Olahraga sepakbola

Y : Keterampilan social

Langkah-langkah penelitian yang disusun untuk mempermudah pelaksanaan penelitian menjadi lebih beraturan adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1

Langkah-langkah Penelitian (Sumber: di adaptasi dari lutan et al. 2007: 201) langkah-langkah tersebut dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana perbedaan keterampilan sosial anggota ekstrakulikuler sepakbola dengan bulu tangkis.

Penentuan Sampel penelitian

Sampel anggota ekstrakulikuler Bulu tangkis

Kesimpulan

Sampel anggota ekstrakulikuler anggota Sepakbola

Keterampilan sosial bulutangkis Keterampilan sosial Sepakbola

Analisis data hasil Kuesioner Ekstrakulikuler

Bulutangkis (X2

Ekstrakulikuler Sepakbola (X1)

Keterampilan sosial (Y)

(22)

45

Albi Riodi, 2014

Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Bulutangkis Dan Sepakbola

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Metode Penelitian

Dalam setiap penelitian diperlukan suatu metode. Penggunaan metode dalam penelitian harus sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Hal ini berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang penting dalam pelaksanaan pengumpulan dan analisis data. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif. Sudjana dan Ibrahim (2001: 64) menjelaskan tentang metode deskriptif sebagai berikut:

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskriptifkan suatu gejala, peristiwa kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan perkataan lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

Hal serupa dikemukakan oleh Arikunto (2002:309) bahwa “Metode

deskriptif merupakan metode penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala menurut apa adanya pada saat

penelitian dilakukan.” Berdasarkan pada pendapat tersebut diatas dapat

disimpulkan bahwa penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang menggambarkan suatu peristiwa yang nampak pada suatu situasi pada saat penelitian. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dikumpulkan, disusun, dijelaskan, dan dianalisis untuk menetapkan kesimpulan. Hal ini untuk memperoleh gambaran yang jelas sehingga tujuan penelitian tercapai seperti yang diharapkan. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif ex-postfacto.

Mengenai metode ini, Nazir (2005:73) mengemukakan bahwa:

“Penelitian ex-postfacto adalah penyelidikan secara empiris yang sistematik, dimana peneliti tidak mempunyai kontrol langsung terhadap variabel-variabel bebas (Independent Variables) karena manifestasi fenomena telah terjadi atau

karena fenomena sukar dimanipulasikan.”

(23)

mengungkapkan tentang perbedaan tingkat sosial antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler permainan bulu tangkis dengan sepak bola di SDN Sukamanah Indramayu.

D. Teknik Pengambilan Data

Dalam suatu penelitian sudah tentu harus ada alat untuk memperoleh data. Adapun alat yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Kuesioner digunakan sebagai instrument utama penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar keterampilan sosial siswa, berdasarkan struktur terbentuknya keterampilan sosial siswa yang terdiri dari komponen dan sub komponen keterampilan sosial yang kemudian dihubungkan dengan kegiatan ekstrakulikuler.

Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup atau angket berstruktur. Pertanyaan-pertanyaan yang penulis ajukan telah tersedia jawabannya dalam bentuk pernyataan sikap responden terhadap pernyataan yang diajukan. Responden tidak memberikan uraian yang panjang pada pernyataan-pernyataan yang diajukan.

E. Operasionalisasi Variabel

Untuk memperjelas variabel dalam penelitian ini dan mempermudah pengukurannya maka diperlukan definisi variabel pada penelitian ini dan definisi operasional Hatch dan Farhady (Sugiyono, 2007:32). menegaskan

bahwa :“secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain”. Kisi-kisi dalam penelitian ini mengacu pada pendapat para ahli yang berkaitan dengan indentifikasi dari pengertian atau definisi maupun bentuk dan jenis keterampilan sosial itu sendiri diantaranya adalah sebagai berikut:

(24)

47

Albi Riodi, 2014

Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Bulutangkis Dan Sepakbola

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterampilan adalah suatu kemampuan untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Keterampilan-keterampilan sosial tersebut meliputi, 1) kemampuan berkomunikas, 2) menjalin hubungan dengan orang lain, 3) menghargai diri sendiri dan orang lain, 4) mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, 5) memberi atau menerima feedback, 6) memberi atau menerima kritik, 7) bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku.

b) Helm dan Turner (1983:225) dalam http://jenisperilakusosial.com menjelaskan bahwa jenis keterampilan sosial dapat dilihat dari empat dimensi yaitu:

1)Mampu bekerjasama (cooperating) dengan orang lain, 2) mampu menghargai (altruism) baik dalam menghargai milik, pendapat, hasil karya orang lain, serta kondisi-kondisi yang ads pada orang lain, 3) mampu berbagi (sharing) kepada orang lain, 4) membantu (helping other) orang lain.

Berdasarkan beberapa penjelasan mengenai keterampilan sosial, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial mempunyai kedudukan penting bagi seseorang terutama berkaitan dengan kebiasaan umum, pendapat umum, keyakinan umum dan penilaian terhadap sesuatu norma yang telah di sepakati bersama. Dengan kata lain, keterampilan sosial merupakan sesuatu totalitas sikap yang saling melengkapi dan tercermin dalam perilaku individu terhadap suatu objek tertentu. Dalam penelitian ini yang akan dijadikan acuan dalam pembuatan pernyataan mengenai keterampilan sosial siswa yang mengikuti ekstrakulikuler olahraga bulutangkis dan sepak bola diadobsi berdasarkan pendapat para ahli di atas.

Untuk lebih jelasnya mengenai kisi-kisi mengenai keterampilan sosial siswa yang mengikuti ekstrakulikuler olahraga bulutangkis dan sepakbola dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini:

Tabel 3.1

(25)

Sub Variabel Indikator Butir Soal Positif Butir Soal Negatif

1.Saya bertanya kepada guru ketika tidak memahami materi pembelajaran 2.Saya selalu berdiskusi

dengan guru mengenai materi pembelajaran pada jadwal kegiatan

ekstrakurikuler

3.Saya selalu berdiskusi dengan teman mengenai

1.Saya enggan bertanya kepada guru mengenai materi pembelajaran yang tidak saya pahami

2.Saya tidak pernah berdiskusi dengan guru mengenai materi pembelajaran di luar jadwal ekstrakurikuler 3.Saya enggan berdiskusi

dengan teman mengenai materi pembelajaran 4.Saya tak acuh terhadap

teman dengan informasi yang disampaikan oleh guru

2.Menjalin

1.Saya menerima dengan lapang dada setiap kritikan yang ditujukan kepada saya

2.Saya menyambut baik terhadap teman yang baru bergabung dalam

kegiatan ekstrakurikuler

3.Saya menjalin hubungan baik dengan teman baik selama latihan ataupun di luar latihan

4.Saya mudah bergaul dengan siapapun ketika mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

1.Saya tak acuh dengan setiap kritikan yang ditujukan kepada saya 2.Saya tak acuh terhadap

teman yang baru

bergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler

3.Saya hanya menjalin hubungan baik dengan teman selama latihan berlangsung

4.Saya hanya bergaul dengan teman dekat saja ketika mengikuti ekstrakurikuler

3.Menghargai diri sendiri dan orang lain

Tidak egois 1.Saya memberikan operan bola kepada teman yang tidak dijaga lawan 2.Saya selalu memberi

dukungan dalam bermain dengan memberikan ruang gerak kepada teman

3.Saya ikut membantu

1.Saya enggan mengoper bola kepada teman walaupun posisinya tidak dijaga oleh lawan

2.Saya bermain pasif dan kurang memberi ruang gerak kepada temen selama permainan

(26)

49

Albi Riodi, 2014

Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Bulutangkis Dan Sepakbola

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertahanan pada saat

4.Saya enggan memberikan kesempatan kepada teman yang belum bermain

4.Mendengarkan

1.Saya menolong teman yang membutuhkan pertolongan

2.Saya bersedia membantu apabila diminta

pertolongan oleh siapa saja

3.Saya menolong teman walaupun baru saya kenal 4.Saya bersedia membantu

menyiapkan peralatan latihan meskipun tidak diminta oleh guru

1.Saya mengabaikan teman yang membutuhkan pertolongan

2.Saya hanya bersedia memberikan pertolongan apabila diminta oleh teman dekat saja

3.Saya mengabaikan untuk menolong teman yang belum saya kenal 4.Saya hanya bersedia

menyiapkan peralatan latihan jika diminta oleh guru

5.Memberi atau menerima

feedback

Toleran 1.Saya menghargai teman yang tidak datang latihan jika dengan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan

2.Saya menghargai teman yang kurang pandai dalam melakukan gerakan/teknik 3.Saya menghargai teman

yang mengungkapkan pendapat selama pembelajaran

4.Saya memberi masukan kepada junior saya ketika melakukan kesalahan

1.Saya tidak dapat menerima alasan apapun bagi teman yang tidak datang latihan 2.Saya mengejek teman yang

kurang pandai dalam melakukan gerakan/teknik 3.Selama pembelajaran saya

menganggap bahwa pendapat yang

disampaikan teman tidak sebaik pendapat saya 4.Saya tak acuh terhadap

junior saya walaupun dia melakukan kesalahan

1.Saya menerima dan mempertimbangkan pendapat dari siapa saja jika itu baik

2.Saya menerima saran dari guru maupun teman 3.Saya merasa senang jika

ada yang memberi saran kepada saya

1.Saya menolak pendapat orang lain yang tidak sesuai dengan keinginan saya

2.Saya mengabaikan saran dari guru maupun teman 3.Saya merasa tersinggung

(27)

4.Saya bersedia

memberikan masukan dan saran jika di minta oleh teman ataupun junior saya

4.Saya tidak bersedia memberikan masukan dan saran sekalipun diminta oleh teman ataupun junior saya

1.Saya selalu menaati setiap aturan dan

ketentuan yang berlaku di ekstrakurikuler

2.Saya berusaha mematuhi setiap perintah yang diberikan oleh guru 3.Saya selalu melakukan

peregangan sebelum dan setelah pembelajaran 4.Saya selalu mengikuti

pembelajaran dengan serius

1.Saya mengabaikan setiap aturan dan ketentuan yang berlaku di ekstrakurikuler 2.Saya kerapkali

mengabaikan perintah dari guru

3.Saya melakukan

peregangan sebelum dan setelah pembelajaran hanya ketika saya mau 4.Saya serius mengikuti

pembelajaran ketika ada guru

Penyusunan angket Berdasarkan data yang terkumpul dalam bentuk pernyataan positif dan negatif.

F. Skala Penilaian Keterampian sosial

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Thurstone, yang dikembangkan menjadi skala yang lebih praktis dan sederhana oleh Likert, yang dikenal sebagai skala Likert. Skala ini berisi seperangkat pernyataan-pernyataan dalam bentuk pernyataan positif dan negatif, responden menjawab pernyataan ini dengan salah satu jawaban sebagai berikut :

1. Sangat setuju (SS)

2. Setuju (S)

3. kurang setuju (R) 4. Tidak setuju (TS) 5. Sangat Tidak setuju (STS)

Jawaban dalam kustioner menggunakan skala likert dengan gradasi dari

(28)

51

Albi Riodi, 2014

Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Bulutangkis Dan Sepakbola

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyatakan nilai-nilai terhadap subjek, obyek, atau perilaku dengan tujuan

mengkuantitasikan pengukuran pengukuran kualitatif” ( Nurhasan ,2000: 269).

Nilai kuantitatif jawaban responden seperti pada tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.2

Skala Likert

NO Alternatif Jawaban Bobot Nilai

Bila Positif Bila Negatif

1.

STS (Sangat Tidak Setuju)

5

Sumber : Metode Penelitian Sugiyono (2007)

Skala liker menurut Nurhasan (2000: 270) adalah : “ Suatu skala untuk

menilai sikap seseorang terhadap suatu objek”. Sugiyono (2004:107)

menjelaskan bahwa :

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial yang ditetapkan oleh peneliti, selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Kemudian Sugiyono melanjtukan bahwa dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan”.

Pemilihan skala likert dalam kuesioner tersebut adalah kesederhanaan dalam penyusunan jawaban dan lebih reliabel (jawaban responden lebih ajeg).

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Untuk jenis data yang diperoleh berdasarkan angket , langkah pertama yang dilakukan Pengujian Validasi dan Reliabilitas Instrumen angket

(29)

Adapun langkah-langkah dalam mengolah data untuk menentukan validitas instrumen tersebut adalah:

a. Data yang diperoleh dari hasil uji coba dikumpulkan dan dipisahkan antara skor tertinggi dan terendah.

b. Menentukan 27% responden yang memperoleh skor tinggi dan 27% yang memperoleh skor rendah.

c. Kelompok yang terdiri dari responden yang memperoleh skor tinggi disebut kelompok atas. Sedangkan kelompok yang terdiri dari responden yang memperoleh skor rendah disebut kelompok bawah.

d. Mencari nilai rata-rata ( ) setiap butir pernyataan kelompok atas dan nilai rata-rata ( ) setiap butir pernyataan kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

: nilai rata-rata yang dicari xi : Jumlah skor

n : Jumlah responden

e. Mencari simpangan baku (S) setiap butir pernyataan kelompok atas dan kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

S : simpangan baku yang dicari

: jumlah hasil penguadratan nilai skor dikurangi rata-rata n - 1 : jumlah sampel dikurangi satu

(30)

53

Albi Riodi, 2014

Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Bulutangkis Dan Sepakbola

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan:

S2 : varians gabungan

S1 : Simpangan baku kelompok satu

S2 : Simpangan baku kelompok dua

n : sample

g. Mencari nilai t-hitung untuk setiap butir pernyataan dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

t : nilai t yang dicari

: rata-rata suatu kelompok S : Simpangan baku gabungan n : Jumlah sampel

h. Selanjutnya membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel dalam taraf nyata 0.05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Instrumen penelitian ini memiliki tingkat kebebasan n1 + n2 – 2 = 11 + 11 – 2 = 20, nilai t-tabel

menunjukkan harga 1.725.

Untuk menguji validitas dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan uji coba angket ke 40 orang responden dengan 56 butir mengenai tingkat kepercayaan diri siswa. Hasil uji coba angket terdapat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Instrumen Keterampilan sosial Siswa

(31)

kepada teman tentang hal-hal yang

disampaikan guru

Valid pembelajaran 3.Saya tak acuh ataupun di luar latihan 4.Saya mudah bergaul

dengan siapapun ketika 4.Saya hanya bergaul

dengan teman dekat saja ketika

Valid 1.Saya mengabaikan teman yang

membutuhkan pertolongan

(32)

55

Albi Riodi, 2014

Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Bulutangkis Dan Sepakbola

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lain membantu apabila

diminta pertolongan oleh siapa saja

3.Saya menolong teman walaupun baru saya kenal

4. Saya bersedia membantu menyiapkan peralatan

Toleran 1.Saya menghargai teman yang tidak datang latihan jika dengan alasan yang dapat dipertanggung

4.Saya memberi masukan kepada junior saya ketika

Valid 1.Saya menolak pendapat orang lain yang tidak

(33)

kritik pendapat saja jika itu baik 2.Saya menerima saran

dari guru maupun teman

3.Saya merasa senang jika ada yang memberi saran kepada saya 3.Saya selalu melakukan

peregangan sebelum dan setelah

pembelajaran

4.Saya selalu mengikuti pembelajaran dengan

2. Pengujian reliabilitas Instrumen

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen, penulis melakukan pendekatan sebagai berikut:

(34)

57

Albi Riodi, 2014

Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Bulutangkis Dan Sepakbola

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Skor dari butir pernyataan yang bernomor ganjil dikelompokkan menjadi variabel x dan skor dari butir-butir pernyataan yang bernomor genap dijadikan variabel y.

3. Mengkorelasikan antara skor butir-butir pernyataan yang bernomor genap dengan butir-butir pernyataan yang bernomor ganjil dengan menggunakan rumus korelasi Person Product Moment sebagai berikut:

Keterangan:

rxy : koefisien korelasi yang dicari XY : jumlah perkalian skor x dan skor y

∑X : jumlah skor x

∑Y : jumlah skor y

n : jumlah banyaknya soal

4. Mencari reliabilitas seluruh perangkat butir dengan menggunakan rumus

Spearman Brown dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

rii : koefisien yang dicari 2. r : dua kali koefisien korelasi 1 + r : satu tambah koefisien korelasi

5. Menguji signifikansi korelasi, yaitu dengan rumus yang dikembangkan oleh Sudjana (2001) sebagai berikut:

Keterangan:

t : nilai t-hitung yang dicari r : koefisien seluruh tes

(35)

Hasil penghitungan teknik korelasi Pearson Product Moment dimasukkan ke dalam rumus Spearmen Brown, kemudian untuk menentukan nilai t-hitung, nilai r-seluruh item tes yang dihasilkan dimasukkan ke dalam rumus yang dikembangkan oleh Sudjana (2001).

Untuk menyimpulkan hasil dari penghitungan reliabilitas di atas maka dilakukan interpretasi skor yang ada pada correted item total correlation(rhitung) dengan skor r tabel dengan nilai α = 0,05, keputusan

pengujian validitas item instrumen, yaitu sebagai berikut

1) Instrumen penelitian dikatakan reliabel jika r hitung > r tabel.

2) Instrumen penelitian dikatakan tidak reliabel jika r hitung < r tabel.

Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh hasil r hitung 0,99, sedangkan pada r tabel product moment diketahui bahwa dengan n = 50 dan α = 0,05 menunjukan angka 0,279. Dengan demikian nilai r hitung lebih besar dari r tabel, hal tersebut menunjukan bahwa instrumen penelitian ini dapat dipercaya atau reliabel. Hasil uji siknifikan korelasi menunjukan t-hitung = 48,92, sedangkan t-tabel pada taraf nyata 0,05 dan dk (20) dengan jumlah soal valid 50 maka t-tabel = 1,725. Dengan demikian t-hitung lebih besar daripada t-tabel, ini menunjukan bahwa korelasi 0,98 mempunyai reliabilitas yang siknifikan.

H. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data dapat dilakukan setelah data hasil dari penelititan diperoleh. Pengolahan data ini dilakukan berdasarkan metode statistika agar diperoleh data akhir atau kesimpulan yang benar. Menurut Bambang dan Jajat (2010:11) “Statistik merupakan kumpulan fakta dalam bentuk angka atau bilangan yang disusun dalam bentuk tabel atau grafik yang dapat menggambar atau melukiskan adanya suatu persoalan.”

1. Langkah-langkah dalam pengolahan data penelitian ini adalah sebagai berikut:

(36)

59

Albi Riodi, 2014

Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Bulutangkis Dan Sepakbola

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keterangan:

X = nilai rata-rata yang dicapai X = skor yang diperoleh

N = jumlah sampel

Σ = jumlah

b. Mencari simpangan baku (S) setiap butir pernyataan kelompok atas dan kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

S : simpangan baku yang dicari

: jumlah hasil penguadratan nilai skor dikurangi rata-rata n - 1 : jumlah sampel dikurangi satu

c. Mencari variansi gabungan (S2) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

S2 : Varians gabungan

S1 : Simpangan baku kelompok satu

S2 : Simpangan baku kelompok dua

n : Sampel

d. Mencari t-hitung dengan rumus polled varian sebagai berikut:

Keterangan :

t : Nilai t-hitung yang dicari

: Rata-rata kelompok bulutangkis dan sepak bola S1 : Simpangan baku kelompok satu

S2 : Simpangan baku kelompok dua

(37)

2. Adapun langkah-langkah pengujian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Membuat hipotesis dalam bentuk kalimat:

H0 : Tidak terdapat perbedaan sikap yang signifikan antara siswa

yang mengikuti ekstra kurikuler bulutangkis dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola di SDN Sukamanah Indramayu

H1 : Terdapat perbedaan sikap yang signifikan antara siswa yang

mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola di SDN Sukamanah Indramayu

Membuat hipotesis statistik: H0 : µ = µ0

H1 : µ ≠ µ0

b. Mencari thitung

c. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis

Terima H0 jika –t(1-1/2α) < t < t(1-1/2α) dalam hal lain H0 ditolak.

d. Membandingkan thitung dan ttabel

e. Membuat kesimpulan. 3. Uji Homogenitas

Untuk menentukan homogen tidaknya kedua sample maka perlu dilakukan uji homogenitas varians terlebih dahulu dengan uji F. Uji F dapat di lakukan dengan membandingkan varian terbesar dengan varian terkecil.

F =

(38)

61

Albi Riodi, 2014

Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Bulutangkis Dan Sepakbola

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebaliknya jika F hitung lebih besar dari F tabel maka kedua data kelompok tersebut tidak homogen.

4. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data hasil pengkuran penelitian berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini untuk menguji data penelitian berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji normalitas Liliefors. Abduljabar dan jajat (2010: 256) caranya sebagai berikut:

a. Membuat tabel penolong untuk mengurutkan data terkecil sampai dengan yang terbesar, kemudian mencari rata-rata dan simpangan baku. b. Mencari Z skor dan tempatkan pada kolom Zi

c. Mencari luas Zi pada tabel Z

d. Pada kolom F(Zi), untuk luas daerah yang bertanda negatif maka 0,5-luas daerah, sedangkan untuk 0,5-luas daerah yang positif maka 0,5+0,5-luas daerah.

e. S(Zi), adalah urutan n dibagi jumlah n.

f. Hasil pengurangan F(Zi)- S(Zi) temapatkan pada kolom F(Zi)-S(Zi). g. Mencari data / nilai yang tertinggi, tanpa melihat negatif atau positif

sebagai nilai Lo.

h. Membuat kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis:

1. Jika Lo ≥ Ltabel Tolak H0 dan H1 diterima artinya data tidak

berdistribusi normal.

2. Jika Lo ≤ Ltabel Terima H0 artinya data berdistribusi normal.

i. Mencari nilai Ltabel, membandingkan Lo dengan Ltabel

(39)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji statistik maka dapat di simpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukan bahwa : Keterampilan social siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler sepakbola lebih besar di bandingkan siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler bulutangkis.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi para pendidik sebaiknya lebih tegas dalam menerapkan aturan dalam kegiatan ekstrakulikuler terutama dari sisi waktu dengan tetap membuat proses pembelajaran sepakbola dan bulutangkis menarik bagi siswa

2. Sekolah lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk turut dalam kegiatan ekstrakulikuler yaitu dengan menyediakan fasilitas seperti lapangan atau fasilitas bola serta dukungan peralatan untuk latihan

(40)

70 Albi Riodi, 2014

Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Bulutangkis Dan Sepakbola

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, E (2010).Metodepenelitian. Bandung: SimbosaBungin. B (2010)

SosiologiKomunikasi. Jakarta: Prenada

Astried, Putrie. (2005). Kontribusi Penerapan Disiplin Oleh Guru Bidang Studi Terhadap Disiplin Diri Siswa di Sekolah. Skripsi (tidak diterbitkan). Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung.

Depdikbud (1994). Kurikulum Sekolah dan Menengah Umum Tingkat Atas. Landasan Program dan Pengembangan GBPP. Jakarta.

Devito.J (2006) KomunikasiAntarManusia.Alih bahasa Maulana.Tanggerang: Kharisma

Furqon (2009).StatistikaTerapanuntukPenelitian.Bandung.Alfabeta

Hurlock, Elizabeth B. (1981). Development Psychology A Life-Span Approach. New Delhi: Tata Mc Graw-Hill Publishing Company.

Lutanet al.( 2007) PenelitianPendidikanDalamOlahraga. Bandung. FPOK Ma’mun dan Mahendra (1996). Psikologi olahraga

Lutan Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Lutan, Rusli. (1992). Manusia dan Olahraga. Bandung: FPOK dan ITB. Lutan Rusli. (2000). Manajemen Pendidkan Jasmani. Jakarta: Depdiknas.

Mahendra, Agus. (2008). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bahan Ajar Diklat PLPG Program Sertifikasi Guru Penjas Rayon X – Provinsi Jawa Barat. Bandung. FPOK – UPI Bandung.

Makmun, Abin Syamsuddin. (1984). Psikologi Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung.

Ma’mun, Amung dan Mahendra, Agus. (1996). Teori Belajar Motorik. Bandung:

FPOK IKIP Bandung.

Mar’at. (1981). Sikap Manusia Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia

(41)

Mulyasa. E. (2008). Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kratif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Mulyana, Dedy( 2007). IlmuKomunikasiSuatuPengantar. Bandung: Rosdakarya

Myers, M.Myers (1987). Teori-teorimanajemenKomunikasi.Alihbahasa Ali. Jakarta: BahanaAksa

Nazir, M. (2003).MetodePenelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurhasan.(2007). ModulTes Dan PengukuranKeolahragaan.Bandung FPOK Riduwan (2009).PengantarStatistikaSosial.Bandung :Alfabeta

Poerwadarminta (1984)Kamus Besar bahasa Indonesia .Jakarta

Poerwadarminta, W. J. S. (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Saefudin, Azwar. (1988). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Jakarta: Pusaka Belajar.

Saptono dan Bambang Suteng (2007). Sosiologi. Jakarta: PT. Bhibeta Aneka Gama.

Setiawan, Iwan. (2003). Teori Belajar Motorik. Bandung. FPOK – UPI Bandung.

Sneyers, Jozef yang diterjemahkan Haryanto. (1990). Sepak Bola Remaja. Jakarta. PT. Rosda Jaya Putra Jakarta.

Soekanto. (1986). Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: Rajawali. Sudjana. (1992). Metode Statistika. Bandung. Tarsito.

Subarjah, Herman. (2000). Bulutangkis. Bandung: FPOK IKIP Bandung.

Subroto (1978). Azas-azas Pengetahuan Umum Olahraga. Jakarta: PT. Sumber Bahagia.

(42)

72

Albi Riodi, 2014

Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Bulutangkis Dan Sepakbola

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono (2010).StatistikdanPenelitian.Bandung :Alfabeta

Sugiyanto. (1993). Pertumbuhan dan Perkembangan Gerak. Jakarta: Depdikbud.

Suherman Adang. (2000). Asesmen Belajar dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta: DIKLUSEPORA.

Sukintaka. (1979). Permainan Sepak Bola. Jakarta: Depdikbud.

Syah. (1995). Keterampilan Gerak Cabang Olahraga. Jakarta: Depdikbud.

Tirtarahardja, Umar (1994). Pengantar Pendidikan. Jakrata: Proyek Pembinaan Dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Tohar. (1992). Olahraga Pilihan Bulutangkis. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Yusuf (2001). Pertumbuhan, Perkembangan Peserta Didik. Bandung: FPOK – UPI Bandung.

Situs:

http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology

http://blog.uin-malang.ac.id

http://jenisperilakusosial.com

http://www.komunikasi.com

http://www.salingmenghargai.com

http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/ciri-ciri-keterampilan-sosial

http://ciri-ciri-keterampilan-sosial

http://www.psychologymania.com/2012/12/definisi-keterampilan-sosial.html http://jenisperilakusosial.com

Gambar

Gambar 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Skala Likert
Tabel 3.3
Tabel di atas menunjukan bahwa pernyataan uji coba angket yang

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 2 menunjukkan nilai validitas pada aspek kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafisan sebesar 1,00 yang berarti LKS berbasis inkuiri terbimbing sangat

Pemahaman bahwa semakin sulitnya mencari bahan baku bambu Hitam berpengaruh pada kesadaran masyarakat (pengguna) untuk melakukan konservasi dengan cara penanaman

Kemahiran berfikir akan menjadi amalan apabila guru dan murid menggunakan dalam bilik darjah melalui aktiviti yang memerlukan penyoalan aras tinggi, inkuiri

Jenis tumbuhan yang mendominasi di Kebun Raya Balikpapan berupa tumbuhan perintis (pioner), diantaranya Melicope glabra, Macaranga gigantea dan Vernonia

a) Penerapan jaringan syaraf tiruan dengan metode backpropagation pada penelitian ini untuk memprediksi indeks harga saham pada Bursa Efek Jakarta berdasarkan harga

Kami memahami kebimbangan anda dan kami prihatin dan sedia membantu dengan pelan bantuan yang bersesuaian dengan keperluan kewangan anda. Sekiranya kami tidak

A hét szövegben felvonultatott kritikai elméletek ter mé - szetesen nem adnak ki egy nagy Kritikai Elméletet; nemcsak azért, mert a kötet tanulmá nyai nem fedik le az

menulis deskripsi dengan TPI adalah pedoman observasi. Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan pandangan guru terhadap.. %&amp; kualitas pembelajaran menulis deskripsi dengan