STRUKTUR DAN NILAI PUISI NADOMAN DI CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT SERTA UPAYA PELESTARIANNYA DALAM
PENDIDIKAN NONFORMAL TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
oleh
DEWI KUSUMA
NIM 1201394
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
==================================================================
STRUKTUR DAN NILAI PUISI
NADOMAN
DI CILILIN
KABUPATEN BANDUNG BARAT SERTA UPAYA
PELESTARIANNYA DALAM PENDIDIKAN NON FORMAL
Oleh
Dewi Kusuma
S.S UPI Bandung, 2009
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
© Dewi Kusuma 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
STRUKTUR DAN NILAI NADOMAN DI CILILIN KABUPATEN BANDUNG BARAT SERTA UPAYA PELESTARIANNYA DALAM
PENDIDIKAN NONFORMAL oleh
Dewi Kusuma NIM 1201394
Disetujui dan disahkan oleh
Pembimbing 1
Prof. Dr. Iskandarwassid, M.Pd.
Pembimbing II
Dr. Tedi Permadi, S.S., M.Hum. NIP 197006242006041001
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Struktur dan Nilai Puisi Nadoman di Cililin Kabupaten Bandung Barat serta Upaya Pelestariannya dalam Pendidikan Nonformal.” Pengkajian dan penelitian terhadap puisi nadoman dilatarbelakangi karena terdapat makna yang mendalam dari setiap bait puisi nadoman, yang dapat menjadi tuntunan dalam kehidupan dan belum tergali seluruhnya. Penelitian ini juga merupakan upaya pelestarian dan penyelamatan karya sastra dari kepunahan
Teori yang digunakan adalah teori formula yang dikemukakan oleh Lord. Pendekatan ini menitikberatkan kepada kajian formula (frase, klausa, kalimat) dalam puisi yang dihasilkan dengan dua cara yaitu dengan mengingat frase itu dengan menciptakan melalui analogi frase-frase yang telah ada. Formula itu di interpretasikan untuk menemukan ide dalam cerita (puisi). Dari hasil interpretasi itulah dipahami ide cerita (puisi) sebagai ciri sastra lisan. Objek penelitian ini ialah puisi nadoman “Pēpēling” yang berkembang di masyarakat Cililin Kabupaten Bandung Barat pada tahun 1967.
Prosedur analisis yang digunakan adalah sebagai berikut: pertama menganalisis struktur teks berdasarkan formula sintaksis, formula bunyi (rima, aliterasi dan asonansi), formula irama, majas, dan tema. Berdasarkan hasil analisis atas tiga puisi nadoman yaitu
pertama “Pēpēling Alam Dunya,” kedua “Siksa Kubur” dan ketiga “Dawuh Nabi” tersebut maka dapat ditemukan komposisinya, yaitu keteraturan dalam penggunan diksi yang sesuai dengan tema dan memiliki persamaan rima dalam setiap larik sehingga memudahkan pemahaman dan menambah nilai estetik pada puisi. Kedua menganalisis nilai yang terkandung dalam puisi nadoman “Pēpēling,” nilai-nilai yang terkandung pada puisi
nadoman “Pēpēling” meliputi: 1) nilai pendidikan aqidah yaitu segala sesuatu yang
berhubungan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada ketiga puisi nadoman
“Pēpēling.” 2) nilai pendidikan ibadah yaitu seluruh kegiatan manusia yang dianjurkan oleh
agama islam. 3) nilai pendidikan nilai ahlak yaitu kebiasaan atau perangai manusia sebagai contoh untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.
Upaya pelestarian dalam penelitian ini, dilakukan melalui model dokumentasi dalam bentuk audio. model pelestarian ini dilakukan agar puisi nadoman “Pēpēling” yang berkembang pada tahin 1960-an di desa bongas Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat bisa dinikmati masyarakat kapan dan dimana saja, tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Kusuma, Dewi. 2014. Structure and Value of Poetry Nadoman in Cililin, West Bandung District, and
Measures of Conserving It In Non-Formal Education.
The title of this research is “Structure and Value of Poetry Nadoman in Cililin, West
Bandung District, and Measures of Conserving It In Non-Formal Education”. The background of this
study and research of poetry nadoman was the fact that each line of the poetry has a deep meaning that may be useful as a guidance in living a life and not exploited fully yet.
The theory applied was a formula theory offered by Lord. This approach focuses on a study of formula (phrases, clauses, sentence) in a poetry produced by two methods, namely, memorizing the phrases by creating through an analogy of existing phrases. The formula is interpreted to find ideas in the story (poetry). It is from the result of interpretation that the ideas of story (poetry) are understood
as a nature of verbal literature. The object of research was poetry nadoman “Pepeling” alive in the
people of Cililin, West Bandung District, in 1967.
The analytical procedure applied was as follows: firstly, to analyze the structure of text separately for syntax formula, sound formula (rhyme, alliteration, assonance), rhythm formula, figure of a speech, and theme. The composition showed the natures of verbal literature. Based on the result
of textual analysis, the poetry nadoman “Pepeling”, consisting of the three “Dawuh Nabi”, its
composition could be found as a verbal literature, i.e., regularity in the users of dictions that shared the same rhyme in each line and thus added some esthetical value to the poetry. Secondly, to analyze
the values contained in the poetry nadoman “Pepeling”, involving: 1) educational value of aqidah,
that is, anything related to the belief of God in the three poetry nadoman “Pepeling”, 2) educational
value of ibadah, that is, all activities of human beings that Islam religion proposes, 3) educational value of ahlak, that is, habits or manners of human beings as an exemplary or model for being better a human being.
The conservatory measures in this research were carried out by an audio, documentary
model. The conservatory model was carried out in order that the poetry nadoman “Pepeling” alive in
1960s in Bongas Village, Cililin Sub-district, West Bandung District, could be enjoyed by the people whenever and wherever, with no restriction in space and time.
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 8
1.3 Batasan Masalah ... 9
1.4 Rumusan Masalah ... 9
1.5 Tujuan Penelitian ... 10
1.6 Manfaat Penelitian ... 10
1.7 Definisi Operasional... 11
1.8 Asumsi Penelitian ... 11
BAB 2 LANDASAN TEORI ... 13
2.1 Puisi Nadoman Sebagai Tradisi Lisan dan Folklor Lisan ... 13
2.1.1 Struktur Puisi Nadoman ... 18
viii
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.1.3 Isi Puisi Puisi Nadoman ... 21
2.2 Struktur Puisi Tradisional ... 21
2.2.1 Bentuk ... 22
2.2.2 Formula Sintaksis ... 23
2.2.3 Formula Bunyi ... 23
2.2.3.1 Rima ... 23
2.2.3.2 Aliterasi dan Asonansi ... 24
2.2.4 Formula Irama ... 24
2.2.5 Majas ... 24
2.2.6 Isotopi ... 26
2.3 Konteks Penuturan ... 26
2.3.1 Konteks Situasi ... 26
2.3.2 Konteks Budaya ... 27
2.4 Konteks Penciptaan ... 28
2.5 Fungsi ... 29
2.6 Nilai Nadoman ... 29
2.7 Upaya Pelestarian ... 32
2.7.1 Upaya Pelestarian: Model Dokumentasi dalam Bentuk Audio ... 34
ix
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.7.3 Upaya Pelestarian Berupa Dokumentasi Dalam Bentuk Audio ... 35
2.7.4 Dampak yang Diharapkan ... 36
2.7.5 Alternatif Upaya Pelestarian Berupa Kegiatan dalam Pendidikan Non-Formal ... 36
BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 38
3.1 Objek Penelitian ... 38
3.2 Metode Penelitian ... 39
3.3 Data Penelitian ... 39
3.4 Sumber Data Penelitian ... 40
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.6 Teknik Analisis Data ... 41
3.7 Instrumen Penelitian... 41
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
4.1 Analisis Puisi Nadoman “P p ling Alam Dunya” ... 43
4.1.1 Analisis Sintaksis Teks Puisi Nadoman “P p ling Alam Dunya” ... 43
4.1.2 Analisis Formula Bunyi Teks Puisi Nadoman “P p ling Alam Dunya” ... 56
4.1.2.1 Rima Teks Puisi Nadoman “P p ling Alam Dunya” ... 56
x
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.1.3 Analisis Majas Puisi Nadoman “P p ling Alam Dunya” ... 94
4.1.4 Analisis Tema Puisi Nadoman “P p ling Alam Dunya” ... 98
4.1.5 Analisis Data Nilai Puisi Nadoman “P p ling Alam Dunya” ... 109
4.1.5.1 Nilai Pendidikan Aqidah ... 109
4.1.5.2 Nilai Pendidikan Ibadah ... 109
4.1.5.3 Nilai Pendidikan Ahlak ... 110
4.1.4 Hasil Analisis Puisi Nadoman “P p ling Alam Dunya” ... 111
4.2 Analisis Puisi Nadoman “Siksa Kubur” ... 113
4.2.1 Analisis Sintaksis Teks Puisi Nadoman “Siksa Kubur” ... 113
4.2.2 Analisis Formula Bunyi Teks Puisi Nadoman “Siksa Kubur” ... 127
4.2.2.1 Rima Puisi Nadoman “Siksa Kubur” ... 127
4.2.2.2 Formula Irama Puisi Nadoman “Siksa Kubur” ... 152
4.2.3 Majas Puisi Nadoman “Siksa Kubur” ... 165
4.2.4 Tema Puisi Nadoman “Siksa Kubur” ... 169
4.2.5 Analisis Nilai Puisi Nadoman “Siksa Kubur” ... 178
4.2.5.1 Nilai Pendidikan Aqidah ... 178
4.2.5.2 Nilai Pendidikan Ibadah ... 179
4.2.5.3 Nilai Pendidikan ahlak ... 181
xi
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.3 Analisis Puisi Nadoman “Dawuh Nabi” ... 184
4.3.1 Analisis Sintaksis Puisi Nadoman “Dawuh Nabi” ... 184
4.3.2 Analisis Formula Bunyi Puisi Nadoman “Dawuh Nabi” ... 188
4.3.2.1 Analisis Rima Puisi Nadoman “Dawuh Nabi” ... 188
4.3.2.2 Analisis Formula Irama Puisi Nadoman “Dawuh Nabi” ... 195
4.3.3 Analisis Majas Puisi Nadoman “Dawuh Nabi” ... 198
4.3.4 Analisis Tema Puisi Nadoman “Dawuh Nabi” ... 199
4.3.5 Analisis Nilai Puisi Nadoman “Dawuh Nabi” ... 202
4.3.5.1 Nilai Pendidikan Aqidah ... 202
4.3.5.2 Nilai Pendidikan Ibadah ... 202
4.3.5.3 Nilai Pendidikan Ahlak ... 202
4.3.6 Hasil Analisis Puisi Nadoman “Dawuh Nabi” ... 206
4.4 Konteks Penuturan ... 208
4.4.1 Konteks Situasi ... 208
4.4.1.1 Penutur ... 208
4.4.1.2 Tempat ... 209
4.4.1.3 Waktu ... 210
4.4.2 Konteks Budaya...210
xii
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.4.2.2 Sistem pengetahuan... 213
4.4.2.3 Kesenian ... 213
4.5 Proses Penciptaan ... 213
4.6 Fungsi ... 214
4.7 Pembahasan Hasil Analisis Puisi Nadoman “P p ling” ... 215
BAB 5 UPAYA PELESTARIAN PUISI NADOMAN “P P LING ” ... 222
5.1 Upaya Pelestarian ... 222
5.2 Model Pelestarian: Model Dokumentasi dalam Bentuk Audio ... 222
5.3. Dampak yang Diharapkan ... 223
5.4 Alternatif Model Pelestarian Berupa Kegiatan dalam Pendidikan Non-formal ... 224
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN... 225
6.1 Simpulan ... 225
6.2 Saran ... 229
1
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003
tentang sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 dinyatakan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlakukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Menurut H.A.R Tilaar (dalam Abdul latif, 2009: 1) Pendidikan sebagai
suatu proses menumbuhkembangkan peserta didik yang memasyarakat,
membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional dan global.
Dari definisi ini dapat dijelaskan komponen-komponen sebagai berikut:
Pertama, pendidikan merupakan suatu proses berkesinambungan. Suatu
proses yang terjadi secara tidak instan pada diri peserta didik. Peserta didik
dianggap sebagai manusia yang memiliki kemampuan-kemampuan yang
permanen sebagai mahluk yang hidup didalam suatu masyarakat. kemampuan
tersebut berupa dorongan, keinginan yang ada pada manusia.
Kemampuan-kemampuan tersebut harus dikembangkan dan diarahkan sesuai dengan nilai yang
hidup atau dihidupkan dalam masyarakat. Dengan demikian, bisa dikatakan
bahwa proses pendidikan juga berarti proses penyelamatan kehidupan sosial dan
penyelamatan lingkungan yang memberikan hidup berkesinambungan, yakni
2
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menerus berkembang selama terdapat transaksi antara manusia dengan lingkungan
sesama manusia serta lingkungan alamnya.
1
Kedua, proses pendidikan berarti menumbuhkembangkan eksistensi
manusia. Eksistensi manusia terjadi terus menerus dan tidak pernah selesai selama
manusia itu hidup. Baik dalam ruang lingkup yang sempit atau pun luas dengan
sesama manusia di bumi ini. Tanggung jawab manusia yang
ditumbuhkembangkan melalui proses pendidikan bukan hanya mempunyai
dimensi lokal tetapi juga berdimensi nasional dan global.
ketiga eksistensi manusia yang memasyarakat. Proses pendidikan adalah
proses mewujudkan eksistensi manusia yang memayarakat. Proses ini terjadi
sekurang-kurangnya terdapat unsur orangtua, pendidikan formal dan pendidikan
nonformal. Pada hakikatnya tujuan pendidikan tidak terlepas dari pendidikan yang
berada dalam konteks masyarakat. pendidikan adalah produk suatu masyarakat
tertentu. Oleh sebab itu tujuan pendidikan tidak bisa dipisahkan dengan
masyarakat yang dimilikinya. Dengan kata lain, tujuan atau visi pendidikan sesuai
dengan visi masyarakat dimana pendidikan itu berada.
Keempat, proses pendidikan dalam masyarakat yang membudaya.
Masyarakat bukan hanya memiliki kebudayaan tetapi juga membudaya. Artinya
selain nilai-nilai yang berkembang akan muncul pula nilai-nilai yang baru dalam
masyarakat. Cepat atau lambat kebudayaan itu akan terus bergerak dan maju.
Selama manusia itu hidup maka selama itu pula kebudayaan akan terus
3
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diartikan sebagai proses menghayati, melestarikan, mengembangkan, dan
melaksanakan nilai-nilai yang berlaku. Pendidikan merupakan pranata sosial
dimana kebudayaan itu berkembang. Sehingga antara kebudayaan dan pendidikan
tidak bisa dipisahkan antar satu dengan yang lainnya.
Kelima, proses bermasyarakat dan membudaya mempunyai dimensi waktu
dan ruang. Dengan dimensi waktu, proses tersebut mempunyai aspek-aspek
historitas, kekinian, dan visi masa depan. Aspek historisitas berarti bahwa
kekuatan sejarah telah dimiliki dan bercampur dalam satu proses kebudayaan.
Aspek kekinian berarti budaya yang saat ini ada merupakan budaya masa lalu
yang masih dilestarikan dan budaya baru yang telah terseleksi menjadi budaya
yang hidup atau sedang mengalami proses. Visi ke depan maksudnya
kemungkinan pelestarian budaya yang saat ini ada dan kemungkinan untuk
mengakuisisi budaya yang akan datang. Proses pendidikan saat ini lebih mengarah
pada masa depan. Bahkan saat ini telah muncul bentuk kebudayaan baru yaitu
kebudayaan global yang mempengaruhi kebudayaan lokal.
Salah satu kebudayaan lokal yang masih hidup dan berkembang di
Indonesia adalah folklor. Folklor merupakan sebagian kebudayaan yang
penyebarannya pada umumnya melalui tutur kata atau lisan itulah sebabnya
sebagian orang menyebutnya sebagai tradisi lisan.
Setiap daerah memiliki folklor sesuai dengan ciri kolektifnya, seperti di
daerah Sunda yang masih melestarikan berbagai tradisi. Salah satu tradisi yang
merupakan ciri kolektif orang sunda yang sangat menjungjung tinggi tanaman
padi maka kita akan menemukan banyak sekali tradisi yang berhubungan dengan
kegiatan bertani seperti tradisi saat akan menanam padi, bagaimana
memperlakukan padi saat mulai berisi, sampai upacara saat panen berlangsung hal
ini menggambarkan bagaimana berharganya sebuah padi sebagai simbol sebuah
4
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang meninggalkan tradisi ini tetapi sebagian daerah masih ada yang
melestariknnya sebagai wujud rasa syukur atas pemberian Tuhan. Tradisi-tradisi
seperti initidak hilang atau mati bahkan hidup secara berdampingan.
Dari berbagai tradisi yang hidup dalam masyarakat Sunda ada salah satu
tradisi lisan yang sampai sekarang masih terjaga dengan baik di setiap daerah
yakni tradisi melantunkan nadoman atau sebagian orang menyebutnya dengan
puisi pupujian, sebagaimana dikatakan oleh Zaidan (2004:165) pupujian
merupakan bentuk puisi sunda terdiri atas empat larik, tiap larik bersuku aaaa,
isinya nasehat, pelajaran agama, pujian kepada Tuhan, solawat nabi dan doa.
Perbedaan antara puisi, nadoman, dan puisi pupujian hanya pada tataran istilah
sedangkan isi dan fungsinya sama. Nadoman merupakan jenis karya sastra lama
yang hidup dan berkembang dalam media lisan yang tertulis dalam wujud naskah
atau manuskrip.
Nadoman yang tersebar di Kecamatan Cililin begitu banyak dan terdiri
dari berbagai isi atau pesan seperti nasihat, doa, solawat nabi, riwayat Nabi
Muhammad Saw., pujian terhadap Allah Swt., serta masih banyak lagi yang
lainnya, namun karena nadoman termasuk tradisi lisan yang penyebarannya dari
mulut ke mulut sehingga akan ada persamaan dan perbedaan antara nadoman
Cililin dengan nadoman di daerah lainnya.
Adanya persamaan dan perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya
merupakan ciri sastra lisan mengingat cara penyebarannya yang secara mulut ke
mulut dan adanya sifat lupa juga keterbatasan pada manusia sehingga terdapat
penambahan dan pengurangan dalam karya sastra itu sendiri. Persamaan dan
perbedaannya biasanya terjadi pada adanya penambahan atau pengurangan dalam
nadoman itu sendiri. Nadoman adalah aktualisasi nilai Al-Qur’an dan Hadist ujar
narasumber (Hopidin,2014) dalam suatu kesempatan, karenanya akan ada
5
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Seperti sifatnya yang Anonim (Dananjaja,2007: 3-5) nadoman pun tidak
diketahui kapan ada dan siapa yang menciptakannya, namun dari narasumber
yang peneliti temui di salah satu Pesantren di Kampung Tangan-tangan Desa
Bongas kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat, pada tahun 1957 saat
Pesantren didirikan oleh Mama Ajengan Ahmad Tardia nadoman sudah
berkembang, tetapi narasumber yakni bapak Hopidin selaku anak almarhum
Mama Ajengan menyatakan bahwa Mama Ajengan Tardia yang membuat
nadoman itu sendiri sesuai dengan gejolak masyarakat saat itu sehingga banyak
berkembang nadoman yang isinya tentang “pepeling” atau nasihat. Walaupun
folklor bersifat anonim namun tidak berlaku seluruhnya bagi nadoman karena
banyak juga yang diketahui pengarangnya, seperti beberapa nadoman yang
diciptakan oleh bapak Hopidin yang menjadi narasumber dalam penelitian ini.
Sebagian masyarakat menganggap nadoman sebagai nyanyian kerohanian
dan merupakan suatu kebiasaan yang terus menerus berlangsung tanpa tahu
mengapa harus dilantunkan dan sampai kapan mereka harus tetap
melantunkannya, sedikit yang tahu bahwa nadoman adalah karya sastra
tradisional yang berbentuk puisi yang merupakan sastra daerah di dalamnya
terkandung banyak pesan diantaranya nilai pendidikan bagi generasi-generasi
berikutnya. nadoman menjebatani masa kini dan mas lampau.
Pengkajian dan penelitian terhadap nadoman perlu dilakukan, hal ini
karena terdapat makna yang mendalam dari setiap bait nadoman, yang dapat
menjadi tuntunan dalam kehidupan dan belum tergali seluruhnya. Penelitian ini
juga merupakan upaya pelestarian dan penyelamatan karya sastra dari kepunahan.
kehilangan karya sastra berarti kehilangan nilai sejarah dan budaya yang sangat
berharga baik untuk saat ini maupun masa yang akan datang, dalam karya sastra
terdapat ciri angan-angan yang dipandang sebagai warisan bangsa Indonesia.
Penelitian yang berkaitan dengan pengkajian terhadap nadoman pernah
6
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nilai Pendidikan dalam Nadoman Masyarakat Cilegon Banten” Adapun hasil
penelitiannya sebagai berikut.
Pertama; teks nadoman berisi tentang ibadah berkaitan dengan puasa,
solat, ahlak mulia, siksa kubur, dan beberapa nasehat tentang menjalani kehidupan
secara sosial dalam masyarakat. Kedua; teks nadoman besifat mengajak,
meninformasikan, menyarankan dan memberi nasihat kepada pembaca. Ketiga,
diksi yang terdapat dalam teks nadoman menggambarkan penyair nadoman
sebagai penyair yang taat menjalankan agama, rendah hati dan penyayang.
Keempat; nadoman yang merupakan bagian dari sastra lisan mempunyai
nilai-nilai yang penting dalam kehidupan masyarakat di ataranya, adalah nilai-nilai
pendidikan yang terdapat dalam nadoman masyarakat Cilegon adalah berkaitan
dengan pendidikan agama, ahlak, moral, dan budi pekerti. Kelima, teks nadoman
diwariskan secara turun temurun dari suatu generasi ke generasi lainnya. Proses
pewarisan nadoman dilakukan secara lisan. Penutur nadoman dengan cara
periodik mendengarkan lantunan nadoman dari mesjid menjelang solat tiba.
Keenam, data dalam penelitian ini adalah sastra lisan yang berupa nadoman yang
berkembang dalam kehidupan masyarakat Cilegon yang berupa teks dan konteks.
Data yang terkumpul dan bahan analisis berjumlah sembilan judul nadoman.
Adapun judul nadoman tersebut adalah Solawat bulan Ramadhan. 1) Wasiat
Kanggo Anak Putu (Nasehat untuk anak cucu), 2) Syair Eling Pangeling (Syair
Nasehat), 3) Syair Kubur, 4) Urip Ning Dunya (Hidup di Dunia), 5) Katuran
Shalat (Marilah shalat), 6) Rukun Islam, 7) Rukun Shalat, 8) Wajib Shalat.
Selanjutnya penelitian tentang nadoman dilakukan juga oleh Een pada
tahun 2011, dalam tesisnya yang berjudul “Struktur dan Nilai-Nilai Moral dalam
Nadoman Sejarah Nabi Muhammad SAW. Serta Model Pelestariannya” data
penelitian ini adalah sastra yang berupa nadoman sejarah Nabi Muhammad Saw..
yang berkembang di wilayah Bandung selatan, tepatnya di Aliyah Yayasan
7
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sejarah Nabi Muhammad Saw.. merupakan karya K.H.U. Abdurrahman sebagai
pengasuh pusat YPI Cikoneng, terdiri atas 12 bagian, 180 bait, dan 780 larik.
Nadoman tersebut masih menggunakan bahasa Sunda. Untuk memudahkan
Pemahaman, teks nadoman diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, tetapi
penganalisisan tetap pada bahasa aslinya yakni bahasa Sunda. Temanadoman
Sejarah Nabi Muhammad Saw. sebagai berikut.
Bagian pertama terdiri atas sembilan bait yang bertemakan seruan untuk
mengetahui sejarah Nabi Muhammad Saw. sebagai penutur dan teladan yang
harus diikuti oleh umatnya. Bagian kedua terdiri atas sepuluh bait yang
bertemakan tentang keberadaan. Bagian ketiga terdiri atas sembilan bait yang
bertemakan tentang keberadaan Muhammad ketika usia empat puluh tahun sering
merasa tidak betah di rumah, sering melihat cahaya pada waktu tidur, dan
berkhalawat di Gua Hira, kedatangan utusan dari langit yang membawa amanah
yang disampaikan berupa tugas yang harus disebarkan, diangkatnya Muhammad
menjadi utusan untuk menyebarkan tuntunan yang berupa wahyu Al-Qur’an dan
ajaran-ajaran. Bagian keempat terdiri atas tujuh bait yang bertemakan tentang
tugas permulaan dari kenabian yaitu menyebarkan ajaran kepada keluarga dan
sahabat-sahabatnya untuk menyembah kepada Allah yang Maha Esa sambil
membacakan perjanjian kepada orang yang beriman dan ancaman bagi orang yang
kafir. Bagian kelima terdiri atas dua puluh tujuh bait yang bertemakan tentang
da’wah Nabi Muhammad Saw. secara terang-teragan dan banyak mendapat
rintangan, keenam terdiri atas delapan belas bait yang bertemakan tentang Nabi
Muhammad Saw. ditawan dengan tidak diberi makan sampai makan dedaunan,
dan pada tahun yang bersamaan beliau ditinggalkan oleh sang istri yang paling
berkesan. Bagian ketujuh, terdiri atas sembilan bait yang bertemakan tentang Isra
Mi’raj Nabi Muhammad Saw. serta mendapat kewajiban untuk melaksanakan
shalat lima kali sehari. Bagian kesembilan, terdiri atas sembilan bait yang
8
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
smua orang terutama di kota Madinah. Kesepuluh, terdiri atas tujuh belas bait
yang bertemakan tentang penyebaran agama melalui tujuh puluh orang yang ikut
bersama Nabi Muhammad Saw. Bagian kesebelas, terdiri atas dua belas bait yang
bertemakan tentang kedatangan Nabi Muhammad Saw. di Quba dan sejak itulah
dimulainya tahun islam (Hijriyah) dan pada saat itulah didirikan mesjid Quba.
Bagian kedua belas, terdiri atas empat puluh tujuh bait yang bertemakan tentang
strategi Nabi Muhammad Saw. dalam menyusun kekuatan dan membentuk
susunan kenegaraan berdasarkan katauhidan dan memberantas kemusrikan.
Berdasarkan hasil analisis terdapat tiga nilai moral dalam nadoman sejarah
Nabi Muhammad Saw., yakni nilai moral ketuhanan, nilai moral kepribadian dan
nilai moral kemasyarakatan. Nilai moral ketuhanan meliputi nilai moral taqwa,
tawakal, taubat dan roja. Sedangkan nilai moral kepribadian meliputi nilai moral
sabar, optimis, ikhlas, dan jujur. Nilai moral kemasyarakatan antara lain terdiri
dari moral rukun, tenggang rasa, adil dan dermawan.
Dari kedua penelitian di atas, walaupun mengusung judul pengkajian
terhadap struktur nadoman namun keduanya tidak memperlihatkan hasil analisis
struktur pada umumnya.
Selanjutnya, penelitian yang serupa dilakukan oleh Kamaludin pada tahun
2013 dengan Judul “Tradisi Membaca Syair Al-Barzanji di Lingkungan
Sosiokultural Masyarakat Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat.” Hasil penelian
pertama, kitab Syair Barzanji merupakan karya sastra Syaikh Ja’far bin Husin bin
Abdul Karim bin Muhammad Al Barzanji isinya memuat doa, pupujian dan
penceritaan riwayat kehidupan nabi. Kedua, tradisi membaca syair Barzanji di
wilayah Kabupaten Cianjur pada umumnya dilaksanakan pada momen-momen
tertentu seperti mencukur rambut bayi, khitanan, memperingati maulid Nabi
Muhammad Saw., memperingati peristiwa Isro dan Mi’raj. Ketiga, makna yang
9
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
historis, nilai budaya dan nilai religius. Penelitian yang dilakukan Kamaludin ini
menekankan pada pengkajian nilai-nilai pada syair Barzanji.
Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan ketiga penelitian di
atas terletak pada objek dan masalah yang diteliti, penelitian ini mengkaji srtuktur
nadoman “pepeling”, bagaimana nilai terkandung di dalamnya dan bagaimana
proses pelestariannya dalam masyarakat.
Pengambilan nadoman “pepeling” dijadikan sebagai objek penelitian
karena nadoman ini mencerminkan gejolak masyarakat pada tahun 1967 di
masyarakat Cililin sehingga menarik untuk diteliti. Nadoman ini biasanya
dilantunkan oleh ibu-ibu atau bapak-bapak sebelum memulai pengajian, sebelum
adzan, saat syukuran kelahiran anak yakni saat mencukur rambut bayi, ada pula
yang melantunkannya setelah diantara adzan dan iqomat sambil menunggu
jama’ah mesjid datang. Adapun tujuan melantunkan nadoman ini adalah untuk
mengingatkan sesama muslim agar tidak terlena oleh urusan duniawi.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang dipaparkan di atas maka peneliti mengidentifikasi
masalah-masalah penelitian berdasarkan;
1. Masyarakat menganggap nadoman sebagai nyanyian rohani dan
merupakan sebuah kebiasaan tanpa mengetahui bahwa nadoman
merupakan karya sastra tradisional yang kita miliki sehingga harus tetap
dilestarikan.
2. Nadoman “pepeling” dilantunkan oleh mayoritas orang tua sehingga
dihawatirkan ketika para orang tua itu meninggal tidak ada generasi
10
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Nadoman biasanya menggunakan bahasa daerah sehingga generasi muda
tidak begitu paham dan tertarik pada nadoman.
4. Nadoman banyak yang ditulis dengan tulisan arab pegon (arab melayu)
sehingga banyak yang tidak bisa membacanya.
1.3 Batasan Masalah
Dari masalah yang dipaparkan dalam identifikasi masalah di atas,
penelitian ini dibatasi pada nadoman yang bersifat “pepeling” atau pengingat hal
ini dilakukan karena adanya kekhasan pada nadoman “pepeling” yang
berkembang pada masyarakat di Kampung Tangan-tangan Kecamatan Cililin
Kabupaten Bandung Barat sekitar tahun 1960. Fokus penganalisisan struktur puisi
dan nilai yang ada didalam nadoman “pepeling” serta upaya pelestariannya dalam
bentuk audio yang dapat digunakan pada perayaan hari besar keagamaan.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dibuatkan rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana struktur nadoman “pepeling”?
2. Nilai apa sajakah yang terkandung dalam nadoman “pepeling”?
3. Bagaimana bentuk pelestarian nadoman “pepeling” dalam pendidikan
11
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.5 Tujuan Penelitian
Dari uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penelitian
ini bertujuan:
1. Mendeskripsikan struktur nadoman “pepeling”
2. Mendeskripsikan nilai yang terkandung dalam nadoman “pepeling”
3. Menyajikan upaya pelestarian dalam bentuk audio sebagai media untuk
mempermudah masyarakat mendengarkan dan melantunkan nadoman
“pepeling” sehingga ruang dan waktu pelantunan nadoman tidak terbatas.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
praktis. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk mendukung beberapa teori
tentang struktur puisi, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya seperti nilai moral,
nilai kerifan lokan, nilai pendidikan, nilai kerohanian dalam puisi terutama puisi
lama berupa nadoman dan dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi bagi
penulisan sastra modern.
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan pada kegiatan
keagamaan, seperti perayaan hari-hari besar keagamaan, selain itu diharapkan
dapat memberikan semangat dan dorongan kepada generasi muda untuk
menghayati kandungan nilai-nilai dalam nadoman sebagai acuan atau tuntunan
untuk berprilaku yang lebih baik. Manfaat lain yang penulis harapkan yakni
masyarakat khususnya generasi muda dapat lebih menjaga sastra daerah seperti
12
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.7 Definisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan interpretasi dan penafsiran dalam mengkaji
penelitian ini, peneliti memeberikan definisi operasional yang berkaitan dengan
pennelitian, yakni sebagai berikut:
1) Struktur adalah susunan yang terkandung dalam nadoman yang saling terkait
sehingga memberi makna yang menyeluruh pada puisi tersebut. Unsur
intrinsik merupakan unsur pembentuk karya sastra yang berasal dari dalam
karya sastra itu sendiri. Unsur ektrinsik merupakan unsur pembentuk karya
sastra yang berasal dari luar karya sastra. Dalam hal ini peneliti mengaitkan
bahwa unsur pembentuk karya sastra adalah unsur-unsur baik berasal dari
dalam maupun berasal dari luar karya sastra itu sendiri.
2) Nilai adalah konsep ideal tentang sesuatu yang dipandang dan diakui
berharga, serta mempengaruhi perilaku seseorang atau masyarakat yang
mempunyai nilai tersebut.
3) Nadoman adalah puisi tradisional yang berupa puji-pujian tentang keagungan
Tuhan, sholawat nabi, Nasihat atau ajakan melaksanakan ibadah.
Karangannya rata-rata dalam bentuk syair yang ukurannya relatif pendek.
Nadoman biasanya dilantunkan secara bersama-sama di mesjid atau jamaah
sholat atau pengajian di madrasah.
4) Upaya Pelestarian dalam bentuk audio untuk mempermudah masyarakat untuk
mendengarkan dan melantunkan nadoman “pepeling” sehingga tidak terikat
ruang dan waktu.
1.8 Asumsi Penelitian
Asumsi atau anggapan dasar yang penuluis gunakan sebagai pedoman
13
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Nadoman dalam kegiatan keagamaan di daerah Cililin Kabupaten Bandung
Barat turut memperkaya tradisi daerah dan khazanah sastra Indonesia.
2) Nadoman dalam kegiatan keagamaan pada masyarakat Cililin Kabupaten
Bandung Barat, bila dimaknai memiliki nilai-nilai luhur keagamaan yang
perlu diwariskan kepada generasi penerus.
3) Melestarikan dan mengembangkan tradisi daerah berarti menggali pendidikan
38
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB 3
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
Objek dan metode penelitian dalam bab 3 akan membahas mengenai:
objek, metode penelitian, data penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data, dan instrumen penelitian. Hal-hal tersebut dapat dilihat dari
uraian berikut:
3.1 Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah folklor lisan berupa nadoman pèpèling
yang berkembang pada tahun 1967 di kampung Tangan-tangan Desa Bongas
Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat. Nadoman pèpèling didapat secara
langsung dari informan yang juga merupakan pewaris langsung.
Endraswara (2012: 220) mengemukakan bahwa informan harus dipilih
berdasarkan peranan yang diembannya dalam masyarakat. Informan seperti itu
disebut informan kunci.
Berdasarkan kriteria pemilihan informan di atas, ditentukanlah bahwa
folklor lisan yang dijadikan objek penelitian adalah nadoman yang berkembang
di Kampung tangan-tangan Desa Bongas Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung
Barat. Bapak Hopidin dipilih sebagai narasumber karena memenuhi kriteria
informan menurut Bunanta dan Endraswara. Hopidin merupakan pewaris aktif
folklor lisan karena ia merupakan anak dari Mama Ajengan Tardia yang
memopulerkan nadoman pèpèling di Kampung Tangan-tangan Desa Bongas
Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat. Ia mendapatkan puisi nadoman dari
Ayahnya. Ia pun menurunkan puisi nadoman tersebut pada generasi setelahnya
sehingga nadoman ini masih ada dan tidak punah. Ia berumur 50 tahun. Dalam
masyarakat ia berperan sebagai Ajengan di masyarakat. Di tempat tinggalnya ia
39
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terkenal sebagai anak pemuka agama Islam yang terkenal dan pemilik pesantren,
Oleh karena itu, Hopidin layak untuk dipilih sebagai informan karena memiliki
otoritas terhadap puisi nadoman dituturkannya.
Nadoman “pèpèling” dipilih karena nadoman ini berkembang di
masyarakat Kampung Tangan-tangan sekitar tahun 1967 jadi penuturnya pun
sudah sangat sedikit karena usia yang semakin tua sehingga hanya beberapa orang
saja yang masih ingat, dengan diangkatnya puisi nadoman peneliti berharap
masyarakat dapat memelihara dan menggali makna dibalik puisi nadoman
tersebut.
3.2 Metode Penelitian
Untuk mengungkapkan nilai-nilai dan struktur pada nadoman “pèpèling”
digunakan metode deskriptif analitis. Artinya data disajikan dalam bentuk
kata-kata bukan dalam bentuk angka.
Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam
lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa
dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Nasution, 1988: 5).
Metode deskriptif digunakan untuk membantu mengidentifikasi dan
memaparkan unsur-unsur yang menjadi fokus penelitian. Sudjana dan Ibrahim
(2007: 64) mengemukakan bahwa metode deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan suatu gejala, perisriwa, kejadian, yang terjadi saat penelitian
berlangsung. Metode deskriptif ini disertai dengan kegiatan analisis agar diperoleh
pembahasan yang mendalam tentang nilai-nilai dan struktur yang ada pada
nadoman “pèpèling”.
40
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data dalam penelitian ini adalah puisi-nadomanan “pèpèling” yang
berkembang di Kampung Tangan-tangan Desa Bongas Kabupaten Bandung Barat.
3.4 Sumber Data Penelitian
Yang menjadisumber data dalam penelitian ini adalah masyarakat yang
berada diwilayah Bandung Barat yang masih memelihara tradisi melantunkan
puisi nadoman. Informasi penelitian ini minimal memenuhi kriteria sebagai
berikut;
a) Informan : pemuka agama, santri, pengurus pesantren, pengurus mesjid,
tokoh nasional dan seminar,
b) Informan sekitar wilayah bandung barat yang mengetahui puisi nadoman
pèpèlingdan
c) Warga masyarakat Kampung Tangan-tangan Desa Bongas Kecamatan
Cililin Kabupaten Bandung Barat.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi. Selain itu data
tambahan diperoleh melalui teknik wawancara dan observasi.
Dilakukanwawancara dengan informan yang ahli dibidangnya seperti pimpinan
pesantren, ustad, santri dan masyarakat yang masih melestarikan tradisi nadoman.
41
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Observasi dilakukan di madrasah dan pesantren.
2. Setelah didapatkan teks-teks nadoman, teks tersebut dibaca dengan cermat
untuk kemudian nadoman yang bersifat pèpèling atau pengingat
dikelompokan tersendiri untuk dikaji.
3. Teks dibaca secara berulang-ulang untuk menemukan hal-hal penting sesuai
dengan masalah penelitian.
4. Setelah hal-hal penting dicatat sesuai dengan penelitian, peneliti memilih dan
menentukan data yang sesuai dengan masalah yang dirumuskan.
5. Melakukan wawancara dengan beberapa pihak yang mempunyai keterkaitan
dengan pelestarian puisi nadoman.
3.6 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari lapangan kemudian dianalisis. Untuk
menganalisis data-data tersebut dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menganalisis struktur nadomanan
2. Mendeskripsikan nilai nadomanan
3. Mengelompokkan data berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam puisi
nadoman
4. Menginterpretasikan data sesuai dengan teori yang digunakan
5. Membuat upaya pelestarian
6. Menarik kesimpulan
Analisis data dilakukan dengan cara simultan bersamaan dengan
pengumpulan data. Setelah data terkumpul semua kemudian ditranskripsikan
dalam bahasa Sunda dan dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia. Kemudian
dianalisis berdasarkan strukturnya dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
3.7 Instrumen Penelitian
42
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Daftar pertanyaan wawancara memuat sejumlah pertanyaan yang diajukan
kepada narasumber. Pertanyaan yang diajukan kepada narasumber disesuaikan
dengan posisi narasumber.
2) Alat rekam data
Alat rekam data digunakan untuk merekam data-data yang dibutuhkan dalam
penelitian. Alat rekam data yang digunakan antara lain:
(1) alat tulis
(2) kamera
(3) alat rekam
3) Format analisis
(1) Struktur
Kalimat
Fungsi
Peran
(2) Nilai
No Teks Puisi Nadoman Kata Kunci
43
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
222
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB 5
UPAYA PELESTARIAN NADOMAN “PEPELING”
5.1 Upaya Pelestarian
Upaya pelestarian dalam penelitian ini berbentuk audio yang di dalamnya
terdiri dari tiga puisi nadoman. Puisi nadoman 1) berjudul Pèpèling Alam Dunya
yang berisi tentang kematian 2) Puisi nadoman kedua Siksa Kubur bercarita
tentang keadaan dan siksa kubur setelah kematian dan yang ketiga 3) Puisi
Dawuh Nabi yang isinya tentang nasihat yang disampaikan lewat perkataan Nabi
Muhammad Saw.
Puisi nadoman ini merupakan puisi nadoman yang berkembang di
kampung Tangan-tangan Desa Bongas Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung
Barat sekitar tahun 1960-an. Puisi nadoman ini tergolong ke dalam puisi nadoman
Pèpèling karena isinya berupa nasihat sebagai pengingat bagi masyarakat.
5.2 Model Pelestarian : Model Dokumentasi dalam Bentuk Audio
Berdasarkan kebutuhan di lapangan dan saran dari para ahli yang terdapat
dalam format penilaian judgmen maka model pelestarian dalam bentuk audio
dianggap sesuai untuk melestariakan tradisi melantunkan puisi nadoman di
masyarakat Kampung Tangan-tangan desa Bongas Kecamatan Cililin Kabupaten
Bandung Barat yang berkembang sekitar tahun 1960-an tanpa dibatasi ruang dan
223
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Atas dasar pemikiran yang telah dipaparkan di atas, kemudian peneliti
mermbuat sebuah upaya pelestarian yang sekiranya dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat secara luas dan tidak terikat.
Melalui audio bukan hanya kemudahan dalam mempelajari puisi nadoman
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tetapi dengan pengemasan musik yang
identik dengan agama islam peneliti berharap tidak ada nilai dan makna yang
hilang dari puisi nadoman.
5.3 Dampak yang Diharapkan
Setelah Masyarakat mengetahui puisi nadoman merupakan salah satu
karya sastra tradisional yang kita miliki, masyarakat dapat lebih mencintai dan
bangga terhadap puisi nadoman, sehingga timbul keinginan dalam setiap
individu untuk mempelajari dan memahami puisi nadoman yang mengandung
nilai pendidikan yang perlu dilestarikan.
Melalui puisi nadoman masyarakat dapat lebih bijak memahami maksud
yang terkandung dalam karya satra lama sebagai suatu pendidikan yang
dititipkan leluhur lewat karya sastra. Melalui karya sastra masyarakat
menerima suatu pengetahuan tanpa merasa digurui sehingga penerimaanya
akan lebih positif djika dibandingkan dengan pemberian nasihat secara
langsung.
Puisi nadoman pèpèling memberikan efek positif bagi masyarakat untuk
dapat hidup lebih baik lagi karena isi dan pesan yang disampaikan merupakan
nasihat-nasihat bagi manusia untuk dapat hidup dengan lebih baik lagi.
Masyarakat Desa Bongas Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat
setelah adanya upaya pelestarian dalam bentuk audio dapat mengetahui dan
224
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melalui model pelestarian ini generasi muda akan mencintai dan terus
melestarikan puisi nadoman sebagai sebuah kekayaan yang mencerminkan
identitas bangsanya.
Model pelestarian yang dirancang memberikan kontribusi positif pada
pelestarian puisi nadoman lain yang masih hidup dan berkembang dalam
masyarakat sunda.
5.4Alternatif Model Pelestarian Berupa Kegiatan dalam Pendidikan Non-Formal
Pendidikan nonformal di masyarakat sudah sangat berkembang, salah
satunya dalam kegiatan rutin pengajian remaja yang diadakan minimal
satu minggu sekali, dalam kegiatan ini sebelum menginjak kegiatan inti
dilantunkan terlebih dahulu puisi nadoman yang temanya sesuai dengan
usia remaja kemudian para remaja melakukan diskusi tentang isi nadoman
tersebut, setelah diskusi para remaja membuat sebuah pelaksanaan sebagai
aplikasi dari isi puisi nadoman kemudian lhatlah bagaimana sikap atau
respon remaja setelah proses-proses yang dilakukan dari kegiatan ini, 1)
apakah mereka tertarik untuk mempelajari puisi nadoman, 2) apakah
mereka merasa senang dengan puisi nadoman 3) apakah mereka merasa
biasa-biasa saja, 4) atau mereka sama sekali tidak tertarik.
Kegiatan ini sudah mulai diterapkan di pengajian karang taruna yang
bertempat di madrasah atau mesjid yang digilir setiap minggunya di Desa
Bongas Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat. Materi yang
dibahas disesuaikan dengan usia, apabila pada majlis ta’lim materi yang
dibahas sifatnya lebih berat seperti pada puisi nadoman pèpèling maka
225
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembahasan biasanya mengenai materi yang sesuai dengan
masalah-masalah remaja.
Model pelestarian dalam bentuk audio ini dapat dimanfaatkan dalam
kegiatan-kegiatan kerohanian seperti seperti perayaan Isro Mi’raj, Maulid
Nabi dan intihan, atau kenaikan kelas baik pendidikan formal atau pun
non-formal seperti yang telah dilaksanakan di Lembaga Pendidikan
Hasanatul Huda dan kegiatan perpisahan SMP Negeri 02 Cililin
225
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini diuraikan tentang kesimpulan dan saran-saran sebagai bab
penutup. Kesimpulan yang dimaksud adalah memberikan gambaran yang jelas
dari analisis data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Dari
kesimpulan ini kemudian diberikan saran-saran untuk perbaikan.
6.1 Simpulan
Data dalam penelitian ini adalah sastra lisan yang berupa puisi nadoman
pèpèling yang terdiri dari tiga puisi nadoman yaitu pertama “Pèpèling Alam
Dunya” kedua, “Siksa Kubur” dan ketiga “Dawuh Nabi”. Ketiga puisi nadoman
pèpèling ini berkembang pada tahun 1960-an, puisi ini bersifat anonim karena
banyak tersebar di tatar Sunda.
Berdasarkan hasil analisis struktur, puisi pertama “Pèpèling Alam Dunya”
berdasarkan bentukya terdiri dari 30 bait yang terdiri dari 4 larik, jadi jumlah
keseluruhan 120 larik. Puisi kedua “Siksa Kubur” memiliki 30 bait yang setiap
bait terdiri dari 4 larik, dan puisi ketiga “Dawuh Nabi” terdiri dari 6 bait yang
setiap bait terdiri dari 4 larik. Ketiga puisi nadoman pèpèling ini masih
menggunakan bahasa Sunda.
Stuktur sintaksis pada nadoman tidak seperti struktur sintaksis pada
bahasa tulis, karena puisi nadoman merupakan bahasa lisan maka banyak inversi
yang terjadi dalam teks. Inversi adalah menyebutkan terlebih dahulu predikat
226
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam suatu kalimat sebelum subjeknya. Banyaknya inversi pada puisi nadoman
menjadikan puisi nadoman memiliki kekhasan tersendiri dalam struktur sintaksis.
Rima yang terdiri dari asonansi dan aliterasi pada nadoman “Pèpèling
Alam Dunya” didominasi oleh pengulangan bunyi vokal /a/ yang bersuara berat
sedangkan aliterasi terjadi akibat pengulangan beberapa bunyi konsonan di
beberapa larik pada setiap nadoman.
Irama ketiga puisi nadoman pèpèling berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Irama yang digunakan merupakan irama-irama yang sederhana yang
tidak sulit diingat dan diikuti, mengalun begitu saja karena irama pada awal,
tengah sampai bagian akhir stabil tidak ada irama yang menaik dan menurun
sehingga sulit dipahami.
Irama dalam teks nadoman pèpèling ketika dilantunkan oleh penutur,
irama yang terdengar memang terdengar sama pada pelafalan setiap barisnya,
namun ada perbedaan jumlah ketukan yang terdapat setiap kata pada setiap
barisnya. Unsur sintaksis juga ternyata mempengaruhi kesamaan irama yang
terjadi pada pupujian ini, hal itu dikarenakan jenis kalimat yang kurang lebih
memiliki kesamaan dengan jumlah suku kata yaitu delapan suku kata pada setiap
lariknya.
Gaya bahasa yang terdapat dalam teks puisi nadoman pèpèling ini semakin
menambah nilai estetis (keindahan). Ada beberapa majas atau gaya bahasa yang
terdapat pada teks puisi nadoman pèpèling ini seperti majas personifikasi,
sinekdok pars prototo, metafora, hiperbola, antripomorfisme, disfemisme, inversi,
repetisi dan pararelisme.
Diksi atau pemilihan kata dalam bahasa Sunda (Kabupaten Bandung
227
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bahasa yang sederhana namun maknanya sangat dalam sehingga pesan yang
disampaikan oleh pengarang dalam nadoman pèpèling sampai pada pendengar.
Kata-kata yang dipilih cukup mudah dipahami oleh masyarakat, khususnya
masyarakat di Desa Bongas Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat.
Tema dibentuk dari berbagai isotopi yang muncul dalam puisi nadoman,
lain puisi nadoman lain pula isotopi yang muncul bergantung kata-kata yang
terdapat dalam puisi nadoman tersebut. nadoman “Pèpèling alam dunya” bertema
kemtian. Nadoman “Siksa Kubur” bertema siksa kubur dan puisi nadoman “Dawuh Nabi” yaitu bertema ibadah.
Nilai yang muncul dari puisi ketiga nadoman Pèpèling meliputi nilai
pendidikan aqidah, ibadah dan ahlak. Masing-masing puisi nadoman Pèpèling
memiliki penekanan sendiri-sendiri dalam ketiga aspek nilai.
Nilai aqidah pada puisi nadoman “Pèpèling alam dunya” menitik
beratkan pada kepercayaan akan hadirnya kematian sehingga nilai ibadah yang
kemudian muncul adalah menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya sebelum
terlambat dan menyesal setelah kematian datang sedangkan nilai ahlak yang
ditonjolkan adalah adanya kesadaran pada masyarakat untuk lebih meningkatkan
ibadah agar tidak menyesal dikemudian hari.
Nilai pada puisi nadoman “Siksa Kubur” pertama nilai aqidah yang
muncul adanya keoercayaan bahwa kehidupan setelah kematian itu ada, setelah
mati manusia akan berpindah alan dari alam dunia ke alam kubur. Segala amal
perbuatan kita di timbang di alam kubur. Ada balasan dari tiap kebaikan dan
keburukan yang kita lakukan di dunia sehingga ilustrasi siksa kubur bagi mereka
yang selalu berbuat dosa digambarkan dengan nyata dalam puisi nadoman “Siksa
kubur” dengan tujuan manusia takut dan menambah keimanannya. Pendidikan
ibadah yang dicontohkan dalam puisi nadoman “Siksa Kubur”adalah janganlah
228
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang paling utama. Nilai ahlak yang ada pada puisi nadoman ini merupakan
perilaku manusia yang selalu menyia-nyiakan ibadah solat harapan pengarang ada
perubahan ahlak ke arah yang lebih baik setelah masyarakat mendengar dan
menuturkan nadoman ini.
Nilai puisi nadoman “Dawuh Nabi” pertama nilai aqidah yang ada adalah
adanya pembalasan di akhirat nanti dari Tuhan bagi manusia yang melakukan
kebajikan seperti yang telah diperintahkan oleh Nabi Muhammad Saw, nilai
pendidikan ibadah adalah apa-apa yang diperintahkan oleh Nabi yang terdapat di
setiap larik dalam puisi nadoman “Dawuh Nabi”, sedangkan nilai pendidikan
ahlak yang terdapat dalam puisi nadoman ini adalah sifat patuh terhadap ajaran
agama dan perintah-perintah Tuhan.
Pada ketiga puisi nadoman Pèpèling ini dibahas pula mengenai konteks
penuturan yang meliputi; penutur yang mengajak dan memulai selanjutnya
penutur yang kemudian mengikuti dan melantunkan puisi nadoman Pèpèling
secara bersama-sama, setting penuturan yang dilakukan di mesjid atau madrasah.
Dan waktu penuturan yang khusus dilakukan pada sebelum adzan subuh dan
pengajian rutin ibu-ibu.
Konteks budaya yang melatari terjadinya pelantunan puisi nadoman
diantaranya, pertama bahasa yang digunakan oleh masyarakat Cililin merupakan
bahasa Sunda hal ini merupakan salah satu faktor mengapa puisi nadoman hidup
dengan subur di daerah Cililin karena masyarakatnya merupakan pengguna aktif
bahasa Sunda sehingga mengerti betul isi dari puisi nadoman yang dilantunkan.
kedua sistem reliji, masyarakat Cililin mayoritas beragama islam selain
dari banyaknya pesantren dan lembaga keagamaan yang tersebar di Kecamatan
229
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
karya sastra bernapaskan islam seperti puisi nadoman yang terpelihara dengan
dengan baik tanpa terusik dengan perkembangan selera masyarakat.
ketiga kesenian, dari banyaknya kesenian yang berkembang di Cililin
Kabupaten Bandung Barat salah satu kesenian yang dapat bertahan adalah
pelantunan puisi nadoman meskipun pelantunnya masih dari kalangan orang tua
tetapi kesenian ini mampu bertahan dan terpelihara.
Proses Penciptaan puisi nadoman Pèpèling ini sebenarnya tidak diketahui
siapapencipta dan dari mana asalnya. Namun besar kemungkinan teks puisi
nadoman Pèpèling berasal dari lingkungan pesantren dan penciptanya dalah
seorang yang memahami ilmu agama islam dan memiliki kemampuan bersastra
yang tinggi. Hal ini dapat terlihat dari struktur sintaksis, formula bunyi, rima,
irama, majas dan tema.
Fungsi puisi nadoman Pèpèling 1) jika dilihat dari analisis formula
sintaksis merupakan suatu ibadah karena dengan mendengarkan dan melantunkan
mereka juga mengingatkan kepada semua masyarakat untuk menjalani semua
perintahnya dan menjauhi segala larangannya 2) dari analisis diksi dan rima
fungsi selanjutnya yang terdapat dalam puisi nadoman ialah memudahkan
penghapalan bagi masyarakat dalam mempelajari ajaran agama islam 3) sebagai
media pendidikan dan metode seni sastra karena lewat puisi nadoman yang
dilantunkan masyarakat merasa senang mempelajari dan mengingat ajaran-ajaran
agama islam.
6.2 Saran
Puisi nadoman pèpèling ini merupakan salah satu dari sebagian banyak
230
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
banyak lagi nadoman selain nadoman pèpèling ini, yang seharusnya ikut diteliti
keberadaannya.
Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka dapat dikemukakan
saran-saran sebagai berikut.
1. Diharapkan masyarakat Indonesia memiliki rasa ingin melestarikan
budaya atau tradisi-tradisi yang ada di Indonesia khususnya yang
memang sudah kurang diperhatikan keberadaannya, dan ada yang
sudah hampir punah.
2. Diharapkan untuk penelitian kedepannya agar lebih baik lagi dari
penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya.
3. Penelitian yang dilakukan bukan hanya untuk kepentingan pribadi saja
melainkan demi kepentingan negeri kita Indonesia dalam upaya untuk
230
Dewi Kusuma, 2014
Struktur Dan Nilai Puisi Nadoman Di cililin Kabupaten bandung Barat Serta Upaya Pelestariannya dalam pendidikan Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Almath, Muhammad Faiz. 1995. 1100 Hadist Terpilih. Jakarta: Gema Insani. Press.
Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Jakarta: Sinar Baru Algesindo.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Badrun, Ahmad. 2003. “Patu Mbojo: Struktur, Konteks pertunjukan, Proses Penciptaan, dan
Fungsi”. Disertasi program Pascasarjana Universitas Indonesia, Depok.
Bruce, Joyce dkk. Model-Model Pengajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Danadibrata, R, 2006. Kamus Bahasa Sunda. Bandung: Kiblat.
Danandjaja, James. 1997. Foklor Indonesia (Ilmu gossip, dongeng, dan lain-lain). Jakarta: Grafiti.
Depdiknas. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: CV. Asy-Syifa.
Djamris, Edwar. 1993. Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik. Jakarta: Balai Pustaka.
Djojosuroto, Kinayati. 2005. Puisi Pendekatan dan Pembelajaran. Bandung: Nuansa.
Een. 2011. “Struktur dan Nilai-Nilai Moral dalam Puisi Nadoman Sejarah Nabi Muhammad
Saw Serta Model Pelestariannya”. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung.
Endraswara, Suwardi. 2012. Metodologi Penelitian Sastra-Epistimologi, Model, Teori, dan
Aplikasi. Yogyakarta: CAPS.
Ensten, Mursal. 1978. Kesusastraan, Pengantar teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa. Fraenkel, Jack R & Norman E Wallen. 2007. How to Design and Evaluate Research.
Harini, Yostiani Noor Asmi. 2011. “Transformasi Folklor Lisan Nini Anteh ke Novel
Dongeng Nini Anteh Karya A.S. Kesuma”. Tesis. Universitas Padjadjaran.
Bandung.