• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemahaman dan miskonsepsi konsep gaya yang terjadi pada calon guru Fisika di Universitas Sanata Dharma.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemahaman dan miskonsepsi konsep gaya yang terjadi pada calon guru Fisika di Universitas Sanata Dharma."

Copied!
291
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Evi Mardiana. 2014. Pemahaman dan Miskonsepsi Konsep Gaya yang Terjadi

pada Calon Guru Fisika di Universitas Sanata Dharma. Skripsi.

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini adalah kuantitatif yaitu penelitian survei desain. Penelitian

yang ingin mencari data untuk menentukan sifat-sifat khas suatu kelompok yang

bertujuan untuk (1) mengetahui tingkat pemahaman para calon guru fisika tentang

konsep gaya, (2) mengetahui miskonsepsi yang dialami oleh para calon guru

fisika tentang konsep gaya, dan (3) mengetahui materi-materi apa saja dalam

konsep gaya yang sering menimbulkan miskonsepsi bagi para calon guru fisika.

Penelitian dilaksanakan pada Progam Studi Pendidikan Fisika, Jurusan

Pendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Unisversitas Sanata Dharma Yogyakarta dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus

sampai 9 September 2013. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswa

Program Studi Pendidikan Fisika dari angkatan 2009 sampai 2013. Penelitian ini

menggunakan instrumen berupa soal-soal tentang konsep gaya yang diambil dari

jurnal dari The Physic Teacher yang berjudul Force Concept Inventory, kemudian

soal-soal tersebut diseleksi untuk memilih soal-soal yang baik yaitu soal-soal yang

(2)

Penelitian ini diawali dengan memberikan soal pada mahasiswa untuk

masing-masing angkatan. Untuk tingkat pemahaman, jawaban mahasiswa

dijumlahkan nilai benarnya untuk setiap soal kemudian diolah dengan

mengunakan uji Anova. Untuk melihat pemahaman setiap konsep, rata-rata nilai

benar untuk masing-masing angkatan dimasukkan dalam kualifikasi sangat baik,

baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Sedangkan untuk miskonsepsinya dilihat

jumlah mahasiswa yang menjawab salah terbanyak atau jumlah mahasiswa yang

mengalami miskonsepsi terbanyak untuk setiap miskonsepsi masing-masing

konsep. Jenis-jenis miskonsepsinya bisa dilihat dari Tabel II.2.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tingkat pemahaman tentang

konsep gaya angkatan 2013, 2012, 2011, 2010 dan 2009 mengalami peningkatan,

yang artinya semakin baik tingkat pemahamannya, (2) untuk miskonsepsi yang

dialami para calon guru fisika yaitu untuk angakatan 2013, 2012, 2011, 2010 dan

2009 cukup merata tetapi angkatan yang mengalami miskonsepsi terbanyak

adalah angkatan 2013, (3) konsep yang sering menimbulkan miskonsepsi adalah

hukum 3 Newton dan prinsip superposisi.

(3)

ABSTRACT

Evi Mardiana. 2014. Understanding and Misconceptions the Force Concept

Happens to Physics Teacher Candidates in Sanata Dharma University.

Thesis. Physics Education Study Program, Departement of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Traning and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research was a quantitative research, namely, survey design. This

research aimed to find out the data for determining the specific characteristic a of

a certain group which was aimed to (1) knowing the level of understanding of

physics teacher candidates about the force concept, (2) knowing the miskonsepsi

experienced by the physics teacher candidates about the force concept, and (3)

Knowing what the materials were in the force concept which often generates the

miskonsepsi for the physics teacher candidates.

This research was conducted in Physics Education Study Program,

Departement of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Traning

and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta on Agust 23 until

September 9 , 2013. The subjects of this research were the students of Physics

Education Study Program from batch 2009 until 2013. This research used

questions of the force concept as the insterument about the force concept from a

journal on The Physics Teacher called Force Concept Inventory. Then, the

(4)

good multiple choice questions selected.

This research began with delivering questions to the students in batch 2009 until

2013. For the level of understanding, the students’ answer would be summed up the correct point for each question, then, measuring them by using Anova test. To see the understanding

of each concept, the average of the correct point for each batch were placed on the points of

agreement such as very good, good, fair, poor and very poor. Whereas for students’

miskonsepsi was seen from the most number of the students who answered the wrong answer or the most number of students who had the highest miskonsepsi for every miskonsepsi on each concept. The kinds of misconception can be seen in table II. 2.

The results of the reseach indicated that: (1) The level of understanding about force

concept from batch 2009 until 2013 has increased,which means that the better the level of

understanding is, (2) the physics teacher candidates batch 2009 until 2013 experienced the

misconception fairly enough but, the students who experienced most the miskonsepsi is in batch 2013, (3) the concept that often created the misconception are The Newton's 3 Law and

the superposition principle.

(5)

PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI KONSEP GAYA YANG TERJADI PADA CALON GURU FISIKA DI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: Evi Mardiana NIM: 091424024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ANATA DHARMA YOGYAKARTA

(6)

i

PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI KONSEP GAYA YANG TERJADI PADA CALON GURU FISIKA DI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: Evi Mardiana NIM: 091424024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(7)

ii

SKRIPSI

(8)

iii

SKRIPSI

(9)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Konsentrasikan seluruh pikiran selama Anda melakukan

pekerjaan. Sinar matahari tidak akan bisa membakar hingga

titik fokusnya ketemu.” -Alexander Graham Bell (1847–1922), pendidik

dan penemu telepon kelahiran Skotlandia.”

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Kekuatanku

Karya ini ku persembahkan untuk:

Orang tuaku : MG. Muguyanti dan Y. Sunarko

Kakakku : Niva Yulius Munarbowo

Sabagai rasa syukur dan ucapan banyak terimakasih atas doa, kasih sayang dan

(10)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat

karya atau bagian dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 07 Januari 2014

Penulis

(11)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Evi Mardiana

NIM : 091424024

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan karya ilmiah saya yang berjudul:

PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI KONSEP GAYA YANG TERJADI PADA CALON GURU FISIKA DI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, dan

mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa

perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya,

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 07 Januari 2014

Yang menyatakan

(12)

vii

ABSTRAK

Evi Mardiana. 2014. Pemahaman dan Miskonsepsi Konsep Gaya yang Terjadi

pada Calon Guru Fisika di Universitas Sanata Dharma. Skripsi.

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini adalah kuantitatif yaitu penelitian survei desain. Penelitian

yang ingin mencari data untuk menentukan sifat-sifat khas suatu kelompok yang

bertujuan untuk (1) mengetahui tingkat pemahaman para calon guru fisika tentang

konsep gaya, (2) mengetahui miskonsepsi yang dialami oleh para calon guru

fisika tentang konsep gaya, dan (3) mengetahui materi-materi apa saja dalam

konsep gaya yang sering menimbulkan miskonsepsi bagi para calon guru fisika.

Penelitian dilaksanakan pada Progam Studi Pendidikan Fisika, Jurusan

Pendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Unisversitas Sanata Dharma Yogyakarta dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus

sampai 9 September 2013. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswa

Program Studi Pendidikan Fisika dari angkatan 2009 sampai 2013. Penelitian ini

menggunakan instrumen berupa soal-soal tentang konsep gaya yang diambil dari

jurnal dari The Physic Teacher yang berjudul Force Concept Inventory, kemudian

soal-soal tersebut diseleksi untuk memilih soal-soal yang baik yaitu soal-soal yang

(13)

viii

Penelitian ini diawali dengan memberikan soal pada mahasiswa untuk

masing-masing angkatan. Untuk tingkat pemahaman, jawaban mahasiswa

dijumlahkan nilai benarnya untuk setiap soal kemudian diolah dengan

mengunakan uji Anova. Untuk melihat pemahaman setiap konsep, rata-rata nilai

benar untuk masing-masing angkatan dimasukkan dalam kualifikasi sangat baik,

baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Sedangkan untuk miskonsepsinya dilihat

jumlah mahasiswa yang menjawab salah terbanyak atau jumlah mahasiswa yang

mengalami miskonsepsi terbanyak untuk setiap miskonsepsi masing-masing

konsep. Jenis-jenis miskonsepsinya bisa dilihat dari Tabel II.2.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tingkat pemahaman tentang

konsep gaya angkatan 2013, 2012, 2011, 2010 dan 2009 mengalami peningkatan,

yang artinya semakin baik tingkat pemahamannya, (2) untuk miskonsepsi yang

dialami para calon guru fisika yaitu untuk angakatan 2013, 2012, 2011, 2010 dan

2009 cukup merata tetapi angkatan yang mengalami miskonsepsi terbanyak

adalah angkatan 2013, (3) konsep yang sering menimbulkan miskonsepsi adalah

hukum 3 Newton dan prinsip superposisi.

(14)

ix

ABSTRACT

Evi Mardiana. 2014. Understanding and Misconceptions the Force Concept

Happens to Physics Teacher Candidates in Sanata Dharma University.

Thesis. Physics Education Study Program, Departement of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Traning and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research was a quantitative research, namely, survey design. This

research aimed to find out the data for determining the specific characteristic a of

a certain group which was aimed to (1) knowing the level of understanding of

physics teacher candidates about the force concept, (2) knowing the miskonsepsi

experienced by the physics teacher candidates about the force concept, and (3)

Knowing what the materials were in the force concept which often generates the

miskonsepsi for the physics teacher candidates.

This research was conducted in Physics Education Study Program,

Departement of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Traning

and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta on Agust 23 until

September 9 , 2013. The subjects of this research were the students of Physics

Education Study Program from batch 2009 until 2013. This research used

questions of the force concept as the insterument about the force concept from a

journal on The Physics Teacher called Force Concept Inventory. Then, the

(15)

x

questions. From the process of choosing the good questions, finally, there

were 20 good multiple choice questions selected.

This research began with delivering questions to the students in batch 2009

until 2013. For the level of understanding, the students’ answer would be summed up the correct point for each question, then, measuring them by using Anova test.

To see the understanding of each concept, the average of the correct point for

each batch were placed on the points of agreement such as very good, good, fair,

poor and very poor. Whereas for students’ miskonsepsi was seen from the most number of the students who answered the wrong answer or the most number of

students who had the highest miskonsepsi for every miskonsepsi on each concept. The kinds of misconception can be seen in table II. 2.

The results of the reseach indicated that: (1) The level of understanding

about force concept from batch 2009 until 2013 has increased,which means that

the better the level of understanding is, (2) the physics teacher candidates batch

2009 until 2013 experienced the misconception fairly enough but, the students

who experienced most the miskonsepsi is in batch 2013, (3) the concept that often created the misconception are The Newton's 3 Law and the superposition

principle.

Keywords : The level of understanding, miskonsepsi.

(16)

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Bapa di Surga atas segala rahmat dan bimbinganNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik semua proses daria awal

sampai akhir dalam penyusunan skripsi ini, baik penelitian dan penulisan skripsi

yang berjudul Pemahaman dan Miskonsepsi Konsep Gaya yang Terjadi Pada Calon Guru Fisika di Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan

Ilmu Pengatahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapakan terimakasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini baik dalam hal material,

saran dan dukungan, sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini bisa

terselesaikan dengan baik. Penulis secara khusus mengucapkan banyak

terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. R. Rohandi, M.Ed. Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah

dengan sabar saat memberi bimbingan, saran dan semangat sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin dan

memperkenankan penulis untuk melakukan penelitian di prodi Pendidikan

(17)

xii

3. Segenap staf karyawan Sekretariat JPMIPA Pak Sugeng, Mbak Heni dan

Mas Arif atas segala bantuan dan informasi yang telah diberikan.

4. Koordinator Ruang Kuliah Biro Administrasi Akademik USD Kampus III

Paingan, Pak Supriyanto atas segala bantuan dan informasi dalam

peminjaman ruang kelas yang kosong untuk pelaksanaan penelitian.

5. Semua teman-teman mahasiswa Pendidikan Fisika angakatan 2013, 2012,

2011, 2010 dan 2009 atas kerjasamanya selama penelitian berlangsung

sehingga dapat berjalan dengan lancar.

6. Segenap dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis melakukan

studi di Universitas Satana Dharma.

7. Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika Universitas Sanata Dharma dan semua dosen penguji yang telah

memberikan saran dan masukan yang berguna demi penyempurnaan

skripsi ini.

8. Ibu MG. Mugiyanti, Bapak Y. Sunarko, dan Mas Niva, atas segala

dukungan baik material, doa, semangat, saran dan kasih sayang yang tak

pernah henti kepada penulis.

9. Simbah Kakung, Simbok, dan semua kerabat dekat yang telah

memberikan dukungan, doa dan semangat kepada penulis.

10.Sahabatku Agnes Ika Kurniawati atas waktu, semangat dan

kebersamaannya selama perkulihanan sehingga masa kuliah menjadi

(18)

xiii

11.Temanku Margaretha Sri Pinilih dan Dominica Retno, yang telah

membantu saat pengeditan.

12.Pacarku Natalis Emanuel Koli Soge, yang telah memberikan semangat,

waktu dan kasih sayangnya tiada henti kepada penulis.

13.Kelompok skripsi FCI, Katarina Priyanti dan Martina Tania yang telah

memberikan saran, dukungan dan kebersamaan selama mengerjakan

skripsi ini.

14.Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2009 atas kebersamaan dan

dukungannya selama masa perkuliahan, “kalian luar biasa”.

15.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih atas

segala bantuan, dukungan dan bimbingan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap, skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

(19)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GRAFIK ... xx

DAFTAR GAMBAR ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan ... 4

D. Definisi Istilah Persoalan yang Diteliti ... 4

E. Manfaat ... 5

BAB II DASAR TEORI ... 6

F. Pemahaman ... 6

G. Konsep ... 8

H. Miskonsepsi ... 9

I. Force Concept Inventory ... 19

J. Calon Guru ... 24

(20)

1. Kinematika ... 25

2. Hukum Newton ... 30

3. Posisi ... 34

4. Macam-macam Gaya ... 34

L. Penilaian dengan Persen ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 38

A. Jenis Penelitian ... 38

M. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

N. Subjek Penelitian ... 38

O. Variabel Penelitian ... 38

P. Disain Penelitian ... 39

1. Kegiatan Penelitian ... 39

2. Pengumpulan Data ... 40

Q. Instrumen Penelitian... 40

R. Metode Pengumpulan Data ... 40

S. Metode Analisis Data ... 41

1. Tingkat Pemahaman ... 41

2. Miskonsepsi ... 44

BAB IV DATA DAN ANALISIS ... 46

A. Pelaksanaan Penelitian ... 46

T. Analisa Data ... 48

1. Uji SPSS ... 48

2. Diskripsi dan Pembahasan ... 52

3. Keadaan miskonsepsi pada setiap konsep tentang Gaya ... 68

4. Miskonsepsi Secara Keseluruhan ... 205

A. Implikasi ... 216

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 218

A. Kesimpulan ... 218

B. Saran ... 219

DAFTAR PUSTAKA ... 221

(21)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Soal ... 225

Lampiran 2. Lembar Jawab ... 237

Lampiran 3. Contoh hasil jawaban mahasiswa angkatan 2009... 240

Lampiran 4. Contoh hasil jawaban mahasiswa angkatan 2010... 242

Lampiran 5. Contoh hasil jawaban mahasiswa angkatan 2011... 244

Lampiran 6. Contoh hasil jawaban mahasiswa angkatan 2012... 246

Lampiran 7. Contoh hasil jawaban mahasiswa angkatan 2013... 248

Lampiran 8. Contoh analisis nilai benar melalui excel untuk angkatan 2009 – 2013 ... 250

Lampiran 9. Contoh analisis miskonsepsi melalui excel untuk angakatan 2009-2013 ... 255

Lampiran 10. Surat permohonan ijin dari peneliti ke Kaprodi Pendidikan Fisika JPMIPA Universitas Sanata Dharma. ... 260

Lampiran 11. Surat ijin melaksanakan penelitian dari Kaprodi Pendidikan Fisika JPMIPA Universitas Sanata Dharma. ... 261

Lampiran 12. Surat peminjaman ruang kelas ... 262

(22)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel II. 1. Konsep-konsep Gaya dalam FCI ... 21

Tabel II. 2. Mikonsepsi yang sering muncul dalam FCI ... 22

Tabel III. 1. Kualifikasi pemahaman 43

Tabel III. 2. Pemahaman untuk masing-masing angkatan tentang konsep gaya .. 43

Tabel III. 3. Keadaan miskonsepsi setiap angkatan tentang konsep gaya ... 45

Tabel IV. 1. Pelaksanaan pengambilan data 46

Tabel IV. 2. Hasil uji Anova dengan menggunakan program SPSS ... 49

Tabel IV. 3. Anova ... 51 Tabel IV. 4. Kualifikasi pemahaman ... 52

Tabel IV.5. Pemahaman masing-masing angkatan untuk konsep kinematika ... 52

Tabel IV. 6. Pemahaman masing-masing angkatan untuk konsep hukum I Newton ... 54

Tabel IV. 7. Pemahaman masing-masing angkatan untuk konsep hukum II

Newton ... 56

Tabel IV. 8. Pemahaman masing-masing angkatan untuk konsep hukum III Newton ... 58

Tabel IV. 9. Pemahaman masing-masing angkatan untuk konsep prinsip

superposisi ... 60

Tabel IV. 10. Pemahaman masing-masing angkatan untuk konsep macam-macam gaya. ... 61

Tabel IV. 11. Kualifikasi pemahaman untuk masing-masing angkatan ... 63

Tabel IV. 12. Nilai rata-rata (%) untuk masing-masing konsep untuk semua angkatan ... 64

(23)

Tabel IV. 14. Keadaan miskonsepsi pada konsep Kinematika (2009) ... 68

Tabel IV. 15. Keadaan miskonsepsi pada konsep Hukum I Newton (2009) ... 72

Tabel IV. 16. Keadaan miskonsepsi pada konsep Hukum II Newton (2009) ... 76

Tabel IV. 17. Keadaan miskonsepsi pada konsep Hukum III Newton (2009) ... 80

Tabel IV. 18. Keadaan miskonsepsi pada konsep superposisi (2009) ... 85

Tabel IV. 19. Keadaan miskonsepsi pada macam-macam gaya (2009) ... 88

Tabel IV. 20. Keadaan miskonsepsi pada konsep kinematika (2010) ... 99

Tabel IV. 21. Keadaan miskonsepsi pada konsep hukum I Newton (2010) ... 102

Tabel IV. 22. Keadaan miskonsepsi pada konsep hukum II Newton (2010) ... 107

Tabel IV. 23. Keadaan miskonsepsi pada konsep hukum III Newton (2010) .... 111

Tabel IV. 24. Keadaan miskonsepsi pada konsep prinsip superposisi (2010) .... 115

Tabel IV. 25. Keadaan miskonsepsi pada macam-macam gaya (2010) ... 118

Tabel IV. 26. Keadaan miskonsepsi pada konsep kinematika (2011) ... 128

Tabel IV. 27. Keadaan miskonsepsi pada konsep hukum I Newton (2011) ... 130

Tabel IV. 28. Keadaan miskonsepsi pada konsep hukum II Newton (2011) ... 132

Tabel IV. 29. Keadaan miskonsepsi pada konsep hukum III Newton (2011) .... 135

Tabel IV. 30. Keadaan miskonsepsi pada konsep prinsip superposisi (2011) .... 141

Tabel IV. 31. Keadaan miskonsepsi pada macam-macam gaya (2011) ... 144

Tabel IV. 32. Keadaan miskonsepsi pada konsep kinematika (2012) ... 152

Tabel IV. 33. Keadaan miskonsepsi pada konsep hukum I Newton (2012) ... 154

Tabel IV. 34. Keadaan miskonsepsi pada konsep hukum II Newton (2012) ... 156

Tabel IV. 35. Keadaan miskonsepsi pada konsep hukum III Newton (2012) .... 158

(24)

Tabel IV. 37. Keadaan miskonsepsi pada macam-macam gaya (2012). ... 166

Tabel IV. 38. Keadaan miskonsepsi pada konsep kinematika (2013) ... 176

Tabel IV. 39. Keadaan miskonsepsi pada konsep hukum I Newton (2013) ... 179

Tabel IV. 40. Keadaan miskonsepsi pada konsep hukum II Newton (2013) ... 182

Tabel IV. 41. Keadaan miskonsepsi pada konsep hukum III Newton (2013) .... 187

Tabel IV. 42. Keadaan miskonsepsi pada konsep prinsip superposisi (2013) .... 193

Tabel IV. 43. Keadaan miskonsepsi pada macam-macam gaya (2013) ... 196

Tabel IV. 44. Jumlah miskonsepsi terbesar konsep kinematika untuk semua angkatan ... 205

Tabel IV. 45. Jumlah miskonsepsi terbesar konsep hukum I Newton untuk semua angkatan ... 206

Tabel IV. 46. Jumlah miskonsepsi terbesar konsep hukum II Newton untuk semua angkatan ... 207

Tabel IV. 47. Jumlah miskonsepsi terbesar konsep hukum III Newton untuk semua angkatan... 210

Tabel IV. 48. Jumlah miskonsepsi terbesar konsep prinsip superposisi untuk semua angkatan... 211

(25)

xx

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Tingkat pemahaman berdasarkan nilai means setiap mahasiswa dengan tingkat semester. ... 50

Grafik 2. Tingkat pemahaman berdasarkan rata-rata nilai setiap mahasiswa

masing-masing semester untuk konsep kinematika... 54

Grafik 3. Tingkat pemahaman berdasarkan rata-rata nilai setiap mahasiswa

masing-masing semester untuk konsep hukum I Newton. ... 56

Grafik 4. Grafik tingkat pemahaman berdasarkan rata-rata nilai pemahaman masing-masing semester tentang konsep hukum II Newton. ... 58

Grafik 5. Grafik tingkat pemahaman berdasarkan rata-rata nilai pemahaman masing-masing semester tentang konsep hukum III Newton. ... 59

Grafik 6. Tingkat pemahaman berdasarkan rata-rata nilai pemahaman masing-masing semester tentang konsep prinsip superposisi ... 61

(26)

xxi

DAFTAR GAMBAR

(27)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisika merupakan pelajaran yang sudah kita pelajari dari jenjang

Sekolah Menengah Pertama. Dari situ kita mulai mengenal apa itu Fisika.

Ruang lingkup fisika hingga sekarang mencakup cabang-cabang ilmu.

mekanika, termodinamika, bunyi, optika, listrik, magnet dan medan

magnet listrik. Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang materi atau

zat yang meliputi sifat fisis, komposisi, perubahan, dan energi yang

dihasilkannya.

Salah satu pokok bahasan dalam fisika yang sudah didapat dari

awal kita belajar adalah konsep gaya. Konsep ini sudah diajarkan pada

tingkat Sekolah Menengah Pertama, sampai bangku perkuliahan pun

konsep gaya merupakan suatu bahasan yang menarik untuk dibahas.

Banyak materi yang tercakup dalam konsep gaya. Materi-materi tersebut

merupakan materi dasar dan banyak digunakan dalam kehidupan

sehari-hari sehingga harus dikuasai secara matang oleh siswa maupun para calon

guru fisika. Hal inilah yang mendasari pentingnya pemahaman konsep

gaya dalam belajar fisika.

Konsep gaya diuraikan secara bagus dalam “Force Concept

Inventory” yang meliputi beberapa materi yang tercakup di dalamnya.

(28)

gaya. Materi-materi tersebut masuk ke dalam mekanika. Kinematika

adalah cabang dari mekanika yang membahas gerakan benda tanpa

mempersoalkan gaya penyebab gerakan. Hukum Newton terdiri dari tiga

hukum yang sudah sangat terkenal. Berbagai jenis gaya yang dimaksud

antara lain, gaya gravitasi, gaya gesek, impuls dan lain-lain. “Force Concept Inventory” adalah sebuah “wadah” yang digunakan untuk

menguji pemahaman dan miskonsepsi yang terjadi pada siswa Sekolah

Menengah Atas dan Mahasiswa tentang konsep gaya. Force Concept Inventory bukan hanya test fisika secara umum yang hanya menilai jawabannya saja melainkan menilai juga tanggapan yang dikemukakan

secara keseluruhan dari seorang untuk konsep gaya. Jurnal ini dari The Physic Teacher yang berjudul Force Concept Inventory.

Pada proses belajar mengajar mata pelajaran fisika banyak

pengalaman belajar yang diperoleh para siswa. Pengalaman-pengalaman

tersebut antara lain pengalaman berfikir, memecahkan persoalan fisika,

dan lain-lain. Pengalaman ini bisa digunakan sebagai bekal dalam

kehidupan sehari-hari. Tetapi pada kenyataaannya, pengalaman belajar

fisika hanya menyelesaikan soal-soal fisika dengan menggunakan rumus.

Fisika adalah pelajaran yang penuh dengan rumus. Satu hal yang selalu

terbayang saat mendengar kata fisika adalah kumpulan rumus yang banyak

dan harus dihafal untuk bisa mengerjakan soal fisika. Seharusnya fisika

adalah pelajaran yang mengasyikan, karena banyak fenomena-fenomena

(29)

Belajar konsep gaya membutuhkan tingkat pemahaman yang

mendalam. Untuk memahaminya siswa dan calon guru dituntut untuk

menggunakan pola pikir secara sistematis dalam menganalisisnya serta

diperlukan imajenasi yang baik untuk memecahkan persoalan. Setelah

memahami konsep yang digunakan, maka akan mengetahui rumus mana

yang akan digunakan. Namun yang terjadi adalah siswa memikirkan

terlebih dahulu rumus apa yang akan digunakan tanpa memahami dengan

baik konsep yang digunakan. Hal ini sudah tertanam dari dulu untuk mata

pelajaran fisika, bahwa siswa sibuk memikirkan rumus apa yang

digunakan, bukan memahami konsepnya. Sampai ke jenjang perkuliahan,

para mahasiswa pendidikan fisika atau yang disebut para calon guru fisika,

juga masih sering melakukan demikian yaitu memikirkan rumus apa yang

digunakan, bukan memahami konsep secara baik dan benar. Apabila

dibiarkan terus menerus akan banyak kekeliruan yang terjadi sehingga

menyebabkan miskonsepsi yang semakin parah.

Pemahaman yang baik tentang konsep gaya tidak hanya harus

dikuasai oleh para siswa saja, tetapi para calon guru fisika harus

mempunyai pemahaman yang baik juga serta tidak ada miskonsepsi dalam

pola pikirnya. Apabila para calon guru fisika kurang memahami dan ada

miskonsepsi maka akan disalurkan kepada siswa yang diajar, sehingga

akan berantai terus. Hal inilah yang menyebabkan diadakan penelitian

untuk menguji tingkat pemahaman dan miskonsepsi para calon guru fisika

(30)

ganda tentang konsep gaya tanpa ada soal hitungan yang terdapat dalam

Force Concept Inventory.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang akan diteliti

adalah

1. Bagaimanakah tingkat pemahaman para calon guru fisika tentang

konsep gaya?

2. Bagaimanakah miskonsepsi yang dialami oleh para calon guru tentang

konsep gaya?

C. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui tingkat pemahaman para calon guru fisika tentang

konsep gaya.

2. Untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami oleh para calon guru

fisika tentang konsep gaya.

3. Untuk mengetahui materi-materi apa saja dalam konsep gaya yang

sering menimbulkan miskonsepsi bagi para calon guru fisika.

D. Definisi Istilah Persoalan yang Diteliti

1. Force Concept Inventory adalah sebuah alat yang digunakan untuk

menguji pemahaman dan miskonsepsi yang terjadi pada siswa Sekolah

(31)

2. Miskonsepsi adalah suatu penjelasan dari suatu konsep yang tidak

sesuai atau tidak benar.

E. Manfaat

1. Bagi para calon guru fisika (mahasiswa pendidikan fisika)

Memberikan informasi tentang pemahaman yang telah dikuasai

dengan baik, maupun yang belum dikuasai, serta memberi informasi

tentang miskonsepsi yang dialami, sehingga mereka bisa

memperdalam materi-materi yang belum dikuasai dengan baik.

2. Bagi para pengajar

Memberikan gambaran tentang tingkat pemahaman yang dimiliki oleh

para peserta didiknya dan mengetahui letak miskonsepsi yang dialami

para peserta didik tentang konsep gaya sehingga bisa dilakukan

penanganan untuk miskonsepsinya.

3. Bagi peneliti

Memberikan gambaran bahwa dalam pembelajaran fisika pemahaman

tentang konsep harus dikuasai dengan matang oleh para calon guru

fisika sehingga tidak menyebabkan miskonsepsi serta dapat digunakan

oleh peneliti untuk mendesain pengajaran yang menarik untuk materi

(32)

6

BAB II DASAR TEORI

F. Pemahaman

Pemahaman berasal dari kata “paham” yang artinya mengerti benar

tentang sesuatu hal (KBBI, 2008). Melalui belajar, dari hal yang tidak tahu

menjadi tahu, dari hal yang tidak paham menjadi pahamatau dengan kata

lain menguasai. Kata menguasai di sini mengisyaratkan bahwa

pembelajaran fisika harus menjadikan mahasiswa tidak sekadar tahu

(knowing) dan hafal (memorizing) tentang konsep-konsep, melainkan harus menjadikan mahasiswa mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep

dengan konsep lain (Indra Sakti, 2009). Untuk mengetahui hal tersebut,

diadakan evaluasi yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilanya.

Evalusi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai

dari sesuatu (Anas Sudijono, 2011). Nilai tersebut digunakan untuk

memutuskan apakah seseorang (mahasiswa) sudah memahami konsep atau

belum. Oleh karena itu diperlukan beberapa kriteria atau indikator yang

dapat menunjukan pemahaman tersebut.

Beberapa indikator yang menunjukan tingkat pemahaman

seseorang akan suatu konsep antara lain: (1) dapat menyatakan pengertian

konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri, (2) dapat

(33)

menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu hukum, (4) dapat

menerapkan konsep untuk (a) menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala

alam khusus, (b) untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis

maupun secara praktis, (c) memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang

akan terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu terpenuhi; (5) dapat

mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan lebih cepat, (6) dapat

membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang saling

berkaitan, (7) dapat membedakan konsepsi yang benar dengan konsepsi

yang salah, dan dapat membuat peta konsep dari konsep-konsep yang ada

dalam suatu pokok bahasan (Berg, 1991; Kartika Budi, 1992).

Dalam proses mengajar, kita selalu sudah mengetahui tujuan yang

harus kita capai dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (Ratna Wilis,

2006). Hakikat tujuan pembelajaran khususnya pembelajaran fisika adalah

untuk mengantarkan pemahaman mahasiswa menguasai konsep-konsep

dan keterkaitannya untuk dapat memecahkan masalah terkait dalam

kehidupan sehari-hari (Indra Sakti, 2009). Dalam proses mengajar, hal

terpenting adalah pencapaian pada tujuan yaitu agar siswa mampu

memahami sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya (Amaliayanti,

2013). Selain itu, para pengajar harus memperhatikan indikator-indikator

tersebut demi tercapainya tujuan pembelajaran. Memahami konsep

sungguh sangat penting dalam dunia pendidikan, hal tersebut dikarenakan

dengan memahami konsep mahasiswa akan mudah menerima pelajaran

(34)

G. Konsep

Dalam bukunya yang berjudul Miskonsepi Fisika dan Remediasi

(1991), Berg menjelaskan bahwa banyak obyek yang ada di sekitar kita.

Setiap obyek yang ada dalam sekitar kita memiliki banyak bentuk, ukuran,

dan ciri-ciri lain. Misalnya “meja” terdapat dalam bentuk persegi panjang, segitiga dan bundar serta memiliki ukuran, bahan, warna dan fungsi yang

berbeda-beda. Dengan ciri-ciri yang khas tersebut tetap disebut “meja”.

Kata “meja” adalah suatu abstraksi yang menunjukkan kesamaan semua

meja. meja adalah suatu kata yang digunakan untuk mengkomunikasikan

suatu benda dengan ciri-ciri tertentu. Contoh lain adalah “kursi”, memiliki bentuk dan model yang berbeda-beda tetapi ada ciri-ciri yang sama

sehingga disebut sebuah “kursi”. Antara obyek-obyek yang satu dengan yang lain memiliki ciri yang berbeda, tetapi setiap obyek memilki

ciri-ciri yang khas yang membedakan satu dengan yang lain. Dari ilustrasi di

atas, konsep adalah abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah

komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan manusia berfikir.

Berg juga mengatakan bahwa tafsiran konsep oleh seseorang disebut

konsepsi. Sedangkan dalam KBBI (2008), konsep berarti rancangan kasar

dari sebuah tulisan.

Pada bidang sains terdapat banyak konsep yang terdapat di

dalamnya. Setiap konsep tidak berdiri sendiri, melainkan setiap konsep

berhubungan dengan konsep yang lain (Berg, 1991). Apabila kita

(35)

pelajari tetapi juga ada konsep lain yang berkaitan dengan materi tersebut.

Untuk memecahkan masalah, seorang mahasiswa harus mengetahui

aturan-aturan yang relevan dan aturan-aturan ini didasarkan pada

konsep-konsep yang diperoleh (Ratna Wilis, 2006). Mahasiswa baik secara sadar

atau tidak sadar membangun konsep mereka sebagai penjelasan untuk

perilaku, sifat atau teori-teori yang mereka alami (Christopher Horton,

2004).

H. Miskonsepsi

Miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep

yang diakui oleh para ahli (Suparno, 2005). Paul Suparno (2005), dalam

bukunya yang berjudul miskonsepsi & Perubahan Konsep Pendidikan

Fisika mengatakan bahwa miskonsepsi terdapat dalam semua bidang sains

seperti biologi, kimia, fisika, dan astronomi. Misalnya dalam bidang fisika,

terdapat miskonsepsi yaitu ketika ada dua buah kapur yang memiliki

ukuran yang berbeda, kapur satu memiliki ukuran yang lebih besar

daripada kapur kedua. Apabila kedua batang kapur tersebut dijatuhkan

pada saat yang bersamaan, yang mana akan sampai ke lantai lebih dahulu?

Ternyata hampir semua mahasiswa tingkat I program Diploma dan S1

menjawab kapur yang besar, dikarenakan kapur yang besar memiliki

massa yang lebih berat. Meskipun jawaban mahasiswa tersebut salah,

tetapi semua mahasiswa dapat menyebutkan rumus gerak jatuh bebas

(36)

= �

Sehingga untuk menghitung t adalah

= √

Apabila jarak s sama untuk dua benda, t juga sama, walaupun berat dua

benda berbeda. Meskipun rumusnya sudah diketahui dan sudah sering

dipakai, tetapi intuisi mengalahkan pengetahuan. Intuisi menyatakan

bahwa benda yang berat akan jatuh lebih cepat (Berg,1991). Yang perlu

dicatat adalah rumus tersebut digunakan hanya kalau gesekan udara

diabaikan. Apabila gesekan udara tidak diabaikan, misalnya pada peristiwa

selembar kertas dan sebatang kapur yang dijatuhkan bersamaan, maka

kapurlah yang akan jatuh terlebih dahulu.

Semua konsep yang diajarkan akan ditangkap oleh indera kita yaitu

mata, kemudian akan disalurkan ke otak kemudian akan dilakukan proses

penangkapan makna konsep tersebut beberapa proses yang bertahap.

Apabila komponen dari proses tersebut ada yang terganggu maka proses

penangkapan makna dari konsep akan mengalami penurunan kualitasnya.

Misalnya, apabila pemusatan perhatian saat belajar terganggu maka daya

tangkapnya akan berkurang. Kualitas pemahaman yang dihasilkan sangat

ditentukan oleh kualitas proses pembetukan dan kemampuan

pembentukannya. Miskonsepsi terhadap konsep-konsep fisika terjadi bila

konsepsi seseorang berbeda dengan konsepsi para fisikawan yang secara

(37)

konsepsi tersebut memang salah (Kartika Budi, 1992). Miskonsepsi

berbahaya karena memberikan mahasiswa pemikiran/rasa (sense) yang salah dalam mengetahui sehingga membatasi usaha mental yang mereka

investasikan dalam belajar, dan terjadi interferensi antara konsep yang

telah dipelajari (salah) dengan yang sedang dipelajari (benar) (Muhamad

Taufiq, 2012).

Miskonsepsi juga terjadi apabila konsepsi siswa bertentangan

dengan konsepsi para fisikawan (Berg, 1991). Biasanya miskonsepsi

bersangkutan dengan kesalahan mahasiswa dalam pemahaman hubungan

antar konsep. Misalnya hubungan antara gaya dengan momentum, atau

antara arus dan tegangan, atau massa jenis dengan massa. Hal ini juga

dialami oleh para calon guru yang masih duduk di bangku perkuliahan,

dimana jenjang mereka lebih tinggi. Padahal, sejak kecil anak

berpengalaman dengan alam di sekitarnya, anak yang menggerakkan

mainan telah memperoleh pengalaman yang berhubungan dengan konsep

gaya, momentum, kecepatan, dan percepatan, walaupun istilah itu memang

belum digunakan (Yuyu Rachmat, 2005).

Empat sumber yang mungkin menyebabkan terjadinya miskonsepsi

adalah (a) guru(dosen), (b) proses belajar mengajar, (c) siswa(mahasiswa),

dan (d) buku pegangan (Kartika Budi, 1992). Berikut penjelasan dari

keempat point tersebut yang dirangkum dari jurnal yang ditulis oleh

Kartika Budi (1992) yang berjudul Pemahaman Konsep Gaya dan

(38)

berjudul Miskonsepsi & Perubahan Konsep Pendidikan Fusika serta

beberapa dari sumber lain.

a. Guru (Dosen)

Miskonsepsi siswa dapat terjadi pula karena miskonsepsi yang

dibawa oleh guru. Guru yang tidak menguasai bahan atau mengerti

bahan fisika yang tidak benar akan menyebabkan siswa mendapatkan

miskonsepsi (Suparno, 2005). Apabila guru mengajarkan konsep fisika

secara keliru secara salah, maka siswa akan memegangnya kuat-kuat

dan menganggap konsep itu benar sampai ada pembetulan.

Bila miskonsepsi terjadi pada siswa maka miskonsepsi yang

sama terjadi pada guru atau pengajar pada umumnya (Kartika Budi,

1992). Hal ini dapat dijelaskan bahwa pengetahuan yang dimiliki guru

dapat berupa pengetahuan yang diperoleh saat mereka belajar di

sekolah atau perguruan tinggi. Miskonsepsi diperoleh pada proses

belajar mengajar yang tidak pernah diremidiasi karena tidak disadari

sebagai sebuah miskonsepsi atau sebuah kesalahan pengertian konsep.

Bila terjadi miskonsepsi pada guru, sulit diharapkan tidak terjadi

miskonsepsi pada siswa. Sebaliknya bila tidak terjadi miskonsepsi pada

guru, tidak berarti bahwa tidak akan terjadi miskonsepsi pada siswa.

Banyak hal yang menyebabkan guru menjadi sumber

miskonsepsi. Dari lapangan, terlebih diluar Jawa dan pelosok, yang

masih kekurangan guru fisika, sehingga menyebabkan guru-guru yang

(39)

ini menyebabkan penguasaan materi guru yang mengajar fisika kurang

mantap. Selain itu, cukup banyak guru yang mengajar hanya dengan

berbicara dan menulis di papan tulis. Peljaran yang monoton setiap

harinya. Guru juga mempunyai waktu yang kurang atau bahkan tidak

pernah membahas miskonsepsi yang dialami oleh siswa.

kadang-kadang beberapa guru mencoba untuk menyederhanakan konsep

dengan memberikan penjelasan secara sederhana untuk membantu

siswa lebih mudah menangkap konsep, tetapi hal ini akan menyebabkan

penjelasan menjadi tidak lengkap atau menghilangkan sebagian unsur

yang penting. Akibatnya siswa salah menangkap inti bahan itu.

b. Proses Belajar Mengajar

Konsepsi dapat terbentuk dalam proses belajar mengajar.

Apabila terjadi kesalahan, dapat disebabkan oleh proses belajar

mengajarnya sendiri. Proses belajar mengajarnya sendiri kurang

memberi peluang terbentuknya konsepsi secara benar, karena

pemahaman konsep dilakukan secara cepat, pemahaman hakikat suatu

konsep kurang mendapatkan tekanan, latihan dan soal-soal ulangan atau

soal ujian kurang memaksa siswa, khususnya calon guru yang masih

menjadi mahasiswa untuk belajar memahami konsep karena pada

umumnya latihan dan soal-soal lebih ditekankan pada soal-soal dengan

pemecahan matematis (Kartika Budi, 1992).

Selain itu dalam proses belajar mengajar sering kali di dalam

(40)

beberapa metode belajar ini, mahasiswa dituntut untuk mengeksplorasi

pengetahuan dan daya tangkapnya mengenai suatu konsep dalam mata

kuliah tersebut. Disinilah sering timbul miskonsepsi pada mahasiswa.

Hal tersebut dikarenakan oleh banyak hal, seperti penjelasan dosen

yang terlalu cepat, ataupun dikarenakan suasana kelas yang terlalu

banyak mahasiswanya. Hal ini akan meneruskan dan menumpuk

miskonsepsi.

c. Siswa (Mahasiswa)

Siswa atau mahasiswa merupakan obyek yang sering dikaitkan

apabila terjadi miskonsepsi. Dalam bidang fisika, miskonsepsi memang

paling banyak berasal dari diri mahasiswa sendiri. Berikut beberapa

penyebab miskonsepsi dari siswa (mahasiswa) yang dirangkum dari

buku Paul Suparno (2005) yang berjudul Miskonsepsi dan Perubahan

Konsep Pendidikan Fisika, antara lain:

1. Prakonsepsi atau Konsep Awal

Sebelum mahasiswa mengikuti pelajaran di kelas, ternyata

mahasiswa sudah memilki konsep sendiri akan suatu bahan yang

tertanam dalam otaknya. Konsep tersebut disebut konsep awal atau

prakonsepsi. Konsepsi awal yang dimiliki mahasiswa secara

substansial mengakui berbeda dengan gagasan yang diajarkan dan

konsepsi ini akan mempengaruhi belajar dan bisa menghambat

perubahan untuk selanjutnya (Muhamad Taufiq, 2012). Konsep awal

(41)

akan menyebabkan miskonsepsi pada saat mengikuti pelajaran

fisika, sampai kesalahan tersebut diperbaiki. Prakonsepsi ini

biasanya diperoleh dari orangtua, teman, sekolah awal, dan

pengalaman di lingkungan mahasiswa.

Sebagai contoh, misalnya, sebelum mahasiswa mengikuti

pelajaran mekanika, mereka sudah banyak berpengalaman dengan

peristiwa-peristiwa mekanika (benda yang jatuh, benda yang

bergerak, gaya, dan lain-lain), oleh karena itu mereka sudah

mengembangkan banyak konsepsi yang belum tentu sama dengan

konsepsi fisikawan (Berg, 1991).

2. Reasoning yang Tidak Lengkap atau Salah

Semua orang punya nalar masing-masing untuk setiap konsep.

Tingkat penalarannya pun berbeda. Oleh karena itu miskonsepsi juga

dapat disebabkan oleh reasoning atau penalaran. Tingkat penalaran

mahasiswa berbeda-beda, tetapi yang disayangkan adalah sering

penalaran mahasiswa tidak lengkap atau salah. Hal tersebut

disebabkan oleh informasi atau data yang diperoleh tidak lengkap.

Akibatnya, mahasiswa menarik kesimpulan akan suatu konsep

secara salah sehingga menyebabkan miskonsepsi.

Penyebab lain penalaran yang salah adalah logika yang salah

dalam pengambilan kesimpulan atau dalam menggeneralisasi

(42)

tidak lengkap dan teliti juga dapat menyebabkan pengambilan

kesimpulan yang salah dan miskonsepsi.

3. Intuisi yang Salah

Intuisi adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang secara

spontan mengungkapkan sikap atau gagasannya tentang sesuatu

sebelum secara obyektif dan rasional diteliti. Apabila intuisi salah

dan perasaan siswa(mahasiswa) juga dapat menyebabkan

miskonsepsi. Paul Suparno memberikan contoh, siswa memiliki

intuisi bahwa jika dua benda mempunyai percepatan yang sama,

maka kecepatan dan jaraknya juga sama. Jika kecepatanya nol,

percepatan juga nol, sehingga keduanya akan berhenti seketika.

Pengamatan akan benda atau kejadian yang terus-menerus dapat

menyebabkan pemikiran atau pengertian intuitif secara spontan,

apabila menghadapi persoalan fisika tertentu maka yang muncul

dalam benak siswa adalah pengertian yang spontan itu. Misalnya,

siswa sering melihat benda padat selalu tenggelam, maka siswa juga

akan berpendapat bahwa gabus juga akan tenggelam bila berada di

air.

4. Kemampuan

Kemampuan mahasiswa juga mempunyai pengaruh pada

miskonsepsi. Ada beberapa kasus, setelah beberapa bulan

perkuliahan, mahasiswa merasa tidak cocok dengan jurusan

(43)

fisika atau karena alasan yang lain, sehingga kurang mampu dalam

mempelajari fisika dan sering mengalami kesulitan menangkap

konsep yang benar dalam proses belajar. Meskipun sarana dan

prasarana untuk belajar fisika sudah lengkap, antara lain dosen telah

mengajarkan bahan ajar dengan benar, buku teks ditulis dengan

benar sesuai dengan pengertian para ahli, pengertian yang mereka

tangkap dapat tidak lengkap dan bahkan salah. Secara umum,

mahassiwa yang memiliki tingkat kepintaran matematis-logisnya

kurang tinggi, akan alami kesulitan dalam menangkap konsep fisika,

terlebih konsep yang abstrak. Mahasiswa yang IQ-nya rendah juga

dengan mudah melakukan mikonsepsi karena mereka tidak dapat

memahami pengetahuan fisika secara lengkap dan utuh. Hal ini akan

menyebabkan mahasiswa tidak menangkap konsep yang benar dan

merasa bahwa itulah konsep yang benar, maka akibatnya terjadi

miskonsepsi.

5. Minat Belajar

Siswa yang berminat pada fisika cenderung mempunyai

miskonsepsi lebih rendah daripada siswa yang tidak berminat pada

fisika. Hal ini juga berlaku untuk mahasiswa yang sudah masuk ke

jurusan pendidikan Fisika karena tidak 100% mahasiswa yang

masuk ke fisika benar-benar berminat ke fisika. Akibatnya, kurang

berminat untuk belajar fisika dan kurang memperhatikan penjelasan

(44)

mau mendengarkan penjelasan guru dan mempelajari sendiri

bahan-bahan fisika dari buku dengan sungguh-sungguh. Akibatnya adalah

terjadinya miskonsepsi, apabila itu sudah terjadi, sering kali

membiarkan saja hal itu terjadi pada dirinya tanpa mau mencari

kebenarannya.

d. Buku Pegangan

Buku sumber (buku ajar) dapat merupakan sumber

miskonsepsi yang potensial (Kartika Budi, 1992). Penyebabnya

dapat berupa miskonsepsi yang dimiliki penulis, terjadi salah tulis

yaitu adalah perbedaan ide penulis dengan apa yang tertulis, atau

uraian yang tidak jelas yang dapat menimbulkan penafsiran dan

penyimpulan yang salah, sehingga miskonsepsi tidak dapat

terhindarkan.

Dalam jurnalnya, Kartika Budi (1992) memberikan contoh

yaitu, penulis kutipkan salah satu pernyataan dari buku ajar, yaitu

buku Eneri, Gelombang dan Medan: Jilid I, halaman 51 mengenai

gaya aksi reaksi pada suatu sistem yang terdiri dari buku yang

terletak diam di atas meja:

“Jika W ditafsirkan sebagai gaya yang bekerja pada meja yang

ditimbulkan oleh buku (aksi), maka N adalah gaya yang bekerja

pada buku yang ditimbulkan oleh meja (reaksi) (Sumadji, dkk,

(45)

Dari pernyataan itu, dapat dihasilkan pengertian yang salah,

yaitu bahwa W dan N merupakan pasangan gaya aksi dan reaksi. W

adalah gaya berat benda dan N adalah gaya normal, berarti

keduanya bekerja pada benda. Jadi N dan W jelas bukan pasangan

gaya aksi reaksi. Kunci penyebab kesalahan adalah “jika W ditafsirkan gaya yang bekerja pada meja”. W adalah gaya tarik

bumi pada buku (benda), tidak dapat ditafsirkan sebagai gaya yang

bekerja pada meja. Seharusnya dikatakan “ akibat W (berat buku), buku melakukan gaya pada meja”. Gaya tersebut dibuktikan bahwa

besarnya W sama dengan besar Fb-m, tetapi W dan Fb-m adalah dua

gaya. Jadi yang merupakan pasangan interaksi adalah N (Fm-b)

dengan Fb-m, bukan N dengan W.

I. Force Concept Inventory

Force Concept Invetory adalah sebuah alat yang digunakan untuk

menguji pemahaman dan miskonsepsi yang terjadi pada siswa Sekolah

Menengah Atas dan Mahasiswa tentang konsep gaya. Force Concept

Inventory bukan hanya test fisika secara umum yang hanya menilai

jawabannya saja melainkan menilai juga tanggapan secara keseluruhan

dari seorang untuk konsep gaya.

Force Concept Inventory dapat digunakan untuk dua tujuan instruksional dan penelitian. Aplikasi-aplikasinya terbagi dalam tiga

(46)

a. Sebagai sebuah alat untuk mendeteksi miskonsepisi. FCI dapat

digunakan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi

miskonsepsi-miskonsepsi. Hal itu secara khusus dapat bernilai untuk para guru

untuk meningkatkan kesadarannya tentang miskonsepsi di kalangan

para siswanya. Untuk melihat pengertian atau pemahaman yang lebih

signifikan dapat dilihat dari wawancara-wawancara berdasarkan pada

FCI, dimana para siswa diminta untuk memberikan alasan-alasan

untuk pilihan-pilihannya. Tetapi wawancara memerlukan waktu yang

relatif lebih lama sehingga untuk mengatasinya tidak perlu

wawancaranya diulang dengan setiap kelas, karena miskonsepsi itu

bersifat universal. Teknik wawancara untuk para siswa secara

individual haruslah ditransformasikan ke dalam sebuah teknik diskusi

kelas untuk menyelidiki miskonsepsi-miskonsepsi dan merangsang

interaksi di kalangan siswa untuk menyebabkan perubahan

konseptual.

b. Untuk evaluasi pengajaran, FCI bisa digunakan untuk melakukan uji

pemahaman dan miskonsepsi setelah siswa mendapatkan pelajaran

konsep gaya di kelas. Hal tersebut dikarenakan soal-soal tentang

konsep gaya yang terdapat dalam FCI berisi soal-soal pemahaman

tanpa ada hitung-hitungan. Bersifat soal Multiple choice dengan

konsep yang ditanyakan pada soal-soal tersebut. Saat siswa

mengerjakan soal ini, siswa tidak akan menghafalkan rumus fisika

(47)

c. Sebagai sebuah ujian penempatan, Hal itu dapatlah digunakan di perguruan-perguruan tinggi dan universitas-universitas untuk

membantu menentukan apakah pemahaman siswa untuk pengantar

fisika itu cukup mengikuti jenjang yang lebih tinggi.

Dalam FCI juga disajikan klasifikasi konsep Newton tentang gaya

yang akan digali lebih dalam. Dalam tabel II.1, diklasifikasikan konsep

Newton dan ditampilkan juga jawaban-jawaban dari soal-soal yang

diberikan, yaitu:

Tabel II. 1. Konsep-konsep Gaya dalam FCI

No Konsep Item

1. Kinematika (Kinematics)

Kecepatan-posisi terbedakan 12E Percepatan yang dibeda-bedakan

dari kecepatannya

13D

Percepatan konstan pada:

Lintasan parabola 15E Kelajuan yang berubah 16B Penjumlahan vektor kecepatan 4E 2. Hk. 1 Newton

(First Law)

Tanpa adanya gaya 2B Arah kecepatan yang tetap 17B Kelajuan konstan 18A Dengan menghilangkan gaya Gaya yang konstan secara tidak

langsung menyatakan percepatannya konstan

15E, 16B

4. Hk. 3 Newton (Third Law)

Gaya untuk impuls gaya 5E Untuk gaya yang diberikan terus

menerus

Penjumlahan vektor 11B Menghilangkan gaya yang

bekerja

(48)

No Konsep Item

6. Macam macam gaya (Kinds of Force)

Sentuhan pada benda padat: Pasif

Impuls

Gesekan yang berlawanan dengan gerakannya

esensial/penting dan di bagi dalam enam dimensi konseptual. Keenamnya

dibutuhkan untuk konsep yang utuh. Selain disajikan konsep-konsep yang

esensial dan jawaban dari soal-soalnya, juga disajikan miskonsepsi yang

sering terjadi pada siswa saat menjawab soal-soal tentang konsep gaya.

Hal tersebut disajikan dalam tabel II.2.

Tabel II. 2. Mikonsepsi yang sering muncul dalam FCI

No Konsep Kode Miskonsepsi Item 1. Kinematika

(Kinematics)

K1 Tidak dapat mebedakan posisi- kecepatan

12B, 12C, 12D

K2 Tidak dapat mebedakan kecepatan-percepatan

12A, 13B, 13C

K3 Komponen kecepatan tidak diuraikan secara

I2 Kehilangan/ menerima dorongan aslinya

(49)

No Konsep Kode Miskonsepsi Item

I4 Terjadinya dorongan yang berubah perlahan-lahan

3D, 15D, 20E

I5 Dorongan dengan arah melingkar yang aktif menyebabkan gaya

5B, 6B, 7D,

8A, 14A

AF2 Gerakan yang menyatakan bahwa terdapat gaya aktif pada benda

AF4 Kecepatan sebanding dengan gaya yang digunakan

16A, 19A

AF5 Percepatan menyatakan bertambahnya gaya

10B

AF6 Gaya menyebabkan percepatan menuju ke

AR1 Massa yang lebih besar menyatakan gaya yang lebih besar

5D

AR2 Perantara/peralatan yang aktif menghasilkan gaya yang lebih besar

5D, 7C

menentukan arah gerak

9A, 11A

CI2 Gabungan gaya

menentukan arah gerak

2C, 4B, 11C,

(50)

No Konsep Kode Miskonsepsi Item

R2 Gaya yang mengatasi hambatan sehingga

G2 Gravitasi untuk massa 10D

G3 Benda yang lebih berat jatuh lebih cepat

1E

G4 Pertambahan gravitasi sebanding dengan kecepatan jatuhnya benda

10B

G5 Gravitasi bekerja setelah benda dikenai dorongan

9D

J. Calon Guru

Orang-orang yang masuk atau memlilih jurusan pendidikan saat

memasuki jenjang perkuliahan bisa disebut seorang calon guru karena

mereka disiapkan untuk mengajar di dunia pendidikan di beberapa jenjang

sekolah di Indonesia. Dibangku perkuliahan, para calon guru belajar

(51)

dengan jurusan yang diambil, misalnya pendidikan Fisika, mahasiswa

akan belajar tentang materi Fisika yang akan di ajarkan di sekolah dan

mendalaminya.

Seorang calon guru hanya dapat melaksanakan tugasnya dengan

baik jika memperoleh jawaban yang jelas dan benar tentang apa yang

dimaksud pendidikan. Jawaban yang benar tentang pendidikan diperoleh

melalui pemahaman terhadap unsur-unsurnya, konsep dasar yang

melandasinya, dan wujud pendidikan sebagi sistem.

Untuk pelajaran Fisika, kritik terhadap para guru fisika baru atau

calon guru adalah mereka kurang kompoten sebagai guru, yaitu (1) kurang

menguasai bahan fisika, dan (2) kurang mampu mengajarkan bahan itu

kepada siswa dengan tepat, menarik dan efektif (Suparno Paul, 2007).

K. Konsep Gaya

1. Kinematika

Kinematika adalah suatu konsep tentang gerakan. Berisi

pembahasan tentang gerakan benda tanpa mempertimbangkan

penyebab gerakan tersebut. Dalam kinematika ada beberapa konsep

yang mendukung, tetapi yang akan dibahas sesuai dengan yang

disajikan pada Tabel II.1.

a. Kelajuan dan Kecepatan Sesaat

Kelajuan didefinisikan sebagai cepat rambatnya perubahan

(52)

kecepatan didefinisikan sebagai cepat lambatnya perubahan

kedudukan benda terhadap waktu (Bob Foster, 2004). Kelajuan

merupakan besaran skalar, sehingga tidak perlu tahu arah gerak

benda tersebut. Kecepatan merupakan besaran vektor, sehingga

harus tahu arah gerak benda tersebut.

Setelah mengetahui definisi kelajuan dan kecepatan secara

umum, maka akan dipersempit lagi menjadi kelajuan sesaat dan

kecepatan sesaat. Kecepatan sesaat adalah sebuah benda yang

sedang bergerak didefinisikan sebagai kecepatan rata-rata untuk

selang waktu Δt yang mendekati nol (Marthen Kanginan, 2006).

Sedangkan kelajuan sesaat adalah besarnya kecepatan sesaat (Bob

Fster, 2004).

b. Percepatan

Sebuah benda yang sedang bergerak terkadang mengubah

kecepatannya sehingga dikatakan benda tersebut dipercepat atau

diperlambat. Percepatan bertanda positif jika kecepatan

bertambah, dan negatif jika kecepatan benda berkurang (disebut

juga perlambatan). Percepatan didefinisikan sebagai perubahan

kecepatan dibagi dengan perubahan waktu (Foster Bob, 2004).

�̅ = � − � = ∆�

Besaran ā adalah vektor, karena diperoleh dari pembagian sebuah vektor Δv dengan skalar Δt. Jadi percepatan juga

(53)

besarnya adalah |∆�

∆ |. Besar percepatan ini dinyatakan dalam

satuan kecepatan dibagi oleh satuan waktu, misalnya m/s2.

Besaran ā pada persamaan di atas disebut percepatan

rata-rata karena tidak dijelaskan apa-apa tentang perubahan kecepatan

terhadap waktu dalam selang Δt, yang diketahui hanyalah

perubahan kecepatan netto dan selang waktu totalnya. Jika

perubahan kecepatan (vektor) dibagi selang waktunya, ∆�

∆ , ternyata

konstan, tidak bergantung kepada selang waktu pengukuran

percepatan, maka kita peroleh percepatan konstan. Percepatan

konstan berarti perubahan kecepatan terhadap waktu seragam,

baik besar maupun arahnya. Jika tidak ada perubahan kecepatan,

artinya jika kecepatan konstan, baik besar maupun arahnya, maka

Δv sama dengan nol untuk setiap selang waktu dan percepatannya

juga sama dengan nol.

Jika percepatan rata-rata yang diukur dalam berbagai selang

waktu ternyata tidak konstan, maka dikatakan bahwa benda

mengalami percepatan yang berubah. Percepatan dapat berubah

besarnya, arahnya atau kedua-duanya. Dalam hal ini kita perlu

mengetahui percepatan pertikel dalam suatu saat sembarang, yang

disebut sebagai percepatan sesaat (Haliday, 1985).

Salah satu contoh gerak lengkung dengan percepatan

konstan adalah gerak peluru (proyektil). Gerak ini adalah gerak

(54)

misalnya gerak bola pada permainan kasti. Kita anggap bahwa

pengaruh gesekan udara terhadap gerak ini dapat diabaikan.

Gerak peluru yang sering disebut juga gerak parabola

adalah gerak dengan percepatan konstan g yang berarah ke bawah,

dan tidak ada komponen percepatan dalam arah horizontal.

c. Penjumlahan Vektor Kecepatan

Kecepatan tidak hanya mengacu pada seberapa cepat

sesuatu bergerak tetapi juga arahnya. Besaran seperti kecepatan

yang memiliki arah dan besar merupakan suatu besaran vektor.

Ada dua kecepatan, yaitu kecepatan rata-rata dan kecepatan

sesaat.

1. Kecepatan rata-rata

Kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai hasil bagi

perpindahan dengan selang waktu tempuhnya (Marthen

Kanginan, 2006). Untuk gerak lurus satu dimensi, maka

persamaan kecepatan rata-rata yaitu:

�̅ = ∆∆ =

Dalam gerak dalam bidang (dua dimensi) definisinya

tetap, hanya ∆ diganti dengan vektor posisi ∆ .

(55)

dengan adalah posisi pada = dan adalah posisi pada

= .

Bentuk konponen dari kecepatan rata-rata �̅ kita peroleh

dengan mensubstitusi ∆ dengan ∆ + ∆ ke dalam

persamaan di atas.

�̅ = ∆ + ∆ = ∆∆ +

�̅ = �̅ + �̅

dengan

�̅ = ∆ = − �� �̅ = ∆ =

2. Kecepatan sesaat

Kecepatan sesaat didefinisikan sebagai kecepatan

rata-rata untuk selang waktu ∆ yang mendekati nol (Marthen

Kanginan, 2006).

Untuk kecepatan sesaat gerak pada bidang (dua dimensi),

dinyatakan:

� = �

Bentuk komponen dari kecepatan sesaat � kita peroleh

dengan mensubstitusi = + dalam Persamaan di atas,

� = � + =�� +

� = � + �

dengan � =�

� �� � =

(56)

2. Hukum Newton

a. Hukum I Newton

Hukum I Newton menyatakan:

“Setiap benda tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak

dengan laju tetap sepanjang garis lurus, kecuali jika diberi gaya

total yang tidak nol” (Giancoli, 2001).

Hukum ini melibatkan sifat benda, yaitu inersia. Inersia

(kelembaman) sebuah benda merupakan kecenderungan benda

untuk tetap mempertahankan keadaannya terhadap perubahan

gerak padanya. Dengan kata lain, sebuah benda yang diam

cenderung tetap diam, atau sebuah benda yang sedang bergerak

cendenrung akan bergerak lurus dengan kelajuan konstan.

Seberapa besar inersia sebuah benda dinyatakan oleh besaran

massa. Semakin besar massa sebuah benda, semakin besar

inersianya, sehingga diperlukan gaya yang lebih besar untuk

mengubah keadaan gerak benda. Karena Hukum I Newton

berkaitan dengan inersia benda, maka seringkali Hukum I Newton

disebut hukum inersia (Bob Foster, 2004).

Dalam buku yang berjudul Terpadu Fisika SMA untuk

Kelas X, Bob Foster menjelaskan gaya-gaya yang bekerja pada

(57)

Gambar II.1. (a) Orang berada dalam keadaan diam. (b) Diagram gaya

yang bekerja.

Gaya total (gaya resultan) pada yang sedang mendorong meja

tetapi orang dan meja tersebut tetap diam, maka dapat kita tuliskan

sebagai F:

F = F1 + F2 + F3 + F4 + F5 + F6

Karena orang tersebut diam, berarti kelajuannya konstan = 0,

maka menurut Hukum I Newton, gaya F harus sama dengan nol,

sebagaimana yang ditujukan pada gambar penjumlahan vektor-vektor

gaya secara grafik. Secara matematik, kita tuliskan Hukum I Newton

sebagai

Jika ΣFi = 0, maka v = konstan.

b. Hukum II Newton

Dalam buku yang berjudul Fisika (2001), Giancoli menjelaskan

bahwa hukum I Newton menyatakan bahwa jika tidak ada gaya total

(58)

jika sedang bergerak, akan tetap bergerak dengan laju konstan dalam

garis lurus. Apabila ada gaya total yang diberikan pada benda tersebut,

Newton berpendapat bahwa kecepatan akan berubah. Suatu gaya total

yang diberikan pada sebuah benda mungkin menyebabkan lajunya

bertambah. Atau, jika gaya total itu mempunyai arah yang berlawanan

dengan gerak, gaya tersebut akan memperkecil laju benda itu. Jika arah

gaya total yang bekerja berbeda dengan arah sebuah benda yang

bergerak, maka arah kecepatannya akan berubah (dan mungkin besarnya

juga). Karena perubahan laju atau kecepatan merupakan percepatan,

dapat kita katakan bahwa gaya total menyebabkan percepatan.

Giancoli (2001), menjelaskan percepatan dan gaya. Bayangkan

gaya yang diperlukan untuk mendorong sebuah gerobak yang

gesekannya minimal. Apabila mendorong dengan pelan tetapi dengan

gaya byang konstan dalam selang waktu tertentu, Anda akan

mempercepat gerobak tersebut dari keadaan diam sampai laju tertentu,

misalnya 3 km/jam. Jika Anda mendorong dengan gaya dua kali lipat,

maka gerobak tersebut mencapai 3 km/jam dalam waktu setengah kali

sebelumnya. Berarti percepatan akan dua kali lipat lebih besar. Jika Anda

menggandakan gaya, percepatan akan menjadi dua kali lipat pula dan

seterusnya. Dengan demikian, percepatan sebuah benda berbanding lurus

dengan gaya total yang diberikan. Tetapi percepatan juga bergantung

Gambar

Tabel II. 1. Konsep-konsep Gaya dalam FCI
Tabel II. 2. Mikonsepsi yang sering muncul dalam FCI
Gambar II.1. (a) Orang berada dalam keadaan diam. (b) Diagram gaya
Tabel III. 1. Kualifikasi pemahaman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan didasari latar belakang tersebut, maka dengan maksud memberikan alternatif belajar kepada pembelajaran bahasa Jepang khususnya dalam pelajaran kosakata, penulis

Pementasan SZAVTP merupakan tahap akhir dari proses kreatif penciptaan tata busana dengan bahan material dari sampah plastik dan kain perca Semua bahan yang telah

Berbagai kendala muncul saat proses belajar mengajar berlangsung, diantaranya siswa-siswi kelas X sebagian besar merasa senang dengan pelajaran komputer Sejarah khususnya materi,

Justeru itu, dengan menggunakan kaedah pemetaan dan pengelompokan pekali statistik bagi analisis yang terlibat, isyarat akustik bagi knot yang sama dengan alat muzik

Pejabat Pengadaan Barang/Jasa II Kegiatan APBD pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2014, berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung

Dengan ini kami beritahukan bahwa penawaran Saudara untuk pekerjaan Rehabilitasi Gedung KPKNL Padang Sidimpuan dengan nilai penawaran setelah dilakukan klarifikasi dan

Selanjutnya, dengan kerendahan hati penulis ingin menghaturkan penghargaan dan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian Tugas Akhir