• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa Di Kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008 ini bertujuan untuk menjawab dua permasalahan. Pertama, bagaimana dinamika perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi. Kedua, bagaimana relasi sosial ekonomi antara orang Tionghoa dengan masyarakat setempat.

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dan studi lapangan. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode heuristik (pengumpulan data), kritik sumber, analisis sumber, wawancara dan observasi, hingga penulisan. Studi ini menggunakan pendekatan sosiologi untuk memahami bagaimana perdagangan sembako masyarakat Tionghoa dapat diterima dengan baik oleh masyarakat di kabupaten Melawi. Konsep interaksi sosial digunakan sebagai landasan teori untuk menggambarkan dinamika perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di kabupaten Melawi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebudayaan masyarakat yang dapat beradaptasi dengan baik dapat diterima oleh kabudayaan lain. Dalam prakteknya, penerimaan terhadap masyarakat Tionghoa yang dilakukan oleh masyarakat di kabupaten Melawi mendapat respon yang sangat baik dan masih berjalan sampai saat ini.

(2)

ABSTRACT

Thesis entitle, Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa Di Kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008, aims to address two issues. First, how the Tionghoa people run their groceries bussines in Melawi District. Second, how is the social-economics reationship betwen Tionghoa people with the local people.

This research is literature research and field obsevation. It use heuristic method, source critics, souce analysis, interview, obsevation, and historiography to analize the topics. This study use sociological approachment to understand how Melawi Distirict people well received the groceries bussines by Tionghoa people. Social interaction concept is use as theoritical frame to describe how the Tionghoa people run their groceries bussines at Melawi District.

The result of this research is showing that the well adapt culture can be well receive by other cultures. Practically, the good respons by the local people in order to receive the Tionghoa people at Melawi District still running.

(3)

PERDAGANGAN SEMBAKO MASYARAKAT TIONGHOA

DI KABUPATEN MELAWI

KALIMANTAN BARAT 2004-2008

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Sejarah

Oleh:

Puro Juan Handry

NIM : 114314004

PROGRAM STUDI SEJARAH

JURUSAN SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

MOTTO:

Pergunakanlah kesempatan sebaik mungkin, jangan

(7)

v

PERSEMBAHAN

Skripsi berjudul "Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa Di

Kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008" ini penulis persembahkan untuk

kedua orang tua tersayang yang telah memberikan kesempatan yang besar kepada

saya untuk menuntut ilmu di tanah perantauan. Karya ini juga dipersembahkan

untuk almamater Program Studi Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata

(8)
(9)
(10)

viii

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa Di Kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008 ini bertujuan untuk menjawab dua permasalahan. Pertama, bagaimana dinamika perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi. Kedua, bagaimana relasi sosial ekonomi antara orang Tionghoa dengan masyarakat setempat.

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dan studi lapangan. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode heuristik (pengumpulan data), kritik sumber, analisis sumber, wawancara dan observasi, hingga penulisan. Studi ini menggunakan pendekatan sosiologi untuk memahami bagaimana perdagangan sembako masyarakat Tionghoa dapat diterima dengan baik oleh masyarakat di kabupaten Melawi. Konsep interaksi sosial digunakan sebagai landasan teori untuk menggambarkan dinamika perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di kabupaten Melawi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebudayaan masyarakat yang dapat beradaptasi dengan baik dapat diterima oleh kabudayaan lain. Dalam prakteknya, penerimaan terhadap masyarakat Tionghoa yang dilakukan oleh masyarakat di kabupaten Melawi mendapat respon yang sangat baik dan masih berjalan sampai saat ini.

(11)

ix ABSTRACT

Thesis entitle, Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa Di Kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008, aims to address two issues. First, how the Tionghoa people run their groceries bussines in Melawi District. Second, how is the social-economics reationship betwen Tionghoa people with the local people.

This research is literature research and field obsevation. It use heuristic method, source critics, souce analysis, interview, obsevation, and historiography to analize the topics. This study use sociological approachment to understand how Melawi Distirict people well received the groceries bussines by Tionghoa people. Social interaction concept is use as theoritical frame to describe how the Tionghoa people run their groceries bussines at Melawi District.

The result of this research is showing that the well adapt culture can be well receive by other cultures. Practically, the good respons by the local people in order to receive the Tionghoa people at Melawi District still running.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Skripsi ini menyita banyak waktu dan pikiran dan sangat melelahkan.

Namun, semua itu terbayar dengan terselesaikannya skripsi ini, meskipun sedikit

terlambat dari yang ditargetkan. Tentu saja, banyak ucapan terima kasih yang

harus disampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu selama penulisan

skripsi ini.

1. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus Kristus dan

Bunda Maria yang telah memberikan berkatnya kepada saya selama masa

perkuliahan sampai penulisan skripsi.

2. Ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya yang selalu

mendukung dan mendoakan, serta perjuangan dan dorongan dari mereka

yang tidak kenal lelah. Tanpa mereka skripsi ini akan menjadi lebih

berat.

3. Untuk adik saya Mersy Cahyati yang selalu mengingatkan saya untuk

mengerjakan skripsi.

4. Untuk Angela Astri Purwanti, S. Pd. Yang selalu memberikan semangat

dan dukungan kepada saya selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini

sampai selesai.

5. Untuk keluarga besar di Menukung, Sepauk, dan Sungai Ayak yang

selalu memberi dukungan selama masa perkuliahan.

6. Untuk para dosen jurusan sejarah Pak Rio, Pak Heri, Bu Ning, Pak Pur,

(13)

xi

memberikan pelajaran dan ilmu-ilmu Humaniora selama masa

perkuliahan.

7. Untuk teman-teman Sejarah angkatan 2011 yang terkasih. Riko, adalah

teman yang selalu menghibur selama masa-masa perkuliahan. Yasmine,

yang sudah memberi bantuan dan dukungan selama masa perkuliahan.

Deslin, yang selalu memberikan dukungan kepada saya dan teman-teman

angkatan selama masa perkuliahan dan penulisan skripsi. Fauzan, adalah

teman yang selalu menyegarkan pikiran dan mau berbagi cerita dengan

saya selama masa perkuliahan. Bito, adalah teman serta abang yang

selalu memberikan motifasi dan nasehat kepada saya selama masa

perkuliahan sampai penulisan skripsi ini selesai..

8. Untuk teman-teman Lingkar Sejarah. Amor, Belo, Popon, Penyik, Ndoi,

Novi, Elsa, Lisa, Toni, Lalong, Erik, Wowok, Edut, Tiur, Rosma, Ageng,

Jeray, Dede, Adul, Adit Cinta Perdana, Berang, Luiz, Agung, Laras,

Dion, Judah Ongek dan semua yang telah membantu namun tidak dapat

saya sebutkan satu per satu. Terimakasih semuanya.

9. Untuk teman-teman Markas. Erik S, Cornel, Jon Sejira, Kris, Reza

“Puhak”, Winda, Oyon, Asni, Eka “Geleng”, yang mau menerima saya

selama masa penulisan skripsi dan memberikan tempat untuk

mengerjakan skripsi ini sampai selesai.

10. Untuk Forum Komunikasi Mahasiswa Pelajar Kabupaten Melawi

Yogyakarta. Bang Yovie, Bang Markus, Karte, Heri K, Rudiwan,

(14)

xii

dan semua anggota forum yang telah banyak membantu saya selama

berada di Yogyakarta, terima kasih.

11. Untuk teman kontrakan K-132. Tiko, Opin, Feri, Okta, Layo, Akbar,

Bang Jon, Bang Jo, yang selalu membantu saya selama masa penulisan

(15)

xiii

LEMBAR PERSETUJUAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

(16)

xiv

II.3. Mata Pencaharian Masyarakat Kabupaten Melawi ... 27

II.4. Wilayah Kabupaten Melawi ... 29

II.5. Peta dan Demografi ... 30

BAB III PERDAGANGAN SEMBAKO MASYARAKAT TIONGHOA DI KABUPATEN MELAWI III.1. Awal Peralihan Profesi ... 37

III.2. Pencapaian dan Hambatan ... 44

III.3. Perkembangan Perdagangan Sembako Saat Ini ... 48

BAB IV HUBUNGAN MASYARAKAT LOKAL DENGAN MASYARAKAT TIONGHOA IV.1. Masyarakat Kabupaten Melawi ... 52

IV.2. Masyarakat Tioghoa di Kabupaten Melawi ... 56

IV.3. Relasi Masyarakat Melawi dan Masyarakat Tionghoa ... 59

IV.4. Dampak Perdagangan Sembako ... 64

BAB V PENUTUP Kesimpulan ... 66

Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(17)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Masyarakat Tiongkok sudah lama berada di Indonesia karena urusan

perdagangan dan pelayaran pada masa itu. Pada masa pelayaran, mereka banyak

menghampiri daerah-daerah pesisir dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan daerah

pesisir lainya. Hal tersebut mereka lakukan untuk beristirahat dan berinteraksi

dengan masyarakat di sekitar pesisir. Mereka juga membawa barang-barang yang

dapat dijual-belikan dengan masyarakat pesisir.

Tionghoa adalah sebutan untuk orang Cina yang berada di Indonesia.

Awal kedatangan mereka sebagai pekerja di pertambangan emas1 dan perkebunan,

kemudian mereka mulai beralih profesi sebagai pedagang keliling dan sembako

yang bertujuan untuk bertahan hidup. Bekerja di pertambangan emas dan

perkebunan memang sudah lama mereka lakukan, hasil dari kedua pekerjaan

tersebut sangatlah cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari bahkan

lebih. Menyadari bahwa pertambangan emas tidak dapat dilakukan setiap waktu

dan hasilnya pun tidak selalu sama, maka masyarakat Tionghoa memiliki

alternatif lain yaitu dengan berjualan dari hasil perkebunan mereka, hal itu mereka

lakukan supaya kebutuhan sehari-sehari dan seterusnya dapat terpenuhi.

Memang pertambangan emas sangat menjanjikan dan hasilnya pun tidak

sedikit bila ditukarkan dengan rupiah sehingga membuat siapa saja yang bekerja

1 Mary Somers Heidhues. Penambang Emas, Petani, dan Pedagang di

(18)

di pertambangan emas ini akan senang jika mendapatkan hasil tambang yang

sangat banyak. Pertambangan emas ini dilakukan di kecamatan-kecamatan bagian

dalam seperti Ella dan Menukung, yang mana sumber emasnya masih banyak dan

biasanya berada di daerah pesisir sungai.

Jika hanya mengandalkan pertambangan emas saja mereka akan sangat

sulit untuk mendapatkan hasil yang maksimal, mengingat pertambangan emas

yang berada di Melawi merupakan pertambangan ilegal tanpa adanya ijin dari

pihak yang berwenang dan mereka juga melakukan pekerjaan secara diam-diam

agar tidak diketahui oleh pihak yang berwenang seperti polisi dan tentara. Sadar

akan hal tersebut, masyarakat Tionghoa lebih memilih pertambangan emas

menjadi pekerjaan yang tidak tetap dalam artian menjadi pekerjaan kedua dan

yang utama adalah berdagang sembako serta usaha-usaha lainnya.

Pada awal perdagangan sembako, mereka menjual barang dagangan

seperti cengkeh, kopi, dan beras kepada sesama pedagang dan kepada masyarakat

tempat mereka berdomisili. Setelah sekian lama, mereka mulai menjual

barang-barang sembako yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. Selain menjual

barang-barang keperluan sehari-hari, para pedagang sembako ini juga menjual

keperluan lainnya yang sering digunakan seperti minyak tanah, bensin, dan solar.

Pada perkembangan berikutnya mulai berdiri bangunan-bangunan atau ruko yang

menjadi tempat untuk orang-orang Tionghoa berdagang. Peralihan profesi

dilakukan karena adanya peluang kerja pada bidang ekonomi.

Masyarakat Tionghoa dengan suku Hakka atau Khek sudah lama berada

(19)

lebih pada akhir abad ke-18.2 Hal ini membuat mereka menetap di tempat-tempat yang disinggahi. Pulau Kalimantan merupakan pulau yang mayoritas

masyarakatnya adalah orang-orang Dayak dan merupakan salah satu pulau yang

ditempati oleh masyarakat Tionghoa.

Awal datangnya masyarakat Tionghoa di Kalimantan Barat adalah untuk

bekerja di pertambangan emas dan perkebunan, tempat pertama yang mereka

singgahi adalah kota Sambas. Penyebaran masyarakat Tionghoa di Kalimantan

Barat berawal dari kota Sambas dan menyebar ke kota-kota lainnya termasuk di

kota Nanga Pinoh yang sekarang menjadi Kabupaten Melawi. Penerimaan

masyarakat Dayak terhadap pendatang dari luar pulau sangat baik tergantung pada

sikap pendatang kepada mereka.

Penerimaan yang baik juga berlaku kepada orang Tionghoa yang datang

dan menetap di pulau Kalimantan khususnya di daerah Melawi mereka datang

kurang lebih pada awal abad ke-19. Penerimaan yang baik merupakan

penghargaan tersendiri bagi para pendatang baru.

Masyarakat Tionghoa di kabupaten Melawi sangat menarik, mengapa bisa

demikian? karena masyarakat Tionghoa yang berada di Kabupaten Melawi

berbeda dengan masyarakat Tionghoa yang berada di Pontianak dan kota-kota

lain. Perbedaan tersebut dikarenakan mereka tidak saja berdagang tetapi juga

memiliki kebun dan peternakan. Untuk menggarap kebun dan peternakan, orang

Tionghoa biasanya mengandalkan masyarakat Dayak untuk menggarap dan

2

(20)

mengurus ternak, terkadang mereka melakukannya sendiri. Kepercayaan terhadap

masyarakat setempat sudah ada sejak mereka datang dan menetap di kabupaten

Melawi. Kerjasama seperti mengurus ternak dan kebun yang dilakukan tidak

semata-mata untuk mencari penghasilan saja, tetapi untuk menjalin relasi yang

lebih baik.

Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi

Kalimantan Barat 2004-2008 ini dipilih karena untuk melihat

perubahan-perubahan dan perkambangan yang terjadi dalam kurun waktu lima tahun dalam

berbagai bidang seperti bidang ekonomi yang menjadi pokok penelitian ini.

I.2. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup I.2.1. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas dapat di buat rumusan masalah sebagai

berikut:

a. Bagaimana dinamika perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di

Kabupaten Melawi ?

b. Bagaimana relasi sosial ekonomi antara orang Tionghoa dengan

masyarakat setempat ?

I.2.2. Ruang Lingkup

Alasan pemilihan periode 2004 sampai 2008 adalah untuk menunjukan

lepasnya Melawi dari kabupaten Sintang yang pada awalnya menjadi satu

(21)

merupakan rencana awal akan didirikannya sebuah kabupaten baru yaitu

Kabupaten Melawi, berserta berbagai keinginan masyarakat seperti keinginan

untuk mendirikan kabupaten sendiri dan mandiri setelah lepas dari Kabupaten

Sintang. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa tahun 2004 dipilih sebagai awal

dari penelitian ini. Sedangkan tahun 2008 dipilih sebagai akhir dari penelitian ini

karena penelitian ini akan melihat perkambangan perekonomian yang terjadi di

dearah Melawi terutama perdagangan sembako masyarakat Tionghoa, apakah

semakin meningkat atau tidak. Hal tersebut merupakan perkembangan

perekonomian masyarakat khususnya masyarakat Tionghoa yang berada di

Melawi. Kurun waktu lima tahun ini akan digunakan sebagai penjelas bagaimana

perkambangan itu terjadi. Adapun perubahan waktu dapat terjadi setelah

penelitian ini dilakukan lebih lanjut.

Awalnya Melawi tergabung dalam kabupaten Sintang, seiring banyaknya

keinginan masyarakat untuk mendirikan kabupaten sendiri dan melalui

pertimbangan yang cukup lama pada akhirnya bertepatan pada tahun 2004 Melawi

diresmikan menjadi kabupaten dengan Bupati pertama Drs. Suman Kurik, M.M.3

Tahun 2004 adalah periode pertama Melawi menjadi Kabupaten. Sama

seperti kabupaten-kabupaten lainnya, Kabupaten Melawi juga mengalami

perubahan-perubahan yang cukup mencolok baik dibidang pemerintahan, sosial

budaya dan ekonomi. Secara khusus dibidang ekonomi perkembangannya pun

secara perlahan mulai tampak.

3

(22)

Tahun 2005, mulai banyak berdiri tempat untuk berjualan sembako di

Melawi sampai di kecamatan bagian dalam. Hal ini bertujuan untuk memudahkan

penjualan barang-barang yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, dan

orang-orang Tionghoa juga banyak yang pindah ke setiap kecamatan tersebut.

Tahun 2006, penjualan sembako juga dilakukan melalui jalur sungai

Melawi menggunakan kapal bandong untuk membawa barang-barang sembako.

Orang Tionghoa merupakan pelaku utama dalam penjualan menggunakan kapal

bandong ini.

Tahun 2007, perdagangan sembako yang dilakukan oleh orang Tionghoa

mulai menyebar sampai di pedalaman, dan untuk menjual barang sembako

dipedalaman mereka menggunakan motor yang diberi keranjang agar dapat

mengakses ke tempat tersebut.

Tahun 2008, penyebaran masyarakat Tionghoa yang berprofesi sebagai

pedagang sembako sudah mulai banyak dan hampir di setiap kecamatan dapat

dijumpai masyarakat Tionghoa yang berasal dari berbagai daerah seperti Sintang,

Sepauk, Singkawang, dan Nanga Pinoh.

Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah Kabupaten Melawi,

Kalimantan Barat. Untuk observasi, wawancara dan studi pustaka dilakukan di

Kota Nanga Pinoh dan Pontianak untuk melakukan studi arsip.

I.3. Tujuan Penulisan

Penelitian ini, bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan bagaimana

“Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi Kalimantan

(23)

dengan masyarakat di Kabupaten Melawi. Jika diuraikan lebih detail, maka

penelitian ini bertujuan untuk:

a. Secara akademis, penelitian ini menjelaskan bagaimana relasi

sosial-ekonomi yang terjadi didalam bidang sosial-ekonomi.

b. Secara praktis, penelitian ini menjelaskan bagaimana hubungan timbal

balik yang terjadi antara masyarakat Tionghoa dengan masyarakat

Kabupaten Melawi.

I.4. Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian sejarah ekonomi

Indonesia, khususnya yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa di daerah

kalimantan dan memberikan sumbangan informasi tentang tradisi dan kebudayaan

masyarakat Tionghoa di Indonesia.

Memberi informasi bagi masyarakat Tionghoa itu sendiri, masyarakat

daerah setempat dan untuk para pedagang mengenai cara berdagang sembako

masyarakat Tionghoa.

I.5. Kajian Pustaka

Sampai penulisan ini dilakukan, tidak ada sebuah buku pun yang

menuliskan tentang “Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa” meski ada

banyak kajian sejenis yang dilakukan oleh para peneliti sejarah mengenai etnik

Tionghoa di Indonesia seperti buku atau hasil penelitian yang berkaitan dengan

(24)

Hendri Gunawan dengan judul Resiprositas dan Patronase: Jejaring Pengusaha

Tionghoa di Kabupaten Sitaro Sulawesi Utara 1965-2013. Buku ini memaparkan

bagaimana terjadinya relasi antara masyarakat Tionghoa dengan masyarakat

SITARO Sulawesi Utara, dikatakan juga bahwa selain menjalin relasi tersebut,

mereka juga melakukan pertukaran jasa seperti masyarakat setempat menjual hasil

bumi mereka kepada masyarakat Tionghoa yang pada posisi ini sebagai pembeli

dan pemborong.

Pada bagaian awal buku ini menjelaskan bagaimana latar belakang

terjadinya penelitian yang dilakukan oleh Hendri Gunawan mengenai jejaring

pengusaha Tionghoa di Kabupaten Sitaro Sulawesi Utara. Banyaknya data-data

yang diperlukan untuk penelitian ini dihasilkan melalui berbagai cara yang

digunakan dalam penentuan sumber yang dapat dipercaya, mengerti keadaan

ditempat tersebut, observasi langsung, kedekatan emosional, serta melakukan

wawancara dengan orang-orang yang dianggap dapat membantu dalam penelitian

ini.

Bagian kedua buku ini menjelaskan bagaimana sejarah kepulauan

Siau-Tagulandang dan Biaro (SITARO) sempat menjadi lintasan perniagaan.

Kedatangan masyarakat Tionghoa di kawasan ini membuat warga SITARO

bersikap lebih terbuka terhadap kehadiran bangsa-bangsa asing dan masyarakat

Tionghoa yang datang ke tempat ini tidak hanya sekedar berdagang saja, ada

diantara mereka yang terlibat penuh didalam organisasi-organisasi, serta

(25)

Bagian ketiga, menjelaskan aktivitas perekonomian atau perdagangan

yang telah ditekuni oleh masyarakat Tionghoa tidak hanya sebatas menyediakan

dan menjual kebutuhan pokok saja, melainkan menjadi pembeli dan penampung

hasil bumi terutama pala, kopra dan hasil laut. Dari aktivitas perdagangan ini

kemudian menciptakan jejaring relasi antara masyarakat Tionghoa dengan

masyarakat lokal yang didasarkan pada kebutuhan saling memerlukan satu dengan

yang lainnya, serta jejaring ini pula yang memudahkan terjadinya proses

pembauran antara mereka.

Pada bagian keempat dan kesimpulan buku ini menjelaskan bahwa

hubungan antara pengusaha dan pedagang Tionghoa terbentuk dalam relasi

resiprositas, urusan dagang tidak hanya sekedar istilah “ada uang ada barang”

melainkan juga saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya.

Buku yang ditulis oleh Julianto Ibrahim dengan judul OPIUM DAN

REVOLUSI: Perdagangan dan Penggunaan Candu di Surakarta Masa Revolusi

(1945-1950), Tahun 2013. Buku ini menjelaskan bagaimana usaha orang-orang

cina dalam berbisnis candu pada masa Revolusi Indonesia. Selain menkonsumsi

sendiri dan dijual, mereka juga menjadikan candu sebagai bisnis yang

menguntungkan. Surakarta pada masa itu merupakan salah satu daerah yang

banyak sekali terdapat bandar-bandar candu.

Buku yang ditulis oleh Mery Somers Heidhues dengan judul Penambang

Emas, Petani, dan Pedagang di “Distrik Tionghoa” Kalimantan Barat, tahun 2008.

Buku ini menjelaskan bahwa orang Tionghoa di Kalimantan Barat memiliki

(26)

Kebanyakan dari mereka bukanlah pedagang yang sukses, melainkan pedagang

kecil, pemilik toko, nelayan dan petani.

Mary Somers mengatakan, “orang Tionghoa di Kalimantan Barat bukan

“penyinggah” atau orang-orang yang hanya tinggal untuk sementara, karena

Orang Tionghoa di Kalimantan Barat mempertahankan kebudayaan asli mereka”.

Selain itu mereka juga masih menggunakan bahasa Tionghoa secara turun

termurun. Hal ini lah yang membuat mereka berbeda dengan etnis Tionghoa

lainnya dalam segi penggunaan bahasa sehari-hari. Dikarenakan kebanyakan etnis

Tionghoa yang berada di pulau Jawa, menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa

daerah di tempat mereka bermukim untuk berkomunikasi dengan sesama etnis

Tionghoa.

Awal kedatangan orang-orang Tionghoa pada abad ke-18 di Kalimantan

Barat dikarenakan paksaan dari pekerjaan menjadi buruh tambang dan

perkebunan. Para imigran Tionghoa ini mengatur sendiri jadwal kedatangan

mereka sehingga perbedaan antara etnis Tionghoa di Kalimantan Barat dengan

Tionghoa yang berada di daerah lainnya berbeda. Kelompok imigran terbanyak di

Kalimantan Barat adalah orang Tionghoa bukan dari kalangan suku lain Negara

Indonesia. Hampir semua orang Tionghoa yang bermigrasi ke Kalimantan Barat

berasal dari provinsi Guangdong, Tiongkok selatan, sisanya orang-orang Hokkien

dari propinsi Fujian. Bahasa Tionghoa yang mereka gunakan pun beragam

diantaranya ada Hakka, Teochiu, Kanton dan Hainan. Dua kelompok etnis

terbesar di Kalimantan Barat adalah Teochiu dan Hakka. Orang-orang Teochiu

(27)

pedalaman Fujian datang ke Kalimantan Barat dengan penggunaan bahasa yang

sama. Kelompok Hakka merupakan kelompok perintis yang tinggal di

perkampungan dan daerah pertambangan untuk bekerja sebagai penambang,

berladang dan juga menjadi pedagang kecil. Berbeda halnya dengan kelompok

Teochiu yang lebih memilih untuk tinggal di perkotaan untuk berdagang, bahkan

kini kelompok Teochiu membentuk populasi terbesar etnis Tionghoa di kota

Pontianak dan daerah Selatan Pontianak. Kelompok Hakka sendiri menempati

daerah Utara kota Pontianak. Sejak tahun 1811 Pontianak merupakan kota transit

orang-orang Tionghoa ketika datang ke Kalimantan Barat, yang nantinya akan

menyebar ke daerah-daerah pedalaman sekitarnya. Kebanyakan para buruh

Tionghoa menghabiskan uangnya untuk membeli makanan-makanan enak, berjudi

dan menghisap candu. Hanya sedikit buruh yang menabung hasil kerjanya untuk

biaya kepulangan mereka ke Tiongkok atau mengirim uang kepada keluarganya di

sana.

Etnis Tionghoa membentuk pusat perdagangan di kota yang terletak di

tepian sungai Kapuas. Selain sebagai tempat berdagang, pasar yang dibangun itu

juga digunakan sebagai tempat tinggal. Pemilihan tempat tinggal juga bagian dari

karakteristik para imigran ini. Seperti orang-orang Tionghoa yang tinggal terpisah

dengan orang-orang Melayu dan Arab Orang-orang Melayu dan Arab cenderung

memilih bermukim dekat dengan istana sultan yang terletak di antara Sungai

Kapuas dan Sungai Landak. Hal ini tidak hanya terjadi di kota Pontianak saja,

(28)

Dari pembacaan yang dilakukan terhadap sumber diatas, dapat dilihat

bahwa penulis buku tentang perdagangan etnis Tionghoa di Indonesia berusaha

untuk membuktikan bahwa etnis Tionghoa selalu dekat dengan perdagangan.

I.6. Landasan Teori

Untuk mendukung penelitian tentang “Perdagangan Sembako Masyarakat

Tionghoa di Kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008”, pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan sosiologi lebih spesifik mengenai interaksi sosial.

Pendekatan ini digunakan karena perdagangan sembako memerlukan interaksi

antara penjual dan pembeli, interaksi ini sangat penting bukan saja didalam

perdagangan sembako melainkan juga untuk setiap aktifitas yang dilakukan oleh

manusia pasti akan menggunakan interaksi sebgai sarana berkomunikasi antar

sesama mahluk hidup.

Interaksi sosial merupakan gambaran tentang proses berhubungan yang

saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Pengertian interaksi sosial

adalah sebagai hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu

dengan kelompok, dan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.4

Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktifitas sosial, menyangkut

hubungan antara individu, individu dengan kelompok, maupun antara kelompok

dengan kelompok.

Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih,

dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara

4

Dadang Supardan. PENGANTAR ILMU SOSIAL: Sebuah Kajian

(29)

aktif. Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak

yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi.

Syarat Terjadinya Interaksi Sosial dapat berlangsung jika memenuhi dua

syarat di bawah ini, yaitu :

a. Kontak sosial

Adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan

awal terjadinya interaksi sosial, dan masing - masing pihak saling bereaksi antara

satu dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik.

b. Komunikasi

Artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain.

Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada beberapa faktor

berikut ini.

a. Sugesti

Sugesti adalah pemberian pengaruh pandangan seseorang kepada orang

lain dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/pengaruh

tersebut tanpa berpikir panjang. Sugesti biasanya dilakukan oleh orang yang

berwibawa, mempunyai pengaruh besar, atau terkenal dalam masyarakat. Contoh

sugesti salah satunya adalah obat dengan harga mahal yang merupakan produk

impor yang dianggap pasti manjur untuk menyembuhkan penyakit. Anggapan

tersebut merupakan sugesti yang muncul akibat harga obat yang mahal dan

(30)

b. Imitasi

Imitasi adalah tindakan atau usaha untuk meniru tindakan orang lain

sebagai tokoh idealnya. Imitasi cenderung secara tidak disadari dilakukan oleh

seseorang. Imitasi pertama kali akan terjadi dalam sosialisasi keluarga. Misalnya,

seorang anak sering meniru kebiasaan-kebiasaan orang tuanya seperti cara

berbicara dan berpakaian. Namun, imitasi sangat dipengaruhi oleh lingkungannya

terutama lingkungan di sekolah. Karena seseorang (terutama saat seseorang sudah

menginjak usia remaja) cenderung lebih sering di sekolah dan bersosialisasi

dengan temannya dengan berbagai macam kebiasaan.

c. Identifikasi

Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang

untuk menjadi sama dengan orang lain. Identifikasi mengakibatkan terjadinya

pengaruh yang lebih dalam dari sugesti dan imitasi karena identifikasi dilakukan

oleh seseorang secara sadar. Contoh identifikasi: seorang pengagum berat artis

terkenal, ia sering mengidentifikasi dirinya menjadi artis idolanya dengan meniru

model rambut, model pakaian, atau gaya perilakunya dan menganggap dirinya

sama dengan artis tersebut.

d. Simpati

Simpati adalah suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada orang

lain. Perasaan simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang atau

sekelompok orang atau suatu lembaga formal pada saat-saat khusus. Contoh

simpati adalah pada peringatan ulang tahun, pada saat lulus ujian, atau pada saat

(31)

e. Empati

Empati adalah kemampuan mengambil atau memainkan peranan secara

efektif dan seseorang atau orang lain dalam kondisi yang sebenar-benarnya,

seolah-olah ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain tersebut seperti

rasa senang, sakit, susah, dan bahagia. Empati hampir mirip dengan sikap simpati.

Perbedaannya, sikap empati lebih menjiwai atau lebih terlihat secara emosional.

Contoh empati adalah saat kita turut merasakan empati terhadap masyarakat

Yogyakarta yang menjadi korban letusan Gunung Merapi.

f. Motivasi

Motivasi adalah dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang

diberikan seorang individu kepada individu yang lain sedemikian rupa sehingga

orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau melaksanakan apa yang

dimotivasikan secara kritis, rasional, dan penuh tanggung jawab. Contoh motivasi

adalah guru yang memberikan motivasi kepada siswa supaya siswanya semakin

giat belajar.

Tidak selamanya interaksi berjalan sesuai dengan rencana. Kontak sosial

yang berlangsung kadang-kadang dapat berjalan sesuai dengan apa yang kita

inginkan, namun sebaliknya suatu interaksi akan mengalami gangguan dan

bahkan terhenti seandainya terjadi hal-hal berikut:

Subjek-subjek yang terlibat dalam interaksi tidak mempunyai harapan lagi

untuk mencapai tujuan. Interaksi yang terjadi tidak lagi bermanfaat atau tidak

(32)

pihak-pihak yang saling berinteraksi. Salah satu pihak-pihak atau keduanya tidak bersedia lagi

mengadakan interaksi.

Jenis - jenis interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu :

1. Interaksi antara individu dan individu

Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi

positif, jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika

hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).

2. Interaksi antara individu dan kelompok

Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk

interaksi sosial individu dan kelompok bermacam-macam sesuai situasi dan

kondisinya.

3. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok

Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan

bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk

membicarakan suatu proyek.

Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial terjadi pada saat itu, mereka

saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi.

Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua

syarat, yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi yang terjadi antara

individu.

Terjadinya interaksi sosial memang selalu dirasakan oleh setiap individu

dalam bermasyarakat, kelompok, dan bahkan didalam kehidupan sehari-hari. Hal

(33)

berprofesi sebagai pedagang dengan masyarakat setempat yang menjadi

konsumen atau pembeli.

I.7. Metodologi Penulisan I.7.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Melawi dan beberapa

kecamatan yang berada di Kabupaten Melawi, seperti Kecamatan Nanga Pinoh,

Menukung dan Ella.

I.7.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode sejarah.

Metode pengumpulan data pada penelitian Perdagangan Sembako Masyarakat

Tionghoa di kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008 ini dilakukan

dengan mengumpulkan sumber tertulis, sumber lisan, studi pustaka, studi arsip

dan juga melalui wawancara serta observasi.

I.7.3. Metode Pencarian Data

Sumber tertulis akan diperoleh dari buku, koran, jurnal, ataupun internet

yang berkaitan dengan topik penelitian.

Studi pustaka dan studi arsip akan dilakukan di Kota Nanga Pinoh dan

Pontianak. Hasil dari studi pustakan dan studi arsip ini akan dipergunakan untuk

mendukung penulisan penelitian ini.

Wawancara akan dilakukan di Kota Nanga Pinoh dengan beberapa orang

(34)

wawancara ini akan cermati lebih lanjut agar bisa menjadi data pendukung dari

penelitian ini.

Observasi akan dilakukan di Kota Nanga Pinoh dan beberapa kecamatan

yang ada di Kabupaten Melawi guna untuk mengetahui tempat-tempat yang akan

dipergunakan untuk mengerjakan penelitian ini. Hasil dari observasi ini akan

digunakan sebagai lokasi pendukung dari penelitian ini berlangsung.

Sumber lisan akan dilakukan dengan beberapa orang yang menjadi pelaku

dari perdagangan sembako ini. Hasil dari sumber lisan ini akan digunakan untuk

penulisan penelitian ini.

Data-data yang didapat baik dari studi pustaka maupun transkrip

wawancara dan kuisioner oleh peneliti kemudian diuji dan dianalisis secara kritis,

supaya hasil penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan.5 Data yang berupa

buku-buku yang diperoleh dari perpustakaan kemudian diperbandingkan dengan

sumber lain, sehingga data-data tersebut dapat dipercaya.6

I.8. Sistematika Penulisan

Penulisan ini akan dibagi menjadi lima bab. Pada setiap bab akan

dijelaskan mengenai topik diatas. Adapun pembagian bab dan sub-bab sebagai

berikut:

5

Louis Gottschalks. Mengerti sejarah. UI, Jakarta, 1985. Hlm. 32

6

Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yayasan Bentang Budaya,

(35)

BAB I Pendahuluan. Berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, kajian pustaka, landasan teori, metodologi

penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II Kabupaten Melawi Selintas, [berisi tentang sejarah Kabupaten

Melawi, Demografi (komposisi penduduk, tingkat pendidikan, Mata Pencaharian

penduduk).

BAB III Perdagangan Sembako masyarakat Tionghoa. Pada bab ini

menjelaskan bagaimana proses perdagangan sembako masyarakat Tionghoa dapat

berjalan tanpa dipengaruhi oleh iklim dan letak geografis tempat tersebut.

BAB IV Hubungan masyarakat lokal dengan masyarakat Tionghoa. Pada

bab ini dijelaskan hubungan yang terjalin antara masyarakat lokal dengan

masyarakat Tionghoa sehingga dapat terjadi kerjasama diantara keduanya, dan

berbagai tanggapan yang muncul dari pandangan masyarakat setempat mengenai

perdagangan sembako yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa.

BAB V Penutup. Pada bab ini berisikan kesimpulan untuk menjawab

pertanyaan yang ada pada rumusan masalah. Serta saran dan kritik atas

Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi Kalimantan

(36)

BAB II

KABUPATEN MELAWI SELINTAS II.1. Kabupaten Melawi

Pulau Kalimantan merupakan salah satu pulau yang ada di Indonesia.

Adapun beberapa provinsi yang ada di Kalimantan sebagai berikut Kalimantan

Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan

Kalimantan Utara. Pembahasan bab ini terlebih dikhususkan di Kalimantan Barat.

Sintang adalah salah satu kabupaten yang berada di Kalimantan Barat.

Nanga Pinoh termasuk dalam kabupaten Sintang dan menjadi kota kabupaten

paling akhir dari Kalimantan Barat.1 Kabupaten Melawi adalah kabupaten yang

baru terbentuk dan merupakan pemekaran dari Kabupaten Sintang pada tahun

2004.

Pada awalnya Melawi menjadi bagian dari kabupaten Sintang, seiring

banyaknya keinginan masyarakat Nanga Pinoh untuk mendirikan kabupaten

sendiri dan melalui pertimbangan yang cukup lama pada akhirnya bertepatan pada

tahun 2004 Melawi diresmikan menjadi kabupaten dengan Bupati pertama Drs.

Suman Kurik, MM. Hal ini memang baru di telinga masyarakat Kalimantan Barat

karena mereka lebih mengetahui Nanga Pinoh dibandingkan dengan Melawi.2

1

J.U. Lontaan. Sejarah – Hukum Adat Dan Adat Istiadat Kalimantan – Barat. Bumirestu, Jakarta, 1975. Hal. 208.

2

(37)

Pembentukan Kabupaten Melawi tersebut bertujuan untuk mewujudkan

aspirasi masyarakat yang berkembang untuk meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

Tahun 2004 adalah periode pertama Melawi menjadi Kabupaten. Sama

seperti kabupaten-kabupaten lainnya, Kabupaten Melawi juga mengalami

perubahan-perubahan yang cukup mencolok baik di bidang pemerintahan, sosial

budaya dan ekonomi. Perbaikan diberbagai bidang pun dilakukan agar

perkambangan kedepannya semakin membaik.

Tahun 2005, pemerintah daerah memusatkan perhatiannya untuk

perbaikan jalan menuju ke kecamatan-kecamatan kecil bagian dalam dan mulai

banyak berdiri tempat-tempat yang akan digunakan untuk berjualan seperti bahan

pangan, sandang dan papan di Melawi sampai di kecamatan bagian dalam. Hal ini

bertujuan untuk memudahkan penjualan barang-barang yang diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari.

Tahun 2006, pendidikan mulai lebih diperhatikan oleh pemerintah

Kabupaten Melawi. Pada tahun ini hampir di setiap kecamatan-kematan memiliki

sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas sehingga

anak-anak dari setiap kecamatan tidak perlu lagi harus ke kabupaten untuk

melanjutkan sekolah tingkat lanjut mereka. Serta perkambangan dari proses

penjualan sembako juga dilakukan melalui jalur sungai Melawi menggunakan

kapal untuk membawa barang-barang sembako. Orang Tionghoa merupakan

(38)

Tahun 2007 merupakan tahun ketiga Melawi menjadi Kabupaten,

perkembangan dan perbaikan di segala bidang sudah memadai. Serta di tahun

2008 khususnya di bidang perekonomian para pedagang sudah menyebar sampai

ke pedalaman atau kecamatan-kecamatan bahkan masyarakat Tionghoa pun mulai

menyebar juga sampai di setiap kecamatan-kecamatan di Kabupaten Melawi.

Pada perkembangan saat ini, pemanfaatan lahan selalu dilakukan agar

perkembangan diberbagai bidang bisa mencukupi akan kebutuhan masyarakat

dengan latar belakang ekonomi yang berbeda.

Setelah pembentukan Kabupaten, berbagai pembaharuan dan penerimaan

pun dilakukan guna untuk membantu perkembangan di Kabupaten Melawi.

Penerimaan terhadap para pendatang mulai mengalami peningkatan, yang

awalnya hanya masyarakat Tionghoa dan Melayu pada masa perkembangan dan

pembaharuan ini menjadi sangat banyak seperti di desa Belimbing. Desa

Belimbing ini bermayoritaskan masyarakat Flores dan Jawa yang datang untuk

bekerja di perkebunan sawit.

II.2. Penduduk Kabupaten Melawi

Mayoritas penduduk asli Kabupaten Melawi adalah orang-orang Dayak.

Masyarakat Tionghoa dan Melayu adalah pendatang yang menetap di Kabupaten

Melawi. Akan tetapi hal ini menjadi menarik khususnya di kota Nanga Pinoh,

mayoritas penduduknya adalah orang-orang Tionghoa dan Melayu sedangkan

(39)

kecamatan-kecamatan yang ada di Nanga Pinoh itu sendiri.3 Hal terjadi karena banyaknya

pendatang sehingga secara tidak langsung hal tersebut menjadi penyebab

masyarakat Dayak lebih memilih tinggal di setiap kecamatan-kecamatan yang

berada di Kabupaten Melawi. Tetapi penerimaan mereka terhadap pendatang

sangat baik, bahkan ada diantara mereka yang menikah dengan para pendatang

tersebut.

Perkembangan berikutnya para pendatang yang datang dari luar pulau

Kalimantan barat bukan hanya masyarakat Tionghoa dan melayu, akan tetapi

masyarakat Flores, Jawa, Batak, dan Padang juga bertransmigrasi ke Kabupaten

Melawi. Para pendatang ini memanfaatkan potensi alam dan luas wilayah

Kabupaten Melawi untuk bekerja diperkebunan, khususnya perkebunan sawit.

Seiring berkembangnya tingkat pendidikan di Indonesia sekarang ini,

masyarakat di Kabupaten Melawi sudah mulai banyak yang menempuh

pendidikan sampai ke tingkat S1 bahkan sampai ke tingkat S2 dan S3.4

Kebanyakan anak-anak yang berasal dari Kabupaten Melawi melanjutkan

pendidikan ke tingkat S1 di kota-kota besar seperti Pontianak, Yogyakarta, Solo,

Madiun, Semarang dan ada yang sampai ke Luar Negeri.5 Tingkat pendidikan

masyarakat Melawi secara umur sudah mengalami perkembangan yang cukup

pesat, karena kemauan untuk berpendidikan sudah mulai banyak.

3

http://habibpadilah.blogspot.com/2012/12/asal-mula-nama-nanga-pinoh-dan-sejarah_7234.html. Diunduh tanggal: 8 juni 2015. 11:37 WIB.

4

Badan Pusat Statistik Kabupaten Melawi Tahun 2008

5

(40)

Tabel dibawah ini akan menunjukan tingkat pendidikan menurut wilayah

atau setiap kecamatan yang berada di Kabupaten Melawi.6

6

(41)

Penduduk Berumur 5 Tahun Keatas Menurut Wilayah dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Kabupaten Melawi Perkotaan + Perdesaan | Laki-laki + Perempuan

(42)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan di Kabupaten

Melawi bisa dibilang sudah mulai memadai seiring berkembangnya teknologi dan

sadarnya masyarakat mengenai pentingnya pendidikan pada masa sekarang ini.

Sadar akan pendidikan pada masa sekarang ini banyak sekali membantu

anak-anak yang memiliki kemauan untuk sekolah ketingkat yang lebih lanjut

mendapatkan pendidikan yang mereka inginkan. Dengan harapan mereka dapat

memajukan daerahnya dengan pendidikan yang telah mereka dapatkan semasa

sekolah baik ditingkat lanjut ataupun ditingkat sarjana.

Perkembangan teknologi dan informasi pada masa kini membuat

pendidikan sangatlah penting bagi setiap individu, hal ini juga dirasakan oleh

masyarakat kabupaten Melawi. Pendidikan adalah fondasi utama untuk

menghadapi masa global yang sangat berkembang saat ini, jika dimulai sejak usia

dini maka anak-anak yang berada di daerah kecamatan bagian dalam tidak akan

tertinggal dengan anak-anak yang bersekolah di daerah perkotaan. Untuk

pendidikan di kabupaten Melawi pada saat ini sudah merata dari daerah kabupaten

sampai ke kecamatan bagian dalam.

Perkembangan yang selalu meningkat setiap tahunnya merupakan hasil

dari kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan agar anak-anak mereka

dapat merasakan sekolah ke jenjang yang setinggi-tingginya dan dapat berguna

bagi daerah dan juga negara. Banyak orang tua yang menyekolahkan anak-anak

mereka sampai ke jenjang sarjana dan magister, hal ini merupakan bukti bahwa

(43)

jerih payah dan perjuangan mereka yang hanya memiliki pekerjaan sebagai petani

dan pekebun.

II.3. Mata Pencaharian Masyarakat Kabupaten Melawi

Wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebagian besar berupa dataran rendah

yang dikelilingi sungai, baik sungai besar dan sungai kecil. Dengan wilayah

daratannya yang sangat luas menyebabkan mata pencaharian penduduknya sangat

beragam. Wilayah tempat tinggal penduduk yang menyebar secara tidak merata

menyebabkan mata pencaharian masyarakat cukup beragam dan wilayah mata

pencaharian juga tidak terkonsentrasi pada satu wilayah. Namun demikian,

sebagian besar penduduk yang tinggal di wilayah Kabupaten Melawi bekerja di

bidang pertanian, yang meliputi kehutanan, perkebunan, pertanian tanaman

pangan, perikanan, dan peternakan.

Mengandalkan sungai sebagai sarana merupakan kebiasaan bagi

masyarakat Kabupaten Melawi terlebih khusus yang berada di

kecamatan-kecamatan, dimana dengan menggunakan sungai mereka bisa mencari ikan,

membuat tambak untuk memelihara ikan, berjualan buah musiman seperti durian,

tengkawang, dan cengkeh ke kecamatan lainnya yang berada tidak jauh dari

kecamatan mereka. Rumah apung biasanya digunakan sebagai terminal speed

boat7 dan juga sebagai tempat untuk berjualan barang-barang keperluan

sehari-hari.

7

(44)

Di daerah Nanga Pinoh, mata pencaharian masyarakatnya adalah

berdagang. Dimana kebanyakan masyarakat yang tinggal di Nanga Pinoh adalah

masyarakat Tionghoa, sehingga berdagang adalah prioritas utama mereka. Ada

juga yang memiliki toko material bangunan, bengkel, mini market, toko alat-alat

olahraga, dan rumah makan.

Selain dari berdagang dan mencari ikan, ada juga yang bekerja di

pertambangan emas, berladang, dan berkebun. Pertambangan emas khususnya di

Kabupaten Melawi ini tidaklah menetap, melainkan berpindah dari satu tempat

ketempat lain. Ada dua jenis pertambangan emas yaitu darat dan sungai.

Pertambangan emas yang menggunakan jalur darat biasanya menyemprotkan air

ke tanah sehingga membentuk seperti gua, sedangkan pertambangan emas yang

menggunakan jalur sungai menggunakan mesin penghisap pasir untuk mengambil

emas dari dasar sungai. Pada saat ini kedua jenis pertambangan emas tersebut

masih sering digunakan sampai sekarang. Berladang dan berkebun adalah mata

pencaharian pokok masyarakat di Kabupaten Melawi khususnya di

kecamatan-kecamatan.

Berladang juga berpindah-pindah dan biasanya yang ditanam adalah padi.

Berbeda dengan sawah yang ada di Jawa, ladang merupakan lahan kering yang

bisa ditanami padi dan hanya bisa sekali panen saja, agar bisa ditanami kembali

setelah masa panen selesai, biasanya masyarakat membakar lahan tersebut agar

tanahnya kembali subur dan bisa ditanami padi kembali. Masyarakat membuat

kebun untuk ditanami sayur-sayuran dan buah-buahan, dan kebun selalu dibuat

(45)

susah. Sehingga dengan demikian masyarakat bisa mengurusi kedua lahan

tersebut sekaligus.

Meningkatnya jumlah penduduk juga mempengaruhi mata pencaharian

setiap tahunnya. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya kekurangan lapangan

pekerjaan, meningkatnya perekonomian masyarakat, dan bertambahnya tingkat

pendidikan. Dan hal-hal tersebut selalu menjadi masalah utama beberapa tahun

belakangan. Secara khusus didalam bidang perekonomian dan mata pencaharian

masyarakat di kabupaten Melawi bisa mengandalkan sarana kekayaan alam, lahan

yang telah tersedia, dan berbagai sarana lainnya yang bisa mereka gunakan untuk

bertahan hidup dan mencari nafkah untuk keluarga mereka.

Mata pencaharian yang telah disebutkan di atas adalah mata pencaharian

sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Melawi, dan sampai

saat ini masih dilakukan. Pemanfaatan lahan untuk bertani, berkebun,

penambangan emas, dan lain-lainnya ini dilakukan dengan tekun oleh mereka.

Mereka juga mengolah lahan perkebunan dan ladang agar hasil yang akan dipanen

juga sesuai dengan keinginan mereka.

II.4. Wilayah Kabupaten Melawi

Kabupaten Melawi merupakan salah satu kabupaten yang berada di

Propinsi Kalimantan Barat. Kabupaten ini terletak di antara garis 07°-1020°

Lintang Selatan dan 1117°-11227° Bujur Timur.8 Wilayah Kabupaten Melawi

8

(46)

dilihat dari letak geografisnya, terletak di antara beberapa wilayah sebagai berikut

:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sintang

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Tengah

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sintang

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Ketapang

Pada awal berdirinya, Kabupaten Melawi terdiri dari 7 kecamatan, 82 desa dan

292 dusun, yang kemudian dilakukan pemekaran beberapa kecamatan baru yang

dibentuk berdasarkan Perda No. 32 Tahun 2007 Tentang Pembentukan

Kecamatan Pinoh Utara, Kecamatan Pinoh Selatan, Kecamatan Belimbing Hulu

dan Kecamatan Tanah Pinoh Barat, sehingga sekarang ini Kabupaten Melawi

terdiri dari 11 kecamatan, 169 desa dan 525 dusun, dimana kecamatan terluas

adalah Kecamatan Sokan dengan luas 1.577,2 km2 atau 14,83% dari luas

Kabupaten Melawi (10.640,8 km2), sedangkan kecamatan terkecil adalah

Kecamatan Belimbing Hulu dengan luas 454,0 km2 atau 4,27% dari luas

Kabupaten Melawi.9

II.5. Peta dan Demografi Peta

Awalnya Kabupaten Melawi memiliki 7 kecamatan yaitu kecamatan

Nanga Pinoh, kecamatan Ella, kecamatan Tanah Pinoh, kecamatan Belimbing,

kecamatan Sokan, kecamatan Sayan dan kecamatan Menukung. Pada saat ini

9

(47)

sudah menjadi 11 kecamatan dan jarak antara satu kecamatan dengan kecamatan

lainnya memiliki jarak tempuh yang cukup jauh. Pada perkembangannya jarak

bukanlah menjadi masalah karena alat transportasi sudah memadai sehingga untuk

menempuh perjalanan dari satu kecamatan ke kecamatan lainnya tidak lagi seperti

dulu.

Gambar 1.1 Peta Kabupaten Melawi

Sumber : http://loketpeta.pu.go.id/assets/cms/uploads/images/media-peta/peta-infrastruktur/pii-6100/6110_2008.gif. Diunduh tanggal 26 maret 2016. 01.30 WIB

Dari peta di atas dapat dilihat bahwa jarak antara satu kecamatan dengan

kecamatan lain sangatlah jauh dan harus menempuh perjalanan selama

berjam-jam agar bisa sampai ke setiap kecamatan-kecamatan tersebut.

Jarak bukanlah halangan bagi masyarakat Melawi, mereka menempuh

jarak yang kurang lebih harus memakan waktu 1 sampai 6 jam perhari untuk

(48)

yang sama. Saat musim kemarau dan hujan, kegiatan yang mereka lakukan

sehari-hari tetap berjalan, kecuali saat hujan lebat sehingga menyebabkan banjir dan

kegiatan mereka seperti bertani otomatis terhenti karena lahan mereka biasanya

terendam oleh air.

Demografi

Perkembangan penduduk di suatu daerah bisa menjadi potensi sekaligus

permasalahan bagi daerah tersebut. Permasalahan yang paling esensial adalah

berkaitan dengan penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas penduduk

yang masih rendah, penyediaan lapangan usaha serta penyediaan bahan pangan.

Faktor yang sangat umum yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk di suatu

daerah antara lain adalah angka kematian, angka kelahiran, dan angka migrasi.

Kejadian ini biasa disebut dengan kejadian vital penduduk.

Jelasnya mengenai perkembangan penduduk Kabupaten Melawi dapat

dilihat dari tabel berikut ini :10

10

(49)

Tabel 1.2.

Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Melawi 2010

Apabila dilihat dari perbandingan jumlah penduduk antar kecamatan,

jumlah penduduk Kecamatan Nanga Pinoh lebih besar dibandingakan dengan

kecamatan-kecamatan lain yang ada di Kabupaten Melawi, hal ini

mengindikasikan bahwa kecenderungan penduduk Kabupaten Melawi untuk

menetap dan bertempat tinggal di Ibukota Kabupaten lebih banyak dari pada yan

memilih tinggal di kecamatan-kecamatan.

Jumlah penduduk terbanyak yakni Kecamatan Nanga Pinoh yaitu sebesar

39,604 jiwa dan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Belimbing Hulu

yaitu sebesar 8,687 jiwa. Total jumlah penduduk Kabupaten Melawi sebesar

178,645 jiwa. Dengan adanya jumlah penduduk yang tidak merata menandakan

tingkat kepadatan penduduk pada ibukota kabupaten lebih banyak dikarenakan

masyarakat lebih menyukai tinggal di ibukota kabupaten dari pada kota

kecamatan.

Masyarakat Melawi lebih banyak memilih tinggal di kabupaten karena

untuk ketersediaan berbagai macam kebutuhan lebih lengkap jika dibandingkan

dengan kota kecamatan yang mana untuk akses ke kabupaten masih harus

(50)

berlumpur. Hal inilah yang membuat masyarakat lebih memilih tinggal di ibukota

kabupaten daripada mereka harus menempuh perjalanan yang cukup lama dengan

keadaan jalan yang bisa dikatakan cukup rusak untuk dilalui oleh

kendaraan-kendaraan roda dua dan empat.

Untuk kejelasan mengenai jumlah penduduk dan kepadatan penduduk

Kabupaten Melawi dapat di lihat pada tabel berikut :11

Tabel 1.3.

JUMLAH PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN MELAWI TAHUN 2008

No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Penduduk Laki – Laki Perempuan

1. Kecamatan Belimbing 10,513 9,678 20,191 2. Kecamatan Nanga

Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Melawi 2010

Dari hasil registrasi penduduk tahun 2009 secara keseluruhan penduduk

Kabupaten Melawi lebih banyak penduduk masuk dari penduduk yang pindah.

11

(51)

Dari komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kabupaten Melawi

jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk

perempuan dengan komposisi 91,529 jiwa laki-laki dan 87,116 jiwa penduduk

perempuan.

Dilihat dari beberapa tabel mengenai perkembangan penduduk di

Kabupaten Melawi, dapat kita lihat bagaimana laju pertumbuhan penduduk

sangatlah mempengaruhi jumlah perkembangan penduduk selalu meningkat dan

ini akan berakibat terhadap lahan tempat tinggal, lapangan pekerjaan, tingkat

pendidikan, dan perekonomian. Dan juga terjadi peningkatan dibidang pendidikan

dan jumlah perekonomian setiap tahunnya.

Sampai saat ini perkembangan dan jumlah penduduk yang berada di

kabupaten Melawi sangatlah meningkat pesat, dapat dilihat pada tabel-tabel di

atas. Dan tidak sedikit dari anak-anak dan orang dewasa yang merantau untuk

mencari lapangan pekerjaan yang lebih baik dan luas, sebab di kabupaten Melawi

lapangan pekerjaannya sudah mulai penuh dan sidikit rumitnya untuk dapat

bekerja disana membuat hal tersebut harus terjadi. Anak-anak yang melanjutkan

sekolah juga banyak melanjutkan pendidikan mereka di luar pulau Kalimantan

dengan anggapan bahwa di luar pulau Kalimantan mereka dapat hidup dan belajar

lebih baik jika dibandingkan dengan pendidikan mereka yang berada di pulau

Kalimantan.

Sebagai contoh pulau yang paling banyak didatangi oleh anak-anak yang

melanjutkan sekolah dan pendidikan mereka adalah pulau Jawa. Yogyakarta

(52)

baik karena perkembangan pendidikan lebih cepat dan sesuai berada di kota

Yogyakarta. Bagi penduduk Kalimantan Barat, kota Yogyakarta merupakan kota

yang penuh dengan pelajar dan mahasiswa sehingga hal ini membuat para orang

tua lebih memilih kota Yogyakarta untuk menyekolahkan putra dan putri mereka

dengan anggapan bahwa setelah mereka selesai dan mendapatkan pekerjaan dapat

(53)

BAB III

PERDAGANGAN SEMBAKO MASYARAKAT TIONGHOA

DI KABUPATEN MELAWI

III.1. Awal Peralihan Profesi

Perpindahan suatu bangsa ke negara lain biasanya dilakukan untuk

mencari kehidupan yang lebih baik. Ada beberapa alasan yang menjadi faktor

utama sehingga mereka melakukan migrasi ke negara lain. Seperti wilayah

geografis yang kurang menguntungkan untuk bercocok tanam, tanah/lahan yang

tandus, mengalami kekeringan, tekanan politik dan ekonomi, dan lain sebagainya

menjadi alasan utama yang membuat mereka migrasi ke daerah/negara lain.

Adapun keterkaitan dengan situasi dan kondisi negara yang sedang merosot akibat

perang maupun bencana alam juga menjadi alasan untuk bermigrasi.

Pada abad IV, orang-orang Tionghoa telah berlayar ke Indonesia untuk

melakukan kegiatan perdagangan. Rute pelayaran para orang Tionghoa untuk

melakukan kegiatan perdagangan itu adalah dengan menyusuri pantai Asia Timur

dan pulang melalui Kalimantan Barat dan Filipina dengan menggunakan angin

musiman.1

Pada abad VII, hubungan antara Tiongkok dengan Kalimantan Barat sudah

semakin sering terjadi, tetapi belum ada yang menetap dan lama kelamaan

(54)

Pada abad XVII, bangsa Tionghoa hijrah ke Kalimantan Barat dengan

menempuh dua rute. Rute pertama melalui Indocina untuk berlayar menuju ke

Malaya dan menyebar ke pantai Sumatera Timur, Kepulauan Bangka-Belitung

serta pantai Kalimantan Barat, terutama pantai Sambas dan Mempawah. Rute

kedua melalui Kalimantan bagian Utara berlayar untuk ke daerah Paloh dan

Sambas kemudian ke pedalaman Sambas dan Mempawah Hulu, hal ini dilakukan

guna untuk penggalian dan mendapatkan tambang-tambang emas.3

Kurang lebih pada abad XVIII, imigran dari Tiongkok datang

besar-besaran untuk kepentingan pertambangan emas, karena pada masa itu pemerintah

Sambas dan Mempawah menggunakan tenaga-tenaga orang Tionghoa sebagai

tenaga wajib rodi untuk dipekerjakan disetiap tambang-tambang emas yang ada di Kalimantan Barat. Rombongan dari Tiongkok yang datang ke daerah Kalimantan

Barat adalah “KONGSI” dengan tujuan utamanya adalah mencari emas. Seiring

berkembangannya perkongsian-perkongsian dari orang Tionghoa, hal ini secara

tidak langsung mengusir orang-orang Dayak yang daerahnya dikuasai oleh

perkongsian Tionghoa. Akhirnya orang-orang Dayak pindah ke daerah yang lebih

aman dan jauh dari orang-orang Tionghoa.4

Kedatangan para imigran Tionghoa ke Indonesia dibagi menjadi beberapa

(55)

Kwantung.5Kelompok-kelompok ini dibedakan berdasarkan perbedaan kultur golongan-golongan subetnis seperti Hokkien, Hakka dan Canton.6 Berikut adalah orang-orang Tionghoa yang datang ke Indonesia yang dibedakan kedalam

beberapa golongan, yaitu :

1. Hokkien, merupakan suku bangsa yang berasal dari provisi Fukien atau Fujien, Tiongkok bagian selatan. Golongan ini merupakan suku bangsa

yang pertama kali datang dan menetap di Jawa. Golongan ini merupakan

golongan terbesar hingga abad ke-19, dan biasanya mereka bekerja

sebagai pedagang maupun buruh.

2. Teochiu, adalah suku bangsa yang berasal dari daerah orang-orang Hokkien. Mereka tinggal di pedalaman Swatow dan sepanjang barat daya

kota pelabuhan. Di Indonesia mereka tinggal di sepanjang pantai

Sumatera, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat terutama di Pontianak.

Biasanya mereka bermata pencaharian sebagai petani, pedagang sayur dan

pertanian komersial lainnya.7

3. Hakka atau Khek. Orang-orang Hakka berasal dari wilayah utara Kwantung, yaitu suatu daerah yang berbukit-bukit dan tidak begitu subur.

Di Indonesia, mereka banyak menetap di Pulau Sumatera, Bangka dan

5

Puspa Vasanty. “Kebudayaan Orang Tionghoa di Indonesia”, dalam

Koentjaranigrat. Manusia Dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan, Jakarta, 1993, hal. 353.

6

G. William Skinner. “Golongan Minoritas Tionghoa”, dalam Melly G. Tan (ed). “Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia: Suatu Masalah Pembinaan Kesatuan Bangsa. PT. Gramedia, Jakarta, 1979, hal. 6.

7

(56)

beberapa wilayah lainnya. Pekerjaan mereka lebih banyak di perkebunan

dan pertambangan.8

4. Kwongfu atau Canton, merupakan suku bangsa yang berasal dari Canton dan Macao yang kemudian datang dan bermukim di pantai timur dan

selatan Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Kedatangan orang-orang

Tionghoa ke Indonesia kebanyakan bekerja di pertambangan timah di

daerah Bangka. Orang-orang Canton lebih terkenal sebagai tenaga tukang

yang terampil dalam membuat perabotan rumah tangga.9

Orang-orang Tionghoa yang tersebar ke Indonesia berasal dari

suku-bangsa yang telah disebutkan di atas. Dan masyarakat Tionghoa yang berada di

kabupaten Melawi kebanyakan berasal dari suku Hakka atau Khek, yang datang untuk bekerja di pertambangan dan perkebunan. Daerah-daerah yang disebutkan

merupakan daerah yang sangat penting dalam pertumbuhan perdagangan orang

Tionghoa ke seberang lautan. Kepandaian berdagang ini yang ada di dalam

kebudayaan suku-suku Tionghoa telah terwariskan selama berabad-abad lamanya

dan masih tampak jelas pada orang Tionghoa di Indonesia. Di antara

pedagang-pedagang Tionghoa di Indonesia tidak semua suku dari Tiongkok ini berhasil dan

hanya beberapa saja yang berhasil. Hal ini juga disebabkan karena sebagian besar

dari mereka sangat ulet, tahan uji, hemat, sederhana, tanggung-jawab, kerjasama,

kuat dan rajin.

8

Drs. Hidayat ZM. “Masyarakat Dan Kebudayaan Tionghoa di

Indonesia”. Tarsito, Bandung, 1997, hal. 22.

9

(57)

Keberhasilan sebagai pedagang yang telah diwarisi tentu juga telah

mewariskan sifat-sifat yang dapat mendukung keberhasilan tersebut seperti sifat

disiplin, efisien, energik, fokus, gesit, jeli, kerja keras, kreatif, rajin, ramah, sabar,

semangat, tanggungjawab, tekun, teliti, tepat waktu, teratur, terkendali, dan ulet.

Semua sifat-sifat ini tentu tidak begitu saja dimiliki, tetapi sangat berkaitan

dengan sistem pendidikan panjang sejak lahir (pembudayaan) yang diwarisi oleh

warga Tionghoa.

Rupanya keberhasilan dalam suku-suku pedagang inilah yang menjadi

stempel umum yang dilihat sebagai etos kerja yang perlu diteladani, tanpa

memperhatikan imigran Tionghoa lain, yang berasal dari suku-bangsa lain,

kebanyakan dari mereka tidak berprofesi di dunia perdagangan, dan banyak juga

yang hidup dalam kemiskinan.

Para imigran Tionghoa yang datang ke Indonesia dalam berbagai golongan

ini menunjukkan bahwa mereka berasal dari daerah yang berbeda-beda dan

dengan kondisi daerah yang berbeda juga. Kedatangan para imigran Tionghoa ke

Indonesia secara garis besar mempunyai alasan yang sama, yaitu keadaan politik

dan ekonomi yang melanda Tiongkok, sehingga untuk mendapatkan penghidupan

yang lebih baik mereka harus bermigrasi.

Kedatangan Masyarakat Tionghoa ke Indonesia semakin meningkat

setelah munculnya kota-kota dagang di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan wilayah

lainnya. Kota-kota dagang tersebut muncul seiring dengan pertumbuhan

penduduk dan pemukiman orang-orang Tionghoa yang diikuti juga dengan

(58)

Kurang lebih pada abad XVIII/XIX, penyebaran orang-orang Tionghoa di

Kalimantan Barat telah sampai ke pedalaman. Penyebaran terjadi karena

persediaan tambang emas sudah mulai berkurang dan mereka harus segera

mencari tempat-tempat baru untuk mendapatkan emas. Hal ini yang menyebabkan

banyaknya orang-orang Tionghoa yang menetap dan menikah dengan masyarakat

Dayak dan Melayu yang berada dipedalaman dan perkotaan, dengan demikian

penerimaan masyarakat lokal terhadap orang-orang Tionghoa mulai terjadi karena

orang-orang Tionghoa yang datang kepedalaman adalah mereka yang datang

hanya untuk bekerja bukan pemerintah atau pun anggota penting dari

perkongsian.10

Perkembangan setelah kemerdekaan Indonesia, banyak masyarakat Cina

atau sering disebut orang Tionghoa yang menetap dan menjadi warga negara

Indonesia. Mereka yang awalnya bekerja dipertambangan emas dan perkebunan

telah beralih profesi, ada yang menjadi pedagang kecil, pemilik modal usaha, dan

pembisnis. Peralihan profesi ini terjadi karena beberapa faktor seperti mulai

sulitnya mencari lahan untuk pertambangan emas, pemilik lahan pertambangan

yang sudah tidak mengoperasikan pertambangan emas, dan mulai banyak yang

pindah keperkebunan serta usaha lainnya. Terlebih khusus masyarakat Tionghoa

yang berada di kabupaten Melawi, mereka telah beralih profesi dari pekerja

tambang menjadi pemilik modal usaha dan pedagang sembako untuk menghidupi

diri dan keluarga mereka, hal tersebut dilakukan karena untuk bertahan hidup

dengan alasan mencari pertambangan emas sudah sangat sulit untuk dewasa ini.

10

Gambar

Tabel dibawah ini akan menunjukan tingkat pendidikan menurut wilayah
Tabel 1.1. Data Sensus Penduduk Kabupaten Melawi 2008
Gambar 1.1 Peta Kabupaten Melawi
Tabel 1.2.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian pakan dengan sumber protein bungkil kedelai memberikan produksi panas lebih tinggi sehingga terjadi peningkatan denyut jantung dan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai etnomatematika: eksplorasi candi borobudur, dapat disampaikan beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) Candi borobudur sebagai produk

Dari gambar analisis meja makan diatas dapat disimpulkan bahwa masih terdapat kurang ergonomisnya dimana sisi dimensi meja, lebar dan ketinggian meja makan tersebut

Kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf b terdapat di Kecamatan Tabulahan dengan dengan luas kurang lebih 84 ha (delapan puluh

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional pada PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk dengan PT Bank

Menimbang, bahwa tentang putusan Majelis Hakim tingkat pertama yang telah mengabulkan permohonan Pemohon Konpensi/ Pembanding untuk menjatuhkan talaknya satu raj’i

Sesuai dengan permasalahan yang di kemukakan diatas, secara umum tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana penerapan model pembelajaran Cooperative

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesiapan menghadapi menstruasi pertama ( menarche ) dengan kelekatan aman anak dan ibu dengan pada remaja