ABSTRAK
Skripsi yang berjudul Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa Di Kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008 ini bertujuan untuk menjawab dua permasalahan. Pertama, bagaimana dinamika perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi. Kedua, bagaimana relasi sosial ekonomi antara orang Tionghoa dengan masyarakat setempat.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dan studi lapangan. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode heuristik (pengumpulan data), kritik sumber, analisis sumber, wawancara dan observasi, hingga penulisan. Studi ini menggunakan pendekatan sosiologi untuk memahami bagaimana perdagangan sembako masyarakat Tionghoa dapat diterima dengan baik oleh masyarakat di kabupaten Melawi. Konsep interaksi sosial digunakan sebagai landasan teori untuk menggambarkan dinamika perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di kabupaten Melawi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebudayaan masyarakat yang dapat beradaptasi dengan baik dapat diterima oleh kabudayaan lain. Dalam prakteknya, penerimaan terhadap masyarakat Tionghoa yang dilakukan oleh masyarakat di kabupaten Melawi mendapat respon yang sangat baik dan masih berjalan sampai saat ini.
ABSTRACT
Thesis entitle, Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa Di Kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008, aims to address two issues. First, how the Tionghoa people run their groceries bussines in Melawi District. Second, how is the social-economics reationship betwen Tionghoa people with the local people.
This research is literature research and field obsevation. It use heuristic method, source critics, souce analysis, interview, obsevation, and historiography to analize the topics. This study use sociological approachment to understand how Melawi Distirict people well received the groceries bussines by Tionghoa people. Social interaction concept is use as theoritical frame to describe how the Tionghoa people run their groceries bussines at Melawi District.
The result of this research is showing that the well adapt culture can be well receive by other cultures. Practically, the good respons by the local people in order to receive the Tionghoa people at Melawi District still running.
PERDAGANGAN SEMBAKO MASYARAKAT TIONGHOA
DI KABUPATEN MELAWI
KALIMANTAN BARAT 2004-2008
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Sejarah
Oleh:
Puro Juan Handry
NIM : 114314004
PROGRAM STUDI SEJARAH
JURUSAN SEJARAH FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO:
Pergunakanlah kesempatan sebaik mungkin, jangan
v
PERSEMBAHAN
Skripsi berjudul "Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa Di
Kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008" ini penulis persembahkan untuk
kedua orang tua tersayang yang telah memberikan kesempatan yang besar kepada
saya untuk menuntut ilmu di tanah perantauan. Karya ini juga dipersembahkan
untuk almamater Program Studi Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata
viii
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa Di Kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008 ini bertujuan untuk menjawab dua permasalahan. Pertama, bagaimana dinamika perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi. Kedua, bagaimana relasi sosial ekonomi antara orang Tionghoa dengan masyarakat setempat.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dan studi lapangan. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode heuristik (pengumpulan data), kritik sumber, analisis sumber, wawancara dan observasi, hingga penulisan. Studi ini menggunakan pendekatan sosiologi untuk memahami bagaimana perdagangan sembako masyarakat Tionghoa dapat diterima dengan baik oleh masyarakat di kabupaten Melawi. Konsep interaksi sosial digunakan sebagai landasan teori untuk menggambarkan dinamika perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di kabupaten Melawi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebudayaan masyarakat yang dapat beradaptasi dengan baik dapat diterima oleh kabudayaan lain. Dalam prakteknya, penerimaan terhadap masyarakat Tionghoa yang dilakukan oleh masyarakat di kabupaten Melawi mendapat respon yang sangat baik dan masih berjalan sampai saat ini.
ix ABSTRACT
Thesis entitle, Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa Di Kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008, aims to address two issues. First, how the Tionghoa people run their groceries bussines in Melawi District. Second, how is the social-economics reationship betwen Tionghoa people with the local people.
This research is literature research and field obsevation. It use heuristic method, source critics, souce analysis, interview, obsevation, and historiography to analize the topics. This study use sociological approachment to understand how Melawi Distirict people well received the groceries bussines by Tionghoa people. Social interaction concept is use as theoritical frame to describe how the Tionghoa people run their groceries bussines at Melawi District.
The result of this research is showing that the well adapt culture can be well receive by other cultures. Practically, the good respons by the local people in order to receive the Tionghoa people at Melawi District still running.
x
KATA PENGANTAR
Skripsi ini menyita banyak waktu dan pikiran dan sangat melelahkan.
Namun, semua itu terbayar dengan terselesaikannya skripsi ini, meskipun sedikit
terlambat dari yang ditargetkan. Tentu saja, banyak ucapan terima kasih yang
harus disampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu selama penulisan
skripsi ini.
1. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus Kristus dan
Bunda Maria yang telah memberikan berkatnya kepada saya selama masa
perkuliahan sampai penulisan skripsi.
2. Ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya yang selalu
mendukung dan mendoakan, serta perjuangan dan dorongan dari mereka
yang tidak kenal lelah. Tanpa mereka skripsi ini akan menjadi lebih
berat.
3. Untuk adik saya Mersy Cahyati yang selalu mengingatkan saya untuk
mengerjakan skripsi.
4. Untuk Angela Astri Purwanti, S. Pd. Yang selalu memberikan semangat
dan dukungan kepada saya selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini
sampai selesai.
5. Untuk keluarga besar di Menukung, Sepauk, dan Sungai Ayak yang
selalu memberi dukungan selama masa perkuliahan.
6. Untuk para dosen jurusan sejarah Pak Rio, Pak Heri, Bu Ning, Pak Pur,
xi
memberikan pelajaran dan ilmu-ilmu Humaniora selama masa
perkuliahan.
7. Untuk teman-teman Sejarah angkatan 2011 yang terkasih. Riko, adalah
teman yang selalu menghibur selama masa-masa perkuliahan. Yasmine,
yang sudah memberi bantuan dan dukungan selama masa perkuliahan.
Deslin, yang selalu memberikan dukungan kepada saya dan teman-teman
angkatan selama masa perkuliahan dan penulisan skripsi. Fauzan, adalah
teman yang selalu menyegarkan pikiran dan mau berbagi cerita dengan
saya selama masa perkuliahan. Bito, adalah teman serta abang yang
selalu memberikan motifasi dan nasehat kepada saya selama masa
perkuliahan sampai penulisan skripsi ini selesai..
8. Untuk teman-teman Lingkar Sejarah. Amor, Belo, Popon, Penyik, Ndoi,
Novi, Elsa, Lisa, Toni, Lalong, Erik, Wowok, Edut, Tiur, Rosma, Ageng,
Jeray, Dede, Adul, Adit Cinta Perdana, Berang, Luiz, Agung, Laras,
Dion, Judah Ongek dan semua yang telah membantu namun tidak dapat
saya sebutkan satu per satu. Terimakasih semuanya.
9. Untuk teman-teman Markas. Erik S, Cornel, Jon Sejira, Kris, Reza
“Puhak”, Winda, Oyon, Asni, Eka “Geleng”, yang mau menerima saya
selama masa penulisan skripsi dan memberikan tempat untuk
mengerjakan skripsi ini sampai selesai.
10. Untuk Forum Komunikasi Mahasiswa Pelajar Kabupaten Melawi
Yogyakarta. Bang Yovie, Bang Markus, Karte, Heri K, Rudiwan,
xii
dan semua anggota forum yang telah banyak membantu saya selama
berada di Yogyakarta, terima kasih.
11. Untuk teman kontrakan K-132. Tiko, Opin, Feri, Okta, Layo, Akbar,
Bang Jon, Bang Jo, yang selalu membantu saya selama masa penulisan
xiii
LEMBAR PERSETUJUAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
xiv
II.3. Mata Pencaharian Masyarakat Kabupaten Melawi ... 27
II.4. Wilayah Kabupaten Melawi ... 29
II.5. Peta dan Demografi ... 30
BAB III PERDAGANGAN SEMBAKO MASYARAKAT TIONGHOA DI KABUPATEN MELAWI III.1. Awal Peralihan Profesi ... 37
III.2. Pencapaian dan Hambatan ... 44
III.3. Perkembangan Perdagangan Sembako Saat Ini ... 48
BAB IV HUBUNGAN MASYARAKAT LOKAL DENGAN MASYARAKAT TIONGHOA IV.1. Masyarakat Kabupaten Melawi ... 52
IV.2. Masyarakat Tioghoa di Kabupaten Melawi ... 56
IV.3. Relasi Masyarakat Melawi dan Masyarakat Tionghoa ... 59
IV.4. Dampak Perdagangan Sembako ... 64
BAB V PENUTUP Kesimpulan ... 66
Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
Masyarakat Tiongkok sudah lama berada di Indonesia karena urusan
perdagangan dan pelayaran pada masa itu. Pada masa pelayaran, mereka banyak
menghampiri daerah-daerah pesisir dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan daerah
pesisir lainya. Hal tersebut mereka lakukan untuk beristirahat dan berinteraksi
dengan masyarakat di sekitar pesisir. Mereka juga membawa barang-barang yang
dapat dijual-belikan dengan masyarakat pesisir.
Tionghoa adalah sebutan untuk orang Cina yang berada di Indonesia.
Awal kedatangan mereka sebagai pekerja di pertambangan emas1 dan perkebunan,
kemudian mereka mulai beralih profesi sebagai pedagang keliling dan sembako
yang bertujuan untuk bertahan hidup. Bekerja di pertambangan emas dan
perkebunan memang sudah lama mereka lakukan, hasil dari kedua pekerjaan
tersebut sangatlah cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari bahkan
lebih. Menyadari bahwa pertambangan emas tidak dapat dilakukan setiap waktu
dan hasilnya pun tidak selalu sama, maka masyarakat Tionghoa memiliki
alternatif lain yaitu dengan berjualan dari hasil perkebunan mereka, hal itu mereka
lakukan supaya kebutuhan sehari-sehari dan seterusnya dapat terpenuhi.
Memang pertambangan emas sangat menjanjikan dan hasilnya pun tidak
sedikit bila ditukarkan dengan rupiah sehingga membuat siapa saja yang bekerja
1 Mary Somers Heidhues. Penambang Emas, Petani, dan Pedagang di
di pertambangan emas ini akan senang jika mendapatkan hasil tambang yang
sangat banyak. Pertambangan emas ini dilakukan di kecamatan-kecamatan bagian
dalam seperti Ella dan Menukung, yang mana sumber emasnya masih banyak dan
biasanya berada di daerah pesisir sungai.
Jika hanya mengandalkan pertambangan emas saja mereka akan sangat
sulit untuk mendapatkan hasil yang maksimal, mengingat pertambangan emas
yang berada di Melawi merupakan pertambangan ilegal tanpa adanya ijin dari
pihak yang berwenang dan mereka juga melakukan pekerjaan secara diam-diam
agar tidak diketahui oleh pihak yang berwenang seperti polisi dan tentara. Sadar
akan hal tersebut, masyarakat Tionghoa lebih memilih pertambangan emas
menjadi pekerjaan yang tidak tetap dalam artian menjadi pekerjaan kedua dan
yang utama adalah berdagang sembako serta usaha-usaha lainnya.
Pada awal perdagangan sembako, mereka menjual barang dagangan
seperti cengkeh, kopi, dan beras kepada sesama pedagang dan kepada masyarakat
tempat mereka berdomisili. Setelah sekian lama, mereka mulai menjual
barang-barang sembako yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. Selain menjual
barang-barang keperluan sehari-hari, para pedagang sembako ini juga menjual
keperluan lainnya yang sering digunakan seperti minyak tanah, bensin, dan solar.
Pada perkembangan berikutnya mulai berdiri bangunan-bangunan atau ruko yang
menjadi tempat untuk orang-orang Tionghoa berdagang. Peralihan profesi
dilakukan karena adanya peluang kerja pada bidang ekonomi.
Masyarakat Tionghoa dengan suku Hakka atau Khek sudah lama berada
lebih pada akhir abad ke-18.2 Hal ini membuat mereka menetap di tempat-tempat yang disinggahi. Pulau Kalimantan merupakan pulau yang mayoritas
masyarakatnya adalah orang-orang Dayak dan merupakan salah satu pulau yang
ditempati oleh masyarakat Tionghoa.
Awal datangnya masyarakat Tionghoa di Kalimantan Barat adalah untuk
bekerja di pertambangan emas dan perkebunan, tempat pertama yang mereka
singgahi adalah kota Sambas. Penyebaran masyarakat Tionghoa di Kalimantan
Barat berawal dari kota Sambas dan menyebar ke kota-kota lainnya termasuk di
kota Nanga Pinoh yang sekarang menjadi Kabupaten Melawi. Penerimaan
masyarakat Dayak terhadap pendatang dari luar pulau sangat baik tergantung pada
sikap pendatang kepada mereka.
Penerimaan yang baik juga berlaku kepada orang Tionghoa yang datang
dan menetap di pulau Kalimantan khususnya di daerah Melawi mereka datang
kurang lebih pada awal abad ke-19. Penerimaan yang baik merupakan
penghargaan tersendiri bagi para pendatang baru.
Masyarakat Tionghoa di kabupaten Melawi sangat menarik, mengapa bisa
demikian? karena masyarakat Tionghoa yang berada di Kabupaten Melawi
berbeda dengan masyarakat Tionghoa yang berada di Pontianak dan kota-kota
lain. Perbedaan tersebut dikarenakan mereka tidak saja berdagang tetapi juga
memiliki kebun dan peternakan. Untuk menggarap kebun dan peternakan, orang
Tionghoa biasanya mengandalkan masyarakat Dayak untuk menggarap dan
2
mengurus ternak, terkadang mereka melakukannya sendiri. Kepercayaan terhadap
masyarakat setempat sudah ada sejak mereka datang dan menetap di kabupaten
Melawi. Kerjasama seperti mengurus ternak dan kebun yang dilakukan tidak
semata-mata untuk mencari penghasilan saja, tetapi untuk menjalin relasi yang
lebih baik.
Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi
Kalimantan Barat 2004-2008 ini dipilih karena untuk melihat
perubahan-perubahan dan perkambangan yang terjadi dalam kurun waktu lima tahun dalam
berbagai bidang seperti bidang ekonomi yang menjadi pokok penelitian ini.
I.2. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup I.2.1. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat di buat rumusan masalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana dinamika perdagangan sembako masyarakat Tionghoa di
Kabupaten Melawi ?
b. Bagaimana relasi sosial ekonomi antara orang Tionghoa dengan
masyarakat setempat ?
I.2.2. Ruang Lingkup
Alasan pemilihan periode 2004 sampai 2008 adalah untuk menunjukan
lepasnya Melawi dari kabupaten Sintang yang pada awalnya menjadi satu
merupakan rencana awal akan didirikannya sebuah kabupaten baru yaitu
Kabupaten Melawi, berserta berbagai keinginan masyarakat seperti keinginan
untuk mendirikan kabupaten sendiri dan mandiri setelah lepas dari Kabupaten
Sintang. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa tahun 2004 dipilih sebagai awal
dari penelitian ini. Sedangkan tahun 2008 dipilih sebagai akhir dari penelitian ini
karena penelitian ini akan melihat perkambangan perekonomian yang terjadi di
dearah Melawi terutama perdagangan sembako masyarakat Tionghoa, apakah
semakin meningkat atau tidak. Hal tersebut merupakan perkembangan
perekonomian masyarakat khususnya masyarakat Tionghoa yang berada di
Melawi. Kurun waktu lima tahun ini akan digunakan sebagai penjelas bagaimana
perkambangan itu terjadi. Adapun perubahan waktu dapat terjadi setelah
penelitian ini dilakukan lebih lanjut.
Awalnya Melawi tergabung dalam kabupaten Sintang, seiring banyaknya
keinginan masyarakat untuk mendirikan kabupaten sendiri dan melalui
pertimbangan yang cukup lama pada akhirnya bertepatan pada tahun 2004 Melawi
diresmikan menjadi kabupaten dengan Bupati pertama Drs. Suman Kurik, M.M.3
Tahun 2004 adalah periode pertama Melawi menjadi Kabupaten. Sama
seperti kabupaten-kabupaten lainnya, Kabupaten Melawi juga mengalami
perubahan-perubahan yang cukup mencolok baik dibidang pemerintahan, sosial
budaya dan ekonomi. Secara khusus dibidang ekonomi perkembangannya pun
secara perlahan mulai tampak.
3
Tahun 2005, mulai banyak berdiri tempat untuk berjualan sembako di
Melawi sampai di kecamatan bagian dalam. Hal ini bertujuan untuk memudahkan
penjualan barang-barang yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, dan
orang-orang Tionghoa juga banyak yang pindah ke setiap kecamatan tersebut.
Tahun 2006, penjualan sembako juga dilakukan melalui jalur sungai
Melawi menggunakan kapal bandong untuk membawa barang-barang sembako.
Orang Tionghoa merupakan pelaku utama dalam penjualan menggunakan kapal
bandong ini.
Tahun 2007, perdagangan sembako yang dilakukan oleh orang Tionghoa
mulai menyebar sampai di pedalaman, dan untuk menjual barang sembako
dipedalaman mereka menggunakan motor yang diberi keranjang agar dapat
mengakses ke tempat tersebut.
Tahun 2008, penyebaran masyarakat Tionghoa yang berprofesi sebagai
pedagang sembako sudah mulai banyak dan hampir di setiap kecamatan dapat
dijumpai masyarakat Tionghoa yang berasal dari berbagai daerah seperti Sintang,
Sepauk, Singkawang, dan Nanga Pinoh.
Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah Kabupaten Melawi,
Kalimantan Barat. Untuk observasi, wawancara dan studi pustaka dilakukan di
Kota Nanga Pinoh dan Pontianak untuk melakukan studi arsip.
I.3. Tujuan Penulisan
Penelitian ini, bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan bagaimana
“Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi Kalimantan
dengan masyarakat di Kabupaten Melawi. Jika diuraikan lebih detail, maka
penelitian ini bertujuan untuk:
a. Secara akademis, penelitian ini menjelaskan bagaimana relasi
sosial-ekonomi yang terjadi didalam bidang sosial-ekonomi.
b. Secara praktis, penelitian ini menjelaskan bagaimana hubungan timbal
balik yang terjadi antara masyarakat Tionghoa dengan masyarakat
Kabupaten Melawi.
I.4. Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian sejarah ekonomi
Indonesia, khususnya yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa di daerah
kalimantan dan memberikan sumbangan informasi tentang tradisi dan kebudayaan
masyarakat Tionghoa di Indonesia.
Memberi informasi bagi masyarakat Tionghoa itu sendiri, masyarakat
daerah setempat dan untuk para pedagang mengenai cara berdagang sembako
masyarakat Tionghoa.
I.5. Kajian Pustaka
Sampai penulisan ini dilakukan, tidak ada sebuah buku pun yang
menuliskan tentang “Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa” meski ada
banyak kajian sejenis yang dilakukan oleh para peneliti sejarah mengenai etnik
Tionghoa di Indonesia seperti buku atau hasil penelitian yang berkaitan dengan
Hendri Gunawan dengan judul Resiprositas dan Patronase: Jejaring Pengusaha
Tionghoa di Kabupaten Sitaro Sulawesi Utara 1965-2013. Buku ini memaparkan
bagaimana terjadinya relasi antara masyarakat Tionghoa dengan masyarakat
SITARO Sulawesi Utara, dikatakan juga bahwa selain menjalin relasi tersebut,
mereka juga melakukan pertukaran jasa seperti masyarakat setempat menjual hasil
bumi mereka kepada masyarakat Tionghoa yang pada posisi ini sebagai pembeli
dan pemborong.
Pada bagaian awal buku ini menjelaskan bagaimana latar belakang
terjadinya penelitian yang dilakukan oleh Hendri Gunawan mengenai jejaring
pengusaha Tionghoa di Kabupaten Sitaro Sulawesi Utara. Banyaknya data-data
yang diperlukan untuk penelitian ini dihasilkan melalui berbagai cara yang
digunakan dalam penentuan sumber yang dapat dipercaya, mengerti keadaan
ditempat tersebut, observasi langsung, kedekatan emosional, serta melakukan
wawancara dengan orang-orang yang dianggap dapat membantu dalam penelitian
ini.
Bagian kedua buku ini menjelaskan bagaimana sejarah kepulauan
Siau-Tagulandang dan Biaro (SITARO) sempat menjadi lintasan perniagaan.
Kedatangan masyarakat Tionghoa di kawasan ini membuat warga SITARO
bersikap lebih terbuka terhadap kehadiran bangsa-bangsa asing dan masyarakat
Tionghoa yang datang ke tempat ini tidak hanya sekedar berdagang saja, ada
diantara mereka yang terlibat penuh didalam organisasi-organisasi, serta
Bagian ketiga, menjelaskan aktivitas perekonomian atau perdagangan
yang telah ditekuni oleh masyarakat Tionghoa tidak hanya sebatas menyediakan
dan menjual kebutuhan pokok saja, melainkan menjadi pembeli dan penampung
hasil bumi terutama pala, kopra dan hasil laut. Dari aktivitas perdagangan ini
kemudian menciptakan jejaring relasi antara masyarakat Tionghoa dengan
masyarakat lokal yang didasarkan pada kebutuhan saling memerlukan satu dengan
yang lainnya, serta jejaring ini pula yang memudahkan terjadinya proses
pembauran antara mereka.
Pada bagian keempat dan kesimpulan buku ini menjelaskan bahwa
hubungan antara pengusaha dan pedagang Tionghoa terbentuk dalam relasi
resiprositas, urusan dagang tidak hanya sekedar istilah “ada uang ada barang”
melainkan juga saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya.
Buku yang ditulis oleh Julianto Ibrahim dengan judul OPIUM DAN
REVOLUSI: Perdagangan dan Penggunaan Candu di Surakarta Masa Revolusi
(1945-1950), Tahun 2013. Buku ini menjelaskan bagaimana usaha orang-orang
cina dalam berbisnis candu pada masa Revolusi Indonesia. Selain menkonsumsi
sendiri dan dijual, mereka juga menjadikan candu sebagai bisnis yang
menguntungkan. Surakarta pada masa itu merupakan salah satu daerah yang
banyak sekali terdapat bandar-bandar candu.
Buku yang ditulis oleh Mery Somers Heidhues dengan judul Penambang
Emas, Petani, dan Pedagang di “Distrik Tionghoa” Kalimantan Barat, tahun 2008.
Buku ini menjelaskan bahwa orang Tionghoa di Kalimantan Barat memiliki
Kebanyakan dari mereka bukanlah pedagang yang sukses, melainkan pedagang
kecil, pemilik toko, nelayan dan petani.
Mary Somers mengatakan, “orang Tionghoa di Kalimantan Barat bukan
“penyinggah” atau orang-orang yang hanya tinggal untuk sementara, karena
Orang Tionghoa di Kalimantan Barat mempertahankan kebudayaan asli mereka”.
Selain itu mereka juga masih menggunakan bahasa Tionghoa secara turun
termurun. Hal ini lah yang membuat mereka berbeda dengan etnis Tionghoa
lainnya dalam segi penggunaan bahasa sehari-hari. Dikarenakan kebanyakan etnis
Tionghoa yang berada di pulau Jawa, menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa
daerah di tempat mereka bermukim untuk berkomunikasi dengan sesama etnis
Tionghoa.
Awal kedatangan orang-orang Tionghoa pada abad ke-18 di Kalimantan
Barat dikarenakan paksaan dari pekerjaan menjadi buruh tambang dan
perkebunan. Para imigran Tionghoa ini mengatur sendiri jadwal kedatangan
mereka sehingga perbedaan antara etnis Tionghoa di Kalimantan Barat dengan
Tionghoa yang berada di daerah lainnya berbeda. Kelompok imigran terbanyak di
Kalimantan Barat adalah orang Tionghoa bukan dari kalangan suku lain Negara
Indonesia. Hampir semua orang Tionghoa yang bermigrasi ke Kalimantan Barat
berasal dari provinsi Guangdong, Tiongkok selatan, sisanya orang-orang Hokkien
dari propinsi Fujian. Bahasa Tionghoa yang mereka gunakan pun beragam
diantaranya ada Hakka, Teochiu, Kanton dan Hainan. Dua kelompok etnis
terbesar di Kalimantan Barat adalah Teochiu dan Hakka. Orang-orang Teochiu
pedalaman Fujian datang ke Kalimantan Barat dengan penggunaan bahasa yang
sama. Kelompok Hakka merupakan kelompok perintis yang tinggal di
perkampungan dan daerah pertambangan untuk bekerja sebagai penambang,
berladang dan juga menjadi pedagang kecil. Berbeda halnya dengan kelompok
Teochiu yang lebih memilih untuk tinggal di perkotaan untuk berdagang, bahkan
kini kelompok Teochiu membentuk populasi terbesar etnis Tionghoa di kota
Pontianak dan daerah Selatan Pontianak. Kelompok Hakka sendiri menempati
daerah Utara kota Pontianak. Sejak tahun 1811 Pontianak merupakan kota transit
orang-orang Tionghoa ketika datang ke Kalimantan Barat, yang nantinya akan
menyebar ke daerah-daerah pedalaman sekitarnya. Kebanyakan para buruh
Tionghoa menghabiskan uangnya untuk membeli makanan-makanan enak, berjudi
dan menghisap candu. Hanya sedikit buruh yang menabung hasil kerjanya untuk
biaya kepulangan mereka ke Tiongkok atau mengirim uang kepada keluarganya di
sana.
Etnis Tionghoa membentuk pusat perdagangan di kota yang terletak di
tepian sungai Kapuas. Selain sebagai tempat berdagang, pasar yang dibangun itu
juga digunakan sebagai tempat tinggal. Pemilihan tempat tinggal juga bagian dari
karakteristik para imigran ini. Seperti orang-orang Tionghoa yang tinggal terpisah
dengan orang-orang Melayu dan Arab Orang-orang Melayu dan Arab cenderung
memilih bermukim dekat dengan istana sultan yang terletak di antara Sungai
Kapuas dan Sungai Landak. Hal ini tidak hanya terjadi di kota Pontianak saja,
Dari pembacaan yang dilakukan terhadap sumber diatas, dapat dilihat
bahwa penulis buku tentang perdagangan etnis Tionghoa di Indonesia berusaha
untuk membuktikan bahwa etnis Tionghoa selalu dekat dengan perdagangan.
I.6. Landasan Teori
Untuk mendukung penelitian tentang “Perdagangan Sembako Masyarakat
Tionghoa di Kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008”, pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan sosiologi lebih spesifik mengenai interaksi sosial.
Pendekatan ini digunakan karena perdagangan sembako memerlukan interaksi
antara penjual dan pembeli, interaksi ini sangat penting bukan saja didalam
perdagangan sembako melainkan juga untuk setiap aktifitas yang dilakukan oleh
manusia pasti akan menggunakan interaksi sebgai sarana berkomunikasi antar
sesama mahluk hidup.
Interaksi sosial merupakan gambaran tentang proses berhubungan yang
saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Pengertian interaksi sosial
adalah sebagai hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu
dengan kelompok, dan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.4
Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktifitas sosial, menyangkut
hubungan antara individu, individu dengan kelompok, maupun antara kelompok
dengan kelompok.
Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih,
dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara
4
Dadang Supardan. PENGANTAR ILMU SOSIAL: Sebuah Kajian
aktif. Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak
yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi.
Syarat Terjadinya Interaksi Sosial dapat berlangsung jika memenuhi dua
syarat di bawah ini, yaitu :
a. Kontak sosial
Adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan
awal terjadinya interaksi sosial, dan masing - masing pihak saling bereaksi antara
satu dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik.
b. Komunikasi
Artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain.
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada beberapa faktor
berikut ini.
a. Sugesti
Sugesti adalah pemberian pengaruh pandangan seseorang kepada orang
lain dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/pengaruh
tersebut tanpa berpikir panjang. Sugesti biasanya dilakukan oleh orang yang
berwibawa, mempunyai pengaruh besar, atau terkenal dalam masyarakat. Contoh
sugesti salah satunya adalah obat dengan harga mahal yang merupakan produk
impor yang dianggap pasti manjur untuk menyembuhkan penyakit. Anggapan
tersebut merupakan sugesti yang muncul akibat harga obat yang mahal dan
b. Imitasi
Imitasi adalah tindakan atau usaha untuk meniru tindakan orang lain
sebagai tokoh idealnya. Imitasi cenderung secara tidak disadari dilakukan oleh
seseorang. Imitasi pertama kali akan terjadi dalam sosialisasi keluarga. Misalnya,
seorang anak sering meniru kebiasaan-kebiasaan orang tuanya seperti cara
berbicara dan berpakaian. Namun, imitasi sangat dipengaruhi oleh lingkungannya
terutama lingkungan di sekolah. Karena seseorang (terutama saat seseorang sudah
menginjak usia remaja) cenderung lebih sering di sekolah dan bersosialisasi
dengan temannya dengan berbagai macam kebiasaan.
c. Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang
untuk menjadi sama dengan orang lain. Identifikasi mengakibatkan terjadinya
pengaruh yang lebih dalam dari sugesti dan imitasi karena identifikasi dilakukan
oleh seseorang secara sadar. Contoh identifikasi: seorang pengagum berat artis
terkenal, ia sering mengidentifikasi dirinya menjadi artis idolanya dengan meniru
model rambut, model pakaian, atau gaya perilakunya dan menganggap dirinya
sama dengan artis tersebut.
d. Simpati
Simpati adalah suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada orang
lain. Perasaan simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang atau
sekelompok orang atau suatu lembaga formal pada saat-saat khusus. Contoh
simpati adalah pada peringatan ulang tahun, pada saat lulus ujian, atau pada saat
e. Empati
Empati adalah kemampuan mengambil atau memainkan peranan secara
efektif dan seseorang atau orang lain dalam kondisi yang sebenar-benarnya,
seolah-olah ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain tersebut seperti
rasa senang, sakit, susah, dan bahagia. Empati hampir mirip dengan sikap simpati.
Perbedaannya, sikap empati lebih menjiwai atau lebih terlihat secara emosional.
Contoh empati adalah saat kita turut merasakan empati terhadap masyarakat
Yogyakarta yang menjadi korban letusan Gunung Merapi.
f. Motivasi
Motivasi adalah dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang
diberikan seorang individu kepada individu yang lain sedemikian rupa sehingga
orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau melaksanakan apa yang
dimotivasikan secara kritis, rasional, dan penuh tanggung jawab. Contoh motivasi
adalah guru yang memberikan motivasi kepada siswa supaya siswanya semakin
giat belajar.
Tidak selamanya interaksi berjalan sesuai dengan rencana. Kontak sosial
yang berlangsung kadang-kadang dapat berjalan sesuai dengan apa yang kita
inginkan, namun sebaliknya suatu interaksi akan mengalami gangguan dan
bahkan terhenti seandainya terjadi hal-hal berikut:
Subjek-subjek yang terlibat dalam interaksi tidak mempunyai harapan lagi
untuk mencapai tujuan. Interaksi yang terjadi tidak lagi bermanfaat atau tidak
pihak-pihak yang saling berinteraksi. Salah satu pihak-pihak atau keduanya tidak bersedia lagi
mengadakan interaksi.
Jenis - jenis interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Interaksi antara individu dan individu
Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi
positif, jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika
hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).
2. Interaksi antara individu dan kelompok
Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk
interaksi sosial individu dan kelompok bermacam-macam sesuai situasi dan
kondisinya.
3. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok
Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan
bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk
membicarakan suatu proyek.
Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial terjadi pada saat itu, mereka
saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi.
Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua
syarat, yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi yang terjadi antara
individu.
Terjadinya interaksi sosial memang selalu dirasakan oleh setiap individu
dalam bermasyarakat, kelompok, dan bahkan didalam kehidupan sehari-hari. Hal
berprofesi sebagai pedagang dengan masyarakat setempat yang menjadi
konsumen atau pembeli.
I.7. Metodologi Penulisan I.7.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Melawi dan beberapa
kecamatan yang berada di Kabupaten Melawi, seperti Kecamatan Nanga Pinoh,
Menukung dan Ella.
I.7.2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode sejarah.
Metode pengumpulan data pada penelitian Perdagangan Sembako Masyarakat
Tionghoa di kabupaten Melawi Kalimantan Barat 2004-2008 ini dilakukan
dengan mengumpulkan sumber tertulis, sumber lisan, studi pustaka, studi arsip
dan juga melalui wawancara serta observasi.
I.7.3. Metode Pencarian Data
Sumber tertulis akan diperoleh dari buku, koran, jurnal, ataupun internet
yang berkaitan dengan topik penelitian.
Studi pustaka dan studi arsip akan dilakukan di Kota Nanga Pinoh dan
Pontianak. Hasil dari studi pustakan dan studi arsip ini akan dipergunakan untuk
mendukung penulisan penelitian ini.
Wawancara akan dilakukan di Kota Nanga Pinoh dengan beberapa orang
wawancara ini akan cermati lebih lanjut agar bisa menjadi data pendukung dari
penelitian ini.
Observasi akan dilakukan di Kota Nanga Pinoh dan beberapa kecamatan
yang ada di Kabupaten Melawi guna untuk mengetahui tempat-tempat yang akan
dipergunakan untuk mengerjakan penelitian ini. Hasil dari observasi ini akan
digunakan sebagai lokasi pendukung dari penelitian ini berlangsung.
Sumber lisan akan dilakukan dengan beberapa orang yang menjadi pelaku
dari perdagangan sembako ini. Hasil dari sumber lisan ini akan digunakan untuk
penulisan penelitian ini.
Data-data yang didapat baik dari studi pustaka maupun transkrip
wawancara dan kuisioner oleh peneliti kemudian diuji dan dianalisis secara kritis,
supaya hasil penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan.5 Data yang berupa
buku-buku yang diperoleh dari perpustakaan kemudian diperbandingkan dengan
sumber lain, sehingga data-data tersebut dapat dipercaya.6
I.8. Sistematika Penulisan
Penulisan ini akan dibagi menjadi lima bab. Pada setiap bab akan
dijelaskan mengenai topik diatas. Adapun pembagian bab dan sub-bab sebagai
berikut:
5
Louis Gottschalks. Mengerti sejarah. UI, Jakarta, 1985. Hlm. 32
6
Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yayasan Bentang Budaya,
BAB I Pendahuluan. Berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, kajian pustaka, landasan teori, metodologi
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II Kabupaten Melawi Selintas, [berisi tentang sejarah Kabupaten
Melawi, Demografi (komposisi penduduk, tingkat pendidikan, Mata Pencaharian
penduduk).
BAB III Perdagangan Sembako masyarakat Tionghoa. Pada bab ini
menjelaskan bagaimana proses perdagangan sembako masyarakat Tionghoa dapat
berjalan tanpa dipengaruhi oleh iklim dan letak geografis tempat tersebut.
BAB IV Hubungan masyarakat lokal dengan masyarakat Tionghoa. Pada
bab ini dijelaskan hubungan yang terjalin antara masyarakat lokal dengan
masyarakat Tionghoa sehingga dapat terjadi kerjasama diantara keduanya, dan
berbagai tanggapan yang muncul dari pandangan masyarakat setempat mengenai
perdagangan sembako yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa.
BAB V Penutup. Pada bab ini berisikan kesimpulan untuk menjawab
pertanyaan yang ada pada rumusan masalah. Serta saran dan kritik atas
Perdagangan Sembako Masyarakat Tionghoa di Kabupaten Melawi Kalimantan
BAB II
KABUPATEN MELAWI SELINTAS II.1. Kabupaten Melawi
Pulau Kalimantan merupakan salah satu pulau yang ada di Indonesia.
Adapun beberapa provinsi yang ada di Kalimantan sebagai berikut Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan
Kalimantan Utara. Pembahasan bab ini terlebih dikhususkan di Kalimantan Barat.
Sintang adalah salah satu kabupaten yang berada di Kalimantan Barat.
Nanga Pinoh termasuk dalam kabupaten Sintang dan menjadi kota kabupaten
paling akhir dari Kalimantan Barat.1 Kabupaten Melawi adalah kabupaten yang
baru terbentuk dan merupakan pemekaran dari Kabupaten Sintang pada tahun
2004.
Pada awalnya Melawi menjadi bagian dari kabupaten Sintang, seiring
banyaknya keinginan masyarakat Nanga Pinoh untuk mendirikan kabupaten
sendiri dan melalui pertimbangan yang cukup lama pada akhirnya bertepatan pada
tahun 2004 Melawi diresmikan menjadi kabupaten dengan Bupati pertama Drs.
Suman Kurik, MM. Hal ini memang baru di telinga masyarakat Kalimantan Barat
karena mereka lebih mengetahui Nanga Pinoh dibandingkan dengan Melawi.2
1
J.U. Lontaan. Sejarah – Hukum Adat Dan Adat Istiadat Kalimantan – Barat. Bumirestu, Jakarta, 1975. Hal. 208.
2
Pembentukan Kabupaten Melawi tersebut bertujuan untuk mewujudkan
aspirasi masyarakat yang berkembang untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
Tahun 2004 adalah periode pertama Melawi menjadi Kabupaten. Sama
seperti kabupaten-kabupaten lainnya, Kabupaten Melawi juga mengalami
perubahan-perubahan yang cukup mencolok baik di bidang pemerintahan, sosial
budaya dan ekonomi. Perbaikan diberbagai bidang pun dilakukan agar
perkambangan kedepannya semakin membaik.
Tahun 2005, pemerintah daerah memusatkan perhatiannya untuk
perbaikan jalan menuju ke kecamatan-kecamatan kecil bagian dalam dan mulai
banyak berdiri tempat-tempat yang akan digunakan untuk berjualan seperti bahan
pangan, sandang dan papan di Melawi sampai di kecamatan bagian dalam. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan penjualan barang-barang yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari.
Tahun 2006, pendidikan mulai lebih diperhatikan oleh pemerintah
Kabupaten Melawi. Pada tahun ini hampir di setiap kecamatan-kematan memiliki
sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas sehingga
anak-anak dari setiap kecamatan tidak perlu lagi harus ke kabupaten untuk
melanjutkan sekolah tingkat lanjut mereka. Serta perkambangan dari proses
penjualan sembako juga dilakukan melalui jalur sungai Melawi menggunakan
kapal untuk membawa barang-barang sembako. Orang Tionghoa merupakan
Tahun 2007 merupakan tahun ketiga Melawi menjadi Kabupaten,
perkembangan dan perbaikan di segala bidang sudah memadai. Serta di tahun
2008 khususnya di bidang perekonomian para pedagang sudah menyebar sampai
ke pedalaman atau kecamatan-kecamatan bahkan masyarakat Tionghoa pun mulai
menyebar juga sampai di setiap kecamatan-kecamatan di Kabupaten Melawi.
Pada perkembangan saat ini, pemanfaatan lahan selalu dilakukan agar
perkembangan diberbagai bidang bisa mencukupi akan kebutuhan masyarakat
dengan latar belakang ekonomi yang berbeda.
Setelah pembentukan Kabupaten, berbagai pembaharuan dan penerimaan
pun dilakukan guna untuk membantu perkembangan di Kabupaten Melawi.
Penerimaan terhadap para pendatang mulai mengalami peningkatan, yang
awalnya hanya masyarakat Tionghoa dan Melayu pada masa perkembangan dan
pembaharuan ini menjadi sangat banyak seperti di desa Belimbing. Desa
Belimbing ini bermayoritaskan masyarakat Flores dan Jawa yang datang untuk
bekerja di perkebunan sawit.
II.2. Penduduk Kabupaten Melawi
Mayoritas penduduk asli Kabupaten Melawi adalah orang-orang Dayak.
Masyarakat Tionghoa dan Melayu adalah pendatang yang menetap di Kabupaten
Melawi. Akan tetapi hal ini menjadi menarik khususnya di kota Nanga Pinoh,
mayoritas penduduknya adalah orang-orang Tionghoa dan Melayu sedangkan
kecamatan-kecamatan yang ada di Nanga Pinoh itu sendiri.3 Hal terjadi karena banyaknya
pendatang sehingga secara tidak langsung hal tersebut menjadi penyebab
masyarakat Dayak lebih memilih tinggal di setiap kecamatan-kecamatan yang
berada di Kabupaten Melawi. Tetapi penerimaan mereka terhadap pendatang
sangat baik, bahkan ada diantara mereka yang menikah dengan para pendatang
tersebut.
Perkembangan berikutnya para pendatang yang datang dari luar pulau
Kalimantan barat bukan hanya masyarakat Tionghoa dan melayu, akan tetapi
masyarakat Flores, Jawa, Batak, dan Padang juga bertransmigrasi ke Kabupaten
Melawi. Para pendatang ini memanfaatkan potensi alam dan luas wilayah
Kabupaten Melawi untuk bekerja diperkebunan, khususnya perkebunan sawit.
Seiring berkembangnya tingkat pendidikan di Indonesia sekarang ini,
masyarakat di Kabupaten Melawi sudah mulai banyak yang menempuh
pendidikan sampai ke tingkat S1 bahkan sampai ke tingkat S2 dan S3.4
Kebanyakan anak-anak yang berasal dari Kabupaten Melawi melanjutkan
pendidikan ke tingkat S1 di kota-kota besar seperti Pontianak, Yogyakarta, Solo,
Madiun, Semarang dan ada yang sampai ke Luar Negeri.5 Tingkat pendidikan
masyarakat Melawi secara umur sudah mengalami perkembangan yang cukup
pesat, karena kemauan untuk berpendidikan sudah mulai banyak.
3
http://habibpadilah.blogspot.com/2012/12/asal-mula-nama-nanga-pinoh-dan-sejarah_7234.html. Diunduh tanggal: 8 juni 2015. 11:37 WIB.
4
Badan Pusat Statistik Kabupaten Melawi Tahun 2008
5
Tabel dibawah ini akan menunjukan tingkat pendidikan menurut wilayah
atau setiap kecamatan yang berada di Kabupaten Melawi.6
6
Penduduk Berumur 5 Tahun Keatas Menurut Wilayah dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Kabupaten Melawi Perkotaan + Perdesaan | Laki-laki + Perempuan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan di Kabupaten
Melawi bisa dibilang sudah mulai memadai seiring berkembangnya teknologi dan
sadarnya masyarakat mengenai pentingnya pendidikan pada masa sekarang ini.
Sadar akan pendidikan pada masa sekarang ini banyak sekali membantu
anak-anak yang memiliki kemauan untuk sekolah ketingkat yang lebih lanjut
mendapatkan pendidikan yang mereka inginkan. Dengan harapan mereka dapat
memajukan daerahnya dengan pendidikan yang telah mereka dapatkan semasa
sekolah baik ditingkat lanjut ataupun ditingkat sarjana.
Perkembangan teknologi dan informasi pada masa kini membuat
pendidikan sangatlah penting bagi setiap individu, hal ini juga dirasakan oleh
masyarakat kabupaten Melawi. Pendidikan adalah fondasi utama untuk
menghadapi masa global yang sangat berkembang saat ini, jika dimulai sejak usia
dini maka anak-anak yang berada di daerah kecamatan bagian dalam tidak akan
tertinggal dengan anak-anak yang bersekolah di daerah perkotaan. Untuk
pendidikan di kabupaten Melawi pada saat ini sudah merata dari daerah kabupaten
sampai ke kecamatan bagian dalam.
Perkembangan yang selalu meningkat setiap tahunnya merupakan hasil
dari kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan agar anak-anak mereka
dapat merasakan sekolah ke jenjang yang setinggi-tingginya dan dapat berguna
bagi daerah dan juga negara. Banyak orang tua yang menyekolahkan anak-anak
mereka sampai ke jenjang sarjana dan magister, hal ini merupakan bukti bahwa
jerih payah dan perjuangan mereka yang hanya memiliki pekerjaan sebagai petani
dan pekebun.
II.3. Mata Pencaharian Masyarakat Kabupaten Melawi
Wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebagian besar berupa dataran rendah
yang dikelilingi sungai, baik sungai besar dan sungai kecil. Dengan wilayah
daratannya yang sangat luas menyebabkan mata pencaharian penduduknya sangat
beragam. Wilayah tempat tinggal penduduk yang menyebar secara tidak merata
menyebabkan mata pencaharian masyarakat cukup beragam dan wilayah mata
pencaharian juga tidak terkonsentrasi pada satu wilayah. Namun demikian,
sebagian besar penduduk yang tinggal di wilayah Kabupaten Melawi bekerja di
bidang pertanian, yang meliputi kehutanan, perkebunan, pertanian tanaman
pangan, perikanan, dan peternakan.
Mengandalkan sungai sebagai sarana merupakan kebiasaan bagi
masyarakat Kabupaten Melawi terlebih khusus yang berada di
kecamatan-kecamatan, dimana dengan menggunakan sungai mereka bisa mencari ikan,
membuat tambak untuk memelihara ikan, berjualan buah musiman seperti durian,
tengkawang, dan cengkeh ke kecamatan lainnya yang berada tidak jauh dari
kecamatan mereka. Rumah apung biasanya digunakan sebagai terminal speed
boat7 dan juga sebagai tempat untuk berjualan barang-barang keperluan
sehari-hari.
7
Di daerah Nanga Pinoh, mata pencaharian masyarakatnya adalah
berdagang. Dimana kebanyakan masyarakat yang tinggal di Nanga Pinoh adalah
masyarakat Tionghoa, sehingga berdagang adalah prioritas utama mereka. Ada
juga yang memiliki toko material bangunan, bengkel, mini market, toko alat-alat
olahraga, dan rumah makan.
Selain dari berdagang dan mencari ikan, ada juga yang bekerja di
pertambangan emas, berladang, dan berkebun. Pertambangan emas khususnya di
Kabupaten Melawi ini tidaklah menetap, melainkan berpindah dari satu tempat
ketempat lain. Ada dua jenis pertambangan emas yaitu darat dan sungai.
Pertambangan emas yang menggunakan jalur darat biasanya menyemprotkan air
ke tanah sehingga membentuk seperti gua, sedangkan pertambangan emas yang
menggunakan jalur sungai menggunakan mesin penghisap pasir untuk mengambil
emas dari dasar sungai. Pada saat ini kedua jenis pertambangan emas tersebut
masih sering digunakan sampai sekarang. Berladang dan berkebun adalah mata
pencaharian pokok masyarakat di Kabupaten Melawi khususnya di
kecamatan-kecamatan.
Berladang juga berpindah-pindah dan biasanya yang ditanam adalah padi.
Berbeda dengan sawah yang ada di Jawa, ladang merupakan lahan kering yang
bisa ditanami padi dan hanya bisa sekali panen saja, agar bisa ditanami kembali
setelah masa panen selesai, biasanya masyarakat membakar lahan tersebut agar
tanahnya kembali subur dan bisa ditanami padi kembali. Masyarakat membuat
kebun untuk ditanami sayur-sayuran dan buah-buahan, dan kebun selalu dibuat
susah. Sehingga dengan demikian masyarakat bisa mengurusi kedua lahan
tersebut sekaligus.
Meningkatnya jumlah penduduk juga mempengaruhi mata pencaharian
setiap tahunnya. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya kekurangan lapangan
pekerjaan, meningkatnya perekonomian masyarakat, dan bertambahnya tingkat
pendidikan. Dan hal-hal tersebut selalu menjadi masalah utama beberapa tahun
belakangan. Secara khusus didalam bidang perekonomian dan mata pencaharian
masyarakat di kabupaten Melawi bisa mengandalkan sarana kekayaan alam, lahan
yang telah tersedia, dan berbagai sarana lainnya yang bisa mereka gunakan untuk
bertahan hidup dan mencari nafkah untuk keluarga mereka.
Mata pencaharian yang telah disebutkan di atas adalah mata pencaharian
sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Melawi, dan sampai
saat ini masih dilakukan. Pemanfaatan lahan untuk bertani, berkebun,
penambangan emas, dan lain-lainnya ini dilakukan dengan tekun oleh mereka.
Mereka juga mengolah lahan perkebunan dan ladang agar hasil yang akan dipanen
juga sesuai dengan keinginan mereka.
II.4. Wilayah Kabupaten Melawi
Kabupaten Melawi merupakan salah satu kabupaten yang berada di
Propinsi Kalimantan Barat. Kabupaten ini terletak di antara garis 07°-1020°
Lintang Selatan dan 1117°-11227° Bujur Timur.8 Wilayah Kabupaten Melawi
8
dilihat dari letak geografisnya, terletak di antara beberapa wilayah sebagai berikut
:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sintang
Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Tengah
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sintang
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Ketapang
Pada awal berdirinya, Kabupaten Melawi terdiri dari 7 kecamatan, 82 desa dan
292 dusun, yang kemudian dilakukan pemekaran beberapa kecamatan baru yang
dibentuk berdasarkan Perda No. 32 Tahun 2007 Tentang Pembentukan
Kecamatan Pinoh Utara, Kecamatan Pinoh Selatan, Kecamatan Belimbing Hulu
dan Kecamatan Tanah Pinoh Barat, sehingga sekarang ini Kabupaten Melawi
terdiri dari 11 kecamatan, 169 desa dan 525 dusun, dimana kecamatan terluas
adalah Kecamatan Sokan dengan luas 1.577,2 km2 atau 14,83% dari luas
Kabupaten Melawi (10.640,8 km2), sedangkan kecamatan terkecil adalah
Kecamatan Belimbing Hulu dengan luas 454,0 km2 atau 4,27% dari luas
Kabupaten Melawi.9
II.5. Peta dan Demografi Peta
Awalnya Kabupaten Melawi memiliki 7 kecamatan yaitu kecamatan
Nanga Pinoh, kecamatan Ella, kecamatan Tanah Pinoh, kecamatan Belimbing,
kecamatan Sokan, kecamatan Sayan dan kecamatan Menukung. Pada saat ini
9
sudah menjadi 11 kecamatan dan jarak antara satu kecamatan dengan kecamatan
lainnya memiliki jarak tempuh yang cukup jauh. Pada perkembangannya jarak
bukanlah menjadi masalah karena alat transportasi sudah memadai sehingga untuk
menempuh perjalanan dari satu kecamatan ke kecamatan lainnya tidak lagi seperti
dulu.
Gambar 1.1 Peta Kabupaten Melawi
Sumber : http://loketpeta.pu.go.id/assets/cms/uploads/images/media-peta/peta-infrastruktur/pii-6100/6110_2008.gif. Diunduh tanggal 26 maret 2016. 01.30 WIB
Dari peta di atas dapat dilihat bahwa jarak antara satu kecamatan dengan
kecamatan lain sangatlah jauh dan harus menempuh perjalanan selama
berjam-jam agar bisa sampai ke setiap kecamatan-kecamatan tersebut.
Jarak bukanlah halangan bagi masyarakat Melawi, mereka menempuh
jarak yang kurang lebih harus memakan waktu 1 sampai 6 jam perhari untuk
yang sama. Saat musim kemarau dan hujan, kegiatan yang mereka lakukan
sehari-hari tetap berjalan, kecuali saat hujan lebat sehingga menyebabkan banjir dan
kegiatan mereka seperti bertani otomatis terhenti karena lahan mereka biasanya
terendam oleh air.
Demografi
Perkembangan penduduk di suatu daerah bisa menjadi potensi sekaligus
permasalahan bagi daerah tersebut. Permasalahan yang paling esensial adalah
berkaitan dengan penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas penduduk
yang masih rendah, penyediaan lapangan usaha serta penyediaan bahan pangan.
Faktor yang sangat umum yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk di suatu
daerah antara lain adalah angka kematian, angka kelahiran, dan angka migrasi.
Kejadian ini biasa disebut dengan kejadian vital penduduk.
Jelasnya mengenai perkembangan penduduk Kabupaten Melawi dapat
dilihat dari tabel berikut ini :10
10
Tabel 1.2.
Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Melawi 2010
Apabila dilihat dari perbandingan jumlah penduduk antar kecamatan,
jumlah penduduk Kecamatan Nanga Pinoh lebih besar dibandingakan dengan
kecamatan-kecamatan lain yang ada di Kabupaten Melawi, hal ini
mengindikasikan bahwa kecenderungan penduduk Kabupaten Melawi untuk
menetap dan bertempat tinggal di Ibukota Kabupaten lebih banyak dari pada yan
memilih tinggal di kecamatan-kecamatan.
Jumlah penduduk terbanyak yakni Kecamatan Nanga Pinoh yaitu sebesar
39,604 jiwa dan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Belimbing Hulu
yaitu sebesar 8,687 jiwa. Total jumlah penduduk Kabupaten Melawi sebesar
178,645 jiwa. Dengan adanya jumlah penduduk yang tidak merata menandakan
tingkat kepadatan penduduk pada ibukota kabupaten lebih banyak dikarenakan
masyarakat lebih menyukai tinggal di ibukota kabupaten dari pada kota
kecamatan.
Masyarakat Melawi lebih banyak memilih tinggal di kabupaten karena
untuk ketersediaan berbagai macam kebutuhan lebih lengkap jika dibandingkan
dengan kota kecamatan yang mana untuk akses ke kabupaten masih harus
berlumpur. Hal inilah yang membuat masyarakat lebih memilih tinggal di ibukota
kabupaten daripada mereka harus menempuh perjalanan yang cukup lama dengan
keadaan jalan yang bisa dikatakan cukup rusak untuk dilalui oleh
kendaraan-kendaraan roda dua dan empat.
Untuk kejelasan mengenai jumlah penduduk dan kepadatan penduduk
Kabupaten Melawi dapat di lihat pada tabel berikut :11
Tabel 1.3.
JUMLAH PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN MELAWI TAHUN 2008
No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Penduduk Laki – Laki Perempuan
1. Kecamatan Belimbing 10,513 9,678 20,191 2. Kecamatan Nanga
Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Melawi 2010
Dari hasil registrasi penduduk tahun 2009 secara keseluruhan penduduk
Kabupaten Melawi lebih banyak penduduk masuk dari penduduk yang pindah.
11
Dari komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kabupaten Melawi
jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk
perempuan dengan komposisi 91,529 jiwa laki-laki dan 87,116 jiwa penduduk
perempuan.
Dilihat dari beberapa tabel mengenai perkembangan penduduk di
Kabupaten Melawi, dapat kita lihat bagaimana laju pertumbuhan penduduk
sangatlah mempengaruhi jumlah perkembangan penduduk selalu meningkat dan
ini akan berakibat terhadap lahan tempat tinggal, lapangan pekerjaan, tingkat
pendidikan, dan perekonomian. Dan juga terjadi peningkatan dibidang pendidikan
dan jumlah perekonomian setiap tahunnya.
Sampai saat ini perkembangan dan jumlah penduduk yang berada di
kabupaten Melawi sangatlah meningkat pesat, dapat dilihat pada tabel-tabel di
atas. Dan tidak sedikit dari anak-anak dan orang dewasa yang merantau untuk
mencari lapangan pekerjaan yang lebih baik dan luas, sebab di kabupaten Melawi
lapangan pekerjaannya sudah mulai penuh dan sidikit rumitnya untuk dapat
bekerja disana membuat hal tersebut harus terjadi. Anak-anak yang melanjutkan
sekolah juga banyak melanjutkan pendidikan mereka di luar pulau Kalimantan
dengan anggapan bahwa di luar pulau Kalimantan mereka dapat hidup dan belajar
lebih baik jika dibandingkan dengan pendidikan mereka yang berada di pulau
Kalimantan.
Sebagai contoh pulau yang paling banyak didatangi oleh anak-anak yang
melanjutkan sekolah dan pendidikan mereka adalah pulau Jawa. Yogyakarta
baik karena perkembangan pendidikan lebih cepat dan sesuai berada di kota
Yogyakarta. Bagi penduduk Kalimantan Barat, kota Yogyakarta merupakan kota
yang penuh dengan pelajar dan mahasiswa sehingga hal ini membuat para orang
tua lebih memilih kota Yogyakarta untuk menyekolahkan putra dan putri mereka
dengan anggapan bahwa setelah mereka selesai dan mendapatkan pekerjaan dapat
BAB III
PERDAGANGAN SEMBAKO MASYARAKAT TIONGHOA
DI KABUPATEN MELAWI
III.1. Awal Peralihan Profesi
Perpindahan suatu bangsa ke negara lain biasanya dilakukan untuk
mencari kehidupan yang lebih baik. Ada beberapa alasan yang menjadi faktor
utama sehingga mereka melakukan migrasi ke negara lain. Seperti wilayah
geografis yang kurang menguntungkan untuk bercocok tanam, tanah/lahan yang
tandus, mengalami kekeringan, tekanan politik dan ekonomi, dan lain sebagainya
menjadi alasan utama yang membuat mereka migrasi ke daerah/negara lain.
Adapun keterkaitan dengan situasi dan kondisi negara yang sedang merosot akibat
perang maupun bencana alam juga menjadi alasan untuk bermigrasi.
Pada abad IV, orang-orang Tionghoa telah berlayar ke Indonesia untuk
melakukan kegiatan perdagangan. Rute pelayaran para orang Tionghoa untuk
melakukan kegiatan perdagangan itu adalah dengan menyusuri pantai Asia Timur
dan pulang melalui Kalimantan Barat dan Filipina dengan menggunakan angin
musiman.1
Pada abad VII, hubungan antara Tiongkok dengan Kalimantan Barat sudah
semakin sering terjadi, tetapi belum ada yang menetap dan lama kelamaan
Pada abad XVII, bangsa Tionghoa hijrah ke Kalimantan Barat dengan
menempuh dua rute. Rute pertama melalui Indocina untuk berlayar menuju ke
Malaya dan menyebar ke pantai Sumatera Timur, Kepulauan Bangka-Belitung
serta pantai Kalimantan Barat, terutama pantai Sambas dan Mempawah. Rute
kedua melalui Kalimantan bagian Utara berlayar untuk ke daerah Paloh dan
Sambas kemudian ke pedalaman Sambas dan Mempawah Hulu, hal ini dilakukan
guna untuk penggalian dan mendapatkan tambang-tambang emas.3
Kurang lebih pada abad XVIII, imigran dari Tiongkok datang
besar-besaran untuk kepentingan pertambangan emas, karena pada masa itu pemerintah
Sambas dan Mempawah menggunakan tenaga-tenaga orang Tionghoa sebagai
tenaga wajib rodi untuk dipekerjakan disetiap tambang-tambang emas yang ada di Kalimantan Barat. Rombongan dari Tiongkok yang datang ke daerah Kalimantan
Barat adalah “KONGSI” dengan tujuan utamanya adalah mencari emas. Seiring
berkembangannya perkongsian-perkongsian dari orang Tionghoa, hal ini secara
tidak langsung mengusir orang-orang Dayak yang daerahnya dikuasai oleh
perkongsian Tionghoa. Akhirnya orang-orang Dayak pindah ke daerah yang lebih
aman dan jauh dari orang-orang Tionghoa.4
Kedatangan para imigran Tionghoa ke Indonesia dibagi menjadi beberapa
Kwantung.5Kelompok-kelompok ini dibedakan berdasarkan perbedaan kultur golongan-golongan subetnis seperti Hokkien, Hakka dan Canton.6 Berikut adalah orang-orang Tionghoa yang datang ke Indonesia yang dibedakan kedalam
beberapa golongan, yaitu :
1. Hokkien, merupakan suku bangsa yang berasal dari provisi Fukien atau Fujien, Tiongkok bagian selatan. Golongan ini merupakan suku bangsa
yang pertama kali datang dan menetap di Jawa. Golongan ini merupakan
golongan terbesar hingga abad ke-19, dan biasanya mereka bekerja
sebagai pedagang maupun buruh.
2. Teochiu, adalah suku bangsa yang berasal dari daerah orang-orang Hokkien. Mereka tinggal di pedalaman Swatow dan sepanjang barat daya
kota pelabuhan. Di Indonesia mereka tinggal di sepanjang pantai
Sumatera, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat terutama di Pontianak.
Biasanya mereka bermata pencaharian sebagai petani, pedagang sayur dan
pertanian komersial lainnya.7
3. Hakka atau Khek. Orang-orang Hakka berasal dari wilayah utara Kwantung, yaitu suatu daerah yang berbukit-bukit dan tidak begitu subur.
Di Indonesia, mereka banyak menetap di Pulau Sumatera, Bangka dan
5
Puspa Vasanty. “Kebudayaan Orang Tionghoa di Indonesia”, dalam
Koentjaranigrat. Manusia Dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan, Jakarta, 1993, hal. 353.
6
G. William Skinner. “Golongan Minoritas Tionghoa”, dalam Melly G. Tan (ed). “Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia: Suatu Masalah Pembinaan Kesatuan Bangsa. PT. Gramedia, Jakarta, 1979, hal. 6.
7
beberapa wilayah lainnya. Pekerjaan mereka lebih banyak di perkebunan
dan pertambangan.8
4. Kwongfu atau Canton, merupakan suku bangsa yang berasal dari Canton dan Macao yang kemudian datang dan bermukim di pantai timur dan
selatan Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Kedatangan orang-orang
Tionghoa ke Indonesia kebanyakan bekerja di pertambangan timah di
daerah Bangka. Orang-orang Canton lebih terkenal sebagai tenaga tukang
yang terampil dalam membuat perabotan rumah tangga.9
Orang-orang Tionghoa yang tersebar ke Indonesia berasal dari
suku-bangsa yang telah disebutkan di atas. Dan masyarakat Tionghoa yang berada di
kabupaten Melawi kebanyakan berasal dari suku Hakka atau Khek, yang datang untuk bekerja di pertambangan dan perkebunan. Daerah-daerah yang disebutkan
merupakan daerah yang sangat penting dalam pertumbuhan perdagangan orang
Tionghoa ke seberang lautan. Kepandaian berdagang ini yang ada di dalam
kebudayaan suku-suku Tionghoa telah terwariskan selama berabad-abad lamanya
dan masih tampak jelas pada orang Tionghoa di Indonesia. Di antara
pedagang-pedagang Tionghoa di Indonesia tidak semua suku dari Tiongkok ini berhasil dan
hanya beberapa saja yang berhasil. Hal ini juga disebabkan karena sebagian besar
dari mereka sangat ulet, tahan uji, hemat, sederhana, tanggung-jawab, kerjasama,
kuat dan rajin.
8
Drs. Hidayat ZM. “Masyarakat Dan Kebudayaan Tionghoa di
Indonesia”. Tarsito, Bandung, 1997, hal. 22.
9
Keberhasilan sebagai pedagang yang telah diwarisi tentu juga telah
mewariskan sifat-sifat yang dapat mendukung keberhasilan tersebut seperti sifat
disiplin, efisien, energik, fokus, gesit, jeli, kerja keras, kreatif, rajin, ramah, sabar,
semangat, tanggungjawab, tekun, teliti, tepat waktu, teratur, terkendali, dan ulet.
Semua sifat-sifat ini tentu tidak begitu saja dimiliki, tetapi sangat berkaitan
dengan sistem pendidikan panjang sejak lahir (pembudayaan) yang diwarisi oleh
warga Tionghoa.
Rupanya keberhasilan dalam suku-suku pedagang inilah yang menjadi
stempel umum yang dilihat sebagai etos kerja yang perlu diteladani, tanpa
memperhatikan imigran Tionghoa lain, yang berasal dari suku-bangsa lain,
kebanyakan dari mereka tidak berprofesi di dunia perdagangan, dan banyak juga
yang hidup dalam kemiskinan.
Para imigran Tionghoa yang datang ke Indonesia dalam berbagai golongan
ini menunjukkan bahwa mereka berasal dari daerah yang berbeda-beda dan
dengan kondisi daerah yang berbeda juga. Kedatangan para imigran Tionghoa ke
Indonesia secara garis besar mempunyai alasan yang sama, yaitu keadaan politik
dan ekonomi yang melanda Tiongkok, sehingga untuk mendapatkan penghidupan
yang lebih baik mereka harus bermigrasi.
Kedatangan Masyarakat Tionghoa ke Indonesia semakin meningkat
setelah munculnya kota-kota dagang di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan wilayah
lainnya. Kota-kota dagang tersebut muncul seiring dengan pertumbuhan
penduduk dan pemukiman orang-orang Tionghoa yang diikuti juga dengan
Kurang lebih pada abad XVIII/XIX, penyebaran orang-orang Tionghoa di
Kalimantan Barat telah sampai ke pedalaman. Penyebaran terjadi karena
persediaan tambang emas sudah mulai berkurang dan mereka harus segera
mencari tempat-tempat baru untuk mendapatkan emas. Hal ini yang menyebabkan
banyaknya orang-orang Tionghoa yang menetap dan menikah dengan masyarakat
Dayak dan Melayu yang berada dipedalaman dan perkotaan, dengan demikian
penerimaan masyarakat lokal terhadap orang-orang Tionghoa mulai terjadi karena
orang-orang Tionghoa yang datang kepedalaman adalah mereka yang datang
hanya untuk bekerja bukan pemerintah atau pun anggota penting dari
perkongsian.10
Perkembangan setelah kemerdekaan Indonesia, banyak masyarakat Cina
atau sering disebut orang Tionghoa yang menetap dan menjadi warga negara
Indonesia. Mereka yang awalnya bekerja dipertambangan emas dan perkebunan
telah beralih profesi, ada yang menjadi pedagang kecil, pemilik modal usaha, dan
pembisnis. Peralihan profesi ini terjadi karena beberapa faktor seperti mulai
sulitnya mencari lahan untuk pertambangan emas, pemilik lahan pertambangan
yang sudah tidak mengoperasikan pertambangan emas, dan mulai banyak yang
pindah keperkebunan serta usaha lainnya. Terlebih khusus masyarakat Tionghoa
yang berada di kabupaten Melawi, mereka telah beralih profesi dari pekerja
tambang menjadi pemilik modal usaha dan pedagang sembako untuk menghidupi
diri dan keluarga mereka, hal tersebut dilakukan karena untuk bertahan hidup
dengan alasan mencari pertambangan emas sudah sangat sulit untuk dewasa ini.
10