PENGARUH PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP SIKAP
BERWIRAUSAHA MAHASISWA
( Studi kasus pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi UPI angkatan 2010 dan 2012)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh
FEBRIANA DWI MARGI LESTARI 0906793
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
PENGARUH PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP SIKAP
BERWIRAUSAHA
(Studi kasus pada mahasiswa Program Pendidikan Akuntansi UPI angkatan 2010 dan 2012)
Febriana Dwi Margi Lestari
Pembimbing: Drs. H. Faqih Samlawi, MA
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Prodi Pendidikan Akuntansi UPI mengenai pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap sikap berwirausaha mahasiswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap sikap berwirausaha mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan 2012.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory survey. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi UPI angkatan 2010 yang berjumlah 107 dan angkatan 2012 dengan jumlah 74 orang. Sementara sampel yang digunakan teknik Proportionate Stratified Random Sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi dengan bantuan software IBM SPSS v.16 for windows.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap berwirausaha mahasiswa. Pengetahuan kewirausahaan yang dimiliki mahasiswa termasuk kategori tinggi dan sikap berwirausaha mahasiswa juga termasuk ke dalam kategori sedang. Berdasarkan analisis data, diketahui bahwa pengetahuan kewirausahaan berpengaruh terhadap sikap berwirausaha sebesar 75,34%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Berangkat dari penelitian ini diharapkan: (1)mahasiswa sebaiknya dapat meningkatkan sikap berwirausaha, dengan cara meningkatkan pengetahuan berwirausaha (2)untuk dosen pengampu mata kuliah kewirausahaan, agar lebih memberikan penguatan dalam pembelajaran praktis (3)untuk Prodi Pendidikan Akuntansi, lebih mendukung penyelenggaraan kegiatan-kegiatan kreatif mahasiswa yang menampilkan hasil kreativitas dan inovasi mahasiswa (4)untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti kembali faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi sikap berwirausaha.
The Effectiveness of The Knowledge About Entrepreneurship On The Attitude in Entrepreneurship
(Case study in accountancy department UPI 2010 dan 2012 generations)
Febriana Dwi Margi Lestari Counselor : Drs. H. Faqih Samlawi, MA
ABSTRAC
This study was done in accountancy department UPI about the effectiveness of the knowledge about entrepreneurship on the students’ attitude in entrepreneurship. The aim of this study is to know the effectiveness of the knowledge about entrepreneurship on the students’ attitude in entrepreneurship.
The method used in this study is explanatory survey. The population in this study is the students of accountancy department UPI 2010 generation with the total 107 students and 2012 generation with the total 74 students. The sample used is Proportionate Stratified Random Sampling. The data analysis used is correlation analysis with using software IBM SPSS v.16 for windows.
The result of this study shows that the knowledge about entrepreneurship has positive and significant influence on the students’ attitude in entrepreneurship. The knowledge had by them belongs to high category and it also belongs to medium category. Based on data analysis, know that the knowledge influence their attitude 75,34%, while the rest is influence by other factors. From this study, expected: 1. The students should increase their attitude in entrepreneurship. 2. The lecturer of entrepreneur subject should give a strength in learning practice. 3. Accountancy department program should give a support more in holding the students’ creative activities that show the result of the students creativity and innovation. 4. For the next researcher, expected to be able to research again about the other factors that can influence the attitude in entrepreneurship.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
UCAPAN TERIMA KASIH... ii
ABSTRAK... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Rumusan Masalah... 7
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 7
1.4 Manfaat Penlitian... 8
BAB II LANDASAN TEORI... 10
2.1 Pengetahuan... 10
2.2 Sikap... 13
2.3 Kewirausahaan... 18
2.4 Pengetahuan Kewirausahaan... 19
2.5 Sikap Berwirausaha... 21
2.6 Kerangka pemikiran... 23
2.7 Hipotesis... 26
BAB III METODE PENELITIAN... 27
3.1 Desain Penelitian... 27
3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian... 28
3.3 Populasi dan Sampel... 29
3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data... 31
3.5 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis... 33
3.5.1 Pengujian Instrumen Penelitian... 33
3.5.1.1 Uji Validitas Instrumen... 33
3.5.1.2 Uji Reabilitas Instrumen... 35
3.5.1.3 Uji Tingkat Kesukaran... 37
3.5.1.4 Uji Daya Pembeda... 39
3.5.2 Uji Persyaratan Data... 41
3.5.2.1 Uji Normalitas... 41
3.5.3 Pengujian Hipotesis... 42
3.5.3.1 Koefisien Korelasi... 42
3.5.3.2 Koefisien Determinasi... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 45
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian... 45
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian... 51
4.2.1 Deskripsi Data Variabel... 51
4.2.1.1 Pengetahuan Kewirausahaan ... 52
4.2.1.2 Sikap Berwirausaha Mahasiswa... 53
4.3 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis... 62
4.3.1 Teknik Analisis Data... 62
4.3.1.1 Uji Normalitas... 62
4.3.1.2 Analisis Korelasi... 63
4.3.1.3 Koefisien Determinasi... 64
4.3.1.4 Pengujian Hipotesis... 65
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 70
5.1 Kesimpulan... 70
5.2 Saran... 71
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan 2012 yang
mengikuti dan lolos PMW 2013... 4
Tabel 3.1 Operasional variabel... 28
Tabel 3.2 Populasi mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan 2012... 29
Tabel 3.3 Sampel mahasiswa angkatan 2010 dan 2012... 31
Tabel 3.4 Penilaian skala numerik... 33
Tabel 3.5 Pengujian validitas variabel sikap berwirausaha... 34
Tabel 3.6 Pengujian validitas variabel pengetahuan kewirausahaan ... 35
Tabel 3.7 Pengujian reabilitas ... 35
Tabel 3.8 Interpretasi harga indeks kesukaran ... 38
Tabel 3.9 Indeks kesukaran soal... 38
Tabel 3.10 Interpretasi daya pembeda... 40
Tabel 3.11 Indeks daya pembeda... 40
Tabel 4.1 Tabel hasil pengukuran pengetahuan kewirausahaan... 52
Tabel 4.2 Kriteria interpretasi skor sikap berwirausaha... 54
Tabel 4.3 Percaya diri (Pernyataan no. item 1-3)... 55
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi percaya diri... 56
Tabel 4.5 Berorientasi pada tugas dan hasil (Pernyataan no. item 4-6)... 57
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi berorientasi pada tugas dan hasil... 57
Tabel 4.7 Berani mengambil resiko (Pernyataan no. item 7-8)... 58
Tabel 4.8 Distribusi frekuensi berani mengambil resiko... 58
Tabel 4.9 Kepemimpinan (Pernyataan no. item 9-12)... 59
Tabel 4.10 Distribusi frekuensi kepemimpinan... 59
Tabel 4.11 Keorisinilan (Pernyataan no. item 13-15)... 60
Tabel 4.12 Distribusi frekuensi keorisinilan... 61
Tabel 4.14 Distribusi frekuensi berorientasi pada masa depan
... 62
Tabel 4.15 Uji
normalitas... 63 Tabel 4.16 Tabel analisis korelasi... 64
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Konsepsi sistematik Rosenberg dan Hovland ... 14
Gambar 2.2 Langkah-langkah perubahan sikap menurut Hovland, dkk... 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Saat ini pembicaraan mengenai pentingnya wirausaha telah didengar dan
diketahui diberbagai tempat di dunia. Ini menunjukkan masyarakat semakin sadar
akan adanya dunia wirausaha. Yusof, Permula, dan Pangil (2005) pada Frinces
(2011 : 2) juga memaparkan beberapa alasan pentingnya wirausaha dalam
masyarakat, yaitu:
a.Untuk mendayagunakan faktor-faktor produksi seperti tanah, modal, teknologi, informasi dan berbagai sumber daya manusia (SDM) di dalam memproduksi tugas-tugas yang efektif (producing effective task).
b.Mengidentifikasi berbagai peluang di dalam lingkungan dengan meningkatkan aktivitas yang akan memberikan manfaat kepada setiap orang (beneficial to everyone).
c.Untuk memilih pendekatan yang tebaik dalam mendayagunakan semua faktor produksi agar supaya meminimalisir pemborosan didalam berbagai kegiatan kewirausahaan (minimize wastage in entrepreneurial activities).
d.Untuk kemanfaatan generasi mendatang (benefit of the future generation).
Pembangunan akan lebih berhasil jika ditunjang oleh wirausahawan yang
dapat membuka lapangan pekerjaan karena kemampuan pemerintah sangat
terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan “secara makro, peran wirausaha adalah
menciptakan kemakmuran, pemerataan kekayaan, dan kesempatan kerja yang
berfungsi sebagai mesin pertumbuhan ekonomi suatu negara”. Dalam berbagai
riset juga membuktikan bahwa negara yang berhasil maju dan meningkatkan
Negara Indonesia dengan segala potensi dan sumber daya alamnya yang
melimpah, ternyata masih belum mampu mengatasi masalah banyaknya
pengangguran dan rendahnya tingkat pendapatan devisa negara. Data yang baru
dilansir BPS menyatakan, angka pengangguran di Indonesia per Agustus 2013
melonjak 7,39 juta jiwa dari Agustus 2012 sebanyak 7,24 juta jiwa
(kompasiana.com).
Hal ini disebabkan masih sedikitnya jumlah wirausaha sebagai pelaku
ekonomi. Banyak faktor psikologis yang membentuk sikap negatif masyarakat
terhadap profesi wirausaha. “Masyarakat Indonesia banyak yang masih
menganggap wirausaha itu agresif, ekspansif, bersaing, egois, tidak jujur, kikir,
sumber penghasilan tidak stabil, kurang terhormat, pekerjaan rendah, dan
sebagainya” Alma (2009:2). Menurut Astamoen (2008:54), “beberapa sikap
mental yang harus dikikis habis demi kemajuan bangsa Indonesia antara lain : 1)
cepat puas, 2) tidak mampu berkompetisi secara bebas dan sehat, 3) tidak kreatif
dan inovatif, 4) takut gagal , 5) kurang gemar membaca sehingga wawasan
kurang,...”. Namun, seiring perkembangan zaman, anggapan tersebut mulai pudar.
Saat ini banyak anak muda mulai tertarik dengan dunia wirausaha. Hal ini di
dorong oleh kondisi persaingan pencari kerja yang amat ketat dan lowongan
pekerjaan yang semakin sempit.
Untuk menghadapi daya saing, dapat dilakukan dengan menanamkan jiwa
kewirausahaan. Salah satu cara penanaman jiwa kewirausahaan yaitu dengan
pendidikan kewirausahaan. Dalam proses pembelajaran kewirausahaan selain
tentang nilai-nilai kewirausahaan. Nilai itulah yang akan menjadi dasar
pembentukan sikap dan kebiasaan. Dalam proses pembelajaran, peran guru sangat
penting dalam rangka membentuk sikap positif terhadap kewirausahaan dan
profesi wirausaha. Diharapkan dengan memiliki sikap positif terhadap profesi
wirausaha, dapat menumbuhkan jiwa wirausaha sehingga muncul calon
wirausaha-wirausaha yang berbakat. Sementara itu, untuk menghadapi kondisi
persaingan yang semakin ketat dan kemajuan bidang informasi, komunikasi dan
teknologi diperlukan ketrampilan berwirausaha, terutama untuk menjaga
kontinuitas usahanya dan mengatasi segala masalah yang dihadapi diperlukan
tingkat pendidikan yang memadai.
Memang salah satu wadah pembentuk wirausaha adalah pendidikan. Dari
pendidikan wirausaha dapat memiliki pengetahuan nilai-nilai kewirausahaan dan
kompetensi wirausaha untuk kepentingan usahanya. Ini sesuai dengan Buchari
Alma (2009:4) bahwa “makin banyak ketrampilan yang dikuasai, makin tinggi
minat bisnisnya dan makin banyak peluang terbuka untuk membuka
berwirausaha”.
Astamoen (2008 : 18) mengatakan bahwa
“ beberapa alasan sarjana dituntut untuk menjadi entrepreneur
dibandingkan dengan mereka yang memiliki tingkat pendidikan dibawahnya: 1. banyak sarjana yang menganggur di Indonesia, yaitu sekitar 245 ribu
orang, dan setiap tahun sarjana lulusan baru selalu bertambah
2. sarjana sudah menikmati kesempatan pendidikan yang lebih tinggi dibanding rata-rata penduduk Indonesia yang masih rendah pendidikannya
3. sarjana relatif memiliki wawasan yang luas dalam berbagai bidang 4. sarjana memiliki daya nalar, analisis, logika berpikir dan intelektualitas
5. sarjana mudah mencari, mampu mengakses dan mengolah informasi yang sangat berguna untuk pengembangan usaha : dari buku, majalah, internet, dll
Hal ini sejalan dengan tujuan dari prodi Pendidikan Akuntansi UPI poin 3,
yaitu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan menerapkan
konsep-konsep ilmu akuntansi dalam pengelolaan perusahaan.
Akuntansi merupakan bidang ilmu yang banyak berkaitan dengan
kewirausahaan. Dengan belajar akuntansi pula, maka nilai-nilai kewirausahaan
akan tertanam, seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa nilai adalah dasar
pembentukan sikap. Mempraktekan ilmu akuntansi yang berorientasi pada laba,
kemampuan mengelola keuangan dan sebagainya. Memang sebagian besar mata
kuliah di prodi Pendidikan Akuntansi UPI memberikan pengetahuan yang
berkaitan dengan dunia usaha. Bahkan mata kuliah kewirausahan menjadi salah
satu mata kuliah wajib. Namun, hanya sedikit mahasiswa prodi Pendidikan
Akuntansi UPI yang mengikuti program mahasiswa wirausaha. Ini dilihat dari
jumlah peserta yang lolos seleksi tahap pelatihan dan pendidikan PMW (Program
Mahasiswa Wirausaha) UPI tahun 2012 dari Fakultas Pendidikan Ekonomi dan
Bisnis:
Tabel. 1.1
Daftar mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan 2012 yang mengikuti dan lolos PMW 2013
Angkatan Jumlah
Dari data di atas, diketahui masih sedikit mahasiswa prodi Pendidikan
Akuntansi angkatan 2010 dan 2012 yang mengikuti Program Mahasiswa
Wirausaha. Jika dibandingkan dengan jumlah mahasiswa dari angkatan 2010 dan
2012 kurang dari 10% mahasiswa prodi Pendidikan Akuntansi yang mengikuti
PMW. Padahal dengan bekal pengetahuan dan kompetensi akuntansi serta
kewirausahaan, seharusnya lebih mampu mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan akuntansinya untuk mengikuti program tersebut walaupun berstatus
mahasiswa, sehingga nantinya tumbuh kebiasaan dalam dunia kerja sampai tahap
menciptakan lapangan kerja sendiri sebagai wirausahawan.
Salah satu penyebabnya adalah belum tertanamnya nilai-nilai
kewirausahaan dalam pembelajaran yang berarti sikap berwirausaha mahasiswa
dapat dikatakan kurang. Berdasarkan wawancara yang dilakukan teradap 10 orang
mahasiswa Pendidikan Akutansi angkatan 2010 dan 2012, diperoleh gambaran
bahwa sikap berwirausaha mahasiswa masih kurang. Adapun sikap yang rendah
ini dapat dilihat dari beberapa indikator sikap berwirausaha yang dikembangkan
dari karakteristik kewirausahaan yaitu percaya diri, berorientasi pada tugas dan
hasil, berani mengambil resiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi pada
masa depan.
Berdasarkan data yang diolah, untuk indikator percaya diri terdapat
53,33% responden menjawab tidak setuju. Sebagian besar dari mereka kurang
memiliki semangat dan harapan untuk sukses menjadi wirausaha, kemudian
kurang percaya diri untuk memajukan usaha. Adapun untuk indikator berorientasi
besar dari mereka kurang memiliki kurang berani mengambil rasa tanggung jawab
terhadap pekerjaan yang dikerjakan. Untuk indikator berani mengambil resiko,
terdapat 53,33% responden menjawab tidak setuju. Sebagian besar dari mereka
tidak menyukai pekerjaan yang memiliki resiko tinggi dan menantang. Indikator
lainnya yaitu kepemimpinan, terdapat 70 % responden menjawab tidak setuju, ini
berarti sebagian besar dari mereka kurang memiliki jiwa seorang pemimpin.
Untuk indikator keorisinilan, terdapat 40% responden yang mengatakan tidak
setuju, dan untuk indikator berorientasi pada masa depan, terdapat 50% yang
mengatakan tidak setuju.
Di lihat dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum sikap
berwirausaha mahasiswa prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan 2012
masih kurang.
Sikap berwirausaha yang rendah ini sangat disayangkan, karena berawal
dari sikap berwirausaha akan menumbuhkan jiwa wirausaha dan akan melahirkan
wirausahawan. Sikap yang timbul dalam menghadapi sesuatu hal karena adanya
kesiapan pengetahuan dan mental yang telah diolah melalui pendidikan dan
pengalaman sehingga orang mampu mengerti, memahami dan menguasai sikap
berwirausaha.
Seperti yang dikatakan oleh Ahmad Bustomi (Setiawan, 2006 :2) bahwa
“sikap dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman dari individu yang
bersangkutan”. Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan kewirausahaan
diharapkan selain dapat memberikan pengetahuan tentang kewirausahaan juga
Berkenaan dengan latar belakang di atas penulis merasa tertarik untuk
meneliti lebih jauh tentang sejauh mana pengetahuan kewirausahaan berpengaruh
kepada sikap berwirausaha. Oleh karena itu penulis memberikan judul: Pengaruh
Pengetahuan Kewirausahaan Terhadap Sikap Berwirausaha Mahasiswa.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka penulis merumuskan masalah
yang akan diteliti sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran umum pengetahuan kewirausahaan mahasiswa Prodi
Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan 2012
2. Bagaimana gambaran sikap berwirausaha mahasiswa Prodi Pendidikan
Akuntansi angkatan 2010 dan 2012
3. Bagaimana pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap sikap
berwirausaha mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan
2012
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh
dari pengetahuan kewirausahaan terhadap sikap berwirausaha mahasiswa.
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan kewirausahaan mahasiswa
2. Untuk mengetahui sikap berwirausaha mahasiswa Prodi Pendidikan
Akuntansi angkatan 2010 dan 2012
3. Untuk mengkaji apakah ada pengaruh pengetahuan kewirausahaan
terhadap sikap berwirausaha mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi
angkatan 2010 dan 2012
1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua
pihak. Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Memberikan kontribusi yang mendalam terhadap pembelajaran
kewirausahaan, terutama dalam hal menumbuhkan sikap berwirausaha
mahasiswa.
2. Menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat memberikan
sumbangan pemikiran yang mendalam tentang teori sikap dalam
berwirausaha.
1.4.2 Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada :
Bagi mahasiswa yang berminat memiliki usaha dan yang telah memiliki
usaha dapat memberikan informasi mengenai pengaruh pengetahuan
kewirausahaan terhadap sikap dalam berwirausaha.
2. Peneliti
Bahan referensi dalam pembelajaran kewirausahaan serta dapat
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Dalam melaksanakan suatu penelitian, tentunya diperlukan sejumlah data
yang dapat membantu untuk membahas masalah dalam penelitian tersebut.Untuk
memperoleh data-data dan informasi yang tepat, maka diperlukan suatu metode
yang tepat pula, sehingga tujuan penelitian yang diharapkan dapat tercapai
sebagaimana mestinya.
Metode merupakan suatu cara ilmiah yang digunakan untuk mencapai
maksud dan tujuan tertentu. Metode penelitian akan memberikan gambaran
kepada peneliti tentang bagaimana langkah-langkah penelitian dilakukan,
sehingga masalah dapat dipecahkan secara terarah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode explanatory
survey. Metode ini merupakan metode penelitian yang dilakukan pada populasi
besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data yang diambil dari
sampel dari populasi tersebut, sehingga ditemukan deskripsi dan
hubungan-hubungan antar variabel. Menurut Singarimbun dan Effendi dalam Reni (2012 :
34) mengemukakan bahwa “Metode explanatory survey yaitu metode untuk
menjelaskan hubungan kausal antara dua variabel atau lebih melalui pengujian
3.2. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini menganalisis ada tidaknya pengaruh dari variabel
penelitian yang terdiri dari :
1. Variabel independen (X)
Variabel independen (X) biasa disebut sebagai variabel bebas adalah
variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab bagi variabel lain. Variabel
independen (X) dalam penelitian ini adalah pengetahuan kewirausahaan.
Pengetahuan kewirausahaan diartikan segala sesuatu yang diketahui mengenai
kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda serta keberanian
mengambil resiko. Pengetahuan kewirausahaan ini meliputi pengetahuan
nilai-nilai kewirausahaan dan pengetahuan berwirausaha
2. Variabel dependen (Y)
Variabel dependen (Y) biasa disebut sebagai variabel terikat adalah
variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel lain. Variabel dependen
(Y) dalam penelitian ini adalah sikap berwirausaha mahasiswa. Sikap
berwirausaha diartikan kecenderungan yang menyebabkan seseorang melakukan
suatu kegiatan berwirausaha.
Tabel. 3.1 Operasional Variabel
Variabel Definisi Indikator Skala
Pengetahuan berbeda serta keberanian mengambil resiko
Nilai tes kognitif Interval
(Y) melakukan suatu kegiatan
Menurut Sugiyono (2010 : 72) “Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan”. Berdasarkan pada pengertian diatas, yang menjadi populasi
dalam pengertian ini adalah mahasiswa pendidikan akuntansi yang telah
mengontrak mata kuliah kewirausahaan yaitu angkatan 2010 dan 2012.
Tabel 3.2
Populasi Mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan 2012
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh
populasi.
Dalam pengambilan sampel dilakukan secara Proportionate Stratified
Random Sampling, yakni digunakan bila populasi mempunyai anggota / unsur
yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Penentuan jumlah
sampel dilakukan melalui perhitungan dengan menggunakan rumus:
(Riduwan, 2010 : 95)
Keterangan:
n = jumlah sampel N = jumlah populasi d2 = presisi yang ditetapkan
Dengan menggunakan rumus di atas dan presisi atau kesalahan yang
ditetapkan adalah 5%, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah:
= 124,6127 125
Dari perhitungan di atas, maka yang menjadi sampel adalah 125
mahasiswa. Adapun rumus untuk menentukan sampel adalah:
(Riduwan, 2008: 29)
Keterangan:
n = jumlah sampel keseluruhan ni = jumlah sampel menurut angkatan
Penarikan sampel mahasiswa dilakukan secara proporsional dapat dilihat
dalam tabel berikut:
Tabel 3.3
Sampel Mahasiswa Angkatan 2010 dan 2012 No Angkatan Jumlah
Dari tabel 3.3 dengan menggunakan teknik proportionate stratified random sampling.
3.4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
3.4.1. Tes
Dalam penelitian ini, pengetahuan kewirausahaan merupakan hasil dari
pembelajaran kewirausahaan yang diperoleh mahasiswa. Oleh karena itu,
penulis menggunakan instrumen tes, yang dikembangkan dari silabus mata
kuliah kewirausahaan di prodi Pendidikan Akuntansi untuk mengukur
pengetahuan kewirausahaan yang dimiliki mahasiswa. Adapun beberapa
tahapan dalam penyusunan instrumen tes, diantaranya
1. Mempelajari silabus yang digunakan di prodi Pendidikan Akuntansi
2. Menetapkan kompetensi yang akan diukur berdasarkan silabus
4. Mengadakan uji coba
3.4.2 Kuesioner
Menurut Sugiyono (2010 :199) “kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.
Dalam menyusun kuesioner diperlukan suatu kisi-kisi untuk membantu
dalam rumusan pertanyaan atau pernyataan sehingga terjelma suatu pertanyaan
atau pernyataan yang valid dan reliabel. Jenis angket yang digunakan yaitu angket
tertutup dengan menggunakan skala numerik. “Kuesioner tertutup adalah
kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga
pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih” (Arikunto, 2009:
28). Jenis angket yang digunakan yaitu angket tertutup dengan menggunakan
skala numerik. “Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan
menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi
tanda pada jawaban yang dipilih” (Arikunto, 2009: 28). Menurut Sekaran (2006:
33), “Skala numerikal (numerical scale) mirip dengan skala diferensial semantik,
dengan perbedaan dalam hal nomor pada skala 5 titik atau 7 titik disediakan,
dengan kata sifat berkutub dua pada ujung keduanya.”
Skala numerik digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang gejala sosial. Skala ini menggunakan
lima buah opsi dan subyek diminta untuk menentukan responnya dengan
Tabel 3.4
Penilaian Skala Numerik
No. Pertanyaan/Pernyataan Skor
5 4 3 2 1
(Sekaran, 2006: 33)
Keterangan:
Angka 5 dinyatakan untuk pernyataan positif tertinggi Angka 4 dinyatakan untuk pernyataan positif tinggi Angka 3 dinyatakan untuk pernyataan positif sedang Angka 2 dinyatakan untuk pernyataan positif rendah Angka 1 dinyatakan untuk pernyataan positif terendah
Dalam hal ini kuesioner digunakan untuk mengukur sikap berwirausaha
mahasiswa.
3.5. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.5.1. Pengujian Instrumen Penelitian
3.5.1.1Uji Validitas
Suharsimi Arikunto (2009:144) menyatakan “validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Suatu
instrumen dapat dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan serta
dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan korelasi product moment dari Pearson. Rumusnya adalah sbb :
rxy = –
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi product moment dari Pearson x = skor item
No. Item rtabel rhitung Keterangan
1 0,361 0,85617861 Valid
mengukur sikap berwirausaha mahasiswa 1 item yang dinyatakan tidak valid,
sehingga item tersebut harus digugurkan. Item yang ada dalam instrumen
penelitian yang dinyatakan valid layak dijadikan sebagai alat ukur penelitian,
Tabel 3.6 Pengujian Validitas
Variabel Pengetahuan Kewirausahaan
No. Item rhitung rtabel Keterangan
1 0,527 0,361 Valid
(Sumber: Uji validitas, data diolah)
Berdasarkan tabel 3.6, diketahui bahwa seluruh item di dalam instrumen
tes dinyatakan valid. Item yang ada dalam instrumen penelitian yang dinyatakan
valid tersebut, layak dijadikan sebagai alat ukur penelitian.
Suharsimi Arikunto (2009:154) mengungkapkan bahwa reliabilitas
menunjukkan pada tingkat keterandalan sesuatu. Suatu instrumen dikatakan
reliabel jika cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik, dan dapat dipercaya, datanya memang
benar sesuai dengan kenyataannya hingga berapa kali pun diambil, hasilnya akan
tetap sama. Untuk menguji reliabilitas alat ukur atau angket, dalam penelitian ini
menggunakan metode Cornbach Alpha seperti berikut:
∑
(Arikunto, 2009:109)
Keterangan:
= reliabilitas instrumen n = banyaknya butir soal
∑ = jumlah variansi butir = varians total
Rumus variansnya adalah:
∑
∑(Arikunto, 2009:109) Keterangan:
= Varians total
∑ = Jumlah Skor kuadrat ∑ = Jumlah Skor dikuadratkan
= Jumlah Butir Soal
Setelah harga diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan tabel r untuk
α = 0.05 dengan derajat kebebasan dk = n-1, reliabilitas angket akan terbukti jika
thitung ≤ ttabel, maka butir item tidak reliabel, sehingga instrumen tidak dapat
digunakan dalam penelitian. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 3.7 Pengujian Reliabilitas
Variabel rhitung rtabel Keterangan
Sikap Berwirausaha 0,90356 0,361 Reliabel Pengetahuan
Kewirausahaan
0,75649 0,361 Reliabel
(Sumber: Uji reliabilitas, data diolah)
Dari tabel 3.7, diketahui bahwa reliabilitas instrumen penelitian kuesioner
sikap berwirausaha diperoleh nilai rhitung 0,90356 dan nilai rtabel dengan n = 18
dengan taraf α = 0,05 adalah sebesar 0,468. Hal ini berarti rhitung > rtabel, dengan
demikian kuesioner sikap berwirausaha dinyatakan reliabel dengan kata lain
mempunyai daya ketetapan.
Tabel diatas juga menunjukan bahwa reliabilitas instrumen tes diperoleh
nilai rhitung 0,75649 dan nilai rtabel dengan n = 25 dengan taraf α = 0,05 adalah
sebesar 0,396. Hal ini berarti rhitung > rtabel, dengan demikian instrumen tes
dinyatakan reliabel dengan kata lain mempunyai daya ketetapan.
3.5.1.3Uji Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit.
Arikunto (2009 : 207) menerangkan bahwa
“Soal yang terlalu mudah, tidak merangsang responden untuk mempertinggi usaha untuk memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sulit akan menyebabkan responden menjadi putus asa dan tidak
Untuk mengetahui tingkat kesukaran dari masing-masing butir soal
digunakan rumus sebagai berikut :
P =
(Arikunto, 2009 : 208)
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya responden menjawab soal itu dengan benar = Jumlah seluruh peserta tes
Untuk menghitung tingkat indeks kesukaran, digunakan kriteria sebagai
berikut :
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan software
Anates v4, maka dapat diketahui taraf kesukaran soal yang diajukan kepada
responden. Berikut ini adalah hasilnya:
9 0,27 Sukar
memiliki kriteria sangat mudah, sementara untuk katergori mudah juga terdapat 7
soal, 10 soal yang adalah bertaraf sedang dan 1 soal yang bertaraf sukar. Artinya
terdapat 40% soal tergolong soal yang tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah
bagi responden untuk menjawabnya.
3.5.1.4Uji Daya Pembeda
Uji daya pembeda digunakan untuk menguji kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara responden yang pandai dengan responden berkemampuan
rendah. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
D = PA – PB =
BA: Banyaknya responden kelompok atas yang menjawab benar BB: Banyaknya responden kelompok bawahyang menjawab benar PA: Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB: Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Untuk menghitung tingkat indeks kesukaran, digunakan kriteria
berikut ini: Negatif Semua tidak baik
Dalam menghitung daya pembeda, responden dibagi kedalam 2 kelompok,
yaitu kelompok pandai atau kelompok atas dan kelompok kurang pandai atau
kelompok bawah. Perhitungan uji daya pembeda ini dilakukan dengan
menggunakan software Anates v4, berikut hasil perhitungannya :
12 0,38 Cukup
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah soal yang memiliki
kriteria jelek hanya berjumlah 9 soal, 8 soal berkriteria cukup, 7 soal berkriteria
baik dan 1 soal berkriteria baik sekali. Dapat diketahui bahwa 68% soal berada
dibawah kategori baik. Hal ini berarti bahwa soal yang diberikan kurang dapat
membedakan antara siswa yang pandai dan kurang pandai.
3.5.2. Uji Persyaratan Data
3.5.2.1Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data berdistribusi
normal atau tidak, jika data berdistribusi normal maka proses selanjutnya
menggunakan perhitungan statistik parametris, sebaliknya jika data tidak
berdistribusi normal maka untuk perhitungannya menggunakan statistik non
parametrik (Sugiyono, 2010: 75).
Uji Normalitas merupakan uji yang sering dilakukan sebagai prasyarat
data harus normal misalnya analisis regresi dan lain sebagainya, bahkan ada juga
yang uji normalitas pada residual model statistika. Uji normalitas dilakukan
sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian yang diajukan. Uji
normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam suatu variabel
yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak untuk
membuktikan model-model penelitian tersebut adalah data yang memiliki
distribusi normal. Dalam penelitian ini, untuk menguji normalitas datanya dibantu
dengan menggunakan software IBM SPSS v.16 for windows.
3.5.3. Pengujian Hipotesis 3.5.3.1Koefisien Korelasi
Teknik ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis
hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau ratio, dan
sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut adalah sama. Rumus yang
digunakan adalah korelasi product moment dengan angka kasar:
rxy =
n xy – x y
√{ n x2 – x2}{(n y2) y2}
(Arikunto, 2009: 72)
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan
x = skor item y = skor total
n = jumlah responden
Koefisien determinasi yang besarnya adalah kuadrat dari koefisien korelasi
(r2). Koefisien ini disebut koefisien penentu, karena varians yang terjadi pada
variabel dependen dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variabel
independen (Sugiyono, 2010: 231). Koefisien determinasi dapat dihitung dengan
rumus:
KD = r2 x 100%
(Sudjana, 2003)
Keterangan:
KD = Koefisien determinasi r = Koefisien korelasi
Prosentase koefisien determinasi diartikan sebagai besarnya pengaruh
yang diberikan variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat yang
disebabkan oleh varibel yang lainnya.
3.5.3.3Uji Signifikansi
Dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah terdapat pengaruh
variabel yang dianalisis yaitu pengetahuan kewirausahaan (X) sebagai variabel
bebas, terhadap sikap berwirausaha mahasiswa (Y) sebagai variabel terikat.
Untuk menguji koefisien korelasi antara variabel X dan Y dilakukan
dengan membandingkan dan yaitu dengan menggunakan rumus
distribusi student ). Rumus dari distribusi t student adalah
√ √
(Sugiyono, 2010 : 184)
Keterangan :
r = koefisien korelasi product moment n = banyaknya data
Kriteria pengambilan keputusan untuk hipotesis yang diajukan adalah:
- Jika maka ditolak dan diterima
- Jika ≤ maka diterima dan ditolak
Pada taraf kesalahan 0,05 dengan derajat kebebasan dk (n-2) serta pada uji
satu pihak, yaitu pihak kanan. Secara statistik, hipotesis yang akan diuji dalam
rangka pengambilan keputusan penerimaan atau penolakan hipotesis dapat ditulis
sebagai berikut :
: ρ> 0, artinya tidak terdapat pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap
sikap berwirausaha mahasiswa
: ρ 0, artinya terdapat pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap sikap
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan kewirausahaan mahasiswa
Prodi Pendidikan Akuntansi UPI berada pada kategori tinggi.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap berwirausaha mahasiswa Prodi
Pendidikan Akuntansi berada pada kategori sedang.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara
variabel pengetahuan kewirausahan mahasiswa terhadap sikap berwirausaha
mahasiswa prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan 2012.
5.2Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa
pengetahuan kewirausahaan mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi UPI
angkatan 2010 dan 2012 secara umum tergolong pada kategori tinggi. Sedangkan
sikap berwirausaha mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2010 dan
2012 masuk ke dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
penulis menyampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan
menumbuhkan nilai berorientasi pada tugas dan hasil, keberanian mengambil
resiko, kepemimpinan dan keorisinilan. Adapun cara yang bisa ditempuh
diantaranya membaca kisah sukses dan kisah gagal pengusaha, berbagi
pengalaman dengan pengusaha, mencoba membuka usaha kecil-kecilan,
mengikuti pelatihan kepemimpinan dan sebagainya. Selain itu,
mempertahankan nilai percaya diri, dan selalu berorientasi pada masa depan.
2. Untuk dosen pengampu mata kuliah kewirausahaan, dalam proses
pembelajaran agar dapat meningkatkan sikap berwirausaha mahasiswa
hendaknya proses pembelajaran lebih banyak mengarahkan pada pengalaman
berwirausaha. Selain itu, untuk memberikan semangat belajar berwirausaha
kepada mahasiswa dapat dilakukan dengan cara salah satunya memberikan
apresiasi untuk yang membuat business plan terbaik. Kemudian, selama proses
pembelajaran banyak menebarkan kata mutiara, jargon , semboyan ataupun
moto yang berisikan motivasi kewirausahaan yang agar semangat
kewirausahaan terus terngiang walaupun tidak sedang belajar.
3. Untuk Prodi Pendidikan Akuntansi, lebih mendukung penyelenggaraan
kegiatan-kegiatan kreatif mahasiswa yang menampilkan hasil kreativitas dan
inovasi mahasiswa, seperti dengan mengadakan pekan wirausaha, pameran
wirausaha, dan sebagainya.
4. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti kembali faktor-faktor
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Alma, B. (2009). Kewirausahaan. Bandung : Alfabeta
Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Astamoen, P.M. (2008). Entrepreneurship Dalam Perspektif Kondisi Bangsa Indonesia. Bandung : Alfabeta
Azwar, S. (2012). Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Jakarta: Bumi Aksara.
Frinces, Z. (2011). Be An Entrepreueur (Jadilah Seorang Wirausaha). Jakarta: Graha Ilmu.
Kasali, R.,dkk. (2010). Manual Untuk Instruktur (Dosen) Kewirausahaan Untuk Program Strata 1. Bekasi : Rumah Perubahan
Mohammad Nazir. (2005) Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Muhibbin Syah. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Pedoman Operasional Penulisan Skripsi (POPS). (2013). Bandung: Program Studi Pendidikan Akuntansi UPI.
Rasyidin, W,. dkk. (2009). Landasan Pendidikan. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
Riduwan. (2008). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Sekaran, U. (2006). Reseach Methods for business 6rd Edition. USA: John Willey & Sons, Inc.
Sudjana. (2001). Statistika untuk Ekonomi dan Bisnis II. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sutomo, Djati. (2007). Menjadi Entrepreneur Jempolan (Achieving Entrepreneurial Excellence). Jakarta : Republika
Winarno.2006. Pengembangan Sikap Entrepreneurship dan Intrapreneurship. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumber Karya Ilmiah:
Iskandar. (2012). Efektifitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa (Studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi intensi kewirausahaan mahasiswa berdasarkan pendekatan “Entrepreneurial Intention-based Models” pada mahasiswa perguruan tinggi di wilayah Cirebon”. Repository. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
Kurjono. (2012). Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan, Kompetensi Guru, dan Lingkungan Keluarga terhadap Sikap Kreatif dan Sikap Inovatif serta Implikasinya terhadap Motivasi Berwirausah (Survey terhadap Siswa SMKN Se- Kota Bandung). Disertasi . Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
Reni, Yulia. (2012). Pengaruh Sikap Kewirausahaan terhadap Intensi Berwirausaha Mahasiswa (Kasus pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi UPI). Skripsi. Bandung: Program Sarjana UPI.
Purwanto, I. (2002). Pengaruh pelatihan kerja industri terhadap sikap kewirausahaan siswa SMK Negeri 2 Majalengka.Tesis. Bandung: Program Sarjana UPI.
Setiawan, S. (2006). Hubungan pendidikan kewirausahaan dengan sekap berwirausaha (Studi kasus pada Mahasiswa STEMBI Bandung Angkatan 2004). Skripsi. Bandung : STEMBI
Sumber Lainnya:
Keat,O.Y., Selvajarah,C ., and Meyer, D. (2011). “Inclination towards entrepreneurship among university students: An empirical study of Malaysian university students”. International Journal of Business and Social Science, Vol. 2 No.4
Roxas, B.G., Panizales, R.C., and Jesus, R.M. (2008). “Entrepreneurial Knowledge and its Effects on Entrepreneurial Intentions: Development
Shen, P., and Chai, L. (2006). “ Changing Entrepreneurial Perceptions and Developing Entrepreneurial Competencies through Experiential Learning: Evidence from Entrepreneurship Education in Singapore’s
Tertiary Education Institutions” . Journal of Asia Entrepreneurship and Sustainability Volume II, Issue 2
Mulyani, E. (2009). “Strategi Menumbuhkan Sikap dan Perilaku Wirausaha
Melalui Pembelajaran Kooperatif yang Berwawasan Kewirausahaan”.
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 6 Nomor 2, November 2009
Aprilianty, E. (2012). “Pengaruh Kepribadian Wirausaha, Pengetahuan
Kewirausahaan, Dan Lingkungan Terhadap Minat Berwirausaha Siswa
SMK”. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 3, November 2012
_. (2013. Pengangguran di Indonesia Melonjak . [Online]. Tersedia: