• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM PEMECAHAN MASALAH DAN SELF EFFICACY MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM PEMECAHAN MASALAH DAN SELF EFFICACY MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN SISWA SMP

DALAM PEMECAHAN MASALAH DAN SELF EFFICACY MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh ROHENI

0902085

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013

(2)

KEMAMPUAN SISWA SMP

DALAM PEMECAHAN MASALAH DAN SELF EFFICACY MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

Oleh Roheni

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Roheni 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

ROHENI

KEMAMPUAN SISWA SMP

DALAM PEMECAHAN MASALAH DAN SELF EFFICACY MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Darhim, M.Si. NIP. 195503031980021002

Pembimbing II,

Tia Purniati, S.Pd., M.Pd. NIP. 197703062006042001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

Drs. Turmudi M.Ed.,M.Sc.,Ph.D NIP. 196101121987031003

(4)

ABSTRAK

Roheni. (0902085). Kemampuan Siswa SMP dalam Pemecahan Masalah dan

Self Efficacy Melalui Pendekatan Matematika Realistik.

Penelitian ini mengkaji tentang kemampuan siswa SMP dalam pemecahan masalah dan Self Efficacy melalui Pendekatan Matematika Realistik. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematis yang memperoleh pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik lebih baik daripada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematis yang memperoleh Pembelajaran Konvensional dan untuk mengetahui Self Efficacy atau kepercayaan diri siswa terhadap matematika. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Subjek pada penelitian ini kelas VIII-C dan kelas VIII-D disalah satu SMP Negeri di Kota Bandung. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes tertulis kemampuan pemecahan masalah matematis dan instrumen non tes, yaitu angket dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mendapat pembelajaran Pendekatan Matematik Realistik kemampuan pemecahan masalah matematisnya lebih baik daripada siswa yang mendapat Pembelajaran Konvensional, serta hampir seluruh siswa menunjukkan sikap positif terhadap Self Efficacy atau Kepercayaan Diri terhadap matematika.

(5)

ABSTRACT

Roheni. (0902085). The Ability of Junior High School Students in Problem Solving and Self-Efficacy Through Realistic Mathematics Approach.

This study investigates the ability of junior high school students’ in problem solving and self-efficiency through Realistic Mathematics Approach. The aims of this study is to determine the students’ ability in solving mathematical problem by using Realistic Mathematics Approach is better than the students’ ability in solving mathematical problem by using Conventional Learning and to identify students’self-efficacy toward mathematics. This study is using quasi-experimental method. Subject of this study is students in grade VIII-C and VIII-D of SMP Negeri 4 Bandung. Instrument that used in this study is solving mathematical problem test and non-test, there are questionnaire and observation sheet. The result of this study showed that ability of students in solving mathematical problem who learn by using Realistic Mathematics Approach is more significant than using Conventional Learning, as well as almost all of students showed a positive attitude in Self Efficacy toward mathematics.

(6)

DAFTAR ISI

1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 6

2. Pendekatan Matematika Realistik ... 6

3. Pembelajaran Konvensional ... 7

4. Self Efficacy ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 8

B. Pendekatan Matematika Realistik ... 11

C. Hubungan antara Pendekatan Matematika Realistik dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 16

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 17

E. Hipotesis Penelitian ... 18

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 19

B. Subjek Penelitian ... 20

C. Variabel Penelitian ... 20

D. Instrumen Penelitian ... 20

E. Alat atau Bahan Ajar ... 29

F. Prosedur Penelitian ... 29

G. Teknik Pengumpulan Data ... 31

(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 38

1. Analisis Data Kuantitatif ... 38

2. Analisis Data Kualitatif ... 45

B. Pembahasan ... 58

1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 59

2. Self Efficacy atau Kepercayaan Diri Siswa ... 61

3. Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 68

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan dasar dari ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari. Hal ini ditegaskan oleh Suherman dkk, (2003:61) bahwa: “Matematika yang dipelajari melalui pendidikan formal (matematika sekolah) mempunyai peranan penting bagi siswa sebagai bekal pengetahuan untuk membentuk sikap serta pola pikirnya”. Oleh karena itu, matematika dipelajari disetiap jenjang pendidikan, dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Dalam pendidikan formal di Indonesia menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan pembelajaran matematika yang tercantum dalam KTSP (BNSP 2006) antara lain agar siswa memiliki kemampuan:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematis.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematis, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

(9)

siswa-siswa sebagai calon penerus bangsa dengan pengetahuan dan kemampuan matematis yang esensial, dengan kemampuan penalaran, pemecahan masalah, dan komunikasi. Siswa harus melakukan kegiatan (doing math) seperti yang disampaikan Sumarmo (Dianita, 2012:3), untuk memahami apa yang mereka pelajari, siswa harus melakukan kegiatan matematika (doing math) antara lain: menyatakan, mengubah, menyelesaikan, menerapkan, mengkomunikasikan, menguji, dan membuktikan.

Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan salah satu bagian yang penting dalam matematika. Kemampuan pemecahan masalah perlu dimiliki siswa agar mereka dapat menggunakannya secara luwes baik untuk belajar matematika lebih lanjut, maupun untuk menghadapi masalah-masalah lain. Dalam rangka meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis, telah banyak upaya dilakukan untuk memperbaiki aspek-aspek yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran, evaluasi, juga terhadap kualifikasi guru. Hal tersebut menjadi tugas dan tanggung jawab semua unsur-unsur pendidikan termasuk guru (Mulia, 2010:4).

Hudojo (Wijayanti, 2012:2) mengungkapkan bahwa pemecahan masalah menjadi suatu yang esensial dalam pembelajaran matematika di sekolah, disebabkan oleh hal-hal berikut:

a. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisanya dan kemudian meneliti hasilnya.

b. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam, secara instrinsik. c. Potensi intelektual siswa meningkat.

d. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.

Kegiatan pemecahan masalah dapat membantu meningkatkan potensi intelektual dan rasa percaya diri siswa. Selain itu, siswa tidak akan takut ketika dihadapkan pada permasalahan, baik dalam matematika maupun di luar matematika.

(10)

Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2003

menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia berada pada peringkat 34 dari 45 negara. Skor rata-rata yang diperoleh siswa Indonesia adalah 411, dimana skor tersebut masih jauh di bawah skor rata-rata internasional yaitu 467 (Muliset al, 2004). Lebih jauh lagi, pada survey PISA (Programe for Internasional Student Assesment) tahun 2003 menunjukkan bahwa dari 41 negara yang di survey untuk

bidang kemampuan matematika dan kemampuan membaca, Indonesia menempati peringkat ke-39 dengan skor yang diperoleh yaitu 360,2 skor tersebut berada di bawah skor rata-rata Internasional yaitu 500. Berdasarkan hasil survey yang sama skor kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki oleh siswa usia 15 tahun, skor rata-rata yang diperoleh siswa Indonesia adalah 361,5 di bawah skor rata-rata internasional yaitu 500 (Dianita, 2012:3).

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP di Indonesia masih sangat rendah. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa tersebut, salah satunya dikarenakan siswa tidak terbiasa melatih kemampuan memecahkan masalahnya. Siswa terbiasa menghafal definisi, teorema, serta rumus-rumus matematika, dan kurangnya pengembangan kemampuan lain termasuk kemampuan pemecahan masalah.

(11)

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa diperlukan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis. Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah adalah Pendekatan Matematika Realistik.

Pendekatan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang menekankan pada aktivitas siswa berdasarkan hal yang “real” (kontekstual) bagi siswa. Dalam Pendekatan Matematika Realistik proses berpikir siswa dimulai dari hal yang “konkrit” (matematisasi horizontal) kemudian ke hal yang lebih abstrak (matematisasi vertikal). Oleh karena itu, dengan menerapkan Pendekatan Matematika Realistik diharapkan siswa akan menguasai keterampilan berpikir dan memecahkan masalah matematika dengan baik.

Pendekatan Matematika Realistik menggabungkan pandangan apa itu matematika, bagaimana siswa belajar matematika, dan bagaimana matematika harus diajarkan. Pendekatan ini menggunakan masalah kontekstual sebagai titik awal (starting point) pembelajaran matematika. Adapun pendekatan realistik masalah nyata berfungsi sebagai sumber dari proses belajar masalah yang nyata dan situasi nyata. Keduanya digunakan untuk menunjukkan dan menerapkan konsep-konsep matematika.

Freudhental (Saragih, 2007:12) menyatakan bahwa matematika merupakan kegiatan manusia yang lebih menekankan aktivitas siswa untuk mencari, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan yang diperlukan sehingga pembelajaran menjadi terpusat pada siswa. Sedangkan matematika harus terkait dengan realitas berarti matematika harus relevan dengan situasi kehidupan sehari-hari atau dekat dengan dunia siswa.

(12)

geometrik, aljabar, dan statistik sebagai bagian dari prioritas proses dalam kerangka pemecahan masalah matematis. Kemudian siswa membuat model sendiri dan menggunakan produksi dan kontruksi dalam menyelesaikan masalah. Penggunaan model dan produksi siswa akan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis.

Dengan melihat latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji sejauh mana, “Kemampuan Siswa SMP dalam Pemecahan Masalah dan Self Efficacy melalui Pendekatan Matematika Realistik”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematis yang memperoleh pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik lebih baik daripada siswa yang memperoleh Pembelajaran Konvensional?

2. Bagaimana Self Efficacy atau kepercayaan diri siswa terhadap matematika?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah pada bagian sebelumnya, adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematis yang memperoleh pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik lebih baik daripada kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematis yang memperoleh Pembelajaran Konvensional.

(13)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan masukan yang berarti bagi pihak-pihak berikut:

1. Bagi siswa diharapkan pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik dapat membantu untuk menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan menumbuhkan Self Efficacy atau kepercayaan diri siswa terhadap matematika.

2. Bagi guru diharapkan Pendekatan Matematika Realistik dapat menjadi salah satu sumber alternatif dalam memilih dan mengembangkan pembelajaran untuk menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. 3. Bagi peneliti dan pembaca diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

gambaran yang jelas tentang Pendekatan Matematika Realistik dalam pembelajaran matematika untuk menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman tentang istilah-istilah yang digunakan sehingga dapat bekerja lebih terarah, maka terdapat beberapa istilah yang perlu didefinisikan secara operasional, yaitu:

1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis adalah kemampuan menyelesaikan masalah non-rutin dengan menggunakan strategi yang tepat, baik berkenaan dengan matematika maupun kehidupan sehari-hari. Indikator-indikator pemecahan masalah matematis Polya (1961: 1) sebagai berikut: (1) memahami masalah (understanding problem), (2) merencanakan penyelesaian masalah (divising a plan), (3) mejalankan rencana penyelesaian dan perhitungan (carrying out the plan), dan (4) memeriksa kembali kebenaran jawaban dari langkah-langkah yang dikerjakan (looking back). 2. Pendekatan Matematika Realistik adalah suatu pendekatan pembelajaran

(14)

dalam proses pembelajaran, menggunakan berbagai teori belajar yang saling relevan, saling terkait, dan terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya. 3. Pembelajaran Konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang

dimulai dengan penyampaian materi yang menggunakan metode ekspositori, pemberian contoh soal oleh guru, dan dilanjutkan dengan pengerjaan soal-soal latihan yang bersifat rutin oleh siswa. Dalam pembelajaran ini siswa cenderung pasif dalam pembelajarannya.

4. Self Efficacy siswa terhadap matematika sebagaimana dikemukakan oleh (Bandura, 1994) didefinisikan sebagai pertimbangan seseorang tentang kemampuan dirinya untuk mencapai tingkatan kerja (performansi) yang diinginkan atau ditentukan, yang akan mempengaruhi tindakan selanjutnya. Self Efficacy dalam penelitian ini meliputi (1) pengalaman otentik (authentic

mastery experiences), merupakan sumber yang paling berpengaruh terhadap

Self Efficacy seseorang, karena kegagalan/keberhasilan pengalaman yang lalu

akan menurunkan/meningkatkan Self Efficacy seseorang untuk pengalaman yang serupa di masa yang akan datang. (2) pengalaman orang lain (vicarious experience), dengan memperhatikan keberhasilan/kegagalan orang lain,

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menggunakan Pendekatan Matematika Realistik dalam pembelajaran matematika. Dalam penelitian ini perlakuan yang diberikan adalah pembelajaran Pendekatan Matematika Realistik, sedangkan aspek yang diukurnya adalah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Metode dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Ruseffendi (2005:

52) mengemukakan bahwa “Pada kuasi eksperimen ini subjek tidak

dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya”. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa apabila pembentukan kelas baru hanya akan menyebabkan kekacauan jadwal pelajaran yang telah ditetapkan oleh sekolah.

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok kontrol non-ekivalen (the nonequivalent control group design). Penelitian ini melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Matematika Realistik, sedangkan pada kelompok kontrol mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran Konvensional. Pada dua kelompok tersebut akan dibandingkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswanya.

Adapun desain penelitiannya digambarkan sebagai berikut (Ruseffendi, 1998: 44).

O X O

O O

Keterangan:

O = pretes dan postes.

(16)

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII disalah satu SMP Negeri di kota Bandung. Dasar pertimbangan pengambilan siswa kelas VIII adalah sebagian besar siswa SMP kelas VIII masih dalam tahap peralihan operasi konkrit ke operasi formal, sehingga sesuai untuk diterapkan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Matematika Realistik.

Dalam penelitian ini satu kelas dijadikan sebagai kelas eksperimen yang akan diberikan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Matematika Realistik, sedangkan satu kelas lainnya dijadikan kelas kontrol yang akan diberikan Pembelajaran Konvensional. Jumlah siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu, 30 siswa.

C. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua buah variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Matematika Realistik, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen data kuantitatif dan kualitatif. Instrumen data kuantitatif berupa tes yang meliputi pretes dan postes. Sedangkan instrumen data kualitatif berupa data non-tes yang meliputi angket dan lembar observasi.

Berikut ini akan dijelaskan tentang instrumen penelitian secara rinci. 1. Instrumen Data Kuantitatif

(17)

mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis. Oleh karena itu disusun berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis.

Tipe soal pretes dan postes adalah tes subjektif (uraian) yang terdiri dari 5 butir soal. Hal ini bertujuan agar penulis dapat melihat proses pengerjaan soal oleh siswa sehingga dapat diketahui apakah siswa sudah mempunyai komponen-komponen kemampuan pemecahan masalah matematis atau belum. Soal-soal yang terdapat pada pretes sama dengan soal-soal yang terdapat pada postes. Pretes diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa sebelum perlakuan, sedangkan postes diberikan dengan tujuan melihat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah perlakuan.

Sebelum tes kemampuan pemecahan masalah matematis diberikan pada siswa, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen kepada siswa di luar sampel yang telah mempelajari materi kubus dan balok. Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui kualitas instrumen yang meliputi validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda dari instrumen tes. Uji coba instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis telah dilakukan kepada siswa kelas VIII disalah satu SMP Negeri di Kota Bandung.

Hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis diberi skor sesuai penskoran. Setelah data skor hasil uji coba instrumen diperoleh, data tersebut dianalisis untuk diketahui validitas butir soal, reliabilitas tes, daya pembeda butir soal, dan indeks kesukaran butir soal.

a. Validitas Butir Soal

(18)

koefisien validitas instrumen adalah dengan menggunakan rumus Product Moment Pearson (Suherman dan Kusumah, 1990:154) yaitu:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

= Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y.

= Skor siswa pada tiap butir soal. = Skor total tiap siswa.

= Jumlah siswa.

Koefisien validitas ( diinterpretasikan dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kriteria Validitas Instrumen Koefisien Validitas (rxy) Kriteria

Validitas sangat tingggi

Validitas tinggi

Validitas sedang

Validitas rendah

Validitas sangat rendah

Tidak valid

Sumber: Suherman(2003:113)

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan bantuan software Anates Uraian Versi 4.0.5 dalam menentukan daya validitas untuk setiap

(19)

Tabel 3.2

Hasil Validitas Butir Soal

Nomor

Soal Nilai Kriteria

1 0,74 Validitas tinggi

2 0,86 Validitas tinggi

3 0,86 Validitas tinggi

4 0,82 Validitas tinggi

5 0,59 Validitas sedang

Keterangan: = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

b. Realibilitas

Reliabilitas suatu alat ukur dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg), hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama meskipun dilakukan oleh orang, waktu dan tempat yang berbeda, tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi dan kondisi (Suherman dan Kusumah, 1990:167). Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha (Suherman dan Kusumah, 1990:194), yaitu:

Keterangan:

r11 = Koefisien reliabilitas.

n = Banyak butir soal.

∑ = Jumlah varians skor tiap soal. = Varians skor total.

(20)

Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas ( ) Kriteria

Reliabilitas sangat rendah

0,20 Reliabilitas Rendah 0,40 Reliabilitas Sedang 0,70 Reliabilitas Tinggi 0,90 Reliabilitas sangat tinggi Sumber: Suherman (2003:139)

Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan bantuan software Anates Uraian Versi 4.0.5, reliabilitas data hasil tes siswa

adalah 0,87. Menurut kriteria dari koefisien reliabilitas termasuk derajat reliabilitas tinggi.

c. Indeks Kesukaran

Suherman dan Kusumah (1990:212) mengungkapkan bahwa derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut Indeks Kesukaran. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval (kontinum) 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah. Rumus untuk menentukan indeks kesukaran digunakan rumus sebagai berikut (Suherman, 2003:45):

atau

Keterangan:

IK = Indeks kesukaran.

(21)

Kriteria indeks kesukaran tiap butir soal (Suherman, 2003:170) sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kriteria Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran (IK) Kriteria Soal IK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 Soal sukar

0,30 Soal sedang

0,70 Soal mudah

IK = Soal terlalu mudah Sumber: Suherman (2003:170)

Berdasarkan perhitungan dengan bantuan software Anates Uraian Versi 4.0.5 dalam menentukan indeks kesukaran untuk setiap butir soal,

maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.5

Hasil Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal

Nomor

(22)

atau

Keterangan:

DP= Daya Pembeda.

= Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar atau jumlah benar untuk kelompok atas.

= Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar atau jumlah benar untuk kelompok bawah.

= Jumlah siswa kelompok atas. = Jumlah siswa kelompok bawah.

Kriteria untuk daya pembeda (Suherman, 2003:161) diinterpretasikan sebagai berikut:

Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda

Daya Pembeda (DP) Kriteria

DP ≤ 0,00 Sangat jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik Sumber: (Suherman, 2003:161)

Berdasarkan perhitungan dengan bantuan software Anates Uraian Versi 4.0.5 dalam menentukan daya pembeda untuk setiap butir soal,

(23)

Tabel 3.7

Hasil Daya Pembeda Tiap Butir Soal

Nomor menggunakan software Anates Uraian Versi 4.0.5 yang meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran.

Tabel 3.8

Rekapitulasi Analisis Butir Soal Reliabilitas tes = 0,87

Interpretasi = reliabilitas instrumen tinggi

No. Soal

Validitas Daya Pembeda Indeks

Kesukaran Ket.

(24)

2. Instrumen Data Kualitatif a. Angket

Angket merupakan evaluasi non-tes yang mengukur aspek afektif. Menurut Suherman (2003: 56). “Angket adalah suatu daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh orang yang akan dievaluasi (responden)”. Tujuan pembuatan angket Self Efficacy atau kepercayaan diri siswa terhadap matematika adalah untuk mengetahui Self Efficacy atau kepercayaan diri siswa terhadap matematika. Skala yang digunakan untuk angket ini adalah skala Likert, yang terdiri dari empat pilihan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), serta Sangat Tidak Setuju (STS). Pada skala ini tidak menggunakan opsi netral seperti kurang setuju, agar respon dari siswa tidak ada yang menyatakan ragu-ragu.

b. Pedoman Observasi

Lembar observasi merupakan data pendukung yang dinilai pada saat penelitian berlangsung. Lembar observasi harus diisi oleh seorang observer (pengamat) yang bertujuan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik. Hal tersebut dibuat untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana dan tujuan penelitian.

(25)

E. Alat atau Bahan Ajar

Alat atau bahan ajar yang disusun dalam penelitian ini yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun setiap pertemuan pembelajaran. RPP ini memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. RPP disusun untuk 4 pertemuan. RPP untuk kelas eksperimen menggunakan pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik sedangkan RPP untuk kelas kontrol menggunakan pembelajaran dengan Pembelajaran Konvensional.

2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ini memuat kegiatan dan permasalahan-permasalahan yang harus dikerjakan oleh siswa. LKS diberikan pada kelas eksperimen yang menggunakan Pendekatan Matematika Realistik.

F. Prosedur Penelitian

Tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan dalam melaksanakan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan, dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut. a. Mengidentifikasi permasalahan yang akan diteliti.

b. Mengajukan judul penelitian yang akan dilaksanakan. c. Menyusun proposal penelitian.

d. Melaksanakan seminar proposal.

e. Merevisi proposal penelitian berdasarkan hasil seminar. f. Membuat instrumen penelitian.

(26)

h. Menguji instrumen penelitian.

i. Menganalisis hasil uji coba instrumen.

j. Membuat RPP, LKS dan instrumen penelitian.

k. Mengkonsultasikan RPP, LKS dan instrumen penelitian ke dosen pembimbing.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut.

a. Menentukan dua kelas yang akan dijadikan sampel dalam penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Melaksanakan tes awal (pretes) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis awal siswa sebelum mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Matematika Realistik.

c. Melaksanakan pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik pada kelas eksperimen dan Pembelajaran Konvensional pada kelas Kontrol.

d. Melaksanakan observasi pada kelas eksperimen.

e. Melaksanakan tes akhir (postes) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

f. Memberikan angket pada siswa kelas eksperimen untuk mengetahui Self Efficacy atau kepercayaan diri siswa teerhadap matematika.

3. Tahap Analisis Data

Pada tahap analisis data dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut.

a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(27)

c. Mengolah dan menganalisis data kualitatif berupa hasil angket dan lembar observasi.

d. Mengkonsultasikan hasil pengolahan dengan dosen pembimbing.

4. Tahap Penyusunan Laporan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah:

a. Membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan.

b. Menyusun laporan hasil penelitian.

c. Merevisi laporan setelah melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data-data penelitian dilakukan setiap kegiatan siswa yang berkaitan dengan penelitian dimana data yang digunakan berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari instrumen tes yaitu tes awal (pretes) dan tes akhir (postes) yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Data kualitatif diperoleh dari instrumen non-tes yaitu angket dan lembar observasi yang diberikan pada kelas eksperimen.

H. Analisis Data

Secara garis besar dalam penelitian ini ada dua jenis data yang diperoleh selama penelitian, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data yang diperoleh tersebut kemudian diolah dan dianalisis sehingga dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Adapun analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil data pretes, postes atau indeks gain yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengolahan

(28)

postes, atau indeks gain dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji statistik ini menggunakan bantuan software SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17.0 for windows. Langkah-langkah untuk menganalisis data

kuantitatif adalah sebagai berikut:

a. Analisis Data Pretes

Analisis data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal dari kedua kelas, apakah kedua kelas tersebut mempunyai kemampuan yang sama atau tidak. Skor pretes kemampuan pemecahan masalah matematis yang diperoleh, dilakukan pengujian sebagai berikut.

1) Deskriptif Statistik Data Pretes

Deskriptif statistik dilakukan untuk memperoleh gambaran umum mengenai data pretes yang diperoleh. Adapun data deskriptif yang dihitung adalah jumlah siswa, rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi.

2) Uji Normalitas Data Pretes

Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Normalitas data diperlukan untuk menentukan pengujian beda dua rerata yang akan diselidiki. Pengujian normalitas data menggunakan bantuan software SPSS versi 17.0 yaitu uji statistika Kolmogorov Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Jika kedua data berdistribusi normal, maka akan dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk mengetahui jenis statistika yang sesuai dengan uji kesamaan dua rata-rata. Apabila salah satu atau kedua data yang dianalisis berdistribusi tidak normal, maka dilakukan uji statistik non-parametrik yaitu uji Mann Whitney.

3) Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Pretes

(29)

rata-rata ini menggunakan uji non-parametrik yaitu uji Mann Whitney. Karena hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol

menunjukkan kemampuan yang sama maka data yang digunakan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa adalah data postes.

b. Analisis Data Postes

Pengolahan data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir kedua kelas. Skor postes kemampuan pemecahan masalah matematis yang diperoleh, dilakukan pengujian sebagai berikut:

1) Deskriptif Statistik Data Postes

Deskriptif statistik dilakukan untuk memperoleh gambaran umum mengenai data postes yang diperoleh. Adapun data deskriptif yang dihitung adalah jumlah siswa, rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi.

2) Uji Normalitas Data Postes

Pengujian normalitas data menggunakan bantuan software SPSS versi 17.0 yaitu uji statistika Kolmogorov Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Jika kedua data berdistribusi normal, maka akan dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk mengetahui jenis statistika yang sesuai dengan uji perbedaan dua rata-rata. Apabila salah satu atau kedua data yang dianalisis berdistribusi tidak normal, maka dilakukan uji statistik non-parametrik yaitu uji Mann Whitney. Dalam penelitian ini data dari kelas eksperimen

(30)

2. Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari angket yang diberikan pada kelas eksperimen dan pedoman observasi. Pengolahan untuk masing-masing data kualitatif tersebut adalah sebagai berikut:

a. Angket

Angket diberikan kepada siswa kelas eksperimen untuk mengetahui Self Efficacy atau kepercayaan diri siswa terhadap matematika. Angket pada penelitian ini terdiri dari dua buah kelompok pertanyaan yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Jenis angket yang diberikan berupa angket tertutup, maka untuk mengolah data yang diperoleh dari angket menggunakan skala Likert.

Setiap jawaban siswa pada angket tersebut diberi bobot, dan pembobotan yang dipakai menurut Suherman dan Kusumah (1990:236) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.9

Kategori Jawaban Angket

Jenis Pernyataan Skor

SS S TS STS

Positif 5 4 2 1

Negatif 1 2 4 5

Selanjutnya, menghitung rata-rata skor respon masing-masing siswa dengan klasifikasi sebagai berikut:

1) Jika rata-rata skor siswa lebih besar dari 3, maka respon siswa positif.

2) Jika rata-rata skor siswa kurang dari 3, maka respon siswa negatif.

(31)

menggunakan rumus perhitungan persentase. (Wahyudi, 2012:30) sebagai berikut:

Keterangan:

P = persentase jawaban. f = frekuensi jawaban.

n = banyaknya siswa (responden).

Persentase yang dihasilkan diinterpretasikan berdasarkan kriteria (Wahyudi, 2012:30) sebagai berikut:

Tabel 3.10

Klasifikasi Kategori Angket

Besar Presentase Interpretasi

P = 0% Tak seorang pun

0% < P < 25% Sebagian kecil 25% ≤ P < 50% Hampir setengahnya

P = 50% Setengahnya

50% < P < 75% Sebagian besar 75% ≤ P < 100% Hampir seluruhnya

P = 100% Seluruhnya

(32)

b. Pedoman Observasi

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pembelajaran Pendekatan Matematika Realistik terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa disalah satu SMP Negeri di kota Bandung, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Siswa yang mendapat pembelajaran Pendekatan Matematika Realistik kemampuan pemecahan masalah matematisnya lebih baik daripada siswa yang mendapat Pembelajaran Konvensional.

2. Hampir seluruh siswa menunjukkan sikap positif terhadap Self Efficacy atau Kepercayaan Diri terhadap matematika.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka beberapa saran yang dapat dikemukakan diantaranya sebagai berikut:

1. Pembelajaran matematika dengan menggunakan Pendekatan Matematika Realistik dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP. Oleh karena itu, Pendekatan Matematika Realistik dapat menjadi salah satu alternatif pendekatan yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran matematika.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Cinzia, B. (2000). Mathematics in and out of School : is it Possible Connect These Contexts? Exemplification from an Activity in Primary Schools. [Online]. Tersedia: http://www.nku.edu/~sheffield/bonottopbyd.htm. [9 Maret 2013] Danoebroto, S. (2008). “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Pendekatan PMRI dan Pelatihan Metakognitif”. Jurnal Penelitian dan Evaluasi, Nomor 1, Tahun IX, 2008. Hal 1-15.

Dianita, D. (2012). “Penerapan Self Regulation Strategis Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP (Studi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 40 Bandung)”. Skripsi pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Fitriani, A. (2009). “Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Melalui Model Pembelajaran Means-Ends Analysis (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII di Salah

Satu SMP di Kota Bandung)”. Tesis pada SPS UPI: Tidak diterbitkan.

Fitriyyah, N. (2011). “Penerapan Strategi Think Talk Write (TTW) Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa SLTP”. Skripsi pada FPMIPA UPI: Tidak

diterbitkan.

Freudenthal, H. (1973). Mathematics as an Educational Task. Dordrectht: Reidel Iskandar, J. (2012). “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

SMP dengan Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Matematika

Realistik Indonesia (PMRI)”. Skripsi pada FPMIPA UPI: Tidak

diterbitkan.

Kultsum, S. (2008). “Penerapan Pendekatan Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Bilangan Bulat: Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VII-E SMP 2 Banjaran Kab. Bandung”. Skripsi pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Kusmaydi. (2011). “Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

SMP”. Tesis pada SPS UPI: Tidak diterbitkan.

(35)

Pendidikan Matematika Realistik”. Disertasi pada SPS UPI: Tidak diterbitkan.

Lambertus. (2011). “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SD Melalui Pendekatan Matematika Realistik”. Disertasi pada SPS UPI: Tidak diterbitkan.

Lange, D. (1987). Mathematics Insight and Meaning. Utrecht: OW & OC.

Mulia, A. (2010). “Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan

Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP”. Skripsi pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Pardomuan, R. (2012). “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Matematika

Realistik (Realistic Mathematics Education) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa: Studi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VIII Salah Satu SMP Negeri di Kota Bandung”. Skripsi pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Purwanto, S. (2011). “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP dan MTs Melalui Pembelajaran Matematika

Realistik”. Disertasi Pada SPS UPI: Tidak diterbitkan.

Rahayu, S. (2011).”Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik”. Skripsi pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Risnanosanti. (2011). “Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Self Efficacy Terhadap Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Dalam

Pembelajaran Inkuiri”. Disertasi pada SPS UPI: Tidak diterbitkan.

Ruseffendi. E. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta lainnya. Bandung: Tarsito.

Saragih, S. (2007). Mengembangkan Kemampuan Logis dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi Pada SPS UPI: Tidak diterbitkan.

Somakim. (2011). “Membangun Kepercayaan Diri (Self-Efficacy) Siswa Melalui Pendidikan Matematika Realistik Indonesia”. [Online]. Tersedia http://www.eprints.unsri.ac.id/1529/1/Pidoto_Ilmiah_Fkip

21_Maret_2011_cetak.docx/. [ 9 Maret 2013].

Somakim. (2012). “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Self-Efficacy Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Penggunaan

Pendekatan Matematika Realistik”. Disertasi Pada SPS UPI: Tidak

(36)

Streefland, L. (1991). Realistic Mathematics Education in Primary School. Utrecht: Freudenthal Institute.

Suhendar, H. (2011). “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Dalam Pembelajaran matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMA (Studi

Eksperimen terhadap Siswa Kelas X SMAN 9 Bandung)”. Skripsi pada

FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Suherman, E. (2010). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Hands-out perkuliahan. Bandung: UPI.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: FPMIPA UPI.

Suherman, E. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: FPMIPA UPI.

Usdiyana, D. dkk. (2009). “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika Realistik”. Dalam Jurnal Pengajaran MIPA. Vol. 13 Nomor 1, April 2009. Hal 1-14.

Utami, F. (2011). ”Pembelajaran Matematika Melalui Pemodelan Berbasis Realistic Mathematics Education (RME) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMA”. Skripsi pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Van den Heuvel-Panhuizen, M. (1998). Realistic Mathematics Education Work in Progress. [Online]. Tersedia: http://www.fi.uu.nl/en/indexpulicaties.html. [9 Maret 2013]

Wijaya, A. (2012). Pendidikan Matematika Realistik suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wijayanti, A. (2012). “Penerapan Model Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa SMP”. Skripsi pada FPMIPA UPI: Tidak

diterbitkan.

Gambar

Tabel 3.1 Kriteria Validitas Instrumen
Tabel 3.2 Hasil Validitas Butir Soal
Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas
Tabel 3.5 Hasil Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal
+5

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa dengan menggunakan pendekatan matematika realistik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika dan minat belajar siswa, serta proses penyelesaian masalah tes kemampuan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah : (1) peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh Pendekatan pembelajaran matematika realistik

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Adanya Peningkatan kemampuan Pemecahan Masalah Matematis siswa yang diajar dengan Pendekatan Realistik, (2) Adanya

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui perangkat pembelajaran yang dikembangkan berbasis Pendekatan

Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapat pendekatan PMR lebih baik daripada siswa yang mendapat pendekatan PMK pada peringkat

pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik lebih tinggi secara signifikan daripada siswa yang memperoleh pembelajaran