• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPEMIMPINAN MANAJERIAL PIMPINAN SEKOLAH TINGGI KEDINASAN DALAM PENGELOLAAN SISTEM PEMBELAJARAN YANG MENUNJANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS SEKOLAH : Studi Kasus di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEPEMIMPINAN MANAJERIAL PIMPINAN SEKOLAH TINGGI KEDINASAN DALAM PENGELOLAAN SISTEM PEMBELAJARAN YANG MENUNJANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS SEKOLAH : Studi Kasus di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

KEPEMIMPINAN MANAJERIAL PIMPINAN SEKOLAH

TINGGI KEDINASAN DAJLAM PENGELOLAAN SI STEM

PEMBELAJARAN Y A N G M E N U N J A N G

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

S E K O L A H

[STUDI KASUS PADA SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG]

T E S I S

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat

Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

OLEH

ROSYIKIN SUKANDA NIM : 979705

PROGRAM

PASCASARJANA

(S2)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

B A N D U N G 2000

(2)

DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH PEMBIMBING TESIS

sw>d**^*

PROF. DR. H. ABDUL AZIS WAHAB, M. A. PEMBIMBING I

PROF. DR. H. TB. ABBSsJSYAMSUDDIN MAKMUN, M. A.

PEMBIMBING n

PROGRAM PASCASARJANA (S2)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI)

BANDUNG

2000

(3)

PERNYATAAN

SAYA MENYATAKAN BAHWA TESIS INI ADALAH SEPENUKHYA KARYA

SAYA SENDIRI. TIDAK ADA BAGIAN DI DALAMNYA YANG

TERMASUK KRITERIA PLAGIAT DARI KARYA ORANG LAIN.

(4)

ABSTRAK

KEPEMIMPINAN MANAJERIAL PIMPINAN SEKOLAH TINGGI KEDINASAN

DALAM PENGELOLAAN SISTEM PEMBELAJARAN YANG MENUNJANG

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS SEKOLAH

(Studi Kasus di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung)

Dasar pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini, bahwa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial sebagai Sekolah Tinggi Kedinasan memiliki tanggung jawab nienyeleiiggarakan pendidikan tinggi profesional Pekeijaan Sosial/Kesejahteraau

Sosial dalam rangkamemenuhi kebutuhan akan tenaga-tenaga yang memiliki kualifikasi

pendidikan profesional.

Guna mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan sosok pemimpin yang profesional yang memiliki kemampuan mengelola suatu model pembelajaran yang efektif sesuai dengan tujuan pembelajaranyang diterapkan di STKS agar pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah mampu diterapkan di masyarakat sesuai bidang keahiiannya

Fokus masalah dalam Tesis ini iaiah : "Bagaimana kepemimpinan manajeriai

Pimpinan STKS Bandung hams ditingkatkan agar dapat menunjang peningkatan

produktivitas sekolah".

Berdasarkanfokus masalah, maka dinimuskan pertanyaan penelitian, yakni : (1)

Bagaimana profil/gambaran kepemimpinan manajerial Pimpinan STKS selamaini ? (2)

Bagaimana pengelolaan sistem pembelajaran oleh Pimpinan STKS ? (3) Bagaimana produktivitas STKS selama ini ?

Metode yang digunakan untuk menganaiisis data penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan naturalistik kualitatif Sumber data utama dihimpun dari Pimpinan STKS, dan data pelengkap dari Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Bidang

Program Pendidikan, Kepala Bidang Sarana Bimbingan Pendidikan, Dosen dan

Mahasiswa Data tersebut dikumpulkan melalui wawancara yang bersifat snowball

sampling, observasi danpenilaian dokumen.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kepemimpinan manajerial Pimpinan

STKS dalam pengelolaan sistem pembelajaran yang menunjang peningkatan

produktivitas STKS belum berhasil secara optimal. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan keterampilanPimpinan STKS dalam melaksanakan fungsi

dan tugasnyasebagai pemimpin dan administrator pendidikan.

Untuk meningkatkan kemampuan Pimpinan STKS dalam pengelolaan sistem pembalajaran yang menunjang peningkatan produktivitas STKS, Pimpinan STKS perlu memperoleh pembinaan tentang wawasan. konsep dan aspek-aspek yang berkaitan dengan pengelolaan sistem pembalajaran.

Hasil penelitian ini melahirkan rekomendasi, yang ditujukan kepada Pimpinan

BKSN dan Pimpinan STKS.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATAPENGANTAR i

PENGHARGAAN DAN TERIMAKASIH iv

ABSTRAK viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR , xm

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah I B. Rumusan Masalah dan Penanvaan Penelitian 13

C.Tujuan Penelitian 15

D. Manfaat Penelitian 16

E. Pola Penelitian dan Pendekatan Masalah 20

F. Sistematika Tesis 22

BABE TJNJAUAN KEPUSTAKAAN . . 24

A. Konsep Dasar Administrasi Pendidikan 24

1.Pengeitian Adininistrasi Pendidikan 24 2, Ruang Lingkup dan Fungsi Administrasi

Pendidikan 25

B. Konsep Dasar Kepetnhnpinan 35

1.Teori-teori Kepemimpinan yang Relevan 35 2. Kepemimpinan dalam Konteks Administrasi

Pendidikan 48

3. Kepemimpinan dalam Konteks Sekolah 53 4. Peranan dan Tugas-tugas Manajer Sekolah 55

5. Pimpinan STKS Sebagai Pemimpin Pendidikan 59

C.Konsep Dasar Desain dan Pengembangan Sistem

Pembelajaran 63

1. Pendekatan Sistem Terhadap Pembelajaran 63

2. Desain Sistem Pembelajaran 66

(6)

D. Konsep Dasar Produktivitas 72

1.Konsep Umum Produktivitas 72

2. Produktivitas Pendidikan 74 3. Indikator Sekolah yang Produktif 77

E.Kajian Terhadap PenehtianYangRelevan 82

¥. Kcsimpulan Kajian Teoritis dan Implikasinya 87

BAB m METODOLOGI PENELITIAN 96

A. Metodc Penelitian 96

B. Sumber Data'Subyek dan Lokasi Penelitian 99

C. Tehnik dan Intrumen Pengumpulan Data 101 D. Prosedur/Laiigkali-langkali Penelitian 104

E. Prosedur Analisa Data 106

F. Validitas Data Hasil Temuan Penelitian 107

BAB TV DESKRffSI HASIL PENELJTIAN 112

A. ProfuVGambaran Kepemimpinan Manajerial Pimpinan

STKS

.".

112

1. Karakteristik Perilaku Kepemimpinan Pimpinan

STKS Untuk MengembangkanKemampuan Dosen

Dalam Pengelolaan Sistem Pembelajaran 113

2. Strategi dan Pola Pembinaan Yang Diterapkan Pimpinan STKS Untuk MeningkatkanPelayanan Dosen Kepada Mahasiswa Dalam Pelaksanaan

Sistem Pembelajaran 116

3. Pendekatan Pimpinan STKS Mengatasi Mahasiswa Yang Bermasalah Dalam Pelaksanaan Sistem

Pembelajaran 118

B. Pengelolaan Sistem Pembelajaran Oleh Pimpinan

STKS 121

1. Pemahaman Pimpinan STKS Terhadap Visi, Misi dan^

Tujuan Pengelolaan Sistem Pembelajaran 1.22 2. Perencanaan Sistem Pembelajaran 124 3. Pelaksanaan Sistem Pembelajaran 128

4. Pengawasan Pelaksanaan Sistem Pembelajaran 133

(7)

1. Gambaran Produktivitas STKS 137

2. Pengelolaan SistemPembelajaran yang Menunjang

Produktivitas STKS

'...."

7.

143

3. Upaya Pimpinan STKS Agar Produktivitas STKS

Meningkat 147

BABV PEMBAKASAN RASH PENELITIAN 152

A. Profil/Gambaran Kepemimpinan Manajerial Pimpinan

STKS Untuk MengembangkanKemampuan Dosen

Dalam Pengelolaan SistemPembelajaran 152 B. Pengelolaan Sistem Pembelajaran Oleh Pimpinan

STKS 154

C. Produktivitas STKS 157

BAB VI KESIMPlJLAN, IMPUKASI DAN REKOM.ENDASI, 166

A. Kesimpulan 166

B. Implikasi Temuan Penelitian 170

C. Rekomsndasi 171

DAFTARPUSTAKA 174

LAMPIRAN - LAMPKAN

(8)

Gambar 1-1

Gambar 1 -2

Gambar 1-3

Gambar 1 -4

Gambar 1-5

Gambar 1 6

Gambar 1-7

Gambar 1 -9

DAFTAR GAMBAR

Pola Penelitian

Pendekatan Masalah ,

Kontinum Perilaku Kepemimpinan

Kepemimpinan yang Ditelaah di Universitas Ohio

Jaring Kepemimpinan

Teori Kepemimpinan Situasional

Bagan Kerangka Fendekatan Sistem

Bagan Model Penghampiran Sistem Dalam Mendesain Pembelajaran

x m

Hal am an 20 21 41

42

45

47

64

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latai Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentangSistem Pendidikan Nasional

memuat kebijaksanaan pendidikan nasional yang mengacu pada Undang-Undang

Dasar 1945. Bab II pasal (4) menjelaskan tentang tujuan pendidikan nasional

sebagai berikut:

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan. kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan.

Makna yang terkandung pada tujuan pendidikan di atas. bahwa untuk

menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan pendidikan. Melalui

pendidikan dibentuk sikap dan dikembangkan keterampilan manusia Melalui

pendidikan wawasan berpikir manusia menjadi semakin terbuka dan kesadaran

akan potensinya menjadi semakin mendalam. Guna tercapainya tujuan tersebut,

pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang

kemudian disusul oleh beberapa Peraturan Pemerintah sebagai peraturan

pelaksanaannya.

Sistem Pendidikan Nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari

semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya

(10)

Sistem Pendidikan Nasional terdiri dari sub sistem pendidikan prasekolah,

pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Pendidikan tinggi

adalah satuan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi

nierupakan kelanjutan dari pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah.

/Tujuan pendidikan tinggi sebagaimana tertuang dalam Bab II pasal (1) Peraturan

Pemerintah RINomor 60Tahun 1999 tentang

Pendidikan Tinggi

adalah :

1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan.

mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, telinologi

dan/atau kesenian.

2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, tehnologi

dan/atau

kesenian

serta mengupayakan

penggunaannya

untuk

meningkatkau tarafkekidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan

nasional.

Pernyataan di atas mengandung arti, bahwa pendidikan tinggi bermngsi

sebagai sarana untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang

memiliki

kemampuan

akademik

dan

profesional,

mampu

menerapkan,

mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, tehnologi dan kesenian yang

bergunabagi pembangunan bangsadan negara.

Pendidikan tinggi diselenggarakan dalam satuan pendidikan yang disebut

Perguruan Tinggi. Perguruan tinggi sebagai sub sistem pendidikan nasional

berperan mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Melalui perguman

tinggi diharapkan dapat dihasilkan sarjana yang berkualitas tinggi untuk mengisi

pembangunan. Para sarjana akan menjadi tulang punggung pembangunan karena

penguasaannya terhadap ilmu pengetahuan dan tehnologi. Mereka dituntut menjadi

(11)

Salah satu unsur sumber daya manusia yang memiliki peran dominan dalam

pengelolaan pendidikan pada perguruan tinggi adalah pimpinan. Pimpinan

perguman tinggi memiliki tanggung jawabmelakukan perbaikan dm peningkatan

mutu pendidikan dan pengajaran. Hal ini dilandasi oleh anggapan, bahwa tujuan

utama penyelenggaraan pendidikan melalui sekolah ialah tercapainya lingkungan

yang kreatif, sehingga proses belajar mengajar dapat tercapai secara efektif Peran

pokok pimpinan sekolah terletak pada kesanggupannya mempengamhi lingkungan

sekolah melalui penerapan proses kepemimpinan yang dinamis.

Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung adalah suatu

lembaga pendidikan tinggi kedinasan sebagai salah satu unit pelaksana telinis

pendidikan profesional Pekeijaan Sosial dalam lingkungan Departemen Sosial

(sekarang Badan Kesejahteraan Sosial Nasional disingkat BKSN). Tugas pokok

dan fungsinya menyelenggarakan pendidikan prqfesi Pekerjaan Sosial (Social

Work).

Hingga tahun 1970 STKS menyelenggarakan pendidikan tinggi profesional

Pekeijaan Sosial pada tingkat Sarjana Muda Namun dengan semakin luas dan

meningkatnya tugas dan peranan Deparatemen Sosial (sekarang BKSN), diperlukan

tenaga-tenaga yang berkualitas pendidikan profesional yang lebih tinggi daripada

tingkat Sarjana Muda Oleh karena itu, sejak tahun 1971 berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Sosial RI tanggal 4 Juli 1970 Nomor : Pts./-122/175 program

(12)

Sesuai ketentuan yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, tentang dihapuskaimya program pendidikan Sarjana Muda, maka pada

tahun 1985 STKS membuka program Diploma HL Mulai tahun akademik 1989/1990

sampai sekarang STKS hanya membukaprogram Diploma rV.

Tujuan Departemen Sosial (BKSN) mendirikan STKS ialah untuk

menyelenggarakan pendidikan tinggi profesi Pekerjaan Sosial/Kesejahteraan Sosial

dalam rangka memenuhi kebutuhan akan tenaga-tenaga yang memiliki kualifikasi

pendidikan profesional.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, Sekolah Tinggi Kesejahteraan

Sosial (STKS) Bandung melaksanakau program pendidikan dan pengajaran,

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat atau Tri Dharma Perguruan

Tinggi.Dalam pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran, STKS memiliki 61

orang tenaga pengajar tetap yang sebagian besar berkualifikasi pendidikan

pekerjaan sosial yang berasal dari perguman tinggi dalam niaupun luar negeri.

Salah satu tugas pokok pimpinan STKS adalah melakukan pengelolaan

sistempembelajaran. Pembelajaran mempakan suatu sistem karena pembelajaran

mempunyai sejumlah komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan.

Komponen sistem pembelajaran meliputi bahan pembelajaran, metoda, alat dan

evaluasi. Keseluruhan komponen saling berinteraksi dan berhubungan,

bersama-sama diarahkan pada pencapaian tujuan. Tugas dan tauggung jawab pimpinan STKS

adalah mengelola sistem pembelajaran agar berlangsung secara efektif, dinamis,

(13)

keterlibatan aktif diantara kedua subyek pembelajaran yaitu dosen dan mahasiswa

Dosen sebagai penginisiatif awal dan pengarah serta pembimbing, sedang

mahasiswa sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh pembahan

diri dalam pembelajaran.

Pengelolaan sistem pembelajaran mengacu pada suatu upaya untuk 1

mengatur (memenej, mengendalikan) aktivitas pembelajaran berdasarkau

konsep-konsep dan prinsip-prinsip pembelajaran untuk mensukseskan tujuan pembelajaran

agar tercapai secara lebih efektif, efisien dan produktif untuk ini diperlukan strategi

dan perencanaan dan diakhiri dengan penilaian, yang hasil penilaiannya akan dapat

dimanfaatkan sebagai feedback (umpan balik) bagi perbaikan sistem pembelajaran

lebih lanjut.

Kebermaknaan bagi siswa, bahwa proses pembelajaran akan berpengaruh

terhadap perkembangan individu siswa Bila proses pembelajaran dikelola secara

baik dan benar dapat memberikan pengaruh lebih besar dalam perkembangan

individu sesuai kemampuan dasarnya

Aktivitas pembelajaran dapat diartikan sebagai penciptaan sistem

lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan peserta didik untuk jangka

pendek maupun jangka panjang (Joyce dan Weil, 1972). Sistem lingkungan

tersebut terdiri atas komponen-komponen yang saling berhubungan satu dengan

lainnya Komponen tersebut meliputi tujuan instruksional yang ingin dicapai,

materi atau bahan yang akan diajarkan, dosen danmahasiswa yang memainkan

(14)

yang dilakukan, sarana danprasarana pembelajaran yang tersedia, serta semua

unsur yang berpengaruh terhadap dosen dan subyek belajar yang berperan dalam

proses belajar mengajar.

Gunamencapai tujuan tersebut, dosen hams memiliki strategi pembelajaran.

Strategi pembelajaran adalah suatu pola umum perbuatan dosen dalam

inengorganisasikau kegiatan belajar dengan mahasiswa atau subyek belajar dengan

tujuan mewujudkan kegiatan atau belajar mengajar. Rentetan perbuatan dosen dan

mahasiswa dalam suatu peristiwa belajar mengajar aktual disebut prosedur

interaksional. Alat yang digunakan dalam pelaksanaan strategi proses

pembelajaran disebutmetode mengajar.

Untuk mewujudkan harapan di atas, diperlukan seorang pemimpin yang

memiliki wawasan yang luas dan visi yang jelas, keterampilan dan kemampuan

profesional, komitmen terhadap tugas dan tanggung jawabnya, sehingga memberikan

dainpak positif terhadap perkembangan dan kemajuan STKS, baik secara kuantitas

rnaupun kualitas.

Pimpinan STKS memiliki peran dan tugassebagai berikut : (1) sebagai

pemimpin, bempaya menggerakkan, mempengamhi, mengajak serta memotivasi

bawahannya agar bekerja mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan, (2)

sebagai manajer atau administrator, bemsaha memanfaatkan sumber daya

pendidikan yang ada, baik manusia maupun non manusia kearah pencapai tujuan

pendidikan yang diharapkan melalui serangkaian kegiatan perencanaan,

(15)

melakukan pengawasan dalam rangka pembinaan kepada bawahan, agar dalam

usalia mencapai tujuan bersama dapat bekerja dengan baik dan benar. Sesuai

konteks penelitian, ketiga fungsi ini dijadikan sasaran penelitian

Hasil prasurvey penulis mengenai kepemimpinan manajerial Pimpinan

Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung dalam pengelolaan sistem

pembelajaran masih ditemukan banyak kelemahaiL Kelemahan ini terdapat pada

aspvkperencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pembinaan sumber daya yang

terlibat langsuug dalam pelaksanaan sistem pembelajaran.

Pimpinan STKS selain berperan sebagai pemimpin administratis ia juga

berperan sebagaipemimpin intruksional. Peran sebagai pemimpin intmksional

belum sepenuhnya dilaksanakan. Sebagai administrator pendidikan ia masih lebih

banyak terfokus pada usahamemenuhi tuntutan yang sifatnyamendesak atau segera.

Masalah-masalah admimstratif yang terns bertambah kurang memberikan

kesempatan dalam memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan sistem

pembelajaran Situasi mi telah mengakibatkan terjadinya erosi peranan

kepemimpinan Pimpinan STKS sebagai pemimpin inhiiksional. Pekerjaan rutin dan

masalah-masalah administrasi umum sekolah kurang memberi banyak waktu untuk

melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya pembinaan.

Tugas pemimpin pendidikan tidaklah mudah, dalam pelaksanaannya

menuntut segenapkesanggupan pimpinan sekolah untuk melaksanakannya Hendiyat

(16)

kemampuan yang menggambarkan tugas dan peranan pimpinan sekolah dalam

penerapan kepemimpinan pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Pimpinan sekolah adalahmanajer di bidang kurikulum,perlu :

a Memahami dan menyadari tentang pentingnya filsafal pendidikan dan

implementasinya dalam keseluruhan sistem sekolah

b. Bemsaha mengembangkan dan menggunakan filsafat hidup dan filsafat

pendidikan secara personal maupun secara profesional.

c. Mengetaliui sumber-suinber material yang dapat membantu dalam

mengembangkan kurikulum

d. Menyesuaikau kuiikulum dengan kebutuhan masyarakat dan kebutuliau peseita

didik.

e. Mendayagunakan sumbei -sumber masyarakat dalam mengiplementasikan

kurikulum.

f Mendorong pendekatau eksperimental dalam mengajar dan dalam kurikulum

kepada semua anggota staf

g. Bertangguog jawab atas keselumlian kurikulum dan memeberikan

kepemimpinan yang positif

2. Pimpinan sekolah adalahmanajer di bidang personalia, perlu:

a Memiliki kemampuan menerima dan menghargai individu gum sebagai

anggotastafatas dasar karakter pribadi dan latar belakangnya

b. Memberi bekal yang mendorong kekuatan, minat dan kecakapan setiap

(17)

c. Menghargai kekuatan dan kelemahan guru dan membantunya melalui

konseling pribadi.

d. Mempraktekkan pendekatan psikologis dalam manajemen personalia

Pendekatan ini dapat dilakukan dengan kerjasama dalam perencanaan,

hubungan individu dan kelompok, menciptakan iklim yang menyenangkan dan

pengorganisasian kurikulum dan sekolah secara bijaksana

e. Menerapkan berbagai ragam tehnik kerjasama staf dalam menyelesaikan

problem.

f Mendorong dan memberikan bimbingan dalam pertumbuhan profesional gum

dan mendorong motivasi belajar.

3. Pimpinan sekolah adalahmanajer di bidang "public relation ", perlu :

a Mendayagunakan organisasi orang tua peserta didik demi kesehatan dan

kesejahteraan peserta didik.

b. Menerapkan kepemimpinan untuk meningkatkan partisipasi orang tua dalam

menyelesaikan problema sekolah dan masyarakat.

c. Mengembangkan metoda pelaporan reguler yang sistematis kepada orang tua

tentang perkembangan sekolah.

d. Mendayagunakan partisipasi peserta didik dalam program hubungan sekolah

dengan masyarakat.

e. Membinahubungan baik dengan masyarakat

4. Pimpinan sekolah adalahmanajer di bidang hubungan guru danpeserta didik,

(18)

a. Mengarahkan gum agar memiliki pengetahuan tentang peserta didik.

b. Mendorong gum agar profesional dalam menyampaikan materi.

c. Mengusahan adanya catatan tentang peserta didik, mengorganisasikan sistem

referensi dan mendorong gum membuat laporan periodik tentang peseita

didik.

d. Membantu guiu dalam memecalikan problema peserta didik dan melihat

implikasi problem dalam konteks situasi kelompok.

e. Memberikan contoh kepada para staf sekolali dan peseita didik dengan jalan

membina hubungan pribadi yang baik dengan mereka.

5. Pimpinan sekolali sebagaipemimpinpersonal di bidang nonpengajaran,perlu :

a. Menetapkan pendekatan psikologis dalam manajemen individual atau

kelompok, dengan mendorong partisipasi gum dalam proses pengambilan

kebijakan sekolah.

b. Mengetahui tugas masing-masing personal, dengan membuat program analisa

pekerjaan.

c. Mengisi waktu-waktu luang bersama para anggota staf

d. Mengelola aktivitas penyusunan jadwal dan bemsaha mematuhi jam kerja

6. Pimpinan sekolah sebagai manajer dalampelayanan bimbingan,perju :

a Membina rasa kekeluargaan dan dialog dengan lembaga-lembaga lain

b. Mengeiti peserta didik secara keselumhan dalam hubunganya dengan

penyesuaian-penyesuaiannya

(19)

c. Mendayagunakan berbagai sumber untuk menggali berbagai informasi tentang

peserta didik.

d. Sensitif terhadap kebutuhan akan pembahan setiap peserta didik dan

inelayauinya dengan organisasi yang fieksibel.

e. Membantu guru mengumpulkan data dari berbagai sumber untuk membantu

auak mengadakan penyesuaiaa

7. Pimpinan sekolah sebagai manajer dalam pengelolaan pelayanan, rumah

tangga sekolali danperlengkapan, perlu :

a. Mengerti jenis pelayanan dan perlengkapan yang berguna dan dibutuhkan.

b. Membimbiug para staf dalam meudayagunakan perlengkapan yang ada

semaksimal mungkin.

c. Membagi-bagikanfasilitas secaralengkap dan adil.

d. Melengkapi gum-gum dengan fasilitas yang ada agar mereka dapat bekerja

dengan baik.

e. Mengajukan usul pemenuhankebutuhan sekolah akan fasilitas kepada atasan.

8. Pimpinan sekolah sebagaipemimpin di bidangpengorgamsasian,perlu :

a. Mengorganisasi sekolah agar memainkan fungsi dan peranannya demi

peitumbulian peserta didik dalam belajar.

b. Bekerjasama dalam perencanaan dan pengorgamsasian dengan staf agar

pendayagunaan personal dapat efektifdan efisien.

c. Merealisasikan tanggung jawab untuk membuat kepuhisan dalam berbagai

situasi.

(20)

Tugas dan peranan pimpinan sekolah sebagai pemimpin dan manajer

pendidikan seperti diuiaikan di atas, belum sepenuhnya dapat dilaksanakan oleh

Pimpinan STKS. Sebagai pemimpin pendidikan ia dihadapkan pada masalah

membimbing kinerja dosen dalam melaksanaan sistem pembelajaran. Akibatnya

produktivitas STKS secara keselumhan masih dinilai rendah oleh berbagai

kalangan. Masalah pokok yang perlu mendapatkan perhatian dari pimpinan

STKS adalah kualitas tenaga dosen. Pengembangan profesional tenaga dosen dalam

kegiatan belajar mengajar mempakan salah satu tuntutan strategis yaug hams

dilaksanakan oleh pimpinan STKS.Alasan pertama, karena ilmu pengetahuan dan

tehnologi senantiasa berkembang pesat, kalau tenaga dosen tidak ditingkatkan

kemampuannya dikhawatirkan akan ketinggalan zaman dan materi perkuliahan yang

disampaikan kepada maliasiswa sudah kadaluarsa Alasan kedua, profesi sebagai

dosen tidak begitu dipersiapkan secara khusus, berbeda dengan gum sekolah

menengah dan sekolali dasar yang memang dipersiapkan melalui IOP dan program

diploma yang dulunya SPG. Seperti dijelaskan Soekisno Hadikoesmono (1982 : 3)

: " Semua lulusan perguruan tinggi, kecuali lulusan Fakultas Keguman atau Fakultas

Ilmu Pendidikan atau Sekolah Tinggi Keguman dan Ilmu Pendidikan atau Institut

Keguman dan Ilmu Pendidikan (KIP), pada umumnya tidak dipersiapkan dengan

pengetahuan untuk dapat memainkan peran sebagai guru."

Keadaan dosen STKS Bandung dilihat dari jenis pendidikan kesaijanaan

(SI) dapat dilihat pada tabel berikut:

(21)

Tabel 1

KEADAAN DOSEN STKS BERDASARKAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN KESARJANAANNYA (SI)

No PEND. KESARJANAAN (SI) JUMLAH PERSENTASE

1 STKS 45 73,77

2 UNPAD 8 13,12

3 KIP 4,91

4 UGM 1,64

5 UI 1,64

6 UN1NUS 1,64

7 IAIN 1,64

8 UNPAS 1,64

JUMLAH 61 100,00

Sumber data: STKS Bandung Tahun 1999

Data di atas menggambarkan, bahwa 95,09 % dosen STKS berasal dari

perguman tinggi nonkependidikan, sehingga kemampuannya dalam kegiatan belajar

mengajar perlu ditingkatkan. Upaya pimpinan STKS dalam meningkatkan

kemampuan belajar mengajar dosen STKS dilakukan melalui program pendidikan

Akta Mengajar TV disamping memberikan kesempatan melanjutkan pendidikan S2

dan S3 di dalam maupun luar negeri. Dosen yang telah mengikuti program

pendidikan AktaMengajar IVsampai bulan Juli 1999 tercatat 28 orang (45,90 %).

Jumlah ini perlu ditingkatkan melalui program pendidikan sejenis agar kualitas

dosen dalam kegiatan belajar mengajar terns memngkat.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Ditinjau dari dimensi output, pendidikan tinggi mempakan kelanjutan

pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik

(22)

menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau

profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu

pengetahuan, tehnologi dan/atau kesenian (Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional Nomor 2 Tahun 1989).

Mewujudkan tujuan sebagaimana dikehendaki oleh undang-undang tersebut,

maka kunci pokok keberhasilan pendidikan terletak pada pelaksanaan tanggung

jawab dosen. Dosen memiliki tugas yang sangat strategis, yaitu melaksanakan

kegiatan proses pembelajaran. Agar kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan

secara efektif, perlu adanya upaya pembinaan secara terns menems dan terencana

yang dilakukan oleh pimpinan sekolah. Oleh karena itu, masalah kepemimpinan

manajerial Pimpinan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) dalam

pengelolaan sistem pembelajaran untuk menunjang produktivitas sekolah perlu

diteliti.

Kepemimpinan manajerial Pimpinan STKS dalam hal pengelolaan sistem

pembelajaran akan memberikan kontribusi yang besar terhadap kelancaran proses

pendidikan. Berkaitan dengan masalah itu, maka penelitian ini akan mengkaji :

"Bagaimana kepemimpinan manajerial Pimpinan Sekolah Tinggi Kesejahteraan

Sosial (STKS) Bandung perlu dikembangkan agar dapat menunjang peningkatan

produktivitas sekolah ?

Berdasarkan rumusan dan permasalahan di atas, maka fokus kajian

penelitian ini adalah permasalahan yang dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

(23)

1. Bagaimana profil / gambaran kepemimpinan manajerial Pimpinan STKS,

meliputi:

a Karakteristik perilaku kepemimpinan Pimpinan STKS untuk mengembangkan

kemampuan dosen dalampengelolaan sistem pembelajaran ?

b. Strategi dan pola pembinaan Pimpinan STKS untuk meningkatkan pelayanan

dosen kepadamahasiswa dalam pelaksanaan sistem pembelajaran ?

c. Pendekatan Pimpinan STKS mengatasi mahasiswa yang bermasalah dalam

pelaksanaan sistempembelajaran ?

2. Ro^som.pengelolaan sistem pembelajaran oleh Pimpinan S1KS, meliputi :

a Apa visi, misi, dan tujuan pengelolaan sistem pembelajaran menumt

Pimpinan STKS ?

b. BagaimanaPimpinan STKSmembuat perencanaan sistempembelajaran ?

c. Bagaimana pelaksanaan sistem pembelajaran?

d. Bagaimana pengawasan terhadap pelaksanaan sistem pembelajaran ?

3.Bagaixnanaproduktivitas STKS, meliputi:

a Bagaimana gambaranproduktivitas STKS ?

b. Sejauhmana pengelolaan sistem pembelajaran mampu menunjang

produktivitas STKS ?

c. Upaya apa yang dilakukan Pimpinan STKS agar produktivitas STKS

meningkat?

C.Tujuan Penelitian

J.Tujuan Umum

(24)

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran sejauhmana

Pimpinan Sekolali Tinggi Kesejahteraan Sosial telah melaksanakan pengelolaan

sistem pembelajaran yang menunjang produktivitas sekolah.

2. Tujuan Khusus

Bertitik tolak dari tujuan umum, maka tujuan khusus dalam penelitian ini

adalah untuk mendeskripsikau dan menganalisis tentang :

a Karakteristik, strategi serta pola pendekatan Pimpinan STKS dalam pengelolaan

sistem pembelajaran.

b. Pengelolaan sistem pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh Pimpinan STKS.

c. Upaya Pimpinan STKS dalam meningkatkan dan mengembangkan produktivitas

STKS.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian yang sifat pendekatannya

naturalistik kualitatif

dapat dilihat pada duasegi, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini mengkaji dan menganalisa mengenai data pengelolaan sistem

pembelajaran, baik ditinjau dari perencanaan, pelaksanaan, maupun pembinaan dan

evaluasi. Hasil penelitian diharapkan memberikan masukan bagi pihak-pihak yang

terkait dan berkepentingan serta berwenang untuk menyusun dan memberikan arah

pembinaan kepadapimpinan STKS dalam upaya meningkatkan pengelolaan sistem

pembelajaran, sehingga memberikan dampak positif bagi peningkatkan

produktivitas sekolah.

(25)

2. Manfaatpraktis

Secara praktis hasil penelitian ini berguna untuk : Pertama, sebagai

masukan dan sumbangan pikiran terhadap Pimpinan STKS dalam penyempumaan

dan peningkatan sekolali, khususnya dalam pengelolaan sistem pembelajaran.

Kedua, informasi penelitian ini berguna bagi para dosen untuk lebih meningkatkan

kemampuannya dalam pelaksanaan kegiatan belajai- mengajar. Ketiga, hasil

penelitian ini juga berguna bagi Departemen Sosial (sekarang BKSN) sebagai

penanggung jawab telinis administratif pengelolaan STKS.

E. Pola Penelitian dan Pendekatan Masalah

Alur kerja dalam penelitian ini, mengacu pada pola kegiatan sebagaimana

tertera pada Gambar (1-1). Pola penelitian pengelolaan sistem pembelajaran

hubungannya dengan produktivitas sekolah sebagai fokus dalam penelitian ini,

dituangkan dalam Gambar (1-2).

Pola penelitian pada Gambar (1-1) dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Penelitian ini didahului dengan pengungkapan informasi yang digambarkan

dengan sejumlah data empirik berdasarkan hasil prasurvey di lapangan serta

konsep-konsep yang mendukungnya Fenomena-fenomena yang menunjukkan

adanya masalah, diamati dan dipelajari secara cermat sebagai bahan untuk

menentukan fokus masalah yang akan diteliti.

2. Berdasarkan informasi yang diperoleh, langkah selanjutnya menetapkan rumusan

masalah, tujuan penelitian danmanfaat penelitian baik teoritis maupun praktis.

(26)

3. Setelah rumusan masalah dan tujuan penelitian ditetapkan, selanjutnya peneliti

mempelajaii balian atau data yang ada hubungannya dengan permasalahan yang

akan diteliti melalui studi kepustakaan.

4. Meuetapkan metoda penelitian kualitatif, tehnik dan alat pengumpul data, subjek

penelitian dan jenis data yang diperlukan.

5. Melaksanakan pengumpulau data dan infomiasi dari lapangan dengan

menggunakan intrumen dan pedoman yang telah dipersiapkan.

6. Data dan informasi yang telah terkumpul diolah dan dianalisis dengan

menggunakan prosedur dan tahapan reduksi data, display data, dan memberi

interpretasi.

7. Kemudian berdasarkan hasil temuan di lapangan peneliti membuat generalisasi

dan kesimpulan. Kesimpulan penelitian dibandingkan dengan tujuan dan masalah

penelitian, guna memastikan apakah sudah menjawab pertanyaan penelitian

Akhiniya disusun rekoinendasi yang mungkin dapat dimplementasikan oleh

pihak-pihak yang berkepentingan

Pendekatanmasalali penelitian seperti pada Gambar (1-2) dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Kegiatan pengelolaan STKS pada dasarnya mempakan tugas dan fiingsi utama

Pimpinan STKS yang seluruhnya ditujukan untuk meningkatkan kelancaran

proses pembelajaran agar dapat meningkatkan produktivitas sekolah dengan

efektif, efisien dan berkualitas.

(27)

2. Fokus penelitian ini adalah pengelolaan sistem pembelajaran yang meliputi

perencanaan tujuan pembelajaran, pengelolaan bahan pembelajaran sebagai alat

untuk mencapai tujuan, metoda pembelajaran yang efektif untuk mengantarkan

mahasiswa mencapai tujuan, pengelolaan alat pembelajaran yang relevan untuk

membantu proses pencapaian tujuan, dan bagaimana melakukan evaluasi untuk

menilai keberhasilan pencapain tujuan.

3. Untukmelaksanakan tugas dan pekerjaan itu dengan baik Pimpinan STKS hams

menguasai seluk beluk konsep dan teori kepemimpinan dan pengelolaan.

Pimpinan STKS mempunyai fiingsi ganda, yaitu sebagai pimpinan dan sebagai

manajer sekolah yang hams diemban secara harmonis.

4. Dari kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas sekolah

yang terlihat dari indikator antara lain : terjadinya peningkatan kegiatan

pembelajaran, terbinanya suasana kelas yang kondusif, tertanamnya disiplin dan

munculnya semangat serta gairah belajar pada mahasiswa, indek presrasi

akademik yang tinggi, dan popularitas sekolah dalam bentuk kepercayaan dan

penghargaan dari masyarakat meningkat

(28)

POM PENELITIAN

LATARBELAKANG

MASALAH

T. KEPEMIMPINAN T. ADM. PENDEOKAN

«-» RUMUSAN

MASALAH

METODOLOGI

PENELITLAN

PENGUMPULAN

DATA

I

1

ANALISA

DATA

. . _ . . , _ . _ !t

PENAFSIRANDATA

_„j'

GENERALISASI

3'

KESIMPULAN

GAMBAR 1.1

(29)

KONSEP

KEPEMIMPINAN

KONSEP

ADM.PEND.

KEPEMIMPINAN MANAJE

RIAL PIMP. STKS DALAM

PENGELOLAAN SISTEM PEMBELAJARAN, MELIPU TI :

1. TUJUAN PEMBELAJARAN 2. BAHAN PEMBELAJARAN

3. METODA PEMBELAJARAN

4. ALAT PEMBELAJARAN

5. EVALUASI PEMBELAJAR

AN UMPANBALTK PRODUK TTVITAS SEKOLAH/ ./ GAMBAR 1.2

PENDEKATAN MASALAH PENELrTIAN

(30)

F. Sistematika Tesis

Bab I : Pendahnhian

memuat tentang latar belakang masalah penelitian,

rumusan dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sertapola

penelitian dan pendekatan masalah

Bab EL : Tinjauan Kepustakaan yang di dalamnya memuat : Pertama,

pembahasan konsep dasar administrasi pendidikan yang meliputi segi pengertian,

ruang lingkup dan fiingsi administrasi pendidikan.

Kedua,

membahas konsep dasar

kepemimpinan yang relevan meliputi pendekatan ciri terhadap kepemimpinan,

pendekatan perilaku, dan pendekatan kontingensi. Kepemimpinan dalam konteks

administrasi, kepemimpinan dalam konteks sekolah, peranan dan tugas-tugas

manajer sekolah, peranan dan tugas-tugas pimpinan STKS sebagai pemimpin

pendidikan juga mempakan bagian yang dibahas pada bagian ini.

Ketiga,

dibicarakan konsep dasar desain dan pengembangan sistem pembelajaran yang

mencakup pendekatan dan desain sistem pembelajaran. Keempat, secara lebih luas

disajikan konsep dasar produktivitas meliputi tinjauan konsep secara umum,

produktivitas pendidikan dan indikator sekolah yang produktif

Kelima,

dikemukakan kajian penulis tentang penelitian yang relevan, sedangkan bagian akhir

disampaikan kesimpulan terhadap kajian teoritis dan implikasinya

Bab DI: Menyajikan Metodologiyang digunakan peneliti mencakup aspek

metode, sumber data dan lokasi penelitian, tehnik dan intrumen pengumpulan data,

prosedur dan langkah-langkah penelitian, prosedur analisa data serta faliditas data

Bab IV : Deskripsi Hasil Penelitian memuat : Pertama, bagaimana

profil/gambaran kepemimpinan manajerial pimpinan STKS, meliputi : karakteristik

(31)

perilaku kepemimpinan yang ditampilkan oleh Pimpinan STKS untuk meningkatkan

kemampuan dosen dalam pengelolaan sistem pembelajaran, strategi dan pola

pembinaan yang diterapkan oleh Pimpinan STKS dalam membina dosen, serta

pendekatan yang digunakan oleh Pimpinan STKS dalam mengatasi maliasiswa

bermasalah. Kedua, pengelolaan sistem pembelajaran oleh Pimpinan STKS

meliputi : pemahaman visi, misi dan tujuan pengelolaan sistem pembelajaran,

bagaimana Pimpinan STKS melakukan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan

pengelolaan sistem pembelajaran yang menunjang produktivitas STKS. Ketiga,

disajikan gambaran produktivitas STKS selama ini, sejauhmana pengelolaan sistem

pembelajaran telah mampu menunjangpeningkatan produktivitas STKS, serta upaya

yang dilakukan oleh Pimpinan STKS agar produktivitas STKS meningkat.

Bab V :Pembahasan terhadap temuan hasil penelitian Bab VI: Memuat kesimpulan, implikasi dan rekomendasi peneliti terhadap peningkatan

kepemimpinan manajerial Pimpinan STKS dalam pengelolaan sistem pembelajaran

yang menunjang peningkatan produktivitas STKS.

(32)
(33)

BAB HI

METODOLOGI PENELITLAN

A. Metode Penelitian °

Tujuan pokok penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis

kepemimpinan manajerial Pimpinan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS)

dalam pengelolaan sistem pembelajaran yang menunjang peningkatan produktivitas

sekolah. Aspek-aspek yang dikaji melalui penelitian ini adalah : (1)

Profil/gambaran kepemimpinan manajerial Pimpinan STKS, (2) Pengelolaan sistem

pembelajaran oleh Pimpinan STKS, dan (3) gambaran tingkat produktivitas STKS

selamaini. Dengan kata lain, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengertian

(understanding) dan pemahaman (verstehen) tentang suatu peristiwa atau perilaku

manusia yang berperan sebagai pemimpin manajerial dalam pengelolaan sistem

pembelajaran serta pengarahnya terhadap peningkatan produktivitas sekolah. Untuk

mencapai mjuan tersebut, maka paling cocok digunakan metode penelitian kualitatif

(Cook dan Reichardt, 1982 : 10 atau Bogdan dan Biklen, 1982 : 31).

Niswanto (1994 : 72) mengutip Bogdan dan Biklen. (1992), Lincoln dan

Guba, (1985), Moleong, (1989). mengemukakan karakteristik metoda penelitian

kualitatif sebagai berikut: (1) mempunyai latar alamiah, (2) manusia sebagai alat

atau intromen penelitian, (3) penentuan sampel secara purposif, (4) menggunakana

metoda kualitatif (5) analisis data secara induktif, (6) teori dasar (grounded

theory), (6) laporannya bersifat deskriptif, (7) lebih meningkatkan proses daripada

hasil sehingga bersifat deskruptif-analitik, (8) adanya "batas" yang ditentukan oleh

96

(34)

Karakteristik pertama, peneliti menggali data atau informasi secara

langsung dari narasumber yang representatif tanpa memberikan suatu "perlakukan"

(treatment) seperti pada penelitian eksperimen. Tujuan pendekatan ini agar

diperoleh suatu gambaran tentang fenomena sosial yang dinamakan kegiatan

kepemimpinan manajerial Ketua Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS)

Bandung dalam pengelolaan sistem pembelajaran, sesuai kondisi apa adanya

Karakteristik kedua, menunjukkan bahwa dalam proses pengambilan

sampel hams disesuaikan dengan tujuan penelitian. Oleh kaiena itu jumlah sampel

tergantung pada pertimbangan kelengkapan informasi yang diperlukan. Nasution

(1988 : 32-33) menjelaskan baliwa untuk memperoleh informasi tertentu, sampling

dapat diteruskan sampai dicapai taraf "redudancy" ketuntasan atau kejenuhan.

Artinya sampel dianggap memadai apabila sudali ditemukan pola tertentu dari

informasi yang dikumpulkan dan dengan menggunakan responden selanjutnya boleh

dikatakan tidak lagi diperoleh tambalian infoimasi bam yang berarti.

Pengambilan data penelitian ini dilakukan langsung oleh peneliti karena

dalam penelitian kualitatif peneliti menempalkaii diri sebagai intrumen utama

Rasionalisasi dari karakteristik ini karena manusia (peneliti) mempunyai

adaptability yang tinggi, dapat menyesuaikau diri dengan situasi yang

berubah-ubah, dan dapat memperhalus pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh data yang

terperinci dan niendalam sesuai tujuan penelitian (Nasution, 1988 : 54-55).

Karakteristik berikutnyaberimplikasi bahwa data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini cenderung dalam bentuk kata-kata daripada dalam bentuk

(35)

angka, dan hasil analisisnya pun bempa uraian

(Miles

dan

Huberman,

1984 :15).

Dengan deiiukian laporan penelitian kualitatif lebih banyak inengandung deskripsi

dan penjelasan tentang aspek-aspek masalah yang menjadi fokus penelitian. Bukan

beraiti baliwa dalam penelitian kualitatif sama sekali bebas dari laporan yang

berbentuk angka-angka

Sampel penelitian kualitatif tidak didasarkan atas pertimbangan stalistik,

tetapi berdasarkan ketuntasan informasi yang diperlukan. Oleh sebab itu, analisis

dalam penelitian ini bukan beitujuan untuk memperoleh generalisasi, tetapi data

dianalisis secara induktifuntuk dicari "keajegan" atau polanya, selanjutnya dicari

makna dari pola tersebut. Dengan deinikian hasil penelitian ini bersifat idiografik,

lebih mementingkan makna dalam konstek ruang danwaktu.

B. Sumber Data/Subyek dan Lokasi Penelitian

Banyaknya sampel dalam penelitian kualitatif bukanlah mempakan

karakteristik utama Hal yang penting adalali memilih sampel penelitian yang benar

-benar tepat dan refresentatif dengan permasalahan, sehingga data dan informasi

dapat dihimpun secara lengkap, akurat dan valid sesuai dengan tujuan penelitian.

Upaya memperoleh data atau informasi berkenaan dengan kepemimpinan

manajerial pimpinan Sekolali Tinggi Kesejaliteraan Sosial (STKS) Bandung dalam

pengelolaan sistem pembelajaran, sampel penelitian dipilih berdasarkan

karakteristik subjek yang mengetahui informasi pola kepemimpinan manajerial

pimpinan STKS. Sampel dalam penelitian ini adalah purposif sampling yang

(36)

mempakan suatu cara pengambilan sampel berdasarkan karakteristik tertentu yang

dimiliki sampel sesuai dengan tujuan penelitian.

Memenuhi kriteria di atas, terlebih dahulu penulis mengadakan studi

penjajagan melalui obsen/asi dan wawancara pendaliuluan dengan sejunilali tenaga

administrasi dan dosen, yang mempakan titik awal untuk penarikan sampel.

Peiigambilan sampel secaiapurposifdengan karakteristik : (1) memilih sampel atau

subjek yang mengetahui informasi tentang permasalahan yang berkaitan dengan pola

kepemimpinan manajerial pimpinan STKS dalam pengelolaan sistem pembelajaran,

(2) data diambil langsung dari setting lapangan, yaitu dengan cara menghimpun

semua data dari subjek penelitian, sedangkan peneliti sebagai intramen utama

Akhirnya subjek penelitian yang dijadikan sumber data dan informasi dalam

penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Pimpinan STKS Bandung

2. Kepala Bagian Tata Usalia

3. Kepala Bidang Program Pendidikan

4. Kepala Bidang Saranadan Bimbingan Pendidikan

5. 10 orangdosen (enam orang dosen senior dan empat orang dosen yunior).

Untuk kepentingan tiiauggulasi digunakan pula sumber data dari unsur mahasiswa

dan pimpinan instalasi/lembaga-lembaga kegiatan yang ada di STKS.

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolali Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS)

Bandung sebagai salah satu sekolah kedinasan yang bemaungdi bawahDepartemen

(37)

Sosial RI dan sekarang berubah menjadi Badan Kesejahteraan Sosial Nasional

(BKSN).

C. Tehnik dan Intrumen PengumpulanData

Mendapatkan data yang akurat diperlukan telmik pengumpulan data yang

sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif. Tehnik yang digunakan dalam

pengunipuian data adalali studi dokumentasi, wawancara, dan obseivasi.

Penggunaan ketiga tehnik ini dimaksudkan agar data yang diperoleh saling

meleitgkapi dan saling itienuiijang.

Pertama, studi dokumentasi mempakan kajian terhadap peristiwa, objek

dan lindakan yang direkam dalam bentuk tulisan, slide, media lainnya Penelitian

mengenai kepemimpinan manajerial pimpinan STKS dalam pengelolaan sistem

pembelajaian yang menunjang produktivitas sekolali, dapat menggunakan studi

dokumentasi untuk mengungkapkan peristiwa, objek dan tindakan-tindakan yang

dapat meiianibali pemahaman peneliti terhadap gejala-gejalapersoalan yang diteliti.

Studi dokumentasi ini memungkinkan ditemukannya perbedaan atau

perteiitangaii antara hasil wawancara dan observasi dengan hasil yang terdapat

dalam dokumen. Bila hal ini terjadi peneliti dapat mengkonfirmasikannya dengan

bentuk wawancaia Melalui penggunaan ketiga tehnik ini, data yang diperoleh

diharapkanbetul-betul sesuai dengankeadaanyangsesungguhnya

Kedua, wawancara mempakan proses komunikasi antara peneliti dengan

sumber data dalam rangka menggali data yang bersifat word view untuk

mengungkapkan makna yang terkandung dari masaiah-masalah yang diteliti.

(38)

Pertimbangan wawancara ditetapkan sebagai tehnik pengumpulan data yakni : (1)

orang menipersepsi objek, peristiwa dan tiiidakan, kemudian niaknanya ditangkap

melalui pandangannya, (2) sumber data (orang) yang representatif dapat

meugungkapkan gainbaian peristiwa, tiiidakan atau subjek yang telali lama

dikenalnya Oleh karena itu, wawancara terhadap orang yang representatif untuk

suatu persoalan adalalipenting untuk mengungkapkan dimensi masalah yang diteliti.

Pertimbangan lain mengenai penggunaan tehnik wawancara, tehnik ini

inempunyai bebeiapa kelebilian, yaitu : (1) peneliti dapat melakukan kontak secaia

langsung dengan responden sehingga memungkinkan didapatkan jawaban secara

bebas dan mendalam, (2) hubungan dapat dibiua lebih baik, sehingga memungkinkan

responden bisa mengemukakan pendapatnya secara bebas, (3) untuk pertanyaan dan

pemyataan yang kuraiigjelas dari kedua belali pihak dapat diulangi kembali(Nana

Sudjana danIbrahim, 1989 : 102). Bentuk wawancara yang dilakukan oleh peneliti berupa wawancaia bebas (tak berstruktur), mengiiigat peneliti memiliki hubungan

sosial yang cukup baik dengan responden. Wawancara tak berstraktur bersifat

luwes dan terbuka dimaua memungkinkan pertanyaan yang diajukan, muatannya, dan

rumusan kata-katanya disusun sendiri oleh peneliti sesuai dengan maksud dan tujuan

penelitian(Kerlinger, 1982 : 771).

Ketiga, observasi atau pengamatan mempakan aktivitas yang sistematis

terhadap gejala-gejala baik yang bersifat fisikal maupun mental. Pengamatan

terhadap tindakan-tindakan yang mencerminkan pola kepemimpinan manajerial

pimpinan STKS dalam pengelolaan sistem pembelajaran dan faktor-faktor yang

(39)

mempengarahinya, diperlukan observasi atau pengamatan secara langsung. Cara ini

dimaksudkan untuk mendapalkan data yang cennat, faktual dan sesuai dengan

konteksnya M.Q. Patton menguraikan manfaat pengamatan bagi peneliti adalah :

(1) mampu memalianii konstek data secaia holistik, (2) memungkinkan peneliti

menggunakan metode induktif yang tidak terpenganih konsep atau pandangan

sebeluinnya, (3) dapat mengungkapkan hal-hal yang sensitif yang tidak teraugkap

dalam wawancara dan (4) mampu merasakan situasi sosial yang sesungguhnya

(Nasution, 1992 : 50-60, dan Moleong, 1990 ; 13 7 - 120). Dapat disimpulkan

bahwa pengamatan atau observasi baik langsung maupun tidak langsung akan sangat

beiiiianfaat untuk mengungkapkan situasi yang sebeaaniya

Keberhasilan suatu penelitian naturaiistik atau kualitatif sangat tergantung

kepada keleiigkapan catatan lapangan (field notes) yang disusun peneliti (Bogdan

dan Bikien, 1992 : 73 -74). Dalam penelitian ini, peneliti melengkapi diri dengan

buku catatan, tape recorder dan kamera Peralatan-peralatan tersebut digunakan

agar dapat merekam informasi verbal maupun non verbal selengkap mungkin,

walaupun dalam peiiggunaaimya memerlukan kehati-hatian sehingga tidak

mengganggu responden. Tntramen penelitian ini adalah peneliti sendiri

(human instrument), kaiena manusia mempunyai adaptabilitas yang tinggi serta

responsif terhadap situasi yang berubah-rabah yang dihadapi dalam penelitian.

Manusia juga mempunyai imajiiiasi dan kreatifitas untuk memandaiig duiiia secaia

irtuh, riil dan dalam konteksnya Disamping itu manusia juga mempunyai

kemampuan untuk mengklasifikasi, dalam arti menjelaskaii kepada responden

(40)

tentang sesuatu yang kurang difahami, serta berkemampuan idiosinkratik, yakni

mampu menggali sesuatu yang tidak diieiicanakan, tidak diduga atau tidak laziin

terjadi yang dapat memperdalam makna penelitian (Nasution, 1990 : 55-58;

LincolndanGubadalam Moleong, 1990 : 121-121).

D.Prosedur/Langkah-langkah Penelitian

Tahap-tahap dalam penelitian kualitatif secara garis besar dibedakan atas

tiga tahap, yaitu tahap oriental, tahap eksplorasi dan tahap member chek

(Nasution, 1988 : 33-34).

J. Tahap Orientasi

Bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan jelas mengenai

masalah yang akan diteliti. Sekaligus pula memantapkan disain dan menentukan

fokus penelitian.

Padatalia]) ini peneliti melakukan kegiatan : (1) prasurvey atau penjajagan

lapangan untuk memperoleh gambaran permasalahan dan upaya menentukan subyek

sejak dini, (2) melakukan pendalaman masalah melalui sumber-sumber puslaka

baik konsep-konsep teoritis serta mempelajari studi pendahuluan yang relevan, (3)

memilih dan menetapkan lokasi yang relevan. Pada tahap itu pula peneliti

pergunakan untuk memperoleh pengarahan dan bimbingan dari dosen pembimbing

dalam proses penyusunan dan memantapkan disaiu penelitian.

(41)

2. Tahap Eksplorasi

Mempakan tahapan sesunggulinya dalam proses pengumpulan data sesuai

dengan fokus dan tujuan penelitian yang telah ditentukan. Tahap ini mempakan

iniplementasi kegiatan peiigumpulau datayang meliputi : (1) melakukan wawancaia

secara intensif dengan Pimpinan STKS, Kepala Bagian dan Bidang, Dosen dan

maliasiswa yang ditetapkan sebagai infonnau, (2) nielakukaii observasi terhadap

perilaku dan kecenderangan penggunaan gaya kepemimpinan oleh Pimpinan STKS,

melakukan observasi terhadap suasana sekolali secaia keselumlian temtama yang

berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan iklim kerja yang kondusif

peiiataan sekolali dan suasana lingkungan manusiawi, dan (3) melakukan studi

dokumentasi terhadap pencapaian kinerja STKS selama ini. Penelitian dilakukan

secaia intensifdari tanggal 5 Oktober 1999 sampai dengan 15 Juni 2000. Tahap ini

dilakukan analisis data dengan cara mereduksi data atau informasi, yaitu dengan

eara menyeleksi catatan lapangan yang ada dan merangkum hal-hal yang penting

secara lebih sistematis agar ditemukan pola yang tepat. Melalui cara ini dapat

mempennudah peneliti dalaminempertajani gainbaian fokus penelitian.

3. Tahap Member Check

Tahap ini dilakukan untuk mengecek kebenaran dari informasi-informasi

yang telali dikumpulkan agar hasil penelitian lebih dapat dipercaya Proses

pengecekan dilakukan setiap kali peneliti selesai melakukan wawancara yakni

dengan mengkonfinnasikan keinbali catatan-catatan hasil wawancaia Dalam

(42)

wawancara juga sedapat mungkin menarik kesimpulan bersama-sama dengan

responden. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kesalalian dalam menafsirkan

infromasi. Selain itu, catatan lapangan yang telah diketik, hasilnya dimintakan

koreksi dari uara suniber yang bersangkutan. Untuk lebih memantapkan data yang

dihasilkan, peneliti melakukan observasi dan studi dokumentasi serta trianggulasi

kepada responden lain yang dianggap berkompeten. Dengan demikian proses

pelaksanaan member check dilakukan seiring dengan tahap eksplorasi.

E.Prosedur Analisa Data

Tahapan ini dilakukan proses analisis dan mtepretasi data dengan tujuan

memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan. Dalam penelitian

kualitatif, proses analisis dilakukan secara terns meneras, semenjak data awal

dikumpulkan sampai tahap penelitian selesai. Proses intepretasi atau penafsiran

data, dilakukan dengan mengacu kepada landasan teoritis yang berkaitan dengan

fokus penelitian.

Kegiatan analisis data dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagaimana

disarankan oleh Nasution(1988 : 129-130) danMiles&. Huberman (1984 : 21)

sebagai berikut: (1) reduksi data, (2) display data, dan (3) mengambi! kesimpulan

dan verifikatif

Reduksi data dilakukan dengan meringkas kembali catatan-catatan lapangan

dengan memilih hal-hal yang pokok atu penting, yang berkaitan erat dengan

permasalahan kepemimpinan manajerial Pimpinan STKS yang menjadi fokus

penelitian Selanjutnya hal-hai yang pokok tadi dirangkum dalam susunan yang lebih

(43)

sistematis, sehingga dengan mudah diketahui tema atau polanya. Untuk

meniudalikana melihat pola ini makarangkuman tadi disajikan dalam bentuk matriks

hasil penelitian. Dari pola yang tampak dalam display data, selanjutnya dapat

ditaiik kesimpulan sehingga data yang dikumpulkan memiliki makna

Proses analisis data dilakukan semenjak data awal diperoleh, sehingga

kesimpulan yang ditaiik pada awalnya bersifat sangat tentatif dan kabur. Guna

memantapkan kesimpulan agar lebih "grounded'* maka verifikasi dilakukan

sepanjang proses penelitian. Verifikasi ini dimaksudkan untuk meiijauiin tingkat

kepercayaan hasil penelitian, sehingga prosesnya berlangsung sejalan dengan

member check, trianggulasi dan "audit trail".

F. Validitas Data Hasil Temuan Penelitian

Hasil analisis dan intepretasi temuan penelitian agar sesuai dengan

kenyataan di lapangan, maka hasil analisis dan intepretasi data dikoniirmasikan

kembali kepada sumber data Miles dan Huberman (1992 : 253) menvebutkan

kegiatan ini sebagai "mendapatkan unpan balikan dari informasi", sedangkan

LincolndanGuba(1985 : 235) menyebutnya sebagai member chek.

Tingkat kebermaknaan proses maupun produk suatu penelitian kualitatif

tergantung pada : (1) kredibiiitas (validitas internal), (2) transferabilitas (validitas

eksternal), (3) dependabilitas (reliabilitas), dan (4) konfirmabilitas (obyektivitas).

(Nasution, 1988 : 114-124;Muhadjir, 1990 : 150-159). Oleh karena itu penelitian

ini diusahakan dapat memenuhi kriteria-kriteria tersebut

(44)

J. Kredibilitas

Kredibilitas mempakan ukuraii tentang kebenaran data yang dikumpulkan,

yang dalam peneieitian kiiantitatif disebut validitas internal. Kredibilitas dalam

penelitian kualitatifmenggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan konsep yang

ada pada responden atau nara sumber. Untuk mencapai hal tersebut dalam

penelitian ini dilakukan, antara lain :

a. TrianguJasi, ialah mengecek kebenaran data dengan membandingkan dengan

data daii suniber lain. Seperti diketaliui nara sumber penelitian ini adalali

Pimpinan STKS, Kepala Bagian dan Kepala Bidang, dosen dan mahasiswa

STKS Bandung. Oleh kaiena itu pada waktu mencari data atau infomiasi daii

seorang nara sumber, sekaligus dilakukan pengecekan pada data atau informasi

dari nara suniber lain.

b. Pembicaman dengan kolega(peer debriefing), dalam hal ini peneliti membahas'•

catatan-catatan lapangan dengan kolega, teman kuliali atau para pejabat yang

kredibilitas akademisnya tidak diragukan. Mereka semua tidak mempunyai

kepentingan dengan penelitian yang sedang dilakukan, sehingga dapat

memberikan pandangan dan sumbangan pemikiran bahkan menyampaikan hal-hal

yang bersifat kritis terhadap catatan atau temuan lapangan bahkan kepada

persoalan metodologis. Hal ini sangat memperkaya wawasan penulis, bahkan

kritik dan pertanyaan-pertanyaan kritis sangat meiiantang untuk dikaji lebih jauli

yang sangatbermanfaat bagi tingkat kebenaran penelitian ini.

(45)

c. Penggunaan bahan referensi,yakni dengan menggunakan hasil catatan Dengan

cara ini peneliti dapat memperoleh gainbaian yang lengkap tentang infomiasi

yang diberikan nara sumber sekaligus dapat memahami konstek pembicaraanya,

sehingga keinungkinan kekeliruan dapat diperkecil.

d. Mengadakan member check, yakni pada setiap akhir wawancara dilakukan

konfinnasi dengan nara sumber, sehingga apabila ada kekeliiuan dapat

diperbaiki atau bila ada kekurangan dapat ditambah dengan informasi bara.

Dengan demikian data yang diperoleh sesuai dengan yang dimaksudkan oleh nara

sumber.

2. Transferabilitas

Ki iteria ini dalam penelitian kuantitatif disebut dengan validitas ekstemal,

yakni sejauh manakah hasil penelitian dapat diaplikasikan atau digunakan dalam

situasi lain. Dengan kata lain transferabilitas ini berkaitan dengan generalisasi.

Menurat Nasution (1988 : 118), bagi peneliti kualitatif, transferabilitas bergantung

pada sipemakai, yakni hiiigga manakali hasil penelitian itu dapat mereka gunakaii

dalam konteks dan situasi tertentu. Oleh karena itu transferabilitas hasil penelitian

ini diseralikaa kepada para pemakai. Apabila pemakai melihat ada situasi yang

identik dengan permasalahan kepemimpinan manajerial Pimpinan STKS, maka

pemakai dipersilalikan inengaplikasikaunya

(46)

3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas

Pengertian defendabilitas sejajar dengan reliabilitas dalam penelitian

kuantitatif, yang diinaksudkan untuk membahas konsistensi hasil penelitian. Dalam

hal ini dependabilitas menguji apakah penelitian ini dapat diulangi atau direplikasi

dengan nienemukan hasil yang sama Sedangkan konfinnabilitas berkenaan dengan

objektivitas hasil penelitian.

Situasi sosial pada hakekatnya berasifat unik dan tidak dapat direkontraksi

sepenuhnya seperti semula Oleh karena itu sangat sulit untuk mengukur konsistensi

hasil penelitian tentang kepemimpinan manajerial Pimpinan STKS ini. Untuk itu

guna menjaga kebenaran dan obyektivitas hasil penelitian ini dilakukan ''audit

hail", yakni dengan melaksanakan pemeriksaan untuk iiieyakinkan baliwa hal-hal

yang diiaporkan memang demikian kejadiannya Untuk kepentingan ini dilakukan

antara lain :

a. Merekam, mencatat, dan menyusun data mentah selengkap mungkin, unhik

digunakan sebagai bahan analisis selanjutnya

b. Menyusun unit analisis atau katagori informasi dan mendeskripsikannya dengan

menyeleksi, mei angkuni dan kemudian nienyusun kembali dalam bentuk deskripsi

yang sistematis.

c. Membuat hasil sintesa dengan menyesuaikau tenia, tujuan, penafsiran dan

kesimpulan penelitian.

(47)

d. Melaporkan keselumhan proses dan hasil penelitian secara utuh dalam bentuk

tesis dan telah diuji kelayakannya

Kegiatan pada point (1) di atas, dilakukan selama proses pengumpulan data

di lapangan. Kegiatan pada point (2) dilakukan pada Bab IV, point (3) dilakukan

pada bab VI. Point (4) mempakan kegiatan akhir dari penelitian bempa laporan

lengkap untuk didiskusikan dengan dosen pembimbing, dan selanjutnya akan diuji

kelayakannya sebagai sebuah karya iimiah.

(48)
(49)

BAB VI

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Bab ini akan menyajikan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi yang

didasarkan pada hasil penelitian dan analisa data, yaitu yang berkaitan dengan

kepeniimpinan nianajerial pimpinan STKS dalam pengelolaan sistem pembelajaran

yang menunjang peningkatan produktivitas sekolah.

A.Kesimpulan

Hasil penelitian memberikan gambaran, bahwa secara umum kepemimpinan

manajerial Pimpinan STKS dalam pengelolaan sistem pembelajaran untuk

menimjang peningkatan produktivitas sekolah belum efektif Indikatomya Pimpinan

STKS belum mampu menggerakkan semua unsur yang terkait dalam pengelolaan

sistem pembelajaran terlibat aktif dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi kegiatan.

Belum optimal dan efektifhya kepemimpinan manajerial Pimpinan STKS

dipenganihi oleh keiuaiupuan, keterampilan dan pola kepemimpinan yang

diterapkan oleh Pimpinan STKS dalam melakukan pembinaan kepada pejabat

straktura! dan dosen STKS. Kedua unsur ini memegang peranan penting dalam

proses pencapaian produktivitas STKS yang efektif dan efisien.

Profil atau gambaran kepemimpinan manajerial Pimpinan STKS yang

berhubungan dengan karakteristik perilaku Pimpinan STKS dalam mengembangkan

kemampuan dosen. Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Pimpinan STKS

(50)

cendenmg pada gaya kepemimpinan demokratis dan situasional. Indikatomya

hubungan keija diwujudkan dalam bentuk human relationshif dengan menekankan

pada prinsip saling menghargai dan saling menghormati, pendapat dan kritik

bawalian disalurkan dan diusaliakan perwujudaimya bagi kemajuan STKS. Disisi

lain, kelemahan dari Pimpinan STKS kurang memperhatikan pencapaian tugas

secaia maksimal kliususiiya yang berkaitan dengan pengelolaan sistem

pembelajaran.

Strategi dan pola pembinaan yang diterapkan oleh Pimpinan STKS untuk

meningkatkan pelayanan dosen kepada mahasiswa cukup efektif melalui penerapan

model peiwaliau. Strategi Pimpinan STKS melalui penerapan pola pembinaan

kemitraan, kebersamaan dan kekeluargaan telah cukup mendorong dan

niempengaiulii dosen untuk meiiingkalkan pelayanan kepada maliasiswa, kliususiiya

dalam kegiatan perwalian. Kegiatan perwalian sebagai sarana terbinanya

pembinaan raport dinilai sangat efektif untuk mengeiubangkan sikap dan pola

kepemimpinan demokratis dosen STKS.

Pendekatan Pimpinan STKS mengatasi maliasiswa yang bennasalali

mengacu kepada peraturan yang berlaku di STKS sebagai sekolah tinggi kedinasaa

Pemberian sanksi kepada mahasiswa yang bennasalali dilakukan secara

proporsional karena hijuan pemberian sanksi didasari oleh nilai-nilai edukatif agar

maliasiswa dapat bersikap dan beitingkali laku sesuai dengan karakteristik lembaga

dimana mereka melakukan kegiatan akademik. Oleh karena itu, pendekatan

(51)

kekeiuargaan, pembinaan dan pertimbangan pedagogik mempakan unsur penunjang

efektivitas pembinaan kepada mahasiswa

Pengelolaan sistem pembelajaran oleh Pimpinan STKS. Pemahaman

Pinipiiiaii STKS terhdap visi, misi dan tujuan pengelolaan sistem pembelajaran

kurang begitu baik, karena konsep pembelajaran diartikan sebagai kegiatan dosen

dalam menyampaikan materi pembelajaian kepada maliasiswa Daii peuialiaman

yang sederhanan ini, dipersepsi bahwa praktek pembelajaran berlangsung

sederhana pula Disatu pihak dosen menyampaikaii materi pembelajaian, di pihak

lain mahasiswa menerima materi pembelajaran. Kondisi ini dirasakan sebagai

kendala dalam peningkatan pengelolaan sistem pembelajaran yang menunjang

peningkatan produktivitas STKS.

Perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan sistem pembelajaian oleh

Pimpinan STKS belum sepenuhnya melibatkan semua unsur yang terkait. Tidak

semua dosen terlibat dalam peramusan silabus dan pembuatan rencana sistem

pembelajaran karena tugas ini dilakukan oleh tim yang dibentuk atau ditunjuk oleh

lembaga Pelaksanaan sistem pembelajaian pada dasamya diserahkaii pada

kemampuan masing-masing dosen dalam mempersepsi dan memahami tujuan sistem

pembelajaran, sedangkan berkaitan dengan aspek pengawasan pelaksanaan sistem

pembelajaran dilakukan oleh dosen senior pada masing-masing bidang studi.

Keterlibatan langsung Pimpinan STKS dalam pengawasan sistem pembelajaian

relatifrendah.

(52)

Produktivitas STKS dilihat dari segi enrolmen atau penerimaan mahasiswa

masih perlu dibenahi. Selama ini STKS menerima mahasiswa penibayar dan tugas

belajar. Mahasiswa tugas belajar lebih banyak berasal dari Departemen Sosial

(sekarang BKSN). Dalam penentuan persyaratan calon mahasiswa ditentukan oleh

Biro Kepegawaian Pusat, sedangkan keterlibatan STKS relatif kecil. Akibatnya

calon maliasiswa yang diterima di STKS kadang-kadang kurang slap untuk

mengikuti perkuliahan di STKS. Aspek keluaran yang selama ini dihasilkan oleh

STKS daii segi kualitas perlu ditingkatkan. Tidak menutup kenyataan masih banyak

keluhan dari lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang masih meragukan

kemampuan lulusan STKS.

Semangat dan gairah belajar dosen relatif baik, hal ini ditunjukkan dengan

initial melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi (S2/S3) semakin meningkat.

Ketersediaan fasilitas juga menampakkan peningkatan yang berarti, sarana dan

prasarana kampus relatif lebih baik, dilengkapi oleh saiana pepustakaan yang

memadai, mang kuliah yang nyaman serta fasilitas lainnya seperti olah raga,

kesenian, parkir cukup tersedia

Untuk lebih meningkatkan produktivitas STKS di masa yang akan datang,

hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Pimpinan STKS meliputi : peningkatan

kualifikasi pendidikan dosen, motivasi bekerja, kepuasan bekerja, peningkatan

kesejaliteraan karyawan, iklim keija, fasilitas, dan peningkatan kualitas

kepemimpinan.

(53)

B. Implikasi Temuan Penelitian

Mengacu pada temuan penelitian dan pembahasan tentang kepemimpinan

manajerial Pimpinan STKS dalam pengelolaan sistem pembelajaran yang

menimjang peningkatan produktivitas STKS, maka untuk merealisasikan tujuan

dimaksud perlu dipertimbangkan aspek-aspek sebagai berikut:

1. Kepemimpinan manajerial Pimpinan STKS memegang peranan penting dalam

merealisasikan tercapainya tujuan STKS. Sebagai sekolali tinggi kedinasan.

STKS bertanggung jawab menciptakan sumber daya manusia yang menguasai

dan mampu menerapkan ilmu pengetahuan, nilai-nilai dan

keterampilan-keterampilan pekerjaan sosial dalam tugas-tugas penyembuhan, pemulihan,

peiicegahan dan pengembangan pada interveiisi mikro maupun makro. Oleh

karena itu, perlu ada upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan

Pimpinan STKS dalam pengelolaan sistem pembelajaian.

2. Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan

Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi, telali

memberikan peluang bagi STKS untuk tumbuh dan berkembang menjadi

Lembaga Pendidikan Tinggi Kedinasan (LPTK) yang secara khusus mencetak

tenaga-tenaga profesional Pekerjaan Sosial. Dalam rangka penyesuaian, perlu

upaya pembenahan ke dalam mencakup istilah, unsur pembantu, kelembagaan

dan unsur penunjang lainnya.

3. Produktivitas adalali salah satu hijuan yang ingin dicapai oleh STKS dengan

menekankan pada aspek kualitas. Keluaran yang berkualitas meimmgkinkan

lulusan STKS dapat bersaing dalam era globalisasi. Perlu diupayakan berbagai

(54)

cara atau strategi meningkatkan prosuktivitas STKS melalui peningkatan

kualifikasi tenaga pengajar atau dosen, melengkapi sarana dan fasilitas

pendidikan, serta memberdayakan perangkat pemmjang lainnya Pimpinan STKS

hendaknya proaktif melakukan pembinaan kepada doseii dan karyawan secara

intensif dan kontinyu. Diharapkan dengan demikian dapat meningkatkan

kemampuan profesional dosen dalam kegiatan belajai" mengajar. Kemampuan

tersebut, diharapkan akan menghasilkan sumber daya manusia (output) sekolah

yang berkualitas.

C. Rekomendasi

Berdasarkan temuan dan bahasan di atas, peneliti mencoba memmuskan

rekomendasi mengenai strategi pembinaan oleh Pimpinan Badan Kesejahteraan

Sosial Nasional (BKSN) dan Pimpinan STKS. yaitu :

1. Pimpinan BKSN perlu mempersiapkan calon Pimpinan STKS yang memiliki

kemampuan, dan keterampilan dalam administrasi pendidikan. Pimpinan STKS

hams memiliki kemampuan untuk menterjemahkan dan menjabarkan setiap

kebijakan Pemerintali dalam bidang pendidikan ke dalam administrasi

pendidikan

di

STKS,

sehingga

STKS

mampu

mewujudkan

visinya

mengupayakan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas dalam bidang

Pekerjaan Sosial. Kelemahan yang selama ini dirasakan, bahwa calon Pimpinan

STKS direkrat dari para pejabat Departemen Sosial (sekarang BKSN) yang

padaumumnya kurang memiliki wawasan tentang ilmu pendidikan. Oleh karena

itu, gaya kepemimpinan yang diterapkan lebih cenderung pada gaya

(55)

kepemimpinan birokrat ketimbang sebagai

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisikokimia tepung pisang yang dihasilkan melalui proses modifikasi secara fermentasi spontan yang

Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan selalu mengalami peningkatan tetapi dari Profitabilitas Bank Panin Dubai Syariah selalu mengalami penurunan dan hal ini tidak sesuai

Pada perancangan produk fasilitas untuk kenyamanan buang air besar saat berada di gunung, diperoleh kesimpulan berdasarkan dari hasil penelitian bahwa orang yang melakukan

Kepada Jemaat yang baru pertama kali mengikuti ibadah dalam Persekutuan GPIB Jemaat “Immanuel” Depok dan memerlukan pelayanan khusus, dapat menghubungi Presbiter yang

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien demam berdarah yang diberikan tindakan pemberian cairan yang dilakukan oleh perawat dengan jumlah sampel

peoupukan dengan pupuk kandang nenurut pcngalanen -... liASAXtAH PliRIKGKATAH PRODOKGI

Gambar 9: Grafik Hujan hasil output model WRF6 menggunakan parameterisasi cumulus Kein-Freitsch bersama masing-masing skema mikrofisik awan, warna kuning di running tanpa