KEPEMIMPINAN MANAJERIAL PIMPINAN SEKOLAH
TINGGI KEDINASAN DAJLAM PENGELOLAAN SI STEM
PEMBELAJARAN Y A N G M E N U N J A N G
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
S E K O L A H
[STUDI KASUS PADA SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG]
T E S I S
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
OLEH
ROSYIKIN SUKANDA NIM : 979705
PROGRAM
PASCASARJANA
(S2)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
B A N D U N G 2000
DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH PEMBIMBING TESIS
sw>d**^*
PROF. DR. H. ABDUL AZIS WAHAB, M. A. PEMBIMBING I
PROF. DR. H. TB. ABBSsJSYAMSUDDIN MAKMUN, M. A.
PEMBIMBING n
PROGRAM PASCASARJANA (S2)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI)
BANDUNG
2000
PERNYATAAN
SAYA MENYATAKAN BAHWA TESIS INI ADALAH SEPENUKHYA KARYA
SAYA SENDIRI. TIDAK ADA BAGIAN DI DALAMNYA YANG
TERMASUK KRITERIA PLAGIAT DARI KARYA ORANG LAIN.
ABSTRAK
KEPEMIMPINAN MANAJERIAL PIMPINAN SEKOLAH TINGGI KEDINASAN
DALAM PENGELOLAAN SISTEM PEMBELAJARAN YANG MENUNJANG
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS SEKOLAH
(Studi Kasus di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung)
Dasar pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini, bahwa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial sebagai Sekolah Tinggi Kedinasan memiliki tanggung jawab nienyeleiiggarakan pendidikan tinggi profesional Pekeijaan Sosial/Kesejahteraau
Sosial dalam rangkamemenuhi kebutuhan akan tenaga-tenaga yang memiliki kualifikasi
pendidikan profesional.
Guna mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan sosok pemimpin yang profesional yang memiliki kemampuan mengelola suatu model pembelajaran yang efektif sesuai dengan tujuan pembelajaranyang diterapkan di STKS agar pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah mampu diterapkan di masyarakat sesuai bidang keahiiannya
Fokus masalah dalam Tesis ini iaiah : "Bagaimana kepemimpinan manajeriai
Pimpinan STKS Bandung hams ditingkatkan agar dapat menunjang peningkatan
produktivitas sekolah".
Berdasarkanfokus masalah, maka dinimuskan pertanyaan penelitian, yakni : (1)
Bagaimana profil/gambaran kepemimpinan manajerial Pimpinan STKS selamaini ? (2)
Bagaimana pengelolaan sistem pembelajaran oleh Pimpinan STKS ? (3) Bagaimana produktivitas STKS selama ini ?
Metode yang digunakan untuk menganaiisis data penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan naturalistik kualitatif Sumber data utama dihimpun dari Pimpinan STKS, dan data pelengkap dari Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Bidang
Program Pendidikan, Kepala Bidang Sarana Bimbingan Pendidikan, Dosen dan
Mahasiswa Data tersebut dikumpulkan melalui wawancara yang bersifat snowball
sampling, observasi danpenilaian dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kepemimpinan manajerial Pimpinan
STKS dalam pengelolaan sistem pembelajaran yang menunjang peningkatan
produktivitas STKS belum berhasil secara optimal. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan keterampilanPimpinan STKS dalam melaksanakan fungsi
dan tugasnyasebagai pemimpin dan administrator pendidikan.
Untuk meningkatkan kemampuan Pimpinan STKS dalam pengelolaan sistem pembalajaran yang menunjang peningkatan produktivitas STKS, Pimpinan STKS perlu memperoleh pembinaan tentang wawasan. konsep dan aspek-aspek yang berkaitan dengan pengelolaan sistem pembalajaran.
Hasil penelitian ini melahirkan rekomendasi, yang ditujukan kepada Pimpinan
BKSN dan Pimpinan STKS.
DAFTAR ISI
Halaman
KATAPENGANTAR i
PENGHARGAAN DAN TERIMAKASIH iv
ABSTRAK viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR , xm
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah I B. Rumusan Masalah dan Penanvaan Penelitian 13
C.Tujuan Penelitian 15
D. Manfaat Penelitian 16
E. Pola Penelitian dan Pendekatan Masalah 20
F. Sistematika Tesis 22
BABE TJNJAUAN KEPUSTAKAAN . . 24
A. Konsep Dasar Administrasi Pendidikan 24
1.Pengeitian Adininistrasi Pendidikan 24 2, Ruang Lingkup dan Fungsi Administrasi
Pendidikan 25
B. Konsep Dasar Kepetnhnpinan 35
1.Teori-teori Kepemimpinan yang Relevan 35 2. Kepemimpinan dalam Konteks Administrasi
Pendidikan 48
3. Kepemimpinan dalam Konteks Sekolah 53 4. Peranan dan Tugas-tugas Manajer Sekolah 55
5. Pimpinan STKS Sebagai Pemimpin Pendidikan 59
C.Konsep Dasar Desain dan Pengembangan Sistem
Pembelajaran 63
1. Pendekatan Sistem Terhadap Pembelajaran 63
2. Desain Sistem Pembelajaran 66
D. Konsep Dasar Produktivitas 72
1.Konsep Umum Produktivitas 72
2. Produktivitas Pendidikan 74 3. Indikator Sekolah yang Produktif 77
E.Kajian Terhadap PenehtianYangRelevan 82
¥. Kcsimpulan Kajian Teoritis dan Implikasinya 87
BAB m METODOLOGI PENELITIAN 96
A. Metodc Penelitian 96
B. Sumber Data'Subyek dan Lokasi Penelitian 99
C. Tehnik dan Intrumen Pengumpulan Data 101 D. Prosedur/Laiigkali-langkali Penelitian 104
E. Prosedur Analisa Data 106
F. Validitas Data Hasil Temuan Penelitian 107
BAB TV DESKRffSI HASIL PENELJTIAN 112
A. ProfuVGambaran Kepemimpinan Manajerial Pimpinan
STKS
.".
112
1. Karakteristik Perilaku Kepemimpinan Pimpinan
STKS Untuk MengembangkanKemampuan Dosen
Dalam Pengelolaan Sistem Pembelajaran 113
2. Strategi dan Pola Pembinaan Yang Diterapkan Pimpinan STKS Untuk MeningkatkanPelayanan Dosen Kepada Mahasiswa Dalam Pelaksanaan
Sistem Pembelajaran 116
3. Pendekatan Pimpinan STKS Mengatasi Mahasiswa Yang Bermasalah Dalam Pelaksanaan Sistem
Pembelajaran 118
B. Pengelolaan Sistem Pembelajaran Oleh Pimpinan
STKS 121
1. Pemahaman Pimpinan STKS Terhadap Visi, Misi dan^
Tujuan Pengelolaan Sistem Pembelajaran 1.22 2. Perencanaan Sistem Pembelajaran 124 3. Pelaksanaan Sistem Pembelajaran 128
4. Pengawasan Pelaksanaan Sistem Pembelajaran 133
1. Gambaran Produktivitas STKS 137
2. Pengelolaan SistemPembelajaran yang Menunjang
Produktivitas STKS
'...."
7.
143
3. Upaya Pimpinan STKS Agar Produktivitas STKS
Meningkat 147
BABV PEMBAKASAN RASH PENELITIAN 152
A. Profil/Gambaran Kepemimpinan Manajerial Pimpinan
STKS Untuk MengembangkanKemampuan Dosen
Dalam Pengelolaan SistemPembelajaran 152 B. Pengelolaan Sistem Pembelajaran Oleh Pimpinan
STKS 154
C. Produktivitas STKS 157
BAB VI KESIMPlJLAN, IMPUKASI DAN REKOM.ENDASI, 166
A. Kesimpulan 166
B. Implikasi Temuan Penelitian 170
C. Rekomsndasi 171
DAFTARPUSTAKA 174
LAMPIRAN - LAMPKAN
Gambar 1-1
Gambar 1 -2
Gambar 1-3
Gambar 1 -4
Gambar 1-5
Gambar 1 6
Gambar 1-7
Gambar 1 -9
DAFTAR GAMBAR
Pola Penelitian
Pendekatan Masalah ,
Kontinum Perilaku Kepemimpinan
Kepemimpinan yang Ditelaah di Universitas Ohio
Jaring Kepemimpinan
Teori Kepemimpinan Situasional
Bagan Kerangka Fendekatan Sistem
Bagan Model Penghampiran Sistem Dalam Mendesain Pembelajaran
x m
Hal am an 20 21 41
42
45
47
64
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latai Belakang Masalah
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentangSistem Pendidikan Nasional
memuat kebijaksanaan pendidikan nasional yang mengacu pada Undang-Undang
Dasar 1945. Bab II pasal (4) menjelaskan tentang tujuan pendidikan nasional
sebagai berikut:
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan. kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Makna yang terkandung pada tujuan pendidikan di atas. bahwa untuk
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan pendidikan. Melalui
pendidikan dibentuk sikap dan dikembangkan keterampilan manusia Melalui
pendidikan wawasan berpikir manusia menjadi semakin terbuka dan kesadaran
akan potensinya menjadi semakin mendalam. Guna tercapainya tujuan tersebut,
pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang
kemudian disusul oleh beberapa Peraturan Pemerintah sebagai peraturan
pelaksanaannya.
Sistem Pendidikan Nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari
semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya
Sistem Pendidikan Nasional terdiri dari sub sistem pendidikan prasekolah,
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Pendidikan tinggi
adalah satuan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi
nierupakan kelanjutan dari pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah.
/Tujuan pendidikan tinggi sebagaimana tertuang dalam Bab II pasal (1) Peraturan
Pemerintah RINomor 60Tahun 1999 tentang
Pendidikan Tinggi
adalah :
1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan.
mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, telinologi
dan/atau kesenian.2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, tehnologi
dan/atau
kesenian
serta mengupayakan
penggunaannya
untuk
meningkatkau tarafkekidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan
nasional.Pernyataan di atas mengandung arti, bahwa pendidikan tinggi bermngsi
sebagai sarana untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memiliki
kemampuan
akademik
dan
profesional,
mampu
menerapkan,
mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, tehnologi dan kesenian yang
bergunabagi pembangunan bangsadan negara.
Pendidikan tinggi diselenggarakan dalam satuan pendidikan yang disebut
Perguruan Tinggi. Perguruan tinggi sebagai sub sistem pendidikan nasional
berperan mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Melalui perguman
tinggi diharapkan dapat dihasilkan sarjana yang berkualitas tinggi untuk mengisi
pembangunan. Para sarjana akan menjadi tulang punggung pembangunan karena
penguasaannya terhadap ilmu pengetahuan dan tehnologi. Mereka dituntut menjadi
Salah satu unsur sumber daya manusia yang memiliki peran dominan dalam
pengelolaan pendidikan pada perguruan tinggi adalah pimpinan. Pimpinan
perguman tinggi memiliki tanggung jawabmelakukan perbaikan dm peningkatan
mutu pendidikan dan pengajaran. Hal ini dilandasi oleh anggapan, bahwa tujuan
utama penyelenggaraan pendidikan melalui sekolah ialah tercapainya lingkungan
yang kreatif, sehingga proses belajar mengajar dapat tercapai secara efektif Peran
pokok pimpinan sekolah terletak pada kesanggupannya mempengamhi lingkungan
sekolah melalui penerapan proses kepemimpinan yang dinamis.
Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung adalah suatu
lembaga pendidikan tinggi kedinasan sebagai salah satu unit pelaksana telinis
pendidikan profesional Pekeijaan Sosial dalam lingkungan Departemen Sosial
(sekarang Badan Kesejahteraan Sosial Nasional disingkat BKSN). Tugas pokok
dan fungsinya menyelenggarakan pendidikan prqfesi Pekerjaan Sosial (Social
Work).
Hingga tahun 1970 STKS menyelenggarakan pendidikan tinggi profesional
Pekeijaan Sosial pada tingkat Sarjana Muda Namun dengan semakin luas dan
meningkatnya tugas dan peranan Deparatemen Sosial (sekarang BKSN), diperlukan
tenaga-tenaga yang berkualitas pendidikan profesional yang lebih tinggi daripada
tingkat Sarjana Muda Oleh karena itu, sejak tahun 1971 berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Sosial RI tanggal 4 Juli 1970 Nomor : Pts./-122/175 program
Sesuai ketentuan yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, tentang dihapuskaimya program pendidikan Sarjana Muda, maka pada
tahun 1985 STKS membuka program Diploma HL Mulai tahun akademik 1989/1990
sampai sekarang STKS hanya membukaprogram Diploma rV.
Tujuan Departemen Sosial (BKSN) mendirikan STKS ialah untuk
menyelenggarakan pendidikan tinggi profesi Pekerjaan Sosial/Kesejahteraan Sosial
dalam rangka memenuhi kebutuhan akan tenaga-tenaga yang memiliki kualifikasi
pendidikan profesional.
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, Sekolah Tinggi Kesejahteraan
Sosial (STKS) Bandung melaksanakau program pendidikan dan pengajaran,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat atau Tri Dharma Perguruan
Tinggi.Dalam pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran, STKS memiliki 61
orang tenaga pengajar tetap yang sebagian besar berkualifikasi pendidikan
pekerjaan sosial yang berasal dari perguman tinggi dalam niaupun luar negeri.
Salah satu tugas pokok pimpinan STKS adalah melakukan pengelolaan
sistempembelajaran. Pembelajaran mempakan suatu sistem karena pembelajaran
mempunyai sejumlah komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan.
Komponen sistem pembelajaran meliputi bahan pembelajaran, metoda, alat dan
evaluasi. Keseluruhan komponen saling berinteraksi dan berhubungan,
bersama-sama diarahkan pada pencapaian tujuan. Tugas dan tauggung jawab pimpinan STKS
adalah mengelola sistem pembelajaran agar berlangsung secara efektif, dinamis,
keterlibatan aktif diantara kedua subyek pembelajaran yaitu dosen dan mahasiswa
Dosen sebagai penginisiatif awal dan pengarah serta pembimbing, sedang
mahasiswa sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh pembahan
diri dalam pembelajaran.
Pengelolaan sistem pembelajaran mengacu pada suatu upaya untuk 1
mengatur (memenej, mengendalikan) aktivitas pembelajaran berdasarkau
konsep-konsep dan prinsip-prinsip pembelajaran untuk mensukseskan tujuan pembelajaran
agar tercapai secara lebih efektif, efisien dan produktif untuk ini diperlukan strategi
dan perencanaan dan diakhiri dengan penilaian, yang hasil penilaiannya akan dapat
dimanfaatkan sebagai feedback (umpan balik) bagi perbaikan sistem pembelajaran
lebih lanjut.
Kebermaknaan bagi siswa, bahwa proses pembelajaran akan berpengaruh
terhadap perkembangan individu siswa Bila proses pembelajaran dikelola secara
baik dan benar dapat memberikan pengaruh lebih besar dalam perkembangan
individu sesuai kemampuan dasarnya
Aktivitas pembelajaran dapat diartikan sebagai penciptaan sistem
lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan peserta didik untuk jangka
pendek maupun jangka panjang (Joyce dan Weil, 1972). Sistem lingkungan
tersebut terdiri atas komponen-komponen yang saling berhubungan satu dengan
lainnya Komponen tersebut meliputi tujuan instruksional yang ingin dicapai,
materi atau bahan yang akan diajarkan, dosen danmahasiswa yang memainkan
yang dilakukan, sarana danprasarana pembelajaran yang tersedia, serta semua
unsur yang berpengaruh terhadap dosen dan subyek belajar yang berperan dalam
proses belajar mengajar.
Gunamencapai tujuan tersebut, dosen hams memiliki strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran adalah suatu pola umum perbuatan dosen dalam
inengorganisasikau kegiatan belajar dengan mahasiswa atau subyek belajar dengan
tujuan mewujudkan kegiatan atau belajar mengajar. Rentetan perbuatan dosen dan
mahasiswa dalam suatu peristiwa belajar mengajar aktual disebut prosedur
interaksional. Alat yang digunakan dalam pelaksanaan strategi proses
pembelajaran disebutmetode mengajar.
Untuk mewujudkan harapan di atas, diperlukan seorang pemimpin yang
memiliki wawasan yang luas dan visi yang jelas, keterampilan dan kemampuan
profesional, komitmen terhadap tugas dan tanggung jawabnya, sehingga memberikan
dainpak positif terhadap perkembangan dan kemajuan STKS, baik secara kuantitas
rnaupun kualitas.
Pimpinan STKS memiliki peran dan tugassebagai berikut : (1) sebagai
pemimpin, bempaya menggerakkan, mempengamhi, mengajak serta memotivasi
bawahannya agar bekerja mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan, (2)
sebagai manajer atau administrator, bemsaha memanfaatkan sumber daya
pendidikan yang ada, baik manusia maupun non manusia kearah pencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan melalui serangkaian kegiatan perencanaan,
melakukan pengawasan dalam rangka pembinaan kepada bawahan, agar dalam
usalia mencapai tujuan bersama dapat bekerja dengan baik dan benar. Sesuai
konteks penelitian, ketiga fungsi ini dijadikan sasaran penelitian
Hasil prasurvey penulis mengenai kepemimpinan manajerial Pimpinan
Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung dalam pengelolaan sistem
pembelajaran masih ditemukan banyak kelemahaiL Kelemahan ini terdapat pada
aspvkperencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pembinaan sumber daya yang
terlibat langsuug dalam pelaksanaan sistem pembelajaran.
Pimpinan STKS selain berperan sebagai pemimpin administratis ia juga
berperan sebagaipemimpin intruksional. Peran sebagai pemimpin intmksional
belum sepenuhnya dilaksanakan. Sebagai administrator pendidikan ia masih lebih
banyak terfokus pada usahamemenuhi tuntutan yang sifatnyamendesak atau segera.
Masalah-masalah admimstratif yang terns bertambah kurang memberikan
kesempatan dalam memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan sistem
pembelajaran Situasi mi telah mengakibatkan terjadinya erosi peranan
kepemimpinan Pimpinan STKS sebagai pemimpin inhiiksional. Pekerjaan rutin dan
masalah-masalah administrasi umum sekolah kurang memberi banyak waktu untuk
melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya pembinaan.
Tugas pemimpin pendidikan tidaklah mudah, dalam pelaksanaannya
menuntut segenapkesanggupan pimpinan sekolah untuk melaksanakannya Hendiyat
kemampuan yang menggambarkan tugas dan peranan pimpinan sekolah dalam
penerapan kepemimpinan pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Pimpinan sekolah adalahmanajer di bidang kurikulum,perlu :
a Memahami dan menyadari tentang pentingnya filsafal pendidikan dan
implementasinya dalam keseluruhan sistem sekolah
b. Bemsaha mengembangkan dan menggunakan filsafat hidup dan filsafat
pendidikan secara personal maupun secara profesional.
c. Mengetaliui sumber-suinber material yang dapat membantu dalam
mengembangkan kurikulum
d. Menyesuaikau kuiikulum dengan kebutuhan masyarakat dan kebutuliau peseita
didik.
e. Mendayagunakan sumbei -sumber masyarakat dalam mengiplementasikan
kurikulum.
f Mendorong pendekatau eksperimental dalam mengajar dan dalam kurikulum
kepada semua anggota staf
g. Bertangguog jawab atas keselumlian kurikulum dan memeberikan
kepemimpinan yang positif
2. Pimpinan sekolah adalahmanajer di bidang personalia, perlu:
a Memiliki kemampuan menerima dan menghargai individu gum sebagai
anggotastafatas dasar karakter pribadi dan latar belakangnya
b. Memberi bekal yang mendorong kekuatan, minat dan kecakapan setiap
c. Menghargai kekuatan dan kelemahan guru dan membantunya melalui
konseling pribadi.
d. Mempraktekkan pendekatan psikologis dalam manajemen personalia
Pendekatan ini dapat dilakukan dengan kerjasama dalam perencanaan,
hubungan individu dan kelompok, menciptakan iklim yang menyenangkan dan
pengorganisasian kurikulum dan sekolah secara bijaksana
e. Menerapkan berbagai ragam tehnik kerjasama staf dalam menyelesaikan
problem.
f Mendorong dan memberikan bimbingan dalam pertumbuhan profesional gum
dan mendorong motivasi belajar.
3. Pimpinan sekolah adalahmanajer di bidang "public relation ", perlu :
a Mendayagunakan organisasi orang tua peserta didik demi kesehatan dan
kesejahteraan peserta didik.
b. Menerapkan kepemimpinan untuk meningkatkan partisipasi orang tua dalam
menyelesaikan problema sekolah dan masyarakat.
c. Mengembangkan metoda pelaporan reguler yang sistematis kepada orang tua
tentang perkembangan sekolah.
d. Mendayagunakan partisipasi peserta didik dalam program hubungan sekolah
dengan masyarakat.
e. Membinahubungan baik dengan masyarakat
4. Pimpinan sekolah adalahmanajer di bidang hubungan guru danpeserta didik,
a. Mengarahkan gum agar memiliki pengetahuan tentang peserta didik.
b. Mendorong gum agar profesional dalam menyampaikan materi.
c. Mengusahan adanya catatan tentang peserta didik, mengorganisasikan sistem
referensi dan mendorong gum membuat laporan periodik tentang peseita
didik.
d. Membantu guiu dalam memecalikan problema peserta didik dan melihat
implikasi problem dalam konteks situasi kelompok.
e. Memberikan contoh kepada para staf sekolali dan peseita didik dengan jalan
membina hubungan pribadi yang baik dengan mereka.
5. Pimpinan sekolali sebagaipemimpinpersonal di bidang nonpengajaran,perlu :
a. Menetapkan pendekatan psikologis dalam manajemen individual atau
kelompok, dengan mendorong partisipasi gum dalam proses pengambilan
kebijakan sekolah.
b. Mengetahui tugas masing-masing personal, dengan membuat program analisa
pekerjaan.
c. Mengisi waktu-waktu luang bersama para anggota staf
d. Mengelola aktivitas penyusunan jadwal dan bemsaha mematuhi jam kerja
6. Pimpinan sekolah sebagai manajer dalampelayanan bimbingan,perju :
a Membina rasa kekeluargaan dan dialog dengan lembaga-lembaga lain
b. Mengeiti peserta didik secara keselumhan dalam hubunganya dengan
penyesuaian-penyesuaiannya
c. Mendayagunakan berbagai sumber untuk menggali berbagai informasi tentang
peserta didik.
d. Sensitif terhadap kebutuhan akan pembahan setiap peserta didik dan
inelayauinya dengan organisasi yang fieksibel.
e. Membantu guru mengumpulkan data dari berbagai sumber untuk membantu
auak mengadakan penyesuaiaa
7. Pimpinan sekolah sebagai manajer dalam pengelolaan pelayanan, rumah
tangga sekolali danperlengkapan, perlu :
a. Mengerti jenis pelayanan dan perlengkapan yang berguna dan dibutuhkan.
b. Membimbiug para staf dalam meudayagunakan perlengkapan yang ada
semaksimal mungkin.
c. Membagi-bagikanfasilitas secaralengkap dan adil.
d. Melengkapi gum-gum dengan fasilitas yang ada agar mereka dapat bekerja
dengan baik.
e. Mengajukan usul pemenuhankebutuhan sekolah akan fasilitas kepada atasan.
8. Pimpinan sekolah sebagaipemimpin di bidangpengorgamsasian,perlu :
a. Mengorganisasi sekolah agar memainkan fungsi dan peranannya demi
peitumbulian peserta didik dalam belajar.
b. Bekerjasama dalam perencanaan dan pengorgamsasian dengan staf agar
pendayagunaan personal dapat efektifdan efisien.
c. Merealisasikan tanggung jawab untuk membuat kepuhisan dalam berbagai
situasi.
Tugas dan peranan pimpinan sekolah sebagai pemimpin dan manajer
pendidikan seperti diuiaikan di atas, belum sepenuhnya dapat dilaksanakan oleh
Pimpinan STKS. Sebagai pemimpin pendidikan ia dihadapkan pada masalah
membimbing kinerja dosen dalam melaksanaan sistem pembelajaran. Akibatnya
produktivitas STKS secara keselumhan masih dinilai rendah oleh berbagai
kalangan. Masalah pokok yang perlu mendapatkan perhatian dari pimpinan
STKS adalah kualitas tenaga dosen. Pengembangan profesional tenaga dosen dalam
kegiatan belajar mengajar mempakan salah satu tuntutan strategis yaug hams
dilaksanakan oleh pimpinan STKS.Alasan pertama, karena ilmu pengetahuan dan
tehnologi senantiasa berkembang pesat, kalau tenaga dosen tidak ditingkatkan
kemampuannya dikhawatirkan akan ketinggalan zaman dan materi perkuliahan yang
disampaikan kepada maliasiswa sudah kadaluarsa Alasan kedua, profesi sebagai
dosen tidak begitu dipersiapkan secara khusus, berbeda dengan gum sekolah
menengah dan sekolali dasar yang memang dipersiapkan melalui IOP dan program
diploma yang dulunya SPG. Seperti dijelaskan Soekisno Hadikoesmono (1982 : 3)
: " Semua lulusan perguruan tinggi, kecuali lulusan Fakultas Keguman atau Fakultas
Ilmu Pendidikan atau Sekolah Tinggi Keguman dan Ilmu Pendidikan atau Institut
Keguman dan Ilmu Pendidikan (KIP), pada umumnya tidak dipersiapkan dengan
pengetahuan untuk dapat memainkan peran sebagai guru."
Keadaan dosen STKS Bandung dilihat dari jenis pendidikan kesaijanaan
(SI) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
KEADAAN DOSEN STKS BERDASARKAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN KESARJANAANNYA (SI)
No PEND. KESARJANAAN (SI) JUMLAH PERSENTASE
1 STKS 45 73,77
2 UNPAD 8 13,12
3 KIP 4,91
4 UGM 1,64
5 UI 1,64
6 UN1NUS 1,64
7 IAIN 1,64
8 UNPAS 1,64
JUMLAH 61 100,00
Sumber data: STKS Bandung Tahun 1999
Data di atas menggambarkan, bahwa 95,09 % dosen STKS berasal dari
perguman tinggi nonkependidikan, sehingga kemampuannya dalam kegiatan belajar
mengajar perlu ditingkatkan. Upaya pimpinan STKS dalam meningkatkan
kemampuan belajar mengajar dosen STKS dilakukan melalui program pendidikan
Akta Mengajar TV disamping memberikan kesempatan melanjutkan pendidikan S2
dan S3 di dalam maupun luar negeri. Dosen yang telah mengikuti program
pendidikan AktaMengajar IVsampai bulan Juli 1999 tercatat 28 orang (45,90 %).
Jumlah ini perlu ditingkatkan melalui program pendidikan sejenis agar kualitas
dosen dalam kegiatan belajar mengajar terns memngkat.
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Ditinjau dari dimensi output, pendidikan tinggi mempakan kelanjutan
pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau
profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu
pengetahuan, tehnologi dan/atau kesenian (Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 2 Tahun 1989).
Mewujudkan tujuan sebagaimana dikehendaki oleh undang-undang tersebut,
maka kunci pokok keberhasilan pendidikan terletak pada pelaksanaan tanggung
jawab dosen. Dosen memiliki tugas yang sangat strategis, yaitu melaksanakan
kegiatan proses pembelajaran. Agar kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan
secara efektif, perlu adanya upaya pembinaan secara terns menems dan terencana
yang dilakukan oleh pimpinan sekolah. Oleh karena itu, masalah kepemimpinan
manajerial Pimpinan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) dalam
pengelolaan sistem pembelajaran untuk menunjang produktivitas sekolah perlu
diteliti.
Kepemimpinan manajerial Pimpinan STKS dalam hal pengelolaan sistem
pembelajaran akan memberikan kontribusi yang besar terhadap kelancaran proses
pendidikan. Berkaitan dengan masalah itu, maka penelitian ini akan mengkaji :
"Bagaimana kepemimpinan manajerial Pimpinan Sekolah Tinggi Kesejahteraan
Sosial (STKS) Bandung perlu dikembangkan agar dapat menunjang peningkatan
produktivitas sekolah ?
Berdasarkan rumusan dan permasalahan di atas, maka fokus kajian
penelitian ini adalah permasalahan yang dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana profil / gambaran kepemimpinan manajerial Pimpinan STKS,
meliputi:
a Karakteristik perilaku kepemimpinan Pimpinan STKS untuk mengembangkan
kemampuan dosen dalampengelolaan sistem pembelajaran ?
b. Strategi dan pola pembinaan Pimpinan STKS untuk meningkatkan pelayanan
dosen kepadamahasiswa dalam pelaksanaan sistem pembelajaran ?
c. Pendekatan Pimpinan STKS mengatasi mahasiswa yang bermasalah dalam
pelaksanaan sistempembelajaran ?
2. Ro^som.pengelolaan sistem pembelajaran oleh Pimpinan S1KS, meliputi :
a Apa visi, misi, dan tujuan pengelolaan sistem pembelajaran menumt
Pimpinan STKS ?
b. BagaimanaPimpinan STKSmembuat perencanaan sistempembelajaran ?
c. Bagaimana pelaksanaan sistem pembelajaran?
d. Bagaimana pengawasan terhadap pelaksanaan sistem pembelajaran ?
3.Bagaixnanaproduktivitas STKS, meliputi:
a Bagaimana gambaranproduktivitas STKS ?
b. Sejauhmana pengelolaan sistem pembelajaran mampu menunjang
produktivitas STKS ?
c. Upaya apa yang dilakukan Pimpinan STKS agar produktivitas STKS
meningkat?
C.Tujuan Penelitian
J.Tujuan Umum
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran sejauhmana
Pimpinan Sekolali Tinggi Kesejahteraan Sosial telah melaksanakan pengelolaan
sistem pembelajaran yang menunjang produktivitas sekolah.
2. Tujuan Khusus
Bertitik tolak dari tujuan umum, maka tujuan khusus dalam penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikau dan menganalisis tentang :
a Karakteristik, strategi serta pola pendekatan Pimpinan STKS dalam pengelolaan
sistem pembelajaran.
b. Pengelolaan sistem pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh Pimpinan STKS.
c. Upaya Pimpinan STKS dalam meningkatkan dan mengembangkan produktivitas
STKS.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian yang sifat pendekatannya
naturalistik kualitatif
dapat dilihat pada duasegi, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini mengkaji dan menganalisa mengenai data pengelolaan sistem
pembelajaran, baik ditinjau dari perencanaan, pelaksanaan, maupun pembinaan dan
evaluasi. Hasil penelitian diharapkan memberikan masukan bagi pihak-pihak yang
terkait dan berkepentingan serta berwenang untuk menyusun dan memberikan arah
pembinaan kepadapimpinan STKS dalam upaya meningkatkan pengelolaan sistem
pembelajaran, sehingga memberikan dampak positif bagi peningkatkan
produktivitas sekolah.
2. Manfaatpraktis
Secara praktis hasil penelitian ini berguna untuk : Pertama, sebagai
masukan dan sumbangan pikiran terhadap Pimpinan STKS dalam penyempumaan
dan peningkatan sekolali, khususnya dalam pengelolaan sistem pembelajaran.
Kedua, informasi penelitian ini berguna bagi para dosen untuk lebih meningkatkan
kemampuannya dalam pelaksanaan kegiatan belajai- mengajar. Ketiga, hasil
penelitian ini juga berguna bagi Departemen Sosial (sekarang BKSN) sebagai
penanggung jawab telinis administratif pengelolaan STKS.
E. Pola Penelitian dan Pendekatan Masalah
Alur kerja dalam penelitian ini, mengacu pada pola kegiatan sebagaimana
tertera pada Gambar (1-1). Pola penelitian pengelolaan sistem pembelajaran
hubungannya dengan produktivitas sekolah sebagai fokus dalam penelitian ini,
dituangkan dalam Gambar (1-2).
Pola penelitian pada Gambar (1-1) dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penelitian ini didahului dengan pengungkapan informasi yang digambarkan
dengan sejumlah data empirik berdasarkan hasil prasurvey di lapangan serta
konsep-konsep yang mendukungnya Fenomena-fenomena yang menunjukkan
adanya masalah, diamati dan dipelajari secara cermat sebagai bahan untuk
menentukan fokus masalah yang akan diteliti.
2. Berdasarkan informasi yang diperoleh, langkah selanjutnya menetapkan rumusan
masalah, tujuan penelitian danmanfaat penelitian baik teoritis maupun praktis.
3. Setelah rumusan masalah dan tujuan penelitian ditetapkan, selanjutnya peneliti
mempelajaii balian atau data yang ada hubungannya dengan permasalahan yang
akan diteliti melalui studi kepustakaan.
4. Meuetapkan metoda penelitian kualitatif, tehnik dan alat pengumpul data, subjek
penelitian dan jenis data yang diperlukan.
5. Melaksanakan pengumpulau data dan infomiasi dari lapangan dengan
menggunakan intrumen dan pedoman yang telah dipersiapkan.
6. Data dan informasi yang telah terkumpul diolah dan dianalisis dengan
menggunakan prosedur dan tahapan reduksi data, display data, dan memberi
interpretasi.
7. Kemudian berdasarkan hasil temuan di lapangan peneliti membuat generalisasi
dan kesimpulan. Kesimpulan penelitian dibandingkan dengan tujuan dan masalah
penelitian, guna memastikan apakah sudah menjawab pertanyaan penelitian
Akhiniya disusun rekoinendasi yang mungkin dapat dimplementasikan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan
Pendekatanmasalali penelitian seperti pada Gambar (1-2) dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Kegiatan pengelolaan STKS pada dasarnya mempakan tugas dan fiingsi utama
Pimpinan STKS yang seluruhnya ditujukan untuk meningkatkan kelancaran
proses pembelajaran agar dapat meningkatkan produktivitas sekolah dengan
efektif, efisien dan berkualitas.
2. Fokus penelitian ini adalah pengelolaan sistem pembelajaran yang meliputi
perencanaan tujuan pembelajaran, pengelolaan bahan pembelajaran sebagai alat
untuk mencapai tujuan, metoda pembelajaran yang efektif untuk mengantarkan
mahasiswa mencapai tujuan, pengelolaan alat pembelajaran yang relevan untuk
membantu proses pencapaian tujuan, dan bagaimana melakukan evaluasi untuk
menilai keberhasilan pencapain tujuan.
3. Untukmelaksanakan tugas dan pekerjaan itu dengan baik Pimpinan STKS hams
menguasai seluk beluk konsep dan teori kepemimpinan dan pengelolaan.
Pimpinan STKS mempunyai fiingsi ganda, yaitu sebagai pimpinan dan sebagai
manajer sekolah yang hams diemban secara harmonis.
4. Dari kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas sekolah
yang terlihat dari indikator antara lain : terjadinya peningkatan kegiatan
pembelajaran, terbinanya suasana kelas yang kondusif, tertanamnya disiplin dan
munculnya semangat serta gairah belajar pada mahasiswa, indek presrasi
akademik yang tinggi, dan popularitas sekolah dalam bentuk kepercayaan dan
penghargaan dari masyarakat meningkat
POM PENELITIAN
LATARBELAKANG
MASALAH
T. KEPEMIMPINAN T. ADM. PENDEOKAN
«-» RUMUSAN
MASALAH
METODOLOGI
PENELITLAN
PENGUMPULAN
DATA
I
1
ANALISA
DATA
. . _ . . , _ . _ !t
PENAFSIRANDATA
_„j'
GENERALISASI
3'
KESIMPULAN
GAMBAR 1.1
KONSEP
KEPEMIMPINAN
KONSEP
ADM.PEND.
KEPEMIMPINAN MANAJE
RIAL PIMP. STKS DALAM
PENGELOLAAN SISTEM PEMBELAJARAN, MELIPU TI :
1. TUJUAN PEMBELAJARAN 2. BAHAN PEMBELAJARAN
3. METODA PEMBELAJARAN
4. ALAT PEMBELAJARAN
5. EVALUASI PEMBELAJAR
AN UMPANBALTK PRODUK TTVITAS SEKOLAH/ ./ GAMBAR 1.2
PENDEKATAN MASALAH PENELrTIAN
F. Sistematika Tesis
Bab I : Pendahnhian
memuat tentang latar belakang masalah penelitian,
rumusan dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sertapola
penelitian dan pendekatan masalah
Bab EL : Tinjauan Kepustakaan yang di dalamnya memuat : Pertama,
pembahasan konsep dasar administrasi pendidikan yang meliputi segi pengertian,
ruang lingkup dan fiingsi administrasi pendidikan.
Kedua,
membahas konsep dasar
kepemimpinan yang relevan meliputi pendekatan ciri terhadap kepemimpinan,
pendekatan perilaku, dan pendekatan kontingensi. Kepemimpinan dalam konteks
administrasi, kepemimpinan dalam konteks sekolah, peranan dan tugas-tugas
manajer sekolah, peranan dan tugas-tugas pimpinan STKS sebagai pemimpin
pendidikan juga mempakan bagian yang dibahas pada bagian ini.
Ketiga,
dibicarakan konsep dasar desain dan pengembangan sistem pembelajaran yang
mencakup pendekatan dan desain sistem pembelajaran. Keempat, secara lebih luas
disajikan konsep dasar produktivitas meliputi tinjauan konsep secara umum,
produktivitas pendidikan dan indikator sekolah yang produktif
Kelima,
dikemukakan kajian penulis tentang penelitian yang relevan, sedangkan bagian akhir
disampaikan kesimpulan terhadap kajian teoritis dan implikasinya
Bab DI: Menyajikan Metodologiyang digunakan peneliti mencakup aspek
metode, sumber data dan lokasi penelitian, tehnik dan intrumen pengumpulan data,
prosedur dan langkah-langkah penelitian, prosedur analisa data serta faliditas data
Bab IV : Deskripsi Hasil Penelitian memuat : Pertama, bagaimana
profil/gambaran kepemimpinan manajerial pimpinan STKS, meliputi : karakteristik
perilaku kepemimpinan yang ditampilkan oleh Pimpinan STKS untuk meningkatkan
kemampuan dosen dalam pengelolaan sistem pembelajaran, strategi dan pola
pembinaan yang diterapkan oleh Pimpinan STKS dalam membina dosen, serta
pendekatan yang digunakan oleh Pimpinan STKS dalam mengatasi maliasiswa
bermasalah. Kedua, pengelolaan sistem pembelajaran oleh Pimpinan STKS
meliputi : pemahaman visi, misi dan tujuan pengelolaan sistem pembelajaran,
bagaimana Pimpinan STKS melakukan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
pengelolaan sistem pembelajaran yang menunjang produktivitas STKS. Ketiga,
disajikan gambaran produktivitas STKS selama ini, sejauhmana pengelolaan sistem
pembelajaran telah mampu menunjangpeningkatan produktivitas STKS, serta upaya
yang dilakukan oleh Pimpinan STKS agar produktivitas STKS meningkat.
Bab V :Pembahasan terhadap temuan hasil penelitian Bab VI: Memuat kesimpulan, implikasi dan rekomendasi peneliti terhadap peningkatan
kepemimpinan manajerial Pimpinan STKS dalam pengelolaan sistem pembelajaran
yang menunjang peningkatan produktivitas STKS.
BAB HI
METODOLOGI PENELITLAN
A. Metode Penelitian °
Tujuan pokok penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis
kepemimpinan manajerial Pimpinan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS)
dalam pengelolaan sistem pembelajaran yang menunjang peningkatan produktivitas
sekolah. Aspek-aspek yang dikaji melalui penelitian ini adalah : (1)
Profil/gambaran kepemimpinan manajerial Pimpinan STKS, (2) Pengelolaan sistem
pembelajaran oleh Pimpinan STKS, dan (3) gambaran tingkat produktivitas STKS
selamaini. Dengan kata lain, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengertian
(understanding) dan pemahaman (verstehen) tentang suatu peristiwa atau perilaku
manusia yang berperan sebagai pemimpin manajerial dalam pengelolaan sistem
pembelajaran serta pengarahnya terhadap peningkatan produktivitas sekolah. Untuk
mencapai mjuan tersebut, maka paling cocok digunakan metode penelitian kualitatif
(Cook dan Reichardt, 1982 : 10 atau Bogdan dan Biklen, 1982 : 31).
Niswanto (1994 : 72) mengutip Bogdan dan Biklen. (1992), Lincoln dan
Guba, (1985), Moleong, (1989). mengemukakan karakteristik metoda penelitian
kualitatif sebagai berikut: (1) mempunyai latar alamiah, (2) manusia sebagai alat
atau intromen penelitian, (3) penentuan sampel secara purposif, (4) menggunakana
metoda kualitatif (5) analisis data secara induktif, (6) teori dasar (grounded
theory), (6) laporannya bersifat deskriptif, (7) lebih meningkatkan proses daripada
hasil sehingga bersifat deskruptif-analitik, (8) adanya "batas" yang ditentukan oleh
96
Karakteristik pertama, peneliti menggali data atau informasi secara
langsung dari narasumber yang representatif tanpa memberikan suatu "perlakukan"
(treatment) seperti pada penelitian eksperimen. Tujuan pendekatan ini agar
diperoleh suatu gambaran tentang fenomena sosial yang dinamakan kegiatan
kepemimpinan manajerial Ketua Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS)
Bandung dalam pengelolaan sistem pembelajaran, sesuai kondisi apa adanya
Karakteristik kedua, menunjukkan bahwa dalam proses pengambilan
sampel hams disesuaikan dengan tujuan penelitian. Oleh kaiena itu jumlah sampel
tergantung pada pertimbangan kelengkapan informasi yang diperlukan. Nasution
(1988 : 32-33) menjelaskan baliwa untuk memperoleh informasi tertentu, sampling
dapat diteruskan sampai dicapai taraf "redudancy" ketuntasan atau kejenuhan.
Artinya sampel dianggap memadai apabila sudali ditemukan pola tertentu dari
informasi yang dikumpulkan dan dengan menggunakan responden selanjutnya boleh
dikatakan tidak lagi diperoleh tambalian infoimasi bam yang berarti.
Pengambilan data penelitian ini dilakukan langsung oleh peneliti karena
dalam penelitian kualitatif peneliti menempalkaii diri sebagai intrumen utama
Rasionalisasi dari karakteristik ini karena manusia (peneliti) mempunyai
adaptability yang tinggi, dapat menyesuaikau diri dengan situasi yang
berubah-ubah, dan dapat memperhalus pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh data yang
terperinci dan niendalam sesuai tujuan penelitian (Nasution, 1988 : 54-55).
Karakteristik berikutnyaberimplikasi bahwa data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini cenderung dalam bentuk kata-kata daripada dalam bentuk
angka, dan hasil analisisnya pun bempa uraian
(Miles
dan
Huberman,
1984 :15).
Dengan deiiukian laporan penelitian kualitatif lebih banyak inengandung deskripsi
dan penjelasan tentang aspek-aspek masalah yang menjadi fokus penelitian. Bukan
beraiti baliwa dalam penelitian kualitatif sama sekali bebas dari laporan yang
berbentuk angka-angka
Sampel penelitian kualitatif tidak didasarkan atas pertimbangan stalistik,
tetapi berdasarkan ketuntasan informasi yang diperlukan. Oleh sebab itu, analisis
dalam penelitian ini bukan beitujuan untuk memperoleh generalisasi, tetapi data
dianalisis secara induktifuntuk dicari "keajegan" atau polanya, selanjutnya dicari
makna dari pola tersebut. Dengan deinikian hasil penelitian ini bersifat idiografik,
lebih mementingkan makna dalam konstek ruang danwaktu.
B. Sumber Data/Subyek dan Lokasi Penelitian
Banyaknya sampel dalam penelitian kualitatif bukanlah mempakan
karakteristik utama Hal yang penting adalali memilih sampel penelitian yang benar
-benar tepat dan refresentatif dengan permasalahan, sehingga data dan informasi
dapat dihimpun secara lengkap, akurat dan valid sesuai dengan tujuan penelitian.
Upaya memperoleh data atau informasi berkenaan dengan kepemimpinan
manajerial pimpinan Sekolali Tinggi Kesejaliteraan Sosial (STKS) Bandung dalam
pengelolaan sistem pembelajaran, sampel penelitian dipilih berdasarkan
karakteristik subjek yang mengetahui informasi pola kepemimpinan manajerial
pimpinan STKS. Sampel dalam penelitian ini adalah purposif sampling yang
mempakan suatu cara pengambilan sampel berdasarkan karakteristik tertentu yang
dimiliki sampel sesuai dengan tujuan penelitian.
Memenuhi kriteria di atas, terlebih dahulu penulis mengadakan studi
penjajagan melalui obsen/asi dan wawancara pendaliuluan dengan sejunilali tenaga
administrasi dan dosen, yang mempakan titik awal untuk penarikan sampel.
Peiigambilan sampel secaiapurposifdengan karakteristik : (1) memilih sampel atau
subjek yang mengetahui informasi tentang permasalahan yang berkaitan dengan pola
kepemimpinan manajerial pimpinan STKS dalam pengelolaan sistem pembelajaran,
(2) data diambil langsung dari setting lapangan, yaitu dengan cara menghimpun
semua data dari subjek penelitian, sedangkan peneliti sebagai intramen utama
Akhirnya subjek penelitian yang dijadikan sumber data dan informasi dalam
penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Pimpinan STKS Bandung
2. Kepala Bagian Tata Usalia
3. Kepala Bidang Program Pendidikan
4. Kepala Bidang Saranadan Bimbingan Pendidikan
5. 10 orangdosen (enam orang dosen senior dan empat orang dosen yunior).
Untuk kepentingan tiiauggulasi digunakan pula sumber data dari unsur mahasiswa
dan pimpinan instalasi/lembaga-lembaga kegiatan yang ada di STKS.
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolali Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS)
Bandung sebagai salah satu sekolah kedinasan yang bemaungdi bawahDepartemen
Sosial RI dan sekarang berubah menjadi Badan Kesejahteraan Sosial Nasional
(BKSN).
C. Tehnik dan Intrumen PengumpulanData
Mendapatkan data yang akurat diperlukan telmik pengumpulan data yang
sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif. Tehnik yang digunakan dalam
pengunipuian data adalali studi dokumentasi, wawancara, dan obseivasi.
Penggunaan ketiga tehnik ini dimaksudkan agar data yang diperoleh saling
meleitgkapi dan saling itienuiijang.
Pertama, studi dokumentasi mempakan kajian terhadap peristiwa, objek
dan lindakan yang direkam dalam bentuk tulisan, slide, media lainnya Penelitian
mengenai kepemimpinan manajerial pimpinan STKS dalam pengelolaan sistem
pembelajaian yang menunjang produktivitas sekolali, dapat menggunakan studi
dokumentasi untuk mengungkapkan peristiwa, objek dan tindakan-tindakan yang
dapat meiianibali pemahaman peneliti terhadap gejala-gejalapersoalan yang diteliti.
Studi dokumentasi ini memungkinkan ditemukannya perbedaan atau
perteiitangaii antara hasil wawancara dan observasi dengan hasil yang terdapat
dalam dokumen. Bila hal ini terjadi peneliti dapat mengkonfirmasikannya dengan
bentuk wawancaia Melalui penggunaan ketiga tehnik ini, data yang diperoleh
diharapkanbetul-betul sesuai dengankeadaanyangsesungguhnya
Kedua, wawancara mempakan proses komunikasi antara peneliti dengan
sumber data dalam rangka menggali data yang bersifat word view untuk
mengungkapkan makna yang terkandung dari masaiah-masalah yang diteliti.
Pertimbangan wawancara ditetapkan sebagai tehnik pengumpulan data yakni : (1)
orang menipersepsi objek, peristiwa dan tiiidakan, kemudian niaknanya ditangkap
melalui pandangannya, (2) sumber data (orang) yang representatif dapat
meugungkapkan gainbaian peristiwa, tiiidakan atau subjek yang telali lama
dikenalnya Oleh karena itu, wawancara terhadap orang yang representatif untuk
suatu persoalan adalalipenting untuk mengungkapkan dimensi masalah yang diteliti.
Pertimbangan lain mengenai penggunaan tehnik wawancara, tehnik ini
inempunyai bebeiapa kelebilian, yaitu : (1) peneliti dapat melakukan kontak secaia
langsung dengan responden sehingga memungkinkan didapatkan jawaban secara
bebas dan mendalam, (2) hubungan dapat dibiua lebih baik, sehingga memungkinkan
responden bisa mengemukakan pendapatnya secara bebas, (3) untuk pertanyaan dan
pemyataan yang kuraiigjelas dari kedua belali pihak dapat diulangi kembali(Nana
Sudjana danIbrahim, 1989 : 102). Bentuk wawancara yang dilakukan oleh peneliti berupa wawancaia bebas (tak berstruktur), mengiiigat peneliti memiliki hubungan
sosial yang cukup baik dengan responden. Wawancara tak berstraktur bersifat
luwes dan terbuka dimaua memungkinkan pertanyaan yang diajukan, muatannya, dan
rumusan kata-katanya disusun sendiri oleh peneliti sesuai dengan maksud dan tujuan
penelitian(Kerlinger, 1982 : 771).
Ketiga, observasi atau pengamatan mempakan aktivitas yang sistematis
terhadap gejala-gejala baik yang bersifat fisikal maupun mental. Pengamatan
terhadap tindakan-tindakan yang mencerminkan pola kepemimpinan manajerial
pimpinan STKS dalam pengelolaan sistem pembelajaran dan faktor-faktor yang
mempengarahinya, diperlukan observasi atau pengamatan secara langsung. Cara ini
dimaksudkan untuk mendapalkan data yang cennat, faktual dan sesuai dengan
konteksnya M.Q. Patton menguraikan manfaat pengamatan bagi peneliti adalah :
(1) mampu memalianii konstek data secaia holistik, (2) memungkinkan peneliti
menggunakan metode induktif yang tidak terpenganih konsep atau pandangan
sebeluinnya, (3) dapat mengungkapkan hal-hal yang sensitif yang tidak teraugkap
dalam wawancara dan (4) mampu merasakan situasi sosial yang sesungguhnya
(Nasution, 1992 : 50-60, dan Moleong, 1990 ; 13 7 - 120). Dapat disimpulkan
bahwa pengamatan atau observasi baik langsung maupun tidak langsung akan sangat
beiiiianfaat untuk mengungkapkan situasi yang sebeaaniya
Keberhasilan suatu penelitian naturaiistik atau kualitatif sangat tergantung
kepada keleiigkapan catatan lapangan (field notes) yang disusun peneliti (Bogdan
dan Bikien, 1992 : 73 -74). Dalam penelitian ini, peneliti melengkapi diri dengan
buku catatan, tape recorder dan kamera Peralatan-peralatan tersebut digunakan
agar dapat merekam informasi verbal maupun non verbal selengkap mungkin,
walaupun dalam peiiggunaaimya memerlukan kehati-hatian sehingga tidak
mengganggu responden. Tntramen penelitian ini adalah peneliti sendiri
(human instrument), kaiena manusia mempunyai adaptabilitas yang tinggi serta
responsif terhadap situasi yang berubah-rabah yang dihadapi dalam penelitian.
Manusia juga mempunyai imajiiiasi dan kreatifitas untuk memandaiig duiiia secaia
irtuh, riil dan dalam konteksnya Disamping itu manusia juga mempunyai
kemampuan untuk mengklasifikasi, dalam arti menjelaskaii kepada responden
tentang sesuatu yang kurang difahami, serta berkemampuan idiosinkratik, yakni
mampu menggali sesuatu yang tidak diieiicanakan, tidak diduga atau tidak laziin
terjadi yang dapat memperdalam makna penelitian (Nasution, 1990 : 55-58;
LincolndanGubadalam Moleong, 1990 : 121-121).
D.Prosedur/Langkah-langkah Penelitian
Tahap-tahap dalam penelitian kualitatif secara garis besar dibedakan atas
tiga tahap, yaitu tahap oriental, tahap eksplorasi dan tahap member chek
(Nasution, 1988 : 33-34).
J. Tahap Orientasi
Bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan jelas mengenai
masalah yang akan diteliti. Sekaligus pula memantapkan disain dan menentukan
fokus penelitian.
Padatalia]) ini peneliti melakukan kegiatan : (1) prasurvey atau penjajagan
lapangan untuk memperoleh gambaran permasalahan dan upaya menentukan subyek
sejak dini, (2) melakukan pendalaman masalah melalui sumber-sumber puslaka
baik konsep-konsep teoritis serta mempelajari studi pendahuluan yang relevan, (3)
memilih dan menetapkan lokasi yang relevan. Pada tahap itu pula peneliti
pergunakan untuk memperoleh pengarahan dan bimbingan dari dosen pembimbing
dalam proses penyusunan dan memantapkan disaiu penelitian.
2. Tahap Eksplorasi
Mempakan tahapan sesunggulinya dalam proses pengumpulan data sesuai
dengan fokus dan tujuan penelitian yang telah ditentukan. Tahap ini mempakan
iniplementasi kegiatan peiigumpulau datayang meliputi : (1) melakukan wawancaia
secara intensif dengan Pimpinan STKS, Kepala Bagian dan Bidang, Dosen dan
maliasiswa yang ditetapkan sebagai infonnau, (2) nielakukaii observasi terhadap
perilaku dan kecenderangan penggunaan gaya kepemimpinan oleh Pimpinan STKS,
melakukan observasi terhadap suasana sekolali secaia keselumlian temtama yang
berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan iklim kerja yang kondusif
peiiataan sekolali dan suasana lingkungan manusiawi, dan (3) melakukan studi
dokumentasi terhadap pencapaian kinerja STKS selama ini. Penelitian dilakukan
secaia intensifdari tanggal 5 Oktober 1999 sampai dengan 15 Juni 2000. Tahap ini
dilakukan analisis data dengan cara mereduksi data atau informasi, yaitu dengan
eara menyeleksi catatan lapangan yang ada dan merangkum hal-hal yang penting
secara lebih sistematis agar ditemukan pola yang tepat. Melalui cara ini dapat
mempennudah peneliti dalaminempertajani gainbaian fokus penelitian.
3. Tahap Member Check
Tahap ini dilakukan untuk mengecek kebenaran dari informasi-informasi
yang telali dikumpulkan agar hasil penelitian lebih dapat dipercaya Proses
pengecekan dilakukan setiap kali peneliti selesai melakukan wawancara yakni
dengan mengkonfinnasikan keinbali catatan-catatan hasil wawancaia Dalam
wawancara juga sedapat mungkin menarik kesimpulan bersama-sama dengan
responden. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kesalalian dalam menafsirkan
infromasi. Selain itu, catatan lapangan yang telah diketik, hasilnya dimintakan
koreksi dari uara suniber yang bersangkutan. Untuk lebih memantapkan data yang
dihasilkan, peneliti melakukan observasi dan studi dokumentasi serta trianggulasi
kepada responden lain yang dianggap berkompeten. Dengan demikian proses
pelaksanaan member check dilakukan seiring dengan tahap eksplorasi.
E.Prosedur Analisa Data
Tahapan ini dilakukan proses analisis dan mtepretasi data dengan tujuan
memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan. Dalam penelitian
kualitatif, proses analisis dilakukan secara terns meneras, semenjak data awal
dikumpulkan sampai tahap penelitian selesai. Proses intepretasi atau penafsiran
data, dilakukan dengan mengacu kepada landasan teoritis yang berkaitan dengan
fokus penelitian.
Kegiatan analisis data dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagaimana
disarankan oleh Nasution(1988 : 129-130) danMiles&. Huberman (1984 : 21)
sebagai berikut: (1) reduksi data, (2) display data, dan (3) mengambi! kesimpulan
dan verifikatif
Reduksi data dilakukan dengan meringkas kembali catatan-catatan lapangan
dengan memilih hal-hal yang pokok atu penting, yang berkaitan erat dengan
permasalahan kepemimpinan manajerial Pimpinan STKS yang menjadi fokus
penelitian Selanjutnya hal-hai yang pokok tadi dirangkum dalam susunan yang lebih
sistematis, sehingga dengan mudah diketahui tema atau polanya. Untuk
meniudalikana melihat pola ini makarangkuman tadi disajikan dalam bentuk matriks
hasil penelitian. Dari pola yang tampak dalam display data, selanjutnya dapat
ditaiik kesimpulan sehingga data yang dikumpulkan memiliki makna
Proses analisis data dilakukan semenjak data awal diperoleh, sehingga
kesimpulan yang ditaiik pada awalnya bersifat sangat tentatif dan kabur. Guna
memantapkan kesimpulan agar lebih "grounded'* maka verifikasi dilakukan
sepanjang proses penelitian. Verifikasi ini dimaksudkan untuk meiijauiin tingkat
kepercayaan hasil penelitian, sehingga prosesnya berlangsung sejalan dengan
member check, trianggulasi dan "audit trail".
F. Validitas Data Hasil Temuan Penelitian
Hasil analisis dan intepretasi temuan penelitian agar sesuai dengan
kenyataan di lapangan, maka hasil analisis dan intepretasi data dikoniirmasikan
kembali kepada sumber data Miles dan Huberman (1992 : 253) menvebutkan
kegiatan ini sebagai "mendapatkan unpan balikan dari informasi", sedangkan
LincolndanGuba(1985 : 235) menyebutnya sebagai member chek.
Tingkat kebermaknaan proses maupun produk suatu penelitian kualitatif
tergantung pada : (1) kredibiiitas (validitas internal), (2) transferabilitas (validitas
eksternal), (3) dependabilitas (reliabilitas), dan (4) konfirmabilitas (obyektivitas).
(Nasution, 1988 : 114-124;Muhadjir, 1990 : 150-159). Oleh karena itu penelitian
ini diusahakan dapat memenuhi kriteria-kriteria tersebut
J. Kredibilitas
Kredibilitas mempakan ukuraii tentang kebenaran data yang dikumpulkan,
yang dalam peneieitian kiiantitatif disebut validitas internal. Kredibilitas dalam
penelitian kualitatifmenggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan konsep yang
ada pada responden atau nara sumber. Untuk mencapai hal tersebut dalam
penelitian ini dilakukan, antara lain :
a. TrianguJasi, ialah mengecek kebenaran data dengan membandingkan dengan
data daii suniber lain. Seperti diketaliui nara sumber penelitian ini adalali
Pimpinan STKS, Kepala Bagian dan Kepala Bidang, dosen dan mahasiswa
STKS Bandung. Oleh kaiena itu pada waktu mencari data atau infomiasi daii
seorang nara sumber, sekaligus dilakukan pengecekan pada data atau informasi
dari nara suniber lain.
b. Pembicaman dengan kolega(peer debriefing), dalam hal ini peneliti membahas'•
catatan-catatan lapangan dengan kolega, teman kuliali atau para pejabat yang
kredibilitas akademisnya tidak diragukan. Mereka semua tidak mempunyai
kepentingan dengan penelitian yang sedang dilakukan, sehingga dapat
memberikan pandangan dan sumbangan pemikiran bahkan menyampaikan hal-hal
yang bersifat kritis terhadap catatan atau temuan lapangan bahkan kepada
persoalan metodologis. Hal ini sangat memperkaya wawasan penulis, bahkan
kritik dan pertanyaan-pertanyaan kritis sangat meiiantang untuk dikaji lebih jauli
yang sangatbermanfaat bagi tingkat kebenaran penelitian ini.
c. Penggunaan bahan referensi,yakni dengan menggunakan hasil catatan Dengan
cara ini peneliti dapat memperoleh gainbaian yang lengkap tentang infomiasi
yang diberikan nara sumber sekaligus dapat memahami konstek pembicaraanya,
sehingga keinungkinan kekeliruan dapat diperkecil.
d. Mengadakan member check, yakni pada setiap akhir wawancara dilakukan
konfinnasi dengan nara sumber, sehingga apabila ada kekeliiuan dapat
diperbaiki atau bila ada kekurangan dapat ditambah dengan informasi bara.
Dengan demikian data yang diperoleh sesuai dengan yang dimaksudkan oleh nara
sumber.
2. Transferabilitas
Ki iteria ini dalam penelitian kuantitatif disebut dengan validitas ekstemal,
yakni sejauh manakah hasil penelitian dapat diaplikasikan atau digunakan dalam
situasi lain. Dengan kata lain transferabilitas ini berkaitan dengan generalisasi.
Menurat Nasution (1988 : 118), bagi peneliti kualitatif, transferabilitas bergantung
pada sipemakai, yakni hiiigga manakali hasil penelitian itu dapat mereka gunakaii
dalam konteks dan situasi tertentu. Oleh karena itu transferabilitas hasil penelitian
ini diseralikaa kepada para pemakai. Apabila pemakai melihat ada situasi yang
identik dengan permasalahan kepemimpinan manajerial Pimpinan STKS, maka
pemakai dipersilalikan inengaplikasikaunya
3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas
Pengertian defendabilitas sejajar dengan reliabilitas dalam penelitian
kuantitatif, yang diinaksudkan untuk membahas konsistensi hasil penelitian. Dalam
hal ini dependabilitas menguji apakah penelitian ini dapat diulangi atau direplikasi
dengan nienemukan hasil yang sama Sedangkan konfinnabilitas berkenaan dengan
objektivitas hasil penelitian.
Situasi sosial pada hakekatnya berasifat unik dan tidak dapat direkontraksi
sepenuhnya seperti semula Oleh karena itu sangat sulit untuk mengukur konsistensi
hasil penelitian tentang kepemimpinan manajerial Pimpinan STKS ini. Untuk itu
guna menjaga kebenaran dan obyektivitas hasil penelitian ini dilakukan ''audit
hail", yakni dengan melaksanakan pemeriksaan untuk iiieyakinkan baliwa hal-hal
yang diiaporkan memang demikian kejadiannya Untuk kepentingan ini dilakukan
antara lain :
a. Merekam, mencatat, dan menyusun data mentah selengkap mungkin, unhik
digunakan sebagai bahan analisis selanjutnya
b. Menyusun unit analisis atau katagori informasi dan mendeskripsikannya dengan
menyeleksi, mei angkuni dan kemudian nienyusun kembali dalam bentuk deskripsi
yang sistematis.
c. Membuat hasil sintesa dengan menyesuaikau tenia, tujuan, penafsiran dan
kesimpulan penelitian.
d. Melaporkan keselumhan proses dan hasil penelitian secara utuh dalam bentuk
tesis dan telah diuji kelayakannya
Kegiatan pada point (1) di atas, dilakukan selama proses pengumpulan data
di lapangan. Kegiatan pada point (2) dilakukan pada Bab IV, point (3) dilakukan
pada bab VI. Point (4) mempakan kegiatan akhir dari penelitian bempa laporan
lengkap untuk didiskusikan dengan dosen pembimbing, dan selanjutnya akan diuji
kelayakannya sebagai sebuah karya iimiah.
BAB VI
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Bab ini akan menyajikan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi yang
didasarkan pada hasil penelitian dan analisa data, yaitu yang berkaitan dengan
kepeniimpinan nianajerial pimpinan STKS dalam pengelolaan sistem pembelajaran
yang menunjang peningkatan produktivitas sekolah.
A.Kesimpulan
Hasil penelitian memberikan gambaran, bahwa secara umum kepemimpinan
manajerial Pimpinan STKS dalam pengelolaan sistem pembelajaran untuk
menimjang peningkatan produktivitas sekolah belum efektif Indikatomya Pimpinan
STKS belum mampu menggerakkan semua unsur yang terkait dalam pengelolaan
sistem pembelajaran terlibat aktif dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi kegiatan.
Belum optimal dan efektifhya kepemimpinan manajerial Pimpinan STKS
dipenganihi oleh keiuaiupuan, keterampilan dan pola kepemimpinan yang
diterapkan oleh Pimpinan STKS dalam melakukan pembinaan kepada pejabat
straktura! dan dosen STKS. Kedua unsur ini memegang peranan penting dalam
proses pencapaian produktivitas STKS yang efektif dan efisien.
Profil atau gambaran kepemimpinan manajerial Pimpinan STKS yang
berhubungan dengan karakteristik perilaku Pimpinan STKS dalam mengembangkan
kemampuan dosen. Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Pimpinan STKS
cendenmg pada gaya kepemimpinan demokratis dan situasional. Indikatomya
hubungan keija diwujudkan dalam bentuk human relationshif dengan menekankan
pada prinsip saling menghargai dan saling menghormati, pendapat dan kritik
bawalian disalurkan dan diusaliakan perwujudaimya bagi kemajuan STKS. Disisi
lain, kelemahan dari Pimpinan STKS kurang memperhatikan pencapaian tugas
secaia maksimal kliususiiya yang berkaitan dengan pengelolaan sistem
pembelajaran.
Strategi dan pola pembinaan yang diterapkan oleh Pimpinan STKS untuk
meningkatkan pelayanan dosen kepada mahasiswa cukup efektif melalui penerapan
model peiwaliau. Strategi Pimpinan STKS melalui penerapan pola pembinaan
kemitraan, kebersamaan dan kekeluargaan telah cukup mendorong dan
niempengaiulii dosen untuk meiiingkalkan pelayanan kepada maliasiswa, kliususiiya
dalam kegiatan perwalian. Kegiatan perwalian sebagai sarana terbinanya
pembinaan raport dinilai sangat efektif untuk mengeiubangkan sikap dan pola
kepemimpinan demokratis dosen STKS.
Pendekatan Pimpinan STKS mengatasi maliasiswa yang bennasalali
mengacu kepada peraturan yang berlaku di STKS sebagai sekolah tinggi kedinasaa
Pemberian sanksi kepada mahasiswa yang bennasalali dilakukan secara
proporsional karena hijuan pemberian sanksi didasari oleh nilai-nilai edukatif agar
maliasiswa dapat bersikap dan beitingkali laku sesuai dengan karakteristik lembaga
dimana mereka melakukan kegiatan akademik. Oleh karena itu, pendekatan
kekeiuargaan, pembinaan dan pertimbangan pedagogik mempakan unsur penunjang
efektivitas pembinaan kepada mahasiswa
Pengelolaan sistem pembelajaran oleh Pimpinan STKS. Pemahaman
Pinipiiiaii STKS terhdap visi, misi dan tujuan pengelolaan sistem pembelajaran
kurang begitu baik, karena konsep pembelajaran diartikan sebagai kegiatan dosen
dalam menyampaikan materi pembelajaian kepada maliasiswa Daii peuialiaman
yang sederhanan ini, dipersepsi bahwa praktek pembelajaran berlangsung
sederhana pula Disatu pihak dosen menyampaikaii materi pembelajaian, di pihak
lain mahasiswa menerima materi pembelajaran. Kondisi ini dirasakan sebagai
kendala dalam peningkatan pengelolaan sistem pembelajaran yang menunjang
peningkatan produktivitas STKS.
Perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan sistem pembelajaian oleh
Pimpinan STKS belum sepenuhnya melibatkan semua unsur yang terkait. Tidak
semua dosen terlibat dalam peramusan silabus dan pembuatan rencana sistem
pembelajaran karena tugas ini dilakukan oleh tim yang dibentuk atau ditunjuk oleh
lembaga Pelaksanaan sistem pembelajaian pada dasamya diserahkaii pada
kemampuan masing-masing dosen dalam mempersepsi dan memahami tujuan sistem
pembelajaran, sedangkan berkaitan dengan aspek pengawasan pelaksanaan sistem
pembelajaran dilakukan oleh dosen senior pada masing-masing bidang studi.
Keterlibatan langsung Pimpinan STKS dalam pengawasan sistem pembelajaian
relatifrendah.
Produktivitas STKS dilihat dari segi enrolmen atau penerimaan mahasiswa
masih perlu dibenahi. Selama ini STKS menerima mahasiswa penibayar dan tugas
belajar. Mahasiswa tugas belajar lebih banyak berasal dari Departemen Sosial
(sekarang BKSN). Dalam penentuan persyaratan calon mahasiswa ditentukan oleh
Biro Kepegawaian Pusat, sedangkan keterlibatan STKS relatif kecil. Akibatnya
calon maliasiswa yang diterima di STKS kadang-kadang kurang slap untuk
mengikuti perkuliahan di STKS. Aspek keluaran yang selama ini dihasilkan oleh
STKS daii segi kualitas perlu ditingkatkan. Tidak menutup kenyataan masih banyak
keluhan dari lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang masih meragukan
kemampuan lulusan STKS.
Semangat dan gairah belajar dosen relatif baik, hal ini ditunjukkan dengan
initial melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi (S2/S3) semakin meningkat.
Ketersediaan fasilitas juga menampakkan peningkatan yang berarti, sarana dan
prasarana kampus relatif lebih baik, dilengkapi oleh saiana pepustakaan yang
memadai, mang kuliah yang nyaman serta fasilitas lainnya seperti olah raga,
kesenian, parkir cukup tersedia
Untuk lebih meningkatkan produktivitas STKS di masa yang akan datang,
hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Pimpinan STKS meliputi : peningkatan
kualifikasi pendidikan dosen, motivasi bekerja, kepuasan bekerja, peningkatan
kesejaliteraan karyawan, iklim keija, fasilitas, dan peningkatan kualitas
kepemimpinan.
B. Implikasi Temuan Penelitian
Mengacu pada temuan penelitian dan pembahasan tentang kepemimpinan
manajerial Pimpinan STKS dalam pengelolaan sistem pembelajaran yang
menimjang peningkatan produktivitas STKS, maka untuk merealisasikan tujuan
dimaksud perlu dipertimbangkan aspek-aspek sebagai berikut:
1. Kepemimpinan manajerial Pimpinan STKS memegang peranan penting dalam
merealisasikan tercapainya tujuan STKS. Sebagai sekolali tinggi kedinasan.
STKS bertanggung jawab menciptakan sumber daya manusia yang menguasai
dan mampu menerapkan ilmu pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilan-keterampilan pekerjaan sosial dalam tugas-tugas penyembuhan, pemulihan,
peiicegahan dan pengembangan pada interveiisi mikro maupun makro. Oleh
karena itu, perlu ada upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan
Pimpinan STKS dalam pengelolaan sistem pembelajaian.
2. Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan
Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi, telali
memberikan peluang bagi STKS untuk tumbuh dan berkembang menjadi
Lembaga Pendidikan Tinggi Kedinasan (LPTK) yang secara khusus mencetak
tenaga-tenaga profesional Pekerjaan Sosial. Dalam rangka penyesuaian, perlu
upaya pembenahan ke dalam mencakup istilah, unsur pembantu, kelembagaan
dan unsur penunjang lainnya.
3. Produktivitas adalali salah satu hijuan yang ingin dicapai oleh STKS dengan
menekankan pada aspek kualitas. Keluaran yang berkualitas meimmgkinkan
lulusan STKS dapat bersaing dalam era globalisasi. Perlu diupayakan berbagai
cara atau strategi meningkatkan prosuktivitas STKS melalui peningkatan
kualifikasi tenaga pengajar atau dosen, melengkapi sarana dan fasilitas
pendidikan, serta memberdayakan perangkat pemmjang lainnya Pimpinan STKS
hendaknya proaktif melakukan pembinaan kepada doseii dan karyawan secara
intensif dan kontinyu. Diharapkan dengan demikian dapat meningkatkan
kemampuan profesional dosen dalam kegiatan belajai" mengajar. Kemampuan
tersebut, diharapkan akan menghasilkan sumber daya manusia (output) sekolah
yang berkualitas.
C. Rekomendasi
Berdasarkan temuan dan bahasan di atas, peneliti mencoba memmuskan
rekomendasi mengenai strategi pembinaan oleh Pimpinan Badan Kesejahteraan
Sosial Nasional (BKSN) dan Pimpinan STKS. yaitu :
1. Pimpinan BKSN perlu mempersiapkan calon Pimpinan STKS yang memiliki
kemampuan, dan keterampilan dalam administrasi pendidikan. Pimpinan STKS
hams memiliki kemampuan untuk menterjemahkan dan menjabarkan setiap
kebijakan Pemerintali dalam bidang pendidikan ke dalam administrasi
pendidikan
di
STKS,
sehingga
STKS
mampu
mewujudkan
visinya
mengupayakan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas dalam bidang
Pekerjaan Sosial. Kelemahan yang selama ini dirasakan, bahwa calon Pimpinan
STKS direkrat dari para pejabat Departemen Sosial (sekarang BKSN) yang
padaumumnya kurang memiliki wawasan tentang ilmu pendidikan. Oleh karena
itu, gaya kepemimpinan yang diterapkan lebih cenderung pada gaya
kepemimpinan birokrat ketimbang sebagai