• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sudah terbukti dapat membantu mengatasi masalah kesehatan selama beberapa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sudah terbukti dapat membantu mengatasi masalah kesehatan selama beberapa"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penggunaan beberapa tumbuhan yang biasanya digunakan untuk bumbu masak sebagai obat tradisional sudah dilakukan sejak dahulu. Pengobatan tradisional ini sudah terbukti dapat membantu mengatasi masalah kesehatan selama beberapa generasi. Perkembangan obat tradisional atau yang dikenal masyarakat sebagai jamu seiring dengan kepercayaan masyarakat atas khasiat dan mutu jamu itu sendiri. Jika tidak adanya bukti bahwa jamu bisa untuk dijadikan sarana penyembuhan dan pemelihara kesehatan, tentu masyarakat enggan untuk mengkonsumsi jamu tersebut.

Seiring dengan modernisasi dalam bidang kesehatan, sebagian orang mulai enggan menggunakan tanaman obat dalam menjaga kesehatan pasca melahirkan.

Oleh karena enggannya dalam penggunaan obat tradisional, maka penerapan penggunaan tanaman obatpun akan berkurang, sehingga lama kelamaan pengetahuan mengenai tanaman obat dapat hilang. Oleh karena itu, perlu adanya suatu penelitian untuk membuktikan kebenaran khasiat dari ramuan tanaman obat. Adanya kebenaran khasiat dari ramuan tanaman obat ini, dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan sumber daya alam khususnya tumbuhan obat. Selain itu, perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat dalam pemanfaatan tumbuhan obat untuk kesehatan diri, sehingga

(2)

diharapkan nantinya memiliki keinginan, berinisiatif untuk melestarikan dan membudidayakan tumbuhan obat.

Penulis menetapkan Kecamatan Gamping, Godean, Minggir, Mlati, Moyudan, dan Seyegan sebagai tempat penelitian. Hal ini dikarenakan berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, di Kecamatan ini masih ada masyarakat yang menggunakan tumbuhan obat sebagai perawatan pasca melahirkan.

B. Rumusan Masalah

1. Jenis ramuan obat tradisional apa saja yang biasa digunakan oleh ibu-ibu pada masa nifas?

2. Apakah ramuan obat tradisional yang digunakan dapat memberikan efek sesuai dengan yang diharapkan berdasarkan hasil wawancara dengan responden?

3. Apakah ramuan obat tradisional memiliki efek samping berdasarkan hasil wawancara dengan responden?

4. Adakah hubungan antara kandungan kimia yang terdapat pada komposisi ramuan obat tradisional dengan khasiat dari ramuan?

C. Pentingnya Penelitian Diusulkan

1. Dengan analisis tersebut akan dihasilkan suatu keluaran yang dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan sumber daya alam khususnya tumbuhan obat untuk upaya peningkatan kesehatan ibu pasca melahirkan.

(3)

2. Untuk digunakan sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan ketepatan efek ramuan obat tradisional, sehingga dapat diketahui dampaknya dalam memulihkan dan menjaga kesehatan ibu pasca melahirkan.

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kebenaran khasiat ramuan obat tradisional terhadap ibu pasca melahirkan.

2. Mengetahui ada atau tidaknya efek samping yang ditimbulkan saat mengkonsumsi ramuan obat tradisional.

3. Mengetahui ada atau tidaknya efek sinergis antara kandungan kimia pada tumbuhan dengan khasiat dari ramuan.

E. Tinjauan Pustaka 1. Persalinan

Setelah kehamilan mencapai aterm, yaitu saat janin dikatakan cukup bulan apabila usia kehamilannya mencapai 38-42 minggu, secara alamiah tubuh mempersiapkan diri untuk proses kelahiran. Tubuh mulai menunjukkan beberapa tanda-tanda persalinan, seperti adanya rasa mulas yang sering dan teratur, keluar lendir darah dan keluar air ketuban. Kelahiran merupakan proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Bayi keluar dari rahim ibu melewati tulang panggul ibu yang keras dan lubang vagina yang sempit serta ada beberapa

(4)

tahapan/mekanisme persalinan normal. Kelahiran normal terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi letak belakang kepala (LBK) yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu ataupun janin (Aprilia, 2011).

Faktor penyebab terjadinya persalinan:

a. Teori Keregangan

Otot rahim mempunyai keregangan/kemampuan meregang dalam batas-batas tertentu, setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.

b. Teori Penurunan Progesteron

1) Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim 2) Estrogen meninggikan ketegangan otot-otot rahim.

3) Selama kehamilan terhadap keseimbangan antara progesteron dan estrogen dalam darah, tapi pada akhir kehamilan progesteron menurun sehingga adanya his.

c. Teori Oksitosin

1) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar Hipofisi Pars Posterior.

2) Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat dimulai.

(5)

d. Teori Prostaglandin

Prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, dikeluarkan oleh desidua (Aprilia, 2011).

2. Masa nifas

Masa nifas (peurperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2006 ; 122). Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan fisiologi, yaitu perubahan fisik, involusi uterus dan pengeluaran lochia, laktasi/pengeluaran ASI, perubahan system tubuh lainnya, perubahan psikis.

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam (Prawirohardjo, 2006).

Karakteristik masa nifas adalah:

a. Adanya involusi, yaitu perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Uterus akan mengalami kekurangan darah sehingga jaringan otot-otot uterus mengalami atrophy kembali kepada ukuran semula. Faktor-faktor seperti autolysis, aktivitas otot-otot, dan ischemia akan

(6)

saling mempengaruhi sehingga proses involusi terjadi, sehingga uterus kembali pada ukuran dan tempat semula (Ibrahim,1996).

b. Lochia, yaitu cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas. Cairan yang dikeluarkan berasal dari bekas melekatnya plasenta dan juga disertai endometrium yang menebal, karena degenerasi untuk kembali ke keadaan semula.

c. Lactasi, yaitu pembentukan dan pengeluaran Air Susu Ibu (ASI). ASI merupakan makanan pokok bagi bayi yang cocok untuk pencernaan bayi. ASI memiliki kelebihan, yaitu:

1). Sesuai dengan kebutuhan dan alat pencernaan bayi.

2). Bebas dari kuman penyakit karena pemberiannya secara langsung, selain itu ASI selalu hangat dan segar karena selalu ada produksi ASI yang baru ketika ibu menyusui.

3). ASI berisi zat-zat makanan protein, mineral dan vitamin sesuai dengan kebutuhan anak untuk pertumbuhan. Disamping itu ASI juga mengandung zat antibody, sehingga bayi yang disusui ibunya umumnya jarang sakit dan mengalami alergi (Ibrahim, 1996).

Bagi ibu, menyusui memberikan manfaat fisik yaitu membantu involusi uterus, disamping itu menyusui juga memberikan manfaat emosional bagi ibu dan bayinya (Farrer, 2001).

(7)

3. Ramuan Obat Tradisional

Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun- temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menimbulkan efek samping.

Dari penelitian yang pernah dilakukan di Kecamatan Gamping, Godean, Seyegan, Moyudan, Minggir, dan Melati, tanaman yang biasa digunakan dalam ramuan jamu untuk masa nifas antara lain:

a. Daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr)

Ekstrak daun katuk terbukti mampu meningkatkan produksi hormon prolaktin. Hormon prolaktin pada manusia berperan dalam pembentukan ASI (Sari, 2003). Ekstrak daun katuk mengandung monometil suksinat dan cis-2-metil siklopentanol asetat (ester), asam benzoat dan asam fenil malonat (asam karboksilat), serta 2 pirolidinon dan metil piroglutamat (alkaloid) (Agusta dkk., 1997)

b. Kapulaga (Amomum cardamomum Wild)

Buah kapulaga mengandung minyak atsiri lebih kurang 8% (terdiri dari sineol, terpineol, alfa-borneol), amilum 20-40%, mangaan, gula, protein, dan lemak.

Kandungan minyak atsiri dari buah kapulaga dapat dimanfaatkan pada ramuan obat batuk untuk pengenceran dahak (ekspektoran), memperlancar pengeluaran gas dari perut (karminatif), penambah aroma, obat encok, mulas, dan demam (Mursito, 1999).

(8)

Selain itu kapulaga juga berkhasiat untuk menghangatkan, membersihkan darah, antitusif dan analgetik (Lawrence, 1979).

c. Cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. And Perry)

Buah cengkeh mengandung minyak atsiri, eugenol, asam oleanat, asam galotanat, karyofilin, fenilin, resin, dan gom. Selain itu bunga cengkeh juga mengandung flavonoid, tannin resin, alkaloid, saponin, dan glikosida. (Tanko et al., 2008). Kandungan minyak atsiri dan eugenol dalam bunga cengkeh memiliki efek sebagai antifungi terhadap strain Candida, dermatofit, dan Aspergillus (Pinto et al., 2009). Flavonoid dan tannin mempunyai efek potensial dalam menghambat prostaglandin yang merupakan agen inflamasi (Tanko et al., 2008).

d. Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.)

Tumbuhan temulawak banyak mengandung minyak menguap yaitu fellandren dan turmerol. Juga mengandung kurkumin, zat tepung, kamfer, glikosida, toluyl metal karbinol dan 1-sikloisoprenmyrsen. Rimpang temulawak dapat dimanfaatkan sebagai obat maag, menghilangkan bau tidak sedap sewaktu haid, melancarkan BAB, obat sembelit, dan memperbanyak ASI (Tampubolon, 1995). Rimpang temulawak diketahui juga dapat digunakan untuk memperlancar produksi empedu (koleritik), menurunkan kadar kolesterol, menghilangkan rasa nyeri (analgetik), menurunkan panas badan (antipiretik), memperlancar pengeluaran empedu ke usus (kolagogum), dan sebagai antibakteri maupun antijerawat. Disamping itu, rimpang dapat berfungsi untuk mencegah penyakit pada hati (Mursito, 1999).

(9)

e. Temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Rosc.)

Temu putih mengandung minyak atsiri 1-2% ( banyak mengandung sesquiterpene hydrocarbon 10% dan sesquiterpene alcohol 10%; 1,8-Cineol 10%);

disamping itu terdapat pula d-campher, camphene, d-borneol, β-curcumene, ar- curcumene, furanodienone, zederone, zedoarine, dan zingiberene. Rimpang Curcuma zedoaria dilaporkan memiliki potensi kuat sebagai anti asma. Furanogermenone bersifat toksik terhadap larva Spodophtera littoralis. Rimpang temu putih digunakan untuk merangsang keluarnya gas perut (karminatif), mengurangi rasa sakit saat haid, aromaticum, stomachicum, cholereticum, mengobati gangguan saluran pencernaan, pembersih darah dan tonik sehabis bersalin (Sudarsono dkk., 1996).

f. Kunyit (Curcuma domestica Vahl.)

Rimpang kunyit mengandung kurkumin, yaitu suatu senyawa antibakteri, juga dapat merangsang dinding kantong empedu untuk berkontraksi mengeluarkan empedu, sehingga pencernaan akan lebih sempurna. Pada pemakaian yang terlalu banyak bisa mengakibatkan kekosongan kantong empedu. Juga mengandung minyak atsiri yang berkhasiat untuk mencegah keluarnya asam lambung yang berlebihan dan mengurangi peristaltik usus yang terlalu kuat. Kandungan lain berupa dammar, gom, lemak, protein, dan vitamin C (Tampubolon, 1995). Disamping rimpang kunyit yang mengandung minyak atsiri berupa senyawa-senyawa sesquiterpen alcohol, turmeron, dan zingiberen, juga mengandung kurkuminoid yang mengandung senyawa kurkumin dan turunannya berwarna kuning yang meliputi desmetoksikurkumin dan

(10)

bisdesmetoksikurkumin. Kunyit biasanya dimanfaatkan untuk pengobatan diabetes mellitus, tifus, usus buntu, disentri, sakit keputihan, haid tidak lancar, perut mulas saat haid, memperlancar ASI, agar bayi lahir dengan mudah, menyapih bayi, cangkrang, amandel, berak lendir, sakit perut, perut mual, perut mulas, perut kembung, diare, maag, sembelit, sakit kepala, sariawan, mabuk kendaraan, sakit gigi berlubang, penambah darah, membersihkan darah, membangkitkan nafsu makan, eksim, bisul, koreng, kurap, bengkak karena disengat serangga, gatal-gatal, menghilangkan jerawat dan noda hitam di wajah, menghaluskan kulit wajah, dan menghilangkan bau badan (Thomas, 1989).

g. Bangle (Zingiber purpureum Roxb.)

Rimpang bangle mengandung minyak atsiri antara lain terdiri dari sineol dan pinen, dammar, pati, lemak, gom mineral, dan albuminoid (Tampubolon, 1995).

Selain itu juga mengandung saponin dan flavonoid. Rimpang bangle biasa digunakan dalam ramuan untuk pengobatan sakit kepala, susah buang air besar, nyeri pada perut, sakit kuning, sebagai penghangat tubuh, pelangsing, membantu pengeluaran gas dari saluran pencernaan, asma, rematik, dan demam bagi orang yang baru melahirkan jika rimpangnya ditumbuk dan dipergunakan sebagai obat kompres.

h. Jahe ( Zingiber officinale Roscoe)

Jahe mengandung sineol, borneol, sitral, b-phellandren, d-camphen, damar, shogaol, juga zingeron yang mempunyai daya mengurangi peristaltik usus dan juga bisa melumpuhkan syaraf motorik (Tampubolon, 1995). Dimasyarakat, jahe biasanya

(11)

digunakan sebagai peluruh dahak atau obat batuk, peluruh keringat, peluruh kentut, peluruh haid, pencegah mual, dan penambah nafsu makan (Sudarsono dkk., 1996).

i. Kencur (Kaempferia galanga L.)

Sel daun kecur dan rimpang kencur mengandung minyak yang disebut atsiri.

Selain itu rimpang kencur juga mengandung senyawa kimia diantaranya kamfer, borneol, sineol, dan etil alcohol. Rimpang kencur bersifat analgetikum. Di masyarakat biasanya digunakan untuk membantu mengurangi rasa sakit pada keseleo, menghilangkan lelah, melangsingkan tubuh, influenza pada bayi, masuk angin, sakit kepala, batuk, diare, menghilangkan darah kotor, memperlancar haid dan untuk mata pegal (Thomas, 1989).

j. Temu mangga (Curcuma mangga Val.)

Temu mangga mengandung senyawa kurkuminoid sebesar 0.18 – 0.47% (Bos et al., 2007). Secara tradisional temu mangga dimanfaatkan untuk mengobati maag, diare, penghilang nyeri saat haid, keputihan, jerawat dan bisul. Selain itu temu mangga juga berkhasiat mengecilkan rahim dan menambah nafsu makan. Senyawa fenolik dalam temu mangga diketahui mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi (Tedjo et al., 2005).

k. Temu giring (Curcuma heyneana Val. and v.Zijp)

Rimpangnya mengandung minyak atsiri, pati, saponin dan flavonoid. Di masyarakat biasanya digunakan sebagai obat cacing, obat sakit perut, obat pelangsing, dan dalam ramuan kosmetik untuk memperbaiki warna kulit (Mursito,

(12)

1999). Minyak atsiri temu giring mempunyai aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Eschericia coli, dan Streptococcus beta haemolyticus (Sudarsono dkk., 2002). Ekstrak kasar dari rimpang temu giring dan senyawa seskuiterpennya mempunyai efek antibakteri (Aspollah et al., 2010).

l. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle)

Jeruk nipis biasa digunakan untuk membantu pengobatan penyakit amandel, malaria, ambeien, sesak napas, influenza, batuk, sakit panas, sembelit, terlambat haid, perut mules saat haid, disentri, perut mulas, perut mual, lelah, bau badan, dan keriput wajah (Widyaningrum dan Rahmat, 2011). Jeruk nipis mengandung asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral, limonene, felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linalilasetat, aktilaldehid, nonildehid), damar, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang vitamin B1 dan C. Jeruk nipis juga biasanya digunakan oleh masyarakat untuk mengatasi pegal linu, jerawat, menambah nafsu makan, sakit kepala/vertigo, dan lain sebagainya (Chang, 2001).

m. Cabe jawa (Piper retrofactum Vahl.)

Buah cabe jawa mengandung minyak atsiri yang antibakteri dan zat piperin yang berkhasiat menurunkan panas dan menyenyakkan tidur. Cabe jawa juga bersifat antiradang. Rasa pedasnya juga menghangatkan dan memperlancar peredaran darah serta menyegarkan (Supriadi, dkk., 2001). Buah cabe jawa juga mengandung damar, gom, dan pati (Mardisiswojo dan Radjakmangunsudarso, 1996). Selain itu, cabe jawa juga digunakan untuk mengatasi kejang perut, muntah, perut kembung, mulas,

(13)

disentri, diare, sukar buang air besar, sakit kepala, sakit gigi, batuk, demam, hidung berlendir, lemah syahwat, sukar melahirkan, neurasthenia, tekanan darah rendah, pencernaan terganggu, rematik goat, tidak hamil, rahim dingin, membersihkan rahim, badan lemah, stroke, nyeri pinggang, dan kejang perut (Widyaningrum, 2011).

n. Daun jambu biji (Psidium guajava Linn.)

Daun jambu biji mengandung asam psidiolat, asam ursolat, asam krategolat, asam oleanolat, asam guaiavolat, kuersetin dalam bentuk aglikon, guajaverin, isokuersetin, hiperin, kuersitrin, dan senyawa flavonol. Komponen minyak atsiri daun antara lain limonene, kariofilen, dan seskuiterpen alcohol. Perasan daun jambu biji mampu mempercepat penyembuhan luka operasi. Ekstrak daun jambu biji 5% dan 15% mempunyai efek terhadap pengurangan masa perdarahan pada kelinci (Sudarsono, dkk., 2002). Daunnya mengandung tannin, bermanfaat sebagai obat antidiare (Supriadi, dkk., 2001).

F. KETERANGAN EMPIRIS

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi kajian hubungan komposisi ramuan obat tradisional dengan khasiat dan efek samping yang mungkin terjadi pada wanita dalam masa nifas yang menggunakan ramuan obat tradisional yang berada di wilayah Kabupaten Sleman bagian barat.

Referensi

Dokumen terkait

jurnalistik tersebut secara tidak langsung memengaruhi rating program berita yang. dimiliki

Hasil penelitian menunjukkan terdapat 19 sasaran strategis yang ingin dicapai dengan prioritas sasaran adalah: meningkatkan penerimaan Fakultas (bobot 10%),

Mengukur kuat arus di suatu tempat dengan menggunakan amperemeter, maka amperemeter dipasang seri seperti dalam gambar (1a). Mengukur tegangan antara dua titik digunakan

Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dalam

Hindi niya gustong tumakbo; halos mabali ang kanyang siko at ang nais lamang niya ay makaalpas sa matitigas na bisig ni Aling Marta; ngunit ngayon, nang siya ay bitiwan ng nasaktang

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut

Hasil penelitian berdasarkan alat analisis tesebut menunjukkan bahwa terdapat tujuh kecamatan yang mempunyai hirarki dengan kategori tinggi keatas sebagai pusat pertumbuhan

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak