• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN DALAM UPAYA PENINGKATAN ARUS KUNJUNGAN WISATA KE KOTA SIBOLGA PROVINSI SUMATERA UTARA GELADIKARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN DALAM UPAYA PENINGKATAN ARUS KUNJUNGAN WISATA KE KOTA SIBOLGA PROVINSI SUMATERA UTARA GELADIKARYA"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN DALAM UPAYA PENINGKATAN ARUS KUNJUNGAN WISATA

KE KOTA SIBOLGA PROVINSI SUMATERA UTARA

GELADIKARYA

OLEH :

NAMA : SA’ARANI NDRAHA NIM : 117007081

KONSENTRASI : MANAJEMEN PEMASARAN

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015

(2)

PERSETUJUAN GELADIKARYA

Judul Geladikarya : Analisis Strategi Pengembangan Kepariwisataan Dalam Upaya Peningkatan Arus Kunjungan Wisata ke Kota Sibolga Provinsi Sumatera Utara

Nama : Sa’arani Ndraha

NIM : 117007081

Program Studi : Magister Manajemen

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Nazaruddin, MT Ketua

Dr. Sutarman, M.Sc Anggota

Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc

(3)

ABSTRAK

Sa’arani Ndraha, Nim 117007081. “Analisis Strategi Pengembangan Kepariwisataan Dalam Upaya Peningkatan Arus Kunjungan Wisata ke Kota Sibolga Provinsi Sumatera Utara”. Pembimbing Geladikarya Dr. Ir.

Nazaruddin, MT dan Dr. Sutarman, M.Sc.

Pariwisata merupakan salah satu kegiatan bisnis yang bergerak di bidang jasa dan menjadi andalan Indonesia dalam rangka meningkatkan devisa negara di sektor non migas. Di kota Sibolga selain sektor perikanan dan perdagangan, pariwisata telah menjadi sektor unggulan dan berpotensi untuk mampu memberikan kontribusinya bagi pendapatan asli daerah (PAD). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal Pemko Sibolga dalam upaya pengembangan sektor pariwisata daerah, kemudian menyusun strategi kebijakan yang dapat diimplementasikan untuk meningkatkan arus kunjungan wisata.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode desktiptif kualitatif, yang menggambarkan tentang keadaan di lapangan dan mengajukan sebuah strategi pengembangan sebagai bahan rekomendasi bagi Pemko Sibolga. Teknik populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling yakni mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan bertemu dengan peneliti namun harus cocok sebagai sumber data. Penentuan informan diperoleh dengan teknik purposive sampling yakni teknik dengan pertimbangan orang yang berkompoten di bidangnya sehingga data lebih representatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni pengamatan secara langsung, wawancara, dan dokumentasi.

Pengkajian faktor-faktor strategis internal dan eksternal dilakukan dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan (Paired Comparison Method) terkait dengan pembobotan. Kemudian dilakukan dengan pemberian rating dari masing-masing faktor strategis, merumuskan alternatif strategi menggunakan analisis matriks IE (Internal-External) dan matriks SWOT, serta menetapkan prioritas strategi dengan menggunakan analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).

Prioritas strategi kebijakan pengembangan wisata bahari yang diperoleh dari hasil analisis Matriks SWOT dan Matriks QSPM menunjukkan bahwa strategi mengembangkan potensi wisata bahari dan peningkatan kualitas produk wisata yang dikemas secara kreatif dan variatif dengan Total Attractiveness Scores (TAS) tertinggi sebesar 6.96 sedangkan strategi meningkatkan penggunaan akses internet sebagai media promosi pariwisata Sibolga dengan TAS sebesar 6.54, dan strategi menjalin kerjasama dengan para investor guna membantu mengatasi kondisi keuangan dengan TAS sebesar 6.24.

Kata kunci : strategi, analisis lingkungan, pariwisata.

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa geladikarya yang berjudul :

“ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN DALAM UPAYA PENINGKATAN ARUS KUNJUNGAN WISATA KE

KOTA SIBOLGA PROVINSI SUMATERA UTARA”

adalah benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas.

Medan, Maret 2015 Yang membuat pernyataan

Sa’arani Ndraha

(5)

RIWAYAT HIDUP

Sa’arani Ndraha lahir di Sibolga, tanggal 6 Oktober 1988. Anak ke tiga dari enam orang bersaudara dari orang tua pasangan Hezekiel Ndraha dan Dinalis Farida Br.

Sianturi. Saat ini menetap di Jl. Jamin Ginting, Padang Bulan, Medan, Provinsi Sumatea Utara.

Riwayat Pendidikan

SD Negeri 084094 Sibolga Tamat Tahun 2000

SMP Negeri 3 Sibolga Tamat Tahun 2003

SMA Negeri 3 Sibolga Tamat Tahun 2006

Fakultas Ekonomi STIE Al-Washliyah Sibolga/Tapteng Tamat Tahun 2011

Demikian daftar riwayat hidup ini saya perbuat dengan sebenarnya.

Medan, Maret 2015

Sa’arani Ndraha

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasih karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Geladikarya ini dengan judul : “Analisis Strategi Pengembangan Kepariwisataan Dalam Upaya Peningkatan Arus Kunjungan Wisata ke Kota Sibolga Provinsi Sumatera Utara”.

Geladikarya ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program studi Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Di dalam penulisan Geladikarya ini, penulis banyak mendapat arahan, bimbingan, saran maupun petunjuk dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Erman Munir, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin, MT selaku Sekretaris Program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin, MT dan Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dosen Pembimbing dimana dalam kesibukannya yang luar biasa masih

(7)

menyempatkan diri meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan petunjuk-petunjuk, saran-saran, masukan dan koreksi serta pengarahan kepada penulis dalam rangka proses penyelesaian Geladikarya ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara.

7. Staf Akademik di Program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara.

8. Kepala Dinas Disbudparpora Kota Sibolga, Sekretaris, Kabid Pariwisata, dan seluruh Staf Disbudparpora.

9. Rekan-rekan Angkatan Reguler XXXI Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara.

Teristimewa kepada ayah dan ibuku yang tercinta yang senantiasa memberi dukungan moril dan materil serta doa yang tak henti-hentinya demi keberhasilan penulis dalam menyelesaikan studi di Program Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Akhirnya penulis menyadari adanya keterbatasan serta kekurangan ilmu pengetahuan dan wawasan, sehingga dalam penulisan Geladikarya ini banyak ditemui kelemahan. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih atas kritik dan saran yang telah diberikan oleh semua pihak.

Medan, Maret 2015

Sa’arani Ndraha

(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ... 8

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pariwisata dan Kepariwisataan ... 9

2.2 Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata ... 11

2.3 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata ... 14

2.4 Pengertian Produk Wisata ... 16

2.5 Syarat Suatu Objek Wisata Dapat Dikembangkan ... 17

2.6 Internal Factor Evaluation Matrix (Matriks IFE) dan External Factor Evaluation Matrix (Matriks EFE) ... 18

2.7 Analisis Matriks Internal-External (IE) ... 22

2.8 Analisis SWOT ... 23

2.9 Quantitative Strategic Planning Matrix (Matriks QSPM) ... 26

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konseptual ... 29

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

4.2 Metode Penelitian ... 31

4.3 Populasi dan Sampel ... 32

4.4 Jenis dan Sumber Data ... 33

4.5 Metode Pengumpulan Data ... 33

(9)

4.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 34

BAB 5 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Tipologi Objek Wisata Bahari Kota Sibolga ... 35

5.2 Kondisi Umum Disbudparpora Kota Sibolga ... 39

5.2.1 Struktur Organisasi ... 40

BAB 6 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Permasalahan Pariwisata Kota Sibolga ... 41

6.2 Karakteristik Responden ... 43

6.3 Analisis Lingkungan Internal Pariwisata Kota Sibolga ... 47

6.3.1 Sumber Daya Manusia ... 47

6.3.2 Sarana dan Prasarana ... 48

6.3.3 Pemasaran ... 51

6.3.3 Produk dan Operasi Wisata ... 54

6.3.5 Kebijakan Program Pengembangan Pariwisata di Kota Sibolga ... 55

6.4 Analisis Lingkungan Eksternal Pariwisata Kota Sibolga ... 56

6.4.1 Lingkungan Umum ... 57

6.4.1.1 Ekonomi ... 57

6.4.1.2 Sosial ... 62

6.4.1.3 Teknologi Informasi ... 64

6.4.1.4 Politik ... 66

6.4.2 Lingkungan Kegiatan Pariwisata ... 67

6.4.2.1 Konsumen ... 67

6.4.2.2 Pesaing ... 68

6.4.2.3 Hambatan Masuk Pendatang Baru ... 68

6.4.2.4 Ancaman Masuk Produk Substitusi ... 68

6.5 Analisis Kekuatan dan Kelemahan serta Peluang dan Ancaman ... 69

6.5.1 Analisis Kekuatan dan Kelemahan ... 69

6.5.2 Analisis Peluang dan Ancaman ... 70

6.6 Tahap Pemasukan ... 70

6.6.1 Analisis Matriks IFE dan EFE ... 71

6.7 Tahap Pemaduan ... 74

6.7.1 Matriks I-E (Internal-External) ... 74

6.7.2 Matriks SWOT ... 77

6.7.3 Matriks QSPM ... 80

(10)

6.8 Hasil Analisis Penelitian ... 83

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 91

7.2 Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... xiii

LAMPIRAN ... xv

(11)

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perbandingan Jumlah Kunjungan Wisata

(Sibolga, Tapanuli Tengah, Nias Selatan Kota Gunungsitoli) ... 5

Tabel 2.1 Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan ... 19

Tabel 2.2 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan ... 20

Tabel 2.3 Matriks External Factor Evaluation (EFE) ... 21

Tabel 2.4 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ... 22

Tabel 2.5 Matriks SWOT ... 26

Tabel 2.6 Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) ... 28

Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan ... 31

Tabel 5.1 Tempat-Tempat Wisata Bahari Kota Sibolga ... 36

Tabel 6.1 Tanggapan dan Harapan Responden ... 42

Tabel 6.2 Jenis Kelamin vs Umur Responden ... 43

Tabel 6.3 Pendidikan Responden ... 45

Tabel 6.4 Bidang Pekerjaan Responden ... 46

Tabel 6.5 Kualifikasi Pendidikan Pegawai Pariwisata DISBUDPARPORA ... 47

Tabel 6.6 Biro Travel Kota Sibolga ... 50

Tabel 6.7 Produk Unggulan Penunjang Pariwisata Kota Sibolga ... 52

Tabel 6.8 Daftar Event Pariwisata Kota Sibolga ... 52

Tabel 6.9 Daftar Hotel-Hotel Sibolga ... 53

Tabel 6.10 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global ... 58

Tabel 6.11 Laju Inflasi Indonesia 2012-2015 ... 61

Tabel 6.12 Proyeksi Penduduk Indonesia Menurut Provinsi 2010-2035 (Ribuan) ... 62

Tabel 6.13 Laju Pertumbuhan Penduduk Dunia 1994-2050 ... 63

Tabel 6.14 Laju Pertumbuhan Menurut Lapangan Usaha 2014 Tahun Dasar 2010 ... 64

Tabel 6.15 Faktor-Faktor Kekuatan dan Kelemahan ... 69

Tabel 6.16 Faktor-Faktor Peluang dan Ancaman ... 70

Tabel 6.17 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ... 72

Tabel 6.18 Matriks External Factor Evaluation (EFE) ... 73

(12)

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Arus Kunjungan Wisatawan Domestik

ke Kota Sibolga 2008-2013 ... 4

Gambar 1.2 Arus Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Kota Sibolga 2008-2013 ... 5

Gambar 2.1 Matriks Internal – External (IE) ... 22

Gambar 3.1 Kerangka Formulasi Strategi ... 30

Gambar 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 30

Gambar 5.1 Bagan Struktur Organisasi Disbudparpora Kota Sibolga ... 40

Gambar 6.1 Jalan Raya Menuju Pantai Ujung Sibolga ... 49

Gambar 6.2 Sarana Transportasi Laut Menuju Pulau Poncan ... 50

Gambar 6.3 Penginapan di Objek Kawasan Wisata ... 50

Gambar 6.4 Matriks I-E (Internal – External) ... 74

Gambar 6.5 Matriks SWOT ... 78

Gambar 6.6 Matriks QSPM ... 81

(13)

DAFTAR GRAFIK Grafik 6.1 Pertumbuhan dan Distribusi Beberapa

Lapangan Usaha 2014 ... 59 Grafik 6.2 Laju Pertumbuhan PDB dan PDRB (Produk Domestik

Regional Bruto) Menurut Provinsi 2014 ... 60

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau. Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki ini menjadikan Indonesia mempunyai banyak potensi untuk dikembangkan baik dari sektor pertanian, perkebunan, pertambangan, industri dan pariwisata. Selain itu Indonesia memiliki keindahan alam yang terkenal ke mancanegara, kekayaan alam budaya bangsa, peninggalan sejarah, keanekaragaman flora dan fauna serta kebaikan hati dan keakraban penduduknya menjadi nilai tambah bagi pengembangan sektor pariwisata di Indonesia.

Pariwisata di Indonesia telah menjadi sektor yang strategis dalam sistem perekonomian nasional, yang memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan negara. Jadi saat ini sektor pariwisata merupakan sumber penerimaan negara yang paling diandalkan setelah penerimaan negara yang selama ini juga diandalkan yakni, sektor minyak bumi dan gas alam mengalami kemerosotan. Terkait hal itu upaya peningkatan pembangunan sektor pariwisata sungguh-sungguh diperlukan.

Pariwisata diproyeksikan sangat perspektif untuk dikembangkan dalam pelaksanaan pembangunan nasional maupun pembangunan daerah. Hal tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa dalam kegiatan kepariwisataan, bahan bakunya terdapat di setiap daerah, karena hampir semua produknya berbasis lokal. Kegiatan kepariwisataan juga melibatkan sumber daya daerah setempat termasuk sumberdaya manusianya

(15)

yang melibatkan semua pihak mulai dari pejabat dinas yang berwenang sampai pada tingkat paling bawah. Penggunaan bahan baku serta tenaga kerja setempat dalam kegiatan produksi sesuai dengan semangat daerah untuk berkembang secara pesat dan mandiri, produk-produk wisata daerah yang dengan kekhasannya akan mendukung kemampuan daerah untuk berpotensi secara mapan. Sebagaimana yang tercantum dalam GBHN dinyatakan mengembangkan dan mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan nasional menjadi kegiatan yang diandalkan untuk memperbesar penerimaan devisa, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja terutama bagi masyarakat setempat, mendorong pembangunan daerah, dan memperkenalkan alam budaya bangsa, (Waluyo, 2007).

Beberapa daerah di Indonesia menunjukkan bahwa sektor pariwisata mampu mendongkrak daerah tersebut dari keterbelakangan dan menjadikannya sebagai sumber pendapatan utama. Beberapa contoh daerah pariwisata yang telah berhasil seperti Bali, Raja Ampat, dan Lombok, (Ignasia, 2013). Hal serupa juga dijelaskan oleh (Antasari, 2013) bahwa Pulau Bali merupakan barometer perkembangan wisata yang dijadikan tujuan wisata nasional Indonesia dan sebagai daerah tujuan wisata.

Bali konsisten menempatkan pariwisata sebagai sektor andalan.

Salah satu daerah yang memiliki potensi wisata bahari yang dapat juga dikembangkan di Sumatera Utara adalah Kota Sibolga. Kota Sibolga yang terletak di kawasan pantai barat Sumatera, memiliki akses langsung yang menguntungkan terhadap negara-negara tetangga Indonesia. Dari sisi kepariwisataan, Kota Sibolga memiliki potensi wisata yang cukup besar, karena disamping keindahan alam pegunungan, juga terdapat pantai-pantai yang indah di Teluk Tapian Nauli seperti,

(16)

Pantai Indah Kalangan Sibolga, Pantai Pandaratan, Pantai Kahona, dan juga ada perbukitan yang seolah-olah melindungi kota ini, serta pulau-pulau yang menarik yang berada di perairan teluk seperti Pulau Poncan Gadang, Poncan Ketek, Pulau Sarudik, Pulau Mursala, Pulau Situngkus, Pulau Sendok, Pulau Lupis dan Pulau Panjang memiliki taman laut eksotis yang terkenal dengan keindahan pantainya, kejernihan airnya, pasir putih, dan juga dikelilingi oleh taman laut yang indah dengan beragam jenis ikan hias dan terumbu karang yang sangat cocok bagi pecinta memancing, diving dan snorkeling. Disekeliling pulau-pulau ini tumbuh pohon- pohon nyiur yang menambah kesejukan dan juga pulau-pulau ini memiliki panorama laut yang sangat indah. Di pulau-pulau ini telah tersedia fasilitas berupa hotel berbintang lengkap dengan berbagai fasilitas penunjang lainnya. Sibolga juga kaya akan peninggalan bersejarah, Wisata Tangga seratus dan Goa Tangga Seratus, merupakan Objek wisata yang terletak di jalan Sutoyo Siswomiharjo kelurahan pasar baru Kota Sibolga dan yang paling menonjol pada era peninggalan sejarah dari masa penjajahan Belanda. Dan juga Wisata Benteng Bukit Ketapang berada di Kelurahan Sibolga Ilir Kota Sibolga, Bukit Ketapang terdiri dari enam benteng dan sebuah lubang yang diduga lubang angin dari benteng tersebut. Dua Benteng terletak di bukit, dan tiga Benteng lagi diatas bukit ditambah sebuah fondasi yang merupakan bekas benteng. Sedangkan untuk seni dan budaya adalah upacara Maure Lawik.

Kota Sibolga juga merupakan titik sentral bagi wisatawan yang akan melanjutkan perjalanan ke daerah-daerah disekitarnya seperti Pulau Nias, Provinsi Sumatera Barat dan Aceh Nangro. Sehingga secara geografis Sibolga sangat

(17)

18,880

9,801

7,703 10,028 11,000

4,895

0 5,000 10,000 15,000 20,000

Tahun

2008 2009 2010 2011 2012 2013

diuntungkan dan memiliki peluang menambah arus kunjungan wisatawan ke daerahnya.

Namun kenyataannya kawasan wisata yang ada di Sibolga tidak berkembang sebagaimana yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah arus kunjungan wisatawan domestik ke Kota Sibolga selama 6 (enam) tahun terakhir menunjukkan kecenderungan yang menurun dari 18.880 orang di tahun 2008 menjadi 4.895 orang s/d Agustus pada tahun 2013.

Berdasarkan angka kunjungan wisatawan domestik selama tahun 2008-2013 menunjukkan kecenderungan penurunan arus kunjungan wisatawan domestik ke Kota Sibolga, hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1

Arus Kunjungan Wisatawan Domestik ke Kota Sibolga 2008 – 2013

Sumber : Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga, 2013

Penurunan jumlah arus kunjungan wisatawan terjadi bukan hanya pada wisatawan domestik tetapi juga pada wisatawan mancanegara. Pemko Sibolga mencatat arus kunjungan wisatawan mancanegara ke Kota Sibolga selama 6 (enam) tahun terakhir menunjukkan kecenderungan yang menurun dari 237 orang di tahun

(18)

237

188

78 110 140

65

0 50 100 150 200 250

Tahun

2008 2009 2010 2011 2012 2013

2008 menjadi 65 orang s/d Agustus pada tahun 2013, sebagaimana terlihat pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2

Arus Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Kota Sibolga 2008 – 2013

Sumber : Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga, 2013

Tabel 1.1 Perbandingan Jumlah Kunjungan Wisata (Sibolga, Tapanuli Tengah, Nias Selatan, Kota Gunungsitoli)

Tahun

Daerah

Sibolga Tapanuli Tengah Teluk Dalam (Nisel) Kota Gunungsitoli

D M T D M T D M T D M T

2008 18.880 237 19.117 21.004 601 21.605 5.900 98 5.998 22.511 109 22.620

2009 9.801 188 9.989 21.113 687 21.800 6.070 126 6.196 22.598 151 22.749

2010 7.703 78 7.781 21.709 761 22.470 6.438 248 6.686 22.652 174 22.826

2011 10.028 110 10.138 22.051 853 22.904 7.042 273 7.355 22.894 182 23.076

2012 11.000 140 11.140 23.003 530 23.533 7.509 305 7.814 23.530 212 23.742

2013 4.895 65 4960 42.107 714 42.821 8.112 337 8.449 23.711 258 23.969

Sumber : Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga, Kab. Tapteng, Badan Pusat Statistik Nias Selatan, Kota Gunungsitoli.

Keterangan : D = Domestik, M = Mancanegara, T = Total

(19)

Dari Gambar 1.1 dan 1.2 dapat dilihat bahwa kunjungan wisata ke Kota Sibolga dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan, sehingga tidak berbanding lurus dengan jumlah potensi wisata yang dimiliki. Dan apabila dibandingkan dengan pencapaian jumlah arus kunjungan wisata dari daerah lain yang wilayah teritorialnya, dan keberadaan objek-objek wisatanya memiliki kesamaan dengan Kota Sibolga, maka Sibolga terbilang pencapaiannya masih sangat rendah.

Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Dari data kunjungan wisata yang ditunjukkan pada Tabel 1.1, maka terlihat jelas selisih perbedaan arus kunjungan wisata domestik maupun mancanegara yang dimiliki keempat daerah. Kunjungan wisata tertinggi dari tahun 2008 sampai 2013 yaitu di daerah Kota Gunungsitoli disusul daerah Tapteng, dan Teluk Dalam (Nias Selatan) sedangkan kunjungan terendah tahun 2008 sampai 2013 yaitu di daerah Kota Sibolga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa diantara keempat daerah tersebut arus kunjungan wisata terendah terdapat di daerah Kota Sibolga. Dari hal tersebut di atas dapat diidentifikasikan bahwa pengelolaan pariwisata masih perlu ditingkatkan. Agar daya saing sektor pariwisata di Kota Sibolga dapat ditingkatkan maka perlu dilakukan perencanaan yang bersifat strategis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka pokok masalah yang dicari penyelesaiannya melalui penelitian ini adalah potensi wisata bahari yang tinggi yang dimiliki Kota Sibolga, akan tetapi dalam kenyataannya masih tidak efektif untuk menarik minat wisatawan. Sehingga perlu dirumuskan rencana strategi pengembangan sektor pariwisata Kota Sibolga.

(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Merujuk kepada rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Melakukan analisis lingkungan eksternal dan internal untuk menemukan akar masalah yang mempengaruhi Pemko Sibolga dalam upaya pengembangan sektor pariwisata Kota Sibolga.

b. Menyusun strategi yang dapat diimplementasikan oleh Pemko Sibolga untuk meningkatkan arus kunjungan wisata.

c. Menyusun kebijakan atau program pengembangan pariwisata.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Bagi Pemko Sibolga, dalam hal ini dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kota Sibolga, sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan serta mengembangkan objek wisata Kota Sibolga.

b. Bagi Sekolah Pasca Sarjana USU Program Studi Magister Manajemen, sebagai tambahan kajian penelitian dalam bidang Manajemen Pemasaran.

c. Bagi peneliti, selain mengaplikasikan teori yang diperoleh selama di perkuliahan dengan kondisi nyata di lapangan, juga meningkatkan kemampuan peneliti dalam menganalisis masalah yang ada dengan baik.

d. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi untuk penelitian pada bidang yang sama.

(21)

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Agar penelitian ini dapat terfokus dan terarah serta terhindar dari hasil penelitian yang dianggap tidak relevan, maka perlu ditetapkan batasan-batasan penelitian. Ruang lingkup dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Wisata bahari Kota Sibolga.

b. Analisis nilai-nilai Strategis pariwisata :

1. Lingkungan Eksternal

a. Lingkungan umum, meliputi : Ekonomi, Sosial Budaya, Teknologi Informasi, Politik.

b. Lingkungan Kepariwisataan, meliputi : Konsumen, Pesaing, Hambatan Masuk Pendatang Baru, Ancaman Produk Substitusi.

2. Internal, meliputi: SDM, Sarana dan Prasarana, Pemasaran, Produksi dan Operasi, Kebijakan Program Pengembangan Pariwisata di Kota Sibolga.

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pariwisata dan Kepariwisataan

Pengertian tentang pariwisata dan wisatawan timbul di Perancis pada akhir abad ke-17. Tahun 1972 Maurice Menerbitkan buku petunjuk “ The True Quide For Foreigners Travelling in France to Appriciate its Beealities, Learn the language and take exercise “. Dalam buku ini disebutkan ada dua perjalanan yaitu perjalanan besar dan kecil ( Grand Tour dan Perit Tour ).

Pertengahan abad ke-19 jumlah orang yang berwisata masih terbatas karena butuh waktu lama dan biaya besar, keamanan kurang terjamin, dan sarananya masih sederhana. Tetapi sesudah Revolusi Industri keadaan itu berubah, tidak hanya golongan elit saja yang bisa berpariwisata tapi kelas menengah juga. Hal ini ditunjang juga oleh adanya kereta api. Pada abad ke-20 terutama setelah perang dunia II kemajuan teknik produksi dan teknik penerbangan menimbulkan peledakan pariwisata. Perkembangan terkahir dalam pariwisata adalah munculnya perjalanan paket ( Package tour ).

Bila dilihat dari segi etimologinya, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata, yaitu pari berarti berkeliling, berputar- putar, berkali-kali, dari dan ke. Dan kata wisata berarti berpergian, perjalanan, yang dalam hal ini bersinonim dengan kata travel. Dengan demikian pengertian pariwisata yaitu perjalanan berkeliling ataupun perjalanan yang dilakukan berkali-kali, berputar- putar dari suatu tempat ke tempat lain ataupun suatu perjalanan yang sempurna.

(23)

Pada tanggal 12-14 Juni 1985, kata pariwisata lebih dikenal dengan istilah tourisme. Kemudian diselenggarakan Munas (Musyawarah Nasional) di Teretes (Jatim), yang di dalam musyawarah itu dihasilkan sebuah istilah baru yakni tourisme diganti dengan kata pariwisata. Kata pariwisata ini diusulkan oleh Bapak Prof.

Prijono yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan atas himbauan Bapak Presiden Indonesia Ir. Soekarno. Dan selanjutnya pada tahun 1960 istilah Dewan Tourisme Indonesia diganti menjadi Dewan Pariwisata Nasional.

Pengertian pariwisata di atas belum memberikan pengertian yang jelas dan tidak mempunyai ketentuan mengenai batasan-batasan dari pengertian pariwisata tersebut. Oleh karena itu sebagai bahan pertimbangan dapat kita lihat beberapa pendapat ahli kepariwisataan mengenai pengertian pariwisata.

1. Pengertian pariwisata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi;

pelancongan; turisme.

Dengan pengertian bahwa perjalanan yang dilakukan seseorang untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan suatu perencanaan dan bukan maksud untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan, pelancongan, turisme, atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

2. Pengertian pariwisata menurut Undang-Undang RI No 10 Tahun 2009 Tentang kepariwisataan, mengemukakan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan

(24)

wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.

3. Pengertian pariwisata menurut Suwantoro (2010), adalah suatu proses kepergian sementara oleh seseorang menuju ke tempat lain dengan alasan dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan ekonomi, sosial, budaya, politik, agama, kesehatan, maupun kepentingan yang lain.

4. Pariwisata menurut Guyer dan Fleuler dalam Pendit (2002), mengemukakan bahwa pariwisata dalam arti modern adalah fenomena dari zaman sekarang yang pada umumnya didasarkan atas kebutuhan, kesehatan dan pergantian hawa.

Sedangkan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil dari perkembangan perniagaan, industri, perdagangan, serta penyempurnaan dari alat-alat pengangkutan.

5. Pariwisata menurut Michel (2006), adalah pengembangan dari ekonomi moneter, memasarkan pemandangan dan hasil budaya manusia, mengubah kawasan- kawasan dan masyarakat-masyarakat dunia menjadi produk wisata.

2.2 Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata

Objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur penting dalam dunia kepariwisataan. Dimana objek dan daya tarik wisata dapat menyukseskan program pemerintah dalam melestarikan adat dan budaya bangsa sebagai asset yang dapat dijual kepada wisatawan.

Objek dan daya tarik wisata dapat berupa alam, budaya, tata hidup dan sebagainya yang memiliki daya tarik dan nilai jual untuk dikunjungi ataupun dinikmati oleh

(25)

wisatawan. Dalam arti luas, apa saja yang mempunyai daya tarik wisata atau menarik wisatawan dapat disebut sebagai objek dan daya tarik wisata.

Produk pariwisata meliputi keseluruhan pelayanan yang diperoleh, dirasakan, dimiliki dan dinikmati oleh wisatawan sejak ia meninggalkan rumah, tempat tinggal sampai ke daerah wisata yang dipilihnya hingga kembali ke tempat asalnya. Adapun yang dimaksud dengan produk wisata adalah keseluruhan pelayanan yang diperoleh oleh wisatawan.

Menurut UU No. 9 Tahun 1990 Bab III Pasal IV tentang kepariwisataan menjelaskan perbedaan antara objek dan daya tarik wisata adalah :

1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis serta binatang-binatang langka.

2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, pertanian (wisata agro), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan lainnya.

3. Sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat- tempat ziarah, dan lain-lain.

4. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dengan demikian pariwisata meliputi :

a. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

(26)

b. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti : kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah (candi, makam), museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat. Dan yang bersifat alamiah, seperti : keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai dan sebagainya.

Menurut SK Menparpostel No. KM 98 PW. 102 MPPT – 87 yaitu : “Objek wista adalah suatu tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya alam yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik yang diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan”.

Objek dan atraksi wisata merupakan sesuatu yang harus ada di daerah tujuan wisata, yang mempunyai daya tarik tersendiri sehingga mampu mengajak wisatawan berkunjung. Menurut Mariotti dalam Yoeti (2002) hal-hal yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata antara lain :

1. Natural Amenities, adalah benda-benda yang sudah tersedia dan sudah ada di alam.

Contoh: iklim, bentuk tanah, pemandangan alam, flora dan fauna, dan lain-lain.

2. Man Made Supply, adalah hasil karya manusia seperti benda-benda bersejarah, kebudayaan, dan religi.

3. Way of Life, adalah tata cara hidup tradisional, kebiasaan hidup, adat-istiadat seperti pembakaran mayat di Bali, upacara sekaten di Jogjakarta.

4. Culture, adalah kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat yang tinggal di daerah objek wisata.

Menurut Yoeti (2002) untuk dapat menjadi suatu daerah tujuan wisata yang baik maka kita harus mengembangkan tiga hal yaitu :

(27)

1. Something to see, adalah segala sesuatu yang menarik untuk dilihat.

2. Something to buy, adalah segala sesuatu yang menarik atau mempunyai ciri khas tersendiri untuk dibeli.

3. Something to do, yaitu suatu aktivitas yang dapat dilakukan di tempat tersebut.

Ketiga hal itu merupakan unsur-unsur yang kuat untuk suatu daerah tujuan wisata sedangkan untuk pengembangan suatu daerah tujuan wisata ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :

1. Harus mampu bersaing dengan objek wisata yang ada di daerah lain.

2. Memiliki sarana pendukung yang memiliki ciri khas tersendiri.

3. Harus tetap tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali di bidang pembangunan dan pengembangan.

4. Harus menarik.

2.3 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata

Menurut Suwantoro (2010) komponen-komponen yang termasuk ke dalam sarana dan prasarana yaitu :

1. Produk yang nyata (Tangible Product) terdiri dari :

Prasarana wisata adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan untuk dapat memenuhi kebutuhan selama dalam perjalanan.

Misalnya jaringan jalan, sarana pelabuhan (udara, laut, darat), telekomunikasi, jaringan listrik, air bersih, rumah sakit dan lain sebagainya.

(28)

Sarana produk kepariwisataan yaitu semua bentuk perusahaan yang dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan. Misalnya :

a. Pada bidang usaha jasa pariwisata, seperti : biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, konsultan pariwisata, informasi pariwisata.

b. Pada bidang usaha sarana pariwisata, yang terdiri dari : akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata dan sebagainya.

2. Intangible Product ( produk yang tidak nyata )

Pelayanan yang dimaksud dalam hal ini adalah sumber daya manusia yang bergelut dalam pariwisata dan pengetahuan teknik tentang pelayanan terhadap wisatawan. Dan sapta pesona yang terdiri dari 7 K (keamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan, kesejukan, keramah tamahan, kenangan) yang semuanya dilaksanakan secara total. Sapta pesona adalah unsur yang penting dalam mengembangkan suatu objek wisata. Citra dan mutu pariwisata di suatu daerah atau objek wisata pada dasarnya ditentukan oleh keberhasilan dalam perwujudan sapta pesona daerah tersebut. Sapta pesona adalah tujuh kondisi yang harus diwujudkan dan dibudayakan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sebagai salah satu upaya untuk memperbesar daya tarik dan daya saing pariwisata Indonesia.

Unsur-unsur sapta pesona tersebut adalah :

1. Keamanan adalah suatu kondisi dimana wisatawan dapat merasa aman, yang artinya keselamatan jiwa dan fisik.

(29)

2. Ketertiban adalah kondisi yang mencerminkan suasana yang teratur, rapi dan lancar serta menunjukkan disiplin yang tinggi dalam semua segi kehidupan masyarakat.

3. Kebersihan adalah keadaan/kondisi lingkungan yang menampilkan suasana bebas dari kotoran, sampah, limbah, penyakit dan pencemaran.

4. Kesejukan adalah suasana yang memberikan kesejukan, nyaman, tenteram, rapi, dengan adanya penghijauan.

5. Keindahan adalah keadaan atau suasana yang menampilkan lingkungan yang menarik dan sedap dipandang mata.

6. Keramah tamahan adalah suatu sikap dan perilaku seseorang yang menunjukkan keakraban, sopan, suka membantu, suka tersenyum dan menarik hati.

7. Kenangan adalah kesan yang melekat dengan kuat pada ingatan dan perasaan seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang diperolehnya.

Untuk mewujudkan sapta pesona tersebut maka perlu dilakukan kebijakan yakni dengan memberikan pengertian kepada semua lapisan masyarakat dan dunia usaha, bahwa sapta pesona merupakan hal yang sangat penting dalam mengembangkan suatu objek wisata.

2.4 Pengertian Produk Wisata

Menurut batasan ini produk wisata adalah semua bentuk pelayanan yang dinikmati wisatawan dari ia berangkat meninggalkan tempat tinggalnya hingga ia kembali pulang.

(30)

Adapun unsur-unsur dari produk wisata yang merupakan suatu paket yang tidak terpisah, yaitu :

1. Tourist objects yang terdapat pada daerah-daerah tujuan wisata yang menjadi daya tarik orang-orang untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.

2. Fasilitas yang diperlukan di tempat tujuan tersebut, seperti : akomodasi, restoran, bar, entertainment dan rekreasi.

3. Transportasi yang menghubungkan negara asal wisatawan dengan daerah tujuan wisatawan seperti transportasi di tempat tujuan ke objek-objek wisata.

Ciri-ciri produk pariwisata adalah sebagai berikut : 1. Hasil atau produk pariwisata tidak dapat dipisahkan.

2. Calon konsumen tidak dapat mencicipi produk yang akan dibeli.

3. Hasil atau produk wisata tidak dapat ditimbun.

4. Hasil atau produk wisata banyak tergantung pada tenaga manusia.

5. Hasil atau produk wisata tidak mempunyai standar atau ukuran yang objektif.

6. Peranan perantara tidak diperlukan kecuali travel agent atau tour operator.

7. Dari segi kepemilikan usaha penyediaan produk wisata memerlukan biaya yang besar, resiko tinggi dan permintaan sangat peka.

Produk pariwisata merupakan suatu susunan produk yang terpadu, yang terdiri dari objek wisata, atraksi wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan dimana setiap unsur dipersiapkan oleh setiap perusahaan dan ditawarkan secara terpisah.

2.5 Syarat Suatu Objek Wisata Dapat Dikembangkan

Mason (2011) telah membuat rumusan tentang syarat-syarat suatu objek untuk dapat dikembangkan, yaitu :

(31)

1. Attraction adalah segala sesuatu yang menjadi ciri khas atau keunikan dan menjadi daya tarik wisatawan agar mau datang berkunjung ketempat wisata tersebut.

Atraksi wisata terdiri dari 2 yaitu :

a. Site Attraction, yaitu daya tarik yang dimiliki oleh objek wisata semenjak objek itu ada.

b. Event Attraction, yaitu daya tarik yang dimiliki oleh suatu objek wisata setelah dibuat manusia.

2. Accessbility, yaitu kemudahan cara untuk mencapai tempat wisata tersebut.

3. Amenity, yaitu fasilitas yang tersedia didaerah objek wisata seperti akomodasi dan restoran.

4. Institution, yaitu lembaga atau organisasi yang mengolah objek wisata tersebut.

2.6 Internal Factor Evaluation Matrix (Matriks IFE) dan External Factor Evaluation Matrix (Matriks EFE)

Menurut David (2004) matriks External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE) merupakan alat dalam merumuskan suatu strategi. Matriks EFE dapat membantu mengambil keputusan dalam meringkas dan mengevaluasi informasi Ekonomi, Sosial Budaya, Teknologi Informasi, Politik. Juga tentang informasi Konsumen, Pesaing, Hambatan Masuk bagi Pendatang Baru, dan Ancaman Produk Substitusi. Sedangkan Matriks IFE meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan dalam suatu perusahaan/instansi yang terdiri dari Sumber Daya Manusia, Sarana dan Prasarana, Pemasaran, Produksi dan Operasi, Penelitian dan Pengembangan, Sistem Informasi Manajemen.

(32)

Menurut David (2004) dalam membuat matriks EFE dan IFE terdapat lima langkah antara lain :

1. Menyusun daftar faktor-faktor utama yang mempunyai dampak penting untuk aspek eksternal dan internal perusahaan/instansi yang ditempatkan pada kolom pertama.

2. Penentuan bobot variabel untuk semua faktor ditentukan mulai dari 0,0 (sangat tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting). Dan perlu diperhatikan bahwa total seluruh bobot tersebut sama dengan 1,0. Penentuan bobot dalam matriks EFE dan IFE dilakukan dengan jalan mengajukan faktor strategis eksternal dan internal tersebut kepada pihak manajemen, pakar atau ahli strategi dengan menggunakan metode “Paired Comparison” (perbandingan berpasangan). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu eksternal dan internal. Tabel penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.1 Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan

Faktor Strategis Eksternal A B C D Total

A B C D

Total Sumber : David (2004)

(33)

Tabel 2.2 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan

Faktor Strategis Internal A B C D Total

A B C D

Total Sumber : David (2004)

Penentuan bobot setiap faktor menggunakan skala 1, 2, 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting dari pada indikator vertikal

Total bobot yang diberikan harus sama dengan 1,0. Pembobotan ini kemudian ditempatkan pada kolom kedua matriks IFE dan EFE. Data internal yang diperoleh dikelompokan secara kualitatif untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam matriks IFE dan mengetahui peluang dan ancaman yang berasal dari lingkungan eksternal perusahaan dalam matriks EFE dan dilakukan pembobotan.

3. Penentuan Rating

Untuk mengukur masing-masing variabel terhadap kondisi eksternal dan internal perusahaan/instansi digunakan skala 1,2,3, dan 4. Skala nilai rating untuk matriks

(34)

EFE adalah 1 = tidak berpengaruh, 2 = kurang kuat pengaruhnya, 3 = kuat pengaruhnya, 4 = sangat kuat pengaruhnya. Sedangkan untuk matriks IFE adalah 1 = kelemahan utama, 2 = kelemahan kecil, 3 = kekuatan kecil, 4 = kekuatan besar.

4. Selanjutnya dilakukan penjumlahan dari pembobotan yang dikalikan dengan rating pada tiap faktor untuk memperoleh skor pembobotan. Jumlah skor pembobotan berkisar antara 1,0 - 4,0 dengan rata-rata 2,5. Jika jumlah skor pembobotan IFE dibawah 2,5 maka kondisi internal perusahaan lemah sedangkan jumlah skor bobot faktor eksternal berkisar 1,0 – 4,0 dengan rata-rata 2,5. Jika jumlah skor pembobotan EFE 1,0 artinya perusahaan tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada. Jumlah skor 4,0 menunjukkan perusahaan merespon peluang maupun ancaman dihadapi sangat baik. Tabel penilaian peringkat terhadap faktor eksternal dan internal, disajikan pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4.

Tabel 2.3 Matriks External Factor Evaluation (EFE)

Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Bobot

Peluang 1 2

……

Ancaman 1

2

……

Sumber : David (2004)

(35)

Tabel 2.4 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Bobot

Kekuatan 1

2

……

Kelemahan 1

2

……

Sumber : David (2004)

2.7 Analisis Matriks Internal-External (IE)

Matriks IE merupakan hasil pemetaan dari matriks IFE dan EFE yang berisikan kombinasi total nilai bobot.

Gambar 2.1

Matriks Internal – External (IE)

Sumber : David (2004)

(36)

Berdasarkan gambar matriks IE, total skor bobot IFE dalam matriks IE ditempatkan pada sumbu X dan total skor bobot EFE pada sumbu Y. Pada sumbu X dari matriks IE, total skor bobot IFE sebesar 1,0 hingga 1,99 menggambarkan posisi internal yang lemah, skor 2,0 hingga 2,99 merupakan pertimbangan rata-rata, dan skor 3,0 hingga 4,0 adalah kuat. Begitu pula dengan sumbu Y, total skor bobot EFE dari 1,0 hingga 1,99 adalah pertimbangan rendah, skor 2,0 hingga 2,99 adalah sedang, dan skor 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi.

Berdasarkan Gambar 2.1, sel-sel pada matriks IE dibagi menjadi tiga bagian utama yang memiliki dampak strategi yang berbeda, yaitu :

a. Posisi perusahaan yang berada pada sel I, II dan IV disebut Growth and Build (tumbuh dan bina). Strategi yang mewakili strategi ini adalah strategi intensif dan integratif seperti Market Penetration, Market Development dan Product Development atau strategi terintegrasi seperti Backward Intergration, Forward Intergation dan Horizontal Intergration.

b. Posisi perusahaan yang berada pada sel III, V dan VII disebut dengan Hold and Maintain (pertahankan dan pelihara). Strategi yang terbaik adalah melakukan penetrasi pasar dan pengembangan produk.

c. Posisi perusahaan yang berada pada sel VI, VIII dan IX sangat dianjurkan untuk melakukan divestasi (pelepasan).

2.8 Analisis SWOT

Menurut David (2004) Analisis SWOT adalah suatu alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan atau analisis sistematis untuk

(37)

mengidentifikasi faktor-faktor kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), internal perusahaan, serta peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats). Metode ini paling sering digunakan dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan. Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:

1. Strengths, merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

2. Weaknesses, merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

3. Opportunities, merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri, misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.

4. Threats, merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

Setelah itu dibuat pemetaan analisis SWOT maka dibuatlah tabel matriks dan ditentukan sebagai tabel informasi SWOT. Kemudian dilakukan pembandingan antara faktor internal yang meliputi Strength dan Weaknesses dengan faktor luar Opportunity dan Threat. Setelah itu kita bisa melakukan strategi alternatif untuk dilaksanakan. Strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling menguntungkan

(38)

dengan resiko dan ancaman yang paling kecil. Matrix kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman adalah alat untuk mencocokkan yang penting untuk membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi : SO (strengths-opportunities), WO (weaknesses- opportunities), ST (strengths-threats), WT (weaknesses-threats). Mencocokkan faktor eksternal dan internal kunci adalah bagian yang paling sulit dalam mengembangkan matrix SWOT dan membutuhkan penilaian yang baik.

Strategi strengths-opportunities menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal. Organisasi pada umumnya akan menjalankan strategi weaknesses-opportunities, strengths-threats, atau weaknesses-threats agar dapat mencapai situasi dimana mereka dapat menerapkan strategi strengths- opportunities. Ketika suatu perusahaan memiliki kelemahan utama, maka akan berusaha mengatasinya dan menjadikannya kekuatan. Jika suatu organisasi menghadapi ancaman utama, maka akan berusaha menghindarinya untuk berkonsentrasi pada peluang.

Strategi weaknesses-opportunities bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Terkadang terdapat peluang eksternal kunci tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang menghambatnya untuk mengeksploitasi peluang tersebut.

Strategi strengths-threats menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Ini tidak berarti bahwa organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman di lingkungan eksternalnya secara langsung.

(39)

Strategi weaknesses-threats adalah taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi menghadapi berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal berada pada posisi tidak aman. Organisasi yang seperti itu mungkin harus berusaha bertahan hidup, bergabung, mengurangi ukuran, mendeklarasikan kebangkrutan, atau memilih likuidasi.

Penyajian yang sistematis dari Matriks SWOT terdapat pada Tabel 2.5.

Tujuan dari masing-masing pencocokan adalah untuk menghasilkan alternative strategi yang layak, bukan untuk memilih strategi mana yang terbaik. Tidak semua strategi yang dikembangkan dalam Matriks SWOT akan dipilih untuk implementasi.

Tabel 2.5 Matriks SWOT

STRENGTHS (S) Menentukan 5-10 daftar faktor kekuatan internal

WEAKNESSES (W) Menentukan 5-10 daftar faktor kelemahan internal

OPPORTUNITIES (O) Menentukan 5-10 daftar faktor

kekuatan eksternal

STRATEGI (SO) Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang

STRATEGI (WO) Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

THREATHS (T) Menentukan 5-10 daftar faktor

ancaman eksternal

STRATEGI (ST) Menciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk mengatasi

ancaman

STRATEGI (WT) Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan

menghindari ancaman Sumber : David (2004)

2.9 Quantitative Strategic Planning Matrix (Matriks QSPM)

Menurut David (2004) Teknik perencanaan strategi kuantitatif digunakan untuk menentukan strategi dari alternatif tindakan yang layak. Baris atas QSPM terdiri atas alternatif strategi yang diturunkan dari Matriks SWOT. Adapun unsur-

Faktor Internal

Faktor Eksternal

(40)

unsur yang terdapat di dalam QSPM adalah strategi-strategi alternatif, faktor-faktor kunci, bobot, AS (Attractiveness Score) = nilai daya tarik, TAS (Total Attractiveness Score) = total nilai daya tarik, dan STAS (Sum Total Attractiveness Score) = jumlah total nilai daya tarik. Langkah-langkah penggunaan matriks QSPM :

1. Membuat daftar peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan di kolom kiri QSPM berdasarkan informasi langsung dari matriks EFE dan matriks IFE.

2. Memberi bobot pada setiap faktor eksternal dan internal kunci. Bobot ini identik dengan yang digunakan pada matriks EFE dan IFE.

3. Memeriksa matriks-matriks pencocokan ditahap kedua dan mengenali strategi alternatif yang harus dipertimbangkan organisasi untuk diterapkan. Strategi- strategi tersebut ditulis pada baris atas QSPM.

4. Menentukan nilai AS (Attractiveness Score). Nilai daya tarik ditentukan dengan memeriksa faktor eksternal dan internal satu per satu. Nilai daya tarik harus diberikan pada masing-masing strategi untuk menunjukkan daya tarik relatif suatu strategi terhadap yang lain, dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Cakupan nilai daya tarik adalah : 1 = tidak menarik ; 2 = sedikit menarik ; 3 = cukup menarik, dan 4 = sangat menarik. Jika jawaban atas pertanyaan adalah tidak, hal tersebut menunjukkan bahwa masing-masing faktor kunci tidak mempunyai pengaruh atas pilihan khusus yang dibuat. Garis (-) digunakan untuk menunjukkan bahwa faktor kunci tidak mempunyai pengaruh atas pilihan khusus yang dibuat.

5. Menghitung total nilai daya tarik (Total Attractiveness Score / TAS). Total nilai daya tarik ditetapkan sebagai hasil perkalian bobot dengan nilai daya tarik dalam

(41)

setiap baris. Total nilai daya tarik menunjukkan daya tarik relatif dari setiap strategi alternatif, semakin tinggi TAS semakin menarik alternatif strategi itu.

6. Menghitung jumlah total nilai daya tarik (Sum Total Attractiveness Score / STAS), menjumlahkan total nilai daya tarik dalam setiap kolom strategi QSPM. Jumlah total nilai daya tarik mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dalam masing-masing rangkaian alternatif. Semakin tinggi nilainya semakin menarik strategi tersebut dengan mempertimbangkan semua faktor kritis eksternal dan internal yang berkaitan. Matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)

Faktor Kunci Bobot

Alternatif Strategi

Strategi I Strategi II Strategi III

AS TAS AS TAS AS TAS

Peluang - -

Ancaman -

-

Kekuatan -

-

Kelemahan -

- Total Keterangan :

AS : Attractiveness Score TAS : Total Attractiveness Score Sumber : David (2004)

(42)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

Menurut David (2004) teknik formulasi strategi dapat diintegrasikan dalam tiga tahap kerangka pengambilan keputusan antara lain sebagai berikut :

1. Tahap 1: Tahap masukan (input stage), yaitu meringkas informasi input dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi yang terdiri dari matriks IFE dan matriks EFE.

2. Tahap 2: Tahap pemaduan (matching stage), yaitu tahap memfokuskan untuk menghasilkan strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal perusahaan yang terdiri dari matriks IE (Internal-External) dan matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threrats). Tujuan penggunaan matriks IE adalah untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat perusahaan secara lebih detail.

3. Tahap 3: Tahap pemilihan strategi/keputusan (decision stage), yaitu setelah diperoleh alternatif strategi melalui matriks SWOT dan matriks IE, alternatif strategi tersebut diurutkan berdasarkan tingkat kepentingannya dengan menggunakan matriks QSPM.

(43)

Sumber : David (2004)

Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda &

Olah Raga Kota Sibolga

Visi dan Misi Disbudparpora

Analisis Permasalahan Disbudparpora Dalam Upaya Pengembangan Wisata Bahari

Analisis Faktor Internal : 1. Sumber Daya Manusia 2. Sarana dan Prasarana 3. Pemasaran

4. Produksi dan Operasi 5. Kebijakan Program

Pengembangan Pariwisata di Kota Sibolga

Analisis Faktor Eksternal : 1. Lingkunan Umum(Ekonomi, Sosial

Budaya, Teknologi Informasi, Politik)

2. Lingkungan Kepariwisataan (Konsumen, Pesaing, Hambatan Masuk Pendatang Baru, Ancaman Produk Substitusi)

Matriks IFE Matriks EFE

Penentuan Posisi Strategis Perusahaan (Matriks IE)

Penentuan Alternatif Strategi (Matriks SWOT)

Pemeringkatan Alternatif Strategi (Matriks QSPM)

Rekomendasi Alternatif Strategi Pengembangan Kepariwisataan

Gambar 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Gambar 3.1 Kerangka Formulasi Strategi

(44)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Sibolga, provinsi Sumatera Utara. Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai dari akhir bulan Agustus hingga minggu ketiga pada bulan November 2014.

Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan

4.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yang menurut I Made Winartha (2006) yaitu :

Metode deskriptif kualitatif yaitu menganalisis, menggambarkan, dan meringkas berbagai kondisi, situasi dari berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil wawancara atau pengamatan mengenai masalah yang diteliti yang terjadi di lapangan.

(45)

Penelitian ini akan menggambarkan keadaan di lapangan dan mengajukan sebuah strategi pengembangan sebagai bahan rekomendasi bagi Pemerintah Kota Sibolga.

4.3 Populasi dan Sampel

Mengingat studi ini berkaitan dengan permasalahan di bidang pariwisata, maka terdapat dua kelompok sampel dalam penelitian ini. Sampel pertama adalah kelompok para pejabat Pemko Sibolga yang terkait dengan pengembangan di bidang pariwisata dan kelompok kedua adalah para wisatawan yang berkunjung ke Kota Sibolga. Sampel pada kelompok pertama ini dipilih secara purposive sampling, Sementara itu sampel pada kelompok kedua dipilih secara accidential sampling.

Accidential sampling menurut Sugiyono (2004), yakni

Accidential sampling adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data.

Pengertian Purposive Sampling Menurut Sugiyono (2008), yakni

Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sehingga data yang diperoleh lebih representatif dengan melakukan proses penelitian terhadap orang yang kompeten di suatu bidang.

Sampel pada kelompok pertama khususnya pejabat di lingkungan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga perlu dipilih untuk mengetahui fasilitas, data kunjungan wisatawan, dan arah kebijakan pariwisata Kota Sibolga, serta program pengembangan pariwisata Kota Sibolga, sedangkan sampel

(46)

pada kelompok kedua adalah wisatawan. Sehubungan dengan penentuan ukuran sampel, Roscoe (1975) menyarankan hal berikut :

a. Ukuran sampel yang layak untuk sebagian besar penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.

b. Jika dipecah kepada sub sampel maka jumlah minimum sub sampel adalah 30.

Sesuai dengan pernyataan Roscoe di atas, maka jumlah sampel dalam penilitian ini adalah 104 orang.

4.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, yang bersumber dari internal maupun eksternal perusahaan/instansi.

Data primer didapat dari hasil pengisian kuisioner dan wawancara langsung dengan pihak manajemen Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga. Sedangkan data sekunder yang akan dihimpun adalah dokumen perusahaan yang berkaitan dengan penelitian, kebijakan-kebijakan yang berlaku dalam upaya pengembangan pariwisata Kota Sibolga, rencana-rencana pengembangan, serta permasalahan yang dihadapi dan solusi yang diupayakan.

4.5 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : - Teknik pengamatan atau observasi meliputi berbagai hal yang menyangkut pengamatan kondisi fisik dan aktifitas pada lokasi penelitian.

(47)

- Teknik kuisioner adalah teknik pengumpulan data dalam bentuk pertanyaan terstruktur yang diberikan kepada responden sesuai dengan masalah penelitian.

- Teknik wawancara yaitu kegiatan mengajukan pertanyaan melalui wawancara guna memperoleh informasi melalui tanya jawab secara langsung dengan responden dan informan.

- Teknik dokumentasi adalah kegiatan pengumpulan dan pengkajian beberapa informasi yang diperoleh dari laporan perusahaan/instansi, literatur yang relevan dengan masalah penelitian, serta melakukan browsing melalui media internet terkait topik penelitian.

4.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Untuk menganalisis data alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Matriks External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE), Matriks Intrenal-External (IE), Matriks SWOT, dan Matriks Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).

(48)

BAB V

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Tipologi Objek Wisata Bahari Kota Sibolga

Sibolga adalah salah satu kota di sebelah barat pulau Sumatera yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Kota ini secara administratif berada di Provinsi Sumatera Utara dan berjarak sekitar 350 km dari kota Medan ke arah selatan. Secara geografis kota Sibolga terletak diantara 10 42’ -10 46’ LU dan 980 44 – 980 48BT.

Wilayah administrasi pemerintahan Kodya Sibolga terdiri dari 4 (empat) kecamatan dan 16 kelurahan. Keempat kecamatan itu adalah Kecamatan Sibolga Utara dengan empat kelurahan dan luas areanya 3,333 Km2. Kecamatan Sibolga Kota dengan empat kelurahan dan luas areanya 2,7732 Km2. Kecamatan Sibolga Selatan dengan empat kelurahan dan luas areanya 3,138 Km2. Kecamatan Sibolga Sambas dengan empat kelurahan dan luas areanya 1,566 Km2.

Kotamadya Sibolga memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah utara : Kabupaten Tapanuli Tengah

 Sebelah Timur : Kabupaten Tapanuli Tengah

 Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Tengah

 Sebelah Barat : Teluk Tapian Nauli

Pariwisata bahari di kota Sibolga tersebar di banyak wilayah, berikut tempat- tempat wisata bahari dan profilnya.

Gambar

Tabel 1.1  Perbandingan Jumlah Kunjungan Wisata (Sibolga, Tapanuli Tengah,  Nias Selatan, Kota Gunungsitoli)
Tabel 2.1  Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan
Tabel 2.2  Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan
Tabel 2.3  Matriks External Factor Evaluation (EFE)
+7

Referensi

Dokumen terkait

4.7.1 Visi Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Pasir Putih Perasi Berdasarkan pendekatan SWOT maka visi pengembangan daya tarik wisata bahari Pantai Pasir Putih Perasi

Strategi prioritas dalam pengembangan wisata bahari di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yang utama adalah (1) memperkuat koordinasi antar sektor, pengambil

Berdasarkan analisis SWOT, diperoleh strategi yang mendesak bagi pengembangan kawasan wisata Napabale bagi pemerintah Kabupaten Muna Meliputi pemanfaatan

Strategi Pengembangan KJKS BMT Mardlotillah yang dihasilkan dari matriks SWOT dan QSP diperoleh lima prioritas strategi yang disarankan, yaitu (1) Peningkatan

Terdapat lima strategi yang menjadi prioritas kebijakan pengembangan kakao rakyat di Sumatera Utara yaitu: Meningkatkan produktivitas kakao rakyat pada seluruh daerah

Berdasarkan hasil penelitian aspek ekologi yang menjadi prioritas pertama dalam pengembangan wisata Pantai Songka serta strategi yang menjadi prioritas

11 Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS) Pengembangan Ternak Kecil (Kambing, Babi, Domba) dan Unggas (Ayam Buras, Ayam Ras Petelur, Ayam Ras Pedaging,

Berdasarkan hasil analisis pada Matriks QSPM bahwa prioritas strategi dalam meningkatkan hasil penjualan Rumah Kopi Lerek Gombengsari adalah memanfaatkan objek kunjungan wisata