• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek yang cukup terbuka lebar. Hal ini karena telur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek yang cukup terbuka lebar. Hal ini karena telur"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Pengembangan usaha peternakan ayam petelur di Indonesia masih memiliki prospek yang cukup terbuka lebar. Hal ini karena telur merupakan salah satu produk yang dibutuhkan untuk memenuhi konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia. Secara garis besar parameter keberhasilan usaha ini ditentukan dari 2 aspek, yaitu aspek pencapaian produktivitas dan keuntungan finansial. Untuk mencapai kedua parameter keberhasilan tersebut, produksi telur yang dilihat dari kuantitas dan kualitasnya, harus mampu dicapai dengan maksimal.

Namun pada kenyataannya, sejauh ini beberapa peternak ayam petelur masih saja menghadapi beraneka ragam masalah yang berdampak pada penurunan produksi telur, baik penurunan jumlah maupun kualitasnya. Ada banyak faktor yang bisa menjadi penyebab, terdiri dari faktor infeksius (penyakit) dan non infeksius (mutu bibit, kecukupan nutrisi, kondisi lingkungan dan manajemen pemeliharaan). Memang pada dasarnya peternakan ayam ras petelur membudidayakan jenis ayam yang sama. Pertanyaannya bagaimana peternakan dapat memberi nilai lebih dari produk telur mereka melalui keunggulan kompetitif mereka. Karena

(2)

Customer akan terpuaskan ketika barang yang mereka terima selalu berkualitas baik.

Menurut Montgomery (2005:4), Quality may be the most important factor of consumer decisions in choosing some competitive products or services. Kualitas dapat menjadi faktor paling penting dari keputusan konsumen dalam memilih beberapa produk atau jasa yang kompetitif. Dan harga telur ayam ras petelur relatif sama jadi faktor yang terpenting adalah kualitas.

Dalam praktik di lapangan sering kali dijumpai telur sudah retak atau bahkan pecah yang diterima oleh konsumen. Hal ini yang membuat konsumen kecewa ke suatu outlet atau ritel. Banyak faktor akan retak atau pecahnya telur yang diterima konsumen. Baik dari kesalahan pengemasan, kesalahan pembawaan maupun kesalahan pengendalian kualitas dari produsen.

Dalam industri pengemasan telur ayam, yang akan dipasarkan hanya telur ayam dengan kualitas yang bagus, hampir tidak pernah ditemui produk telur ayam kemasan yang terdapat kecacatan produk di dalamnya.

Sehingga peternak ayam ras petelur pun harus berusaha memberikan telur ayam yang berkualitas bagus tanpa adanya cacat dan memenuhi standar kualitas telur ayam.

Sebagai contoh adalah pasar telur di Malaysia yang tidak mau untuk menerima telur ayam yang diimpor dari Indonesia selain telur

(3)

dengan grade besar. Dengan demikian grading telur ini diperlukan karena untuk memenuhi spesifikasi pasar Internasional, sehingga harga telur akan lebih baik dan peternak – peternak ayam lokal akan lebih sejahtera. Tidak hanya ditentukan oleh grading saja, kualitas bagian dalam telur (kekentalan putih dan kuning telur, warna kuning telur dan ada tidaknya bintik darah pada putih atau kuning telur) dan kualitas bagian luar (bentuk, ukuran dan warna kerabang). Telur ayam komersial yang normal memiliki ciri-ciri berwarna coklat terang, kerabang telur tebal, memiliki berat sekitar 55-65 gram/butir, putih telur kental dan di dalam kuning telur tidak terdapat blood spot/bintik darah.

Mengenai masalah terkait warna telur, umumnya ada beberapa peternak yang menemukan telur tidak berwarna coklat. Warna coklat pada telur ayam pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor genetik yaitu adanya zat warna phorpyrin di saluran reproduksi ayam. Jadi setiap jenis unggas, telah ditentukan warna telurnya baik putih, biru atau coklat. Namun dalam pembentukan warna kulit telur juga dipengaruhi oleh asupan nutrisi atau obat tertentu. Kondisi lingkungan dan penyakit juga bisa berpengaruh terhadap optimal tidaknya pewarnaan kerabang telur. Masalah kerabang telur tipis dan lembek bisa bersumber dari nutrisi ataupun karena infeksi penyakit. Demikian juga dengan putih telur yang encer.

Dalam menjalankan usaha ayam petelur tak jarang terjadi penurunan jumlah produksi yang disertai dengan penurunan kualitas telur sekaligus. Sebagai contoh serangan penyakit atau virus yang menyebabkan

(4)

jumlah produksi telur bisa turun sebesar 10-50%, tidak hanya itu, serangannya pun menyebabkan kualitas telur menurun seperti bentuk telur abnormal, putih telur encer dan warna kerabang telur pucat. Untuk itu perlu adanya upaya mendiagnosa secara cepat dan tepat penyebab penurunan produksi telur agar peternak dapat segera mengantisipasinya.

Jika ini dapat dilakukan dengan baik, maka kerugian yang lebih besar dapat dihindari.

Salah satu aktifitas dalam menciptakan kualitas telur agar sesuai standar adalah dengan menerapkan sistem pengendalian kualitas yang tepat, mempunyai tujuan dan tahapan yang jelas, serta memberikan inovasi dalam melakukan pencegahan dan penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi peternak. Kegiatan pengendalian kualitas dapat membantu peternak tradisional mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya dengan melakukan pengendalian terhadap tingkat kerusakan telur (eggs defect) sampai pada tingkat kerusakan nol (zero defect).

Pengendalian kualitas sangat penting dilakukan oleh peternak tradisional agar telur yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh badan lokal dan internasional yang mengelola tentang standarisasi mutu/kualitas, dan tentunya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh konsumen. Pengendalian kualitas yang dilaksanakan dengan baik akan memberikan dampak terhadap kualitas telur yang dihasilkan oleh peternak. Oleh karenanya, kegiatan pengendalian kualitas tersebut dapat dilakukan mulai dari manajemen pemeliharaan ayam ras

(5)

selama proses produksi berlangsung sampai pada telur sebagai hasil produk akhir yang akan dikonsumsi konsumen.

Banyak sekali metode yang mengatur atau membahas mengenai kualitas dengan karakteristiknya masing-masing. Kerusakan produk yang dapat diterima oleh suatu perusahaan dengan menentukan batas toleransi dari cacat produk yang dihasilkan tersebut dapat menggunakan metode pengendalian kualitas dengan menggunakan Statistical Assistance Tools.

Yaitu metode pengendalian kualitas yang dalam aktifitasnya menggunakan alat bantu statistik yang terdapat pada Statistical Process Control (SPC) serta Statistical Quality Control (SQC), dimana proses produksi dikendalikan kualitasnya mulai dari awal produksi, pada saat proses produksi berlangsung sampai dengan produk jadi. Sebelum dilempar ke pasar, produk yang telah diproduksi diinspeksi terlebih dahulu, dimana produk yang baik dipisahkan dengan yang jelek (reject), sehingga produk yang dihasilkan jumlahnya berkurang.

Pengendalian kualitas dengan Statistical Assistance Tools bermanfaat pula mengawasi tingkat efisiensi. Jadi, dapat digunakan sebagai alat untuk mencegah kerusakan dengan cara menolak (reject) dan menerima (accept) berbagai produk yang dihasilkan dari proses produksi, sekaligus upaya efisiensi. Dengan menolak (menerima) produk, berarti bisa juga sebagai alat untuk mengawasi proses produksi sekaligus memperoleh gambaran kesimpulan tentang spesifikasi produk yang dihasilkan secara populasi umum.

(6)

Di peternakan tradisional selama ini pengendalian kualitas untuk produk telurnya hanya melalui manual visual inspection. Pengelompokan telur selama ini dengan urutan grading berat telur. Berat telur ayam sebanding dengan ukuran telur ayam, sehingga pendeteksian suatu cacat pada telur yang dilakukan oleh manusia hanya memiliki ketepatan sekitar 60-70%. Human error pada saat proses inspeksi merupakan faktor kritis yang harus selalu diperhatikan dan direduksi karena proses inspeksi merupakan gerbang penentuan.

Untuk mereduksi peluang terjadinya error maka diperlukan pengendalian kualitas produk telur sebagai salah satu alternatif untuk mereduksi error yang terjadi pada manual visual inspection dengan menggunakan Statistical Process Control (SPC). Pendekatan SPC yang nantinya akan diintegrasikan adalah pengunaan seven tools of quality sebagai metode yang efektif dalam mengembangkan quality dan profitability dari suatu produk.

Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm sebagai salah satu Peternakan tradisional yang bergerak dibidang industri telur (Eggs – Wholesale) dalam menjalankan kegiatan bisnisnya menerapkan sistem pengendalian kualitas produksi secara manual visual inspection.

Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm bahkan telah meraih sertifikat HACCP : 2007 dari M-BRIO Certification Body, yang merupakan lembaga sertifikasi Sistem HACCP, ISO 22000 dan ISO 9001 dengan ruang lingkup pelayanan produsen (terdiri dari industri, usaha kecil dan

(7)

menengah, hotel, restoran dan catering), pemasok bahan baku dan pembantu industri pangan (terdiri dari usaha packaging, petani, peternak, distributor/penyalur).

Sertifikat HACCP ini sebagai pengakuan bahwa perusahaan telah menerapkan manajemen mutu yang baik dan sesuai dengan pedoman standar mutu yang berlaku. Berbagai program pengendalian kualitas dilakukan oleh perusahaan sehingga dapat menghasilkan telur yang baik dan sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan. Akan tetapi pada kenyataannya masih terdapat telur yang kualitasnya buruk. Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar telur dari Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm adalah untuk di supply ke agen besar telur curah, minimarket, dan supermarket, yang merupakan jaringan ritel internasional.

Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa jumlah produksi yang dilakukan oleh perusahaan setiap bulannya tidaklah sama. Hal tersebut dikarenakan ayam petelur mulai berproduksi ketika mencapai umur 17-18 minggu. Pada umur tersebut, tingkat produksi telur baru mencapai sekitar 5% dan selanjutnya akan terus mengalami peningkatan secara cepat hingga mencapai puncak produksi yaitu sekitar 94-95% dalam kurun waktu ± 2 bulan (di umur 25 minggu). Produksi telur diketahui telah mencapai puncaknya apabila selama 5 minggu berturut-turut persentase produksi telur sudah tidak mengalami peningkatan lagi. Sesuai dengan pola siklus bertelur, maka setelah mencapai puncak produksi, sedikit demi sedikit jumlah produksi mulai mengalami penurunan secara konstan dalam

(8)

jangka waktu cukup lama (selama 52-62 minggu sejak pertama kali bertelur). Laju penurunan produksi telur secara normal berkisar antara 0,4- 0,5% per minggu. Pada saat ayam berumur 80 minggu, jumlah produksi telah berada di bawah angka 70% dan pada kondisi demikian bisa dikatakan ayam siap di afkir (HyLine Brown Management Guide, 2007).

Jan 13 224,072.5 18,514.1 8.3%

Feb-13 248,120.5 18,182.0 7.33%

Mar-13 285,522.5 19,452.1 6.81%

Apr-13 276,305.5 19,847.9 7.18%

May-13 270,749.5 21,364.8 7.89%

Jun-13 284,307.0 20,616.1 7.25%

Jul-13 299,846.0 21,797.7 7.27%

Aug-13 292,617.0 21,703.8 7.42%

Sep-13 262,168.0 18,529.4 7.07%

Oct-13 272,883.0 16,469.5 6.04%

Nov-13 261,262.5 15,780.3 6.04%

Dec-13 302,368.0 17,315.1 5.73%

Jan-14 312,752.5 18,752.9 6.00%

Feb-14 267,299.0 17,737.4 6.64%

Mar-14 271,158.5 19,634.2 7.24%

Apr-14 289,411.0 20,195.1 6.98%

May-14 288,906.5 16,881.5 5.84%

Jun-14 248,773.5 16,658.3 6.70%

Rata-rata 275,473.5 18,857.3 6.9%

Bulan Jumlah Produksi

Jumlah Produk Rusak

Presentasi Produk Rusak (%)

Sumber : Data Primer yang diolah penulis, 2014

Adapun rata-rata produksi telur per-bulan selama periode Januari 2013 sampai Juni 2014 adalah 275.473,5 Kilogram dengan rata-rata telur yang rusak di hasilkan sebesar 18,857,3 Kilogram atau sekitar 6.9 % dari Tabel 1.1 : Data Jumlah Produksi Telur Beserta Jumlah Telur Rusak Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm Periode Januari 2013 – Juni 2014

(Dalam Kilogram)

(9)

total produksi setiap bulan. Dengan demikian berarti program pengendalian kualitas produksi yang diterapkan perusahaan belum optimal sehingga perlu dilakukan analisa mengenai upaya pengendalian kualitas yang diterapkan oleh Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm dan mencari sebab masih terjadinya telur yang rusak serta mencari solusi perbaikan dengan Statistical Assistance Tools, sehingga persentase produk rusak dapat ditekan menjadi sekecil mungkin.

Dengan alasan tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PADA PETERNAKAN PURI KADUSIRUNG RAYA FARM DALAM UPAYA MENGENDALIKAN TINGKAT KERUSAKAN TELUR DENGAN MENGGUNAKAN STATISTICAL ASSISTANCE TOOLS”.

1.2 Rumusan Masalah

Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm merupakan perusahaan ayam petelur yang berada di desa Tenjo kecamatan Tenjo kabupaten Bogor. Yang memulai usahanya sejak tahun 1986 dan tetap bertahan sampai sekarang, dalam setiap aktivitas produksinya selalu berusaha untuk menghasilkan produk telur yang berkualitas baik dengan menerapkan standar kualitas produksi dan menetapkan standar kerusakan produk telur sebesar 6% dari jumlah produksi. Namun di dalam proses produksi masih terjadi kerusakan telur yang melebihi batas toleransi tersebut. Oleh karena

(10)

itu perternakan Puri Kadusirung Raya Farm memerlukan pengendalian kualitas yang berguna untuk mengurangi atau menekan terjadinya kerusakan kerabang/cangkang telur sehingga mencapai standar kualitas sesuai dengan yang diharapkan. Kegiatan pengendalian kualitas dilakukan mulai dari penerimaan bahan baku, proses produksi sampai dengan produk akhir dan menekan terjadinya produk rusak. Kegiatan pengendalian kualitas tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode pengendalian kualitas Statistical Process Control dengan penggunaan seven tools of quality. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan pengendalian kualitas di Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm dalam upaya menekan tingkat kerusakan telur.

2. Jenis kerusakan telur apa saja yang terjadi pada telur yang merupakan hasil produksi Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm.

3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kerusakan pada telur yang merupakan hasil produksi Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm.

4. Penyebab dan akibat kerusakan kualitas produk telur Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm dan mengendalikan terjadinya kerusakan produk telur.

(11)

1.3 Tujuan dan Kontribusi Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis bagaimana pelaksanaan pengendalian kualitas di Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm dalam upaya menekan tingkat kerusakan produk telur.

2. Menganalisis kerusakan telur yang terjadi pada Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm.

3. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kerusakan pada produk telur yang diproduksi oleh Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm.

4. Untuk menganalisis penyebab dan akibat kerusakan kualitas produk telur Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm dan mengendalikan terjadinya kerusakan produk telur.

1.3.2 Kontribusi Penelitian

Skripsi ini diharapkan dapat memberi kontribusi sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah dan membandingkan dengan praktek yang terjadi dalam perusahaan.

2. Bagi Instansi (Peternakan Puri Kadusirung Raya Farm)

Penelitian ini mengungkapkan berbagai informasi dan masukan kepada pihak perusahaan dalam menentukan strategi pengendalian kualitas

(12)

yang dilakukan oleh perusahaan di masa yang akan datang sebagai upaya peningkatan kualitas produksi dan memberikan pengetahuan tentang bagaimana pengendalian kualitas menggunakan Statistical Assistance Tools dapat bermanfaat untuk mengendalikan tingkat kerusakan produk yang terjadi pada perusahaan.

3. Bagi Penelitian sejenis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi bagi peneliti lain untuk keperluan studi dan penelitian selanjutnya mengenai topik permasalahan yang sama.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap praktik pemberian kredit yang berkembang saat ini, termasuk di dalamnya adalah para pelaku pemberian kredit

Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Evaluasi Kondisi Perekonomian & Keuangan Daerah Persiapan Penyusunan RKPD Pengolahan Data

Kebutuhan - kebutuhan tersebut pada awalnya dapat teratasi dengan sebuah jaringan komputer lokal atau Local Area Network yang hanya berada dalam lokasi yang sama atau dekat, akan

Ekstraksi kobal , nikel, dan kadmium dengan HL-7-LH dalam pelarut diklorometana sebagai fasa organik menghasilkan efektivitas ekstraksi yang lebih besar daripada

• Pengalaman mereka menggunakan produk lain dengan brand yang sama juga berakhir dengan pengalaman menyenangkan sehingga muncul keyakinan dalam diri mereka untuk selalu

Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa kualitas data input dan Tingkat pemahaman pengguna mengenai SIMDA merupakan faktor pendukung dari implementasi SIMDA namun

7 Secara keilmuan penelitian dapat menjadi bahan maupun sumber ilmu agar mengetahui bagaimana hadanah anak pasca perceraian dalam kompilasi Hukum Islam serta hukum

Untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam proses pendidikan, ada beberapa langkah pengembangan yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut: (1) merancang dan