• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. referensi penulis ketika melakukan penelitian sehingga peneliti dapat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. referensi penulis ketika melakukan penelitian sehingga peneliti dapat"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

30 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya telah menjadi salah satu pertimbangan dan referensi penulis ketika melakukan penelitian sehingga peneliti dapat mereplikasi dan mengembangkan teori yang digunakan untuk mempelajari penelitian. Menurut hasil penelitian sebelumnya, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama dengan judul penelitian penulis.

Referensi penelitian sebelumnya ini berfungsi sebagai referensi dan dukungan untuk studi penelitian penulis. Beberapa penelitian sebelumnya berupa beberapa jurnal terkait penelitian yang dilakukan oleh penulis sebagai bahan referensi. Berikut ini adalah studi sebelumnya dalam bentuk beberapa jurnal yang berkaitan dengan penelitian penulis.

Tabel.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Temuan Relevansi

1 Rini Fathonah,S.H., M.H. Analisis Terhadap Faktor Penyebab Prostitusi Pada Anak.

Jurnal Ilmu Hukum, Universitas Lampung 2015.

Pelacuran anak adalah masalah yang patut mendapat perhatian khusus karena masa depan bangsa, sebagai generasi berikutnya, juga terjebak dalam pelacuran anak.

Faktor-faktor yang

Relevansi dengan penelitian peneliti

ialah bahwa

Prostitusi terselubung

dikalangan anak-

anak sekolah

menengah akhir juga

dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu

(2)

31 menyebabkan

pelacuran anak meliputi faktor keluarga, ekonomi, pendidikan,

lingkungan, dan faktor mental dan psikologis. Selain itu, perdagangan manusia adalah mangsa bagi dunia pelacuran. Perhatian khusus harus diberikan pada perkembangan anak- anak, baik di dalam keluarga maupun di lingkungan sosial, agar tidak berada dalam cengkeraman hubungan yang menyimpang. Selain itu, pemerintah juga

harus lebih

memperhatikan pendidikan anak muda. Program pendidikan

pemerintah bekerja dengan baik, tetapi

bagus bahwa

faktor keluarga,

ekonomi dan

lingkungan dimana anak-anak sekolah menengah akhir ini masih jauh dari pengawasan orang tua dan lingkungan pertemanan yang berpengaruh sangat kuat dalam proses berjalannya

prostitusi selain itu faktor gaya hidup

dan tekanan

ekonomi juga berdampingan

dengan proses berjalananya

prostitusi terselubung

dikalangan anak-

anak SMA.

(3)

32 program itu tidak

cukup untuk

membuat program, tetapi perlu diikuti dengan pemantauan dan evaluasi.

2 Anggi Febrian Lubis Perilaku Pelajar Slta Melakukan Prostitusi Di Wilayah Kota Pontianak Ditinjau

Dari Sudut

Kriminologi. Jurnal Fakultas Hukum.

Universitas

Tanjungpura Pontianak 2016.

Didalam penelitian ini ditemukan bahwa yang menjadi faktor penyebab banyaknya

pelajar SMA

melakukan prostitusi yakni dikarenakan pengaruh gaya hidup

yang bebas,

kurangnya pengawasan

orangtua terhadap anak, ingin memiliki barang mewah serta ketagihan terhadap pekerjaan tersebut.

Relevansi dari penelitian ini adalah Faktor yang menjadi penyebab adanya pelajar melakukan prostitusi ialah faktor ekonomi yang menjadikan gaya hidup mereka (para pelaku prostitusi) sangat tinggi, dari gaya hidup yang tinggi ini para

pelajar ini

melakukan pekerjaan jalan pintas yaitu prostitusi

terselubung dikalangannya, faktor orang tua

yang kurang

memperhatikan juga

menjadi salah satu

faktor juga karena

(4)

33 dalam penelitian ini

para pelaku

prostitusi kurang adanya pengawasan orang tua.

3 Adnan, dkk. Praktek Prostitusi Terselubung Di Kota Bima. Jurnal Pemikiran Syariah dan

Hukum. STIH

Muhammadiyah Bima 2017.

Bahwa faktor yang menyebabkan pelajar dan mahasiswa melakukan prostitusi terselubung di Kota Bima disebabkan oleh 2 (dua) faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal dimaksud

merupakan faktor yang terdapat dalam diri pelaku antara lain; rendahnya standar moral dan lemahnya kualitas iman, gaya hidup (life style) yang berlebihan, beban psikologis (trauma, kecewa, dll), sedangkan faktor eksternal yakni faktor yang berada diluar diri pelaku

Relevansi dari penelitian ini adalah sama halnya dengan epenelitian-

penelitian

sebelumnya adalah

sama dengan

penelitian-penelitian sebelmnya faktor yang mempengaruhi adalah karena tekanan gaya hidup berlebihan dan faktor lingkungan keluarga baik teman juga mempengaruhi adanya proses prostitusi

terselubung ini ,

gaya hidup yang

berlebihan membuat

para pelaku ini

melakukan kegiatan

prostitusi.

(5)

34 yakni lemahnya

sanksi hukum, pengaruh lingkungan (teman), kurangnya pengawasan baik

orang tua,

masyarakat, maupun pemerintah sehingga ikut mendorong terjadinya prostitusi terselubung

dikalangan pelajar dan mahasiswa.

Lebih lanjut dapat dikemukakan

ternyata faktor

dominan yang

mempengaruhi

mereka melakukan

prostitusi karena

tuntutan gaya hidup

(life style) yang

serba mewah dan

mahal, sementara

kondisi ekonomi

keluarga tidak

mampu menutupi

berbagai kebutuhan

mereka sehingga

membuat mereka

terpaksa melakukan

(6)

35 prostitusi

terselubung.

4 Peran End Child Prostitution, Child Pornography And Trafficking Of Children For Sexual Purposes (Ecpat) Internasional dalam Menanggulangi Kasus Child Trafficking di Albania (2007-2012) , Jurnal International Society 2015.

ACTSEC adalah aliansi organisasi masyarakat sipil yang bekerja untuk menghilangkan eksploitasi seksual anak-anak dan remaja, yang terdiri dari empat dimensi:

pelacuran, pornografi, perdagangan

manusia, dan eksploitasi seksual untuk pariwisata.

Pemerintah Albania memainkan tiga peran langsung dalam eksploitasi seksual komersial anak-anak melalui pengembangan struktur, layanan, dan inisiatif. Namun, sementara beberapa

upaya telah

didorong, koordinasi antara semua lembaga pemerintah

Relevansi dari penelitian ini adalah sama-sama

membahas tentang prostitusi yang dilakukan pada anak-anak, tetpai proses prostitusi yang dilakukan ini sama-sama

terselubung dan

tidak terdaftar.

(7)

36 di tingkat lokal dan

nasional masih lemah karena menghambat

efektivitas dan responsif dari apa yang terjadi.

2.2 Tinjauan Pustaka 2.2.1 Prostitusi

Menurut WA Bonger, pelacuran adalah gejala masyarakat di mana perempuan menjual diri mereka untuk tindakan seksual sebagai mata pencaharian. Pada saat yang sama, menurut prostitusi PJ de Bruine Van Amstel adalah penyerahan wanita kepada banyak pria dengan bayaran.

Kartini Kartono (1981) mendefinisikan prostitusi, yaitu:

a. Prostitusi adalah bentuk penyimpangan seksual, dengan model organisasi impuls / impuls seksual yang abnormal atau terintegrasi, dalam bentuk perambahan keinginan seksual yang tidak terkendali dengan banyak orang (pergaulan bebas), disertai dengan eksploitasi dan seks komersial non- pribadi.

b. Pelacuran adalah acara penjualan sendiri (pelacuran) dengan cara penjual

membeli tubuh. Kehormatan dan kepribadian bagi banyak orang untuk

memuaskan nafsu seksual mereka, terhadap pembayaran.

(8)

37 c. Prostitusi adalah tindakan perempuan atau laki-laki yang memanjakan diri sendiri / tubuh mereka untuk melakukan kata-kata kotor secara seksual dengan mendapatkan gaji.

Kartono (1992) membagi prostitusi menurut jumlahnya, jenis prostitusi tersebut diantaranya :

a. Single Operator merupakan prostitusi yang beroperasi secara individual b. Prostitue adalah bisnis prostitusi yang berkerja dengan keberadaan

organisasi dan sindikat yang teratur rapi.

Selain itu bisnis prostitusi dan lokalisasi juga dibagi menurut aktuvitasnya oleh Kartono (1992), jenis prostitusi dan lokalisasi tersebut diantaranya sebagai berikut:

a. Prostitusi yang Terdaftar

Pelaku dalam prostitusi yang terdaftar diawasi oleh bagian control dari kepolisian dan dibantu dan bekerja sama dengan jawatan sosial dan jawaatan kesehatan.

b. Prostitusi yang Tidak Terdaftar

Pelaku yang berperan dalam bisnis prostitusi yang tidak terdaftar ini termasuk dalam kelompok orang yang melakukan prostitusi secara gelap-gelapan dan liar, baik secara perorangan maupun kelompok.

Penyebab pelacuran yang dijelaskan oleh Koentjoro (2009) adalah

tingginya tingkat aspirasi material dan dukungan budaya, meskipun peran

kemiskinan tidak diabaikan. Karena itu, jika kita melihat penyebab

(9)

38 pelacuran, itu universal. Sitepu (2004) menyebutkan beberapa faktor yang menjadi akar pelacuran:

a.

Kurangnya pemahaman tentang populasi, pendidikan dan buta

huruf yang membenarkan prostitusi untuk menghindari kesulitan hidup dan mendapatkan kemewahan dengan berjalan kaki singkat.

b.

Adanya keinginan seksual yang abnormal, tidak terintegrasi ke

dalam kepribadian. Hubungan seksual, histeris, dan hiperseksualitas Keroyalan adalah hubungan seksual yang tidak memuaskan dengan pria / suami.

c.

Kompensasi untuk perasaan yang lebih rendah. Karena itu ada

penyesuaian negatif yang terjadi terutama selama masa pubertas

dan remaja.

d.

Keingintahuan gadis-gadis muda dan anak-anak pubertas tentang

masalah seksual yang kemudian terjun ke dunia pelacuran oleh persuasi para bandit seks.

e.

Di masa kecilnya, dia melakukan hubungan seks atau

berhubungan seks sebelum menikah, jadi dia ketagihan atau terbiasa membuat banyak seks bebas.

f.

Gadisgadis kumuh -yang lingkungannya tidak bermoral dan tidak

bermoral sejak masa kecil mereka selalu melihat hubungan orang

(10)

39 dewasa secara kasar dan terbuka, sehingga mereka secara mental dikondisikan oleh tindakan tidak bermoral.

g.

Banyak rangsangan seksual dalam bentuk film biru, gambar-

gambar porno, bacaan cabul, lorong-lorong anak muda yang melakukan hubungan seks.

h.

Aspirasi material yang tinggi yang disukai wanita dan wanita,

yang tamak akan pakaian indah dan perhiasan mewah, ingin hidup mewah tetapi malas bekerja.

i.

Disorganisasi dan disintegrasi kehidupan keluarga, rumah yang

berantakan, pernikahan kembali ayah atau ibu atau hidup bersama

dengan pasangan lain, sehingga gadis itu merasa sangat puas, tidak bahagia, pemberontak dan menghibur dirinya sendiri dengan memasuki dunia prostitusi.

j.

Gadis dan wanita muda yang kecanduan narkotika dan minuman

beralkohol tinggi melacurkan diri untuk membeli obat ini dan lainnya.

Selain itu Kartono (1992) juga menyebutkan beberapa peristiwa sosial yang menyebabkan timbulnya aktivitas prostitus, diantaranya sebagai berikut:

a. Tidak ada hukum yang melarang prostitusi. Tidak ada larangan bagi

orang yang berhubungan seks di luar nikah.

(11)

40 b. Ada keinginan dan desakan manusia untuk memenuhi kebutuhan seksualnya, terutama di luar nikah.

c. Eksploitasi komersial atas seks oleh perempuan, mucikari dan beberapa individu menggunakan layanan prostitusi.

d.. Degradasi moral, norma-norma moral dan agama menurun pada saat masyarakat menghadapi kesejahteraan hidup.

e. Rendahnya respek terhadap martabat perempuan sebagai manusia.

f. Budaya eksploitasi di zaman modern, terutama eksploitasi yang lemah atau perempuan untuk tujuan komersial.

g. Pertemuan berbagai budaya asing dan budaya lokal di daerah perkotaan ibukota menyebabkan perubahan sosial yang cepat dan radikal, sehingga masyarakat menjadi stabil.

2.2.2 Remaja.

Remaja yang berasal dari istilah adolesence darii kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia) yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah ini seperti yang digunakan sekarang, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1980: 206) .

Menurut Santrock (2003: 26) remaja diartikan sebagai masa

transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa sebagai masa

perkembangan fisik, kognitif, dan sosial-emosional yang memberi

(12)

41 tantangan, peluang-peluang, dan pertumbuhan yang besar sekali.

Selaras dengan pendapat tersebut, Papalia (2008: 534) mendefinisikan remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa yang mengandung perubahan besar baik fisik, kognitif dan psikososial.

Apabila melihat definisi-definisi di atas bahwa yang dimaksud dengan remaja itu adalah adanya perubahan-perubahan yang mencakup:

a. Perubahan fisik Menurut Santrock (2003: 91) perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Di antara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh. Menurut Sarlito Sarwono (2012: 8) perubahaan fisik yang terjadi pada masa remaja yaitu mulai terjadinya kematangan alat-alat reproduksi. Secara anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuk yang sempurna dan secara faali alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula. Seorang pria akan mampu menghasilkan beberapa ratus juta sel mani (spermatozoa) setiap kali ia berejakulasi, atau seorang wanita yang berpayudara dan berpinggul besar yang setiap bulannya mengeluarkan sebuah sel telur dari indung-telurnya.

b. Perubahan kognitif Menurut Piaget, pemikiran operasional formal

terjadi antara usia 11 hingga 15 tahun. Pemikiran operasional formal

(13)

42 lebih abstrak, idealistik, dan logis daripada pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan bahwa remaja termotivasi untuk memahami dunia mereka karena tindakan yang mereka ambil untuk menyesuaikan diri secara biologis. Lebih jelas mereka mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain. Mereka tidak hanya mengatur pengamatan dan pengalaman, tetapi juga memodifikasi cara berpikir mereka untuk memasukkan ide-ide baru karena informasi tambahan membuat pemahaman lebih dalam. Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sosial. Ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif remaja (Santrock, 2003: 15).

c. Perubahan emosional Hurlock (1980: 212)42 mengungkapkan bahwa perubahan emosi pada remaja dipengaruhi oleh kondisi sosial yang mengelilingi remaja masa kini. Adapun meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi peranan baru.

2.2.2.1. Pola emosi masa remaja

Sama dengan pola masa kanak-kana. Perbedaannya

terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajat,

dan khususnya pada pengendalian latihan individu terhadap

ungakapan emosi mereka. Remaja tidak lagi mengungkapkan

amarahnya dan dengan cara gerakan amarah yang meledak-ledak,

(14)

43 melainkan dengan menggerutu, tidak mau berbicara atau dengan suara keras mengeritik orang-orang yang menyebabkan amarah.

2.2.2.2 Karakteristik remaja

Remaja memiliki karakteristik atau karakteristik tertentu yang membedakannya dari periode sebelumnya. Karakteristik remaja menurut Hurlock (1980: 207) 47, diantaranya :

1. Masa remaja adalah periode yang perlu diperhatikan, karena perubahan dalam masa menuju remaja akan berdampak secara langsung pada individu yang berhubungan dan akan mempengaruhi masa perkembangan berikutnya.

2) Remaja sebagai masa purbetas ini artinya perkembangan jaman kecil dan tidak bisa dianggap sebagai orang tua. keadaan remaja tidak tentu, dan sikap ini memberinya waktu untuk mengalami gaya hidup yang berbeda dan untuk mengidentifikasi perilaku, nilai-nilai dan karakteristik yang paling cocok untuknya.

3) Masa remaja adalah masa perubahan - perubahan dalam

perubahan emosi dalam tubuh, minat dan peran (menjadi orang

dewasa yang mandiri), perubahan nilai, dan keinginan akan

kebebasan.

(15)

44 4) Remaja adalah periode penelitian identitas diri yang dicari oleh remaja dalam bentuk upaya untuk menjelaskan siapa dia dan apa perannya dalam masyarakat.

2.2.3 Prostitusi Remaja di Indonesia

Pelacuran anak adalah tindakan pelacuran yang bertujuan untuk memperoleh atau memberikan layanan seksual kepada seorang anak oleh orang atau orang lain dengan imbalan uang atau manfaat lainnya. Dalam sebuah buku penelitian tentang pelacur anak (Surakarta dan Indramayu, 2004: 9), yang mengartikan pelacuran anak yaitu anak laki dan wanita, terlibat dalam proses prostitusi dan dengan sengaja menekankan suasan hukum di mana seorang anak menentang orang dewasa, menurut hukum tidak dapat membuat pilihan berdasarkan informasi Diperoleh, apakah mereka ingin bekerja sebagai pelacur atau tidak. Akibatnya, anak-anak dianggap sebagai korban pelacuran.

Pelacuran anak terjadi ketika seseorang bersedia mengambil

keuntungan dari transaksi komersial ketika seorang anak remaja

ditawari atau dijual untuk tujuan seksual. Anak-anak terlibat dalam

pelacuran ketika mereka berhubungan seks untuk kebutuhan dasar

seperti makanan, tempat tinggal, keamanan, membantu mendapatkan

nilai bagus di sekolah atau lebih banyak uang saku untuk membeli

barang-barang dari sekolah. Konsumsi Semua ini dapat terjadi di tempat

(16)

45 yang berbeda seperti lokasi, bar, klub, rumah, hotel atau jalan-jalan (ECPAT International, 2006: 5).

Penyebab anak-anak memasuki dunia prostitusi terdiri dari beberapa faktor, termasuk:

2.2.3.1 Motif Kebutuhan Hidup (Ekonomi)

Menurut Dalyono (1997: 240-241), kondisi ekonomi diklasifikasikan sebagai berikut:

a) situasi yang buruk (sederhana) di mana pakaian, makanan, perumahan (kebutuhan dasar) tidak terpenuhi dan kehidupan mereka terpenuhi. Singkatnya.

b) Situasi kelebihan ekonomi (kaya) di mana tidak hanya kebutuhan primer tetapi juga sekunder terpenuhi. Untuk memahami ekonomi dalam situasi sosial, seseorang harus membedakan dirinya dari orang lain dalam aspek ekonomi, seperti kekayaan, kekayaan, profesi, dan pendidikan .

Menurut Anwar (1999: 23-25), berdasarkan kriteria ekonomi, tatanan sosial masyarakat dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:

a. Kelas ekonomi yang lebih tinggi, diikuti oleh: - Warga negara

berpenghasilan tinggi, pekerjaan kaya dan terhormat seperti

pejabat senior, manajer bank, dan pemimpin bisnis. - Tingkat

(17)

46 pendidikan tinggi seperti community college dan pemegang gelar Ir, Dr. , Dr. , Atau profesor.

b. Masyarakat kelas menengah, diikuti oleh: - warga negara berpenghasilan menengah dan kaya, seperti pegawai negeri sipil, pemerintah tingkat menengah, 19 pengusaha tingkat menengah, pejabat tingkat menengah, tentara Kelas menengah, dll.

Pendidikan di sekolah menengah, misalnya, mereka yang menyelesaikan siklus sekolah menengah dan tinggi.

c. Masyarakat kelas bawah ditempati oleh orang-orang berpenghasilan rendah, miskin, seperti pekerja tidak terampil, pekerja pertanian, pejabat junior, pedagang kecil, pekerja pabrik, dll. Tingkat pendidikannya juga rendah, misalnya orang yang belum menyelesaikan pendidikan dasar, mereka yang telah menyelesaikan studi, atau mereka yang belum pernah bersekolah.

2.2.3.2 Pendidikan

Definisi pendidikan berasal dari kata "siswa" yang

mengambil awalan "Aku", yang berarti "pendidikan", yang

berarti memelihara dan memberikan pelatihan. Dengan

memelihara dan memberikan pelatihan, ada pendidikan,

bimbingan dan kepemimpinan tentang moralitas dan kecerdasan

pikiran. Pendidikan menurut Kamus Bahasa Indonesia (1991:

(18)

47 232) terdiri dari mengubah sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mengembangkan orang melalui pendidikan dan pelatihan. Dalam arti luas, pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses yang menggunakan metode tertentu sehingga seseorang dapat memperoleh, memahami, dan mengadaptasi pengetahuan. Dengan demikian, pendidikan adalah tahap aktivitas kelembagaan yang memungkinkan untuk menyempurnakan pengembangan individu dan penguasaan pengetahuan, kebiasaan, sikap, dll. Pendidikan dapat bersifat formal dan informal di samping pelatihan formal seperti sekolah, sekolah, dan lembaga lainnya. Bahkan seperti yang didefinisikan di atas, pendidikan juga dapat terjadi melalui otodidak (Dalyono, 1997: 4-6)

2.2.3.3 Keluarga

Keluarga adalah unit sosial yang lebih kecil yang terdiri

dari suami dan istri, jika ada anak-anak yang diawali dengan

pernikahan (Ahmad, Abu, 1999: 242). Keluarga itu terdiri dari

individu-individu, tetapi itu adalah bagian dari jejaring sosial

yang lebih besar. Institusi keluarga memiliki fungsi untuk

memastikan kelangsungan hidup masyarakat, seperti keturunan

atau reproduksi, kasih sayang dan sosialisasi. Selain itu,

keluarga adalah salah satu unit sosial paling mendasar dan kecil

di masyarakat. Keluarga itu hanya mencakup pasangan dan istri

(19)

48 atau kehadiran anak-anak yang lahir dan diadopsi. Setelah pembentukan keluarga, anggota keluarga memiliki pekerjaan rumah mereka sendiri. Pekerjaan yang perlu dilakukan dalam kehidupan keluarga disebut pekerjaan. Karena itu fungsi keluarga adalah pekerjaan atau tugas di dalam atau di luar keluarga. (Abu Ahmadi, 1991: 88). Menurut para dokter. Tawfiq al-Rahman al-Dhaheri, telah menyoroti beberapa fungsi dari Yayasan Keluarga, yaitu:

1. Fungsi Afeksi 21 Sebagai makhluk biologis tidak hanya, tetapi juga psikologis dan sosial, manusia memiliki jenis kebutuhan akan kasih sayang atau kondisi. Kebutuhan ini terkait dengan perasaan atau emosi. Dalam hal ini, keluarga adalah salah satu lembaga penting yang dapat memenuhi kebutuhan anggotanya dalam hal kasih sayang atau kasih sayang.

2. Fungsi sosialisasi Ini menunjukkan peran lembaga keluarga dalam pembentukan kepribadian anak-anak, melalui interaksi dalam keluarga di mana anak-anak memperoleh panutan, sikap keyakinan dan nilai-nilai.

Dalam komunitas untuk berpartisipasi secara efektif

dan konstruktif dalam kehidupan masyarakat.

(20)

49 3. Fungsi pendidikan terkait dengan pendidikan anggota keluarga.

4. Fungsi hiburan Di mana dapat menciptakan suasana yang nyaman, tenang dan menghibur yang memungkinkan anak-anak bebas dari stres dan aktivitas sehari-hari.

5. Fungsi perlindungan Di mana mereka dapat memberikan perlindungan fisik dan sosial kepada anak- anak mereka sehingga mereka dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan rasa perlindungan dengan kata lain, anak-anak akan merasa aman.

6. Fungsi ekonomi 22 Ini membantu memenuhi kebutuhan keuangan anggota keluarga.

7. Parenting berkelanjutan atau reproduksi keluarga adalah institusi yang fungsinya untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia melalui fungsi reproduksinya.

8. Fungsi penentuan status adalah fungsi keluarga untuk

menentukan status anak-anak mereka.

(21)

50 2.2.3.4 Lingkungan Sosial

Mencakup semua orang / orang yang mempengaruhi kita, dan dampak lingkungan sosial kita secara langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung, seperti dalam hubungan sehari-hari dengan orang lain, dengan keluarga kami, teman- teman kami, teman-teman sekolah kami, rekan kerja kami, dll.

Mengingat bahwa rute tidak langsung dapat diperoleh di radio dan televisi, dengan membaca buku, majalah, surat kabar, dan berbagai cara lainnya.

Masing-masing dari kita, terutama yang berkaitan dengan karakter kita, adalah hasil dari interaksi gen dan lingkungan sosial. Karena interaksi ini, setiap orang adalah unik, setiap orang memiliki kepribadiannya sendiri, berbeda satu sama lain. Jika kita menghubungkan pewarisan dengan lingkungan dalam hal dampaknya terhadap perkembangan manusia, karakteristik dan kepribadian kita dihasilkan dari interaksi antara alam dan lingkungan. Dalam hal ini, pemahaman harus ditekankan dalam interaksi kata - 23 interaksi antara keduanya akan menentukan bagaimana hasil / kondisi perkembangan aspek-aspek tertentu manusia (M. Daliyono, 1997: 134-137).

(22)

51 2.3 Landasan Teoritis

Erving Goffman, seorang sosiolog dan penulis interaktif, telah memperdalam dan menyempurnakan studi drama dalam buku terbarunya sebagai salah satu kontribusi paling penting bagi teori ilmu sosial. "Presentasi diri dalam kehidupan sehari-hari." Dalam buku ini, Goffman, yang mengeksplorasi fenomena interaksi simbolik, menawarkan studi mendalam tentang konsep dramaturgi.

Istilah dramaturgi penuh dengan efek dramatis, drama atau drama di atas panggung di mana aktor memainkan karakter manusia lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan karakter dan dapat mengikuti kisah drama yang disajikan dan dimainkan. Dalam teori permainan, kami menemukan adegan sebelumnya dan adegan belakang.

Front Stage, bagian dari tampilan yang digunakan untuk menentukan kinerja tampilan. Tampak depan dibagi menjadi dua bagian. Pertama, bingkai adalah visi fisik yang harus ada jika aktor memainkan perannya, dan dua front pribadi adalah dua jenis peralatan yang berbeda yang mengekspresikan perasaan aktor. Tahap belakang, ruang di mana skenario kinerja dilaksanakan oleh "tim" (sebuah masyarakat rahasia yang mengatur kinerja masing-masing perwakilan).

Goffman mempelajari drama dalam sosiologi. Ini mengeksplorasi

semua jenis perilaku interaktif yang kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-

hari yang memiliki fitur yang menyerupai aktor yang menunjukkan karakter

(23)

52 lain dalam pertunjukan dramatis. Metode yang sama ini berarti menunjukkan kesamaan, yang berarti kinerja ditampilkan. Goffman mengacu pada presentasi sosiologi. Pertunjukan komunitas memberikan kesan yang baik tentang tujuan yang dimainkan aktor. Presentasi oleh Goffman's Self ini bertujuan untuk membuat penonton menerima manipulasi drama. Jika seorang aktor berhasil, penonton akan melihatnya dari sudut yang ingin ditunjukkan oleh aktor.

Akan lebih mudah bagi penulis untuk membawa audiens ke sasaran kinerja. Ini dapat dikatakan sebagai bentuk komunikasi lainnya. Karena komunikasi sebenarnya adalah alat untuk mencapai tujuan atau interaksi yang diinginkan. Jika Anda berada dalam komunikasi manusia tradisional, bicarakan tentang memaksimalkan makna verbal dan non-verbal untuk mencapai tujuan akhir komunikasi, sehingga orang lain mengikuti kehendak kita. Jadi, dalam drama, yang penting adalah konsep umum tentang cara memainkan peran sehingga kita bisa memberikan hasil yang kita inginkan dan inginkan. Drama ini meneliti konteks perilaku manusia untuk mencapai tujuannya dan tidak mempelajari hasilnya

Dramaturgy mengakui bahwa dalam interaksi antar manusia, ada

perilaku yang "disepakati" yang dapat mencapai tujuan akhir dari interaksi

sosial. Bermain peran adalah alat yang dapat menunjukkan pemenuhan

perjanjian dan keinginan yang diharapkan dari para aktor penerima manfaat

dari drama mereka.

(24)

53 Dalam teori Dramaturgy dijelaskan bahwa identitas manusia tidak stabil dan bahwa setiap identitas adalah bagian psikologis dari psikologi independen yang dapat diubah sesuai dengan keadaan. Identitas manusia dapat berubah tergantung pada interaksi dengan orang lain. Di sinilah para ilmuwan teater tumpang tindih, bagaimana kita mengendalikan interaksi. Dalam representasi teatrikal, interaksi sosial ditafsirkan dengan cara yang sama seperti teater atau drama kehidupan. Manusia adalah aktor yang mencoba menggabungkan karakteristik dan tujuan pribadi mereka dengan orang lain melalui "perwakilan dramatis" mereka. Mencapai tujuan ini, sesuai dengan konsep penulis skenario, akan mengembangkan perilaku yang mendukung peran ini.

Sebagai pertunjukan dramatis, aktor kehidupan dramatis juga harus bersiap untuk pertunjukan. Sebelum berinteraksi dengan orang lain, seseorang pasti akan mempersiapkan peran mereka terlebih dahulu, atau kesan bahwa orang lain ingin mengambilnya baik dan buruk. Kondisi ini sama dengan fitur teater yang ia sebut "karakter rusak" atau penyimpangan pribadi. Melalui konsep dan peran dramatis yang dimainkan oleh pria, suasana dan kondisi interaksi diciptakan, memberikan makna khusus bagi pemain. Munculnya makna ini sangat tergantung pada konteks sosial masyarakat itu sendiri, yang mengarah ke asal skenario ini. Setelah itu, orang yang mampu beradaptasi dengan situasi dan gaya hidup yang berbeda, baik atau buruk, akan dibentuk dengan cara mereka sendiri.

Sebagaimana dijelaskan, pelacur juga diartikan oleh masyarakat sebagai

orang yang tidak lagi memiliki harga diri dan merupakan samph masyarakat,

(25)

54 tidak berharga dan dengan segala macam makna yang dianggap negatif oleh masyarakat. Dalam diskusi ini, pelacuran adalah tindakan yang sangat hina dan memalukan, karena seorang pelacur memiliki tubuh, tetapi tubuhnya tidak lagi diakui oleh mereka sebagai sesuatu untuk dilestarikan, tetapi sudah sebagai sarana memuaskan ketamakan dan sarana. untuk membawa uang.

Sampai sekarang, prostitusi telah dianggap sebagai momok yang sangat memalukan oleh hampir semua orang di dunia, terutama Indonesia. Persepsi publik tentang pelacuran memiliki ambiguitasnya sendiri, yang jelas dari pendapat yang sangat kuat yang telah melekat pada pelacuran.

Seorang pelacur selalu menghargai kebebasannya, maka suatu tindakan (pelacuran) adalah benar, demikian juga visinya tentang hukum, dikatakan bahwa suatu tindak pidana melibatkan dua kategori partai, subjek dan objek dari penjahat. Yang pertama adalah mereka yang menjadi aktor atau dapat dianggap sebagai subyek, dan yang kedua adalah korban yang bertindak sebagai objek kejahatan. Apa, dalam kasus pemerkosaan dan segala bentuk pelecehan seksual lainnya, merupakan tindakan kriminal, tetapi dalam kenyataannya, dalam proses pelacuran, tidak ada yang melakukannya dengan paksa dan saling menguntungkan satu sama lain, atau dengan tidak adanya korban, menurut mereka yang melakukan (pelacuran) dianggap sah dan bukan sebagai sesuatu yang melanggar hukum.

Namun dalam kenyataannya, prostitusi masih melanggar norma dan

etika di Indonesia, tetapi masalah ini harus dipertimbangkan, itu adalah

(26)

55 perspektif pemerintah, yang masih melihat prostitusi sebagai ketidakadilan tanpa menangani penyebab masalah. pelacuran itu sendiri.

Melanjutkan penjelasan Goffman tentang Dramaturgi, di mana, dalam hal ini, anak-anak sekolah menengah sangat mahir memainkan peran berbeda yang ada di setiap tempat dan kondisi tertentu yang mereka inginkan.

Mereka memainkan berbagai peran yang mereka alami, salah satu contohnya di mana anak-anak sekolah menengah memainkan peran siswa yang notabene masih pelajar, yang kedua adalah mereka menjadi anak-anak yang masih pada tahap pendidikan orang tua dan yang ketiga. mereka menjadi pelaku prostitusi atau sering disebut pelacur, WTS atau PSK.

Teori dramaturgi jelas terkait dengan kegiatan penulis pelacuran, di mana siswa sekolah menengah adalah siswa yang baik dan bertemu guru seperti anak-anak yang baik pada umumnya. menjadi status siswa di mana mereka dianggap hanya sebagai anak-anak yang belajar dan tidak melakukan hal lain.

Tidak hanya sekolah hukum mereka terbukti menjadi anak-anak ketika

mereka berada di rumah, itu pasti membuat mereka seseorang yang masih

terikat oleh keluarga yang merawat mereka dan mendidik mereka, tetapi ketika

para penulis ini berada di tempat hiburan di mana kegiatan prostitusi mereka

tampaknya akan berubah secara radikal, mereka akan membuka peran baru di

mana peran mereka juga membentuk identitas baru. Di mana, di sekolah,

mereka terikat oleh aturan yang masuk akal dan berperilaku baik tanpa

(27)

56 bersikap menyimpang terhadap teman-teman mereka dan guru-guru yang ada di sana, dan kemudian mereka berada di rumah. Mereka juga orang yang baik tetapi merupakan kasus lain di mana mereka menjadi pelacur.

Pelacur sangat pandai menyembunyikan peran mereka karena mereka

sendiri sadar bahwa kegiatan yang mereka lakukan sangat ditentang oleh

masyarakat dan melanggar norma atau amoralitas kehidupan sosial. Anak-anak

ini harus memainkan peran dalam tahap kehidupan untuk mencapai setiap

tingkat gaya hidup mereka, dengan peran yang mereka mainkan dengan baik,

mereka percaya bahwa kehidupan di mana mereka hidup akan sangat

bermanfaat.

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi IDS pada server menggunakan jejaring sosial (facebook, twitter, dan whatsapp) sebagai media notifikasi memudahkan administrator dalam mengidentifikasi

Pengumpulan data dilakukan dengan indepth interview Hasil dari studi evidence base ini menggambarkan bahwa persepsi perawat tentang faktor yang meningkatkan

Memberikan kuasa dan wewenang kepada Dewan Komisaris Perseroan dengan memperhatikan rekomendasi komite audit, untuk menunjuk Akuntan Publik dan/atau Kantor Akuntan

anom_omar@yahoo.com 30 A L QU RA N • Sumber dan rujukan utama dalam hidup manusia • Mengandungi segala aspek kehidupan manusia • Tiada kelemahan dan kekurangan

Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, maka sentral telepon harus dapat memberi tahu pelanggan yang ingin menghubungi pelanggan lain dengan informasi mengenai

Melalui proses belajar maka masyarakat secara bertahap akan memperoleh kemampuan/ daya dari waktu ke waktu, dengan demikian akan terakumulasi kemampuan yang

Definisi dari usaha kecil yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi ilmiah tentang metode alternatif untuk pengolahan limbah industri terutama industri tekstil dengan mengembangkan membran