PENUMBUHAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN SORKAM BARAT
Ramainas1 dan Ammon Pasaribu1
1
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Medan
ABSTRACT
Perilaku Masyarakat Petani Terhadap Penumbuhan Kelompoktani di Kecamatan Sorkam Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengaruh perilaku masyarakat petani terhadap penumbuhan kelompoktani di Kecamatan Sorkam Barat dan untuk mengetahui apakah ada hubungan faktor-faktor eksogen yang mempengaruhi perilaku masyarakat petani terhadap penumbuhan kelompoktani di Kecamatan Sorkam Barat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik aplikasi SPSS dengan metode Chi-square . Jumlah sampel yang diambil yaitu 97 orang dengan menggunakan metode proporsional random sampling. Data yang digunakan berasal dari data primer dan sekunder dari Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku petani dalam keterkaitannya dengan penumbuhan kelompok tani sebagian besar masih tergolong tidak baik yaitu sebesar 72,2% . Dari tabel diperoleh nilai Korelasi Pearson 0.626 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kelompok tani dengan perilaku masyarakat petani. Hubungan korelasi antara kelompok tani dengan perilaku masyarakat petani adalah cukup kuat yang ditunjukkan dengan nilai korelasi mendekati +1. Dengan P-value / Sig. sama dengan 0.00 < 0,05 dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel.
Keywords: Perilaku, Kelompoktani, Sorkam Barat
PENDAHULUAN
Subyek pembangunan pertanian salah satunya
adalah masyarakat petani, sebagai salah satu
komponen dalam sistem pembangunan pertanian,
maka
peran
kelompok
sangat
menentukan
keberhasilan pembangunan pertanian. Petani harus
berkelompok, mengingat usahatani pada umumnya
dihadapkan pada banyaknya intervensi dari
lingkungannya. Perlu diingat bahwa semua yang
mengintervensi usahatani tersebut pada dasarnya
adalah sebuah lembaga (Pangarsa, 2006). Karena
yang mengintervensi adalah lembaga maka usaha
tani yang diusahakan secara individu kurang
mempunyai posisi tawar, karena petani berhadapan
dengan lembaga yang jauh lebih kuat. Untuk itu
usaha tani harus diperkuat untuk menghadapi
lingkungan
yang
mempengaruhinya.
Upaya
penguatan kelompoktani harus menyentuh tiga
aspek yaitu, kelompok sebagai media belajar,
sebagai unit produksi dan sebagai lembaga
ekonomi (Pangarsa, 2006).
Beberapa tahun belakangan ini, usaha
agribisnis dengan mengolah komoditas pertanian
menjadi bentuk produk olahan sedang banyak
digemari. Selain membantu menyediakan pangan
yang beragam, produk olahan ini juga memberikan
nilai tambah lebih besar daripada hanya menjual
komoditas primer. Menyadari hal ini, maka
pembangunan
pertanian
dilakukan
melalui
pendekatan agribisnis yang merupakan bentuk
modern dari pertanian primer yang mencakup lima
subsistem yang saling berkaitan.
Untuk
menghindari
hambatan
yang
disebabkan
oleh
terganggunya
salah
satu
subsistem, maka petani sebagai pelaku dan penentu
berjalannya program pembangunan ini perlu
mendapatkan dukungan berupa bantuan modal dan
pendampingan oleh professional yang bergerak di
bidang tersebut. Untuk mempermudah pemerintah
dalam mendistribusikan bantuan maka dibentuklah
suatu lembaga sosial-tradisional yang mengakar di
masyarakat pedesaan, lembaga tersebut biasa
disebut Kelompoktani.
Keberadaan kelompoktani merupakan salah
satu potensi yang mempunyai peranan penting
dalam
membentuk perubahan perilaku dan
menjalin
kemampuan
kerjasama
masyarakat
petani. Melalui kelompoktani proses pelakasanaan
kegiatan melibatkan anggota kelompok dalam
berbagai
kegiatan
bersama,
akan
mampu
mengubah atau membentuk wawasan, pengertian,
pemikiran, minat, tekad dan kemampuan perilaku
berinovasi menjadikan sistem pertanian yang maju.
Sering terlihat keberadaan kelompok masyarakat
yang terbentuk dan tumbuh atas inisiatif sendiri
akan lebih menjamin keberlangsungan kelompok
tersebut dibandingkan dengan kelompoktani yang
terbentuk karena adanya proyek dan bubar segera
setelah proyek selesai. Hal ini dikarenakan peranan
kelompoktani ditentukan oleh individu dalam
kelompok dan faktor luar yang dapat berfungsi
sebagai pendorong dan perangsang bagi aktivitas
kelompok
dalam
mencapai
tujuannya.
Kelompoktani sebagai wadah kelas belajar, sebagai
unit produksi usaha tani dan sebagai wahana
kerjasama tersebut akan dibutuhkan anggota
kelompok dalam pemenuhan kebutuhan usaha
taninya, bila memberikan manfaat yang dapat
dirasakan anggota kelompok tersebut.
Kecamatan Sorkam Barat adalah salah satu
dari duapuluh kecamatan yang ada di wilayah
Pemerintahan
Kabupaten
Tapanuli
Tengah
Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan ini terdiri
dari 2 kelurahan dan 10 desa yaitu kelurahan
Sorkam Barat, desa Sipea-pea, desa Sidikalang,
desa Pahieme I, desa Pahieme II, desa Pasar
Sorkam, desa Binasi, desa Pasaribu Tobing Jae,
desa Maduma, desa Aek Raso, Kelurahan Madani
dan desa Sorkam Kanan. Sebagian besar penduduk
Sorkam Barat bermata pencaharian sebagai petani
yaitu berkisar 68%. Dalam mengelola usaha
taninya, masyarakat Sorkam Barat masih banyak
yang belum ikut sebagai anggota kelompoktani
yaitu berkisar 1801 orang atau sekitar 52%
sedangkan
yang
terdaftar
sebagai
anggota
kelompoktani berkisar 1638 orang atau sekitar
48% dengan jumlah kelompoktani sebanyak 55
kelompok.
Di Kecamatan Sorkam Barat tidak semua
masyarakat petani mempunyai keinginan untuk
membentuk kelompok, hal ini disebabkan adanya
perilaku masyarakat petani yang berbeda-beda,
tergantung pada tingkat kebutuhan para petani
tersebut. Perilaku masyarakat petani ini dapat
dilihat dari pengetahuan, sikap dan tindakan
masyarakat
petani
terhadap
penumbuhan
kelompoktani.
Pengetahuan
masyarakat
petani
tentang
berusaha tani sebatas pengalaman saja, belum ada
perpaduan dengan penyerapan informasi yang ada
seperti dari media televisi. Pengetahuan petani
seperti ini membawa dampak, bahwa ada perasaan
telah tahu dan mengerti semua masalah tentang
budidaya, perawatan dan juga pasca panen
sehingga sulit mau menerima kata atau pandangan
dari orang lain. Sikap masyarakat petani juga
masih sangat rendah sekali terutama dalam hal
penghayatan
sebagaimana
layaknya
seorang
petani, disini sering masyarakat petani menyatakan
dirinya seorang petani tetapi pelaksanaannya hanya
sekedar saja atau pertanian bukan faktor penentu
peningkatan kesejahteraan petani. Sikap ini juga
ditunjukkan dengan sedikitnya jenis tanaman yang
diusahakan oleh petani demikian juga mengenai
luasan usahanya. Sikap terhadap apa yang biasa
dilakukan juga masih kurang terutama dalam hal
pemakaian bahan bahan kimia (pestisida ), dan
kurang mengerti tentang pemanfaatan sumber daya
alam. Suatu sikap pada diri individu belum tentu
terwujud dalam suatu tindakan. Agar sikap
terwujud dalam perilaku nyata diperlukan faktor
pendukung dan fasilitas, karena kurangnya faktor
pendukung dan fasilitas ini sehingga masyarakat
petani masih menerapkan cara lama.
Perilaku masyarakat petani di Kecamatan
Sorkam Barat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu faktor lingkungan, pendidikan, agama, sosial
ekonomi dan kebudayaan. Hal ini dicerminkan
dalam tindakan sehari-hari baik dalam lingkungan
keluarga,
masyarakat,
maupun
lingkungan
pekerjaan. Tindakan yang dilakukan secara
berulang-ulang dan mendarah daging disebut
dengan perilaku. Kebiasaan ini akan berlangsung
terus
menerus.
Perilaku
ini
juga
dapat
mempengaruhi
cara
berfikir
petani
dalam
pengelolaan usaha tani yang sudah dilakukan sejak
dahulu. Pengelolaan usaha tani yang sudah
dilakukan sejak dulu itu, dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Petani merasa
membutuhkan, oleh karena itu timbul suatu
dorongan atau semacam motivasi yang ada di
dalam diri mereka.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui tingkat perilaku masyarakat
petani terhadap penumbuhan kelompoktani di
Kecamatan Sorkam Barat, dan mengetahui
hubungan
faktor-faktor
eksogen
yang
mempengaruhi
perilaku
masyarakat
petani
terhadap penumbuhan kelompoktani di Kecamatan
Sorkam Barat.
METODOLOGI
Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret s/d
bulan Mei tahun 2015. Lokasi pelaksanaan
dilakukan di 10 desa dan 2 kelurahan pada
kecamatan Sorkam Barat yaitu desa Sipeapea,
Sidikalang, Pahieme I, Pahieme II, Pasar Sorkam,
Binasi, Sorkam Kanan, Pasaribu Tobing Jae,
Maduma Aek Raso, Kelurahan Madani dan
Kelurahan Sorkam Kanan.
Pengambilan
data
pada
penelitian
ini
dilakukan dengan beberapa metode seperti metode
survei, yaitu dengan menggunakan kuesioner
sebagai instrumennya, metode observasi, yaitu
dengan melakukan pengamatan terhadap kondisi
lokasi
pengkajian,
kebiasaan
hidup
obyek
pengkajiann
dan
dinamika
perkembangan
kelompoktani di wilayah pengkajian. metode
dokumentasi, yaitu dengan mengambil foto-foto
dari lokasi pengkajian yang dapat menggambarkan
situasi dan kondisi di lokasi pengkajian.
Populasi yang diteliti pada penelitian ini
adalah seluruh kepala keluarga tani di Kecamatan
Sorkam Barat dengan jumlah populasi yang akan
diteliti sebesar 3439 kepala keluarga. Pengambilan
responden pada pengkajian ini menggunakan
metode proporsional random sampling, dimana
populasi asal sampel yang diambil bersifat
homogen yaitu masyarakat petani namun berada di
beberapa wilayah administrasi yang berbeda (sub
populasi), sedangkan jumlah sampel pada tiap sub
populasi diambil secara proporsional berdasarkan
jumlah
keluarga
tani
di
sub
populasi
(desa/kelurahan) tersebut, semakin banyak jumlah
keluarga tani di wilayah tersebut maka proporsi
penarikan jumlah sampelnya lebih besar.
Menurut Riduan (2010), dalam Yamane
(1967) penentuan ukuran sampel dilakukan
dengan rumus :
=
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d2 = presisi (data yang digunakan 10%
sampling error)
Sesuai hasil perhitungan tersebut diperoleh
jumlah total sampel dari populasi 3439 kepala
keluarga tani sebanyak 97 responden. Jumlah ini
merupakan sampel yang telah diambil di seluruh
wilayah Kecamatan Sorkam Barat. Langkah
selanjutnya
ialah
membagi
ke
tiap-tiap
desa/kelurahan
secara
proporsional
dengan
mempertimbangkan jumlah keluarga tani yang ada
di daerah tersebut.
Analisis
data
yang
digunakan
dalam
penelitian ini ialah analisis kuantitatif. Sedangkan
metode deskriptif bertujuan untuk memberikan
deskripsi mengenai subyek pengkajian berdasarkan
data dari variabel yang diperoleh dari responden
yang diteliti dengan menggunakan teknik tabulasi,
kemudian menyajikan hasil penelitian dalam
bentuk persentase dan sebaran frekuensi bagi
tiap-tiap kelompok subyek.
Analisis
data
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah analisis Regresi. Levin dan
Rubin (1998) dalam Sarwono (2013), menyatakan
regresi digunakan untuk menentukan sifat-sifat dan
kekuatan hubungan antara dua variabel serta
memprediksi nilai dari suatu variabel yang belum
diketahui dengan didasarkan pada observasi masa
lalu terhadap variabel tersebut dan
variabel-variabel lainnya. Analisis regresi linier ini banyak
digunakan untuk uji pengaruh antara variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y).
Persamaan regresi linear ganda untuk menganalisis
faktor-faktor
eksogen
yang
mempengaruhi
prilaku masyarakat petani terhadap penumbuhan
kelompoktani di Kecamatan Sorkam Barat.
Menurut Rianse dan Abdi (2008), yaitu :
Keterangan:
Y
= Variabel Perilaku Masyarakat Petani
Terhadap Penumbuhan kelompoktani
X
1= Variabel lingkungan sosial
X
2= Variabel Pendidikan
X
3= Varibel agama (ibadah)
X
4= Variabel social ekonomi
X
5= Variabel kebudayaan (adat)
α = Konstanta
β = Koefisien Regresi
u
i= Kesalahan atau error
Untuk mengetahui tingkat pengaruh semua
variabel independen secara bersama-sama terhadap
variabel dependen atau untuk mengetahui apakah
variabel
bebas
(X)
secara
bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel tak bebas (Y)
digunakan uji F dengan rumus:
)
/(
)
1
(
)
1
/(
)
(
2 2k
n
R
k
R
F
hitung
F
tabel= (k-1); (n-k): α
Keterangan :
R
2= Koefisien determina
K = Banyaknya koefisien regresi
N = Banyaknya sampel
α = Nilai kritis
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Petani Kecamatan Sorkam Barat
Umur
Umur responden adalah selisih antara tahun
responden dilahirkan hingga tahun pada saat
penelitian ini dilaksanakan. Dari hasil survei yang
dilaksanakan, diperoleh data bahwa umur petani
yang menjadi responden memiliki kisaran umur
dari 25 tahun sampai 64 tahun dengan nilai
rata-rata 41,8 tahun. Apabila dibagi dalam 3 (tiga)
selang umur, diperoleh informasi bahwa responden
yang diteliti paling banyak berasal dari selang
umur 39 s/d 51 tahun sebanyak 46 orang (Tabel 1).
Tabel 1. Sebaran Umur Responden
No. Selang umur Jumlah responden Persentase
1. 25-38 tahun 36 orang 37,1 % 2. 39-51 tahun 46 orang 47,4 % 3. 52-64 tahun 18 orang 18,5 %
Total 97 orang 100 % Sumber : Analisis data primer
Menurut Hernanto (1984), umur merupakan
faktor yang mempengaruhi seseorang produktif
atau tidak produktif, seseorang dikatakan produktif
jika berumur antara 15 sampai 64 tahun dan
dikatakan tidak produktif jika berumur antara 0
sampai 14 tahun dan 65 tahun ke atas. Ia juga
menambahkan
bahwa
umur
petani
sangat
mempengaruhi pengetahuan, fisik dan merespon
terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan
usahatani. Berdasarkan penetapan usia produktif di
Indonesia yang berkisar antara 15-64 tahun, maka
seluruh responden dikategorikan termasuk usia
produktif.
Lama bertani
Lama bertani merupakan waktu (dalam satuan
tahun) yang telah dilalui responden semenjak
responden pertama kali menjadi petani hingga
pengkajian
ini
dilaksanakan.
Menurut
Kartasapoetra (1991), petani yang sudah lebih
lama bertani memiliki pengalaman yang lebih
banyak daripada petani pemula, sehingga sudah
dapat membuat perbandingan dalam mengambil
keputusan terhadap anjuran penyuluh.
Hasil survei menunjukkan dari selang lama
bertani yang telah ditentukan yaitu 5 selang, hanya
selang lama bertani < 1 tahun saja yang bernilai 0,
selainnya memiliki nilai yang tidak berbeda jauh
antara selang lama bertani (Tabel 2).
Hal ini menunjukkan bahwa proporsi jumlah
petani di Kecamatan Sorkam Barat antara petani
yang baru dengan petani lama memiliki nilai yang
tidak jauh berbeda. Data ini juga menunjukkan
bahwa secara umum responden memiliki lama
bertani yang tergolong lama, sehingga diharapkan
memiliki pengalaman yang baik dalam mengelola
lahannya. Dimana menurut Padmowiharjo (1999),
pengalaman merupakan pengetahuan yang dialami
seseorang dalam kurun waktu
yang tidak
ditentukan. Semakin banyak pengalaman bertani
seorang petani maka semakin baik kemampuan
atau keahlian seorang petani dalam membaca
kondisi alam seperti seperti perubahan musim yang
dapat mempengaruhi jumlah hasil produksi.
Tabel 2. Sebaran Lama Bertani Responden
No. Selang lama bertani Jumlah responden Persentase 1. < 1 tahun 0 orang 0 % 2. 1-5 tahun 22 orang 22,7 % 3. 6-10 tahun 22 orang 22,7 % 4. 11-15 tahun 27 orang 27,8 % 5. > 15 tahun 26 orang 26,8 % Sumber : Analisis data primer
Anggota kelompoktani
Perbandingan status petani hampir sama
antara yang telah menjadi anggota kelompok tani
dan tidak menjadi anggota kelompok tani (Tabel
3).
Tabel 3. Status Keanggotaan Kelompoktani
Responden
No. Status anggota kelompok tani Jumlah responden Persentase 1. Ya 47 48,5% 2. Tidak 50 51,5%
Hal yang perlu dicermati ialah masih
tingginya persentase petani yang belum menjadi
anggota kelompok yaitu sebesar 51,5%, sehingga
masih dibutuhkan dukungan dan penyuluhan untuk
mengatasi hal tersebut. Menjadi anggota kelompok
tani diharapkan memberi informasi yang lebih baik
dalam mengelola lahan pertanian, merubah
perilaku dan dapat saling membantu sesama
anggota. Hal ini sejalan dengan hasil pengkajian
yang dibuat oleh Sihombing (2010) di Kecamatan
Sibolangit, Deli Serdang, yang menyatakan tingkat
kosmopolitan dan adopsi teknologi petani sesudah
menjadi anggota kelompok tani lebih tinggi
sebelum
menjadi
anggota
kelompok
tani,
produktifitas dan pendapatan petani padi sawah
sebelum menjadi anggota kelompok tani lebih
rendah, ada perbedaan perubahan pola konsumsi
petani sebelum dan sesudah menjadi anggota
kelompok tani.
Jumlah anggota keluarga
Ukuran keluarga dibedakan menjadi 6 ukuran,
dimulai dari responden yang tidak memiliki
anggota keluarga hingga yang memiliki lebih dari
4 orang. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa
responden yang disurvei paling banyak memiliki
anggota keluarga sebanyak 3 orang (26,8%) lalu
diikuti jumlah anggota keluarga sebanyak 2 orang
(24,7%).
Jumlah
anggota
keluarga
akan
berpengaruh terhadap perekonomian keluarga,
semakin banyak jumlah anggota keluarga maka
akan semakin meningkat pula kebutuhan keluarga,
hal ini akan membuat biaya hidup meningkat.
Namun perlu juga diketahui bahwa sektor usaha
yang membutuhkan tenaga dalam pelaksanaannya
seperti bertani, jumlah angota keluarga yang lebih
besar berarti memiliki tambahan jumlah tenaga
kerja. Masyarakat petani di Kecamatan Sorkam
Barat pada umumnya menggunakan anggota
keluarga untuk membantu pekerjaan bertani,
sehingga jumlah anggota yang lebih banyak
dianggap dapat meringankan pekerjaan maupun
mempercepat pekerjaan.
Tabel 4. Jumlah Anggota Keluarga Responden
No. Jumlah anggota keluarga Jumlah responden Persentase 1. 0 orang 0 orang 0 % 2. 1 orang 12 orang 12,4 % 3. 2 orang 24 orang 24,7 % 4. 3 orang 26 orang 26,8 % 5. 4 orang 19 orang 19,6 % 6. > 4 orang 16 orang 16,5% Sumber : Analisis data primerStatus kepemilikan lahan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan
yang dikelola responden merupakan milik sendiri
yaitu
sebesar
61,9%,
sedangkan
sisanya
merupakan sewa (Tabel 5).
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden
masih
menggantungkan
usahatani
sebagai sumber pemenuhan kebutuhan. Mengolah
lahan milik sendiri cenderung memberikan pilihan
yang lebih banyak dalam perencaanaan maupun
penerapan pengolahan lahan pertanian.
Tabel 5. Status Kepemilikan Lahan Bertani
Responden
No. Status kepemilikan lahan Jumlah responden Persentase 1. Milik sendiri 60 61,9% 2. Sewa 37 38,1%Sumber : Analisis data primer pengkajian
Jenis tanaman yang ditanam
Pengelompokkan berdasarkan jumlah jenis
tanaman yang ditanam dibagi menjadi 5 kelompok
dan dari hasil pengkajian menunjukkan bahwa
sebanyak 50,5% responden menanam 1 jenis
tanaman. Sedangkan persentase responden yang
menanam lebih dari 4 jenis tanaman sebesar 3,1%
(Tabel 6).
Tabel 6. Jumlah Jenis Tanaman Yang Ditanam
Responden
No. Jenis tanaman Jumlah responden Persentase 1. 1 jenis 49 orang 50,5 % 2. 2 jenis 23 orang 23,7 % 3. 3 jenis 17 orang 17,5 % 4. 4 jenis 5 orang 5,2 % 5. > 4 jenis 3 orang 3,1 % Sumber : Analisis data primer pengkajian
Adapun jenis tanaman yang banyak ditanam
masyarakat petani di Kecamatan Sorkam Barat
yaitu sawit, karet, kakao, kelapa, padi dan jagung.
Sedangkan 1 jenis tanaman yang paling banyak
ditanam responden ialah sawit. Pemilihan jenis
tanaman berkaitan dengan potensi lingkungan yang
memungkinkan tumbuhnya suatu tanaman di
daerah tersebut, kebiasaan yang sudah diwariskan
kepada petani, kemampuan mengelola lahan,
mengikuti tren maupun dikarenakan ekonomi.
Sedangkan pemilihan menanam dengan jumlah
dari satu jenis merupakan salah satu bentuk
adaptasi masyarakat apabila terjadi suatu bencana
yang dapat mengganggu hasil produksi tanaman
yang ditanam. Masyarakat petani Kecamatan
Sorkam Barat lebih banyak menanam sawit
dikarenakan nilai jual dari kelapa sawit, tren
peningkatan permintaan sawit maupun kondisi
alamnya yang memungkinkan untuk penanaman
kelapa sawit. Bertanam sawit juga dianggap
merupakan salah satu pekerjaan yang sudah
diwariskan oleh orangtua petani tersebut.
Variabel Perilaku
Analisis regresi linier berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan
dalam penelitian ini dengan tujuan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat. Variabel terikat yaitu
perilaku petani, sedangkan variabel bebas yaitu
lingkungan sosial bertani, pendidikan, intensitas
beribadah, tingkat pendidikan dan intensitas
mengikuti kegiatan adat. Perhitungan statistik
dalam analisis regresi linear berganda yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan bantuan program komputer SPSS
for Windows versi 16.0. Adapun ringkasan hasil
pengolahan data dengan menggunakan program
SPSS tersebut adalah sebagai berikut ( Tabel 7).
Analisis ini digunakan untuk mengetahui
besarnya pengaruh variabel Lingkungan sosial
bertani (X1), pendidikan (X2), intensitas ibadah
(X3), pendapatan (X4) dan intensitas mengikuti
adat (X5) terhadap perilaku petani untuk
penumbuhan kelompok tani (Y). Dari pengolahan
data tersebut, dapat dibuat suatu persamaan yang
dapat menunjukkan hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat sebagai berikut :
= 10,362 + 0,934 1 + 0,182 2 + 0,626 3 + 0,000207 4 + 1,044 5