• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU MASYARAKAT PETANI TERHADAP PENUMBUHAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN SORKAM BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERILAKU MASYARAKAT PETANI TERHADAP PENUMBUHAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN SORKAM BARAT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENUMBUHAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN SORKAM BARAT

Ramainas1 dan Ammon Pasaribu1

1

Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Medan

ABSTRACT

Perilaku Masyarakat Petani Terhadap Penumbuhan Kelompoktani di Kecamatan Sorkam Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengaruh perilaku masyarakat petani terhadap penumbuhan kelompoktani di Kecamatan Sorkam Barat dan untuk mengetahui apakah ada hubungan faktor-faktor eksogen yang mempengaruhi perilaku masyarakat petani terhadap penumbuhan kelompoktani di Kecamatan Sorkam Barat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik aplikasi SPSS dengan metode Chi-square . Jumlah sampel yang diambil yaitu 97 orang dengan menggunakan metode proporsional random sampling. Data yang digunakan berasal dari data primer dan sekunder dari Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku petani dalam keterkaitannya dengan penumbuhan kelompok tani sebagian besar masih tergolong tidak baik yaitu sebesar 72,2% . Dari tabel diperoleh nilai Korelasi Pearson 0.626 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kelompok tani dengan perilaku masyarakat petani. Hubungan korelasi antara kelompok tani dengan perilaku masyarakat petani adalah cukup kuat yang ditunjukkan dengan nilai korelasi mendekati +1. Dengan P-value / Sig. sama dengan 0.00 < 0,05 dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel.

Keywords: Perilaku, Kelompoktani, Sorkam Barat

PENDAHULUAN

Subyek pembangunan pertanian salah satunya

adalah masyarakat petani, sebagai salah satu

komponen dalam sistem pembangunan pertanian,

maka

peran

kelompok

sangat

menentukan

keberhasilan pembangunan pertanian. Petani harus

berkelompok, mengingat usahatani pada umumnya

dihadapkan pada banyaknya intervensi dari

lingkungannya. Perlu diingat bahwa semua yang

mengintervensi usahatani tersebut pada dasarnya

adalah sebuah lembaga (Pangarsa, 2006). Karena

yang mengintervensi adalah lembaga maka usaha

tani yang diusahakan secara individu kurang

mempunyai posisi tawar, karena petani berhadapan

dengan lembaga yang jauh lebih kuat. Untuk itu

usaha tani harus diperkuat untuk menghadapi

lingkungan

yang

mempengaruhinya.

Upaya

penguatan kelompoktani harus menyentuh tiga

aspek yaitu, kelompok sebagai media belajar,

sebagai unit produksi dan sebagai lembaga

ekonomi (Pangarsa, 2006).

Beberapa tahun belakangan ini, usaha

agribisnis dengan mengolah komoditas pertanian

menjadi bentuk produk olahan sedang banyak

digemari. Selain membantu menyediakan pangan

yang beragam, produk olahan ini juga memberikan

nilai tambah lebih besar daripada hanya menjual

komoditas primer. Menyadari hal ini, maka

pembangunan

pertanian

dilakukan

melalui

pendekatan agribisnis yang merupakan bentuk

modern dari pertanian primer yang mencakup lima

subsistem yang saling berkaitan.

Untuk

menghindari

hambatan

yang

disebabkan

oleh

terganggunya

salah

satu

subsistem, maka petani sebagai pelaku dan penentu

berjalannya program pembangunan ini perlu

mendapatkan dukungan berupa bantuan modal dan

pendampingan oleh professional yang bergerak di

bidang tersebut. Untuk mempermudah pemerintah

dalam mendistribusikan bantuan maka dibentuklah

suatu lembaga sosial-tradisional yang mengakar di

masyarakat pedesaan, lembaga tersebut biasa

disebut Kelompoktani.

Keberadaan kelompoktani merupakan salah

satu potensi yang mempunyai peranan penting

dalam

membentuk perubahan perilaku dan

menjalin

kemampuan

kerjasama

masyarakat

petani. Melalui kelompoktani proses pelakasanaan

kegiatan melibatkan anggota kelompok dalam

berbagai

kegiatan

bersama,

akan

mampu

(2)

mengubah atau membentuk wawasan, pengertian,

pemikiran, minat, tekad dan kemampuan perilaku

berinovasi menjadikan sistem pertanian yang maju.

Sering terlihat keberadaan kelompok masyarakat

yang terbentuk dan tumbuh atas inisiatif sendiri

akan lebih menjamin keberlangsungan kelompok

tersebut dibandingkan dengan kelompoktani yang

terbentuk karena adanya proyek dan bubar segera

setelah proyek selesai. Hal ini dikarenakan peranan

kelompoktani ditentukan oleh individu dalam

kelompok dan faktor luar yang dapat berfungsi

sebagai pendorong dan perangsang bagi aktivitas

kelompok

dalam

mencapai

tujuannya.

Kelompoktani sebagai wadah kelas belajar, sebagai

unit produksi usaha tani dan sebagai wahana

kerjasama tersebut akan dibutuhkan anggota

kelompok dalam pemenuhan kebutuhan usaha

taninya, bila memberikan manfaat yang dapat

dirasakan anggota kelompok tersebut.

Kecamatan Sorkam Barat adalah salah satu

dari duapuluh kecamatan yang ada di wilayah

Pemerintahan

Kabupaten

Tapanuli

Tengah

Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan ini terdiri

dari 2 kelurahan dan 10 desa yaitu kelurahan

Sorkam Barat, desa Sipea-pea, desa Sidikalang,

desa Pahieme I, desa Pahieme II, desa Pasar

Sorkam, desa Binasi, desa Pasaribu Tobing Jae,

desa Maduma, desa Aek Raso, Kelurahan Madani

dan desa Sorkam Kanan. Sebagian besar penduduk

Sorkam Barat bermata pencaharian sebagai petani

yaitu berkisar 68%. Dalam mengelola usaha

taninya, masyarakat Sorkam Barat masih banyak

yang belum ikut sebagai anggota kelompoktani

yaitu berkisar 1801 orang atau sekitar 52%

sedangkan

yang

terdaftar

sebagai

anggota

kelompoktani berkisar 1638 orang atau sekitar

48% dengan jumlah kelompoktani sebanyak 55

kelompok.

Di Kecamatan Sorkam Barat tidak semua

masyarakat petani mempunyai keinginan untuk

membentuk kelompok, hal ini disebabkan adanya

perilaku masyarakat petani yang berbeda-beda,

tergantung pada tingkat kebutuhan para petani

tersebut. Perilaku masyarakat petani ini dapat

dilihat dari pengetahuan, sikap dan tindakan

masyarakat

petani

terhadap

penumbuhan

kelompoktani.

Pengetahuan

masyarakat

petani

tentang

berusaha tani sebatas pengalaman saja, belum ada

perpaduan dengan penyerapan informasi yang ada

seperti dari media televisi. Pengetahuan petani

seperti ini membawa dampak, bahwa ada perasaan

telah tahu dan mengerti semua masalah tentang

budidaya, perawatan dan juga pasca panen

sehingga sulit mau menerima kata atau pandangan

dari orang lain. Sikap masyarakat petani juga

masih sangat rendah sekali terutama dalam hal

penghayatan

sebagaimana

layaknya

seorang

petani, disini sering masyarakat petani menyatakan

dirinya seorang petani tetapi pelaksanaannya hanya

sekedar saja atau pertanian bukan faktor penentu

peningkatan kesejahteraan petani. Sikap ini juga

ditunjukkan dengan sedikitnya jenis tanaman yang

diusahakan oleh petani demikian juga mengenai

luasan usahanya. Sikap terhadap apa yang biasa

dilakukan juga masih kurang terutama dalam hal

pemakaian bahan bahan kimia (pestisida ), dan

kurang mengerti tentang pemanfaatan sumber daya

alam. Suatu sikap pada diri individu belum tentu

terwujud dalam suatu tindakan. Agar sikap

terwujud dalam perilaku nyata diperlukan faktor

pendukung dan fasilitas, karena kurangnya faktor

pendukung dan fasilitas ini sehingga masyarakat

petani masih menerapkan cara lama.

Perilaku masyarakat petani di Kecamatan

Sorkam Barat dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu faktor lingkungan, pendidikan, agama, sosial

ekonomi dan kebudayaan. Hal ini dicerminkan

dalam tindakan sehari-hari baik dalam lingkungan

keluarga,

masyarakat,

maupun

lingkungan

pekerjaan. Tindakan yang dilakukan secara

berulang-ulang dan mendarah daging disebut

dengan perilaku. Kebiasaan ini akan berlangsung

terus

menerus.

Perilaku

ini

juga

dapat

mempengaruhi

cara

berfikir

petani

dalam

pengelolaan usaha tani yang sudah dilakukan sejak

dahulu. Pengelolaan usaha tani yang sudah

dilakukan sejak dulu itu, dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Petani merasa

membutuhkan, oleh karena itu timbul suatu

dorongan atau semacam motivasi yang ada di

dalam diri mereka.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui tingkat perilaku masyarakat

petani terhadap penumbuhan kelompoktani di

Kecamatan Sorkam Barat, dan mengetahui

hubungan

faktor-faktor

eksogen

yang

mempengaruhi

perilaku

masyarakat

petani

terhadap penumbuhan kelompoktani di Kecamatan

Sorkam Barat.

METODOLOGI

Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret s/d

bulan Mei tahun 2015. Lokasi pelaksanaan

dilakukan di 10 desa dan 2 kelurahan pada

kecamatan Sorkam Barat yaitu desa Sipeapea,

(3)

Sidikalang, Pahieme I, Pahieme II, Pasar Sorkam,

Binasi, Sorkam Kanan, Pasaribu Tobing Jae,

Maduma Aek Raso, Kelurahan Madani dan

Kelurahan Sorkam Kanan.

Pengambilan

data

pada

penelitian

ini

dilakukan dengan beberapa metode seperti metode

survei, yaitu dengan menggunakan kuesioner

sebagai instrumennya, metode observasi, yaitu

dengan melakukan pengamatan terhadap kondisi

lokasi

pengkajian,

kebiasaan

hidup

obyek

pengkajiann

dan

dinamika

perkembangan

kelompoktani di wilayah pengkajian. metode

dokumentasi, yaitu dengan mengambil foto-foto

dari lokasi pengkajian yang dapat menggambarkan

situasi dan kondisi di lokasi pengkajian.

Populasi yang diteliti pada penelitian ini

adalah seluruh kepala keluarga tani di Kecamatan

Sorkam Barat dengan jumlah populasi yang akan

diteliti sebesar 3439 kepala keluarga. Pengambilan

responden pada pengkajian ini menggunakan

metode proporsional random sampling, dimana

populasi asal sampel yang diambil bersifat

homogen yaitu masyarakat petani namun berada di

beberapa wilayah administrasi yang berbeda (sub

populasi), sedangkan jumlah sampel pada tiap sub

populasi diambil secara proporsional berdasarkan

jumlah

keluarga

tani

di

sub

populasi

(desa/kelurahan) tersebut, semakin banyak jumlah

keluarga tani di wilayah tersebut maka proporsi

penarikan jumlah sampelnya lebih besar.

Menurut Riduan (2010), dalam Yamane

(1967) penentuan ukuran sampel dilakukan

dengan rumus :

=

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d2 = presisi (data yang digunakan 10%

sampling error)

Sesuai hasil perhitungan tersebut diperoleh

jumlah total sampel dari populasi 3439 kepala

keluarga tani sebanyak 97 responden. Jumlah ini

merupakan sampel yang telah diambil di seluruh

wilayah Kecamatan Sorkam Barat. Langkah

selanjutnya

ialah

membagi

ke

tiap-tiap

desa/kelurahan

secara

proporsional

dengan

mempertimbangkan jumlah keluarga tani yang ada

di daerah tersebut.

Analisis

data

yang

digunakan

dalam

penelitian ini ialah analisis kuantitatif. Sedangkan

metode deskriptif bertujuan untuk memberikan

deskripsi mengenai subyek pengkajian berdasarkan

data dari variabel yang diperoleh dari responden

yang diteliti dengan menggunakan teknik tabulasi,

kemudian menyajikan hasil penelitian dalam

bentuk persentase dan sebaran frekuensi bagi

tiap-tiap kelompok subyek.

Analisis

data

yang

digunakan

dalam

penelitian ini adalah analisis Regresi. Levin dan

Rubin (1998) dalam Sarwono (2013), menyatakan

regresi digunakan untuk menentukan sifat-sifat dan

kekuatan hubungan antara dua variabel serta

memprediksi nilai dari suatu variabel yang belum

diketahui dengan didasarkan pada observasi masa

lalu terhadap variabel tersebut dan

variabel-variabel lainnya. Analisis regresi linier ini banyak

digunakan untuk uji pengaruh antara variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y).

Persamaan regresi linear ganda untuk menganalisis

faktor-faktor

eksogen

yang

mempengaruhi

prilaku masyarakat petani terhadap penumbuhan

kelompoktani di Kecamatan Sorkam Barat.

Menurut Rianse dan Abdi (2008), yaitu :

Keterangan:

Y

= Variabel Perilaku Masyarakat Petani

Terhadap Penumbuhan kelompoktani

X

1

= Variabel lingkungan sosial

X

2

= Variabel Pendidikan

X

3

= Varibel agama (ibadah)

X

4

= Variabel social ekonomi

X

5

= Variabel kebudayaan (adat)

α = Konstanta

β = Koefisien Regresi

u

i

= Kesalahan atau error

Untuk mengetahui tingkat pengaruh semua

variabel independen secara bersama-sama terhadap

variabel dependen atau untuk mengetahui apakah

variabel

bebas

(X)

secara

bersama-sama

berpengaruh terhadap variabel tak bebas (Y)

digunakan uji F dengan rumus:

)

/(

)

1

(

)

1

/(

)

(

2 2

k

n

R

k

R

F

hitung

F

tabel

= (k-1); (n-k): α

Keterangan :

R

2

= Koefisien determina

K = Banyaknya koefisien regresi

N = Banyaknya sampel

α = Nilai kritis

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Petani Kecamatan Sorkam Barat

Umur

Umur responden adalah selisih antara tahun

responden dilahirkan hingga tahun pada saat

penelitian ini dilaksanakan. Dari hasil survei yang

dilaksanakan, diperoleh data bahwa umur petani

yang menjadi responden memiliki kisaran umur

dari 25 tahun sampai 64 tahun dengan nilai

rata-rata 41,8 tahun. Apabila dibagi dalam 3 (tiga)

selang umur, diperoleh informasi bahwa responden

yang diteliti paling banyak berasal dari selang

umur 39 s/d 51 tahun sebanyak 46 orang (Tabel 1).

Tabel 1. Sebaran Umur Responden

No. Selang umur Jumlah responden Persentase

1. 25-38 tahun 36 orang 37,1 % 2. 39-51 tahun 46 orang 47,4 % 3. 52-64 tahun 18 orang 18,5 %

Total 97 orang 100 % Sumber : Analisis data primer

Menurut Hernanto (1984), umur merupakan

faktor yang mempengaruhi seseorang produktif

atau tidak produktif, seseorang dikatakan produktif

jika berumur antara 15 sampai 64 tahun dan

dikatakan tidak produktif jika berumur antara 0

sampai 14 tahun dan 65 tahun ke atas. Ia juga

menambahkan

bahwa

umur

petani

sangat

mempengaruhi pengetahuan, fisik dan merespon

terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan

usahatani. Berdasarkan penetapan usia produktif di

Indonesia yang berkisar antara 15-64 tahun, maka

seluruh responden dikategorikan termasuk usia

produktif.

Lama bertani

Lama bertani merupakan waktu (dalam satuan

tahun) yang telah dilalui responden semenjak

responden pertama kali menjadi petani hingga

pengkajian

ini

dilaksanakan.

Menurut

Kartasapoetra (1991), petani yang sudah lebih

lama bertani memiliki pengalaman yang lebih

banyak daripada petani pemula, sehingga sudah

dapat membuat perbandingan dalam mengambil

keputusan terhadap anjuran penyuluh.

Hasil survei menunjukkan dari selang lama

bertani yang telah ditentukan yaitu 5 selang, hanya

selang lama bertani < 1 tahun saja yang bernilai 0,

selainnya memiliki nilai yang tidak berbeda jauh

antara selang lama bertani (Tabel 2).

Hal ini menunjukkan bahwa proporsi jumlah

petani di Kecamatan Sorkam Barat antara petani

yang baru dengan petani lama memiliki nilai yang

tidak jauh berbeda. Data ini juga menunjukkan

bahwa secara umum responden memiliki lama

bertani yang tergolong lama, sehingga diharapkan

memiliki pengalaman yang baik dalam mengelola

lahannya. Dimana menurut Padmowiharjo (1999),

pengalaman merupakan pengetahuan yang dialami

seseorang dalam kurun waktu

yang tidak

ditentukan. Semakin banyak pengalaman bertani

seorang petani maka semakin baik kemampuan

atau keahlian seorang petani dalam membaca

kondisi alam seperti seperti perubahan musim yang

dapat mempengaruhi jumlah hasil produksi.

Tabel 2. Sebaran Lama Bertani Responden

No. Selang lama bertani Jumlah responden Persentase 1. < 1 tahun 0 orang 0 % 2. 1-5 tahun 22 orang 22,7 % 3. 6-10 tahun 22 orang 22,7 % 4. 11-15 tahun 27 orang 27,8 % 5. > 15 tahun 26 orang 26,8 % Sumber : Analisis data primer

Anggota kelompoktani

Perbandingan status petani hampir sama

antara yang telah menjadi anggota kelompok tani

dan tidak menjadi anggota kelompok tani (Tabel

3).

Tabel 3. Status Keanggotaan Kelompoktani

Responden

No. Status anggota kelompok tani Jumlah responden Persentase 1. Ya 47 48,5% 2. Tidak 50 51,5%

Hal yang perlu dicermati ialah masih

tingginya persentase petani yang belum menjadi

anggota kelompok yaitu sebesar 51,5%, sehingga

masih dibutuhkan dukungan dan penyuluhan untuk

mengatasi hal tersebut. Menjadi anggota kelompok

tani diharapkan memberi informasi yang lebih baik

dalam mengelola lahan pertanian, merubah

perilaku dan dapat saling membantu sesama

anggota. Hal ini sejalan dengan hasil pengkajian

yang dibuat oleh Sihombing (2010) di Kecamatan

Sibolangit, Deli Serdang, yang menyatakan tingkat

kosmopolitan dan adopsi teknologi petani sesudah

menjadi anggota kelompok tani lebih tinggi

sebelum

menjadi

anggota

kelompok

tani,

(5)

produktifitas dan pendapatan petani padi sawah

sebelum menjadi anggota kelompok tani lebih

rendah, ada perbedaan perubahan pola konsumsi

petani sebelum dan sesudah menjadi anggota

kelompok tani.

Jumlah anggota keluarga

Ukuran keluarga dibedakan menjadi 6 ukuran,

dimulai dari responden yang tidak memiliki

anggota keluarga hingga yang memiliki lebih dari

4 orang. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa

responden yang disurvei paling banyak memiliki

anggota keluarga sebanyak 3 orang (26,8%) lalu

diikuti jumlah anggota keluarga sebanyak 2 orang

(24,7%).

Jumlah

anggota

keluarga

akan

berpengaruh terhadap perekonomian keluarga,

semakin banyak jumlah anggota keluarga maka

akan semakin meningkat pula kebutuhan keluarga,

hal ini akan membuat biaya hidup meningkat.

Namun perlu juga diketahui bahwa sektor usaha

yang membutuhkan tenaga dalam pelaksanaannya

seperti bertani, jumlah angota keluarga yang lebih

besar berarti memiliki tambahan jumlah tenaga

kerja. Masyarakat petani di Kecamatan Sorkam

Barat pada umumnya menggunakan anggota

keluarga untuk membantu pekerjaan bertani,

sehingga jumlah anggota yang lebih banyak

dianggap dapat meringankan pekerjaan maupun

mempercepat pekerjaan.

Tabel 4. Jumlah Anggota Keluarga Responden

No. Jumlah anggota keluarga Jumlah responden Persentase 1. 0 orang 0 orang 0 % 2. 1 orang 12 orang 12,4 % 3. 2 orang 24 orang 24,7 % 4. 3 orang 26 orang 26,8 % 5. 4 orang 19 orang 19,6 % 6. > 4 orang 16 orang 16,5% Sumber : Analisis data primer

Status kepemilikan lahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan

yang dikelola responden merupakan milik sendiri

yaitu

sebesar

61,9%,

sedangkan

sisanya

merupakan sewa (Tabel 5).

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

responden

masih

menggantungkan

usahatani

sebagai sumber pemenuhan kebutuhan. Mengolah

lahan milik sendiri cenderung memberikan pilihan

yang lebih banyak dalam perencaanaan maupun

penerapan pengolahan lahan pertanian.

Tabel 5. Status Kepemilikan Lahan Bertani

Responden

No. Status kepemilikan lahan Jumlah responden Persentase 1. Milik sendiri 60 61,9% 2. Sewa 37 38,1%

Sumber : Analisis data primer pengkajian

Jenis tanaman yang ditanam

Pengelompokkan berdasarkan jumlah jenis

tanaman yang ditanam dibagi menjadi 5 kelompok

dan dari hasil pengkajian menunjukkan bahwa

sebanyak 50,5% responden menanam 1 jenis

tanaman. Sedangkan persentase responden yang

menanam lebih dari 4 jenis tanaman sebesar 3,1%

(Tabel 6).

Tabel 6. Jumlah Jenis Tanaman Yang Ditanam

Responden

No. Jenis tanaman Jumlah responden Persentase 1. 1 jenis 49 orang 50,5 % 2. 2 jenis 23 orang 23,7 % 3. 3 jenis 17 orang 17,5 % 4. 4 jenis 5 orang 5,2 % 5. > 4 jenis 3 orang 3,1 % Sumber : Analisis data primer pengkajian

Adapun jenis tanaman yang banyak ditanam

masyarakat petani di Kecamatan Sorkam Barat

yaitu sawit, karet, kakao, kelapa, padi dan jagung.

Sedangkan 1 jenis tanaman yang paling banyak

ditanam responden ialah sawit. Pemilihan jenis

tanaman berkaitan dengan potensi lingkungan yang

memungkinkan tumbuhnya suatu tanaman di

daerah tersebut, kebiasaan yang sudah diwariskan

kepada petani, kemampuan mengelola lahan,

mengikuti tren maupun dikarenakan ekonomi.

Sedangkan pemilihan menanam dengan jumlah

dari satu jenis merupakan salah satu bentuk

adaptasi masyarakat apabila terjadi suatu bencana

yang dapat mengganggu hasil produksi tanaman

yang ditanam. Masyarakat petani Kecamatan

Sorkam Barat lebih banyak menanam sawit

dikarenakan nilai jual dari kelapa sawit, tren

peningkatan permintaan sawit maupun kondisi

alamnya yang memungkinkan untuk penanaman

kelapa sawit. Bertanam sawit juga dianggap

merupakan salah satu pekerjaan yang sudah

diwariskan oleh orangtua petani tersebut.

(6)

Variabel Perilaku

Analisis regresi linier berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan

dalam penelitian ini dengan tujuan untuk

mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat. Variabel terikat yaitu

perilaku petani, sedangkan variabel bebas yaitu

lingkungan sosial bertani, pendidikan, intensitas

beribadah, tingkat pendidikan dan intensitas

mengikuti kegiatan adat. Perhitungan statistik

dalam analisis regresi linear berganda yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan bantuan program komputer SPSS

for Windows versi 16.0. Adapun ringkasan hasil

pengolahan data dengan menggunakan program

SPSS tersebut adalah sebagai berikut ( Tabel 7).

Analisis ini digunakan untuk mengetahui

besarnya pengaruh variabel Lingkungan sosial

bertani (X1), pendidikan (X2), intensitas ibadah

(X3), pendapatan (X4) dan intensitas mengikuti

adat (X5) terhadap perilaku petani untuk

penumbuhan kelompok tani (Y). Dari pengolahan

data tersebut, dapat dibuat suatu persamaan yang

dapat menunjukkan hubungan antara variabel

bebas dengan variabel terikat sebagai berikut :

= 10,362 + 0,934 1 + 0,182 2 + 0,626 3 + 0,000207 4 + 1,044 5

Dari persamaan

regresi tersebut

dapat

diperoleh penjelasan sebagai berikut

a. Nilai konstanta = 10,362 menunjukkan

besarnya perilaku petani apabila lingkungan

sosial bertani, pendidikan, intensitas ibadah,

pendapatan dan intensitas mengikuti adat tidak

memberikan pengaruh atau konstan.

b. Nilai koefisien regresi lingkungan bertani

(X1) = 0,934 menunjukkan adanya arah

pengaruh positif lingkungan sosial bertani

terhadap perilaku petani. Apabila lingkungan

sosial bertani mengalami peningkatan sebesar

satu satuan (semakin tinggi), maka perilaku

petani akan mengalami peningkatan sebesar

0,934. Lingkungan sosial bertani merupakan

suatu kondisi dimana secara lingkungan sosial

masyarakat petani di Kecamatan Sorkam Barat

memperoleh dukungan dalam melakukan

kegiatan bertani, salah satu dukungan tersebut

berasal

dari

perbandingan

antara

jenis

pekerjaan masyarakat yang banyak sebagai

petani sehingga secara sosial kegiatan

sehari-hari yang dilakukan masyarakat tidak terlepas

dari topik pertanian.

c. Nilai koefisien regresi pendidikan (X2) =

0,182 menunjukkan adanya arah pengaruh

positif pendidikan terhadap perilaku petani.

Apabila pendidikan mengalami peningkatan

sebesar satu satuan (semakin tinggi), maka

perilaku petani akan mengalami peningkatan

sebesar 0,934.

Pendidikan

petani

yang

dimaksudkan

adalah

tingkat

pendidikan

terakhir

ditamatkan

oleh

petani.

Hasil

pengkajian menunjukkan bahwa semakin

tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan

maka perilaku petani dalam mengelola lahan

pertaniannya

akan semakin baik. Hasil

pengkajian menunjukkan bahwa responden

petani paling banyak memiliki pendidikan

terakhir SLTP (46,4%) lalu diikuti SLTA

(43,3%), sedangkan SD sebesar 10,3%. Namun

tidak

ditemukan

petani

yang

memiliki

pendidikan kuliah baik D3 maupun S1.

Tabel 7. Hasil Regresi Linier Berganda

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

10.362

1.750

5.923

.000

Lingkungansosial

.934

.445

.194

2.098

.039

Pendidikan

.182

.380

.043

.480

.632

Ibadah

.626

.331

.172

1.890

.062

Pendapatan

2.078E-6

.000

.306

3.341

.001

Mengikutiadat

1.044

.401

.238

2.601

.011

(7)

Menurut Hernanto (1984), tingkat pendidikan

petani akan mempengaruhi cara berpikir dalam

menjalankan

usahataninya,

yaitu

dalam

rasionalitas

usaha,

dan

kemampuan

memanfaatkan setiap kesempatan ekonomi

yang ada. Masih rendahnya tingkat pendidikan

masyarakat di Kecamatan Sorkam Barat

diakibatkan kemampuan orangtua mereka

terdahulu yang rendah dalam membiayai

anak-anaknya untuk memperoleh pendidikan yang

lebih tinggi. Mereka juga beranggapan petani

tidak perlu memiliki pendidikan yang tinggi

karena teknik-teknik bercocok tanam dapat

dipelajari dari pengalaman orangtua.

d. Nilai koefisien regresi intensitas ibadah (X3)

= 0,626 menunjukkan adanya arah pengaruh

positif intensitas ibadah terhadap perilaku

petani. Apabila intensitas ibadah mengalami

peningkatan sebesar satu satuan (semakin

tinggi), maka perilaku petani akan mengalami

peningkatan sebesar 0,626. Sikap mental

golongan petani terbentuk oleh situasi dan

kondisi dimana mereka hidup, yang antara lain

adalah faktor klimatologis dan hidrologis

seperti musim hujan dan musim kemarau.

Golongan petani selalu bergumul dengan

siklus hukum alam. Periode cocok tanam

kadang sulit diperhitungkan secara cermat

dikarenakan cuaca yang tak menentu maupun

cuaca ekstrim sehingga kaum petani cenderung

untuk mendayagunakan kekuatan-kekuatan

magis

guna

membantu

mereka

dalam

menentukan hari yang tepat. Intensitas ibadah

ini menunjukkan seberapa sering responden

tersebut melakukan kewajiban agamanya

masing-masing sehingga dari hasil ini dapat

diasumsikan kualitas ibadahnya. Perlu juga

kita pahami bahwa nilai yang diperoleh dari

intesitas ibadah ini bukan menunjukkan tingkat

hubungan

seseorang

kepada

Tuhan

dikarenakan hal tersebut bersifat kompleks dan

sangat pribadi, nilai ini hanya menunjukkan

gambaran umum tentang kegiatan peribadatan.

e. Nilai koefisien regresi pendapatan (X4) =

0,000207 menunjukkan adanya arah pengaruh

positif pendapatan terhadap perilaku petani.

Apabila pendapatan mengalami peningkatan

sebesar satu satuan (semakin tinggi), maka

perilaku petani akan mengalami peningkatan

sebesar 0,000207. Pendapatan yang diperoleh

seorang petani memiliki nilai yang bervariasi

karena tidak semua petani merupakan pemilik

lahan, ada juga yang bekerja sebagai petani

dengan menggarap lahan milik orang lain yang

tentu saja dibayar dengan upah yang tidak

begitu besar. Hal ini dapat kita lihat dari

persentase responden sebesar 61,9% yang

memiliki lahan sendiri sedangkan sisanya

bekerja di lahan milik orang lain. Tingkat

pendapatan juga dapat mempengaruhi petani

dalam

melakukan

keputusan

maupun

perencanaan terhadap peningkatan usaha

pertaniannya, yang berkaitan seperti membeli

jenis dan jumlah pupuk dan insektisida,

pembelian bibit baru dan perbaikan lahan.

f. Nilai koefisien regresi mengikuti adat (X5) =

1,044 menunjukkan adanya arah pengaruh

positif mengikuti kegiatan adat terhadap

perilaku petani. Apabila intensitas mengikuti

kegiatan adat mengalami peningkatan sebesar

satu satuan (semakin tinggi), maka perilaku

petani akan mengalami peningkatan sebesar

1,044. Intensitas mengikuti kegiatan adat

merupakan salah satu bentuk kegiatan sosial

yang dapat meningkatkan hubungan sosial

antar

pribadi

responden

maupun

antar

responden terhadap kelompok yang lain.

Masyarakat Kecamatan Sorkam Barat masih

memiliki hubungan kekerabatan dan sosial

yang tinggi, dapat dilihat dari banyaknya

masyarakat yang mengikuti kegiatan adat di

daerah tersebut. Tidak mengherankan juga

bahwa nilai koefisien regresi dari mengikuti

adat merupakan yang tertinggi dibandingkan

variabel yang lain dikarenakan variabel ini

sangat erat kaitannya dengan interaksi sosial

antara sesama petani maupun masyarakat

secara umum di Kecamatan Sorkam Barat.

Dari Tabel 8 didapat F hitung sebesar 7,527

dengan tingkat signifikasi 0,000, sedangkan nilai f

tabel yaitu 2,31. Nilai tersebut menunjukkan

bahwa nilai f hitung > f tabel dengan nilai

signifikansinya < 0,05 maka lingkungan sosial,

ibadah, pendapatan, pendidikan dan mengikuti adat

secara

bersama–sama

berpengaruh

terhadap

perilaku petani dalam penumbuhan kelompoktani.

Koefisien determinasi

Koefisien determinasi biasanya dikaitkan

dengan

bagaimana

suatu

variabel

dapat

menjelaskan variabel lainnya atau melihat tingkat

keeratan dari beberapa data yang dibandingkan.

Koefisien

determinasi

juga

merupakan

perbandingan antara variasi Y yang dijelaskan oleh

X1, X2, X3, X4 dan X5 secara bersama-sama

dibanding dengan variasi total Y.

(8)

Berdasarkan Tabel 9 di atas nilai koefisien

determinasi (R Square) adalah 0,293. Hal ini

menunjukkan

bahwa

persentase

sumbangan

pengaruh variabel independent (lingkungan sosial,

pendidikan, intensitas ibadah, pendapatan dan

intensitas mengikuti kegiatan adat) terhadap

variabel dependent (perilaku petani terhadap

penumbuhan kelompok tani) sebesar 29,3%. Atau

variabel

independent

(lingkungan

sosial,

pendidikan, intensitas ibadah, pendapatan dan

intensitas mengikuti kegiatan adat) mampu

menjelaskan sebesar 29,3% variabel dependent

(perilaku petani terhadap penumbuhan kelompok

tani), sedangkan sisanya 70,7% dipengaruhi atau

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti di

pengkajian ini.

Hasil perhitungan sebesar 29,3% dianggap

masih bisa diterima dalam kaitan mempengaruhi

perilaku petani untuk penumbuhan kelompok tani.

Hal ini dikarenakan variabel-variabel ini menurut

Sunarya (2004) digolongkan dalam faktor-faktor

eksogen yang dapat mempengaruhi perilaku

seseorang, sehingga masih ada faktor-faktor yang

lain seperti faktor endogen yang memiliki

pengaruh lebih besar terhadap perilaku.

Faktor-faktor endogen ini terdiri dari ras, jenis kelamin,

sifat fisik, sifat kepribadian bakat bawaan dan

intelijensi.

Perilaku Masyarakat Petani

Status perilaku

Penilaian status perilaku masyarakat petani

didasarkan dari 12 pertanyaan yang diminta

tanggapannya dari responden lalu diklasifikasikan

sesuai kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

Pertanyaaan-pertanyaan yang diberikan berkaitan

dengan perilaku dalam penumbuhan kelompok

tani. Berikut merupakan hasil pengklasifikasian

skor perilaku petani dalam kaitannya untuk

penumbuhan kelompok tani Tabel 10), yaitu tidak

baik, kurang baik dan baik.

Dari Tabel 10 diperoleh data bahwa

responden petani di Kecamatan Sorkam Barat

paling banyak memiliki perilaku tidak baik

(72,2%), perilaku kurang baik sebesar 26,8% dan

hanya 1% yang memiliki perilaku baik. Hal ini

menggambarkan bahwa perilaku yang biasa

dilaksanakan

masyarakat

petani

Kecamatan

Sorkam Barat masih jauh dalam mendukung

pembentukan kelompok tani.

Hubungan perilaku dengan status

kelompoktani

Hubungan yang ingin dilihat yaitu apakah

terdapat keterkaitan antara ketiga status perilaku

yang

telah

diperoleh

dengan

keikutsertaan

responden petani dalam kelompok tani. Untuk

memperoleh dasar yang lebih kuat dalam

menganalisa hubungan perilaku masyarakat petani

terhadap pembentukan kelompok tani maka

digunakan analisis menggunakan SPSS dengan

Tabel 8. Hasil ANOVA

b

Model

Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

1

Regression

220.821

5

44.164

7.527

.000

a

Residual

533.921

91

5.867

Total

754.742

96

Tabel 9. Model Summary

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

.541

a

.293

.254

2.422

a. Predictors: (Constant), Mengikuti adat, Pendidikan, Pendapatan, Ibadah, Lingkungan sosial

Tabel 10. Perilaku Masyarakat Petani

Perilaku

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Tidak baik

70

72.2

72.2

72.2

Kurang baik

26

26.8

26.8

99.0

Baik

1

1.0

1.0

100.0

(9)

metode Pearson correlation (lihat Tabel 11).

Tingkat kepercayaan korelasi data tersebut

adalah 99% dengan α=0,01 (1%). Dari tabel

diperoleh nilai Korelasi Pearson 0.626 yang

artinya terdapat hubungan yang signifikan antara

kelompok tani dengan perilaku masyarakat petani.

Hubungan korelasi antara kelompok tani dengan

perilaku masyarakat petani adalah cukup kuat yang

ditunjukkan dengan nilai korelasi mendekati +1.

Dengan P-value / Sig. sama dengan 0.00 < 0,05

dapat disimpulkan terdapat hubungan yang

signifikan antara kedua variabel. Tanda positif

menunjukkan bahwa korelasi yang terjadi antara

kelompok tani dengan perilaku masyarakat petani

adalah hubungan yang “Berbanding Lurus” artinya

semakin banyak masyarakat yang memiliki

kelompok tani maka semakin baik pula nilai

perilaku masyarakat petani.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari

hasil

penelitian

tentang

Perilaku

Masyarakat

Petani

Terhadap

Penumbuhan

Kelompoktani di Kecamatan Sorkam Barat, dapat

ditarik beberapa kesimpulan antara lain :

1. Tingkat perilaku masyarakat petani terhadap

penumbuhan kelompoktani di Kecamatan

Sorkam Barat adalah Tidak baik sebanyak 70

0rang (72%), Kurang baik sebanyak 26 oarang

(26,8%), dan Baik sebanyak 1 orang (1,0%)

2. Ada hubungan faktor-faktor eksogen yaitu

faktor lingkungan, pendidikan, agama, sosial

ekonomi,

dan

kebudayaan

yang

dapat

mempengaruhi perilaku masyarakat petani

terhadap penumbuhan kelompoktani di

Kecamatan Sorkam Barat.

Saran

1. Perlunya peningkatan penyuluhan kepada

petani di Kecamatan Sorkam Barat sehingga

dapat

meningkatkan

pemahaman

petani

terhadap pentingnya penumbuhan kelompok

tani.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk

mengetahui hubungan faktor-faktor endogen

terhadap perilaku petani dalam penumbuhan

kelompoktani di Kecamatan Sorkam Barat.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas,S, 1995, 90 Tahun Penyuluhan Pertanian Di

Indonesia, Jakarta: BPI, PP Departemen

Pertanian

Hernanto, F. 1984. Petani Kecil, Potensi dan

Tantangan

Pembangunan.

Bandung:

Ganesha

Kartasapoetra, A.G. 1991. Teknologi Penyuluhan

Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.

Padmowihardjo, S. 1999. Evaluasi Penyuluhan

Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka

Depdikbud.

Pangarsa, Anang, dkk.2006. Memperkenalkan

Kelompok Tani Sebagai Media Belajar

Unit Produksi Dan Lembaga Ekonomi.

Bogor: Pusdiklat IPB.

Riduwan, 2010, Dasar-Dasar Statistika, Bandung:

Alfabeta

Sihombing, U. 2010. Peranan Kelompok Tani

Dalam Peningkatan Status Sosial Ekonomi

Petani Padi Sawah : Studi Kasus Desa

Tabel 11. Correlations

Kelompok tani

Perilaku masyarakat tani

Kelompok tani

Pearson Correlation

1

.626

**

Sig. (2-tailed)

.000

N

97

97

Perilaku masyarakat tani

Pearson Correlation

.626

**

1

Sig. (2-tailed)

.000

N

97

97

(10)

Rumah Pilpil, Keca. Sibolangit, Kabupaten

Deli

Serdang

(Skripsi).

Medan:

Universitas Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy experiment dengan pretest postest control group design (Fraenkel dan Wallen, 2007). Subjek

Selain menggunakan uji performa untuk mengetai keadaan pada jaringan di SMK N 1 Bancak seperti pada gambar 2, pengujian juga menggunakan pengujian menggunakan torch yang

Hasil pengamatan karakter kuantitatif tanaman menunjukkan bahwa tinggi tanaman pisang Gohu adalah paling tinggi, pisang Tembaga, Bunga, dan Mulu Bebe memiliki tinggi

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja pegawai merupakan sikap atau tingkah laku yang menunjukkan kesetiaan dan ketaatan

7 dalam bekerja saya berusaha untuk menjadi yang terbaik 8 Saya akan menjadi semakin bersemangat dan giat jika saya diakui sebagai karyawan terbaik 9 Saya mampu memulai

(2) kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VI-B MIM Pengadegan, Kabupaten Purbalingga yang berkategori tinggi sebanyak 22 siswa (81,4%), berada pada ketegori sedang

Proses perkawinan ternak perah mengaplikasikan kawin buatan (Inseminasi buatan) dengan menggunakan sperma dari pejantan unggul tertentu sehingga tidak terjadi

Output yang diukur oleh Osiloskop Analog maupun Osiloskop Digital adalah bentuk gelombang, nilai tegangan dan arus yang diukur pada kondisi tegangan sefasa dan tegangan