• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DALAM MERESPON TEKNOLOGI DAN PEMASARAN DI DESA BONTO TALASSA KECAMATAN ULUERE KABUPATEN BANTAENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DALAM MERESPON TEKNOLOGI DAN PEMASARAN DI DESA BONTO TALASSA KECAMATAN ULUERE KABUPATEN BANTAENG"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

i PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DALAM MERESPON

TEKNOLOGI DAN PEMASARAN DI DESA BONTO TALASSA KECAMATAN ULUERE KABUPATEN BANTAENG

SAHLAN 105 96 00682 10

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(2)

ii PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DALAM MERESPON

TEKNOLOGI DAN PEMASARAN DI DESA BONTO TALASSA KECAMATAN ULUERE KABUPATEN BANTAENG

SAHLAN 105 96 00682 10

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu ( S -1 )

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Proposal : Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Merespon Teknologi dan Pemasaran Di Desa Bonto Tallasa Kecematan Uluere Kabupaten Bantaeng.

Nama Mahasiswa : Sahlan

Nomor Induk Mahasiswa : 1059600 682 10

Konsentrasi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh Dosen Pembimbing Pembimbing I Dr.Ir.Ratnawati Tahir,M.Si Pembimbing II Amanda Patappari F.,SP.MP Mengetahui,

Dekan fakultas Pertanian

Ir. Saleh Molla, MM.

Ketua Prodi Agribisnis

(4)

iv

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul Proposal : Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Merespon Teknologi dan Pemasaran Di Desa Bonto Tallasa Kecematan Uluere Kabupaten Bantaeng

Nama Mahasiswa : Sahlan

Nomor Induk Mahasiswa : 1059600 682 10

Konsentrasi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Tim Penguji :

1. Dr.Ir.Ratnawati Tahir,M.Si (………)

2. Amanda Patappari F.,SP.MP (………)

3. Ir .Hj.Nailah Husain, M.Si (……….………)

4. Amruddin.,S.Pt,M.Pd (……….)

(5)

v PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DALAM

MERESPON TEKNOLOGI DAN PEMASARAN DI DESA BONTO TALASSA KECAMATAN ULUERE KABUPATEN BANTAENG.

Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar , Oktober 2014

SAHLAN

(6)

vi ABSTRAK

SAHLAN.105960068210. Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Merespon Teknologi dan Pemasaran Di Desa Bonto Tallasa Kecematan Uluere Kabupaten Bantaeng. Dibawah bimbingan RATNAWATI TAHIR dan AMANDA PATAPPARI F.

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui Penguatan Kelembagaan Pada Kelompok Tani Di Desa Bonto Tallasa Kecematan Ulu Ere Kabupaten BantaengPenelitian ini dilaksanakan di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu ere Kabupaten Bantaeng, pada bulan Agustus hingga September 2014.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah anggota kelompok tani maju mandiri di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng yang terdiri dari 22 orang.

Penguatan kelompok tani melalui Alur informasi/komunikasi dalam hal ini bentuk pengembangan teknologi informasi dan komunikasi, seperti pengenalan komputer, akses informasi melalui internet merupakan modal yang paling berharga serta memberikan konstribusi yang positif dalam pengembangan akses informasi diberbagai perkembangan yang ada, Penguatan kelompok tani melalui Alur saluran pemasaran atau distribusi merupakan kegiatan yang saling tergantung dalam proses mempermudah penyaluran produk dari produsen ke konsumen. Sehingga untuk lebih efektifnya dan mengurangi alur pemasaran mampu memberikan konstribusi keuntungan yang lebih besar dibandingkan mengunakan alur yang panjang, Penguatan kelompok tani melalui Alur teknologi pertanian dalam mengelola lahan pertaniannya, maka produktifitas pertanian dalam negeri akan melonjak pesat dan dapat meningkatkan ketahanan serta kemandirian pangan.

(7)

vii DAFTAR RIWAYAT HIDUP

SAHLAN, dilahirkan di Bantaeng tepatnya pada tanggal 11 November 1991. Dan merupakn anak pertama dari 3 bersaudara dari pasangan H.Yasin dan Halimah, jenjang pendidikan formal yang pernah dilalui adalah Masuk di SD Negeri 32 Bungloe tahun 1997 dan lulus pada tahun 2003, Masuk di SMP Negeri 3 Bissapu tahun 2003 dan lulus pada tahun 2007, Masuk di SMA Negeri 1 Bantaeng tahun 2007 dan lulus pada tahun 2010.

Penulis diterima di Universitas Muhammadiyah Makassar pada tahun 2010 sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Jurusan Agribisnis. Penulis sangat aktif dalam berbagai kegiatan organisasi baik yang bersifat intra maupun ekstra. Organisasi intra yaitu himpunan mahasiswa jurusan agribisnis (HMJ AGRI), Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PIKOM IMM), Badan Eksekutif Mahasiswa(BEM), Kordinator Komisariat (KORKOM), LKIM PENA, Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah(GJDJ). Organisasi ekstra Forum komunikasi anak petani Indonesia (FORKAPI), Lembaga Survei Masyarakat (LSM), Forum Komunikasi Gerakan Aspriasi Mahasiswa(FORGAM).

Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Merespon Teknologi dan Informasi Di Desa Bonto Tallasa Kecematan Uluere Kabupaten Bantaeng.”

(8)

viii KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan skripsi penelitian dengan judul Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Merespon Teknologi dan Pemasaran Di Desa Bonto Tallasa Kecematan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng.

Untuk itu pada kesempatan kali ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orang tua tercinta yang telah memberikan banyak didikan, bimbingan, dukungan dan doanya, yang berguna demi masa depan penulis.

2. Ibu Dr.Ir.Ratnawati Tahir,M.Si dan Amanda Patappari F.,SP.MP sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan.

3. Teman-teman di BEM dan PIKOM Pertanian : Ishaka, A. Nawir, Hendra. 4. Saudara-saudaraku di Jurusan Agribisnis dan teman seperjuangan Kantin

Sehat Organik yang selalu setia memberikan dukungan penuh.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mohon maaf dan mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi kebaikan dan kesempurnaannya. Akhirnya penulis mengharap penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalammualaikum Wr. Wb

Makassar, 13 Juli 2014

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 5

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Penelitian ... . 5

1.3.2. Manfaat Penellitian ... . 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Penguatan Kelembagaan ... 7

2.2. Kelembagaan Pertanian ... 15

2.3. Kelompok Tani... 22

2.4. Kerangka Pikir ... 25

III. METODE PENELITIAN ... 26

3.1. Tempat dan Waktu ... 26

3.2. Populasi dan Sampel ... 26

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.4. Teknik Analisis Data ... 28

3.5. Definisi Operasional... 28

VI. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 30

4.1.Kondisi Geografis ... 30

4.2.Potensi Sumber Daya Alam ... 31

(10)

x

4.4. Sarana dan Prasarana ... 32

V. HASIL DAN PEMBAHASAN… ... 34

5.1. Identitas Responden ... 34

5.1.1 Umur Responden ... 34

5.1.2 Tingkat Pendidikan Responden... 36

5.1.3 Jumlah Tanggungan Keluarga... 37

5.1.4 Pengalaman Kelembagaan Kelompok Tani ... 38

5.2. Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani ... 39

5.2.1 Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani dalam Alur Informasi atau Komunikasi... 40

5.2.2 Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani dalam Alur Pasar ... 43

5.2.2.1 Peran Saluran Pemasaran ... 45

5.2.2.2 Tingkat Saluran ... 46

5.2.3 Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani dalam Alur Teknologi 47 VI. KESIMPULAN DAN SARAN… ... 52

6.1. Kesimpulan ... 52 6.2. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DOKUMENTASI

(11)

xi DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Jumlah Penduduk Desa Bonto Tallasa Kecematan Ulu Ere Kabupaten

Bantaeng………… ... 30 2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Bonto Tallasa Kecamatan

Ulu Ere Kabupaten Bantaeng ... 31 3. Mata Pencaharian penduduk Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere

Kabupaten Bantaeng ... 32 4. Kepemilikan Ternak Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere Kabupaten

Bantaeng ... 32 5. Sarana dan Prasarana Umum di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere

Kabupaten Bantaeng ... 33 6. Identitas Petani Berdasarkan Tingkat Umur di Desa Bonto Tallasa Kecamatan

Ulu Ere Kabupaten Bantaeng ... 35 7. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere

Kabupaten Bantaeng ... 37 8. Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi Jumlah Tanggungan Keluarga di

Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng ... 38 9. Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi Pengalaman Kelembagaan

Kelompok Tani di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere Kabupaten

(12)

xii DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Kerangka Pikir Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani ( studi kasus kelompok tani maju mandiri ) di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere Kabupaten

Bantaeng ... 25 2. Penguatan Kelompok Tani Dalam Alur Informasi dan Komunikasi di Desa

Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng ... 41 3. Bagan Alur Pemasaran Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Alur

(13)

xiii DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Kuisioner Petani ... 56 2. Identitas Responden Kelompok Tani Maju Mandiri di Desa Bonto Tallasa

Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng ... 59 3. Dokumentasi Penelitian ... 60

(14)

1

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kelompok tani merupakan lembaga yang menyatukan para petani secara horizontal, dan dapat dibentuk beberapa unit dalam satu desa. Kelompok tani juga dapat dibentuk berdasarkan komoditas, areal pertanian, dan gender. Pengembangan kelompok tani dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan petani dalam mengakses berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, terhadap lembaga pemasaran, terhadap lembaga penyedia sarana produksi pertanian serta terhadap sumber informasi (Saptana,2004 ). Sedangkan menurut di Suradisastra (2001) , kelompok tani merupakan lembaga yang menyatukan para petani secara horizontal dan vertikal. Berbagai kesalahan dalam pengembangan kelembagaan selama ini yaitu hampir tiap program pembangunan pertanian dan pengembangan masyarakat pedesaan membentuk satu kelembagaan yang baru. Sebagian besar kelembagaan dibentuk lebih untuk tujuan mendistribusikan bantuan dan memudahkan tugas kontrol bagi pelaksana program, bukan untuk pemberdayaan masyarakat secara nyata. Setiap program membuat satu organisasi yang baru dengan nama yang khas, jarang sekali program dari dinas tertentu menggunakan kelompok yang sudah ada. Pengembangan kelembagaan hanya dengan dukungan material yang cukup tapi tidak dibina bagaimana mengelolanya dengan manajemen yang baik. Walaupun kelembagaan telah dijadikan alat yang penting dalam menjalankan suatu program,

(15)

2 namun penggunaan strategi pengembangan kelembagaan banyak mengalami ketidaktepatan dan kekeliruan ( Syahyuti, 2003 ).

Kelompok Tani di Desa Bonto Tallasa Kecematan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng pada hakekatnya dalam menjalankan perannya belum maksimal sehingga dalam kapasitas sebagai kelompok tani mampu menjadi wadah dalam menjalankan aktifitas dalam berlembaga. Dengan demikian bahwa peran kelompok tani di Desa Bonto Tallasa Kecematan Ulu Ere dalam menghadapi kemajuan diberbagai perkembangan mampu menselaraskan dengan perkembangan yang ada. Sebab kelompok tani yang ada masih dalam proses pemaksimalan dikarenakan kelompok yang ada masih pada tatanan perkembangan untuk merajut kelembagaan yang memadai. Untuk itu diperlukannya penguatan kelompok sehingga mampu lebih maksimal sebagai kapasitas kelompok tani yang lebih mapan dalam menjalankan tahap perencanaan untuk meraup keberhasilan pembangunan pertanian.

Secara konseptual tiap kelembagaan petani yang dibentuk dapat memainkan peran tunggal ataupun ganda. Khusus untuk kegiatan ekonomi, terdapat banyak lembaga pedesaan yang diarahkan sebagai lembaga ekonomi, diantaranya adalah kelompok tani, koperasi dan kelompok usaha agribisnis. Secara konseptual masing-masing dapat menjalankan peran yang sama (tumpang tindih). Berdasarkan konsep sistem agribisnis, aktivitas pertanian pedesaan tidak akan keluar dari upaya untuk menyediakan sarana produksi (benih, pupuk dan obat-obatan), permodalan usahatani, pemenuhan tenaga kerja, kegiatan berusaha

(16)

3 tani (on farm), pemenuhan informasi dan teknologi serta pengolahan dan pemasaran hasil pertanian ( Syahyuti,dkk, 2008 ).

Berdasarkan perihal tersebut yang dihadapi petani adalah ternyata fakta di lapangan bahwa kelembagaan yang ada seperti kelompok tani dilatar belakangi oleh kenyataan kelemahan petani dalam mengakses berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya terhadap lembaga penyedia sarana produksi pertanian serta terhadap sumber. Untuk mengatasi dan menyelesaikan permasalahan tersebut maka diperlukan penguatan kelembagaan masyarakat sehingga tercipta konsep yang matang dan strategis dalam upaya meningkat produktivitas pertanian. Pengembangan kapasitas petani dan kelembagaan kelompok petani diperlukan dalam upaya meningkatkan daya saing petani dalam pengembangan sistem agribisnis di Indonesia. Upaya ini semakin diperlukan dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas. Kapasitas petani dapat meningkat sejalan dengan partisipasi mereka dalam kelembagaan petani. Kapasitas petani dan partisipasi mereka dalam kelembagaan petani akan mendorong kapasitas kelembagaan menjadi lebih efektif.

Dalam kehidupan komunitas petani, posisi dan fungsi kelembagaan petani merupakan bagian pranata sosial yang memfasilitasi interaksi sosial atau social interplay dalam suatu komunitas. Kelembagaan pertanian juga memiliki titik strategis (entry point) dalam menggerakkan sistem agribisnis di pedesaan. Untuk itu segala sumberdaya yang ada di pedesaan perlu diarahkan/diprioritaskan dalam rangka peningkatan profesionalisme dan posisi tawar petani (kelompok tani). Saat

(17)

4 ini potret petani dan kelembagaan petani di Indonesia diakui masih belum sebagaimana yang diharapkan (Suradisastra, 2008).

Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan sektor pertanian di Indonesia terutama terlihat dalam kegiatan pertanian tanaman pangan, peran lembaga pembangunan pertanian sangat menonjol dalam program serta Kondisi yang menunjukkan signifikansi keberdayaan kelembagaan dalam akselerasi pembangunan sektor pertanian. Hal ini sejalan dengan hasil berbagai pengamatan yang menyimpulkan bahwa bila inisiatif pembangunan pertanian dilaksanakan oleh suatu kelembagaan atau organisasi, di mana individu individu yang memiliki jiwa berorganisasi menggabungkan pengetahuannya dalam tahap perencanaan dan implementasi inisiatif tersebut maka peluang keberhasilan pembangunan pertanian menjadi semakin besar.

Pemberdayaan petani di pedesaan oleh pemerintah hampir selalu menggunakan pendekatan kelompok. Salah satu kelemahan yang mendasar adalah kegagalan pengembangan kelompok yang dimaksud, karena tidak dilakukan melalui proses sosial yang matang. Kelompok yang dibentuk terlihat hanya sebagai alat kelengkapan proyek, belum sebagai wadah untuk pemberdayaan kelompok tani secara hakiki (Syahyuti, 2003).

Keberadaan kelembagaan ini tentunya diharapkan mampu mengatasi permaslahan-permasalahan yang dihadapi oleh para petani termasuk permasalahan produktivitas hasil pertanian. Produktivitas hasil pertanian mengalami pasang surut yang berimbas pada menurunya pendapatan petani. Keberadaan petani

(18)

5 sebagai individu dan kelompok serta adanya program pemberdayaan tentunya memiliki peranan penting dalam meningkatkan produktivitas hasil pertanian.

Berdasarkan uraian diatas, maka penyusun menilai bahwa perlu dilakukan suatu penelitian yang berjudul “Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Merespon Teknologi dan Pemasaran Di Desa Bonto Tallasa Kecematan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng” .

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah yang dapat dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Penguatan kelembagaan Pada Kelompok Tani Di Desa Bonto Tallasa Kecematan Uluere Kabupaten Bantaeng.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui Penguatan Kelembagaan Pada Kelompok Tani Di Desa Bonto Tallasa Kecematan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi yang bermanfaat bagi kalangan masyarakat petani terkhusus pada penguatan

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah terkhusus pemerintah daerah kabupaten bantaeng dalam hal penguatan kelembagaan masyarakat tani.

(19)

6 3. Bagi petani, dapat menjiadi motivasi dalam kelembagaan sehingga

memberikan hasil yang maksimal

4. Sebagai bahan refrensi untuk penelitian-penelitian yang mengacuh pada penguatan kelembagaan pada kelompok petani.

(20)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Penguatan Kelembagaan

Pengembangan kapasitas petani dan kelembagaan kelompok petani diperlukan dalam upaya meningkatkan daya saing petani dalam pengembangan sistem agribisnis di Indonesia. Upaya ini semakin diperlukan dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas. Kapasitas petani dapat meningkat sejalan dengan partisipasi mereka dalam kelembagaan petani. Kapasitas petani dan partisipasi mereka dalam kelembagaan petani akan mendorong kapasitas kelembagaan menjadi lebih efektif.

Dalam kehidupan komunitas petani, posisi dan fungsi kelembagaan petani merupakan bagian pranata sosial yang memfasilitasi interaksi sosial atau social interplay dalam suatu komunitas. Kelembagaan pertanian juga memiliki titik strategis dalam menggerakkan sistem agribisnis di pedesaan. Untuk itu segala sumberdaya yang ada di pedesaan perlu diarahkan/diprioritaskan dalam rangka peningkatan profesionalisme dan posisi tawar petani (kelompok tani). Saat ini potret petani dan kelembagaan petani di Indonesia diakui masih belum sebagaimana yang diharapkan (Suradisastra, 2008).

Penguatan secara etimologi berasal dari kata “kuat” yang mempunyai arti banyak tenaganya atau kemampuan yang lebih. Sedangkan kata jadian penguatan mempunyai arti perbuatan (hal dan lain sebagainya) yang menguati atau menguatkan. Secara terminologi, penguatan mempunyai makna usaha menguatkan sesuatu atau hal, yang tadinya lemah untuk menjadi lebih kuat.

(21)

8 Penguatan ini didasari karena adanya sesuatu yang lemah, untuk menjadi kuat dilakukan proses penguatan ( Darwis, 2001 ).

Sesuai dengan makna kata dasarnya “kuat”, penguatan (reinforcement) mengandung makna menambahkan kekuatan pada sesuatu yang dianggap belum begitu kuat. Makna tersebut ditujukan kepada tingkah laku individu yang perlu diperkuat. “Diperkuat”artinya dimantapkan, dipersering kemunculannya, tidak hilang-hilang timbul, tidak sekali muncul sekian banyak yang tenggelam. Pada proses pendidikan yang berorientasi pengubahan tingkah laku, tujuan utama yang hendak dicapai melalui proses belajar adalah terjadinya tingkah laku yang baik, tingkah laku yang dapat diterima sesering mungkin sesuai dengan kegunaan kemunculannya.

Penguatan yang diperuntukkan bagi tingkah laku-tingkah laku yang baik, tingkah laku yang dapat diterima bukan tingkah laku yang jelek. Tingkah laku yang baik atau dapat diterima adalah tingkah laku yang bernilai positif

Tingkah laku yang baik perlu mendapat apresiasi, sambutan positif, bahkan penghargaan (reward) yang secara langsung diterima dan dirasakan oleh peserta didik sebagai sesuatu yang menyenangkan; sedangkan tingkah laku yang jelek atau tidak dapat diterima tidak boleh diberi penguatan, bahkan harus dikurangi dan diberantas. Dalam praktik pendidikan sehari-hari banyak sekali tingkah laku ditampilkanoleh peserta didik, ribuan, bahkan tak terhitung jumlahnya. Diantara tingkahlaku-tingkahlaku itu pastilah banyak yang baik, yang perlu diberi penguatan, di samping ada diantaranya yang kurang baik atau tidak baik sama sekali, yang perlu dilemahkan atau diberantas. Sayangnya, banyak

(22)

9 sekali tingkah laku yang baik itu terlewatkan begitu saja, tidak mendapatkan penguatan. Tingkah laku yang sebenarnya baik itu, karena tidak mendapatkan perhatian dan tidak mendapat penguatan, menjadi mengendur dan dikhawatirkan akhirnya menghilang. Apabila hal ini terjadi terus menerus maka tingkah laku yang baik itu akan semakin langka; maka akan terjadilah krisis tingkah laku yang baik. Biasanya krisis itu disertai dengan membanjirnya tingkahlaku yang jelek ( Bappenas, 2004 ).

Dalam kondisi tidak memperhatikan dan memberikan penguatan terhadap tingkah laku yang baik, banyak diantara orang-orang yang menamakan diri pendidik justru lebih peka terhadap tingkah laku yang jelek. Berbagai pihak beramai-ramai memberikan perhatian kepada tingkah laku yang sebenarnya tidak perlu dibesar-besarkan. Akibatnya tingkah laku jelek itu yang lebih menonjol, dibicarakan dimana-mana; sementara itu tingkah laku yang baik seakan-akan tenggelam di rimba berbagai kejelekan. Ironisnya, berbagai pembicaraan, dan juga upaya yang katanyaditujukan untuk mengatasi tingkah laku-tingkah laku yang jelek itu, cenderung gagal. Ibarat “arang abis, besi binasa, nasi tak masak, parang tak jadi juga”. Memang harus diakui bahwa memberantas yang jelek-jelek jauh lebih susah daripada menyuburkan dan menguatkan hal-hal yang sudah mulai membaik. Apalagi kalau cara dan para pelaksana pemberantas kejelekan itu masih banyak terkontaminasi dengan hal-hal yang jelek itu ( Anonim, 2005 ).

Menurut Bappenas (2004), Dalam rangka pemberdayaan (penguatan) petani sebagai salah satu pelaku agribisnis hortikultura, maka perlu menumbuh kembangkan kelompok tani yang mandiri dan berwawasan agribisnis. Penguatan

(23)

10 kelembagaan ditingkat petani meliputi kelompok tani, merupakan hal yang perlu segera dikembangkan secara dinamis guna meningkatkan profesionalisme dan posisi tawar petani.

Dalam penguatan kelembagaan petani (seperti: kelompok tani, lembaga tenaga kerja, kelembagaan penyedia input, kelembagaan output, kelembagaan penyuluh, dan kelembagaan permodalan) dan diharapkan dapat melindungi bargaining position petani. Tindakan perlindungan sebagai keberpihakan pada petani tersebut, baik sebagai produsen maupun penikmat hasil jerih payah usahatani mereka terutama diwujudkan melalui tingkat harga output yang layak dan menguntungkan petani.Dengan demikian, penguatan dan pemberdayaan kelembagaan tersebut juga untuk menghasilkan pencapaian kesinambungan dan keberlanjutan daya dukung SDA dan berbagai usaha untuk menopang dan menunjang aktivitas kehidupan pembangunan pertanian di pedesaan..

Lembaga di pedesaan lahir untuk memenuhi kebutuhan sosial masyarakatnya. Sifatnya tidak linier, namun cenderung merupakan kebutuhan individu anggotanya, berupa: kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan hubungan sosial, pengakuan, dan pengembangan pengakuan. Manfaat utama lembaga adalah mewadahi kebutuhan salah satu sisi kehidupan sosial masyarakat, dan sebagai kontrol sosial, Elizabeth dan Darwis, 2003).

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan penguatan kelembagaan adalah adanya kemampuan dari Sumber daya manusia dalam kelembagaan itu sendiri. Dalam rangka memandirikan desa, menciptakan pemerintahan desa yang demokratis, profesional serta managerial. Penyelenggaraan pemerintahan desa

(24)

11 harus mampu mewujudkan paran aktif masyarakat agar masyarakat senantiasa memiliki dan turut serta bertanggungjawab terhadap perkembangan kehidupan bersama sebagai sesama warga desa, serta penggunaan kewenangan pemerintahan desa dalam mengatur dan mengurus masyarakat setempat didasarkan pada hak asal usul dan nilai-nilai sosial budaya yang terdapat pada masyarakat setempat harus diselenggarakan dalam perspektif adiminstrasi pemerintahan negara yang selalu mengiuti perkembangan jaman. Di samping itu penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Desa harus mengakomodasi aspirasi masyarakat yang diartikulasi dan diagregasi melalui BPD dan Lembaga Kemasyarakatan sebagai mitra Pemerintah Desa, serta penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Desa ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui penetapan kebijakan, program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat.

Untuk membangun pertanian dibutuhkan SDM yang berkualitas. Lebih dari itu, tersedianya SDM yang berkualitas merupakan modal utama bagi daerah untuk menjadi pelaku (aktor), penggerak pembangunan di daerah. Karena itu untuk membangun pertanian, kita harus membangun sumber daya manusianya. SDM yang perlu dibangun di antaranya adalah SDM masyarakat pertanian (petani-nelayan, pengusaha pertanian dan pedagang pertanian), agar kemampuan dan kompetensi kerja masyarakat pertanian dapat meningkat, karena merekalah yang langsung melaksanakan segala kegiatan usaha pertanian di lahan usahanya. Hal ini hanya dapat dibangun melalui proses belajar dan mengajar dengan

(25)

12 mengembangkan sistem pendidikan non formal di luar sekolah secara efektif dan efisien di antaranya adalah melalui penyuluhan pertanian ( Soeharto, 2005).

Keberhasilan penyuluhan pertanian dapat dilihat dengan indikator banyaknya petani, pengusaha pertanian dan pedagang pertanian yang mampu mengelola dan menggerakkan usahanya secara mandiri, ketahanan pangan yang tangguh, tumbuhnya usaha pertanian skala rumah tangga sampai menengah berbasis komoditi unggulan di desa. Selanjutnya usaha tersebut diharapkan dapat berkembang mencapai skala ekonomis. Semua itu berkorelasi pada keberhasilan perbaikan ekonomi masyarakat, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, lebih dari itu akan bermuara pada peningkatan pendapatan daerah. Ke depan arah pembangunan, menuju pada industrialisasi di bidang pertanian melalui pengembangan agribisnis yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Hal ini akan bisa diwujudkan dengan lebih dahulu menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, terutama masyarakat pertanian, sehingga kesinambungan dan ketangguhan petani dalam pembangunan pertanian bukan saja diukur dari kemampuan petani dalam memanage usahanya sendiri, tetapi juga ketangguhan dan kemampuan petani dalam mengelola sumberdaya alam secara rasional dan efisien, berpengetahuan, terampil, cakap dalam membaca peluang pasar dan mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan dunia khususnya perubahan dalam pembangunan pertanian. Di sinilah pentingnya penyuluhan pertanian untuk membangun dan menghasilkan SDM yang berkualitas ( Anonim, 2005 ).

(26)

13 2.2.Kelembagaan Pertanian

Kelembagaan adalah sesuatu yang berada diatas petani, sedangkan organisasi berada dilevel petani, sebagaimana yang dianut kalangan ahli “ekonomi Kelembagaan ( North, 2005), Pendapat ini diperkuat oleh Robin (2005) yang berpendapat bahwa kelembagaan merupakan wadah tempat-tempat organisasi hidup.Upaya meningkatkan daya saing petani salah satunya adalah pengembangan kelembagaan pertanian, pemberdayaan, pemantapan dan peningkatan kemampuan kelompok-kelompok petani kecil.

Menurut Ridwan (2005),istilah lembaga kemasyarakatan sebagai terjemahan dari Social Institution, istilah lembaga kecuali menunjukkan kepada suatu bentuk juga mengandung pengertian yang abstrak tentang adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi ciri dari lembaga kemasyarakatan itu. Menurut Daniel (2004), lembaga kemasyarakatan adalah himpunan norma-norma ataun segala tindakan yang berdasarkan pada suatu kebutuhan pokok manusia, himpunan norma tersebut ada dalam segala tindakan serta mengatur manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kermil (2004), mengatakan bahwa lembaga kemasyarakatan merupakan suatu sistem norma khusus yang menata suatu rangkaian tindakan yang berpola guna memenuhi kebutuhan manusia dalam kehidupan bersama, dimana lembaga kemasyarakatan harus mempunyai sistem norma yang mengatur tindakan yang terpolakan serta tindakannya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

(27)

14 Terminologi Pemberdayaan berasal dari kata “empowerment”, yang mempunyai makna dasar „pemberdayaan‟, di mana „daya‟ bermakna kekuatan (power). Bryanto (2000) menyatakan pemberdayaan sebagai upaya menumbuhkan kekuasaan dan wewenang yang lebih besar kepada masyarakat miskin. Cara dengan menciptakan mekanisme dari dalam untuk meluruskan keputusan-keputusan alokasi yang adil, yakni dengan menjadikan rakyat mempunyai pengaruh. Sementara empowerment bukan sekedar memberikan kesempatan rakyat menggunakan sumber daya dan biaya pembangunan saja, tetapi juga upaya untuk mendorong mencari cara menciptakan kebebasan dari struktur yang opresif.Konsep lain menyatakan bahwa pemberdayakan mempunyai dua makna, yakni mengembangkan, memandirikan, menswadayakan dan memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan. Makna lainnya adalah melindungi, membela dan berpihak kepada yang lemah, untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang dan terjadinya eksploitasi terhadap yang lemah (Pranarka, 2006).

Dalam pandangan Pearse dan Stiefel dinyatakan bahwa pemberdayaan mengandung dua kecenderungan, yakni primer dan sekunder. Kecenderungan primer berarti proses pemberdayaan menekankan proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. Sedangkan kecenderungan sekunder melihat pemberdayaan sebagai proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihannya ( Pranarka, 2006).

(28)

15 Satu hal yang sangat kritis adalah bahwa meningkatnya produksi pertanian atau output selama ini belum disertai dengan meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani secara signifikan dalam usahataninya. Petani sebagai unit agribisnis terkecil belum mampu meraih nilai tambah yang rasional sesuai skala usahatani terpadu. Syarat mutlak (syarat pokok pembangunan pertanian), yang terdiri dari pasar untuk hasil-hasil usahatani, teknologi yang selalu berubah, tersedianya bahan-bahan produksi dan peralatan secara local, insentif produksi bagi para petani, pengangkutan (transportasi). Pembangunan pertanian yang berkelanjutan membutuhkan hal-hal berikut ini pendidikan sistem pertanian, kredit produksi, kegiatan gotong royong oleh para petani, perbaikan dan perluasan tanah/lahan pertanian, perencanaan nasional untuk pembangunan pertanian (Mosher, 1965 dalam Soekartawi, 2002).

Kelembagaan dan lembaga pada hakekatnya mempunyai beberapa perbedaan. Dari aspek kajian sosial lembaga merupakan pola perilaku yang selalu berulang dan bersifat kokoh serta dihargai oleh masyarakat, Dalam pengertian lain lembaga adalah sekumpulan norma dan perilaku yang telah berlangsung dalam waktu yang lama dan digunakan untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan kelembagaan adalah suatu jaringan yang terdiri dari sejumlah orang atau lembaga untuk tujuan tertentu, memiliki aturan dan norma, serta memiliki struktur.

Dalam hal ini lembaga dapat memiliki struktur yang tegas dan formal, dan lembaga dapat menjalankan satu fungsi kelembagaan atau lebih. Kelembagaan pertanian memiliki delapan jenis kelembagaan, yaitu 1)

(29)

16 kelembagaan penyedia input, 2) kelembagaan penyedia modal, 3) kelembagaan penyedia tenaga kerja, 4) kelembagaan penyedia lahan dan air, 5) kelembagaan usaha tani, 6) kelembagaan pengolah hasil usaha tani, 7) kelembagaan pemasaran, 8) kelembagaan penyedia informasi (Basuki, 2006).

Dalam sistem pertanian dikenal juga istilah Kelembagaan rantai pasok yakni hubungan manajemen atau sistem kerja yang sistematis dan saling mendukung di antara beberapa lembaga kemitraan rantai pasok suatu komoditas. Komponen kelembagaan kemitraan rantai pasok mencakup pelaku dari seluruh rantai pasok, mekanisme yang berlaku, pola interaksi antarpelaku, serta dampaknya bagi pengembangan usaha suatu komoditas maupun bagi peningkatan kesejahteraan pelaku pada rantai pasok tersebut. Bentuk kelembagaan rantai pasok pertanian terdiri dari dua pola, yaitu pola perdagangan umum dan pola kemitraan. Ikatan antara petani dan pedagang umumnya ikatan langganan, tanpa adanya kontrak perjanjian yang mengikat antarkeduanya dan hanya mengandalkan kepercayaan. Petani dan pedagang pada pola ini juga sering melakukan ikatan pinjaman modal. Sedangkang pola kemitraan rantai pasok pertanian adalah hubungan kerja di antara beberapa pelaku rantai pasok yang menggunakan mekanisme perjanjian atau kontrak tertulis dalam jangka waktu tertentu. Dalam kontrak tersebut dibuat kesepakatan-kesepakatan yang akan menjadi hak dan kewajiban pihak-piihak yang terlibat (Marimin dan Maghfiroh, 2010).

Hubungan antarindividu, saling percaya dan norma yang mengatur jaringan kerjasama (Putnam, 2005). Jaringan kerjasama akan mefasilitasi

(30)

17 terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya saling percaya dan memperkuat kerjasama (Fukuyama dalam Ruslan, 2007). Individu petani atau kelompok petani yang memiliki jaringan komunikasi dan interaksi lebih luas dengan kelompok, maupun kelembagaan lain yang terkait, akan lebih sering terjadi pertukaran informasi sehingga mempunyai modal sosial tinggi dan mempunyai peluang untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraannya.

Kemampuan memanfaatkan ini sangat ditentukan oleh kemampuan modal manusia (pengetahuan, motivasi, dan sikap) sebagai proses mental dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan produktivitas usahatani. Kemampuan komunikasi dan kerjasama adalah dua kompetensi pada individu yang diakui berpotensi dalam membangun jaringan informasi dan pengambilan keputusan secara kolektif. Modal manusia yang tinggi dalam kegiatan usahatani akan meningkatkan interaksi, komunikasi, dan jaringan kerjasama sehingga dapat mempengaruhi modal sosial. Modal sosial yang kuat akan memperkuat modal manusia sehingga antara keduanya memiliki hubungan timbal balik. Modal sosial melalui jaringan kerjasama dapat menberikan sarana untuk mengadopsi, mengambil manfaat dari inovasi dan menciptakan modal ekonomi, memungkinkan kegiatan adopsi bertahan dan berkelanjutan.

Penyebaran informasi, peningkatan kapasitas petani atau kelompok, pengelolaan usahatani dan adopsi inovasi perlu dilakukan melalui pendekatan „berbasis modal sosial”. Kelembagaan tingkat mikro (kelembagaan tani)

(31)

18 merupakan basis berkembangnya modal sosial dari bawah, sehingga perlu diperkuat karena berpotensi menjadi bahan bakar pembangunan sosial dan ekobnomi di pedesaan. Dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian maka seorang penyuluh perlu memahami secara baik mengenai afeksi petani sebagai landasan untuk memberikan keyakinan dan kepercayaan kepada petani mengenai inovasi yang disampaikan dengan menggunakan metode yang palng disukai petani.

Sehubungan dengan itu maka penyuluhan pertanian sangat perlu dilakukan melalui pendekatan modal sosial sebagai instrumen utama untuk meningkatkan akses petani terhadap informasi serta memperkuat struktur jaringan kerjasama dalam adopsi inovasi. Untuk meningkatkan kapsitas petani dan tingkat adopsi inovasi pertanian maka diperlukan revitalisasi modal sosial terutama dalam pengembangan dan penguatan modal sosial dan kelembagaan tani, pembangunan sektor pertanian tidak bisa dilakukan secara otonomi krn mempunyai keteraitan dengan subsektor dan sektor-sektor lain.

Sehingga diperlukan kebijakan dalam pengembangan jaringan kerjasama dari berbagai sektor, oleh karena, modal sosial mempunyai posisi strategis dalam pengembangan jaringan kerjasama pembangunan sosial dan ekonomi mikro dan makro. Ketersediaan informasi sesuai jenis, jumlah, kualitas, dan tepat waktu saat dibutuhkan petani mampu meningkatkan adopsi teknologi. Nilai manfaat ekonomi informasi tidak mempengaruhi tingkat adopsi inovasi karena bukan faktor

(32)

19 dominan dipertimbangkan petani utama pengambilan keputusan, melainkan ketersediaan biaya usahatani.

Hal ini karena kepastian pasar, tingkat harga jual, kemampuan pembiayaan, modal sosial dan kestabilan harga merupakan indikator yang melandasi perencanaan dan keputusan petani dalam memilih jenis usahatani dan inovasi yang digunakan. Modal manusia didefinisikan sebagai nilai pengetahuan, motivasi, dan sikap yang dimiliki oleh individu yang relevan dengan aktivitas peningkatan produktivitas usahatani. Exposure petani terhadap informasi meliputi akses informasi, frekuensi komunikasi dan intensitas komunikasi dapat mempengaruhi modal sosial dan tingkat adopsi untuk produktivitas usahatani, melalui jaringan komunikasi, pertukaran informasi, dan kerjasama. Ada hubungan timbal balik antara exposure informasi dengan modal social

2.3. Kelompok Tani

Pada dasarnya pengertian kelompok tani tidak bisa dilepaskan dari pengertian kelompok itu sendiri ( Zander, 2008) kelompok adalah suatu unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang satu dengan individu lainnya, mempunyai hubungan saling tergantung sesuai dengan status dan perannya, mempunyai norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompok itu.

Kelompok tani secara tidak langsung dapat dipergunakan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas usaha tani melalui pengelolaan usaha tani secara bersamaan. Kelompok tani juga digunakan sebagai media belajar organisasi dan kerjasama antar petani. Dengan adanya kelompok tani, para petani

(33)

20 dapat bersama – sama memecahkan permasalahan yang antara lain berupa pemenuhan sarana produksi pertanian, teknis produksi dan pemasaran hasil. Kelompok tani sebagai wadah organisasi dan bekerja sama antar anggota mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan permasalahan dalam berusaha tani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan. Melihat potensi tersebut, maka kelompok tani perlu dibina dan diberdayakan lebih lanjut agar dapat berkembang secara optimal. Pentingnya pembinaan petani dengan pendekatan kelompok tani juga dikemukakan oleh Mosher (1968) dalam Djiwandi (1994) bahwa salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kegiatan petani yang tergabung dalam kelompok tani. Mengembangkan kelompok tani menurut Jomo (1968) dalam Djiwandi (1994) adalah berarti membangun kemauan, dan kepercayaan pada diri sendiri agar dapat terlibat secara aktif dalam pembangunan. Disamping itu agar mereka dapat bergerak secara metodis, berdayaguna, dan teroganisir. Suatu gerakan kelompok tani yang tidak teroganisir dan tidak mengikuti kerjasama menurut pola-pola yang maju, tidak akan memecahkan problem-problem yang dihadapi petani. Kelompok tani, menurut Deptan RI (1980) dalam Mardikanto (1996) diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/i), yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada dilingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani. Beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok tani itu, antara lain diungkapkan oleh ( Mardikanto, 2006) sebagai berikut:

(34)

21  Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya

kepemimpinan kelompok.

 Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar petani.

 Semakin cepatnya proses difusi penerapan inovasi atau teknologi baru.  Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang petani.  Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan

masukan (input) atau produk yang dihasilkannya.

 Semakin dapat membantu efesiensi pembagian air irigasi serta pengawasannya oleh petani sendiri.

Sedangkan alasan utama dibentuknya kelompok tani adalah :

 Untuk memanfaatkan secara lebih baik (optimal) semua sumber daya yang tersedia.

 Dikembangkan oleh pemerintah sebagai alat pembangunan.

 Adanya alasan ideologis yang “mewajibkan” para petani untuk terikat oleh suatu amanat suci yang harus mereka amalkan melalui kelompok taninya (Mardikanto, 2006).

Organisasi adalah kesatuan yang memungkinkan orang-orang (para petani) mencapai satu atau beberapa tujuan yang tidak dapat dicapai individu secara perorangan. Pakpahan (2000) menyatakan bahwa sistem organisasi ekonomi petani terdiri dari beberapa unsur (subsistem): (1) unsur kelembagaan (aturan main), (2) partisipan (sumberdaya manusia), (3) teknologi, (4) tujuan, dan (5)

(35)

22 lingkungan (alam, sosial, dan ekonomi). Kelompok para petani yang berada disuatu kawasan dapat dipandang sebagai suatu sistem organisasi ekonomi petani, hubungan antara unsur-unsur organisasi dan keragaan. ekonomi petani saling berinteraksi dan pada akhirnya akan menghasilkan keragaan organisasi. Unsur lingkungan merupakan bagian dari sistem organisasi yang menentukan keragaan organisasi, namun berada di luar kendali organisasi.

Hasyim dan Zakaria (2002) menyatakan bahwa masyarakat petani merupakan komponen yang sangat penting mengingat jumlahnya sangat banyak dan umumnya bergerak dibidang usahatani (on farm). Tanpa adanya petani, maka agribisnis tidaklah mungkin berkembang dan tentu saja produk-produk pertanian juga tidak cukup tersedia bagi kita. Untuk meningkatkan taraf hidup petani, mereka harus berperan aktif dan tidak hanya semata-mata menanti uluran tangan pihak lain. Diharapkan masyarakat petani tersebut dapat berperan: Pertama berusaha dengan penuh kesadaran yang tinggi untuk meningkatkan kualitas.

(36)

23 2.4. Kerangka Pikir

Gambar 1. Kerangka Pikir Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Merespon Teknologi dan Pemasaran Di Desa Bonto Tallasa Kecematan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng.

Kelembagaan Kelompok Tani Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Kelompok Tani Alur Pemasaran Alur Informasi/ Komunikasi Alur Teknologi

(37)

24

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September 2014 di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng,

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan Subyek penelitian adalah 8 kelompok

tani,sedangkan penetapan lokasi di lakukan dengan cara purposive (sengaja), yaitu pemilihan secara langsung dengan pertimbangan bahwa di

desa tersebut merupakan wilayah yang mempunyai sumber daya alam dan potensi yang memadai .

Sampel adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian dari populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki oleh sampel. Sampel dalam hal ini adalah Kelompok Tani Maju Mandiri di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng yang terlibat dalamnya, Anggota kelompok petani terdiri dari 22 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengunakan metode sensus (Ruslan, 2008 ).

(38)

25 3.3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1.Observasi

Observasi ialah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung. Dalam hal ini peneliti mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati secara langsung berbagai hal atau kondisi yang ada dilapangan Dalam hal ini penulis menggunakan jenis obeserasi partisipasi, yaitu obervasi yang melibatkan peneliti secara langsung dalam kegiatan pengamatan dilapangan serta mengamati kondisi dilapangan yang sebenarnya.

2. Wawancara

Interview atau wawancara merupakan percakapan yang diarahkan pada masalah tertentu dilakukan secara khusus, Kegiatan ini merupakan proses tanya jawab secara lisan dari dua orang atau lebih saling berhadapan secara fisik (langsung). Oleh karena itu kualitas hasil wawancara ditentukan oleh pewawancara, responden, pertanyaan dan situasi wawancara.

Dalam hal ini penulis menggunakan jenis interview (wawancara) bebas terpimpin yaitu pewawancara secara bebas bertanya dengan membawa kerangka pertanyaan untuk disajikan kepada responden. Dan responden diberi kebebasan menjawab atas pertanyaan yang dilontarkan oleh pewawancara.

(39)

26 3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengalir atau mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini dokumentasi diperoleh melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari lembaga yang di teliti di Desa Bonto Tallasa Kecematan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng.

3.4. Teknik Analisis Data

Berdasarkan data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis secara deskriftif, adapun pengertian deskrptif adalah memberikan penjelasan atau gambaran terhadap data yang diperoleh secara umum indikator-indikator penelitian yang diteliti. 3.5 Definisi Operasional

Untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas pada penelitian ini mengcakup pengertian-pengertian yang digunakan agar memudahkan dalam pengambilan data, maka secara operasional dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Penguatan mempunyai makna usaha menguatkan sesuatu atau hal, yang tadinya lemah untuk menjadi lebih kuat. Penguatan ini didasari karena adanya sesuatu yang lemah, untuk menjadi kuat dilakukan proses penguatan .

2. Kelembagaan pertanian adalah norma atau kebiasaan yang terstruktur dan terpola serta dipraktekkan terus menerus untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat yang terkait erat dengan penghidupan dari bidang pertanian di pedesaan.

(40)

27 3. Kelembagaan merupakan wadah tempat-tempat organisasi hidup.Upaya meningkatkan daya saing petani salah satunya adalah pengembangan kelembagaan pertanian, pemberdayaan, pemantapan dan peningkatan kemampuan kelompok-kelompok petani kecil

4. Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.

5. Kelompok tani adalah Kumpulan tani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan dan kebersamaan menghadapi kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya, keakraban dan keserasian) yang dipimpin oleh seorang ketua.

6. Peranan kelompok yaitu memahami kekuatan atau potensi dan kelemahan kelompok, memperhitungkan peluang dan tantangan serta memilih berbagai alternatif kemudian menyelanggarakan kehidupan berkelompok dan bermasyarakat yang serasi dengan lingkungannya secara berkesinambungan.

(41)

28

VI. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Kondisi Geografis

Desa Bonto Tallasa merupakan salah satu dari 6 Desa di wilayah Kecamatan Ulu Ere yang berjarak 7 Km Dari Kecamatan Ulu Ere dan 14 Km dari Ibu Kota Kabupaten. Desa Bonto Tallasa mempunyai luas wilayah seluas ± 7,4 Hektar atau 5,04 Km dengan ketinggian 540 – 600 dari permukaan laut.

Keadaan Tofografi Desa Bonto tallasa memiliki kondisi daerah yang berbukit-bukit, berada diatas gunung dengan ketinggian antara 50 sampai 300 dpl. Kondisi tanah yang cukup subur untuk ditanami berbagai jenis tanaman baik tanaman jangka pendek maupun tanaman jangka panjang.

Jumlah Penduduk Desa Bonto Tallasa yang tersebar dalam 10 Wilayah Rw dan 20 RT dengan Perincian sebagaimana tabel :

Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng tahun 2013.

No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%) 1 2 Laki – Laki Perempuan 1.380 1.446 48,83 51,17 Jumlah 2.826 100

Sumber Data : Desa Bonto Tallasa, 2013

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk menurut jenis kelamin antara lelaki dan perempuan mengambarkan bahwa jumlah mayorritas terbanyak adalah perempuan disebabkan jumlah yang berada pada

(42)

29 Desa Bonto Tallasa lebih cenderung pertumbuhannya kelahiran perempuan lebih dominan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini membuktikan sesuai dengan pemaparan kepala Dusun Bungloe bahwa lebih banyak peluang seorang ibu rumah tangga melahirkan seorang perempuan dan alhasil membuktikan jumlahnya lebih banyak dibandingkan anak laki-laki.

Dengan demikian Kemamapuan seseorang didalam berusaha maupun ikut kegiatan dilingkungan sekelilingnya sebagian ditentukan oleh tingkat pendidikannya, baik yang bersifat formal maupun informal. Oleh karena itu, data penduduk berdasarkan pendidikan merupakan hal yang cukup penting untuk diketahui. Data penduduk berdasarkan pendidikan di Desa Bonto Tallasa.

Tabel 2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng tahun 2013..

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)

1. 2. 3. 4. 5. 6. TK SD SMP SMA D3 S1 271 1053 913 462 103 16 JUMLAH 2.826

Sumber Data : Desa Bonto Tallasa, 2013

Berdasarkan tabel 2. Menunjukkan kemampuan di Desa Bonto Tallasa dalam hal ini pendidikan masih berada pada tahapan pengembangan sebab masyarakat cenderung berpatokang pada tatanan pengalaman saja. Oleh karena itu

(43)

30 kelompok tani sangat memiliki peranan penting dalam mengawal perjalanan masyarat tani di Desa Bonto Tallasa.

4.2. Potensi Sumber Daya Alam

Adapun potensi Sumber Daya Alam Desa Bonto tallasa memiliki penggunaan tanah sebagaian be sar diperuntuhkan untuk Tanah Pertanian Sawah, karena tanah di Bonto Tallasa memliki tanah yang banyak mengandung unsur hara dan baik bercocok tanam sayur- sayuran seperti tanaman sayuran sawi, kol,wortel,dan lain- lainya. sedangkan sisanya untuk Tanah kering yang merupakan bangunan dan fasilitas – fasilitas lainya, adapun di Desa Bonto Tallasa memiliki 2 musim (musim hujan dan musim kemarau). Musim hujan biasanya mulai pada bulan desember sampai juni dan oleh masyarakat petani dimanfaatkan untuk menanam berbagai jenis tanaman pertanian sedangkan musim kemarau biasanya terjadi antara bulan juni sampai November.

4.3. Potensi Sumber Daya Manusia

Desa Bonto Tallasa merupakan Desa Pertanian, maka sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani, selengkapnya sebagai berikut :

(44)

31 Tabel 3. Mata Pencaharian penduduk Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere

Kabupaten Bantaeng tahun 2013.

No Jenis Mata Pengcaharian Jumlah (orang)

1 2 3 4 5 Petani Pedagang PNS Buruh Lain – lainnya 1.500 165 12 54 66 Jumlah 1797

Sumber Data : Desa Bonto Tallasa, 2013

Tabel 3 menunjukkan bahwa mata pengcaharian penduduk Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng mayoritas petani hal ini membuktikan dengan adanya data yang menunjukkan angka yang paling tertinggi adalah masyarakat yang mata pengcahariannya petani. namun pada dasarnya sebagian juga petani berprofesi berbeda.

Adapun jumlah kepemilikan hewan ternak oleh penduduk Desa Bonto Tallasa adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Kepemilikan Ternak Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng tahun 2013.

No Jenis Hewan Jumlah (Ekor) Persentase (%)

1 Ayam 20.000 74,84

2 Kambing 160 0,60

3 Sapi 756 2,94

4 Bebek 5.776 21.62

Jumlah 26.722 100,00

(45)

32 Berdasarkan Tabel 4 Kepemilikan Ternak Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng , dimana yang paling terbanyak adalag ayam sebab di Desa tersebut cenderung berternak ayam karena pemeliharaannya yang mudah membuat masyarakat lebih memilih berternak ayam. Hal ini membuktikan dengan perkembangan yang ada mayoritas penduduk memilih berternak ayam disamping itu peluang harga yang cukup baik dalam menghasil finasial.

4.4. Sarana dan Prasarana

Sarana adalah suatu alat yang dapat diperguanakan untuk mencapai tujuan sedangkan prasarana adalah jembatan untuk menuju ketingkat sarana, aktivlasiitas dan kegiatan Desa tergantung dari sirkulasi perekonomian Desa. Oleh karena itu sarana dan prasarana social ekonomi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam bidang pembangunan Desa. Kondisi sarana dan prasarana umum desa Bonto Tallasa secara garis besar adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Sarana dan Prasarana Umum di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng tahun 2013.

No. Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. POSKESDES TK SD SMP SMA POSYANDU MASJID BALAI DESA 1 2 1 1 1 4 121 Jumlah 23

(46)

33 Berdarkan tabel 5 disebelah maka sarana dan prasarana yang dimiliki Desa Bonto Tallasa Kecematan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng menunjukkan bahwa sarana dan prasana pendidikan masih minim sehingga keberadaan sarana pendidikan ini memberikan dampak negative terhadap perkembangan dari waktu ke waktu apalagi di desa tersebut yang penduduknya mayoritas pendidikan sekolah dasar sehingga butuh penyeimbangan dalam menetralisir perkembangan yang ada saat ini hingga mampu menselrasarkan dengan kondisi lingkungan.

(47)

34

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

Responden dalam penelitian ini adalah petani yang tergolong dalam Kelompok Tani Maju Mandiri Di Desa Bonto Tallasa Kecematan Uluere Kabupaten Bantaeng. Karakteristik responden dapat dilihat dari segi umur, pendidikan,jumlah tanggungan keluarga, dan pengalaman dalam berlembaga. Aspek –aspek tersebut sangat erat kaitannya dengan penguatan kelembagaan. Adapun karakteristik responden adalah sebagai berikut :

5.1.1 Umur Responden

Tingkat umur merupakan salah satu faktor yang menentukan bagi petani dalam berlembaga sebab umur sangat mempengaruhi kemampuan dalam pengambilan keputusan ( Erit, 2001). Petani yang berusia muda memiliki fisik dan cara berfikir sehingga mempengaruhi daya serap informasi pengetahuan dalam menjalankan kelembagaan kelompok tani. Umur secara harfiah, sebagai usia kelahiran seseorang yang ditandai dengan denyutan nadi sampai meninggal. Umur merupakan cirri-ciri kedewasaan fisiologis dan kemampuan fisiknya dalam bekerja berfikir

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh menunjukkan bahwa petani responden bervariasi mulai 35 sampai 55 tahun anggota kelompok tani maju mandiri .

(48)

35 Tabel 6 .Identitas Petani Responden Berdasarkan Tingkat Umur di Desa Bonto

Tallasa Kecematan Uluere Kabupaten Bantaeng 2014.

NO Umur ( tahun ) Jumlah (orang) Presentase (%)

1. 40 – 42 2 9,1 2. 43 – 45 7 31,81 3. 46 – 48 4 18,18 4. 49 – 51 5 22,71 5. 52 – 54 2 9,1 6. 55 – 57 2 9,1 Jumlah 22 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2014

Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah petani kelompok menunjukkan bahwa umur petani secara responden sangat ditentukan oleh umur sebab merupakan satu titik tolak ukur menyerap dan bertindak secara cepat dan tepat.

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa petani responden masih berada pada tatanan penuaan atau proses pengcapain atau kisakestabilan sehingga dapat dikatakan bahwa usia tani Kelompok Tani Maju Mandiri Di Desa Bonto Tallasa tergolong kedalam usia produktif. Hal ini sangat mendukung dalam upaya peningkatan dan pengembangan pertanian dalam pengawalan Kelompok Tani Maju Mandiri Di Desa Bonto Tallasa Kecematan Uluere Kabupaten Bantaeng dalam mencapai taraf kemakmuran. Dengan demikian bahwa petani yang masih muda memiliki kemampuan yang lebih besar dari petani yang tua, yang muda cenderung menrima hal-hal yang baru dianjurkan untuk menambah pengalaman sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang baru sedang yang berusia tua mempunyai kapasitas mengelola dengan mengacu pada pengalaman dikarenakan telah banyak yang dialami selama bertani.

(49)

36 5.1.2 Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan dianggap sebagai sarana untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Karena pendidikan dianggap mampu untuk menghasilkan tenaga kerja yang bermutu tinggi, mempunyai pola pikir dan cara bertindak yang modern. Pendidikan mempunyai peranan penting bagi petani dalam melakukan kegiatan. Pendidikan akan membangun pola pikir dan system bertani yang lebih baik.

Tingkat pendidikan pada umumnya mempengaruhi cara berfikir serta cara bertindak dalam pengambilan keputusan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya. Secara umum tingkat pendidikan yang lebih tinggi yang di tunjang dari berbagai pengalaman akan dapat mempengaruhi produktifitas kemampuan kerja yang lebih baik dan profesional. Kemampuan seseorang didalam menjalankan kegiatan sebagian ditentukan oleh tingkat pendidikannya, baik bersifat formal maupun non formal ( Mosher, 2001).

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani responden bervariasi .

Tabel 7. Tingkat pendidikan Responden Di Desa Bonto Tallasa Kecematan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng, 2014.

No Tingkat Pendidikan Jumlah ( orang) Persentase (%)

1 SD 10 45,45

2 SMP 8 36,37

3 SMA 4 18,18

Jumlah 22 100

(50)

37 Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa dari Tabel 7 menunjukkan tingkat pendidikan yang ada dilokasi penelitian masih tergolong rendah, atau dari 22 responden menunjukkan tingkat pendidikan petani responden yang dominan adalah Sekolah Dasar, sehingga para petani pada dasarnya saatnya sudah tak ada gairah lagi untuk melanjutkan yang namanya jenajng pendidikan disebabkan karena petani sudah menikmati hasil dari mata pengcahariannya sendiri dengan berlandas pada pengalaman saja. Namun demikian tidak mampu dipungkiri bahwa pendidikan ditengah-tengah masyarakat di ibaratkan hanyalah sebuah perbedaan strata saja karena masyarakat hanya mengacu pada modal pengalaman mulai dari nenek moyang mereka sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan sangat berpengaruh sebab perkembangan bisa terjadi dengan cepat apabila petani yang menerimanya cukup mempunyai dasar keterampilan dan kemampuan dalam mengatasi semua persoalan-persoalan yang bersangkutan dengan kelompok tani maupun lembaga mereka.( Hendra , 2000).

5.1.3 Jumlah Tanggungan Keluarga

Besarnya tanggungan keluarga kelompok Tani Maju Mandiri berpengaruh dalam menjalankan kelembagaan. Hal ini memberikan penggambaran tentang jumlah keluarga yang bertujuan untuk melihat seberapa besar tanggungan keluarga tersebut. Namun demikian besarnya keluarga turut pula mempengaruhi beban petani itu sendiri Karena keluarga yang jumlahnya besar tentu membutuhkan biaya hidup yang lebih besar, keluarga petani biasanya terdiri atas petani itu sendiri sebagai kepala rumah tangga ditambah isteri dan anak-anaknya.

(51)

38 Adapun Klasifikasi Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Desa Bonto Tallasa Dapat Dilihat Pada Tabel 8.

Tabel 8.Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Bonto Tallsa Kecematan Uluere Kabupaten Bantaeng 2014. No Tanggungan Keluarga Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 3 – 5 15 68,18

2 6 – 8 7 31,82

Jumlah 22 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014

Tabel 8, menunjukkan bahwa petani responden memiliki tanggungan lebih yang besar berarti memberikan potensi sumber tenaga yang besar. Namun demikian besarnya tanggungan keluarga cenderung memerlukan biaya yang lebih besar. sehingga besar pengaruhnya terhadap perjalanan dalam mengarumi rumah tangga mereka. Keluarga yang besar membutuhkan energi yang besar untuk memberikan nafkah apalagi keluarga yang memiliki jumlah anggota yang banyak tentunya sangat membutuhkan biaya financial yang banyak pula. Masyarakat Desa Bonto Tallasa dalam hal ini anggota kelompok tani maju mandiri bahwa tanggungan keluarga mereka minimal 3 orang sebab keluarga petani yang relatif besar akan larut dalam mempengaruhi beban petani itu sendiri.

5.1.4 Pengalaman Kelembagaan Kelompok Tani

Pengalaman dapat dilihat dari lamanya seorang petani menekuni

kelembagaan atau kelompok tani. Berdasarkan dengan teori inovasi kadang-kadang berlaku secara sederhana atau dasar kebiasaan atau tradisi yang

(52)

39 lamanya memungkinkan terjadinya perbedaan dalam penerapan suatu hal yang baru ( Thamrin , 2001). Dengan pengalaman yang cukup besar akan berkembang suatu keterampilan dan keahlian dalam menentukan cara yang lebih tepat untuk mengembangkan kelembagaan pada kelompok tani.

Adapun klasifikasi jumlah pengalaman kelembagaan pada kelompok tani oleh responden di Desa Bonto Tallasa dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi Pengalaman Kelembagaan Pada Kelompok Tani di Desa Bonto Tallasa Kecematan Uluere Kabupaten Bantaeng 2014.

N O

Pengalaman Kelembagaan Pada Kelompok Tani

Jumlah ( Orang ) Persentase ( % ) 1 30 – 32 1 4,54 2 33 – 35 8 36,37 3 36 – 38 5 22,72 4 39 – 41 5 22,72 5 42 – 44 1 4,54 6 45 – 47 2 9,1 Jumlah 22 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014

Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa pengalaman petani menjadi dasar bagi setiap individu untuk menentukan sikap atau tindakan petani yang dilakukan sehingga lebih mempermudah dalam melakukan pengelolaan. Semakin lama pengalaman petani menentukan semakin besar ketekunan petani dalam melakukan usaha. Dengan pengalaman yang cukup besar akan berkembang suatu keterampilan dan keahlian dalam menentukan cara yang lebih tepat untuk mengembangkan usaha yang ditekuninya.

(53)

40 5.2 Penguatan Kelambagaan Kelompok Tani

Di dalam suatu masyarakat terdapat berbagai potensi kelembagaan, karena pada dasarnya selalu terjadi interaksi antar individu atau antar kelompok masyarakat yang terpola. Berbagai bentuk potensi kelembagaan yang ada pada masyarakat, antara lain: interaksi antara petani sebagai produsen dengan pedagang (konsumen), Interaksi antar petani dalam memasarkan hasil maupun membeli, Interaksi antara petani dengan pihak luar (pembina, pemodal, pedagang).

Organisasi atau kelembagaan petani diakui sangat penting untuk pembangunan pertanian. Namun kenyataan memperlihatkan kecenderungna masih lemahnya organisasi petani, serta besarnya hambatan dalam menumbuhkan organisasi atau kelembagaan pada masyarakat petani. Intervensi yang terlalu besar dari pemerintah atau politisi seringkali menyebabkan organisasi itu bekerja bukan untuk petani tetapi melayani kepentingan pemerintah atau para pengelolanya. Adapun sasaran pokok pembangunan pedesaan adalah tercapainya kondisi ekonomi rakyat di pedesaan yang kukuh, dan mampu tumbuh secara mandiri dan berkelanjutan. Sasaran pembangunan pedesaan tersebut diupayakan secara bertahap yaitu peningkatan kualitas pola pikir masyarakat, peningkatan kemampuan aparatur pemerintah desa, penguatan lembaga pemerintah dan lembaga masyarakat, pengembangan kemampuan sosial ekonomi masyarakat, pengembangan sarana dan prasarana pedesaan; dan pemantapan teknologi dalam pembangunan desa.

(54)

41 Dengan demikian potensi kelembagaan ini dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk pembentukan dan pembinaan kelembagaan-tani. Rasa sosial untuk saling tolong-menolong perlu ditumbuh-suburkan agar modal sosial ini tidak terkikis kemajuan masyarakat. Kelembagaan-tani berupa “kelompoktani” merupakan alternatif wadah yang dapat diandalkan agar para petani dapat berhimpun dan saling bekerjasama meningkatkan usahanya.

Ada beberapa hal yang harus menjadi ciri kelompok, yaitu : setiap anggota kelompok harus sadar sebagai bagian dari kelompok, ada hubungan timbal balik antara sesama anggota dan terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh para anggota sehingga hubungan diantara mereka semakin kuat. Demi menunjang peningkatan kapasitas lembaga sebagaimana dengan rencana pembangunan, maka diperlukan adanya penguatan dalam kelembagaan. Lembaga sebagai penghubung atau jembatan atas informasi antara pemerintah dan masyarakat, disamping juga sebagai pengemban aspirasi masyarakat dalam pembangunan. Dengan minimnya pengetahuan tentang manajemen organisasi dimasing-masing lembaga melalui peningkatan kapasitas kelembagaan menjadi salah satu jawaban untuk lebih memahami tentang keorganisasian kelembagaan, peran dan fungsi dalam kelembagaan. Sehingga dengan meningkatnya pengetahuan lembaga-lembaga akan dapat saling bekerjasama antar lembaga desa baik .

Ketika petani punya kelembagaan yang kuat, memiliki akses terhadap sarana, dan secara berkala mendapatkan pembinaan terkait dengan budidaya serta mendapatkan akses terhadap informasi pasar, maka yang rendah dapat diatasi.

(55)

42 Ketika petani mampu mengelola dengan baik karena ia tahu cara melakukannya sebagai hasil dari pembinaan daerah, dan rutin melakukan karena dapat diperoleh dengan mudah, dan petani tahu karena ia memiliki akses terhadap info yang sudah berkembang maka hal tersebut dapat meningkatkan SDM. Ketika petani merasakan manfaat untuk setiap kali peningkatkan produksi yang ia capai maka akan memacunya melakukan perbaikan secara terus menerus.

Untuk itu didalam penguatan kelembagaan tentunya memerlukan alur dalam mencapai tahapan yang maksimal. Sehingga upaya untuk menciptakan terjadinya penguatan yang lebih maksimal, maka dapat dilakukan dengan memberikan konstribusi dalam kelompok tani dengan memperkuat atau memberlakukan penguatan komunikasi dan kerja sama sehingga menciptakan ruang yang mampu dijadikan inspiratif petani tetap terus berminat.

Adapun alur yang diterapkan dalam menciptakan Penguatan Kelompok Tani Dalam Merespon Teknologi Dan Pemasaran Di Desa Bonto Tallasa Kecematan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng,

Gambar

Gambar  1.  Kerangka  Pikir  Penguatan  Kelembagaan  Kelompok Tani         Dalam  Merespon  Teknologi  dan  Pemasaran  Di  Desa  Bonto  Tallasa  Kecematan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng
Tabel  1.  Jumlah  Penduduk  Desa  Bonto  Tallasa  Kecamatan  Ulu  Ere  Kabupaten  Bantaeng tahun 2013
Tabel  2    Keadaan  Penduduk  Berdasarkan  Pendidikan  di  Desa  Bonto  Tallasa  Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng tahun 2013.
Tabel  3  menunjukkan  bahwa  mata    pengcaharian  penduduk  Desa  Bonto  Tallasa  Kecamatan  Ulu  Ere  Kabupaten  Bantaeng  mayoritas  petani  hal  ini  membuktikan dengan adanya data yang menunjukkan angka yang paling tertinggi  adalah  masyarakat  yang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mempermudah dalam proses mengklasifikasikan penyakit, indonesia menggunakan sistem informasi kesehatan yang lebih efektif dan efisien, yaitu

Dengan adanya tampilan peta yang dibuat 3 dimensi atau 3D maka user akan lebih mudah utuk membaca peta tersebut dikarenkan gambar pada peta 3D kelihatan timbul dan dapat diputar

Didapat waste kritis yang berpengaruh terhadap kualitas layanan 2 Retno Anggraini (Pengemasan MSG di PT. Ajinomoto Indonesia) Pentingnya peningkatkan efisiensi proses pengemasan

Tujuan khusus ketiga yaitu keluarga mampu memberikan stimulasi bagi anak dengan kriteria evaluasi keluarga mampu mempraktekkan cara memberikan stimulasi bagi

Hasil eksperimen Westhuis, dkk (2001) memperlihatkan bahwa pemuncakan elevasi gelombang yang tinggi dipengaruhi oleh perbandingan amplitudo dan selisih bilangan

Berbagai cara dapat digunakan untuk memungkinkan ventilasi silang antara lain dengan memberikan bukaan pada dinding bangunan yang berlawanan atau berhadapan untuk

Efektivitas Organisasi Petani dalam Pembangunan Pertanian (Studi Kasus Peran Kelompok Tani dalam Meningkatkan Kesejahteraan Petani di Kecamaran Leuwigoong, Kabupaten

Tabulasi data kelimpahan populasi dapat dilakukan dengan dua cara, pertama ranking kelimpahan populasi, ini digunakan untuk komunitas yang hanya terdiri dari