• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMERINTAH KOTA PASURUAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Peraturan Daerah tentang PPNS

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

SALINAN

PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 03 TAHUN 2005

TENTANG

PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 149 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 maka Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pasuruan Nomor 2 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Pasuruan perlu disesuaikan;

b. bahwa keberadaan dan peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang mampu dan berwibawa sangat diharapkan dalam rangka penegakan Peraturan Daerah dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan- ketentuan di dalam Peraturan Daerah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Pasuruan.

Mengingat : 1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Kecil Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur ( Berita Negara Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 1950 );

2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang- undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258 );

3. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209 );

4. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851 );

5. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang - undangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389 );

6. Undang……..

(2)

Peraturan Daerah tentang PPNS 2 6. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 ) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493 )

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 1982 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pasuruan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3241);

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);

9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952 ) ;

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4428 ) ;

11. Peraturan Menteri kehakiman Nomor M. 18-PW.07.03 Tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengusulan Pengangkatan Mutasi dan Pemberhentian Penyidik Pegawai Negeri Sipil;

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pencabutan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;

13. Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.04-PW.07.03 tahun 1984 tentang Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil;

14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 tahun 2003 tentang Pedoman Pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;

15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 tahun 2003 tentang Pedoman Operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah Dalam Penegakan Peraturan Daerah;

16. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah.

Dengan Persetujuan Bersama,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PASURUAN dan

WALIKOTA PASURUAN MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PASURUAN.

BAB I……..

(3)

Peraturan Daerah tentang PPNS 3 BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Pasuruan.

2. Pemerintah Kota Pasuruan adalah Walikota beserta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur.

4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Pasuruan.

5. Penyidik adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang – undang untuk melakukan penyidikan.

6. Pegawai negeri sipil adalah pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud dalam Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999.

7. Penyidik pegawai negeri sipil selanjutnya disingkat PPNS adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kota Pasuruan yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggar Peraturan Daerah.

8. Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat penyidik POLRI adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang – undang untuk melakukan penyidikan.

9. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam KUHAP.

10. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

11. Pendidikan dan pelatihan PPNS yang selanjutnya disebut diklat PPNS adalah suatu kegiatan dalam rangka meningkatkan kualitas pegawai negeri sipil di bidang penyidikan Peraturan Daerah untuk diangkat sebagai PPNS.

12. Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan yang selanjutnya disingkat STTPP adalah surat tanda lulus dan bukti bagi PPNS yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan khusus di bidang penyidikan Peraturan Daerah.

13. Satuan Polisi Pamong Praja adalah Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pasuruan.

14. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pasuruan

BAB II

KEDUDUKAN, TUGAS DAN WEWENANG Pasal 2

PPNS berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota.

Pasal 3

(1) PPNS mempunyai tugas melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah.

(2) PPNS……..

(4)

Peraturan Daerah tentang PPNS 4 (2) PPNS dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) berada di bawah koordinasi dan pengawasan penyidik POLRI.

Pasal 4

(1) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 PPNS mempunyai wewenang :

a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai adanya tindak pidana atas pelanggaran Peraturan Daerah;

b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan di tempat kejadian;

c. menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;

d. melakukan penyitaan benda atau surat-surat;

e. mengambil sidik jari dan memotret tersangka;

f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

h. mengadakan penghentian penyidikan setelah berkoordinasi dengan penyidik POLRI bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik POLRI memberitahukan hal dimaksud kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; dan.

i. melakukan tindakan lain yang diperlukan untuk kelancaran penyidikan menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan;

(2) PPNS tidak berwenang untuk melakukan penangkapan atau penahanan.

BAB III

HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 5

(1) PPNS dapat diberikan uang insentif di samping hak-hak sebagai pegawai negeri sipil sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pokok – pokok Kepegawaian yang berlaku.

(2) Besarnya uang insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota dengan memperhatikan kondisi dan kemampuan keuangan daerah.

Pasal 6

(1) PPNS sesuai dengan bidang tugasnya mempunyai kewajiban :

a. melakukan penyidikan, menerima laporan dan pengaduan tentang terjadinya pelanggaran atas Peraturan Daerah;

b. menyerahkan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui penyidik POLRI dalam wilayah hukum yang sama.

c. membuat berita acara setiap tindakan dalam hal : 1. pemeriksaan tersangka;

2. pemasukan rumah;

3. penyitaan barang;

4. pemeriksaan saksi; dan atau 5. pemeriksaan tempat kejadian;

(2) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a wajib diselesaikan dalam waktu 2 ( dua ) bulan sejak diketahuinya / diterimanya laporan dan atau pengaduan tentang adanya pelanggaran Peraturan Daerah tersebut.

(3) Penyidikan……..

(5)

Peraturan Daerah tentang PPNS 5 (3) Penyidikan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dihentikan penyidikannya.

(4) Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada walikota melalui pimpinan unit organisasi masing-masing.

BAB IV

PENDIDIKAN, PENGANGKATAN, MUTASI DAN PEMBERHENTIAN Pasal 7

Pegawai negeri sipil yang diangkat menjadi PPNS diwajibkan mengikuti pendidikan khusus.

Pasal 8

(1) Pengangkatan PPNS diusulkan oleh Walikota kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia melalui Menteri Dalam Negeri, dalam hal ini Sekretaris Jenderal Departemen Dalam Negeri dengan tembusan kepada Gubernur Jawa Timur.

(2) Syarat-syarat pengangkatan pegawai negeri sipil untuk dapat diangkat sebagai PPNS adalah :

a. pangkat serendah – rendahnya pengatur muda tingkat I ( golongan II / b );

b. berpendidikan serendah-rendahnya sarjana muda ( D3 );

c. ditugaskan di bidang teknik operasional;

d. telah lulus pendidikan khusus di bidang penyidikan;

e. daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan ( DP-3 ) dalam 2 ( dua ) tahun terakhir berturut-turut dengan nilai rata-rata baik; dan

f. sehat jasmani dan rohani dan dibuktikan dengan surat keterangan dokter.

Pasal 9

(1) surat usulan pengangkatan PPNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 harus melampirkan :

a. foto kopi Peraturan Daerah yang menjadi dasar hukum pemberian kewenangan sebagai PPNS yang diusulkan;

b. Surat keterangan wilayah kerja PPNS yang diusulkan;

c. foto kopi ijasah terakhir yang dilegalisir;

d. foto kopi Keputusan pengangkatan jabatan / pangkat terakhir yang dilegalisir;

e. foto kopi daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan ( DP-3 ) untuk selama 2 ( dua ) tahun terakhir berturut-turut yang dilegalisir ;

f. foto kopi surat tanda tamat pendidikan dan pelatihan ( STTPP ) pendidikan khusus di bidang penyidikan yang dilegalisir ;

g. surat keterangan dokter yang menyatakan pegawai negeri sipil yang bersangkutan berbadan sehat; dan

h. pas foto hitam putih ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 ( dua ) lembar.

(2) Lampiran usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan g dibuat masing – masing rangkap 4 ( empat ).

Pasal 10……..

(6)

Peraturan Daerah tentang PPNS 6 Pasal 10

Mutasi PPNS di lingkungan Pemerintah Kota Pasuruan dilakukan oleh Walikota dan dilaporkan kepada Menteri Dalam Negeri dalam hal ini Sekretaris Jenderal Departemen Dalam Negeri dengan tembusan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.

Pasal 11

(1) PPNS diberhentikan dari jabatannya karena : a. berhenti sebagai pegawai negeri sipil;

b. atas permintaan sendiri;

c. melanggar disiplin kepegawaian berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku;

d. tidak lagi memenuhi syarat sebagai PPNS; dan e. meninggal dunia;

(2) Pemberhentian PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan oleh Walikota kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia melalui Menteri Dalam Negeri dalam hal ini Sekretaris Jenderal Departemen Dalam Negeri dengan tembusan kepada Gubernur Jawa Timur.

(3) Keputusan pemberhentian PPNS ditetapkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.

(4) Usul pemberhentian PPNS harus disertai dengan alasan-alasan dan bukti pendukungnya.

BAB V

KARTU TANDA PENGENAL Pasal 12

(1) Pegawai negeri sipil yang telah diangkat sebagai PPNS, harus mempunyai kartu tanda pengenal.

(2) Kartu tanda pengenal ditandatangani oleh Walikota dan dapat didelegasikan kepada Sekretaris Daerah atau Kepala Bagian Hukum.

(3) Kartu tanda pengenal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 ( lima ) tahun, terhitung sejak tanggal dikeluarkan.

(4) Perpanjanjangan kartu tanda pengenal harus diajukan selambat-lambatnya dalam waktu 2 ( dua ) minggu sebelum berakhir masa berlaku oleh unit organisasi PPNS kepada Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kota Pasuruan.

(5) Bentuk kartu tanda pengenal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. bentuk empat persegi;

b. panjang 9,5 cm, lebar 6,5 cm; dan

c. warna bagian depan putih dan belakang hijau.

BAB VI

SUMPAH JANJI DAN PELANTIKAN Pasal 13

(1) Sebelum pelantikan PPNS harus mengucapkan sumpah / janji.

(2) Pelantikan PPNS dilakukan oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk.

(3) Tata……..

(7)

Peraturan Daerah tentang PPNS 7 (3) Tata cara pelantikan dan sumpah / janji diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Walikota sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

BAB VII

RUANG LINGKUP DAN SYARAT – SYARAT OPERASIONAL Pasal 14

Ruang lingkup operasional PPNS terdiri dari : a. rencana dan kegiatan penyidikan;

b. administrasi penyidikan; dan

c. pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Pasal 15

Pelaksanaan operasional penegakan Peraturan Daerah hanya dapat dilakukan oleh PPNS yang memenuhi syarat-syarat :

a. mendapat keputusan pengangkatan sebagai PPNS dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia;

b. dilantik sebagai PPNS daerah;

c. mempunyai KTP PPNS yang diterbitkan oleh Walikota dan masih berlaku;

d. bertugas pada dinas / instansi yang dilaksanakan / mengawal Peraturan Daerah yang mengandung sanksi pidana;

e. tidak bertugas di bidang tata usaha dan administrasi, termasuk kepegawaian dan keuangan; dan

f. mempunyai surat perintah tugas dari Sekretaris Daerah atau pejabat yang berwenang.

BAB VIII

PELAKSANAAN OPERASIONAL Pasal 16

(1) Pelaksanaan operasional penegakan Peraturan daerah dapat dilakukan dalam bentuk operasi yustisi dan atau non yustisi.

(2) Operasi yustisi dan atau non yustisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terpadu dengan melibatkan instansi terkait.

(3) Hasil operasi yustisi atas pelanggaran Peraturan Daerah merupakan penerimaan daerah.

Pasal 17

(1) Pelaksanaan operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 terdiri dari :

a. persiapan;

b. pelaksanaan kegiatan operasi;

c. penindakan ( pemanggilan / pemeriksaan dan penyelesaian ); dan d. evaluasi dan laporan.

(2) Petunjuk pelaksanaan operasional PPNS diatur dengan Peraturan Walikota.

BAB IX……..

(8)

Peraturan Daerah tentang PPNS 8 BAB IX

BENTUK FORMULIR PENYIDIKAN Pasal 18

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ditetapkan bentuk formulir penyidikan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

BAB X

PEMBINAAN DAN PEMBIAYAAN Pasal 19

Pembinaan terhadap PPNS meliputi : a. pembinaan umum;

b. pembinaan teknis; dan c. pembinaan operasional.

Pasal 20

(1) Pembinaan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri.

(2) Pembinaan umum berupa pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan-arahan supervisi yang berkaitan dengan pemberdayaan PPNS Daerah.

Pasal 21

Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud pada Pasal 19 huruf b dilakukan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, Kepala Kepolisian Republik Indonesia dan Jaksa Agung sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

Pasal 22

(1) Pembinaan operasional sebagaimana dimaksud Pasal 19 huruf c dilakukan oleh Walikota bekerja sama dengan instansi terkait.

(2) Pembinaan operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa petunjuk teknis operasional PPNS di lingkungan Pemerintah Kota Pasuruan.

BAB XI

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Pasal 23

Diklat PPNS bertujuan untuk :

a. memantapkan semangat pengabdian PPNS yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman dan perlindungan tehadap masyarakat.

b. meningkatkan pengetahuan keahlian dan atau ketrampilan serta pembentukan sedini mungkin kepribadian PPNS.

c. menanamkan kesamaan pola pikir yang dinamis dan bernalar agar memiliki wawasan yang luas untuk melaksanakan tugas umum dibidang Pemerintahan dan pembangunan.

d. meningkatkan……..

(9)

Peraturan Daerah tentang PPNS 9 d. meningkatkan profesional PPNS dalam melaksanakan penegakan dan

penyidikan atas pelanggaran Peraturan Daerah.

Pasal 24

Sasaran diklat PPNS adalah untuk tersedianya calon PPNS dalam rangka penegakan penyidikan dan pelanggaran Peraturan Daerah.

Pasal 25

Jenis diklat PPNS terdiri dari :

a. diklat calon PPNS Daerah diselenggarakan untuk persyaratan wajib dalam pengangkatan pegawai negeri sipil daerah menjadi PPNS ; dan

b. diklat peningkatan kemampuan PPNS, diselenggarakan untuk PPNS yang meliputi bimbingan teknis PPNS dan diklat teknis fungsional.

Pasal 26

(1) Bimbingan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf b untuk meningkatkan ketrampilan dan penguasaan pengetahuan PPNS di bidang penyidikan Peraturan Daerah.

(2) Diklat teknis fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf b diselenggarakan untuk persyaratan bagi PPNS dalam rangka menduduki jabatan fungsional.

Pasal 27

(1) Peserta diklat calon PPNS adalah pegawai negeri sipil daerah.

(2) Peserta diklat peningkatan kemampuan PPNS adalah PPNS Daerah.

Pasal 28

Penyelenggaraan diklat PPNS dilaksanakan oleh Sekretaris Daerah dalam hal ini Bagian Hukum dan atau badan diklat berkoordinasi dengan instansi terkait.

Pasal 29

(1) Materi kurikulum dan silabi diklat PPNS dirumuskan dalam kelompok mata pelajaran yang terdiri dari pengantar, dasar umum, utama dan pelengkap.

(2) Selain kelompok mata pelajaran diklat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan latihan kerja, latihan teknik, ceramah dan diskusi.

(3) Materi kurikulum dan silabi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditambah sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan daerah.

Pasal 30

(1) Kepada peserta yang telah mengikuti diklat calon PPNS dan telah dinyatakan lulus diberikan STTPP.

(2) Penandatanganan STTPP pada bagian depan ditandatangani oleh Sekretaris Daerah atas nama Walikota dan Kepala Kepolisian Resort dan di bagian belakang oleh Kepala Bagian Hukum dan atau kepala diklat.

(3) STTPP berbentuk empat persegi dengan posisi horisontal dengan ukuran 35 x 25 cm.

(4) Halaman……..

(10)

Peraturan Daerah tentang PPNS 10 (4) Halaman depan berlatar belakang gambar Garuda Pancasila dan

dilengkapi dengan pas foto ukuran 4 x 6 cm yang ditempatkan pada tempat yang telah disediakan.

Pasal 31

Tenaga-tenaga pengajar diklat PPNS terdiri dari pejabat di lingkungan Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kota Pasuruan serta widyaswara yang memiliki pengetahuan di bidang penyidikan dan penyusunan Peraturan Daerah.

Pasal 32

Semua biaya yang berkaitan dengan penyelenggaraan diklat PPNS dibebankan kepada anggaran pendapatan dan belanja daerah.

BAB XII

PENEGAKKAN PERATURAN DAERAH Pasal 33

(1) Untuk membantu Walikota dalam menegakkan Peraturan Daerah dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, anggota Satuan Polisi Pamong Praja dapat diangkat sebagai PPNS.

(2) Pengangkatan anggota Satuan Polisi Pamong Praja sebagai PPNS harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 34

Pada saat Peraturan daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pasuruan Nomor 2 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Pasuruan ( Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pasuruan Tahun 1988, tanggal 22 Agustus Nomor 4 Seri C ) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 35

Teknis pelaksanaan Peraturan Daerah ini lebih lanjut diatur dengan Peraturan Walikota.

Pasal 36……..

(11)

Peraturan Daerah tentang PPNS 11 Pasal 36

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Pasuruan.

Ditetapkan di Pasuruan pada tanggal 28 Juli 2005 WALIKOTA PASURUAN,

Ttd,

AMINUROKHMAN

Diundangkan di Pasuruan pada tanggal 28 Juli 2005

SEKRETARIS DAERAH KOTA PASURUAN

Ttd,

Drs. H. SETIYONO,M.Si Pembina Tk. I

NIP. 510 062 686

LEMBARAN DAERAH KOTA PASURUAN TAHUN 2005, TANGGAL 28 JULI NOMOR 02, SERI E

Sesuai dengan aslinya, Sekretaris Daerah Kota Pasuruan

Asisten Tata Praja Ub.

Kepala Bagian Hukum

Ttd,

DIDIK KUSWAHJUDI, SH, M.Si Pembina

NIP. 510 095 391

PENJELASAN……..

(12)

Peraturan Daerah tentang PPNS 12 PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 03 TAHUN 2005

TENTANG

PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PASURUAN

A. UMUM

Bila diperhatikan penegakkan Peraturan dalam perspektif Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mempunyai arti penting dalam pembinaan hukum dan reformasi di bidang hukum. Konsekuensi reformasi di bidang hukum adalah penataan kembali terhadap segala tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya di bidang politik, hukum dan ekonomi. Dalam bidang hukum hal yang paling utama disoroti masyarakat adalah gejala pelaksanaan penegakan hukum yang kurang memenuhi harapan masyarakat. Hal ini disebabkan masih rendahnya penegakan hukum sehingga adakalanya aturan-aturan yang ditetapkan seolah- olah tidak memiliki kekuatan yuridis. Bila hal ini terus berlanjut, jelas lambat laun akan menimbulkan rasa ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah, rasa ketidakpercayaan ini akan dapat menimbulkan frustasi ditengah masyarakat yang pada gilirannya dapat menyulitkan posisi Pemerintah Kota Pasuruan dalam menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat.

Penyidik Pegawai Negeri Sipil diatur secara tegas di dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, dan pelaksanaan tugasnya dijabarkan di dalam Keputusan Menteri dalam Negeri Nomor 6 dan nomor 7 Tahun 2003. Dengan demikian keberadaan PPNS ke depan akan lebih strategis sejalan dengan kondisi saat ini berkaitan dengan pelaksanaan otonomi daerah, langkah demikian untuk memacu peningkatan kerja PPNS .

Untuk meningkatkan peranan PPNS yang mampu dan berwibawa dalam penegakan Peraturan daerah, maka perlu diatur kedudukan, tugas, wewenang, hak kewajiban dan pendidikan, pengangkatan serta pemberhentian PPNS dalam suatu Peraturan Daerah.

B. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 s / d Pasal 3 : Cukup jelas.

Pasal 4 ayat (1) huruf a : Cukup jelas.

huruf b : yang dimaksud dengan tindakan pertama adalah mempersiapkan perangkat keras dan perangkat lunak.

Perangkat keras berupa sarana, prasarana pendukung dan personil sedangkan perangkat lunak berupa produk hukum dan kelengkapan administrasi.

huruf c s / d i : Cukup jelas.

ayat (1) dan ayat (2) : Cukup jelas.

Pasal 5 : Cukup jelas.

Pasal 6 ayat (1) huruf a dan huruf b : Cukup jelas.

huruf c : pelaksanaan tindakan PPNS sebagaimana dimaksud pada huruf c dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

ayat (2) s / d ayat (4) : Cukup jelas.

Pasal 7 s/d Pasal 36 : Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 01

D:\Perda 2005\Perda PPNS.doc

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena hanya dengan limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan

Dalam penelitian ini, dikembangkan sistem informasi kenaikan angka kredit dosen untuk memudahkan dosen dan pihak universitas dalam melakukan penilaian kenaikan jabatan

Hasil analisis Pantauan citra satelit menunjukan terlihat suhu puncak awan Cb dapat mencapai rata-rata -55 s.d -70 dan suhu yang sangat dingin ini merupakan

Berdasarkan hasil analisa diperoleh erosi aktual yang tejadi pada Sub DAS Laeya adalah erosi rendah, sekitar 21,155 ton/ha/tahun sedangkan erosi potensial yang terjadi pada

Hasil penelitian dan pembahasan pada bab ini adalah hasil studi lapangan untuk memperoleh data dengan teknik tes setelah dilakukan suatu pembelajaran yang berbeda

(2) Direksi dapat menyerahkan kekuasaan mewakili tersebut dalam ayat (1) kepada seorang anggota Direksi yang khusus ditunjuk untuk itu atau kepada seorang/beberapa

Maka ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan

Anggota KPI adalah seseorang yang dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan ditetapkan oleh Presiden untuk KPI Pusat serta dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat