• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PANTI ASUHAN YATIM PUTRI AISYIYAH SURAKARTA DALAM UPAYA PEMBINAAN AKHLAK ANAK ASUH Peran Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Surakarta Dalam Upaya Pembinaan Akhlak Anak Asuh Tahun 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN PANTI ASUHAN YATIM PUTRI AISYIYAH SURAKARTA DALAM UPAYA PEMBINAAN AKHLAK ANAK ASUH Peran Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Surakarta Dalam Upaya Pembinaan Akhlak Anak Asuh Tahun 2013."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PANTI ASUHAN YATIM PUTRI AISYIYAH SURAKARTA DALAM UPAYA PEMBINAAN AKHLAK ANAK ASUH

TAHUN 2013

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) pada Program Studi Pendidikan Agama

Islam (Tarbiyah)

Disusun oleh:

Anisa Fitri Shofiyani

G000090090

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

iv

ABSTRAK

Pembinaan merupakan suatu proses dinamika kehidupan manusia yang berlangsung secara terus menerus sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan jiwa manusia, yang dimulai sejak dalam kandungan ibunya sampai mencapai masa dewasa. Pembinaan tersebut meliput fisik dan psikis dan yang terpenting adalah pembinaan akhlak. Setiap anak yang dilahirkan telah membawa fitrah beragama dan kemudian selanjutnya bergantung pada pendidikan yang diperolehnya. Sehingga pentingnya peran keluarga dalam proses pembinaan akhlak anak yang menjadi dasar untuk masa depannya. Sebaliknya dengan anak yatim, salah satu problematika hidup anak-anak yatim adalah pengasuhan dan pendidikan mereka. Dengan demikian apakah akhlak anak asuh itu baik atau buruk, kuat atau lemah, beradab atau biadab sepenuhnya ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perjalanan hidup orang tersebut. Dalam hal ini pendidikan sangat besar peranannya dalam pembinaan akhlak, akhlak dapat dibentuk dengan usaha-usaha yang sistematis dan berencana, sehingga dapat terbentuknya akhlak yang sesuai dengan harapan.

Penelitian ini menelaah peran panti asuhan yatim putri Aisyiyah Surakarta dalam upaya pembinaan akhlak anak asuh tahun 2013. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa bentuk-bentuk pembinaan akhlak yang dilakukan panti asuhan yatim putri Aisyiyah terhadap anak asuhnya serta apa faktor pendukung dan penghambat upaya pembinaan akhlak anak asuh di panti asuhan yatim putri Aisyiyah Surakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi, dan analisis data. Analisis data bersifat deskriptif kualitatif yaitu terdiri dari tiga alur kegiatan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Dari hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa peran panti asuhan yatim putri Aisyiyah Surakarta secara umum dapat terlihat dari berbagai program kegiatan yang diselenggarakan. Program kegiatan lebih banyak dititik beratkan pada pembinaan yang meliputi pembinaan keagamaan dan pembinaan ketrampilan. Adapun pembinaan keagamaannya yaitu: kajian keislaman, shalat fardlu berjama‟ah, membaca Al-Qur‟an dan hafalan juz „amma, puasa Senin Kamis, dan menutup aurat. Sedangkan pembinaan ketrampilan meliputi: memasak dan tapak suci.

Adapun faktor yang mendukung peran panti asuhan yatim putri Aisyiyah Surakarta antara lain (1) Tersedianya tempat atau asrama, (2) Adanya pengasuh dan anak asuh, (3) Tersedianya dana yang cukup memadai, (4) Materi kajian keislaman, (5) Pembinaan keislaman. Sedangkan faktor penghambatnya antara lain: (1) Berbedanya latar belakang kehidupan anak asuh, (2) Pengaruh dari lingkungan.

(4)

1

PENDAHULUAN

Akhlak manusia merupakan sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya, bersifat konstan, spontan, tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan serta dorongan dari luar. Sifat yang lahir dalam perbuatan baik disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk disebut

akhlak tercela sesuai dengan

pembinaannya (Asmaran, 1994: 1). Menurut Rahmad Djatmika (1992: 11), peran akhlak dalam kehidupan manusia menempati hal penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat

dan bangsa. Sebab jatuh dan

bangunnya, sejahtera dan rusaknya suatu bangsa tergantung bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik (berakhlak), akan sejahteralah lahir

batinnya. Akan tetapi apabila

Akhlaknya buruk (tidak berakhlak), rusaklah lahir dan batinnya.

Dari pemaparan diatas

dijelaskan bahwa akhlak sangat penting bagi suatu masyarakat, bangsa dan umat. Kalau moral sudah rusak, ketentraman dan kehormatan bangsa itu akan hilang. Untuk

memelihara kelangsungan hidup

secara wajar, maka perlu adanya akhlak yang baik. Namun perlu kita sadari bahwa mewujudkan akhlak mulia sangatlah sulit, karena di zaman yang serba modern ini negara

kita mengalami krisis akhlakul

karimah atau kemerosotan moral. Secara umum setiap anak yang dilahirkan telah membawa fitrah beragama dan kemudian selanjutnya bergantung pada pendidikan yang

diperolehnya. Apabila mereka

mendapatkan pendidikan yang baik,

maka mereka cenderung menjadi orang yang baik dan taat beragama. Akan tetapi sebaliknya, bila benih agama tidak dipupuk dan dibina dengan baik, maka benih itu tidak bisa tumbuh dengan baik pula,

sehingga potensi-potensi yang

dimiliki itu merupakan modal awal yang perlu dikembangkan, diarahkan dan dibina sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam sehingga kepribadian yang dimiliki bisa sesuai dengan ajaran agama Islam.

Sebaliknya dengan anak yatim, salah satu problematika hidup anak-anak yatim adalah pengasuhan dan pendidikan mereka. Pada saat orang tua mereka masih hidup, kedua orang

tua merekalah yang mengasuh,

mendidik dan bertanggung jawab memberikan pendidikan terhadap mereka. Setelah orang tua mereka meninggal dunia, siapakah yang mendidik dan bertanggung jawab

memberikan pengasuhan dan

pendidikan mereka? Berarti harus ada orang lain yang mendidik dan

bertanggungjawab terhadap

pendidikan mereka. Mereka tidak bisa dibiarkan hidup terlantar tanpa ada yang mendidik dan pendidikan yang layak sebagaimana halnya anak-anak biasa. Tanpa pendidikan dan orang yang bertanggung jawab,

tidak hanya membuat mereka

menjadi orang bodoh dan

terbelakang, tapi juga menjadikan hidup mereka semakin menderita dan sengsara. Anak yatim apabila tidak

mendapat uluran tangan kasih

sayang, tidak mempunyai kerabat

dekat yang diandalkan untuk

memeliharanya dengan baik serta

mengurus dan menjaminnya,

(5)

2 tidak diragukan lagi situasi kritis ini

akan mempercepat anak itu

terjerumus ke lembah penyimpangan dan kriminilitas.

Panti asuhan yatim putri

Aisyiyah adalah salah satu dari lembaga pembinaan pendidikan yang berperan dalam proses pembentukan

kepribadian anak didik yang

terkhusus anak yatim atau yatim piatu dan anak yang tidak mampu. Panti asuhan yatim putri Aisyiyah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik (anak-anak yatim) secara aktif

mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri,

kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Anak asuh di panti asuhan

yatim putri Aisyiyah Surakarta

memiliki latar belakang keluarga yang rata-rata hampir sama yaitu mereka hanya memiliki satu orang tua atau bahkan sudah tidak memiliki orang tua sama sekali. Sehingga mereka tidak merasakan perhatian dan kasih sayang penuh dari kedua orang tuanya.

Berdasarkan penjelasan diatas,

maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian guna

memperoleh gambaran secara jelas tentang: Peran Panti Asuhan Putri

Aisyiyah Surakarta Dalam Upaya Pembinaan Akhlak Anak Asuh. LANDASAN TEORI

Panti adalah rumah, tempat

(kediaman), sedangkan asuhan

adalah rumah tempat memelihara anak yatim atau yatim piatu dan sebagainya (KBBI, 2008: 134).

Secara etimologi, panti

asuhan berasal dari dua kata yaitu

“panti” yang berarti suatu lembaga

atau satuan kerja yang merupakan

prasarana dan saran yang

memberikan layanan sosial, dan

“asuhan” yang mempunyai arti

berbagai upaya yang diberikan

kepada anak yang mengalami

masalah kelakuan, yang bersifat sementara sebagai pengganti orang tua atau keluarga agar dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani, maupun sosial (http://dianifan.blogspot.com).

Sedangkan menurut

Departemen Sosial Republik

Indonesia (1995:4) menjelaskan

bahwa: “Panti asuhan adalah suatu

lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab

untuk memberikan pelayanan

kesejahteraan sosial kepada anak

terlantar dengan melaksanakan

penyantunan dan pengentasan anak

terlantar, memberikan pelayanan

pengganti fisik, mental dan sosial

pada anak asuh, sehingga

memperoleh kesempatan yang luas,

tepat dan memadai bagi

perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang

pembangunan nasional”.

Kesimpulan dari uraian di atas bahwa panti asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang

bertanggung jawab memberikan

pelayanan penganti, mengasuh,

memelihara, dan mendidik anak agar terpenuhi kebutuhan fisik, mental, dan membekali mereka dengan

(6)

3 mandiri serta turut aktif dalam pembangunan nasional.

Jadi yang dimaksud dari panti asuhan dalam penelitian ini berarti tempat untuk memelihara, mengasuh serta membina anak yatim, piatu, yatim piatu atau anak terlantar yang ada di panti asuhan yatim putri Aisyiyah Surakarta agar terpenuhi segala kebutuhan fisik, mental dan sosialnya, serta supaya anak dapat berkembang kepribadiaannya sebagai

manusia yang aktif dalam

pembangunan nasional sesuai dengan ajaran Islam.

Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1997: 7) bila dikaji lebih luas maka peran panti asuhan mempunyai banyak fungsi antara lain sebagai berikut :

a. Sebagai pusat pelayanan

kesejahteraan sosial anak.

b. Sebagai konsultasi

kesejahteraan sosial anak.

c. Sebagai pusat pengembangan

keterampilan

d. Tempat konsultasi orang tua

atau keluarga dalam

melaksanakan usaha

kesejahteraan anak

dikeluarganya, dengan

memantapkan delapan fungsi keluarga, yaitu:

1) Fungsi keagamaan,

mendorong anggota keluarga

untuk bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa.

2) Fungsi sosial budaya,

menjadi transformator nilai-nilai budaya yang bermutu. 3) Fungsi cinta kasih, sebagai

tempat untuk menciptakan tali cinta kasih antar sesama

anggotanya, lingkungan

maupun masyarakat.

4) Fungsi reproduksi, untuk

melanjutkan kehidupan

manusia dari generasi ke generasi dan merawat untuk

menjadi manusia yang

berkualitas.

5) Fungsi pendidikan dan

sosialisasi, untuk mendidik anak keturunannya sehingga

dapat menyesuaikan diri

dengan kehidupan di

sekitarnya maupun dengan masyarakat luas.

6) Fungsi ekonomi, menjadi

sumber pendukung bagi

pemenuhan anggotanya

untuk dapat mandiri dan mengarahkan hidupnya. 7) Fungsi perlindungan, sebagai

tempat berlindung dengan memberikan rasa aman bagi setiap anggota keluarganya.

8) Fungsi pengenalan

lingkungan hidup, tempat

mendidik anggotanya

menjadi manusia-manusia

yang dapat melestarikan

lingkungan hidup

(Departemen Sosial RI,

Pedoman Penyelenggaraan

Pembinaan Kesejahteraan

Panti Asuhan, 1995:6).

Pembinaan akhlak adalah

proses, perbuatan, tindakan,

penanaman nilai-nilai perilaku budi pekerti, perangai, tingkah laku baik

terhadap Allah SWT, sesama

manusia, diri sendiri, dan alam

sekitar yang dilakukan secara

berdaya guna dan berhasil guna

untuk memperoleh kebahagiaan

hidup di dunia dan di akhirat

(Muhammad Azmi, 2006: 57).

Menurut Muhammad Azmi

(2006: 62-67), ruang lingkup

(7)

4 bagian. Adapun pembagian akhlak

yang dimaksud adalah akhlak

terhadap Allah, Akhlak terhadap sesama manusia, akhlak terhadap diri sendiri, dan akhlak terhadap alam sekitar.

METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

Ditinjau dari jenis

penelitiannya, maka penelitian ini

termasuk penelitian lapangan

(Field research).

Penelitian lapangan ini

bersifat kualitatif. Menurut

Bogdan & Taylor dalam

Moleong (2004: 4) penelitian kualitatif didefinisikan sebagai

penelitian yang prosedurnya

menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan

perilaku yang diamati.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan

deskriptif kualitatif adalah

pendekatan yang diarahkan untuk memecahkan masalah dengan

cara memaparkan atau

menggambarkan apa adanya hasil penelitian (Riduwan, 2010: 65).

2. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, digunakan beberapa metode antara lain:

a. Metode Observasi

Observasi adalah

pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis

mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan (Subagyo, 1997: 63).

b. Metode Wawancara

Wawancara adalah

percakapan dengan maksud

tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancaca

(interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan

yang diwawancarai

(interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2004: 135).

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah

cara memperoleh data

mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leagger, agenda, dan

sebagainya (Suharsimi

Arikunto, 1998: 135).

d. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis

data, penulis menggunakan

cara pentahapan secara

berurutan dan interaksionis

dengan pendekatan

deskriptif, yaitu terdiri dari tiga alur kegiatan bersamaan: pengumpulan data sekaligus

reduksi data (data

reduction), penyajian data

(data display), dan penarikan

kesimpulan (verifikasi)

(Moleong, 2004: 190).

Pertama, setelah

(8)

5

mengarahkan, membuang

data yang tidak perlu, dan

pengorganisasian sehingga

data terpilah-pilah. Kedua,

data yang telah

direduksiakan disajikan

dalam bentuk narasi. Ketiga, penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan.

HASIL PENELITIAN

1. Bentuk-bentuk kegiatan panti asuhan yatim putri Aisyiyah

Surakarta dalam upaya

pembinaan akhlak anak asuh

a. Pembinaan keagamaan,

yaitu:

1) Kajian Keislaman

Kajian ini

merupakan pembinaan

akhlak yang mencakup

semua ruang lingkup

pembinaan akhlak, yaitu

akhlak kepada Allah,

akhlak kepada Kitab

Allah, akhlak kepada

Rasulullah, akhlak

kepada diri sendiri dan akhlak kepada sesama manusia, sebab dalam kegiatan tersebut, materi

yang disampaikan

mengenai: pelajaran

aqidah yang materinya: sifat-sifat Allah, al-asma' al-husna, iman kepada Allah, Kitab-Kitab Allah, Rasul-Rasul Allah, Hari Akhir serta Qada Qadar

sehingga dapat

meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Pelajaran akhlak

materi yang diberikan

yaitu: akhlak terpuji yang terdiri atas ber-tauhiid,

ikhlaas, ta‟at, khauf,

taubat, tawakkal,

ikhtiyaar, shabar, syukur,

qanaa‟ah, tawaadu',

husnuzh-zhan, tasaamuh

dan ta‟aawun, berilmu,

kreatif, produktif, dan pergaulan remaja. Serta akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya, nifaaq,

anaaniah, putus asa,

ghadlab, tamak,

takabbur, hasad, dendam,

ghibah, fitnah, dan

namiimah. Sehingga

materi tersebut akan

membentuk anak asuh

menjadi anak yang

berakhlak mulia dan

menghindari akhlak

tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam

kehidupan individu

maupun sosial.

Pelajarn fiqih yang

diberikan meliputi:

macam-macam shalat,

puasa, zakat, haji dan

umrah, kurban dan

akikah, makanan haram

dan halal, perawatan

jenazah, dan ziarah

kubur. Sehingga dengan

materi tersebut dapat

memahamkan anak asuh

tentang pokok-pokok

hukum Islam dan tata

cara pelaksanaannya

untuk diaplikasikankan

dalam kehidupan

sehingga menjadi muslim

yang selalu taat

(9)

6

Islam secara kaaffah

(sempurna).

Pelajaran tarikh

yang disampaikan

meliputi: sejarah Nabi

Muhammad SAW,

peradaban Islam pada masa Khulafaurrasyidin, Dinasti Bani Umaiyah, Dinasti Bani Abbasiyah,

dan lain sebagainya.

Sehingga materi tersebut

dapat mengembangkan

kemampuan anak asuh

dalam mengambil ibrah

dari peristiwa-peristiwa

bersejarah (Islam),

meneladani tokoh-tokoh

berprestasi, dan

mengaitkannya dengan

fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain

untuk mengembangkan

kebudayaan dan

peradaban Islam.

Pelajaran Al-qur‟an hadits diberikan dengan

tujuan untuk

meningkatkan kecintaan anak asuh terhadap Al-Qur'an dan hadis, serta untuk membekali mereka dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur'an

dan hadis sebagai

pedoman dalam

menyikapi dan

menghadapi kehidupan. 2) Shalat Fardlu Berjama‟ah

Shalat fardlu

berjamaah merupakan

pembinaan akhlak kepada

Allah SWT, karena

menjalankan perintah

Allah SWT (shalat fardlu)

adalah bentuk kecintaan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT. Selain itu,

shalat merupakan

pembinaan akhlak

terhadap diri sendiri

karena, shalat banyak

mengandung hikmah baik

ditinjau secara moral

(rohani) maupun fisik

(jasmani). Tinjauan dari

segi moral, shalat

merupakan benteng hidup kita agar jangan sampai

terjerumus ke dalam

perbuatan keji dan

munkar. Shalat disamping

mengandung hikmah

secara moral, juga

mengandung hikmah

secara fisik terutama yang

menyangkut masalah

kesehatan.

3) Membaca Al-Qur‟an dan

Hafalan Juz „Amma

Membaca

Al-Qur‟an dan hafalan juz

„amma merupakan

pembinaan akhlak

kepada Allah SWT,

karena kegiatan tersebut

merupakan bentuk

kecintaan kepada Allah SWT.

Selain sebagai

bentuk ibadah bagi

pembacanya, bacaan

Al-Qur‟an juga merupakan

pembinaan akhlak

terhadap diri sendiri,

karena membaca Al

Qur'an dapat

meningkatkan kinerja

(10)

7

mampu mendamaikan

dan memberi

ketenangan, memiliki

jiwa yang sejuk, penuh dengan kesabaran, hati yang jernih, jiwa dan pikiran yang lapang, dan wajah yang bercahaya.

4) Puasa Senin Kamis

Puasa Senin Kamis

merupakan pembinaan

akhlak kepada Rasulullah

SAW, karena puasa

Senin Kamis merupakan sunnah Rasul dan dengan berpuasa Senin Kamis berarti telah meneladani Rasulullah SAW yang

merupakan tanda

kecintaan kepada beliau.

Dengan mencintai

Rasulullah merupakan

bagian dari ketaqwaan

kepada Allah SWT.

Berpuasa Senin Kamis

juga merupakan

pembinaan akhlak

terhadap Allah SWT, karena dengan berpuasa

dapat meningkatkan

amalan ibadah kita

kepada Allah SWT,

menjadikan kita lebih dekat dengan Allah SWT

dan lebih bertakwa.

Disamping itu, berpuasa juga merupakan akhlak terhadap diri sendiri dan sesama manusia, karena berpuasa akan melatih kesabaran, emosi dan spiritual kita menjadi

lebih bersih,

melembutkan hati, serta

cenderung lebih

berempati dengan orang lain.

5) Menutup Aurat

Menutup aurat

merupakan pembinaan

akhlak kepada Allah

SWT juga termasuk

pembinaan akhlak

terhadap diri sendiri, karena segi kesehatan,

menutup aurat

menghindarkan kita dari

penyakit berbahaya,

seperti kanker kulit yang timbul akibat sinar UV

yang dipancarkan

matahari. Oleh karena

itu, dengan menutup

aurat sinar matahari tidak langsung mengenai kulit, melainkan diterima dulu oleh pakaian, sehingga penyakit tersebut bisa dicegah.

6) Pembinaan Ketrampilan

Pembinaan

ketrampilan yang

dilakukan panti asuhan

yatim putri Aisyiyah

meliputi:

1) Memasak

Memasak merupakan

pembinaan akhlak

kepada diri sendiri karena untuk melatih

kemandirian anak,

juga sebagai bekal

akhlak terhadap

keluarga, karena

memasak merupakan

kewajiban istri

dalam rumah tangga.

2) Tapak Suci

Tapak suci

(11)

8

pembinaan akhlak

terhadap diri sendiri, karena tapak suci

bertujuan untuk

menjadi lebih berani

dalam situasi

apapun, trampil

menjaga diri, serta

pertahanan tubuh

menjadi kuat dan sehat.

2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat

a. Faktor pendukung

1) Tersedianya Tempat

atau Asrama

Salah satu faktor

pendukung kegiatan

pembinaan akhlak

adalah tersedianya

tempat atau asrama.

Anak-anak asuh tinggal

dalam satu asrama

sehingga memudahkan pengasuh dengan anak panti untuk berinteraksi,

bertukar pikiran

ataupun yang lainnya.

2) Adanya Pengasuh dan

Anak Asuh

Pengasuh dalam

pelaksanaan kegiatan

ini merupakan sebagai

subyek dalam

pembinaan akhlak.,

begitu juga dengan

adanya anak asuh

merupakan pendukung

usaha pembinaan

akhlak, karena anak

asuh sebagai obyek

dalam kegiatan tersebut. 3) Tersedianya Dana yang

Cukup Memadai

Dana merupakan

salah satu hal yang

paling penting dalam

setiap pelaksanaan

sebuah kegiatan, karena tanpa dana yang cukup tidak mungkin suatu kegiatan akan berjalan

dengan baik sesuai

program dan rencana yang telah disusun.

4) Materi Kajian

Keislaman

Materi yang

disampaikan dalam

kajian keislaman sangat mendukung pembinaan

akhlak anak asuh,

karena materi tersebut

akan menambah

pengetahuan serta

meningkatkan

keimanan dan

ketaqwaan kepada

Allah SWT. Materi

yang diberikan

meliputi: aqidah,

akhlak, fiqih, tarikh, dan Al-Qur‟an hadits.

Materi tersebut

mencakup semua ruang

lingkup pembinaan

akhlak yaitu: akhlak kepada Allah, akhlak

kepada Rasulullah,

akhlak kepada diri

sendiri dan akhlak

kepada sesama

manusia.

5) Pembinaan Keseharian

Pembinaan

keseharian yang

dilakukan panti asuhan yatim putri Aisyiyah

Surakarta sangat

mendukung pembinaan

akhlak anak asuh,

(12)

9

tersebut mencakup

semua ruang lingkup

pembinaan akhlak

seperti: menjaga

kebersihan dengan

diwajibkannya piket

harian yang merupakan

salah satu bentuk

kepedulian terhadap

lingkungan, mencuci

baju sendiri merupakan pembinaan

kemandirian,

diwajibkannya shalat

tepat waktu berjama‟ah,

tadarus Al-Qur‟an,

berpuasa Senin Kamis,

tapak suci, dan

memasak.

Menurut penulis,

panti asuhan yatim putri

Aisyiyah Surakarta

memiliki sarana

prasarana yang berupa

asrama yang cukup

memadai, sehingga

memudahkan dalam

aktivitas pembinaan

akhlak, guru dan

pengasuh yang

berkompeten dalam

bidangnya sehingga

kegiatan belajar

mengajar berjalan

efektif dan kendala bisa

diminimalisir, serta

ditunjang oleh kondisi finansial yang sehat. Selain itu, materi yang

diberikan mencakup

seluruh ruang lingkup

pembinaan akhlak,

sehingga

mempermudah dalam

proses pembinaan

akhlak anak asuh.

Pembinaan kesehariaan

yang diberikan oleh

panti asuhan yatim putri Aisyiyah kepada anak

asuhnya juga

mendukung kegiatan

pembinaan akhlak.

b. Faktor Penghambat

1) Berbedanya latar

belakang kehidupan

anak asuh

Setiap anak asuh memiliki latar belakang, watak dan sifat yang berbeda karena mereka berasal dari lingkungan

yang berbeda pula,

untuk beradaptasi.

Sehingga butuhnya

pendekatan terhadap

anak, agar tahu karakter setiap anak, berikan

pengarahan kepada

yang bermasalah secara perlahan, serta berikan

pembinaan khusus

tentang akhlakul

karimah.

2) Pengaruh dari

lingkungan

Lingkungan sangat

berpengaruh dalam

perilaku anak, ketika

anak di lingkungan

masyarakat (pergaulan) baik, maka hal tersebut

akan berpengaruh

positif pada anak dan hal tersebut merupakan

(13)

10

pembinaan akhlakul

karimah. Sebaliknya

jika anak tinggal di lingkungan yang rusak,

sebab mereka akan

bergaul dengan

teman-temannya dan

berinteraksi dengan

lingkungannya sehingga

kemungkinan besar

mereka akan

terpengaruh oleh

lingkungan

pergaulannya. Sehingga

perlu adanya

pemantauan terhadap

lingkungan pergaulan

anak, perlu adanya

pendekatan yang lebih

kepada anak yang

bermasalah, beri

pengarahan dan

pengertian secara

perlahan tentang

bahayanya lingkungan yang buruk dan berikan

pembinaan tentang

akhlakul karimah secara khusus.

SIMPULAN

1. Bentuk-Bentuk Kegiatan Panti

Asuhan Yatim Putri Aisyiyah

surakarta dalam Upaya

Pembinaan Akhlak Anak Asuh

Bentuk-bentuk kegiatan

panti asuhan yatim putri Aisyiyah

Surakarta dalam upaya

pembinaan akhlak anak asuh meliputi: pembinaan keagamaan

dan pembinaan ketrampilan.

Adapun pembinaan

keagamaannya meliputi: kajian

keislaman, shalat fardlu

berjama‟ah, membaca Al-Qur‟an

dan hafalan juz „amma, puasa

senin kamis, menutup aurat.

Sedangkan pembinaan

ketrampilan yang dilakukan panti asuhan yatim putri Aisyiyah meliputi: memasak dan tapak suci.

2. Faktor yang mendukung peran

panti asuhan yatim putri Aisyiyah

Surakarta dalam upaya

pembinaan akhlak antara lain (1) Tersedianya tempat atau asrama, (2) Adanya pengasuh dan anak asuh, (3) Tersedianya dana yang cukup memadai (4) Materi kajian

keislaman, (5) Pembinaan

keseharian.

3. Faktor yang menghambat peran

panti asuhan yatim putri Aisyiyah

Surakarta dalam upaya

pembinaan akhlak. antara lain: (1) Berbedanya latar belakang

kehidupan anak asuh, (2)

Pengaruh dari lingkungan.

SARAN

1. Kepada Panti Asuhan

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan masukan kepada panti asuhan agar selalu mengutamakan pendidikan dan memfokuskan pada akhlak anak, karena pada dasarnya akhlak merupakan pencerminan tentang kadar ketakwaan seseorang.

2. Kepada Pengurus

Harapan penulis kepada pengurus agar menambah jumlah tenaga pengasuh yang tinggal di panti asuhan dan hendaknya

selalu memperhatikan dan

mengevaluasi setiap kegiatan

(14)

11

3. Kepada Pengasuh

Penulis berharap agar

pengasuh hendaknya menjadi teladan bagi anak asuh, baik itu di dalam panti maupun di luar

panti. karena pengasuh

merupakan figur yang selalu berada dekat dan diperhatikan oleh anak asuh.

4. Kepada Anak Asuh

Harapan bagi anak asuh untuk rajin dan semangat dalam

menempuh pendidikan agar

mendapatkan ridha Allah SWT, serta dengan pengetahuan yang

diperoleh melalui pendidikan

yang telah dilaksanakan dapat diterapkan di lingkungannya baik di dalam panti asuhan maupun diluar panti asuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Abrasyi, M. Athiyah. 1993. Pokok-Pokok Pendidikan Islam,

Jakarta: Bulan Bintang.

Ali, Muhammad Daud. 2010.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Asmaran. 1994. Pengantar Studi

Akhlak, Jakarta: Raja

Grafindo Persada

Azmi, Muhammad. 2006.

Pembinaan Akhlak Anak

Usia Prasekolah, Upaya

Mengefektifkan Nilai-nilai

Pendidikan Islam dalam

Keluarga. Yogyakarta:

Belukar

Darajat, Zakiyah. 1988. Peranan

Agama Dalam Kesehatan

Mental. Jakarta: Haji

Dzaky, Muhammad Hamdani

Bakran. 2002. Konseling

dan Terapi Islam.

Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.

Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. 2008. Kamus

Besar Bahasa Indonesia

Edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Sosial RI. 1995.

Pedoman Penyelenggaraan

Pembinaan Kesejahteraan

Panti Asuhan. Jakarta: Balai Pustaka.

Djatmika, Rahmat. 1992. Sistem

Etika Islami (Akhlak Mulia). Jakarta: Pustaka Panjimas. El-Jazairi, Abu Bakar Jabir. 1993.

Pola Hidup Muslim.

Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Gazalba, Sidi. 1973. Sistematika

Filsafat buku .Jakarta:

Bulan Bintang.

Hadi, Sutrisno. 1991. Metodelogi Research. Yogyakarta: Andi Offset.

Ilyas, Yunahar. 2000. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: LPPI.

Kartini, Kartono. 1996. Pengantar Metodelogi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju.

Moleong. 2004. Metodologi

(15)

12

Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Mushthafa, Ahmad. 1989. Terjemah

Tafsir Al-Maraghi.

Semarang: Toha Putra.

Nata, Abuddin. 2000. Akhlak

Tasawuf. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Poerwadarminta. 1993. Kamus

Umum Indonesia.Jakarta:

Balai Pustaka.

Riduwan. 2010. Skala Pengukuran

Variable-Variabel

Penelitian. Bandung:

Alfabeta.

Subagyo. 1997. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. 2004. Manajemen Program

Pendidikan untuk

Pendidikan Nonformal dan

Pengembangan Sumber

Daya Manusia. Bandung:

Falah Production.

Syarief, Ahmad Hamid. 1996.

Pengembangan Kurikulum.

Surabaya: Dina Ilmu.

Zabidi, Imam. 2001. Ringkasan

Shoheh Bukhori. Bandung: MIZAN.

Zainuddin, dkk. 1991. Seluk Beluk Pendidikan Dari Al Ghazali. Jakarta: Bumi Aksara. (http://dianifan.blogspot.com/2012/0

8/panti-asuhan.html diakses Senin, 10 Juni 2013).

(http://fadikusumo.staff.ugm.ac.id/art

ikel/hikmah2.html diakses

Referensi

Dokumen terkait

Data yang dikumpulkan antara lain: (1) jumlah penumpang kereta api kelas ekonomi di Daerah Operasional VI Yogyakarta tahun 2004-2008; (2) jumlah penumpang kereta api kelas bisnis

Penelitian tentang Persepsi Mahasiswa FISIP UNDIP Terhadap Kebijakan.. Rcmunerasi ini terwujud berawal dari keprihatinan penulis akan situasi dan kondisi

Dari hasil yang diperoleh tersebut, kadar seskuiterpena dapat dijadikan salah satu parameter untuk menentukan mutu gaharu.. SIMPULAN

Para aktivis mahasiswa yang memiliki sikap positif terhadap konsep dan implementasi pengembangan masyarakat maka akan menunjukkan tingkah laku positif terhadap

Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang kedua negara, sedangkan. kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang

Hasil analisis data yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara terpaan pemberitaan Pawiwahan Ageng Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat di surat kabat terhadap

Dalam membentuk keluarga banyak sekali masalah yang akan dihadapi karena dalam keluarga terdapat sifat dan rasa suka yang berbeda terhadap sesuatu atau masalah ekonomi

Program ini bermanfaat bagi para pelatih dan pembina dalam mempersiapkan perencanaan dan pengelolaan pembinaan prestasi untuk menghadapi multi event olahraga dengan