PERAN PANTI ASUHAN YATIM PUTRI AISYIYAH SURAKARTA DALAM UPAYA PEMBINAAN AKHLAK ANAK ASUH
TAHUN 2013
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) pada Program Studi Pendidikan Agama
Islam (Tarbiyah)
Disusun oleh:
Anisa Fitri Shofiyani
G000090090
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
iv
ABSTRAK
Pembinaan merupakan suatu proses dinamika kehidupan manusia yang berlangsung secara terus menerus sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan jiwa manusia, yang dimulai sejak dalam kandungan ibunya sampai mencapai masa dewasa. Pembinaan tersebut meliput fisik dan psikis dan yang terpenting adalah pembinaan akhlak. Setiap anak yang dilahirkan telah membawa fitrah beragama dan kemudian selanjutnya bergantung pada pendidikan yang diperolehnya. Sehingga pentingnya peran keluarga dalam proses pembinaan akhlak anak yang menjadi dasar untuk masa depannya. Sebaliknya dengan anak yatim, salah satu problematika hidup anak-anak yatim adalah pengasuhan dan pendidikan mereka. Dengan demikian apakah akhlak anak asuh itu baik atau buruk, kuat atau lemah, beradab atau biadab sepenuhnya ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perjalanan hidup orang tersebut. Dalam hal ini pendidikan sangat besar peranannya dalam pembinaan akhlak, akhlak dapat dibentuk dengan usaha-usaha yang sistematis dan berencana, sehingga dapat terbentuknya akhlak yang sesuai dengan harapan.
Penelitian ini menelaah peran panti asuhan yatim putri Aisyiyah Surakarta dalam upaya pembinaan akhlak anak asuh tahun 2013. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa bentuk-bentuk pembinaan akhlak yang dilakukan panti asuhan yatim putri Aisyiyah terhadap anak asuhnya serta apa faktor pendukung dan penghambat upaya pembinaan akhlak anak asuh di panti asuhan yatim putri Aisyiyah Surakarta.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi, dan analisis data. Analisis data bersifat deskriptif kualitatif yaitu terdiri dari tiga alur kegiatan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Dari hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa peran panti asuhan yatim putri Aisyiyah Surakarta secara umum dapat terlihat dari berbagai program kegiatan yang diselenggarakan. Program kegiatan lebih banyak dititik beratkan pada pembinaan yang meliputi pembinaan keagamaan dan pembinaan ketrampilan. Adapun pembinaan keagamaannya yaitu: kajian keislaman, shalat fardlu berjama‟ah, membaca Al-Qur‟an dan hafalan juz „amma, puasa Senin Kamis, dan menutup aurat. Sedangkan pembinaan ketrampilan meliputi: memasak dan tapak suci.
Adapun faktor yang mendukung peran panti asuhan yatim putri Aisyiyah Surakarta antara lain (1) Tersedianya tempat atau asrama, (2) Adanya pengasuh dan anak asuh, (3) Tersedianya dana yang cukup memadai, (4) Materi kajian keislaman, (5) Pembinaan keislaman. Sedangkan faktor penghambatnya antara lain: (1) Berbedanya latar belakang kehidupan anak asuh, (2) Pengaruh dari lingkungan.
1
PENDAHULUAN
Akhlak manusia merupakan sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya, bersifat konstan, spontan, tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan serta dorongan dari luar. Sifat yang lahir dalam perbuatan baik disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk disebut
akhlak tercela sesuai dengan
pembinaannya (Asmaran, 1994: 1). Menurut Rahmad Djatmika (1992: 11), peran akhlak dalam kehidupan manusia menempati hal penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat
dan bangsa. Sebab jatuh dan
bangunnya, sejahtera dan rusaknya suatu bangsa tergantung bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik (berakhlak), akan sejahteralah lahir
batinnya. Akan tetapi apabila
Akhlaknya buruk (tidak berakhlak), rusaklah lahir dan batinnya.
Dari pemaparan diatas
dijelaskan bahwa akhlak sangat penting bagi suatu masyarakat, bangsa dan umat. Kalau moral sudah rusak, ketentraman dan kehormatan bangsa itu akan hilang. Untuk
memelihara kelangsungan hidup
secara wajar, maka perlu adanya akhlak yang baik. Namun perlu kita sadari bahwa mewujudkan akhlak mulia sangatlah sulit, karena di zaman yang serba modern ini negara
kita mengalami krisis akhlakul
karimah atau kemerosotan moral. Secara umum setiap anak yang dilahirkan telah membawa fitrah beragama dan kemudian selanjutnya bergantung pada pendidikan yang
diperolehnya. Apabila mereka
mendapatkan pendidikan yang baik,
maka mereka cenderung menjadi orang yang baik dan taat beragama. Akan tetapi sebaliknya, bila benih agama tidak dipupuk dan dibina dengan baik, maka benih itu tidak bisa tumbuh dengan baik pula,
sehingga potensi-potensi yang
dimiliki itu merupakan modal awal yang perlu dikembangkan, diarahkan dan dibina sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam sehingga kepribadian yang dimiliki bisa sesuai dengan ajaran agama Islam.
Sebaliknya dengan anak yatim, salah satu problematika hidup anak-anak yatim adalah pengasuhan dan pendidikan mereka. Pada saat orang tua mereka masih hidup, kedua orang
tua merekalah yang mengasuh,
mendidik dan bertanggung jawab memberikan pendidikan terhadap mereka. Setelah orang tua mereka meninggal dunia, siapakah yang mendidik dan bertanggung jawab
memberikan pengasuhan dan
pendidikan mereka? Berarti harus ada orang lain yang mendidik dan
bertanggungjawab terhadap
pendidikan mereka. Mereka tidak bisa dibiarkan hidup terlantar tanpa ada yang mendidik dan pendidikan yang layak sebagaimana halnya anak-anak biasa. Tanpa pendidikan dan orang yang bertanggung jawab,
tidak hanya membuat mereka
menjadi orang bodoh dan
terbelakang, tapi juga menjadikan hidup mereka semakin menderita dan sengsara. Anak yatim apabila tidak
mendapat uluran tangan kasih
sayang, tidak mempunyai kerabat
dekat yang diandalkan untuk
memeliharanya dengan baik serta
mengurus dan menjaminnya,
2 tidak diragukan lagi situasi kritis ini
akan mempercepat anak itu
terjerumus ke lembah penyimpangan dan kriminilitas.
Panti asuhan yatim putri
Aisyiyah adalah salah satu dari lembaga pembinaan pendidikan yang berperan dalam proses pembentukan
kepribadian anak didik yang
terkhusus anak yatim atau yatim piatu dan anak yang tidak mampu. Panti asuhan yatim putri Aisyiyah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik (anak-anak yatim) secara aktif
mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Anak asuh di panti asuhan
yatim putri Aisyiyah Surakarta
memiliki latar belakang keluarga yang rata-rata hampir sama yaitu mereka hanya memiliki satu orang tua atau bahkan sudah tidak memiliki orang tua sama sekali. Sehingga mereka tidak merasakan perhatian dan kasih sayang penuh dari kedua orang tuanya.
Berdasarkan penjelasan diatas,
maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian guna
memperoleh gambaran secara jelas tentang: Peran Panti Asuhan Putri
Aisyiyah Surakarta Dalam Upaya Pembinaan Akhlak Anak Asuh. LANDASAN TEORI
Panti adalah rumah, tempat
(kediaman), sedangkan asuhan
adalah rumah tempat memelihara anak yatim atau yatim piatu dan sebagainya (KBBI, 2008: 134).
Secara etimologi, panti
asuhan berasal dari dua kata yaitu
“panti” yang berarti suatu lembaga
atau satuan kerja yang merupakan
prasarana dan saran yang
memberikan layanan sosial, dan
“asuhan” yang mempunyai arti
berbagai upaya yang diberikan
kepada anak yang mengalami
masalah kelakuan, yang bersifat sementara sebagai pengganti orang tua atau keluarga agar dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani, maupun sosial (http://dianifan.blogspot.com).
Sedangkan menurut
Departemen Sosial Republik
Indonesia (1995:4) menjelaskan
bahwa: “Panti asuhan adalah suatu
lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab
untuk memberikan pelayanan
kesejahteraan sosial kepada anak
terlantar dengan melaksanakan
penyantunan dan pengentasan anak
terlantar, memberikan pelayanan
pengganti fisik, mental dan sosial
pada anak asuh, sehingga
memperoleh kesempatan yang luas,
tepat dan memadai bagi
perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang
pembangunan nasional”.
Kesimpulan dari uraian di atas bahwa panti asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang
bertanggung jawab memberikan
pelayanan penganti, mengasuh,
memelihara, dan mendidik anak agar terpenuhi kebutuhan fisik, mental, dan membekali mereka dengan
3 mandiri serta turut aktif dalam pembangunan nasional.
Jadi yang dimaksud dari panti asuhan dalam penelitian ini berarti tempat untuk memelihara, mengasuh serta membina anak yatim, piatu, yatim piatu atau anak terlantar yang ada di panti asuhan yatim putri Aisyiyah Surakarta agar terpenuhi segala kebutuhan fisik, mental dan sosialnya, serta supaya anak dapat berkembang kepribadiaannya sebagai
manusia yang aktif dalam
pembangunan nasional sesuai dengan ajaran Islam.
Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1997: 7) bila dikaji lebih luas maka peran panti asuhan mempunyai banyak fungsi antara lain sebagai berikut :
a. Sebagai pusat pelayanan
kesejahteraan sosial anak.
b. Sebagai konsultasi
kesejahteraan sosial anak.
c. Sebagai pusat pengembangan
keterampilan
d. Tempat konsultasi orang tua
atau keluarga dalam
melaksanakan usaha
kesejahteraan anak
dikeluarganya, dengan
memantapkan delapan fungsi keluarga, yaitu:
1) Fungsi keagamaan,
mendorong anggota keluarga
untuk bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
2) Fungsi sosial budaya,
menjadi transformator nilai-nilai budaya yang bermutu. 3) Fungsi cinta kasih, sebagai
tempat untuk menciptakan tali cinta kasih antar sesama
anggotanya, lingkungan
maupun masyarakat.
4) Fungsi reproduksi, untuk
melanjutkan kehidupan
manusia dari generasi ke generasi dan merawat untuk
menjadi manusia yang
berkualitas.
5) Fungsi pendidikan dan
sosialisasi, untuk mendidik anak keturunannya sehingga
dapat menyesuaikan diri
dengan kehidupan di
sekitarnya maupun dengan masyarakat luas.
6) Fungsi ekonomi, menjadi
sumber pendukung bagi
pemenuhan anggotanya
untuk dapat mandiri dan mengarahkan hidupnya. 7) Fungsi perlindungan, sebagai
tempat berlindung dengan memberikan rasa aman bagi setiap anggota keluarganya.
8) Fungsi pengenalan
lingkungan hidup, tempat
mendidik anggotanya
menjadi manusia-manusia
yang dapat melestarikan
lingkungan hidup
(Departemen Sosial RI,
Pedoman Penyelenggaraan
Pembinaan Kesejahteraan
Panti Asuhan, 1995:6).
Pembinaan akhlak adalah
proses, perbuatan, tindakan,
penanaman nilai-nilai perilaku budi pekerti, perangai, tingkah laku baik
terhadap Allah SWT, sesama
manusia, diri sendiri, dan alam
sekitar yang dilakukan secara
berdaya guna dan berhasil guna
untuk memperoleh kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat
(Muhammad Azmi, 2006: 57).
Menurut Muhammad Azmi
(2006: 62-67), ruang lingkup
4 bagian. Adapun pembagian akhlak
yang dimaksud adalah akhlak
terhadap Allah, Akhlak terhadap sesama manusia, akhlak terhadap diri sendiri, dan akhlak terhadap alam sekitar.
METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian
Ditinjau dari jenis
penelitiannya, maka penelitian ini
termasuk penelitian lapangan
(Field research).
Penelitian lapangan ini
bersifat kualitatif. Menurut
Bogdan & Taylor dalam
Moleong (2004: 4) penelitian kualitatif didefinisikan sebagai
penelitian yang prosedurnya
menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati.
Adapun pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan
deskriptif kualitatif adalah
pendekatan yang diarahkan untuk memecahkan masalah dengan
cara memaparkan atau
menggambarkan apa adanya hasil penelitian (Riduwan, 2010: 65).
2. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, digunakan beberapa metode antara lain:
a. Metode Observasi
Observasi adalah
pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis
mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan (Subagyo, 1997: 63).
b. Metode Wawancara
Wawancara adalah
percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancaca
(interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan
yang diwawancarai
(interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2004: 135).
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah
cara memperoleh data
mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leagger, agenda, dan
sebagainya (Suharsimi
Arikunto, 1998: 135).
d. Metode Analisis Data
Dalam menganalisis
data, penulis menggunakan
cara pentahapan secara
berurutan dan interaksionis
dengan pendekatan
deskriptif, yaitu terdiri dari tiga alur kegiatan bersamaan: pengumpulan data sekaligus
reduksi data (data
reduction), penyajian data
(data display), dan penarikan
kesimpulan (verifikasi)
(Moleong, 2004: 190).
Pertama, setelah
5
mengarahkan, membuang
data yang tidak perlu, dan
pengorganisasian sehingga
data terpilah-pilah. Kedua,
data yang telah
direduksiakan disajikan
dalam bentuk narasi. Ketiga, penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan.
HASIL PENELITIAN
1. Bentuk-bentuk kegiatan panti asuhan yatim putri Aisyiyah
Surakarta dalam upaya
pembinaan akhlak anak asuh
a. Pembinaan keagamaan,
yaitu:
1) Kajian Keislaman
Kajian ini
merupakan pembinaan
akhlak yang mencakup
semua ruang lingkup
pembinaan akhlak, yaitu
akhlak kepada Allah,
akhlak kepada Kitab
Allah, akhlak kepada
Rasulullah, akhlak
kepada diri sendiri dan akhlak kepada sesama manusia, sebab dalam kegiatan tersebut, materi
yang disampaikan
mengenai: pelajaran
aqidah yang materinya: sifat-sifat Allah, al-asma' al-husna, iman kepada Allah, Kitab-Kitab Allah, Rasul-Rasul Allah, Hari Akhir serta Qada Qadar
sehingga dapat
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Pelajaran akhlak
materi yang diberikan
yaitu: akhlak terpuji yang terdiri atas ber-tauhiid,
ikhlaas, ta‟at, khauf,
taubat, tawakkal,
ikhtiyaar, shabar, syukur,
qanaa‟ah, tawaadu',
husnuzh-zhan, tasaamuh
dan ta‟aawun, berilmu,
kreatif, produktif, dan pergaulan remaja. Serta akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya, nifaaq,
anaaniah, putus asa,
ghadlab, tamak,
takabbur, hasad, dendam,
ghibah, fitnah, dan
namiimah. Sehingga
materi tersebut akan
membentuk anak asuh
menjadi anak yang
berakhlak mulia dan
menghindari akhlak
tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
kehidupan individu
maupun sosial.
Pelajarn fiqih yang
diberikan meliputi:
macam-macam shalat,
puasa, zakat, haji dan
umrah, kurban dan
akikah, makanan haram
dan halal, perawatan
jenazah, dan ziarah
kubur. Sehingga dengan
materi tersebut dapat
memahamkan anak asuh
tentang pokok-pokok
hukum Islam dan tata
cara pelaksanaannya
untuk diaplikasikankan
dalam kehidupan
sehingga menjadi muslim
yang selalu taat
6
Islam secara kaaffah
(sempurna).
Pelajaran tarikh
yang disampaikan
meliputi: sejarah Nabi
Muhammad SAW,
peradaban Islam pada masa Khulafaurrasyidin, Dinasti Bani Umaiyah, Dinasti Bani Abbasiyah,
dan lain sebagainya.
Sehingga materi tersebut
dapat mengembangkan
kemampuan anak asuh
dalam mengambil ibrah
dari peristiwa-peristiwa
bersejarah (Islam),
meneladani tokoh-tokoh
berprestasi, dan
mengaitkannya dengan
fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain
untuk mengembangkan
kebudayaan dan
peradaban Islam.
Pelajaran Al-qur‟an hadits diberikan dengan
tujuan untuk
meningkatkan kecintaan anak asuh terhadap Al-Qur'an dan hadis, serta untuk membekali mereka dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur'an
dan hadis sebagai
pedoman dalam
menyikapi dan
menghadapi kehidupan. 2) Shalat Fardlu Berjama‟ah
Shalat fardlu
berjamaah merupakan
pembinaan akhlak kepada
Allah SWT, karena
menjalankan perintah
Allah SWT (shalat fardlu)
adalah bentuk kecintaan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT. Selain itu,
shalat merupakan
pembinaan akhlak
terhadap diri sendiri
karena, shalat banyak
mengandung hikmah baik
ditinjau secara moral
(rohani) maupun fisik
(jasmani). Tinjauan dari
segi moral, shalat
merupakan benteng hidup kita agar jangan sampai
terjerumus ke dalam
perbuatan keji dan
munkar. Shalat disamping
mengandung hikmah
secara moral, juga
mengandung hikmah
secara fisik terutama yang
menyangkut masalah
kesehatan.
3) Membaca Al-Qur‟an dan
Hafalan Juz „Amma
Membaca
Al-Qur‟an dan hafalan juz
„amma merupakan
pembinaan akhlak
kepada Allah SWT,
karena kegiatan tersebut
merupakan bentuk
kecintaan kepada Allah SWT.
Selain sebagai
bentuk ibadah bagi
pembacanya, bacaan
Al-Qur‟an juga merupakan
pembinaan akhlak
terhadap diri sendiri,
karena membaca Al
Qur'an dapat
meningkatkan kinerja
7
mampu mendamaikan
dan memberi
ketenangan, memiliki
jiwa yang sejuk, penuh dengan kesabaran, hati yang jernih, jiwa dan pikiran yang lapang, dan wajah yang bercahaya.
4) Puasa Senin Kamis
Puasa Senin Kamis
merupakan pembinaan
akhlak kepada Rasulullah
SAW, karena puasa
Senin Kamis merupakan sunnah Rasul dan dengan berpuasa Senin Kamis berarti telah meneladani Rasulullah SAW yang
merupakan tanda
kecintaan kepada beliau.
Dengan mencintai
Rasulullah merupakan
bagian dari ketaqwaan
kepada Allah SWT.
Berpuasa Senin Kamis
juga merupakan
pembinaan akhlak
terhadap Allah SWT, karena dengan berpuasa
dapat meningkatkan
amalan ibadah kita
kepada Allah SWT,
menjadikan kita lebih dekat dengan Allah SWT
dan lebih bertakwa.
Disamping itu, berpuasa juga merupakan akhlak terhadap diri sendiri dan sesama manusia, karena berpuasa akan melatih kesabaran, emosi dan spiritual kita menjadi
lebih bersih,
melembutkan hati, serta
cenderung lebih
berempati dengan orang lain.
5) Menutup Aurat
Menutup aurat
merupakan pembinaan
akhlak kepada Allah
SWT juga termasuk
pembinaan akhlak
terhadap diri sendiri, karena segi kesehatan,
menutup aurat
menghindarkan kita dari
penyakit berbahaya,
seperti kanker kulit yang timbul akibat sinar UV
yang dipancarkan
matahari. Oleh karena
itu, dengan menutup
aurat sinar matahari tidak langsung mengenai kulit, melainkan diterima dulu oleh pakaian, sehingga penyakit tersebut bisa dicegah.
6) Pembinaan Ketrampilan
Pembinaan
ketrampilan yang
dilakukan panti asuhan
yatim putri Aisyiyah
meliputi:
1) Memasak
Memasak merupakan
pembinaan akhlak
kepada diri sendiri karena untuk melatih
kemandirian anak,
juga sebagai bekal
akhlak terhadap
keluarga, karena
memasak merupakan
kewajiban istri
dalam rumah tangga.
2) Tapak Suci
Tapak suci
8
pembinaan akhlak
terhadap diri sendiri, karena tapak suci
bertujuan untuk
menjadi lebih berani
dalam situasi
apapun, trampil
menjaga diri, serta
pertahanan tubuh
menjadi kuat dan sehat.
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
a. Faktor pendukung
1) Tersedianya Tempat
atau Asrama
Salah satu faktor
pendukung kegiatan
pembinaan akhlak
adalah tersedianya
tempat atau asrama.
Anak-anak asuh tinggal
dalam satu asrama
sehingga memudahkan pengasuh dengan anak panti untuk berinteraksi,
bertukar pikiran
ataupun yang lainnya.
2) Adanya Pengasuh dan
Anak Asuh
Pengasuh dalam
pelaksanaan kegiatan
ini merupakan sebagai
subyek dalam
pembinaan akhlak.,
begitu juga dengan
adanya anak asuh
merupakan pendukung
usaha pembinaan
akhlak, karena anak
asuh sebagai obyek
dalam kegiatan tersebut. 3) Tersedianya Dana yang
Cukup Memadai
Dana merupakan
salah satu hal yang
paling penting dalam
setiap pelaksanaan
sebuah kegiatan, karena tanpa dana yang cukup tidak mungkin suatu kegiatan akan berjalan
dengan baik sesuai
program dan rencana yang telah disusun.
4) Materi Kajian
Keislaman
Materi yang
disampaikan dalam
kajian keislaman sangat mendukung pembinaan
akhlak anak asuh,
karena materi tersebut
akan menambah
pengetahuan serta
meningkatkan
keimanan dan
ketaqwaan kepada
Allah SWT. Materi
yang diberikan
meliputi: aqidah,
akhlak, fiqih, tarikh, dan Al-Qur‟an hadits.
Materi tersebut
mencakup semua ruang
lingkup pembinaan
akhlak yaitu: akhlak kepada Allah, akhlak
kepada Rasulullah,
akhlak kepada diri
sendiri dan akhlak
kepada sesama
manusia.
5) Pembinaan Keseharian
Pembinaan
keseharian yang
dilakukan panti asuhan yatim putri Aisyiyah
Surakarta sangat
mendukung pembinaan
akhlak anak asuh,
9
tersebut mencakup
semua ruang lingkup
pembinaan akhlak
seperti: menjaga
kebersihan dengan
diwajibkannya piket
harian yang merupakan
salah satu bentuk
kepedulian terhadap
lingkungan, mencuci
baju sendiri merupakan pembinaan
kemandirian,
diwajibkannya shalat
tepat waktu berjama‟ah,
tadarus Al-Qur‟an,
berpuasa Senin Kamis,
tapak suci, dan
memasak.
Menurut penulis,
panti asuhan yatim putri
Aisyiyah Surakarta
memiliki sarana
prasarana yang berupa
asrama yang cukup
memadai, sehingga
memudahkan dalam
aktivitas pembinaan
akhlak, guru dan
pengasuh yang
berkompeten dalam
bidangnya sehingga
kegiatan belajar
mengajar berjalan
efektif dan kendala bisa
diminimalisir, serta
ditunjang oleh kondisi finansial yang sehat. Selain itu, materi yang
diberikan mencakup
seluruh ruang lingkup
pembinaan akhlak,
sehingga
mempermudah dalam
proses pembinaan
akhlak anak asuh.
Pembinaan kesehariaan
yang diberikan oleh
panti asuhan yatim putri Aisyiyah kepada anak
asuhnya juga
mendukung kegiatan
pembinaan akhlak.
b. Faktor Penghambat
1) Berbedanya latar
belakang kehidupan
anak asuh
Setiap anak asuh memiliki latar belakang, watak dan sifat yang berbeda karena mereka berasal dari lingkungan
yang berbeda pula,
untuk beradaptasi.
Sehingga butuhnya
pendekatan terhadap
anak, agar tahu karakter setiap anak, berikan
pengarahan kepada
yang bermasalah secara perlahan, serta berikan
pembinaan khusus
tentang akhlakul
karimah.
2) Pengaruh dari
lingkungan
Lingkungan sangat
berpengaruh dalam
perilaku anak, ketika
anak di lingkungan
masyarakat (pergaulan) baik, maka hal tersebut
akan berpengaruh
positif pada anak dan hal tersebut merupakan
10
pembinaan akhlakul
karimah. Sebaliknya
jika anak tinggal di lingkungan yang rusak,
sebab mereka akan
bergaul dengan
teman-temannya dan
berinteraksi dengan
lingkungannya sehingga
kemungkinan besar
mereka akan
terpengaruh oleh
lingkungan
pergaulannya. Sehingga
perlu adanya
pemantauan terhadap
lingkungan pergaulan
anak, perlu adanya
pendekatan yang lebih
kepada anak yang
bermasalah, beri
pengarahan dan
pengertian secara
perlahan tentang
bahayanya lingkungan yang buruk dan berikan
pembinaan tentang
akhlakul karimah secara khusus.
SIMPULAN
1. Bentuk-Bentuk Kegiatan Panti
Asuhan Yatim Putri Aisyiyah
surakarta dalam Upaya
Pembinaan Akhlak Anak Asuh
Bentuk-bentuk kegiatan
panti asuhan yatim putri Aisyiyah
Surakarta dalam upaya
pembinaan akhlak anak asuh meliputi: pembinaan keagamaan
dan pembinaan ketrampilan.
Adapun pembinaan
keagamaannya meliputi: kajian
keislaman, shalat fardlu
berjama‟ah, membaca Al-Qur‟an
dan hafalan juz „amma, puasa
senin kamis, menutup aurat.
Sedangkan pembinaan
ketrampilan yang dilakukan panti asuhan yatim putri Aisyiyah meliputi: memasak dan tapak suci.
2. Faktor yang mendukung peran
panti asuhan yatim putri Aisyiyah
Surakarta dalam upaya
pembinaan akhlak antara lain (1) Tersedianya tempat atau asrama, (2) Adanya pengasuh dan anak asuh, (3) Tersedianya dana yang cukup memadai (4) Materi kajian
keislaman, (5) Pembinaan
keseharian.
3. Faktor yang menghambat peran
panti asuhan yatim putri Aisyiyah
Surakarta dalam upaya
pembinaan akhlak. antara lain: (1) Berbedanya latar belakang
kehidupan anak asuh, (2)
Pengaruh dari lingkungan.
SARAN
1. Kepada Panti Asuhan
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan masukan kepada panti asuhan agar selalu mengutamakan pendidikan dan memfokuskan pada akhlak anak, karena pada dasarnya akhlak merupakan pencerminan tentang kadar ketakwaan seseorang.
2. Kepada Pengurus
Harapan penulis kepada pengurus agar menambah jumlah tenaga pengasuh yang tinggal di panti asuhan dan hendaknya
selalu memperhatikan dan
mengevaluasi setiap kegiatan
11
3. Kepada Pengasuh
Penulis berharap agar
pengasuh hendaknya menjadi teladan bagi anak asuh, baik itu di dalam panti maupun di luar
panti. karena pengasuh
merupakan figur yang selalu berada dekat dan diperhatikan oleh anak asuh.
4. Kepada Anak Asuh
Harapan bagi anak asuh untuk rajin dan semangat dalam
menempuh pendidikan agar
mendapatkan ridha Allah SWT, serta dengan pengetahuan yang
diperoleh melalui pendidikan
yang telah dilaksanakan dapat diterapkan di lingkungannya baik di dalam panti asuhan maupun diluar panti asuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Abrasyi, M. Athiyah. 1993. Pokok-Pokok Pendidikan Islam,
Jakarta: Bulan Bintang.
Ali, Muhammad Daud. 2010.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Asmaran. 1994. Pengantar Studi
Akhlak, Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Azmi, Muhammad. 2006.
Pembinaan Akhlak Anak
Usia Prasekolah, Upaya
Mengefektifkan Nilai-nilai
Pendidikan Islam dalam
Keluarga. Yogyakarta:
Belukar
Darajat, Zakiyah. 1988. Peranan
Agama Dalam Kesehatan
Mental. Jakarta: Haji
Dzaky, Muhammad Hamdani
Bakran. 2002. Konseling
dan Terapi Islam.
Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. 2008. Kamus
Besar Bahasa Indonesia
Edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Sosial RI. 1995.
Pedoman Penyelenggaraan
Pembinaan Kesejahteraan
Panti Asuhan. Jakarta: Balai Pustaka.
Djatmika, Rahmat. 1992. Sistem
Etika Islami (Akhlak Mulia). Jakarta: Pustaka Panjimas. El-Jazairi, Abu Bakar Jabir. 1993.
Pola Hidup Muslim.
Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Gazalba, Sidi. 1973. Sistematika
Filsafat buku .Jakarta:
Bulan Bintang.
Hadi, Sutrisno. 1991. Metodelogi Research. Yogyakarta: Andi Offset.
Ilyas, Yunahar. 2000. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: LPPI.
Kartini, Kartono. 1996. Pengantar Metodelogi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju.
Moleong. 2004. Metodologi
12
Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Mushthafa, Ahmad. 1989. Terjemah
Tafsir Al-Maraghi.
Semarang: Toha Putra.
Nata, Abuddin. 2000. Akhlak
Tasawuf. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Poerwadarminta. 1993. Kamus
Umum Indonesia.Jakarta:
Balai Pustaka.
Riduwan. 2010. Skala Pengukuran
Variable-Variabel
Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Subagyo. 1997. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana. 2004. Manajemen Program
Pendidikan untuk
Pendidikan Nonformal dan
Pengembangan Sumber
Daya Manusia. Bandung:
Falah Production.
Syarief, Ahmad Hamid. 1996.
Pengembangan Kurikulum.
Surabaya: Dina Ilmu.
Zabidi, Imam. 2001. Ringkasan
Shoheh Bukhori. Bandung: MIZAN.
Zainuddin, dkk. 1991. Seluk Beluk Pendidikan Dari Al Ghazali. Jakarta: Bumi Aksara. (http://dianifan.blogspot.com/2012/0
8/panti-asuhan.html diakses Senin, 10 Juni 2013).
(http://fadikusumo.staff.ugm.ac.id/art
ikel/hikmah2.html diakses