• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan modul fluida statis berbasis outdoor contextual experiment untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sma ARTIKEL. ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan modul fluida statis berbasis outdoor contextual experiment untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sma ARTIKEL. ARTIKEL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

PENGEMBANGAN MODUL FLUIDA STATIS BERBASIS

OUTDOOR CONTEXTUAL EXPERIMENT UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA

Rozichin1, Suparmi2, Sukarmin3

1

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia

rozichint@student.uns.ac.id

2

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia

soeparmi@staff.uns. ac.id

3

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia

sukarmin67@staff.uns. ac.id

Abstrak

Ketidaksesuaian kondisi lapangan dengan standar nasional pendidikan begitu sangat mencolok di daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal sehingga melemahkan motivasi belajar siswa. Tujuan penelitian adalah 1) mengembangkan modul fluida statis berbasis Outdoor Contextual Experiment, 2) menganalisis kelayakan dan efektivitas modul fluida statis berbasis Outdoor Contextual Experiment, 3) meningkatkan motivasi belajar siswa melalui penggunaan modul fluida statis berbasis Outdoor Contextual Experiment. Penelitian pengembangan menggunakan metode Research and Development (R & D) mengacu pada model Borg & Gall dengan langkah-langkah, yaitu penelitian dan pengumpulan informasi awal dengan melakukan observasi penerapan standar nasional pendidikan di SMA Insan Madani Aceh Selatan dan studi pustaka, perencanaan pembuatan modul yang didasarkan karakteristik pembelajaran kontekstual, pengembangan draft I dilanjutkan dengan validasi oleh ahli materi, media, dan bahasa kemudian direvisi menjadi draft II, uji coba awal untuk mengetahui respon guru dan siswa terhadap modul, revisi produk tahap I menghasilkan draft III, uji coba lapangan draft III pada 36 siswa kelas X SMA Insan Madani Aceh Selatan, dan revisi produk tahap II menghasilkan darft IV. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian adalah 1) modul fluida statis berbasis outdoor contextual experiment dikembangkan berdasarkan karakteristik pembelajaran kontekstual dengan eksperimen pada tahap inkuiri dilakukan di luar ruang kelas dengan alat dan bahan dilengkapi siswa di sekitar lingkungan sekolah, motivasi belajar ditumbuhkan melalui, a) pertanyaan yang menarik dan terkait dengan kehidupan sehari-hari pada fase bertanya, b) daya cipta dan lingkungan belajar yang aman, positif dan mudah diakses pada fase inkuiri dan masyarakat belajar, c) materi yang aplikatif dan bermanfaat pada fase pemodelan, d) dan pendidikan nilai pada fase refleksi dan penilaian autentik. 2) modul fluida statis berbasis outdoor contextual experiment layak dan efektif digunakan berdasarkan (a) hasil validasi oleh dosen ahli, dan guru, (b) hasil penilaian siswa dan guru pada tahan uji coba awal, serta uji coba lapangan. 3) Penggunaan modul fluida statis berbasis outdoor contextual experiment sangat baik dalam meningkatkan motivasi belajar.

Kata kunci: modul, outdoor contextual experiment, motivasi, Borg and Gall.

Pendahuluan

Hakikat fisika sebagai produk, proses, dan sikap, dalam pembelajaran fisika disemua jenjang pendidikan termasuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), harus memperhatikan Standar Nasional Pendidikan Indonesia termasuk dalam hal standar proses, standar isi,

standar penilaian, dan standar kometensi lulusan.

(2)

commit to user

2

(4) membentuk hipotesis, (5) memprediksi dari hipotesis yan diajukan, (6) melakukan eksperimen (menguji hipotesis), (7) evaluasi dan analisis, (8) meninjau dan evaluasi dengan kawan sebaya, (10) publikasi (Christine, 2005: 2). Hal ini tidak jauh berbeda dengan kompetensi yang diharapkan dari pembelajaran fisika dalam standar isi pada kurikulum 2013, yaitu merumuskan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena fisika benda, merumuskan hipotesis, mendesain dan melaksanakan eksperimen, melakukan pengukuran secara teliti, mencatat dan menyajikan hasil dalam bentuk tabel dan grafik, menyimpulkan, serta melaporkan hasilnya secara lisan maupun tertulis (Salinan Permendikbud no. 64. 2013: 69).

Standar penilaian menekankan bahwa hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Dalam pembelajaran fisika, penilaian semua kompetensi tersebut bisa dilakukan bergantung pada proses pembelajaran yang digunakan. Karena memang fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat memungkinkan untuk menilai ketiga kompetensi tersebut dalam setiap materinya (Salinan Permendikbud no. 66. 2013: 1-5).

Penerapan standar proses, standar isi, dan standar penilaian bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sikap, yaitu memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia, memiliki kompetensi pengetahuan, yaitu memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian, serta memiliki kompetensi keterampilan, yaitu memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan

konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri (Salinan Permendikbud no. 54. 2013: 3).

Kondisi ideal seperti yang telah dijabarkan dalam standar proses, standar isi, standar penilaian, dan standar kompetensi ternyata banyak ketidaksesuaian dengan fakta, hal ini terlihat di lapangan saat menilik kondisi sekolah di daerah 3T. Revisi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah (Renstra Ditjen Dikmen 2010-2014: 17) tahun 2012 menunjukkan kepada rakyat kekurang maksimalan dalam menerapkan definisi pendidikan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 angka 1, sebanyak 78,8% Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia belum memiliki fasilitas laboratorium fisika. Inilah yang juga ditemui oleh peneliti di SMA Insan Madani Aceh Selatan, sekolah belum memiliki perlengkapan laboratorium Fisika yang memadai karena memang merupakan SMA yang berada pada daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal). Pembelajaran fisika untuk kelas X sekolah hanya mempunyai jangka sorong dan pegas yang bisa dipakai guru untuk menerapkan pembelajaran saintifik. Sehingga tidak heran, berdasarkan wawancara, kelas X tidak pernah melakukan kegitan praktikum. Begitu juga untuk kelas XI dan kelas XI. Pembelajaran fisika didominasi dengan pemberian soal, diberi penjelasan dan siswa mengerjakan soal yang diberikan, serta belum dilakukannya penilaian terhadap aspek sikap dan keteramilan. Belum maksimalnya standar proses, standar isi, dan standar penilaian inilah yang selanjutnya membuat siswa merasa bahwa fisika penuh dengan rumus dan hitungan yang membuat motivasi belajar siswa menjadi lemah, keikutsertaan dalam kegiatan pembelajaran menjadi semakin rendah terutama siswa yang memiliki kemampuan berhitung lemah.

(3)

commit to user

3

tangan di dalam kelas dengan mengerjakan soal tanpa gerak anggota tubuh lain hendaknya semakin dikurangi karena hanya akan membuat sebagian besar siswa yang lemah dalam perhitungan semakin menurun motivasi belajarnya apalagi SMA Insan Madani Aceh Selatan merupakan sekolah berasrama yang memiliki kegiatan padat sehingga siswa akan cepat mengantuk jika merasa pembelajaran tidak memberikan pemahaman pada dirinya.

Permasalahan yang teridentifikasi memberikan petunjuk untuk menentukan jenis penelitian yang tepat guna memecahakan masalah yang ada, yaitu dengan pembuatan modul. Modul yang akan dikembangkan tentu didasarkan pada permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar SMA di daerah 3T, yaitu belum maksimalnya standar proses, standar isi, dan standar penilaian. Modul fisika yang akan dibuat didasarkan pada karakteristik pembelajaran kontekstual yang memberikan kegiatan percobaan dengan alat dan bahan yang tersedia di sekitar sekolah atau dibawa oleh siswa dan dilakukan di luar ruangan kelas.

Pembelajaran di luar ruangan berdasarkan hasil penelitian memiliki beberapa manfaat. Hayden (2007: 6) menyimpulkan bahwa pembelajaran di luar ruangan memiliki efek yang positif terhadap motivasi belajar siswa dikarenakan siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran. Hal ini sangat jauh berbeda dengan kekawatiran guru, yaitu pembelajaran di luar ruangan akan menjadikan siswa tidak terkontrol dan justru siswa semakin tertarik untuk mengikuti pembelajaran dibanding pembelajaran di dalam ruangan. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan, termasuk kegiatan-kegiatan mengamati, pengumpulan data, perekaman, dan pengukuran. Kesemuanya bisa dilakukan dengan kerja secara kelompok guna mengembangkan kemapuan komunikasi siswa.

Pembelajaran di luar ruangan dengan siswa mengamati, mengukur, dan

mengumpulkan data terhadap

fenomena/situasi nyata di lingkungan sekitar merupakan salah satu ciri pembelajaran kontekstual. Dengan pembelajaran kontekstual akan membantu siswa mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan

sehari-hari sehingga siswa mengetahui manfaat dari pembelajaran yang dilakukan. Dengan mengetahui manfaat dari materi yang dipelajari tentu siswa akan semakin tertarik karena mereka mengetahui kebermaknaan dari materi yang dia pelajari dalam kehidupan sehari-hari, disinilah awal munculnya motivasi siswa (Robert, 2001: 2).

Solusi dari permasalahan pembelajaran di daerah 3T serta mempertimbangkan manfaat dari pembelajaran di luar ruangan penting dilakukan penelitian pengembangan dengan judul “Pengembangan Modul Fluida Statis Berbasis Outdoor Contextual Experiment untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMA”. Penelitian dan pengembangan ini bertujuan untuk: 1) Mengembangkan modul fluida statis berbasis Outdoor Contextual Experiment, 2) Menganalisis kelayakan dan efektivitas modul fluida statis berbasis Outdoor Contextual Experiment, 3) Meningkatkan motivasi belajar siswa melalui penggunaan modul fluida statis berbasis Outdoor Contextual Experiment.

Metode Penelitian

Penelitian dan pengembangan ini bertujuan menghasilkan produk pembelajaran berupa modul fluida statis, sehingga digolongkan dalam penelitian Education Research and Development (R & D). Model pengembangan pada penelitian ini mengikuti langkah-langkah Borg dan Gall, antara lain: tahap penelitian dan pengumpulan informasi awal, perencanaan, pengembangan produk awal, uji coba awal, revisi produk tahap I, uji coba lapangan, dan revisi produk tahap II.

(4)

commit to user

4

digunakan untuk menilai kompetensi sikap, keterampilan, dan motivasi. Pengisian angket untuk memperoleh data motivasi siswa.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penelitian ini menghasilkan produk pembelajaran berupa modul fluida statis berbasis outdoor contextual experiment untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil penelitian dan pembahasan sebagai berikut:

Tahap Penelitian dan Pengumpulan Informasi Awal dilakukan wawancara, studi literatur, dan observasi lapangan penerapan Standar Nasional Pendidikan Indonesia, khususnya dalam menciptakan pembelajaran fisika yang efektif, menarik, dan bermanfaat. Titik berat observasi diantaranya standar proses, standar isi, dan standar penilaian. Hasil observasi terhadap standar penilaian menerangkan bahwa meskipun kelas X di SMA Insan Madani Meukek Aceh Selatan telah menerapkan kurikulum 2013, kenyataannya penilaian yang dilakukan guru belum menyangkut penilaian sikap dan keterampilan. Hal ini tidak selaras dengan kurikulum 2013 pada undang-undang no.20 tahun 2003, yaitu pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Dengan kata lain penilaian pendidikan tidak hanya menekankan pada aspek pengetahuan sehingga kecerdasan siswa bertambah namun juga harus dilakukan penilaian sikap supaya siswa kita memiliki kekuatan spiritual, kepribadian dan akhlak mulia yang luhur serta penilaian keterampilan yang diperlukan untuk dirinya kelak, masyarakat, bangsa, dan Negara (Salinan Permendikbud no. 66. 2013: 1-5).

Observasi terhadap standar proses memperlihatkan bahwa pembelajaran fisika lebih terfokus pada soal. Diawal masuk kelas guru menjelaskan materi selanjutnya siswa diberi soal untuk dikerjakan secara berkelompok. Sejak awal masuk sampai penelitian ini dilakukan kelas X SMA Insan Madani Aceh Selatan tahun ajaran 2015/2016 belum pernah sekalipun melakukan kegiatan

percobaan/pengamatan. Hal ini tidak sejalan dengan Standar Proses Pendidikan Indonesia, pengetahuan fisika dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Untuk memperkuat pendekatan saintifik, sangat disarankan untuk menerapkan belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok, disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (Salinan Permendikbud no. 65. 2013: 1-3).

Observasi terhadap standar isi menunjukkan bahwa pembelajaran fisika kurang sesuai dengan standar isi kurikulum 2013, yaitu merumuskan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena fisika benda, merumuskan hipotesis, mendesain dan melaksanakan eksperimen, melakukan pengukuran secara teliti, mencatat dan menyajikan hasil dalam bentuk tabel dan grafik, menyimpulkan, serta melaporkan hasilnya secara lisan maupun tertulis. Ketidaksesuaian ini karena pembelajaran yang didominasi dengan mengerjakan soal, siswa belum dilatih untuk merumuskan hipotesis, mendesain dan melaksanakan eksperimen, melakukan pengukuran, mencatat dan menyajikan hasil dalam bentuk tabel dan grafik dalam pembelajaran.

Wawancara kepada siswa menunjukkan bahwa pembelajaran yang diawali dengan menjelaskan dan dilanjutkan dengan mengerjakan soal menjadikan kebanyakan siswa berkurang motivasi belajarnya. Siswa juga menjelaskan bahwa sangat jarang guru mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari.

(5)

commit to user

5

diterapkan. Inilah keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran kontekstual. Keuntungan lain dengan diterapkannya pembelajaran kontekstual adalah, (a) siswa lebih responsif ketika mengaplikasikan pengetahuan dan kemapuannya dalam situasi dunia nyata, (b) siswa kemungkinan besar akan lebih aktif ikut serta dalam pembelajaran ketika diaplikasikan secara langsung dengan kehidupan keluarga, masarakat, karir masa depan, (c) orang tua, siswa, dan anggota komiutas semua bisa menggunakannya (Smith, 2010: 26).

Dengan didasarkan pada masalah utama berupa tidak maksimalnya standar proses, standar isi, dan standar penilaian serta rendahnya motivasi siswa karena kegiatan pembelajaran dengan mengerjakan soal, maka pengembangan modul fluida statis berbasis outdoor contextual experiment untuk meningkatkan motivasi siswa adalah pilihan yang tepat. Hayden (2007: 2) menjelaskan bahwa pembelajaran luar ruangan yang efektif akan memberikan dampak positif terhadap motivasi belajar siswa, membantu siswa mempraktikan kerja tim, kemampuan komunikasi, memberikan kemungkinan pertanyaan yang bersifat menarik keingintahuan siswa dan menemukan jawabannya. Menurut Sitepu dalam Astawan (2013: 5) Pengembangan modul pembelajaran diharapkan mampu mengatasi tidak tersedianya sumber belajar yang sesuai. Dalam proses belajar dan membelajarkan, sumber belajar dapat berfungsi untuk (1) mempercepat laju belajar dan membantu pendidik menggunakan waktu secara lebih efisien sehingga meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar; (2) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah peserta didik; (3) memberikan kemungkinan belajar bersifat lebih individual dengan jalan mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan kemampuannya; (4) memberikan dasar yang lebih ilmiah dengan jalan merencanakan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (5) mengembangkan bahan pembelajaran yang dilandasi penelitian.

Tahap Perencanaan, Penyusunan perangkat pembelajaran berupa RPP

didasarkan pada karakteristik pembelajaran kontekstual. Implementasi karakteristik kontekstual dalam proses belajar dan pembelajaran menurut Jumadi (2003: 1) antara lain:

a.Konstruktivisme, siswa membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru melalui proses interaksi sosial dan asimilasi-akomodasi.

b.Inquiry atau menyelidiki, proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.

c.Bertanya atau questioning yang dilakukan baik oleh guru maupun siswa.

d.Masyarakat belajar, sekelompok orang (siswa) yang terikat dalam kegiatan belajar, tukar pengalaman, dan berbagi pengalaman.

e.Pemodelan, proses penampilan suatu contoh agar orang lain (siswa) meniru, berlatih, menerapkan pada situasi lain, dan mengembangkannya.

f. Penilaian autentik dilakukan penilaian produk, penilaian kinerja (performance), potofolio, tugas yang relevan dan kontekstual, penilaian diri, penilaian sejawat dan sebagainya.

g.Refleksi, evaluasi dan instropeksi terhadap kegiatan belajar yang telah dilakukan.

Pada fase perencanaan juga dibuat Lembar Kerja Siswa, instrumen penilaian sikap dan keterampilan, soal evaluasi dan instrumen penilaian motivasi siswa. Indikator dari penilaian sikap dikembangkan dari Panduan Pendidikan Karakter Bangsa, Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Indikator penilaian keterampilan diambil dari Permendikbud no. 64 tahun 2013. Indikator penilaian motivasi siswa dikembangkan dari jurnal yang ditulis oleh Kaylene (2011: 2) yang berjudul Five key ingredients for improving student motivation.

(6)

commit to user

6

Program Magister Pendidikan Sains Universistas Sebelas Maret, sedangkan validator bahasa dari dua guru fisika yang memiliki pengalaman mengajar lebih dari lima tahun.

Tabel 1.HasilValidasi Para Validator

Validator Skor Skor ideal Kategori

Materi 3.58 4 Sangat Baik

Media 3.63 4 Sangat Baik

Bahasa 3.67 4 Sangat Baik

Hasil validasi oleh validator materi diperoleh skor 3.58 yang dikategorikan sangat

baik. Hasil validasi oleh validator media diperoleh skor 3,68 dengan kategori sangat baik. Hasil validasi oleh 2 validator bahasa diperoleh skor masing-masing 3,44 dan 3.89 dengan rata-rata skor keduanya sebesar 3,67 sehingga dapat dikategorikan sangat baik. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran layak untuk diuji coba secara terbatas dengan melakukan

beberapa perbaikan.

Tabel 1. Saran dan Hasil Perbaikan dari Validator

Saran Perbaikan

Validator Materi

Gambar kayu harusnya memiliki ukuran sama logam Gambar kayu diubah dengan ukuran sama dengan logam

Penjelasan gambar kapal emma maersk yang mampu mengangkut 18.000 peti kemas tidak perlu dituliskan

Keterangan gambar disederhanakan tanpa memunculkan kemampuan dari kapal.

Gambar beban yang ditimbang di udara dengan gambar yang di timbang di air hendaknya memiliki garis penunjuk skala pada pegasnya dan bisa terbaca oleh siswa

Gambar telah diedit dengan menambahkan garis putus-putus serta penunjukkan skala yang mempertegas selisih hasil pengukuran ketika ditimbang di udara dan di air.

Gambar volume air sebelum dan sesudah benda dicelupkan hendaknya juga diberi tanda yang bisa terbaca siswa

Menambahkan garis putus-putus untuk mempertegas selisih volume air sebelum dan sesudah benda tercelup.

Siswa diberi pertanyaan, cara pembacaan skala pegas saat beban dicelupkan penuh dan berada diposisi dekat permukaan, di tengah wadah, dan mendekati dasar wadah. Selanjutnya siswa disuruh memberikan alasan.

Disisipkan pertanyaan tambahan yang menanyakan cara pembacaan skala pegas saat beban dicelupkan penuh dan berada diposisi dekat permukaan, di tengah wadah, dan mendekati dasasr wadah.

Gambar volume lambung kapal yang tercelup tidak terlihat, seharusnya warna air laut diberi

Gambar diedit dengan penambahan warna air laut.

Gambar gas yang disemburkan pada balon udara serta penumpangnya sebaiknya diberi .

Gambar diedit dengan menambahkan panah dan gambar ranjang balon udara.

Gambar bola disertai gambar panah tekanan atmosfer (Po) yang arahnya ke bawah.

Gambar diedit dengan menambahkan panah yang mengarah ke bawah menunjukkan tekanan atmosfer.

Penulisan “dimana:…” untuk menjelaskan simbol dalam persamaan yang diperoleh sebaiknya dihilangkan

Penjelasan simbol dijabarkan dalam bentuk paragraf yang komunikatif

Pada kondisi tenggelam, ditambah keterangan bahwa, gaya normal lebih besar dibandingkan dengan gaya apung. Oleh karena itu pada saat kondisi tenggelam gaya apung bisa diabaikan

Memberi keterangan tambahan bahwa pada kondisi tenggelam gaya apung memiliki nilai lebih kecil dari pada gaya normal, dan akan semakin besar selisihnya jika massa benda semakin besar.

Gambar mahkota sebaiknya diganti dengan gambar cincin. Keterangan gambar mahkota dirubah menjadi cincin

Penyelesaian pada contoh soal sebaiknya diberi cara memperoleh satuan dari besaran yang ditanyakan

Disetiap alur penyelesaian dimasukkan satuan serta cara pengeliminasian.

Gambar pipa U diperbaiki supaya ujung yang terbuka tidak seolah-olah tertutup

Lubang pada ujung terbuka diperbesar dehingga terlihat lebih jelas.

jika ada gambar yang sama maka dibagian yang membutuhkan gambar tersebut diberi rujukan gambar yang dibutuhkan

Gambar dongkrak hidrolik dikurangi jumlahnya dengan menambahkan rujukan gambar.

Gambar panah yang menunjukkan gaya adhesi, gaya kohesi dan

resultan dari keduanya haruslah sesuai dengan

kecekungan/kecembungan dari cairan yang ada

Gambar diedit dengan arah panah resultan dari gaya adhesi dan gaya kogesi mengarah sesuai kecekungan/kecembungan fluida

Validator Media

Urutan font dari sapul depan, halaman sampul disesuaikan dengan petunjuk.

Ukuran font sampul depan dan halaman sampul telah disesuaikan dengan petunjuk

Penulisan penulis, desain layout, pembuat sampul depan jika hanya satu orang harap disederhanakan/digabung

Penulisan nama pembuat sampul dan desain sampul disatukan

Kata pengantar disederhanakan, diberi ucapan terima kasih kepada pihak yang membantu pengerjaan modul

Dimasukkan ucapan terima kasih kepada pihak yang membantu penyelesaian modul pada kata pengantar

Penulisan sub judul dalam daftar isi disingkat jika terdapat kesamaan.

Penulisan Langkah-langkah pembelajaran kontekstual dalam daftar isi disederhanakan

Penulisan daftar gambar menggunakan kata-kata yang sederhana, ringkas, dan jelas, serta huruf capital diawal kata

Keterangan gambar dalam modul dirubah lebih sederhana, ringkas dan jelas serta menggunakan huruf capital diawal kata

Penggunaan kata ganti orang tidak diperbolehkan Semua kata ganti orang dihilangkan/dirubah

Kalimat yang bersama gambar memiliki ukuran dan jenis dengan font pada teks lainnya

Kalimat yang menyertai gambar disesuaikan dengan jenis dan ukuran font dalam teks.

Semua teks dalam modul ditulis rata kanan kiri Teks diedit rata kanan dan kiri

Diberi keterangan yang menyatakan percobaan di luar ruangan, disertai aturan yang jelas.

Ditambahkan aturan dan sanksi sehingga pembelajaran di luar ruangan menjadi lebih disiplin

Pembelajaran yang dilakukan di luar ruangan tidak sekedar memindahkan tempat dari dalam kelas menjadi di luar kelas,

(7)

commit to user

7

acuan alat bahan yang perlu dicari diberi keterangan. diperlukan di sekitar lingkungan sekolah

Validator Bahasa

Kesalahan pengetikan karena program autotext, penggunaan pangkat dan spasi yang masih menyatu

Semua kesalah diperbaiki dan disesuaikan dengan penulisan yang benar

Tujuan pembelajaran usahakan bersifat harapan Membuang kata “yang akan dimiliki siswa”

Model peta konsep standar, usahakan ada unsur visual. Peta konsep diberi gambar dari penerapan materi yang dibahas

Kalimat yang menunjukkan konsep inti dari materi yang dibahas perlu diberi tanda khusus.

Kalimat yang menunjukkan konsep di underline

Penggunaan kata “berat jenis” dan “massa jenis” disesuaikan. Mengganti berat jenis menjadi massa jenis.

Persamaan yang jarang ditemui diberi tanda khusus Persamaan F1.d1 = F2.d2 diberi bingkai

Penggunaan kata konsisten Menetapkan kata “di atas permukaan” dan

“superhydrophobic” yang digunakan dalam modul Siswa diberi ruang untuk memahami kecepatan terminal

sebelumnya.

Memberikan definisi kecepatan terminal pada bagian “kontruksi konsep”

Saran dan perbaikan dari semua validator selanjunya dijadikan dasar dalam memperbaiki modul. Namun tidak semua saran yang diberikan digunakan sebagai dasar dalam memperbaiki modul, perbaikan yang berkaitan dengan konsep dari isi modul yang disarankan oleh validator isi yang bertentangan persepsi dosen pembimbing maka dipilih konsep yang telah matang antara validator dan dosen pembimbing.

Dengan memperhatikan skor yang diperoleh dari validator materi, media, dan bahasa yang dikategorikan sangat baik maka dapat ditarik kesimpulan bahwa modul fluida statis berbasis outdoor contextual experiment untuk meningkatkan motivasi siswa layak digunakan.

Draf I modul yang diperbaiki menjadi draf II yang siap diuji coba awal untuk mengetahui respon siswa dan guru.

Tabel 3. Hasil Penilaian Guru dan Siswa Terhadap Modul pada Uji Coba Terbatas

Aspek Guru Siswa Skor ideal Kate gori

Materi 3.82 3.83 4 Sangat baik

Media 3.69 3.93 4 Sangat baik

Bahasa 3.44 3.43 4 Baik

Tahap Uji coba awal modul fluida statis berbasis outdoor contextual experiment dilakukan pada 6 siswa kelas X SMA Insan Madani Aceh Selatan dan 1 guru fisika kelas X. Penilaian siswa terhadap aspek materi pada modul dikategorikan sangat baik dengan skor rata-rata 3.83, pada aspek media juga berada pada kategori sangat baik dengan skor 3.93. Sedangkan penilaian siswa pada aspek bahasa pada kategori baik dengan skor 3.43. Penilaian oleh guru pada tahap uji coba awal pada aspek materi mendapatkan skor penilaian 3.82 dengan kategorik sangat baik, pada aspek media mendapatkan skor penilaian 3.69 dengan kategori sangat baik. Sedangkan pada aspek bahasa mendapatkan penialain 3.44 dengan kategori baik. Dari hasil respon guru dan siswa pada uji coba awal disimpulkan bahwa modul fluida statis berbasis outdoor contextual experiment layak untuk digunakan.

Revisi produk tahap I dilakukan sesuai saran dan masukan dari siswa dan guru pada uji coba terbatas.

Tabel 4. Saran dan Hasil Perbaikan dari Uji Coba Terbatas

Saran Perbaikan

Kata-kata banyak yang salah penulisannya Kata-kata yang salah pengetikannya dibenahi

Kalimat susah dipahami “…merupakan fungsi dari

kerapatan…” Kalimat diganti dengan “…diengaruhi oleh massa jenis…”

Tetapan seperti massa jenis beberapa contoh fluida, tekanan atmosfer sebaiknya diletakkan pada bagian tetapan tersebut digunakan dalam hitungan.

Tetapan yang diperlukan dalam hitungan semisal massa jenis fluida yang digunakan, tekanan atmosfer telah dicantumkan

Langkah kerja dalam percobaan lebih mudah dimengerti biar tidak menyulitkan saat percobaan

Memperbaiki kesalahan pengetikan serta mengajak siswa untuk membaca kalimat langkah kerja pelan-pelan.

Penomoran tabel pada bagian langkah percobaan ada yang salah sehingga membingungkan saat mengisikan data

Menyesuaikan penomoran tabel tempat pengisian data pada langkah kerja

Perbedaan yang diharapkan pada gambar balon yang dibawa menyelam tidak begitu terlihat sehingga menyulitkan saat menjawab pertanyaan yang ada

Mencerahkan kontras dari file gambar penyelam yang membawa balon serta menambah garis kuning sehingga ukuran balon lebih terlihat

Soal pipa U yang diisi beberapa fluida sekaligus tidak diberi ketinggian beberapa fluida sehingga soal tidak bisa dijawab

Menambahkan ketinggian air dan raksa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan ketinggian minyak dalam pipa U Kecepatan terminal, yaitu percepatan benda nol maka yang

berlaku hukum Newton I bukan hukum Newton II

Mengganti menjadi hukum Newton I

Hasil dari revisi draft II modul menghasilkan draft III yang siap dilakukan uji coba lapangan. Tidak semua saran yang

(8)

commit to user

8

dilakukan perbaikan membuat keambiguan terhadap siswa yang lain maka saran tersebut tidak dimasukkan

Tahap Uji coba lapangan dilakukan pada 36 siswa kelas X SMA Insan Madani Aceh Selatan. Hasil uji coba lapangan aspek pengetahuan berupa nilai tes siswa setelah diberi modul fluida statis berbasis outdoor contextual experiment. Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar aspek pengetahuan siswa, persentase siswa yang lulus KKM sebelum menggunakan modul sebesar 17,4% meningkat menjadi 44,4%. Begitu juga dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa meningkat dari yang semula hanya 51,5 menjadi 71,8.

Tabel 5. Data Hasil Belajar Aspek Pengetahuan

Aspek

Sebelum Memakai

Modul

Setelah Memakai

Modul

Nilai Max 100.0 90.6

Nilai Min 15.0 37.5

Rata-Rata 51.5 71.8

Standar Deviasi 24.5 13.7

Persentase Siswa Di

atas KKM 17.4 44.4

Penilaian hasil belajar aspek sikap dilakukan dengan mengobservasi siswa dalam pembelajaran. Indikator penilaian sikap antara lain kerja sama, jujur, tanggung jawab, dan cinta lingkungan. Data hasil belajar aspek sikap yang diperoleh selanjutnya dikorversi dalam skala 100.

Gambar 1. Grafik Peningkatan Hasil Belajar aspek Sikap Siswa

Hasil belajar aspek sikap siswa mengalami peningkatan dalam setiap observasi yang dilakukan. Dari yang semula 87.3 pada observasi I meningkat drastis pada observasi II, III, dan IV masing-masing menjadi 96.2, 98.7, dan 99.6.

Penilaian hasil belajar aspek keterampilan dilakukan dengan mengobservasi mencocokkan tingkah laku siswa dengan indikator yang dikembangkan. Indikator penilaian keterampilan antara lain

terampil, teliti, laporan percobaan, dan alat dan bahan yang digunakan. Data hasil belajar aspek keterampilan yang diperoleh selanjutnya dikorversi dalam skala 100.

Hasil belajar aspek keterampilan siswa mengalami peningkatan dalam setiap observasi yang dilakukan. Pada observasi I diperoleh skor 81.4 dan mengalami peningkatan pada observasi II, III, dan IV masing-masing menjadi 90.7, 91.1, dan 95.3.

Gambar 2. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan Sikap Siswa

Penilaian motivasi belajar dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui angket dan melalui observasi. Analisis terhadap data hasil angket dilakukan dengan dua tahap, yaitu melihat N gain dari rata-rata pretest dan rata-rata posttest, selanjutnya tahap untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan modul dilakukan dengan uji nonparametrik Wilcoxon. Uji untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar sebelum dan sesudah menggunakan modul menggunakan uji nonparametrik dikarenakan angket yang disebarkan menggunakan skala ordinal 4, 3, 2, dan 1.

Tabel 6. Skor Motivasi Siswa Berdasarkan Penilaan Angket

Data Mean Mak Min Gain

Pretest 73.2 84.7 59.7

0.79

Posttest 94.3 100 73.4

Data yang ditunjukkan Tabel 6 selain menunjukkan peningkatan motivasi belajar siswa juga menunjukkan bahwa modul fluida statis berbasis outdoor contextual experiment dapat meningkatkan motivasi siswa dengan N gain sebesar 0,79 yang peningkatannya dikategorikan sangat baik. Selanjutnya Berdasarkan Wilcoxon Signed Ranks Test yang dilakukan diperoleh Asymp. Sig. (2-tailled) dibawah 0,05 yaitu 0,000. Hal ini menunjukkan ada perbedaan motivasi belajar sebelum dan sesudah diberi modul fisika berbasis outdoot contextual experiment pada materi fluida statik yang telah dikembangkan.

87.3

96.2 98.7

99.6

80.0 85.0 90.0 95.0 100.0 105.0

I II III IV

81.4

90.7 91.1 95.3

70 80 90 100

(9)

commit to user

9

Hasil observasi terhadap motivasi siswa menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dari skor rata-rata awal pada observasi I sebesar 86.8 menjadi 96.9 pada observasi II.

Secara keseluruhan hasil belajar aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan menunjukkan peningkatan dengan pemberian modul fluida statis berbasis outdoor contextual experiment. Begitu juga dengan motivasi belajar siswa yang menunjukkan peningkatan yang sangat baik. Hasil ini telah menguatkan teori awal, bahwa pembelajaran fisika yang mengikuti hakikat fisika sebagai sikap, proses, dan produk mampu membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang diberikan. Sehingga siswa termotivasi melakukan metode saintifik untuk mendapatkan pemahaman yang kuat terhadap teori-teori/hukum-hukum pada Fisika.

Hakikat Fisika sebagai proses menekankan pembelajaran dilakukan dengan metode saintifik. Dalam metode saintifik siswa melakukan pembentukan pengetahuan secara mandiri dengan aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna terhadap materi yang dipelajari. Hal ini sesuai filsafat konstruktivisme yang beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia. Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dalam pembelajaran fisika, siswa disediakan lingkungan belajar yang mengaitakan pokok materi ajar dengan kehidupan/dunia nyata. Lingkungan belajar yang juga memberikan kesempatan untuk mengeluarkan ide yang dimiliki siswa. Ide yang mereka dapat dari kehidupan sosial dan budaya disekitarnya yang kemungkinan besar bisa menjadi solusi dari permasalahan yang diberikan oleh guru. (Svein, 2007: 3).

Salah satu pembelajaran yang secara praktis mengkaitkan materi ajar dengan persoalan dunia nyata adalah pembelajaran kontekstual. Hal ini sesuai dengan prinsip pelaksanaan belajar dan pembelajaran kontekstual yang dikemukakan Smith (2010: 23) antara lain, (1) mengijinkan guru untuk mengaitkan materi pembelajaran dengan

kebutuhan dunia nyata siswa, baik dirumah, dunia kerja, atau komunitas tertentu. (2) membantu siswa mentransfer pengetahuan

dan mengembangkan kemampuan

menyelesaikan masalah, yang dipelajari di sekolah untuk diterapkan pada kehidupan.

Pembelajaran kontekstual dengan menggunakan metode saintifik tidak terbatasi oleh alat dan bahan yang ada di laboratorium, karena guru bisa mengajak siswa untuk mencari alat dan bahan tersebut di sekitar sekolah. Bahkan pembelajaran di luar kelas berdampak positif ketika diiringi dengan prosedur kerja, aturan dan larangan yang jelas. Hayden (2007: 2) menjelaskan bahwa pembelajaran luar ruangan yang efektif akan memberikan dampak yang positif terhadap motivasi siswa untuk belajar, membantu siswa mempraktikan kerja tim, kemampuan komunikasi, memberikan kemungkinan pertanyaan yang bersifat menarik keingintahuan siswa dan menemukan jawabannya. Meningkatnya motivasi belajar menjadikan siswa mampu mencapai prestasi setinggi-tingginya, hasil belajar aspek pengetahuan meningkat seperti yang terjadi pada siswa SMA Insan Madani Aceh Selatan setelah menggunakan modul fluida statis berbasis outdoor contextual experiment yang dikembangkan berdasarkan pembelajaran kontektual dengan melakukan kegiatan eksperimen di luar ruangan.

Tahap Revisi Produk, Temuan-temuan yang diperoleh selama uji coba lapangan baik dari siswa maupun dari guru dicatat oleh peneliti untuk dilakukan perbaikan. Penelitian dan pengembangan hanya sampai tahap revisi produk, diseminasi tidak bisa dilakukan peneliti dikarenakan keterbatasan dana penelitian wilayah penelitian yang luas dan berbukit, serta konektvitas yang belum memadai.

Simpulan dan Saran

(10)

commit to user

10

Pada fase inkuiri kegiatan pembelajaran dilakukan dengan eksperimen yang dilakukan di luar ruangan dengan alat dan bahan dieroleh siswa dari lingkungan sekitar sekolah. Motivasi belajar ditumbuhkan melalui, a) pertanyaan yang menarik dan terkait dengan kehidupan sehari-hari pada fase bertanya, b) daya cipta dan lingkungan belajar yang kondusif pada fese inkuiri dan masyarakat belajar, c) materi yang aplikatif dan bermanfaat pada fase pemodelan, d) dan pendidikan nilai pada fase refleksi dan penilaian autentik; 2) Berdasarkan validasi ahli media, ahli materi, ahli bahasa, respon guru dan siswa menunjukkan bahwa modul fluida statis berbasis outdoor contextual experiment layak digunakan; 3) Penggunaan modul fluida statis berbasis outdoor contextual experiment untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMA yang tercermin dari gain skor data hasil angket sebesar 0,79 yang peningkatannya dapat dikategorikan sangat baik. Mampu meningkatkan hasil belajar aspek pengetahuan siswa terlihat dari persentase siswa yang lulus KKM sebelum menggunakan modul sebesar 17,4% meningkat menjadi 44,4%. Sedangkan peningkatan hasil belajar aspek afektif dan keterampilan juga mengalami peningkatan disetiap observasi yang dilakukan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa modul fluida statis berbasis outdoor contextual experiment efektif meningkatkan motivasi belajar siswa, hasil belajar aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Sumbangan ide dan wawasan berkaitan dengan peningkatan aktivitas belajar siswa yaitu: (1) kepada guru, pembelajaran yang dilakukan di luar ruangan dengan alat dan bahan dilengkapi siswa dengan mencari di sekitar lingkungan sekolah hendaknya disosialisasikan kepada siswa tentang aturan dan sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan siswa. Ini penting supaya siswa akan lebih disiplin dan proses belajar mengajar berjalan lancar; (2) untuk penelitian selanjutnya disarankan jangan sampai mendesain percobaan luar ruangan yang alat dan bahannya susah dicari siswa di lingkungan sekolah.

Daftar Pustaka

Christine, V. McLelland. (2005). Nature of Science and the Scienti c Method. Outreach: Geological Society of America.

Astawan, K., W., dkk. (2013). Pengembangan Modul Berbasis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation. e-Jurnal Program Pascasarjana universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 3. Hal. 1-12.

Hayden, Lynsay. (2007). Leaving the Classroom

Behind: increasingStudent Motivation

Through Outdoor Education. Hollywood:

Kindergartners

Jumadi. (2003). Pembelajaran Kontekstual dan

Implementasinya. Workshop Sosialisasi dan Implementasi Kurikulum 2004 Madrasah Aliyah DIY, Jateng, Kalsel di FMIPA UNY

Th 2003.

Kaylene, Williams, dan Caroline, Williams. (2011). Five Key Ingredients for Improving Student Motivation. California State University: Research in Higher Education Journal

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Diknas.

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Diknas.

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, hal 1-5. Jakarta: Diknas.

Revisi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah (Renstra Ditjen Dikmen). (2012). Jakarta: Diknas.

Robert G., Berns, dan Erickson, Patricia M. (2001). Contextual Teaching and Learning: Preparing Students for the New Economy. The Highlight Zone: Research @Work. No. 5. Hal. 1-8.

Smith, Bettye P., (2010). Instructional Strategies in

Family and Consumer Sciences:

Implementing the Contextual Teaching and Learning Pedagogical Model. Jurnal Family

and Consumer Sciences. Vol. 28. No. 1. Hal

23-38.

Svein, Sjoberg. (2007). Constructivism and learning.

Oslo: International Encyclopaedia of

Gambar

Tabel 4. Saran dan Hasil Perbaikan dari Uji Coba Terbatas  Saran

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa paket instruksional berbasis konsep dasar ekologi melalui fenomena lingkungan yang disajikan telah memotivasi mahasiswa

Pendekatan ATI dalam penelitian ini dilakukan dalam empat tahap, yaitu (1) Perlakuan ( treatment ) awal, pemberian perlakuan awal terhadap siswa dengan menggunakan

Adapun teknik yang paling sedikit digunakan adalah teknik partikularisasi dengan jumlah data 1 (satu), kemudian teknik pengurangan dan adaptasi berjumlah 2 (dua)

Dalam hal Manajer Investasi menerima atau menyimpan permohonan penjualan kembali Unit Penyertaan dalam 1 (satu) Hari Bursa lebih dari 10% (sepuluh persen) dari total Nilai Aktiva

Pembelajaran siklus pertama pertemuan pertama diawali dengan apersepsi bernyanyi lagu ‘to the beach’ selanjutnya guru bertanya mengenai benda yang disebutkan dalam lagu.

Multi Level Marketing (MLM) adalah sistem pemasaran produk atau jasa yang dilakukan oleh individu untuk membentuk jaringan kerja dalam memasarkannya. Kemudian dari hasil

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, pertumbuhan bulu sayap ayam hasil persilangan sentul dengan onagadori dan resiprokalnya disajikan pada Tabel 1.. Tabel 1