• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PEMBELAJARAN PKN DALAM MENINGKATKAN ANTUSIAS SISWA TERHADAP BUDAYA LOKAL :Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rancakalong.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN PEMBELAJARAN PKN DALAM MENINGKATKAN ANTUSIAS SISWA TERHADAP BUDAYA LOKAL :Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rancakalong."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS: 2016/UN.40.2.2/PL/2014

PERAN PEMBELAJARAN PKN DALAM MENINGKATKAN ANTUSIAS SISWA TERHADAP BUDAYA LOKAL

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rancakalong)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh : Ria Anggraeni

1000557

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN ANTUSIAS SISWA TERHADAP BUDAYA

LOKAL

Oleh

Ria Anggraeni

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Ria Anggraeni 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

RIA ANGGRAENI

PERAN PEMBELAJARAN PKN DALAM MENINGKATKAN ANTUSIAS SISWA TERHADAP BUDAYA LOKAL

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rancakalong )

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dra. Iim Siti Masyitoh, M. Si. NIP. 19620102 198608 2 001

Pembimbing II,

Susan Fitriasari, S. Pd., M. Pd. NIP. 19820730 200912 2 004

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

(4)

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

RIA ANGGRAENI: 1000557. PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN ANTUSIAS SISWA TERHADAP BUDAYA LOKAL. (Studi Deskriptif Analitis Pada Siswa Kelas VII SMPN 1 Rancakalong)

Indonesia memiliki kemajemukan kebudayaan yang beragam. Kebudayaan yang beragam tersebut diantaranya yaitu ditandai dengan etnik, suku, ras, bahasa, dll. Keberagaman suatu tersebut perlu kita lestarikan. Cara untuk melestarian kekayaan ini bisa kita temukan dalam pembelajaran di sekolah. Pembelajan tersebut guna meningkatkan pendidikan siswa terhadap kebudayaan lokal. Berdasarkan pemikiran tersebut, perlu diadakan penelitian yang bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pkn dalam meningkatkan antusias terhadap budaya lokal

2. Untuk mengetahui proses penerapan PKn dalam meningkatkan antusias siswa terhadap kebudayaan lokal

3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru saat proses pembelajaran PKn berlangsung

4. Untuk mengetahui upaya guru dalam menangani permasalahan pembelajaran PKn dalam meningkatkan kebudayaan lokal

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara, studi dokumentasi. Selain itu, sumber datanya adalah Kepala sekolah, Wakasek bidang Kurikulum, Guru PKn dan siswa. Analisis data yang sesuai dengan penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian yang penulis peroleh yaitu:

1. RPP dibuat setiap semester dalam forum MGMP, dimana program tahunan, program semester dan silabus dibuat bersama seluruh guru PKn se-Kabupaten Sumedang.

2. Proses penerapan pembelajaran PKn dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal tidak tercantum dalam RPP secara khusus, namun guru dengan menggunakan metode cerita mampu membangkitkan antusias siswa dalam pembelajaran.

3. Kendala-kendala dalam proses pembelajaran PKn dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal yaitu:

a. Siswa belum mengetahui kebudayaan-kebudayaan yang ada di daerahnya masing-masing

b. Kurangnya antusias siswa terhadap budaya lokal

c. Rendahnya kemampuan guru dalam mempersiapkan peralatan yang dapat merangsang minat, ingatan, dan pengenalan kembali siswa terhadap budaya masing- masing dalam konteks pengalaman belajar yang diperoleh.

4. Upaya yang harus dilakukan terkait kendala-kendala diatas yaitu:

a. Memberikan tugas kepada siswa secara aktif agar siswa bisa berfikir dan bertindak secara kritis dalam mengenal kebudayaannya

b. Menahan diri agar tidak bersikap otoriter atau satu-satunya sumber informasi bagi siswa

(5)

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Kajian Tentang Pendidikan Kewarganegaraan ... 11

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 11

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 14

3. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran PKn ... 17

4. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan ... 20

B. Kajian Tentang Peningkatan Antusias Terhadap Budaya Lokal ... 24

C. Kajian Tentang Budaya Lokal ... 26

1. Pengertian Budaya Lokal ... 26

2. Unsur-Unsur Budaya Lokal ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Metode Penelitian... 35

B. Definisi Operasional... 39

C. Teknik Pengumpulan Data ... 41

3. Conclusion Drawing/Verification ... 50

E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 51

(6)

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Lokasi Penelitian ... 52

2. Subjek Penelitian ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Gambaran Umum SMPN 1 Rancakalong ... 51

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 59

1. RPP PKn SMPN 1 Rancakalong ... 59

2. Proses Penerapan Pembelajaran PKn Terhadap Budaya Lokal ... 62

3. Kendala yang Dihadapi Saat Pembelajaran ... 65

4. Upaya dalam Menanggulangi Permasalahan Pembelajaran PKn .. 67

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 68

1. RPP PKn SMPN 1 Rancakalong ... 68

2. Proses Penerapan Pembelajaran PKn Terhadap Budaya Lokal ... 70

3. Kendala yang Dihadapi Saat Pembelajaran ... 75

4. Upaya dalam Menanggulangi Permasalahan Pembelajaran PKn .. 78

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 82

A. Kesimpulan ... 82

1. Kesimpulan Umum ... 82

2. Kesimpulan Khusus ... 82

B. Rekomendasi ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 87 DAFTAR LAMPIRAN

1. Perizinan

2. Instrument Penelitian 3. Pedomean Wawancara

(7)

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki kemajemukan kebudayaan yang beragam. Kebudayaan yang beragam tersebut diantaranya yaitu ditandai dengan etnik, suku, ras, bahasa, kesenian, agama dan kepercayaan, cara berpakaian, pola hidup suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya, dll. Keberagaman tersebut merupakan suatu kelebihan tersendiri untuk bangsa Indonesia sebagai ciri khas yang menjadi kebanggaan bagi masyarakat Indonesia. Keberagaman suatu kekayaan yang terdapat di Indonesia perlu kita lestarikan. Cara untuk melestarian kekayaan ini bisa kita temukan dalam suatu pembelajaran di sekolah. Pembelajan tersebut guna meningkatkan pendidikan siswa terhadap kebudayaan Indonesia.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting yang harus dikembangkan dalam meningkatkan kualitas individu. Peningkatan kualitas individu tersebut dapat dilakukan mulai dari sekolah dasar, hingga ke perguruan tinggi. Pembelajaran merupakan sebuah esensi dari pendidikan, yang dimana pembelajaran terjadi karena adanya interaksi antara guru dengan siswanya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan kunci

keberhasilan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, dan pendidikan

dikatakan berhasil manakala siswa hasil dari proses pembelajaran tersebut

menunjukkan siswa yang berkualitas. Proses pembelajaran yang berkualitas

adalah yang mengintegrasikan komponen-komponen pembelajaran secara utuh

dan terpadu, antara materi pembelajaran, model pembelajaran, media

pembelajaran, sumber pembelajaran dan evaluasi ( M3SE).

Materi pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam proses

pembelajaran. Materi pembelajaran berisi tentang ide, gagasan dan pokok-pokok

sebuah konsep untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru dituntut untuk mampu

(8)

2

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa, karena hanya guru yang mampu menguasai materi pembelajaran dengan

baik, berkualitas, dan berwawasan luas, yang dapat membangun kemampuan

berfikir siswa. Dengan kata lain, guru yang mampu mengkaji materi pembelajaran

mendalam (deep learning).

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk

membina siswa menjadi warga negara yang baik, yang tahu tentang hak dan

kewajibannya. Warga negara yang baik adalah warga negara yang bukan hanya

sekedar tahu dan sadar akan hak dan kewajibannya saja, tetapi cerdas, tanggung

jawab, partisipasi, memanfaatkan hak dan kewajibannya sebagai warga negara

secara proporsional, yang wajar dan halal. Dengan kata lain, warga negara yang

baik harus selalu komitmen terhadap peraturan yang ada dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sri dan Syaifullah (2008: 37)

mengatakan:

Proses pembelajaran PKn yang baik yaitu dimana kelas sebagai laboratorium demokrasi dapat dilaksanakan dengan baik. Hal inipun tergantung kepada faktor-faktor sebagai berikut:

a. Metode mengajarnya; b. Karakteristik pengajar; c. Karakteristik siswa; d. Suasana masyarakatnya.

Selain itu karakteristik seorang guru sangat menentukan demi terciptanya

kelas demokratis tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Murray Print (dikutip

Sri dan Syaifullah, 2008: 53) mengemukakan:

Karakteristik yang esensial dalam pendekatan pembelajaran civics, yaitu (a) engaging students in projects (active engagement);(b)stimulating and understanding of values; and (c) encouraging reflective, critical thinking as well as the ability to take a position and defent.

(9)

3

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari pendapat diatas jika karakteristik tersebut tercapai, maka akan

memungkinkan para siswa aktif melibatkan diri, baik secara mental maupun

secara fisik. Seorang guru dalam mentransfer ilmunya, harus bisa memperhatikan

latar belakang budaya yang dimiliki oleh setiap siswanya. Namun pada

kenyataannya, seorang guru hanya mentransfer ilmu tanpa memperhatikan setiap

detail dari karakteristik dasar siswa itu sendiri.

Suatu kekeliruan terjadi saat guru tidak memperkenalkan budaya dan

mempertimbangkan latar belakang budaya yang dimiliki oleh setiap siswa dalam

mengenal proses pembelajaran. Hal tersebut akan membentuk budaya kekerasan

yang dilakukan oleh remaja. Dampak dari itu, akan menjadikan individu yang

kehilangan jati dirinya karena seolah-olah terserabut dari akar budayanya sendiri.

Contoh lainnya seperti penggunaan bahasa sunda. Secara sederhana dapat

dikatakan bahwa semakin banyak penggunaan bahasa Sunda, maka semakin kuat

unsur kebudayaannya. Selain itu, sebuah bahasa adalah cerminan dari aktivitas

kebudayaan serta jati diri sebuah budaya. Bila tidak ada lagi penggunaan bahasa

Sunda di tanah Sunda maka bisa dibilang kebudayaan Sunda sudah mati karena

tidak ada bahasa sebagai wujud representasi aktivitas kebudayaan. Salah satu

faktor dari hilangnya kebudayan adalah karena faktor globalisasi.

Globalisasi merupakan suatu komunikasi antar individu dengan individu,

kelompok dengan kelompok yang melintasi batas negara. Dampak dari globaliasi

telah banyak dirasakan, baik itu dampak positif ataupun dampak negatif. Dampak

positif yang banyak kita rasakan yaitu adanya proses modernisasi, dimana

masyarakat yang awalnya irasional menjadi rasional. Selain itu berkembangnya

pengetahuan dan teknologi yang mendorong manusia untuk menjadi lebih mudah

dalam beraktivitas pun telah banyak dirasakan. Namun dampak negatif dari

globalisasi pun, menjadi suatu masalah yang dihadapi oleh bangsa ini.

Pendidikan merupakan aspek yang erat dan menyatu dengan kebudayaan

yang menjadi identitas bangsa. Identitas bangsa tersebut ditunjang oleh identitas

(10)

4

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

budaya bangsa, khususnya budaya lokal akan terkikis. Budaya asing yang masuk

sedikit demi sedikit akan mengikis eksistensi budaya lokal yang sarat makna.

Globalisasi disebut-sebut sebagai faktor utama saat ini yang berpengaruh besar

terhadap kehidupan budaya masyarakat. Suatu yang keliru apabila globalisasi

dianggap sebagai penyebab degradasi kebudayaan, karena globalisasi itu sendiri

bagian dari kebudayaan yang tidak mungkin dihindari. Namun masyarakat mulai

meninggalkan kebudayaan lokal yang dipakainya dan mulai menggunakan

kebudayaan nasional, bahkan mulai membiasakan diri menggunakan kebudayaan

asing dalam kehidupan sehari-hari. Kebudayaan lokal dinilai sudah ketinggalan

jaman dan dianggap “kampungan”. Padahal, kebudayaan lokal menunjukkan

identitas masyarakat yang utama. Dengan berdasar pada cerminan remaja yang

terancam terserabut dari akar budayanya sendiri, maka pembelajaran yang

mendekatkan siswa pada karakteristik kebudayaan sendiri diharapkan mampu

menangkal degradasi moral remaja yang harus mencurahkan segala potensinya.

Atas dasar pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang dituangkan dalam bentuk karya tulis dengan judul : “PERAN

PEMBELAJARAN PKn DALAM MENINGKATKAN ANTUSIAS SISWA

TERHADAP BUDAYA LOKAL”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penulis mengajukan

rumusan masalah yang akan dikaji yaitu tentang “Bagaimana peran pembelajaran

Pkn dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal?”. Untuk lebih

mempermudah dan memfokuskan dalam mengidentifikasi hasil penelitian

tersebut, maka penulis mengidentifikasikan dalam beberapa pertanyaan penelitian

seperti berikut ini.

1. Bagaimanakah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PKn di SMPN 1

Rancakalong?

2. Bagaimana proses penerapan pembelajaran PKn dalam meningkatkan

(11)

5

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi saat proses pembelajaran

berlangsung?

4. Upaya apa yang dilakukan guru dalam menghadapi permasalahan

pembelajaran PKn, dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya

lokal?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dan mengetahui

gambaran secara faktual tentang peran pembelajaran PKn untuk meningkatkan

antusias siswa terhadap budaya lokal di SMPN 1 Rancakalong.

2. Tujuan khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Untuk mengetahui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pkn dalam

meningkatkan antusias terhadap budaya lokal.

b. Untuk mengetahui proses penerapan PKn dalam meningkatkan

antusias siswa terhadap kebudayaan lokal.

c. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru saat proses

pembelajaran PKn berlangsung.

d. Untuk mengetahui upaya guru dalam menangani permasalahan

pembelajaran PKn dalam meningkatkan kebudayaan lokal.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat atau signifikasi dari penelitian yang berjudul Peran

Pembelajaran PKn dalam Meningkatkan Antusias Siswa terhadap Kebudayan

Lokal ini adalah sebagai berikut:

(12)

6

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara teoritis kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pengetahuan yang berguna dalam meningkatkan antusias siswa

melalui pembelajaran PKn terhadap kebudayaan lokal. Dalam hal ini peran mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih perlu ditingkatkan untuk

membentuk warga negara yang bukan hanya mengetahui, namun dapat mencintai

dan melestarikan budaya lokal. Selain itu penelitian ini pun diharapkan dapat

memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi para praktisi pendidikan

pada umumnya, dan khususnya bagi para pendidik dalam melakukan inovasi

pembelajaran di persekolahan.

2. Secara Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai

berikut:

a. Bagi intansi pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan, hasil

penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan untuk lebih

meningkatkan perhatian dalam proses pembentukan sikap antusias

budaya lokal dan meningkatkan antusias masyarakat untuk bisa

melestarikan budaya lokal melalui pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan.

b. Bagi SMPN 1 Rancakalong sebagai sekolah atau penyelenggara

proses pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan

pertimbangan yang positif untuk lebih mengoptimalkan pelaksanaan

program pendidikan dengan menggunakan mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bisa memberikan

kontribusi untuk bisa meningkatkan antusias siswa terhadap

kebudayaan lokal.

c. Bagi guru SMPN 1 Rancakalong, agar lebih dapat mengembangkan

dan meningkatkan serta mengefektifkan mata pelajaran PKn sebagai

mata pelajaran yang berperan dalam kebudayaan lokal. Melalui

(13)

7

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lokal, diharapkan SMP Negeri 1 Rancakalong menjadi sekolah

percontohan yang berbasis kebudayaan.

d. Bagi orang tua siswa SMPN 1 Rancakalong sebagai pendidik di

rumah agar selalu memperhatikan dan mengajarkan

kebudayaan-kebudayaan lokal kepada anaknya serta membimbing untuk bisa

menghargai, mencintai dan melestarikan kebudayaan lokal tersebut.

e. Bagi siswa SMPN 1 Rancakalong sebagai siswa, hasil penelitian ini

diharapkan menjadi bahan evaluasi dalam membentuk karakternya di

sekolah dan untuk lebih memotivasi agar lebih meningkatkan

kepeduliannya terhadap kebudayaan lokal.

f. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan hasil penelitian ini

semoga dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam pengembangan

metode pembelajaran.

g. Bagi penulis agar menambah wawasan dan pengetahuannya dalam

mengenal kesenian budaya lokal dan menumbuhkan kembali

keantusiasan terhadap kebudayaan lokal.

E. Penjelasan Istilah

Penjelasan istilah merupakan suatu aspek untuk menghindari kesalah

pahaman dalam menafsirkan istilah-istilah dalam penelitian. Persamaan argumen

memang sulit didapatkan, maka dari itu penelitian ini perlu diklarifikasikan guna

memperoleh kesamaan dalam persepsi, istilah-istilah tersebut antara lain:

1. Pembelajaran

Pembelajaran adalah perpaduan dua aktivitas yakni mengajar dan aktivitas

belajar itu sendiri. Sugandi (2000: 4) mengatakan “belajar merupakan suatu

bentuk pertumbuhan atau perubahan dari seseorang yang dinyatakan dalam

cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan dan latihan”. Ciri-ciri dari

pembelajaran dalam bukunya Sugandi, dkk (2000: 5) antara lain:

(14)

8

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar;

c. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa;

d. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa;

e. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis.

Sejalan dengan pendapat diatas, penulis dapat mengemukakan bahwa

pembelajaran merupakan komunikasi atau interaksi antara pendidik dan peserta

didik untuk menumbuhkan perubahan yang akan membentuk sumber daya

manusia yang potensial.

2. Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan merupakan mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama,

sosiokultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi Warga Negara

Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang di amanatkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sri Wuryan dan

Syaifullah (2008:9) mengatakan bahwa:

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan sarana untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

Selain itu, S. Sumarsono (2011: 7) mengemukakan bahwa:

Pendidikan Kewarganegaraan adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari seorang warga negara dalam berhubungan dengan negara, dan memecahkan berbagai masalah hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan menerapkan konsepsi falsafah bangsa, wawasan nasional, dan ketahanan nasional.

Dari pendapat diatas, penulis mengemukakan pula bahwa PKn merupakan

mata pelajaran yang didalamnya terdapat bagaimana menjadi warga negara yang

(15)

9

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PKn membahas tentang bagaimana cara menjadi warga negara yang baik, yang

memiliki jiwa Pancasila, dengan penuh kesadaran dan bertanggung jawab akan

segala keputusan yang tepat untuk dirinya dan orang lain.

3. Antusias

Menurut Kamus Pelajar Bahasa Indonesia, antusias merupakan “bergairah, bersemangat, minat besar terhadap sesuatu”. Menurut Andika kusuma sebagaimana yang dilangsir dalam (andika.web.id/tag/antusiasme), “antusias berasal dari bahasa Yunani En Theos dan secara harfiah berarti Allah didalam

kita. Antusias adalah sebuah sikap (attitude)”. Dari pengertian diatas, penulis

dapat mengemukakan pengertian dari Antusias. Antusias atau antusiasme

merupakan perasaan ingin memiliki, ingin merasakan terhadap sesuatu yang ia

temui atau ia inginkan.

4. Budaya Lokal

Ranjabar (2006: 150) mengemukakan bahwa “budaya lokal dapat dilihat dari sifat majemuk masyarakat Indonesia, maka harus diterima bahwa adanya tiga golongan kebudayaan yang masing-masing mempunyai coraknya sendiri”. Judistira (2008: 141) mengemukakan pula bahwa kebudayaan lokal adalah

melengkapi kebudayaan regional, dan kebudayaan regional adalah bagian-bagian

yang hakiki dalam bentukan kebudayaan nasional. Disamping itu, Judistira

berpendapat juga bahwa Budaya lokal adalah nilai-nilai lokal hasil budi daya

masyarakat suatu daerah yang terbantuk secara alami dan diperoleh melalui proses

belajar dari waktu-waktu. Budaya lokal tersebut bisa berupa hasil seni, tradisi,

pola pikir, atau hukum adat.

Selain itu, Soejono Soekamto (2006: 76) mengemukakan bahwa

kebudayaan adalah komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, moral,

hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain serta kebiasaan yang didapatkan oleh

manusia sebagai anggota masyarakat. Penulis juga dapat mengemukakan bahwa kebudayaan lokal merupakan suatu kebudayaan yang berada di dalam daerah,

(16)

10

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilindungi. Kebudayaan lokal pun merupakan suatu kebiasaan yang sering

dilakukan secara berulang-ulang oleh masyarakat, selain itu kebudayaan

merupakan suatu tempat dalam membudidayakan ciri khas dari suatu objek di

tengah-tengah masyarakat umum.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini akan membahas tentang gambaran umum penulisan

skripsi. Pembahasan dimulai dari latar belakang penulisan, ruang

lingkup yang akan dibahas dalam penulisan skripsi, serta tujuan

dan manfaat penulisan. Kemudian pembahasan selanjutnya adalah

mengenai metodologi penelitian yang dipakai dalam penyusunan

skripsi, serta sistematika yang dibagi menjadi beberapa bab secara

garis besar dalam isi setiap bab.

Bab II Kajian Pustaka

Kajian pustaka berisi teori-teori dasar yang berkaitan dengan fokus

penelitian penulis tentang peran mata pelajaran PKn dalam

meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian

termasuk beberapa komponen seperti lokasi dan subjek penelitian,

teknik pengumpulan data, definisi operasional, instrumen

penelitian, teknik pengolahan data dan analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab hasil penelitian dan pembahasan, terdiri dari analisis data

untuk menghasilkan temuan data tentang orientasi mata pelajaran

PKn dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal.

Pada bab ini berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan

penelitian dan tujuan penelitian.

(17)

11

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam bab ini dikemukakan secara singkat kesimpulan, mencakup

jawaban yang dipoleh dari interpretasi data yang merupakan

jawaban terhadap permasalahan penelitian, nilai lebih dan

kelemahan dari penelitian yang telah dilakukan. Saran yang

diberikan harus singkat, berangkat pada kelemahan baik proses dari

penelitian yang dilakukan maupun kelemahahan terkait temuan

(18)

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metodologi sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor (Mulyana,

2002: 145) merupakan proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk

mendekati problem dan mencari jawaban. Pengertian ini menegaskan bahwa

metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji masalah penelitian.

Sugiyono (2011, 2) mengemukakan bahwa:

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang harus diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empirisme berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. (Bedakan cara yang tidak ilmiah, misalnya mencari uang yang hilang atau provokator, atau tahunan yang melarikan diri melalui paranormal). Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data yang bisa diamati

dengan mempunyai kriteria yang valid. Maksudnya yaitu yang menunjukan

ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang

dikumpulkan oleh peneliti. Contohnya seperti didalam sebuah kota A terdapat

5000 orang miskin. Namun saat penelitian, peneliti melaporkan jauh dibawah

5000 atau lebih dari 5000. Berarti tingkat validitas hasil penelitian itu rendah.

Data yang valid adalah data yang reliabel. Maksudnya jika saat wawancara

menyebutkan orang yang miskin dikota A itu adalah 5000, maka besok atau lusa

(19)

36

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tertentu. Melalui penelitian, manusia menemukan hasilnya, terlepas dari apa yang

diharapkan dan tidak diharapkannya, sesuai kenyataan di lapangan.

Dalam melakukan penelitian tersebut, seorang peneliti pasti menggunakan

metode atau cara dalam pencapaian penelitiannya. Sedangkan jenis-jenis metode

penelitian menurut Sugiyono (2011: 4), dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan

dan tingkat kealamiahan (natural setting) obyek yang diteliti.

Berdasarkan tujuan, metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi penelitian dasar (basic research), penelitian terapan (applied research) dan penelitian pengembangan (research and development). Selanjutnya berdasarkan tingkat kealamiahannya, metode penelitian dapat dikelompokkan menjadi metode penelitian eksperimen, survey dan naturalistik.

Dilihat dari jenis-jenis penelitian diatas dapat digambarkan seperti gambar

(20)

37

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1. Macam-macam metode penelitian berdasarkan tujuan dan tingkat kealamiahan tempat penelitian

Gay (Sugiyono, 2011: 3) mengatakan bahwa sebenarnya sulit untuk

membedakan antara penelitian murni (dasar) dan terapan secara terpisah, karena

keduanya terletak pada satu garis kontinum. Dimana penelitian dasar bertujuan

untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang langsung

bersifat praktis. Sedangkan penelitian terapan dilakukan dalam memecahkan

masalah-masalah praktis. Jujun S. Suriasumantri (1985: 20) mengatakan juga

bahwasannya penelitian dasar atau murni adalah penelitian yang bertujuan

menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui,

sedangkan penelitian terapan adalah bertujuan untuk memecahkan

masalah-masalah kehidupan praktis.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif

dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana dikemukakan oleh Zainal (2012: 54)

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan

menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena dalam variabel tunggal maupun

korelasi dan atau perbandingan. Sedangkan pendekatan kualitatif menurut Bogdan

dan Taylor (Moloeng, 1989: 3) mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Lebih lanjut Nasution

(1996: 5) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah

mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka,

berusaha untuk memahami bahasa mereka dan tafsiran mereka tentang dunia

sekitarnya. Selain itu Moleong (2010: 3) mengemukakan juga bahwa:

(21)

38

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nasution (1996:18) mengistilahkan juga penelitian kualitatif dengan

penelitian naturalistik. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan

bercorak kualitatif, bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat

pengukur. Disebut naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat natural

atau wajar, sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen

atau tes. Dilihat dari pengertian diatas, metode kualitatif sering disebut metode

penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang lamiah

(natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya

metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya;

disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya

lebih bersifat kualitatif. Metode kualitatif biasanya berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi (gabungan), analisis

data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna dari pada generalisasi.

Metode penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang

mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang

sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak.

Oleh karena itu di dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi,

tetapi lebih menekankan pada makna. Generalisasi di dalam penelitian kualitatif

dinamakan transferability. Di dalam penelitian ini, masalah yang dihadapi adalah

mengenai siswa-siswi. Oleh karena itu, secara metodologis, penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif. Pada hakekatnya pendekatan ini untuk

mengamati orang dan lingkungannya, berinteraksi dengan mereka, berusaha

memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Nasution, 2003:

5).

Analisis deskriptif merupakan proses tentang penggambaran umum

(22)

39

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melihat karakteristik data yang kita peroleh. Dalam hal ini, data yang

dideskripsikan adalah data kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik.

Dipilihnya pendekatan ini adalah didasarkan pada permasalahan yang akan dikaji

dalam penelitian. Peneliti ingin mengetahui bagaimana peran PKn dalam

meningkatkan keantusiasan siswa terhadap budaya lokal. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif pada penelitian

ini menggambarkan segala sesuatu yang menjadi kebiasaan siswa dalam

meningkatkan antusiasnya terhadap kebudayaan lokal.

B. Definisi Operasional

Definisi operasional didasarkan atas sifat-sifat yang dapat diamati, dan

didefinisikan oleh peneliti. Sebagaimana dikemukakan oleh Widjono (2007: 120)

bahwa “definisi operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman

untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, misalnya penelitian”. Terdapat

banyak istilah yang digunakan pada penelitian ini. Baik judul maupun isi.

Penelitian ini perlu diklarifikasikan guna memperoleh kesamaan dalam persepsi,

istilah-istilah tersebut antara lain:

1. Pembelajaran

Pembelajaran adalah perpaduan dua aktivitas yakni mengajar dan aktivitas

belajar itu sendiri. Sugandi (2000:4) mengatakan “belajar merupakan suatu bentuk

pertumbuhan atau perubahan dari seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara

bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan dan latihan”. Ciri-ciri dari

pembelajaran dalam bukunya Sugandi, dkk (2000:5) antara lain:

a. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistemis;

b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar;

c. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa;

(23)

40

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis.

Sejalan dengan pendapat diatas, penulis dapat mengemukakan bahwa

pembelajaran merupakan komunikasi atau interaksi antara guru dengan siswa

untuk menumbuhkan perubahan yang akan membentuk sumber daya manusia

yang potensial dan menciptakan siswa yang bukan sekedar tahu tentang

kebudayaan lokal, namun ikut melestarikan kebudayaan lokal yang ada di

daerahnya masing-masing.

2. Pendidikan Kewarganegaraan

Sri Wuryan dan Syaifullah (2008:9) mengatakan bahwa:

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan sarana untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

Selain itu, S. Sumarsono (2001: 7) mengemukakan bahwa:

Pendidikan Kewarganegaraan adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari seorang warga negara dalam berhubungan dengan negara, dan memecahkan berbagai masalah hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan menerapkan konsepsi falsafah bangsa, wawasan nasional, dan ketahanan nasional.

Dari pendapat diatas, penulis mengemukakan pula bahwa PKn merupakan

mata pelajaran yang didalamnya terdapat bagaimana menjadi warga negara yang

bisa memenuhi hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang baik. Selain itu,

PKn membahas tentang bagaimana cara menjadi warga negara yang baik, yang

memiliki jiwa Pancasila, dengan penuh kesadaran dan bertanggung jawab akan

segala keputusan yang tepat untuk dirinya dan orang lain.

3. Antusias

Menurut Kamus Pelajar Bahasa Indonesia, antusias merupakan “bergairah,

(24)

41

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagaimana yang dilangsir dalam (andika.web.id/tag/antusiasme), “antusias berasal dari bahasa Yunani En Theos dan secara harfiah berarti Allah didalam

kita. Antusias adalah sebuah sikap (attitude)”. Pengertian diatas, penulis dapat

mengemukakan pengertian dari Antusias. Antusias atau antusiasme merupakan

perasaan ingin memiliki, ingin merasakan terhadap sesuatu yang ia temui atau ia

inginkan.

4. Budaya Lokal

Ranjabar (2006: 150) mengemukakan bahwa “budaya lokal dapat dilihat dari sifat majemuk masyarakat Indonesia, maka harus diterima bahwa adanya tiga golongan kebudayaan yang masing-masing mempunyai coraknya sendiri’. Penulis juga dapat mengemukakan bahwa kebudayaan lokal merupakan suatu kebudayaan yang berada di dalam daerah, yang mempunyai suatu ciri khas tertentu, yang

layak untuk dilestarikan dan dilindungi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dan

strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti

tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Pengumpulan data yaitu mengumpulkan kembali dokumen-dokumen yang akan

digunakan, seperti perangkat instrumen, surat izin penelitian, dan sebagainya.

Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki

kredibilitas tinggi, dan sebaliknya.

Sugiyono (2011: 224) mengatakan bahwa:

(25)

42

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kepada pengumpul data, dan data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan obervasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik observasi, wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Dalam penelitian

ini sumber datanya adalah Kepala sekolah, Wakasek bidang Kurikulum, Wakasek

bidang Kesiswaan, Pembina Ekstrakurikuler, Guru PKn dan siswa sebagai data

pembanding. Untuk memperoleh data, maka penulis menggunakan pengumpul

datanya adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara lisan

terhadap responden, dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah

disediakan. Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan

seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2011:

180). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Nasution (2003: 72), maksud

dari wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara

langsung. Penulis melakukan wawancara langsung kepada kepala sekolah, siswa

kelas VII dan guru PKn di SMPN 1 Rancakalong.

Wawancara ini bertujuan untuk “mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal

yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi (Nasution, 2003:73). Dengan

wawancara mendalam ini diharapkan dapat diperoleh bentuk-bentuk informasi

tertentu dari semua responden dengan susunan kata dan urutan yang disesuaikan

dengan ciri-ciri setiap responden. Hal tersebut dimungkinkan sebagaimana

(26)

43

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wawancara mendalam bersifat luwes, susunan pertanyaan dan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara, termasuk karakteristik sosial budaya (agama, suku, gender, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya) responden yang dihadapi.

Berdasarkan hal tersebut, maka metode ini memungkinkan pihak yang

diwawancarai untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya, untuk

menggunakan istilah-istilah mereka sendiri mengenai fenomena yang diteliti,

tidak sekedar menjawab pertanyaan. Lincoln and Guba (Sugiyono, 2011: 235)

mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk

mengumpulkan data dalan penelitian kualitatif, yaitu:

1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu dilakukan

2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan

3. Mengawali atau membuka alur wawancara 4. Melangsungkan alur wawancara

5. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya 6. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan

7. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh

Selain dari langkah-langkah dalam melakukan wawancara, Moeloeng

(Sugiyono: 2011) menggolongkan enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan

yaitu:

1. Pertanyaannya yang berkaitan dengan pengalaman 2. Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat 3. Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan 4. Pertanyaan tentang pengetahuan

5. Pertanyaan yang berkenaan dengan indera

6. Pertanyaan berkaitan dengan latar belakang atau demografi

Jenis - jenis pertanyaan dalam melakukan wawancara ini saling berkaitan

satu sama lain. Penulis lebih menekankan pada jenis pertanyaan yang berkaitan

dengan pengalaman dan pertanyaan tentang pengetahuan. Karena jenis pertanyaan

ini lebih cocok dalam melakukan wawancara sesuai dengan judul yang penulis

(27)

44

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Observasi,

Observasi yaitu suatu pengamatan yang dilakukan atas pemusatan

perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Zainal (2012: 170) berpendapat “observasi adalah Suatu kegiatan observasi dimana observer (orang yang melakukan observasi) terlibat atau berperan serta dalam

lingkungan kehidupan orang-orang yang diamati”. Disamping itu Arikunto

(2006:129) berpendapat bahwa “observasi dilakukan oleh pengamat dengan

menggunakan instrumen pengamatan maupun tanpa instrumen pengamatan”.

Selain itu, Nasution (Sugiyono, 2011: 226) mengatakan juga bahwa:

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.

Pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan

dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data.

“Pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama

baik dari pihak pengamat maupun dari pihak subjek” (Moleong, 2010:126).

Dalam penelitian ini, peneliti mengamati langsung bagaimana siswa setelah

mempelajari mata pelajaran PKn yang berbasis kebudayaan lokal. Apakah telah

tercermin bahwa siswa bisa antusias dan bisa lebih mengenal kembali akan

kebudayaan lokalnya, atau bahkan tidak sama sekali.

Dalam melakukan observasi, yang paling evektif caranya yaitu dengan

melengkapi setiap pedoman observasi atau pedoman pengamatan yang berupa

blangko pengamatan. Format yang disusun tersebut berisi item-item tentang

(28)

45

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengamat. Sanafiah (Sugiyono, 1990: 226) mengklasifikasikan obervasi menjadi

beberapa macam observasi yang ditunjukkan seperti gambar 3. 2 berikut.

Gambar 3. 2. Macam-macam teknik observasi

Dilihat dari gambar diatas, macam-macam teknik observasi yaitu:

1. Observasi Partisipatif, dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang akan diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Seperti yang telah dikemukakan bahwa observasi ini dapat digolongkan menjadi empat yaitu, partisifasi pasif, partisifasi moderat, partisifasi aktif dan partisifasi yang lengkap.

Observasi yang pasif

Observasi yang moderat

Observasi yang aktif

Observasi yang lengkap Observasi

partisipatif

Observasi terus terang dan samar

Observasi tak terstruktur Macam-macam

(29)

46

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Partisipasi pasif. Jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

b. Partisipasi moderat. Dalam hal ini terdapat keseimbangan antara peneliti manjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.

c. Partisipasi aktif. Dalam observasi ini peneliti ikut melaksanakan apa yang dilakukan oleh narasumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.

d. Partisipasi lengkap. Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sepenuhnya oleh sumber data. Jadi suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti.

2. Observasi terus terang atau tersamar, dalam hal ini peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktifitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat, peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi. Hal ini dilakukan untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan jika dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.

3. Observasi tak berstruktur, observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak berstruktur, karena fokus penelitian masih belum jelas. Fokus observai akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Kalau masalah penelitian sudah jelas seperti penelitian kuantitatif, maka observasi dapat dilakukan secara berstruktur dengan menggunakan pedoman observasi.

Menurut Patton (Sugiyono, 2011: 228) menggatakan bahwa manfaat dari

melakukan observasi yaitu:

(30)

47

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

3. Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau atau tidak diamati oleh orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap biasa dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.

4. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga. 5. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar

persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang komprehensif.

6. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan daya yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.

Dalam proses penelitian, seorang peneliti harus melalui beberapa tahapan

observasi yang harus dilaluinya. Seperti yang diungkapkan oleh Spradley

(Sugiyono, 2011: 230) tahapan observasi ditunjukkan seperti gambar 3.3 berikut.

Gambar 3.3. Tahap Observasi

Berdasarkan gambar 3.3 diatas terlihat bahwa tahapan observasi ada tiga

yaitu, observasi deskriptif, observasi terfokus, dan observasi terseleksi.

a. Observasi deskriptif, dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi

sosial tertentu sebagai obyek penelitian.

TAHAP DESKRIPSI TAHAP REDUKSI TAHAP SELEKSI Memasuki situasi sosial: Menentukan fokus: Mengurai fokus: Menjadi ada tempat, aktor, memilih diantara yang komponen yang lebih rinci aktivitas telah dideskripsikan

(31)

48

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Observasi terfokus, pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour

observation, yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk

difokuskan pada aspek tertentu.

c. Observasi terseleksi, Pada tahap observasi ini peneliti telah

menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci.

3. Studi dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life

histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk

gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang

berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan

karya-karya lainnya. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari

obervasi dan wawancara, akan lebih dapat dipercaya atau kredibel jika didukung

oleh sejarah pribadi kehidupan dimasa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di

masyarakat, dan autobiografi, tetapi perlu diingat dan dipahami juga bahwasannya

tidak semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi. Sebagai contohnya

banyak foto yang tidak mencerminkan keadaan aslinya, karena foto dibuat untuk

kepentingan tertentu. Demikian juga dengan autobiografi yang ditulis untuk

dirinya sendiri, yang di dalamnya sering berisi subyektif.

Studi dokumentasi menurut Zainal (2012:170) mengatakan bahwa studi

dokumentasi adalah sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk

surat-surat, catatan harian, laporan, foto dan sebagainya. Peneliti mengumpulkan

dokumentasi-dokumentasi yang berhubungan dengan peran PKn dalam

(32)

49

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”. Studi

dokumentasi ini dimaksudkan untuk memperkuat data hasil observasi dan

wawancara yang telah dilaksanakan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan

masalah, tujuan, fungsi, dan lain sebagainya.

D. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan

dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang

terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang

diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif (walaupun tidak menolak data

kuantitatif), sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada polanya yang

jelas. Oleh karena itu, sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis.

Setelah mengadakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi, langkah

penting lainnya dalam penelitian ini yaitu analisis data. Menurut Sugiyono (2010:

244) analisis data adalah:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Rancangan penelitian kualitatif sebagaimana yang diibaratkan oleh

Bogdan (Sugiyono, 2011: 231) bahwasannya penelitian kualitatif itu seperti orang

yang hendak melakukan piknik, dimana ia baru tahu tempat yang akan dituju dan

belum tahu seperti apa tempat yang akan dituju tersebut. Ia akan tahu kondisinya

seperti apa setelah ia memasuki obyek, dengan cara membaca berbagai informasi

tertulis, gambar-gambar, berfikir dan melihat obyek dan aktifitas orang yang ada

disekelilingnya, melakukan wawancara dan sebagainya. Proses penelitian

(33)

50

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertunjukkan wayang kulit atau kesenian, atau peristiwa lain. Ia belum tahu apa,

mengapa, bagaimana wayang kulit itu. Ia akan tahu tentang wayang kulit itu

seperti apa setelah ia melihat, mengamati, dan menganalisis dengan serius.

Berdasarkan ilustrasi di atas, dapat dikemukakan bahwa walaupun peneliti

kualitatif belum memiliki masalah, atau keinginan yang jelas, tetapi dapat

langsung memasuki obyek/ lapangan. Pada waktu memasuki obyek tersebut,

peneliti tentu masih merasa asing terhadap obyek terebut, seperti halnya orang

asing yang masih asing terhadap pertunjukkan wayang kulit. Setelah memasuki

obyek, peneliti kualitatif akan melihat segala seuatu tentang tempatnya itu, yang

masih bersifat umum. Seperti orang asing yang hendak melihat pertunjukkan

wayang kulit, ia hanya akan melihat penontonnya, panggungnya, gamelannya,

penabuhnya pemain gamelannya), wayangnya, dalangnya, pesindennya

(penyanyinya) aktifitas penyelenggaranya. Pada tahap ini sering disebut tahap

orientasi atau deskripsi, dengan grand tour question. Pada tahap ini peneliti

mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan ditanyakan. Mereka

baru akan mengenal serba sepintas terhadap informasi yang diperolehnya.

Analisis data yang sesuai dengan penelitian ini yaitu reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

a. Data Reduction (reduksi data)

Data yang ditemukan dilapangan akan semakin banyak dan kompleks.

Untuk itu, data yang diperoleh dilapangan dicatat (ditulis/diketik) secara teliti dan

rinci dalam bentuk uraian. Reduksi data ini harus segera direduksi, dirangkum,

dipilih, dan difokuskan pada hal-hal yang penting dan dicari tema dan polanya.

Dengan demikian, data yang telah direduksi akan lebih mudah dikendalikan. Pada

tahap ini peneliti menyortir data dengan cara memilih data yang menarik, penting,

berguna dan baru. Data yang dirasa tidak dipakai disingkirkan. Berdasarkan

pertimbangan tersebut, maka data-data tersebut selanjutnya dikelompokkan

menjadi berbagai kategori yang ditetapkan sebagai fokus penelitian..Dalam

(34)

51

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, jika

dalam penelitian peneliti menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak

dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti

dalam reduksi data. Ibarat melakukan penelitian dihutan, maka pohon-pohon atau

tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang belum dikenal selama ini, justru

dijadikan fokus untuk pengamatan selanjutnya.

Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan

kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang

masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau

orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan

berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan

pengembangan teori yang signifikan.

b. Data Display (penyajian data)

Setelah reduksi data, selanjutnya penyajian data. Penyajian data ini dapat

dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, dan sejenisnya. Dalam penyajian ini maka

data terorganisasi dan tersusun dalam bentuk pola hubungan, sehingga akan

semakin mudah untuk dipahami. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori Miles and

Huberman (Sugiyono, 2011: 249) menyarankan bahwa dalam melakukan display

data, selain dengan teks naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network

(jejaring kerja) dan chart. Untuk mengecek apakah peneliti telah memahami apa

yang didisplaykan atau ditampilkan, maka perlu dijawab pertanyaan berikut.

Apakah anda tahu, apa isi yang didisplaykan? Dalam mendisplaykan data, huruf

besar, huruf kecil dan angka disusun ke dalam urutan sehingga strukturnya dpat

dipahami. Selanjutnya adalah dilakukan analisis secara mendalam, ternyata ada

hubungan yang interaktif antara tiga kelompok tersebut.

c. Conclusion Drawing / Verification (penarikan kesimpulan dan verifikasi)

Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dalam

(35)

52

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masalah yang telah dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin tidak. Penelitian

kualitatif masih bersifat sementara dan mungkin akan berkembang setelah

dilapangan. Maksudnya yaitu peneliti kembali terhadap kesimpulan yang telah

dibuat. Apakah kesimpulan yang telah dibuat itu kredibel atau tidak. Untuk

memastikan kesimpulan yang telah dibuat tersebut, maka peneliti masuk

kelapangan lagi, mengulangi pertanyaan dengan cara dan sumber yang berbeda,

tetapi tujuan sama. Kalau kesimpulan telah diyakini memiliki kredibilitas yang

tinggi, maka pengumpulan data dinyatakan selesai.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru

yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih semu sehingga setelah diteliti

menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori

Bila telah didukung oleh data-data yang mantap, maka dapat dijadikan

kesimpulan yang kredibel.

E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Pada dasarnya dalam penelitian kualitatif belum ada teknik yang baku

dalam menganalisa data, atau dalam analisa data kualitatif, tekniknya sudah jelas

dan pasti, sedangkan dalam analisa data kualitatif, teknik seperti itu belum

tersedia, oleh sebab itu ketajaman melihat data oleh peneliti serta kekayaan

pengalaman dan pengetahuan harus dimiliki oleh peneliti. Dalam menguji

keabsahan data peneliti menggunakan teknik trianggulasi, yaitu pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, dan teknik

trianggulasi yang paling banyak digunakan adalah dengan pemeriksaan melalui

sumber yang lainnya. Menurut Moloeng (2007:330), trianggulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik

(36)

53

Ria Anggraeni, 2014

Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lainnya. Denzin (dalam Moloeng, 2007:330) membedakan empat macam

trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,

metode, penyidik, dan teori.

Trianggulasi dilakukan melalui wawancara, observasi langsung dan

observasi tidak langsung, observasi tidak langsung ini dimaksudkan dalam bentuk

pengamatan atas beberapa kelakukan dan kejadian yang kemudian dari hasil

pengamatan tersebut diambil benang merah yang menghubungkan di antara

keduannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan akan melengkapi dalam

memperoleh data primer dan skunder, observasi dan interview digunakan untuk

menjaring data primer yang berkaitan pengambilan keputusan kepala sekolah

dengan kesiapan sekolah dalam penerapan pembelajaran, sementara studi

dokumentasi digunakan untuk menjaring data skunder yang dapat diangkat dari

berbagai dokumentasi tentang tugas-tugas pokok dan pengelolaan sekolah.

Tahap-tahap dalam pengumpulan data dalam suatu penelitian, yaitu tahap

orientasi, tahap ekplorasi dan tahap member chek. Tahap orientasi, dalam tahap

ini yang dilakukan peneliti adalah melakukan prasurvey ke lokasi yang akan

diteliti, dalam penelitian ini prasurvey dilakukan di SMP Negeri 1 Rancakalong,

dengan melakukan dialog dengan kepala sekolah, dan guru mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan. Kemudian peneliti juga melakukan studi

dokumentasi serta kepustakaan untuk melihat dan mencatat data-data yang

diperlukan dalam penelitian ini. Tahap eksplorasi, tahap ini merupakan tahap

pengumpulan data di lokasi penelitian, dengan melakukan wawancara dengan

unsur-unsur yang terkait, dengan pedoman wawancara yang telah disediakan

peneliti, dan melakukan observasi tidak langsung tentang kondisi sekolah dan

mengadakan pengamatan langsung tentang pengambilan keputusan di sekolah itu.

Tahap member chek, setelah data diperoleh di lapangan, baik melalui observasi,

wawancara ataupun studi dokumentasi, responden diberi kesempatan untuk

Gambar

gambaran secara faktual tentang peran pembelajaran PKn untuk meningkatkan
Gambar 3.3. Tahap Observasi

Referensi

Dokumen terkait

(6) Für die Durchführung von Prüfungen und die Bewertung von Prüfungsleistungen gelten die Regelungen der Studien- und Prüfungsordnung für den Studiengang Rechtswissenschaft

Metode Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau

Untuk dapat menangani kasus pasien dengan baik, terlebih dahulu perlu pengkajian yang komprehensif, 58 responden (70,7 %) menyatakan setuju bahwa pembimbing memberi

disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya,

PERBED AAN KEBUGARAN JASMANI SISWA ANGGOTA EKSTRAKURIKULER SOFTBALL D I SMAN 27 BAND UNG KELAS X D AN XI YANG MENGGUNAKAN TREAD MILL D AN FARTLEK. Universitas Pendidikan Indonesia

Uji Perbedaan Rata-rata (Uji-t) Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Prosa Fiksi Anak .... Uji Perbedaan Rata-rata (Uji-t) Kemampuan

It means that the positive law in modern state, which naturally has foundation on rationality, can be created based on traditions because they have similar function to create

di dominasi oleh pengunjung dengan jenis kelamin Perempuan dengan umur sekitar 27 sampai 31 tahun tahun dengan status sosial belum menikah atau tidak menikah, tingkat pendidikan