No. Daftar FPIPS: 2016/UN.40.2.2/PL/2014
PERAN PEMBELAJARAN PKN DALAM MENINGKATKAN ANTUSIAS SISWA TERHADAP BUDAYA LOKAL
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rancakalong)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh : Ria Anggraeni
1000557
JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN ANTUSIAS SISWA TERHADAP BUDAYA
LOKAL
Oleh
Ria Anggraeni
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Ria Anggraeni 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
RIA ANGGRAENI
PERAN PEMBELAJARAN PKN DALAM MENINGKATKAN ANTUSIAS SISWA TERHADAP BUDAYA LOKAL
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rancakalong )
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I,
Dra. Iim Siti Masyitoh, M. Si. NIP. 19620102 198608 2 001
Pembimbing II,
Susan Fitriasari, S. Pd., M. Pd. NIP. 19820730 200912 2 004
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
RIA ANGGRAENI: 1000557. PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN ANTUSIAS SISWA TERHADAP BUDAYA LOKAL. (Studi Deskriptif Analitis Pada Siswa Kelas VII SMPN 1 Rancakalong)
Indonesia memiliki kemajemukan kebudayaan yang beragam. Kebudayaan yang beragam tersebut diantaranya yaitu ditandai dengan etnik, suku, ras, bahasa, dll. Keberagaman suatu tersebut perlu kita lestarikan. Cara untuk melestarian kekayaan ini bisa kita temukan dalam pembelajaran di sekolah. Pembelajan tersebut guna meningkatkan pendidikan siswa terhadap kebudayaan lokal. Berdasarkan pemikiran tersebut, perlu diadakan penelitian yang bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pkn dalam meningkatkan antusias terhadap budaya lokal
2. Untuk mengetahui proses penerapan PKn dalam meningkatkan antusias siswa terhadap kebudayaan lokal
3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru saat proses pembelajaran PKn berlangsung
4. Untuk mengetahui upaya guru dalam menangani permasalahan pembelajaran PKn dalam meningkatkan kebudayaan lokal
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara, studi dokumentasi. Selain itu, sumber datanya adalah Kepala sekolah, Wakasek bidang Kurikulum, Guru PKn dan siswa. Analisis data yang sesuai dengan penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian yang penulis peroleh yaitu:
1. RPP dibuat setiap semester dalam forum MGMP, dimana program tahunan, program semester dan silabus dibuat bersama seluruh guru PKn se-Kabupaten Sumedang.
2. Proses penerapan pembelajaran PKn dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal tidak tercantum dalam RPP secara khusus, namun guru dengan menggunakan metode cerita mampu membangkitkan antusias siswa dalam pembelajaran.
3. Kendala-kendala dalam proses pembelajaran PKn dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal yaitu:
a. Siswa belum mengetahui kebudayaan-kebudayaan yang ada di daerahnya masing-masing
b. Kurangnya antusias siswa terhadap budaya lokal
c. Rendahnya kemampuan guru dalam mempersiapkan peralatan yang dapat merangsang minat, ingatan, dan pengenalan kembali siswa terhadap budaya masing- masing dalam konteks pengalaman belajar yang diperoleh.
4. Upaya yang harus dilakukan terkait kendala-kendala diatas yaitu:
a. Memberikan tugas kepada siswa secara aktif agar siswa bisa berfikir dan bertindak secara kritis dalam mengenal kebudayaannya
b. Menahan diri agar tidak bersikap otoriter atau satu-satunya sumber informasi bagi siswa
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11
A. Kajian Tentang Pendidikan Kewarganegaraan ... 11
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 11
2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 14
3. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran PKn ... 17
4. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan ... 20
B. Kajian Tentang Peningkatan Antusias Terhadap Budaya Lokal ... 24
C. Kajian Tentang Budaya Lokal ... 26
1. Pengertian Budaya Lokal ... 26
2. Unsur-Unsur Budaya Lokal ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
A. Metode Penelitian... 35
B. Definisi Operasional... 39
C. Teknik Pengumpulan Data ... 41
3. Conclusion Drawing/Verification ... 50
E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 51
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Lokasi Penelitian ... 52
2. Subjek Penelitian ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
A. Gambaran Umum SMPN 1 Rancakalong ... 51
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 59
1. RPP PKn SMPN 1 Rancakalong ... 59
2. Proses Penerapan Pembelajaran PKn Terhadap Budaya Lokal ... 62
3. Kendala yang Dihadapi Saat Pembelajaran ... 65
4. Upaya dalam Menanggulangi Permasalahan Pembelajaran PKn .. 67
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 68
1. RPP PKn SMPN 1 Rancakalong ... 68
2. Proses Penerapan Pembelajaran PKn Terhadap Budaya Lokal ... 70
3. Kendala yang Dihadapi Saat Pembelajaran ... 75
4. Upaya dalam Menanggulangi Permasalahan Pembelajaran PKn .. 78
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 82
A. Kesimpulan ... 82
1. Kesimpulan Umum ... 82
2. Kesimpulan Khusus ... 82
B. Rekomendasi ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 87 DAFTAR LAMPIRAN
1. Perizinan
2. Instrument Penelitian 3. Pedomean Wawancara
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki kemajemukan kebudayaan yang beragam. Kebudayaan yang beragam tersebut diantaranya yaitu ditandai dengan etnik, suku, ras, bahasa, kesenian, agama dan kepercayaan, cara berpakaian, pola hidup suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya, dll. Keberagaman tersebut merupakan suatu kelebihan tersendiri untuk bangsa Indonesia sebagai ciri khas yang menjadi kebanggaan bagi masyarakat Indonesia. Keberagaman suatu kekayaan yang terdapat di Indonesia perlu kita lestarikan. Cara untuk melestarian kekayaan ini bisa kita temukan dalam suatu pembelajaran di sekolah. Pembelajan tersebut guna meningkatkan pendidikan siswa terhadap kebudayaan Indonesia.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting yang harus dikembangkan dalam meningkatkan kualitas individu. Peningkatan kualitas individu tersebut dapat dilakukan mulai dari sekolah dasar, hingga ke perguruan tinggi. Pembelajaran merupakan sebuah esensi dari pendidikan, yang dimana pembelajaran terjadi karena adanya interaksi antara guru dengan siswanya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan kunci
keberhasilan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, dan pendidikan
dikatakan berhasil manakala siswa hasil dari proses pembelajaran tersebut
menunjukkan siswa yang berkualitas. Proses pembelajaran yang berkualitas
adalah yang mengintegrasikan komponen-komponen pembelajaran secara utuh
dan terpadu, antara materi pembelajaran, model pembelajaran, media
pembelajaran, sumber pembelajaran dan evaluasi ( M3SE).
Materi pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam proses
pembelajaran. Materi pembelajaran berisi tentang ide, gagasan dan pokok-pokok
sebuah konsep untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru dituntut untuk mampu
2
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa, karena hanya guru yang mampu menguasai materi pembelajaran dengan
baik, berkualitas, dan berwawasan luas, yang dapat membangun kemampuan
berfikir siswa. Dengan kata lain, guru yang mampu mengkaji materi pembelajaran
mendalam (deep learning).
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk
membina siswa menjadi warga negara yang baik, yang tahu tentang hak dan
kewajibannya. Warga negara yang baik adalah warga negara yang bukan hanya
sekedar tahu dan sadar akan hak dan kewajibannya saja, tetapi cerdas, tanggung
jawab, partisipasi, memanfaatkan hak dan kewajibannya sebagai warga negara
secara proporsional, yang wajar dan halal. Dengan kata lain, warga negara yang
baik harus selalu komitmen terhadap peraturan yang ada dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sri dan Syaifullah (2008: 37)
mengatakan:
Proses pembelajaran PKn yang baik yaitu dimana kelas sebagai laboratorium demokrasi dapat dilaksanakan dengan baik. Hal inipun tergantung kepada faktor-faktor sebagai berikut:
a. Metode mengajarnya; b. Karakteristik pengajar; c. Karakteristik siswa; d. Suasana masyarakatnya.
Selain itu karakteristik seorang guru sangat menentukan demi terciptanya
kelas demokratis tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Murray Print (dikutip
Sri dan Syaifullah, 2008: 53) mengemukakan:
Karakteristik yang esensial dalam pendekatan pembelajaran civics, yaitu (a) engaging students in projects (active engagement);(b)stimulating and understanding of values; and (c) encouraging reflective, critical thinking as well as the ability to take a position and defent.
3
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari pendapat diatas jika karakteristik tersebut tercapai, maka akan
memungkinkan para siswa aktif melibatkan diri, baik secara mental maupun
secara fisik. Seorang guru dalam mentransfer ilmunya, harus bisa memperhatikan
latar belakang budaya yang dimiliki oleh setiap siswanya. Namun pada
kenyataannya, seorang guru hanya mentransfer ilmu tanpa memperhatikan setiap
detail dari karakteristik dasar siswa itu sendiri.
Suatu kekeliruan terjadi saat guru tidak memperkenalkan budaya dan
mempertimbangkan latar belakang budaya yang dimiliki oleh setiap siswa dalam
mengenal proses pembelajaran. Hal tersebut akan membentuk budaya kekerasan
yang dilakukan oleh remaja. Dampak dari itu, akan menjadikan individu yang
kehilangan jati dirinya karena seolah-olah terserabut dari akar budayanya sendiri.
Contoh lainnya seperti penggunaan bahasa sunda. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa semakin banyak penggunaan bahasa Sunda, maka semakin kuat
unsur kebudayaannya. Selain itu, sebuah bahasa adalah cerminan dari aktivitas
kebudayaan serta jati diri sebuah budaya. Bila tidak ada lagi penggunaan bahasa
Sunda di tanah Sunda maka bisa dibilang kebudayaan Sunda sudah mati karena
tidak ada bahasa sebagai wujud representasi aktivitas kebudayaan. Salah satu
faktor dari hilangnya kebudayan adalah karena faktor globalisasi.
Globalisasi merupakan suatu komunikasi antar individu dengan individu,
kelompok dengan kelompok yang melintasi batas negara. Dampak dari globaliasi
telah banyak dirasakan, baik itu dampak positif ataupun dampak negatif. Dampak
positif yang banyak kita rasakan yaitu adanya proses modernisasi, dimana
masyarakat yang awalnya irasional menjadi rasional. Selain itu berkembangnya
pengetahuan dan teknologi yang mendorong manusia untuk menjadi lebih mudah
dalam beraktivitas pun telah banyak dirasakan. Namun dampak negatif dari
globalisasi pun, menjadi suatu masalah yang dihadapi oleh bangsa ini.
Pendidikan merupakan aspek yang erat dan menyatu dengan kebudayaan
yang menjadi identitas bangsa. Identitas bangsa tersebut ditunjang oleh identitas
4
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
budaya bangsa, khususnya budaya lokal akan terkikis. Budaya asing yang masuk
sedikit demi sedikit akan mengikis eksistensi budaya lokal yang sarat makna.
Globalisasi disebut-sebut sebagai faktor utama saat ini yang berpengaruh besar
terhadap kehidupan budaya masyarakat. Suatu yang keliru apabila globalisasi
dianggap sebagai penyebab degradasi kebudayaan, karena globalisasi itu sendiri
bagian dari kebudayaan yang tidak mungkin dihindari. Namun masyarakat mulai
meninggalkan kebudayaan lokal yang dipakainya dan mulai menggunakan
kebudayaan nasional, bahkan mulai membiasakan diri menggunakan kebudayaan
asing dalam kehidupan sehari-hari. Kebudayaan lokal dinilai sudah ketinggalan
jaman dan dianggap “kampungan”. Padahal, kebudayaan lokal menunjukkan
identitas masyarakat yang utama. Dengan berdasar pada cerminan remaja yang
terancam terserabut dari akar budayanya sendiri, maka pembelajaran yang
mendekatkan siswa pada karakteristik kebudayaan sendiri diharapkan mampu
menangkal degradasi moral remaja yang harus mencurahkan segala potensinya.
Atas dasar pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang dituangkan dalam bentuk karya tulis dengan judul : “PERAN
PEMBELAJARAN PKn DALAM MENINGKATKAN ANTUSIAS SISWA
TERHADAP BUDAYA LOKAL”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penulis mengajukan
rumusan masalah yang akan dikaji yaitu tentang “Bagaimana peran pembelajaran
Pkn dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal?”. Untuk lebih
mempermudah dan memfokuskan dalam mengidentifikasi hasil penelitian
tersebut, maka penulis mengidentifikasikan dalam beberapa pertanyaan penelitian
seperti berikut ini.
1. Bagaimanakah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PKn di SMPN 1
Rancakalong?
2. Bagaimana proses penerapan pembelajaran PKn dalam meningkatkan
5
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi saat proses pembelajaran
berlangsung?
4. Upaya apa yang dilakukan guru dalam menghadapi permasalahan
pembelajaran PKn, dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya
lokal?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dan mengetahui
gambaran secara faktual tentang peran pembelajaran PKn untuk meningkatkan
antusias siswa terhadap budaya lokal di SMPN 1 Rancakalong.
2. Tujuan khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pkn dalam
meningkatkan antusias terhadap budaya lokal.
b. Untuk mengetahui proses penerapan PKn dalam meningkatkan
antusias siswa terhadap kebudayaan lokal.
c. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru saat proses
pembelajaran PKn berlangsung.
d. Untuk mengetahui upaya guru dalam menangani permasalahan
pembelajaran PKn dalam meningkatkan kebudayaan lokal.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat atau signifikasi dari penelitian yang berjudul Peran
Pembelajaran PKn dalam Meningkatkan Antusias Siswa terhadap Kebudayan
Lokal ini adalah sebagai berikut:
6
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Secara teoritis kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pengetahuan yang berguna dalam meningkatkan antusias siswa
melalui pembelajaran PKn terhadap kebudayaan lokal. Dalam hal ini peran mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih perlu ditingkatkan untuk
membentuk warga negara yang bukan hanya mengetahui, namun dapat mencintai
dan melestarikan budaya lokal. Selain itu penelitian ini pun diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi para praktisi pendidikan
pada umumnya, dan khususnya bagi para pendidik dalam melakukan inovasi
pembelajaran di persekolahan.
2. Secara Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai
berikut:
a. Bagi intansi pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan, hasil
penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan untuk lebih
meningkatkan perhatian dalam proses pembentukan sikap antusias
budaya lokal dan meningkatkan antusias masyarakat untuk bisa
melestarikan budaya lokal melalui pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
b. Bagi SMPN 1 Rancakalong sebagai sekolah atau penyelenggara
proses pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan
pertimbangan yang positif untuk lebih mengoptimalkan pelaksanaan
program pendidikan dengan menggunakan mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bisa memberikan
kontribusi untuk bisa meningkatkan antusias siswa terhadap
kebudayaan lokal.
c. Bagi guru SMPN 1 Rancakalong, agar lebih dapat mengembangkan
dan meningkatkan serta mengefektifkan mata pelajaran PKn sebagai
mata pelajaran yang berperan dalam kebudayaan lokal. Melalui
7
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lokal, diharapkan SMP Negeri 1 Rancakalong menjadi sekolah
percontohan yang berbasis kebudayaan.
d. Bagi orang tua siswa SMPN 1 Rancakalong sebagai pendidik di
rumah agar selalu memperhatikan dan mengajarkan
kebudayaan-kebudayaan lokal kepada anaknya serta membimbing untuk bisa
menghargai, mencintai dan melestarikan kebudayaan lokal tersebut.
e. Bagi siswa SMPN 1 Rancakalong sebagai siswa, hasil penelitian ini
diharapkan menjadi bahan evaluasi dalam membentuk karakternya di
sekolah dan untuk lebih memotivasi agar lebih meningkatkan
kepeduliannya terhadap kebudayaan lokal.
f. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan hasil penelitian ini
semoga dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam pengembangan
metode pembelajaran.
g. Bagi penulis agar menambah wawasan dan pengetahuannya dalam
mengenal kesenian budaya lokal dan menumbuhkan kembali
keantusiasan terhadap kebudayaan lokal.
E. Penjelasan Istilah
Penjelasan istilah merupakan suatu aspek untuk menghindari kesalah
pahaman dalam menafsirkan istilah-istilah dalam penelitian. Persamaan argumen
memang sulit didapatkan, maka dari itu penelitian ini perlu diklarifikasikan guna
memperoleh kesamaan dalam persepsi, istilah-istilah tersebut antara lain:
1. Pembelajaran
Pembelajaran adalah perpaduan dua aktivitas yakni mengajar dan aktivitas
belajar itu sendiri. Sugandi (2000: 4) mengatakan “belajar merupakan suatu
bentuk pertumbuhan atau perubahan dari seseorang yang dinyatakan dalam
cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan dan latihan”. Ciri-ciri dari
pembelajaran dalam bukunya Sugandi, dkk (2000: 5) antara lain:
8
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar;
c. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa;
d. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa;
e. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis.
Sejalan dengan pendapat diatas, penulis dapat mengemukakan bahwa
pembelajaran merupakan komunikasi atau interaksi antara pendidik dan peserta
didik untuk menumbuhkan perubahan yang akan membentuk sumber daya
manusia yang potensial.
2. Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama,
sosiokultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi Warga Negara
Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang di amanatkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sri Wuryan dan
Syaifullah (2008:9) mengatakan bahwa:
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan sarana untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
Selain itu, S. Sumarsono (2011: 7) mengemukakan bahwa:
Pendidikan Kewarganegaraan adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari seorang warga negara dalam berhubungan dengan negara, dan memecahkan berbagai masalah hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan menerapkan konsepsi falsafah bangsa, wawasan nasional, dan ketahanan nasional.
Dari pendapat diatas, penulis mengemukakan pula bahwa PKn merupakan
mata pelajaran yang didalamnya terdapat bagaimana menjadi warga negara yang
9
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PKn membahas tentang bagaimana cara menjadi warga negara yang baik, yang
memiliki jiwa Pancasila, dengan penuh kesadaran dan bertanggung jawab akan
segala keputusan yang tepat untuk dirinya dan orang lain.
3. Antusias
Menurut Kamus Pelajar Bahasa Indonesia, antusias merupakan “bergairah, bersemangat, minat besar terhadap sesuatu”. Menurut Andika kusuma sebagaimana yang dilangsir dalam (andika.web.id/tag/antusiasme), “antusias berasal dari bahasa Yunani En Theos dan secara harfiah berarti Allah didalam
kita. Antusias adalah sebuah sikap (attitude)”. Dari pengertian diatas, penulis
dapat mengemukakan pengertian dari Antusias. Antusias atau antusiasme
merupakan perasaan ingin memiliki, ingin merasakan terhadap sesuatu yang ia
temui atau ia inginkan.
4. Budaya Lokal
Ranjabar (2006: 150) mengemukakan bahwa “budaya lokal dapat dilihat dari sifat majemuk masyarakat Indonesia, maka harus diterima bahwa adanya tiga golongan kebudayaan yang masing-masing mempunyai coraknya sendiri”. Judistira (2008: 141) mengemukakan pula bahwa kebudayaan lokal adalah
melengkapi kebudayaan regional, dan kebudayaan regional adalah bagian-bagian
yang hakiki dalam bentukan kebudayaan nasional. Disamping itu, Judistira
berpendapat juga bahwa Budaya lokal adalah nilai-nilai lokal hasil budi daya
masyarakat suatu daerah yang terbantuk secara alami dan diperoleh melalui proses
belajar dari waktu-waktu. Budaya lokal tersebut bisa berupa hasil seni, tradisi,
pola pikir, atau hukum adat.
Selain itu, Soejono Soekamto (2006: 76) mengemukakan bahwa
kebudayaan adalah komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain serta kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Penulis juga dapat mengemukakan bahwa kebudayaan lokal merupakan suatu kebudayaan yang berada di dalam daerah,
10
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilindungi. Kebudayaan lokal pun merupakan suatu kebiasaan yang sering
dilakukan secara berulang-ulang oleh masyarakat, selain itu kebudayaan
merupakan suatu tempat dalam membudidayakan ciri khas dari suatu objek di
tengah-tengah masyarakat umum.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini akan membahas tentang gambaran umum penulisan
skripsi. Pembahasan dimulai dari latar belakang penulisan, ruang
lingkup yang akan dibahas dalam penulisan skripsi, serta tujuan
dan manfaat penulisan. Kemudian pembahasan selanjutnya adalah
mengenai metodologi penelitian yang dipakai dalam penyusunan
skripsi, serta sistematika yang dibagi menjadi beberapa bab secara
garis besar dalam isi setiap bab.
Bab II Kajian Pustaka
Kajian pustaka berisi teori-teori dasar yang berkaitan dengan fokus
penelitian penulis tentang peran mata pelajaran PKn dalam
meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian
termasuk beberapa komponen seperti lokasi dan subjek penelitian,
teknik pengumpulan data, definisi operasional, instrumen
penelitian, teknik pengolahan data dan analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab hasil penelitian dan pembahasan, terdiri dari analisis data
untuk menghasilkan temuan data tentang orientasi mata pelajaran
PKn dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal.
Pada bab ini berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan
penelitian dan tujuan penelitian.
11
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam bab ini dikemukakan secara singkat kesimpulan, mencakup
jawaban yang dipoleh dari interpretasi data yang merupakan
jawaban terhadap permasalahan penelitian, nilai lebih dan
kelemahan dari penelitian yang telah dilakukan. Saran yang
diberikan harus singkat, berangkat pada kelemahan baik proses dari
penelitian yang dilakukan maupun kelemahahan terkait temuan
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metodologi sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor (Mulyana,
2002: 145) merupakan proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk
mendekati problem dan mencari jawaban. Pengertian ini menegaskan bahwa
metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji masalah penelitian.
Sugiyono (2011, 2) mengemukakan bahwa:
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang harus diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empirisme berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. (Bedakan cara yang tidak ilmiah, misalnya mencari uang yang hilang atau provokator, atau tahunan yang melarikan diri melalui paranormal). Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data yang bisa diamati
dengan mempunyai kriteria yang valid. Maksudnya yaitu yang menunjukan
ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang
dikumpulkan oleh peneliti. Contohnya seperti didalam sebuah kota A terdapat
5000 orang miskin. Namun saat penelitian, peneliti melaporkan jauh dibawah
5000 atau lebih dari 5000. Berarti tingkat validitas hasil penelitian itu rendah.
Data yang valid adalah data yang reliabel. Maksudnya jika saat wawancara
menyebutkan orang yang miskin dikota A itu adalah 5000, maka besok atau lusa
36
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tertentu. Melalui penelitian, manusia menemukan hasilnya, terlepas dari apa yang
diharapkan dan tidak diharapkannya, sesuai kenyataan di lapangan.
Dalam melakukan penelitian tersebut, seorang peneliti pasti menggunakan
metode atau cara dalam pencapaian penelitiannya. Sedangkan jenis-jenis metode
penelitian menurut Sugiyono (2011: 4), dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan
dan tingkat kealamiahan (natural setting) obyek yang diteliti.
Berdasarkan tujuan, metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi penelitian dasar (basic research), penelitian terapan (applied research) dan penelitian pengembangan (research and development). Selanjutnya berdasarkan tingkat kealamiahannya, metode penelitian dapat dikelompokkan menjadi metode penelitian eksperimen, survey dan naturalistik.
Dilihat dari jenis-jenis penelitian diatas dapat digambarkan seperti gambar
37
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1. Macam-macam metode penelitian berdasarkan tujuan dan tingkat kealamiahan tempat penelitian
Gay (Sugiyono, 2011: 3) mengatakan bahwa sebenarnya sulit untuk
membedakan antara penelitian murni (dasar) dan terapan secara terpisah, karena
keduanya terletak pada satu garis kontinum. Dimana penelitian dasar bertujuan
untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang langsung
bersifat praktis. Sedangkan penelitian terapan dilakukan dalam memecahkan
masalah-masalah praktis. Jujun S. Suriasumantri (1985: 20) mengatakan juga
bahwasannya penelitian dasar atau murni adalah penelitian yang bertujuan
menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui,
sedangkan penelitian terapan adalah bertujuan untuk memecahkan
masalah-masalah kehidupan praktis.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana dikemukakan oleh Zainal (2012: 54)
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan
menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena dalam variabel tunggal maupun
korelasi dan atau perbandingan. Sedangkan pendekatan kualitatif menurut Bogdan
dan Taylor (Moloeng, 1989: 3) mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Lebih lanjut Nasution
(1996: 5) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah
mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka,
berusaha untuk memahami bahasa mereka dan tafsiran mereka tentang dunia
sekitarnya. Selain itu Moleong (2010: 3) mengemukakan juga bahwa:
38
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nasution (1996:18) mengistilahkan juga penelitian kualitatif dengan
penelitian naturalistik. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan
bercorak kualitatif, bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat
pengukur. Disebut naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat natural
atau wajar, sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen
atau tes. Dilihat dari pengertian diatas, metode kualitatif sering disebut metode
penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang lamiah
(natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya
metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya;
disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya
lebih bersifat kualitatif. Metode kualitatif biasanya berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generalisasi.
Metode penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang
mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang
sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak.
Oleh karena itu di dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi,
tetapi lebih menekankan pada makna. Generalisasi di dalam penelitian kualitatif
dinamakan transferability. Di dalam penelitian ini, masalah yang dihadapi adalah
mengenai siswa-siswi. Oleh karena itu, secara metodologis, penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Pada hakekatnya pendekatan ini untuk
mengamati orang dan lingkungannya, berinteraksi dengan mereka, berusaha
memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Nasution, 2003:
5).
Analisis deskriptif merupakan proses tentang penggambaran umum
39
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melihat karakteristik data yang kita peroleh. Dalam hal ini, data yang
dideskripsikan adalah data kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik.
Dipilihnya pendekatan ini adalah didasarkan pada permasalahan yang akan dikaji
dalam penelitian. Peneliti ingin mengetahui bagaimana peran PKn dalam
meningkatkan keantusiasan siswa terhadap budaya lokal. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif pada penelitian
ini menggambarkan segala sesuatu yang menjadi kebiasaan siswa dalam
meningkatkan antusiasnya terhadap kebudayaan lokal.
B. Definisi Operasional
Definisi operasional didasarkan atas sifat-sifat yang dapat diamati, dan
didefinisikan oleh peneliti. Sebagaimana dikemukakan oleh Widjono (2007: 120)
bahwa “definisi operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman
untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, misalnya penelitian”. Terdapat
banyak istilah yang digunakan pada penelitian ini. Baik judul maupun isi.
Penelitian ini perlu diklarifikasikan guna memperoleh kesamaan dalam persepsi,
istilah-istilah tersebut antara lain:
1. Pembelajaran
Pembelajaran adalah perpaduan dua aktivitas yakni mengajar dan aktivitas
belajar itu sendiri. Sugandi (2000:4) mengatakan “belajar merupakan suatu bentuk
pertumbuhan atau perubahan dari seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara
bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan dan latihan”. Ciri-ciri dari
pembelajaran dalam bukunya Sugandi, dkk (2000:5) antara lain:
a. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistemis;
b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar;
c. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa;
40
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis.
Sejalan dengan pendapat diatas, penulis dapat mengemukakan bahwa
pembelajaran merupakan komunikasi atau interaksi antara guru dengan siswa
untuk menumbuhkan perubahan yang akan membentuk sumber daya manusia
yang potensial dan menciptakan siswa yang bukan sekedar tahu tentang
kebudayaan lokal, namun ikut melestarikan kebudayaan lokal yang ada di
daerahnya masing-masing.
2. Pendidikan Kewarganegaraan
Sri Wuryan dan Syaifullah (2008:9) mengatakan bahwa:
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan sarana untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
Selain itu, S. Sumarsono (2001: 7) mengemukakan bahwa:
Pendidikan Kewarganegaraan adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari seorang warga negara dalam berhubungan dengan negara, dan memecahkan berbagai masalah hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan menerapkan konsepsi falsafah bangsa, wawasan nasional, dan ketahanan nasional.
Dari pendapat diatas, penulis mengemukakan pula bahwa PKn merupakan
mata pelajaran yang didalamnya terdapat bagaimana menjadi warga negara yang
bisa memenuhi hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang baik. Selain itu,
PKn membahas tentang bagaimana cara menjadi warga negara yang baik, yang
memiliki jiwa Pancasila, dengan penuh kesadaran dan bertanggung jawab akan
segala keputusan yang tepat untuk dirinya dan orang lain.
3. Antusias
Menurut Kamus Pelajar Bahasa Indonesia, antusias merupakan “bergairah,
41
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sebagaimana yang dilangsir dalam (andika.web.id/tag/antusiasme), “antusias berasal dari bahasa Yunani En Theos dan secara harfiah berarti Allah didalam
kita. Antusias adalah sebuah sikap (attitude)”. Pengertian diatas, penulis dapat
mengemukakan pengertian dari Antusias. Antusias atau antusiasme merupakan
perasaan ingin memiliki, ingin merasakan terhadap sesuatu yang ia temui atau ia
inginkan.
4. Budaya Lokal
Ranjabar (2006: 150) mengemukakan bahwa “budaya lokal dapat dilihat dari sifat majemuk masyarakat Indonesia, maka harus diterima bahwa adanya tiga golongan kebudayaan yang masing-masing mempunyai coraknya sendiri’. Penulis juga dapat mengemukakan bahwa kebudayaan lokal merupakan suatu kebudayaan yang berada di dalam daerah, yang mempunyai suatu ciri khas tertentu, yang
layak untuk dilestarikan dan dilindungi.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dan
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti
tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Pengumpulan data yaitu mengumpulkan kembali dokumen-dokumen yang akan
digunakan, seperti perangkat instrumen, surat izin penelitian, dan sebagainya.
Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki
kredibilitas tinggi, dan sebaliknya.
Sugiyono (2011: 224) mengatakan bahwa:
42
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kepada pengumpul data, dan data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan obervasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik observasi, wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Dalam penelitian
ini sumber datanya adalah Kepala sekolah, Wakasek bidang Kurikulum, Wakasek
bidang Kesiswaan, Pembina Ekstrakurikuler, Guru PKn dan siswa sebagai data
pembanding. Untuk memperoleh data, maka penulis menggunakan pengumpul
datanya adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara lisan
terhadap responden, dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah
disediakan. Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2011:
180). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Nasution (2003: 72), maksud
dari wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung. Penulis melakukan wawancara langsung kepada kepala sekolah, siswa
kelas VII dan guru PKn di SMPN 1 Rancakalong.
Wawancara ini bertujuan untuk “mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal
yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi (Nasution, 2003:73). Dengan
wawancara mendalam ini diharapkan dapat diperoleh bentuk-bentuk informasi
tertentu dari semua responden dengan susunan kata dan urutan yang disesuaikan
dengan ciri-ciri setiap responden. Hal tersebut dimungkinkan sebagaimana
43
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wawancara mendalam bersifat luwes, susunan pertanyaan dan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara, termasuk karakteristik sosial budaya (agama, suku, gender, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya) responden yang dihadapi.
Berdasarkan hal tersebut, maka metode ini memungkinkan pihak yang
diwawancarai untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya, untuk
menggunakan istilah-istilah mereka sendiri mengenai fenomena yang diteliti,
tidak sekedar menjawab pertanyaan. Lincoln and Guba (Sugiyono, 2011: 235)
mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk
mengumpulkan data dalan penelitian kualitatif, yaitu:
1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu dilakukan
2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
3. Mengawali atau membuka alur wawancara 4. Melangsungkan alur wawancara
5. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya 6. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
7. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh
Selain dari langkah-langkah dalam melakukan wawancara, Moeloeng
(Sugiyono: 2011) menggolongkan enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan
yaitu:
1. Pertanyaannya yang berkaitan dengan pengalaman 2. Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat 3. Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan 4. Pertanyaan tentang pengetahuan
5. Pertanyaan yang berkenaan dengan indera
6. Pertanyaan berkaitan dengan latar belakang atau demografi
Jenis - jenis pertanyaan dalam melakukan wawancara ini saling berkaitan
satu sama lain. Penulis lebih menekankan pada jenis pertanyaan yang berkaitan
dengan pengalaman dan pertanyaan tentang pengetahuan. Karena jenis pertanyaan
ini lebih cocok dalam melakukan wawancara sesuai dengan judul yang penulis
44
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Observasi,
Observasi yaitu suatu pengamatan yang dilakukan atas pemusatan
perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Zainal (2012: 170) berpendapat “observasi adalah Suatu kegiatan observasi dimana observer (orang yang melakukan observasi) terlibat atau berperan serta dalam
lingkungan kehidupan orang-orang yang diamati”. Disamping itu Arikunto
(2006:129) berpendapat bahwa “observasi dilakukan oleh pengamat dengan
menggunakan instrumen pengamatan maupun tanpa instrumen pengamatan”.
Selain itu, Nasution (Sugiyono, 2011: 226) mengatakan juga bahwa:
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.
Pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan
dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data.
“Pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama
baik dari pihak pengamat maupun dari pihak subjek” (Moleong, 2010:126).
Dalam penelitian ini, peneliti mengamati langsung bagaimana siswa setelah
mempelajari mata pelajaran PKn yang berbasis kebudayaan lokal. Apakah telah
tercermin bahwa siswa bisa antusias dan bisa lebih mengenal kembali akan
kebudayaan lokalnya, atau bahkan tidak sama sekali.
Dalam melakukan observasi, yang paling evektif caranya yaitu dengan
melengkapi setiap pedoman observasi atau pedoman pengamatan yang berupa
blangko pengamatan. Format yang disusun tersebut berisi item-item tentang
45
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengamat. Sanafiah (Sugiyono, 1990: 226) mengklasifikasikan obervasi menjadi
beberapa macam observasi yang ditunjukkan seperti gambar 3. 2 berikut.
Gambar 3. 2. Macam-macam teknik observasi
Dilihat dari gambar diatas, macam-macam teknik observasi yaitu:
1. Observasi Partisipatif, dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang akan diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Seperti yang telah dikemukakan bahwa observasi ini dapat digolongkan menjadi empat yaitu, partisifasi pasif, partisifasi moderat, partisifasi aktif dan partisifasi yang lengkap.
Observasi yang pasif
Observasi yang moderat
Observasi yang aktif
Observasi yang lengkap Observasi
partisipatif
Observasi terus terang dan samar
Observasi tak terstruktur Macam-macam
46
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Partisipasi pasif. Jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
b. Partisipasi moderat. Dalam hal ini terdapat keseimbangan antara peneliti manjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.
c. Partisipasi aktif. Dalam observasi ini peneliti ikut melaksanakan apa yang dilakukan oleh narasumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.
d. Partisipasi lengkap. Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sepenuhnya oleh sumber data. Jadi suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti.
2. Observasi terus terang atau tersamar, dalam hal ini peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktifitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat, peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi. Hal ini dilakukan untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan jika dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.
3. Observasi tak berstruktur, observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak berstruktur, karena fokus penelitian masih belum jelas. Fokus observai akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Kalau masalah penelitian sudah jelas seperti penelitian kuantitatif, maka observasi dapat dilakukan secara berstruktur dengan menggunakan pedoman observasi.
Menurut Patton (Sugiyono, 2011: 228) menggatakan bahwa manfaat dari
melakukan observasi yaitu:
47
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.
3. Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau atau tidak diamati oleh orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap biasa dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.
4. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga. 5. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar
persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang komprehensif.
6. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan daya yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.
Dalam proses penelitian, seorang peneliti harus melalui beberapa tahapan
observasi yang harus dilaluinya. Seperti yang diungkapkan oleh Spradley
(Sugiyono, 2011: 230) tahapan observasi ditunjukkan seperti gambar 3.3 berikut.
Gambar 3.3. Tahap Observasi
Berdasarkan gambar 3.3 diatas terlihat bahwa tahapan observasi ada tiga
yaitu, observasi deskriptif, observasi terfokus, dan observasi terseleksi.
a. Observasi deskriptif, dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi
sosial tertentu sebagai obyek penelitian.
TAHAP DESKRIPSI TAHAP REDUKSI TAHAP SELEKSI Memasuki situasi sosial: Menentukan fokus: Mengurai fokus: Menjadi ada tempat, aktor, memilih diantara yang komponen yang lebih rinci aktivitas telah dideskripsikan
48
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Observasi terfokus, pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour
observation, yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk
difokuskan pada aspek tertentu.
c. Observasi terseleksi, Pada tahap observasi ini peneliti telah
menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci.
3. Studi dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life
histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk
gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang
berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan
karya-karya lainnya. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari
obervasi dan wawancara, akan lebih dapat dipercaya atau kredibel jika didukung
oleh sejarah pribadi kehidupan dimasa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di
masyarakat, dan autobiografi, tetapi perlu diingat dan dipahami juga bahwasannya
tidak semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi. Sebagai contohnya
banyak foto yang tidak mencerminkan keadaan aslinya, karena foto dibuat untuk
kepentingan tertentu. Demikian juga dengan autobiografi yang ditulis untuk
dirinya sendiri, yang di dalamnya sering berisi subyektif.
Studi dokumentasi menurut Zainal (2012:170) mengatakan bahwa studi
dokumentasi adalah sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk
surat-surat, catatan harian, laporan, foto dan sebagainya. Peneliti mengumpulkan
dokumentasi-dokumentasi yang berhubungan dengan peran PKn dalam
49
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”. Studi
dokumentasi ini dimaksudkan untuk memperkuat data hasil observasi dan
wawancara yang telah dilaksanakan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
masalah, tujuan, fungsi, dan lain sebagainya.
D. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan
dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang
terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang
diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif (walaupun tidak menolak data
kuantitatif), sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada polanya yang
jelas. Oleh karena itu, sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis.
Setelah mengadakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi, langkah
penting lainnya dalam penelitian ini yaitu analisis data. Menurut Sugiyono (2010:
244) analisis data adalah:
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Rancangan penelitian kualitatif sebagaimana yang diibaratkan oleh
Bogdan (Sugiyono, 2011: 231) bahwasannya penelitian kualitatif itu seperti orang
yang hendak melakukan piknik, dimana ia baru tahu tempat yang akan dituju dan
belum tahu seperti apa tempat yang akan dituju tersebut. Ia akan tahu kondisinya
seperti apa setelah ia memasuki obyek, dengan cara membaca berbagai informasi
tertulis, gambar-gambar, berfikir dan melihat obyek dan aktifitas orang yang ada
disekelilingnya, melakukan wawancara dan sebagainya. Proses penelitian
50
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pertunjukkan wayang kulit atau kesenian, atau peristiwa lain. Ia belum tahu apa,
mengapa, bagaimana wayang kulit itu. Ia akan tahu tentang wayang kulit itu
seperti apa setelah ia melihat, mengamati, dan menganalisis dengan serius.
Berdasarkan ilustrasi di atas, dapat dikemukakan bahwa walaupun peneliti
kualitatif belum memiliki masalah, atau keinginan yang jelas, tetapi dapat
langsung memasuki obyek/ lapangan. Pada waktu memasuki obyek tersebut,
peneliti tentu masih merasa asing terhadap obyek terebut, seperti halnya orang
asing yang masih asing terhadap pertunjukkan wayang kulit. Setelah memasuki
obyek, peneliti kualitatif akan melihat segala seuatu tentang tempatnya itu, yang
masih bersifat umum. Seperti orang asing yang hendak melihat pertunjukkan
wayang kulit, ia hanya akan melihat penontonnya, panggungnya, gamelannya,
penabuhnya pemain gamelannya), wayangnya, dalangnya, pesindennya
(penyanyinya) aktifitas penyelenggaranya. Pada tahap ini sering disebut tahap
orientasi atau deskripsi, dengan grand tour question. Pada tahap ini peneliti
mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan ditanyakan. Mereka
baru akan mengenal serba sepintas terhadap informasi yang diperolehnya.
Analisis data yang sesuai dengan penelitian ini yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
a. Data Reduction (reduksi data)
Data yang ditemukan dilapangan akan semakin banyak dan kompleks.
Untuk itu, data yang diperoleh dilapangan dicatat (ditulis/diketik) secara teliti dan
rinci dalam bentuk uraian. Reduksi data ini harus segera direduksi, dirangkum,
dipilih, dan difokuskan pada hal-hal yang penting dan dicari tema dan polanya.
Dengan demikian, data yang telah direduksi akan lebih mudah dikendalikan. Pada
tahap ini peneliti menyortir data dengan cara memilih data yang menarik, penting,
berguna dan baru. Data yang dirasa tidak dipakai disingkirkan. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, maka data-data tersebut selanjutnya dikelompokkan
menjadi berbagai kategori yang ditetapkan sebagai fokus penelitian..Dalam
51
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, jika
dalam penelitian peneliti menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak
dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti
dalam reduksi data. Ibarat melakukan penelitian dihutan, maka pohon-pohon atau
tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang belum dikenal selama ini, justru
dijadikan fokus untuk pengamatan selanjutnya.
Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang
masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau
orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan
berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan
pengembangan teori yang signifikan.
b. Data Display (penyajian data)
Setelah reduksi data, selanjutnya penyajian data. Penyajian data ini dapat
dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, dan sejenisnya. Dalam penyajian ini maka
data terorganisasi dan tersusun dalam bentuk pola hubungan, sehingga akan
semakin mudah untuk dipahami. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori Miles and
Huberman (Sugiyono, 2011: 249) menyarankan bahwa dalam melakukan display
data, selain dengan teks naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network
(jejaring kerja) dan chart. Untuk mengecek apakah peneliti telah memahami apa
yang didisplaykan atau ditampilkan, maka perlu dijawab pertanyaan berikut.
Apakah anda tahu, apa isi yang didisplaykan? Dalam mendisplaykan data, huruf
besar, huruf kecil dan angka disusun ke dalam urutan sehingga strukturnya dpat
dipahami. Selanjutnya adalah dilakukan analisis secara mendalam, ternyata ada
hubungan yang interaktif antara tiga kelompok tersebut.
c. Conclusion Drawing / Verification (penarikan kesimpulan dan verifikasi)
Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dalam
52
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masalah yang telah dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin tidak. Penelitian
kualitatif masih bersifat sementara dan mungkin akan berkembang setelah
dilapangan. Maksudnya yaitu peneliti kembali terhadap kesimpulan yang telah
dibuat. Apakah kesimpulan yang telah dibuat itu kredibel atau tidak. Untuk
memastikan kesimpulan yang telah dibuat tersebut, maka peneliti masuk
kelapangan lagi, mengulangi pertanyaan dengan cara dan sumber yang berbeda,
tetapi tujuan sama. Kalau kesimpulan telah diyakini memiliki kredibilitas yang
tinggi, maka pengumpulan data dinyatakan selesai.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih semu sehingga setelah diteliti
menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori
Bila telah didukung oleh data-data yang mantap, maka dapat dijadikan
kesimpulan yang kredibel.
E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Pada dasarnya dalam penelitian kualitatif belum ada teknik yang baku
dalam menganalisa data, atau dalam analisa data kualitatif, tekniknya sudah jelas
dan pasti, sedangkan dalam analisa data kualitatif, teknik seperti itu belum
tersedia, oleh sebab itu ketajaman melihat data oleh peneliti serta kekayaan
pengalaman dan pengetahuan harus dimiliki oleh peneliti. Dalam menguji
keabsahan data peneliti menggunakan teknik trianggulasi, yaitu pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, dan teknik
trianggulasi yang paling banyak digunakan adalah dengan pemeriksaan melalui
sumber yang lainnya. Menurut Moloeng (2007:330), trianggulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
53
Ria Anggraeni, 2014
Peran pembelajaran PKN dalam meningkatkan antusias siswa terhadap budaya lokal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lainnya. Denzin (dalam Moloeng, 2007:330) membedakan empat macam
trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,
metode, penyidik, dan teori.
Trianggulasi dilakukan melalui wawancara, observasi langsung dan
observasi tidak langsung, observasi tidak langsung ini dimaksudkan dalam bentuk
pengamatan atas beberapa kelakukan dan kejadian yang kemudian dari hasil
pengamatan tersebut diambil benang merah yang menghubungkan di antara
keduannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan akan melengkapi dalam
memperoleh data primer dan skunder, observasi dan interview digunakan untuk
menjaring data primer yang berkaitan pengambilan keputusan kepala sekolah
dengan kesiapan sekolah dalam penerapan pembelajaran, sementara studi
dokumentasi digunakan untuk menjaring data skunder yang dapat diangkat dari
berbagai dokumentasi tentang tugas-tugas pokok dan pengelolaan sekolah.
Tahap-tahap dalam pengumpulan data dalam suatu penelitian, yaitu tahap
orientasi, tahap ekplorasi dan tahap member chek. Tahap orientasi, dalam tahap
ini yang dilakukan peneliti adalah melakukan prasurvey ke lokasi yang akan
diteliti, dalam penelitian ini prasurvey dilakukan di SMP Negeri 1 Rancakalong,
dengan melakukan dialog dengan kepala sekolah, dan guru mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Kemudian peneliti juga melakukan studi
dokumentasi serta kepustakaan untuk melihat dan mencatat data-data yang
diperlukan dalam penelitian ini. Tahap eksplorasi, tahap ini merupakan tahap
pengumpulan data di lokasi penelitian, dengan melakukan wawancara dengan
unsur-unsur yang terkait, dengan pedoman wawancara yang telah disediakan
peneliti, dan melakukan observasi tidak langsung tentang kondisi sekolah dan
mengadakan pengamatan langsung tentang pengambilan keputusan di sekolah itu.
Tahap member chek, setelah data diperoleh di lapangan, baik melalui observasi,
wawancara ataupun studi dokumentasi, responden diberi kesempatan untuk