• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EVERY ONE IS A TEACHER HERE (ETH)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EVERY ONE IS A TEACHER HERE (ETH)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

“MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EVERY ONE IS A TEACHER HERE (ETH) PADA MATA

PELAJARAN PKN DI KELAS XI IPS4 SMA NEGERI 2 KWANDANG”.

FATRAH ISMAIL

ILMU HUKUM DAN KEMASYARAKATAN FAKULTAS ILMU SOSIAL

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah meningkatkan aktivitas siswa pada mata pelajaran PKn melalui model pembelajaran Every One is A Teacher Here. Permasalahan utama penelitian ini rendahnya aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Model pembelajaran ini digunakan dalam penelitian tindakan kelas, dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa lembar observasi kegiatan guru, dan pengamatan kegiatan belajar mengajar siswa serta hasil belajar siswa setelah menerima pelajaran.

Kata kunci : Aktivitas Siswa, Every one Is A Teacher Here A. PENDAHULUAN

Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Bahkan pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu membentuk kemampuan individu mengembangkan dirinya yang kemampuan-kemampuan dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu, maupun sebagai warganegara dan warga masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan usaha yang dilakukan secara sengaja dan terencana untuk memilih materi, strategi, kegiatan, dan teknik pendidikan yang sesuai.

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan (Pkn) merupakan suatu pembelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang baik dan cerdas. Menurut Darmadi (2009:97) bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah wahana untuk menyiapkan, dan membina dan mengembangkan pengetahuan serta kemampuan dasar peserta didik yang berkenaan dengan hak, kewenangan, tanggung jawab dan kewajiban diri sebagai warganegara yang baik yang bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta hubungan antara warga Negara dan negaranya.

Peserta didik akan dibina menjadi warganegara Indonesia yang baik dan berjiwa pancasila yakni warganegara yang faham dan sadar serta mau dan mampu melaksanakan hak-kewajiban dan tugas tanggung jawab dirinya, masyarakat, dan pemerintah negaranya, cinta bangsa negaranya, rela berkorban demi bangsa negaranya serta selalu siap ikut serta dalam setiap kegiatan yang layak.

Hal di atas menegaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan (Pkn) dimaksudkan sebagai usaha untuk membekali peserta didik dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara sesama warga negara dan antar warga

(2)

negara dengan negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

Pendidikan kewarganegaraan (Pkn) dapat dikatakan sebagai upaya sadar dan terecana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara.

2. Pengertian Partisipasi Belajar Siswa

Partisipasi menurut Moelyarto Tjokrowinoto (Suryosubroto,2008:278-279) merupakan penyertaan mental dan emosi seseorang didalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir dan perasaan mereka bagi tercapainya tujuan-tujuan, bersama bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut.

Menurut Keith Davis Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab didalamnya

Pendapat lain tentang partisipasi dikemukakan oleh The Liang Gie, Yaitu partisipasi meliputi :

a. Satu aktivitas untuk membangkitkan perasaan diikutsertakan dalam organisasi

b. Ikutsertanya bawahan dalam kegiatan organisasi

Berdasarkan pengertian ini partisipasi dapat diartikan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagi keikutsertaan seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri.

Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat diketahui bahwa dalam, partisipasi pembelajaran terdapat unsur-unsur sebagai berikut.

a. Keterlibatan siswa-siswa dalam segala kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.

b. Kemauan siswa-siswa untuk merespon dan berkreasi dalam kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.

Frobel (Sardiman, 2006: 96-97) mengatakan bahwa anak itu harus bekerja sendiri. Untuk memberikan motivasi, maka dipopulerkan suatu semboyan “berpikir dan berbuat”. Dalam dinamika kehidupan manusia, berpikir dan berbuat sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Begitu juga dalam belajar sudah barang tentu tidak mungkin tidak meninggalkan dua kegiatan itu, berpikir dan berbuat. Hal ini menunjukkan bahwa dalam belajar sangat memerlukan kegiatan berpikir dan berbuat.

Montessori juga menegaskan bahwa anak-anak memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Dalam hal ini kegiatan belajar ini, Rousseau memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri baik secara rohani maupun teknis. Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus berparisipasi aktif. Tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi.

Dengan mengemukakan kedua pendapat pandangan dari berbagai ahli tersebut diatas, jelas bahwa dalam kegiatan belajar, subjek didik/siswa harus aktif berbuat atau berpartisipasi. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.

(3)

2. Aktivtas Belajar Siswa

Aktivitas belajar merupakan suatu keaktifan belajar mengajar yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka telah mendominasi aktifitas pembelajaran yang dilakukannya. Yang dimaksud dengan aktif adalah orang yang melakukan kegiatan (peserta didik) benar-benar melakukan hal-hal yang diharapkan oleh guru.

Menurut Hamalik (2007:7) belajar dapat didefinisikan sebagai berbagai aktivitas yang diberikan pada pembelajaran dalam situasi belajar mengajar. Aktivitas belajar ini didesain agar memungkinkan siswa memperoleh muatan yang ditentukan sehingga berbagai tujuan yang diterapkan, terutama maksud dan tujuan kurikulum dapat tercapai. Dengan demikian belajar yang berhasi harus melalui berbagi macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Dua aktivitas (psikis-fisik) memang harus dipandang sebagai hubungan erat.

Menurut Silberman (2006: 116) bahwa pembelajaran aktif atas informasi, keterampilan dan sikap berlangsung melalui proses penyelidikan atau proses bertanya. Senada dengan hal tersebut Sardiman (2006: 224-225) menyatakan bahwa bagi siswa, bertanya menunjukkan adanya perhatian terhadap materi yang dipelajari dan ada upaya untuk menemukan jawaban sebagai bentuk pengetahuan. Bagi guru, bertanya adalah upaya mengaktifkan siswa dalam belajar.

Uraian diatas menunjukkan bahwa kegiatan belajar dapat dilihat dari kemampuan siswa bertanya kepada siswa lain dan kemampuan siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada mereka. Dengan kata lain siswa dikondisikan dalam sikap mencari (aktif) bukan sekedar menerima (reaktif).

Menurut Nana Sudjana (2009: 30) belajar merupakan proses aktif dari siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya yaitu mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar siswa. Proses belajar diarahkan kepada tujuan, melalui pengalaman belajar yang pada prinsipnya bertumpu pada struktur kognitif.

Esensi dari teori diatas yaitu bahwa siswa memiliki semacam kepakaan dalam menerima rangsangan dari guru. Rangsangan atau stimulasi tersebut didapatkan siswa melalui materi-materi yang disampaikan oleh guru, yang dijadikan oleh siswa sebagai pengetahuan yang bermanfaat bagi dirinya. Pengetahuan tersebut dapat dipahami dan diingat oleh siswa sampai siswa menerima evaluasi yang diberikan oleh guru.

Menurut Hamzah B. Uno (Martinis dan Maisah, 2009:135-136-138) strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran. Paling tidak ada tiga jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni 1) strategi pengorganisasian pembelajaran, 2) strategi penyampaian pembelajaran, dan 3) strategi pengelolaan pembelajaran.

Strategi penyampaian menekankan pada media apa yang dipakai untuk menyampaikan pengajaran, kegiatan apa yang dilakukan oleh siswa, dan struktur pembelajaran yang bagaimana. Strategi pengelolaan menekankan pada penjadwalan penggunaan setiap komponen strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian pengajaran termasuk pula pembuatan catatan kemajuan belajar siswa.

Menurut Dick dan Carey mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah komponen-komponen dari suatu set materi termasuk aktivitas sebelum pembelajaran, dan partisipasi siswa yang merupakan prosedur pembelajaran yang digunakan kegiatan kegiatan selanjutnya. Dick dan Carey, juga memperjelaskan pernyataan tersebut bahwa strategi memuat :

1 Aktivitas pembelajaran pendahuluan yang meliputi permotivasian siswa, penyampaiaian tujuan yang dilakukan secara verbal dan tertulis, pemberian informasi tentang prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum mereka belajar dengan pembelajaran

(4)

2 Penyampaian informasi yang menitik beratkan pada isi urutan materi pembelajaran dan tahap-tahap pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran

3 Partisipasi siswa dalam bentuk latihan dan umpan balik

4 Pemberian tes yang bertujuan untuk mengontrol pencapaian tujuan pembelajaran 5 Kegiatan lanjutan dalam bentuk transfer pembelajaran.

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses komunikasi. Proses komunikasi dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan setiap unsur yang terlibat dalam suatu komunikasi dan bagaimana interaksi antar unsur tersebut.

Berdasarkan teori-teori tersebut dapat disimpulkan bahwa, dalam proses komunikasi guru berperan sebagai sumber pesan, dan siswa berperan sebagai penerima pesan. Supaya pesan tersebut dapat diterima secara efektif oleh peserta didik, diperlukan model pembelajaran sebagai mengaktifkann proses belajar mengajar.

Hal ini penting untuk mempertimbangkan keputusan yang akan diambil tentang jenis model pembelajaran apa yang digunakan. Salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah Model Every One Is A Teacher Here (ETH).

3. Model Every One Is A Teacher Here (ETH)

Every one is a teacher here atau setiap siswa bisa menjadi guru disini merupakan suatu model yang memberi kesempatan pada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai “pengajar” terhadap peserta didik lain.

Menurut Silberman (2006: 183) bahwa melalui metode Every One Is A Teacr Here ini semua siswa mau tidak mau harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena metode ini menekankan aspek individual terhadap tujuan pembelajaran yang ingin dicapai begitu juga dengan penerapan metodenya yaitu dimana setiap siswa dapat menuliskan pertanyaan dalam sebuah media pembelajaran pendukung berupa kartu pertanyaan yang nantinya akan dijawab oleh siswa lain.

Menurut Syaiful Sagala (2003: 21-22) bahwa prinsip-prinsip pokok yang harus diterapkan oleh seorang guru dalam hal metode pembelajaran yaitu:

1. Mengetahui motivasi, kebutuhan, dan minat anak didiknya

2. Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah diterapkan sebelum pelaksanaan pendidikan

3. Mengetahui tahap kematangan (maturity), perkembangan serta perubahan anak didik

4. Mengatahui perbedaaan-perbedaan individual anak didik

5. Memperhatikan pemahaman dan mengetahui hubungan-hubungan dan kebebasan berpikir

6. Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi anak didik

Prinsip-prinsip tersebut harus diaplikasikan agar anak didik dapat menghayati, mengetahui dan mengerti materi yang diajarkan.

Penggunaan metode Every One Is A Teacher Here dilandasi oleh pemikiran bahwa metode ini dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga siswa akan terdorong untuk mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah atas berbagai permasalahan yang diketahuinya dan akan bertanya terhadap permasalahan yang belum diketahuinya. Metode Every One Is A Teacher Here memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya terhadap suatu permasalahan yang disajikan oleh guru, membandingkan pendapat orang lain dengan pemikirannya dan tentunya bisa saling berbagi informasi dengan kawan sekelasnya. Metode

(5)

Every One Is A Teacher Here bertujuan untuk membiasakan siswa memecahkan masalah-masalah sosial yang timbul dalam pergaulan dan mengembangkan sikap dan perilaku siswa dalam melaksanakan proses belajar mengajar di sekolah.

Melalui metode Every One Is A Teacher Here, hasil yang diharapkan adalah:

1. Setiap diri masing-masing siswa berani mengemukakan pendapat (menyatakan dengan benar) melalui jawaban atas pertanyaan yang telah dibuatnya berdasarkan sumber bacaan yang diberikan

2. Mampu mengemukakan pendapat melalui tulisan dan menyatakannya didepan kelas

3. Siswa lain juga dapat berani mengemukakan pendapat dan menyatakan kesalahan jawaban dari kawannya yang disanggah

4. Terlatih dalam menyimpulkan masalah dan hasil kajian pada masalah yang dikaji Adapun langkah-langkah model every one is the teacher sebagai berkut:

1) Siswa-siswa diberi materi dengan menggunakan metode ceramah

2) Untuk mengetahui sejauh mana respon peserta didik terhadap materi pelajaran maka selanjutnya guru menerapkan salah satu langkah dalam active learning yaitu model Every One Is a Teacher Here

3) Peserta didik diberi kertas. Lalu diperintah untuk menulis pertanyaan tentang materi yang baru di pelajari.

4) Kertas dikumpulkan, kemudian di bagi-bagi ke setiap peserta didik. Siswa di suruh membaca dan menjawab pertanyaan di dalam hati apa yang ada di kertas yang diterimanya.

5) Tunjuk beberapa siswa untuk membaca kertas yang diterimanya dan memberikan jawabannya.

6) Setelah memberikan jawaban perintahlah siswa lain untuk memberi tambahan atas apa yang dikemukakan oleh siswa yang membacakan kertasnya itu.

Dengan melakukan proses pembelajaran dan rancangan yang tepat akan tercipta proses pembelajaran yang efektif, dan efisien serta siswa-siswa akan merasa termotivasi untuk belajar dengan baik.

4. Hasil Belajar Sebagai Tolak Ukur Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Sardiman (2006: 46-52) mencapai suatu hasil belajar yang optimal, sangat tergantung oleh kegiatan siswa itu sendiri. Dengan kata lain, tercapainya tujuan pembelajaran atau hasil pengajaran itu sangat dipengaruhi oleh bagaimana aktivitas siswa didalam belajar.

Proses belajar akan menghasilkan hasil belajar. Namun harus juga diingat, sesuai dengan uraian diatas, meskipun tujuan pembelajaran itu dirumuskan secara jelas dan baik, belum tentu hasil pengajaran yang diperoleh mesti optimal. Karena hasil yang baik itu dipengaruhi oleh komponen-komponen yang lain, dan terutama bagaimana aktivitas siswa sebagai subjek belajar.

Adapun hasil pengajaran itu dikatakan betul-betul baik, apa bila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1 Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa. Kalau hasil pengajaran itu tidak tahan lama dan lekas menghilang, berarti hasil pengajaran itu tidak efektif.

2 Hasil itu merupakan pengetahuan “asli”. Pengetahuan hasil proses belajar mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa,

(6)

sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan.

Menurut penelitian psikologis, mengungkapkan adanya sejumlah aspek yang khas sifatnya dari yang dikatakan belajar penuh makna. Belajar yang penuh makna itu adalah sebagai berikut:

1 Belajar menurut esensinya memiliki tujuan. Belajar memiliki makna yang penuh, dalam arti siswa memperhatikan makna.

2 Dasar proses belajar adalah sesuatu yang bersifat eksplorasi serta menemukan dan bukan merupakan pengulangan rutin.

3 Hasil belajar yang dicapai itu selalu memunculkan pemahaman atau menimbulkan reaksi Tanya jawab (partisipasi siswa) yang dapat dipahami dan diterima oleh akal. 4 Hasil belajar itu tidak terikat pada situasi ditempat mencapai, tetapi dapat juga

digunakan dalam situasi lain.

Menurut Dimyati dan Mudjono (2006: 11-12) bahwa setiap siswa memiliki kapabilitas dalam hasil belajar. Kapabilitas- kapabilitas yang dimiliki siswa dalam hasil belajar tersebut yakni:

1. Informasi verbal

2. Keterampilan intelektual 3. Strategi kognitif

4. Sikap

5. Keterampilan motorik

Hasil belajar juga dapat dinilai dari proses belajar mengajar terutama untuk melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.

Menurut Nana Sudjana (2006: 61) partisipasi siswa dapat dilihat dalam hal: 1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya

2. Terlibat dalam pemecahan masalah

3. Bertanya kepada siswa lain atau kepadaguru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya

4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah 5. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya

6. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis

7. Kesempatan menggunakan atau menetapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Hal diatas mengindikasikan bahwa siswa harus bisa aktif dalam proses pembelajaran agar hasil belajar yang diinginkan dapat tercapai. Hasil belajar bukan hanya dilihat dari kemajuan nilai rapor siswa tetapi juga kecakapan, keterampilan dan pengetahuan lainnya yang membuat siswa aktif memahami pelajaran.

Berpijak pada hal ini juga bahwa aktivitas siswa pada hakikatnya dipengaruhi oleh model pembelajaran yang tepat yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bisa aktif seperti pada mata pelajaran PKn dengan menggunakan mode pembelajaranl Every One Is A

Teacher Here. Oleh sebab itu dalam penelitian ini digunakan metode Every One Is A Teacher Here dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

(7)

Tujuan utama penulisan penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas belajar siswa di Kelas XI IPS4 SMA Negeri 2 Kwandang pada mata pelajaran PKn melalui metode Every One Is A Teacher Here (ETH).

D. METODE PENULISAN

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang mengacu pada pendapat Arikunto (2006: 75-80) yang meliputi: 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) pengamatan atau observasi/penilaian, 4)refleksi.

E. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Lokasi peneliti di sekolah SMA Negeri 2 kwandang merupakan tempat peneliti melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL-2) selama 3 bulan, sehingga sekolah ini sudah tidak asing lagi bagi peneliti terutama keadaan siswanya. Pada saat itu, peneliti telah melakukan pemantauan terhadap salah satu kelas yang ada di SMA Negeri 2 Kwandang yaitu siswa di Kelas XI IPS4, dimana siswanya memiliki masalah aktivitas belajar.

Berdasarkan pada uraian ini maka peneliti memutuskan untuk menjadikan SMA Negeri 2 Kwandang sebagai lokasi penelitian dan siswa Kelas XI IPS4 sebagai subyek yang akan dikenai tindakan tentunya terlebih dahulu dilakukan observasi awal.

Pengamatan awal merupakan suatu hal yang penting dalam melakukan penelitian tindakan kelas, sebab dengan adanya pengamatan (observasi) awal maka peneliti mendapatkan gambaran tentang kondisi atau keadaan siswa yang akan dikenai tindakan.

Dari pengamatan awal, diperoleh fakta bahwa sebagian besar siswa yang ada di kelas XI IPS4 SMA Negeri 2 Kwandang ternyata masih banyak siswa yang pasif atau kurang aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Untuk lebih jelas,hasil pengamatan awal yang dipantau peneliti dapat dilihat nampak bahwa siswa yang terlibat aktif dalam memberikan pertanyaan hanya terdapat masing-masing 3 orang siswa saja 31 siswa atau 9,77%, dan menjawab pertanyaan hanya 5 orang siswa dari 31 siswa atau 16,13%, sedangkan siswa yang aktif menanggapi jawaban hanya 2 orang siswa atau 6,45%, maka didapati bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran masih sangat rendah dengan hasil prosentase 32,35% secara keseluruhan.

Berdasarkan hasil pengamatan awal maka peneliti termotivasi untuk menjadikan siswa kelas XI IPS4 ini sebagai subyek penelitian yang akan dikenai tindakan untuk meningkatkan Aktivitas siswa yang dilihat masih kurang.

PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas ini merupakan salah satu penelitian dalam pendidikan yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan yang ada terutama pendidikan siswa di sekolah. Penelitian tindakan kelas yang di lakukan oleh penulis (peneliti) dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa di salah satu kelas yang ada di SMA Negeri 2 Kwandang yaitu kelas XI IPS4. Pengunaan model pembelajaran yang kurang variatif dirasa merupakan salah satu faktor yang menyebabkan masalah belajar di kelas XI IPS4. Sehingga penulis (peneliti) ingin merubah keadaan di kelas XI IPS4 agar siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan mengunakan model Every One Is A Teacher Here (ETH).

Kegiatan penelitian tindakan kelas ini menetapkan indikator kinerja yaitu apabila 75% siswa yang dikenai tindakan sudah mampu meningkatkan aktivitas belajar dan hasil

(8)

belajarnya maka penelitian yang mengunakan model Every One Is A Teacher Here telah berhasil.

Setiap pertemuan pada siklus I baik pengelolaan kegiatan belajar mengajar maupun hasil belajar siswa sesuai anallisis data hasil penelitian belun memenuhi tujuan yang diharapkan baik oleh peneliti, kurikulum maupun SKBM PKn kelas XI IPS4 SMA Negeri 2 Kwandang sudah tergolong baik. Dengan demikian maka pendekatan yang dilakukan oleh peneliti belum berhasil meningkatkakn pengelolaan kegiatan mengajar maupun hasil belajar. Karena masih ada kekurangan-kekurangn yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I yaitu tidak menggunakan alat bantu, maka dari itu peneliti melakukan refleksi.

Setelah diakukan refleksi dan diskusi oleh peneliti dan guru pengamat, maka disepakati akan dilakukan siklus II, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh perbaikan dan penyempurnan agar hasil belajar siswa meningkat sesuai harapan peneliti, kurikulum maupun SKBM. Diantaranya bahwa pada siklus II harus mennggunakan alat bantu pembelajaran yaitu chart yang terbuat dari karton. dan Pada pelaksanaan siklus II ini lebih dititik beratkan pada aspek-aspek yang masih dianggap memperoleh penilalian cukup pada pengelolaan kegiatan mengajar, serta lebih memperjelas indikator-indikator yang belum dipahami siswa, agar pada pelaksanaan evaluasi hasil belajar siiswa akan meningkat sesuai dengan harapan. Selain harapan yang diinginkan olleh peneliti adalah siswa akakn lebih merasa senang dan termotivasi dalam mendalami mata pelajaran PKn melalui model pembelajaran Every One Is

A Teacher Here.

Dari siklus I dapat dilihat bahwa kegiatan belajar mengajar belum terlaksana optimal, baik itu pengelolaan pembelajaran oleh guru, kegiatan siswa maupun hasil belajar siswa. Pelaksanaan siklus I sudah sesuai dengan tahapan-tahapan dalam prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) dan juga sudah sesuai dengan langkah-langkah dalam model pembelajaran Every One Is A Teacher Here (ETH), hanya saja masih ada beberapa aspek-aspek yang dianggap kurang dalam siklus sebelumnya.

Hasil Pengamatan Pengelolaan KBM Siklus I dan Siklus II

Hasil analisis data siklus I memberikan gambaran bahwa nilai pengamatan pengelolaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I pertemuan I yaitu 9,09% untuk kategori sangat baik sedangkan pada pertemuan I (siklus II) yaitu sebesar 27,27%. Pertemuan I (siklus I) untuk kategori baik 36,36% sedangkan pertemuan I (siklus II) mencapai 54,55%. Pertemuan I (siklus II) untuk kategori cukup 40,91% sedangkan pertemuan I (siklus II) menjadi hanya 18,18%. Dan jika pada pertemuan I (siklus I) masih ada kekurangan sebesar 13,64% maka pada pertemuan I (siklus II) sudah tidak ada kekurangan lagi dalam aspek – aspek yang dinilai pada siklus I pertemuan II untuk kategori baik sekali 13,64% sedangkan pertemuan II (siklus II) sebesar 36,36%. Pertemuan II (siklus I) untuk kategori baik 45,45% sedangkan pertemuan II (siklus II) 50%, pertemuan II (siklus I) untuk kategori cukup 31,82% sedangkan pertemuan II (siklus II) hanya 13,64%. Jika pertemuan II (siklus I) masih ada kategori yang kurang 9,09% maka dalam pertemuan II (siklus II) sudah tidak ada lagi kekurangan dalam setiap aspek.

Pada siklus I pertemuan III untuk kategori baik sekali yaitu 22,73% sedangkan pertemuan III (siklus II) telah mencapai 63,64%. Pertemuan III (siklus I) untuk kategori baik 50% sedangkan pertemuan III (siklus I) untuk kategori kurang sebesar 4,54% pertemuan III (siklus II) sudah tidak terdapat kekurangan lagi.

Dari analisis data diatas pengamatan pengelolaan kegiatan siswa dalam belajar memngajar pada siklus II menunjukkan bahwa untuk kriteria baik sekali dan baik presentase yag sama. Hal ini menandakkan bahwa aspek-aspek pengelolaan kegiatan guru dalam belajar mengajar sudah memenuhi kriteria.

(9)

Hasil analisis data aktivitas siswa menunjukkan bahwa pada siklus I untuk kategori sangat aktif 34,41% sedangkan pada siklus II sebesar 48,39% pada setiap aspek aktivitas yang dinilai. Siklus I untuk kategori aktif 35,48% sedangkan pada siklus II sebesar 38,71%. Siklus I untuk kategori cukup aktif 23,65% sedangkan pada siklus II menjadi 7,53% dan untuk siklus I dalam kategori cukup aktif 6,45% sedangkan pada siklus II menjadi 5,37% saja.

4.6.1 Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

Analisis data hasil belajar siswa menunjukkan bahwa pada siklus I untuk kriteria baik sekali yaitu 22,58% sedangkan dalam siklus II sebesar 25,81%. Siklus I untuk kategori baik 38,71% sedangkan dalam siklus II sebesar 58,06%. Siklus I untuk kategori cukup 25,81% sedangkan Siklus II menjadi 16,13% dan siklus I untuk kategori kurang yaitu 12,90% sedangkan pada siklus II sudah tidak ada lagi siswa yang memperoleh nilai kurang.

Berdasarkan hasil analisa data pada siklus I dan siklus II maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis pokok penulis yang bunyinya: “ Dalam proses pembelajaran digunakan model Every One Is A Teacher Here (ETH) hasil belajar siswa di Kelas XI IPS4 SMA Negeri 2 Kwandang akan meningkat” dapat diterima.

F. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN

Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa Model Every One Is A Teacher Here ternyata dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat terjadi setelah melakukan langkah-langkah pembelajaran yang maksimal dari model Every One Is A Teacher Here (ETH). Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil pembahasan yang ada yaitu :

1. Telah terjadi peningkatan pembelajaran yang sangat optimal dari siklus I ke siklus II. Jika presentase kegiatan guru yang diamati pada siklus I 59,09% maka pada siklus II telah mencapai 86,36%.

2. Telah terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa yang sangat signifikan dari siklus I ke siklus II. Jika hasil presentase aktivitas siswa yang diamati pada siklus I hanya 68,37% maka pada siklus II telah mencapai 87,10%. Hal ini berarti indikator aktivitas siswa yang ingin dicapai yaitu lebih dari 75% sudah tercapai pada siklus II. 3. Telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang sangat memuaskan dari siklus I ke

siklus II. Jika hasil prosentase hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I hanya 61,29% maka pada siklus II telah mencapai 83,87%. Hal ini berarti indikator hasil belajar siswa yang ingin dicapai yaitu lebih dari 75% secara klasikal (keseluruhan) sudah tercapai pada siklus II.

4. Penelitian tindakan kelas yang ditempuh sesuai prosedur yang ada, dapat memperbaiki proses pembelajaran pada siswa sebelum dikenai tindakan. Perbaikan yang ada membuat tujuan pendidikan (kurikulum) dapat dipenuhi.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut.

1. Hendaknya guru memprogramkan penerapan model Every One Is A Teacher Here dengan sistematis dan teratur sesuai dengan langkah-langkah yang ada sehingga tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksana dengan baik

(10)

2. Bimbingan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar sangat dibutuhkan oleh siswa. Bimbingan itu meliputi pemberian motivasi, mengupayakan aktivitas siswa hingga memperhatikan hasil belajar siswa

3. Hasil belajar siswa yang jika sudah optimal harus tetap dipertahankan agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat terwujud sehingga perbaikan kualitas pendidikan terpenuhi dengan baik.

4. Semua elemen pendidikan harus terus bekerjasama dan memberikan dukungan terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan seperti pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

5. Penelitian tindakan kelas (PTK) sebaiknya dilakukan secara periodik, karena dengan pelaksanaan secara periodik kita dapat mengetahui perkembangan siswa dan juga model-model pembelajaran yang dibutuhkan siswa demi perbaikan proses pembelajaran.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2006. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara

Darmadi, Hamid. 2009. Dasar Konsep pendidikan Moral, Bandung: CV. Alfabeta Dimyati dan Mudjono. 2006. Belajar dan Mengajar, Jakarta: Rineke Cipta

Hatimah, Ihat. 2008. Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan, Jakarta: Universitas Terbuka

Hamalik, Omar. 2007. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. PT Remaja Rosdakarya. Bandung

Isjoni. 2008. Guru Sebagai Motivator Perubahan, Jogjakarta: Pustaka Pelajar

Martinis dan Maisah. 2009. Manajemen Pembelajaran Kelas, Jakarta: Gaung Persada

Sudjana, Nana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo

Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada Silberman, Melvin. 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung:

sNusamedia

Suryosubroto, B. 2008. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta Http://akmal-mr.blogspot.com/2011/03/model-pembelajaran-strategi-every-one.html

Referensi

Dokumen terkait

Sebagian besar responden menyatakan, bahwa buku yang diperoleh sesuai dengan permintaan, namun sebagian besar responden pernah tidak mendapatkan buku yang

Menjadi seorang single parent bagi ketiga anaknya bukanlah hal yang mudah untuk dijalani oleh S, apalagi ketika ditinggal oleh suaminya, S harus banting tulang.. untuk

mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan, dalam hal ini orang tua harus besrsikap positif dan tanggung jawab. 7) Disiplin yang terintegrasi ( assertive discipline

Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar – Dasar Praktis.Jakarta: EGC.. Prinsip-Prinsip

Setiap pagi IG hadir dan mengajak war- ga bangun pagi dengan kesadaran seba- gai rakyat (warga) yang berdaulat.. I{edua,IG turut membentuk irama

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... Deskripsi Lokasi dan Deskripsi Objek... Deskripsi Lokasi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat... Deskripsi Objek Batik Parang Barong

1) Abu Zahra, Guru Besar Hukum Islam dari Universitas Kairo Mesir, mengatakan bahwa bunga (rente) adalah sama dengan riba nasi’ah yang dilarang dalam Islam.

Setelah inkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam, adanya pertumbuhan yang ditandai dengan kekeruhan, dengan pembentukan gas dalam tabung Durham menunjukkan hasil positif untuk