• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA TINDAK PENGENDALIAN PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) PELAYANAN JASA AGROMIKROBIOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA TINDAK PENGENDALIAN PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) PELAYANAN JASA AGROMIKROBIOLOGI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA TINDAK PENGENDALIAN

PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN

INTERN PEMERINTAH

(SPIP)

PELAYANAN JASA AGROMIKROBIOLOGI

BALAI BIOTEKNOLOGI

DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI

AGROINDUSTRI DAN BIOTEKNOLOGI

BADAN PENGKAJIAN & PENERAPAN TEKNOLOGI

TAHUN 2019

(2)
(3)

RENCANA TINDAK PENGENDALIAN

PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

BALAI BIOTEKNOLOGI BPPT

A. PENDAHULUAN

Dengan ditetapkannya paket reformasi birokrasi di bidang keuangan negara dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2004 tentang Keuangan Negara serta untuk menciptakan Good Governance melalui Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Negara yang bebas KKN, maka diperlukan Sistem Pengendalian Intern dalam mengelola keuangan Negara dan Daerah.

Selanjutnya terkait dengan pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, yang diatur dalam UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan Tanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Negara disebutkan dalam Pasal 12 bahwa dalam rangka pemeriksaan keuangan dan/atau kinerja, pemeriksa melakukan pengujian dan penilaian atas pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah.

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) merupakan suatu kebijakan berkaitan dengan sistem pengendalian yang harus dibuat oleh Pemerintah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang mewajibkan kepada pimpinan instansi pemerintah untuk menyelenggarakan SPIP. Selanjutnya sebagai wujud komitmen Balai Bioteknologi BPPT diterbitkan Keputusan Kepala Balai Bioteknologi BPPT tentang

Pembentukan Tim Satuan Tugas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di lingkungan Balai Bioteknologi BPPT Tahun 2019.

Sebagai instansi penyelenggara pemerintahan, Balai Bioteknologi wajib menyelenggarakan kebijakan SPIP sesuai PP SPIP dan Peraturan Kepala Balai Bioteknologi yang secara terintegrasi ke dalam kegiatan dan tindakan pelaksanaan tugas pokok di lingkungan Balai Bioteknologi.

(4)

Rencana Tindak Pengendalian SPIP ditetapkan sebagai wujud pelaksanaan SPIP secara menyeluruh dalam penyelenggaraan tugas pokok Balai Bioteknologi. Rencana Tindak Pengendalian merupakan uraian mengenai rencana tindak (action plan) penguatan SPIP baik dalam bentuk pembangunan lingkungan pengendalian maupun infrastruktur kebijakan pengendalian atas pelaksanaan tugas pokok Balai Bioteknologi sehingga diharapkan dapat mendukung atas pencapaian tujuan, misi dan visi Balai Bioteknologi.

B. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4285);

2. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890);

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005;

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2005;

6. Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 170/Kp/IV/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi;

7. Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 347 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi;

(5)

C. TUJUAN

Rencana Tindak Pengendalian (RTP) ditujukan sebagai rencana tindak (action

plan) penguatan SPIP baik dalam bentuk pembangunan lingkungan pengendalian

maupun infrastruktur kebijakan pengendalian yang akan dilaksanakan oleh pimpinan dan para pegawai di lingkungan Balai Bioteknologi.

D. MANFAAT

Manfaat Rencana Tindak Pengendalian (RTP) di lingkungan Balai Bioteknologi sebagai berikut:

1. Memberikan arah dalam pengembangan SPIP secara menyeluruh hingga tercipta keterpaduan antara sub-sub unsur SPIP dengan lingkungan pengendalian dalam aktivitas dan kegiatan pelaksanaan tugas pokok Balai Bioteknologi.

2. Menjadi dasar dalam membangun infrastruktur pengendalian sebagai bagian dari penyelenggaraan SPIP.

3. Menjadi dokumentasi dalam penyelenggaraan SPIP dan pengukuran kemajuan penyelenggaraan SPIP.

E. RUANG LINGKUP

Rencana Tindak Pengendalian (RTP) Balai Bioteknologi Tahun 2019 meliputi tujuan pada tingkat kegiatan Inovasi dan Layanan Teknologi Balai Bioteknologi, yaitu:

TUJUAN

Meningkatan inovasi & layanan teknologi dalam mendukung daya saing industri & kemandirian bangsa di bidang bioteknologi

Tujuan tersebut dikaitkan dengan misi Balai Bioteknologi yaitu:

MISI

Menjadi Pusat Unggulan Bioteknologi yang mengutamakan inovasi dan layanan Bioteknologi untuk meningkatkan daya saing industri dan kemandirian bangsa

(6)

Tujuan tersebut melingkupi seluruh tahapan proses kegiatan Inovasi dan Layanan Balai Bioteknlogi, yaitu Persiapan Kegiatan Pelayanan Jasa Bioteknologi. Dari sisi tingkatan manajemen, Rencana Tindak Pengendalian kegiatan Pelayanan Jasa Bioteknologi pada Balai Bioteknologi Tahun 2019 akan menjadi tanggung jawab tingkatan manajemen atas, menengah, dan manajemen bawah pada Balai Bioteknologi.

F. GAMBARAN SPIP

Dalam Ketentuan Umum PP Nomor 60 Tahun 2008, Sistem Pengendalian Intern (SPI) didefinisikan sebagai proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

1. Tujuan SPIP

Penyelenggaraan SPIP diarahkan untuk mencapai beberapa tujuan yang mencakup:

1) Efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan Instansi Pemerintah sebagai bagian dari organisasi penyelenggara negara.

2) Keandalan pelaporan keuangan Instansi Pemerintah sehingga dapat dipercaya, baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal Instansi Pemerintah yang berkepentingan dengan informasi di dalam laporan keuangan.

3) Pengamanan aset negara yang dikelola Instansi Pemerintah dan digunakan untuk mendukung pencapaian tujuan instansi tersebut.

4) Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Instansi Pemerintah sebagai unsur penyelenggara Negara

(7)

2. Unsur-Unsur SPIP

SPIP wajib diselenggarakan untuk memberi kayakinan memadai bagi tercapainya empat tujuan yang merupakan pilar-pilar penopang dari perwujudan tujuan bernegara dan berbangsa. Pilar-pilar penyangga tersebut harus dibangun diatas fondasi unsur-unsur SPIP yang terdiri dari :

1) Penciptaan lingkungan pengendalian yang kuat sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 4 s.d 12 PP Nomor 60 Tahun 2008.

2) Penilaian risiko sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 13 s.d 17 PP Nomor 60 Tahun 2008 untuk dapat mengantisipasi atau mengelola risiko yang dapat menggagalkan pencapaian tujuan.

3) Perancangan kegiatan pengendalian sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 s.d 40 PP 60 Tahun 2008 untuk mengamankan tiap proses yang diperlukan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

4) Penetapan mekanisme Informasi dan komunikasi sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 41 s.d 42 PP Nomor 60 Tahun 2008 sehingga dapat mengetahui dan mendeteksi secara dini setiap permasalahan yang dihadapi didalam berorganisasi untuk mencapai tujuan.

5) Pemantauan untuk menilai efektivitas sistem pengendalian sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 43 s.d 46 PP Nomor 60 Tahun 2008.

Kegiatan penerapan unsur SPIP adalah kegiatan dimana infrastruktur yang telah ada diterapkan sebagai suatu proses yang terintegrasi dengan tindakan dan kegiatan para pejabat dan aparatur Balai Bioteknologi, paling tidak meliputi langkah-langkah berikut:

1) Mengintegrasikan unsur-unsur SPIP pada setiap tindakan dan kegiatan pelaksanaan tugas pokok.

2) Melaksanakan penerapan unsur-unsur SPIP sebagai suatu proses yang melekat dalam dan kegiatan pelaksanaan tugas pokok.

3) Menerapkan unsur-unsur SPIP secara dinamis yaitu dilakukan penyempurnaan apabila terdapat risiko atau masalah yang diperkirakan akan menghambat pencapaian tujuan.

(8)

G. RENCANA TINDAK PENGENDALIAN

1. Rencana Tindak Lingkungan Pengendalian

Unsur Lingkungan Pengendalian adalah pondasi dalam pelaksanaan SPIP antara lain dalam bentuk penegakan integritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, kepemimpinanyang kondusif, pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan, pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat, penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia, perwujudan dan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang efektif, dan hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait. Terkait dengan tujuan kegiatan Pelayanan jasa agromikrobiologi yang bertujuan untuk melakukan pelayanan jasa dalam bidang agromikrobiologi, maka untuk mendukung capaian tujuan tersebut sub unsur penegakan integritas dan nilai etika, Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab, dan pengawasan internal pada lingkungan pengendalian sangat perlu diperhatikan. Sebagai langkah untuk perbaikan, Rencana Tindak Lingkungan Pengendalian Tahun 2019 sebagai berikut:

No Sub Unsur Uraian RTP

1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika

1) Pengkomunikasian nilai-nllai etika

2) Penekanan kembali pentingnya integritas dan nilai etika

3) Pengawasan atas pelaksanaan integritas nilai etika

4) Penanganan atas pelanggaran integritas dan nilai etika

2 Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab

5) Pimpinan mengawasi proses pengendalian internal

6) Pendelegasian otoritas dan tanggungjawab pengendalian secara tepat

7) Penetapan secara jelas batasan pendelegasian kewenangan 3 Pengawasan

Internal

8) APIP memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan

(9)

2. Rencana Tindak Pengendalian atas Risiko

Hasil analisa risiko atas tujuan ‘Meningkatan inovasi & layanan teknologi dalam mendukung daya saing industri & kemandirian bangsa di bidang bioteknologi pada kegiatan Pelayanan Jasa Bioteknologi pada Balai Bioteknologi menyimpulkan terdapat 12 (dua belas) resiko atas tahapan kegiatan Pelayanan Jasa Bioteknolgi sub pelayanan jasa agromikrobio;ogi. Dari dua belas resiko tersebut, tujuh buah dikategorikan resiko sedang dan 5 dikategorikan resiko rendah, Resiko sedang tersebut dapat dilihat, sebagai berikut:

No Risiko Uraian Rencana Tindak Pengendalian (RTP)

1 Masih terbatasnya permintaan produk biofertilizer

1) Diambil tindakan jika sumberdaya tersedia – melakukan kegiatan marketing produk teknologi 2 Kompetensi personil

untuk melakukan uji lapang masih kurang

Diambil tindakan jika sumberdaya tersedia – Pengiriman SDM untuk mendapatkan pelatihan penguasaan teknologi yang diperlukan

3 Sarana produksi biofertilizer perlu

perbaikan dan perawatan

Diambil tindakan jika sumberdaya tersedia – Perbaikan sarana 4 Kesehatan personil

kurang terjamin saat melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit saat kegiatan produksi

Diambil tindakan jika sumberdaya tersedia – SOP kerja produksi

5 Kualitas zeolit yang kurang seragam ukurannya

Diambil tindakan jika sumberdaya tersedia – pemesanan bahan baku zeolite ke mitra yang

bertanggungjawab 6 Terdapat perbedaan

tingkat kepadatan spora per tanaman inang

Diambil tindakan jika sumberdaya tersedia – dilakukan pengecekan QC berkala

7 Diperlukannya

penyemprotan insectisida

Diambil tindakan jika sumberdaya tersedia – Dilakukannya

penyemprotan sesuai SOP dan keperluan

Peta resiko dan pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan ada pada lampiran 1.

(10)
(11)

Lampiran 1.

Peta Resiko Kegiatan Pelayanan Jasa Agromikrobiologi

Daftar Personil yang bertanggungjawab atas pelaksanaan RTP

No. Nama Jabatan

1 Dr. Agung Eru Wibowo, M.Si., Apt Kepala Balai Bioteknologi

2 Dr. Farida Rosana Mira, SP Ka.sie Kerjasama dan Pelayanan teknologi 3 Dr. Anis H Masunah, M.Sc Ka.Sie Program dan Penerapan Bioteknologi

4 Irni Furnawanthi, M.Si Ka. Subag Tata Usaha

5 Dr. Catur Siherwanto, M.Si GroupLeader

6 Nia Asiani, S.Si Leader

7 Bedah Rupaedah, M.si Leader

Target Waktu Penyelesaian RTP

No Risiko Pengendalian Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Masih terbatasnya permintaan produk biofertilizer

Diambil tindakan jika sumberdaya tersedia – melakukan kegiatan marketing produk teknologi

2 Kompetensi personil untuk melakukan uji lapang masih kurang

Diambil tindakan jika sumberdaya tersedia – Pengiriman SDM untuk mendapatkan pelatihan penguasaan teknologi yang diperlukan 3 Sarana produksi biofertilizer perlu

Diambil tindakan jika sumberdaya tersedia – Perbaikan sarana

(12)

perbaikan dan perawatan

4 Kesehatan personil kurang terjamin saat melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit saat kegiatan produksi

Diambil tindakan jika sumberdaya tersedia – SOP kerja produksi

5 Kualitas zeolit yang kurang seragam ukurannya

Diambil tindakan jika sumberdaya tersedia – pemesanan bahan baku zeolite ke mitra yang bertanggungjawab 6 Terdapat perbedaan

tingkat kepadatan spora per tanaman inang

Diambil tindakan jika sumberdaya tersedia – dilakukan pengecekan QC berkala 7 Diperlukannya penyemprotan insectisida

Diambil tindakan jika sumberdaya tersedia – Dilakukannya

penyemprotan sesuai SOP dan keperluan

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil perbandingan di atas didapatkan bahwa sub-indikator yang secara individu disikapi dengan perbedaan pendapat yang cukup signifikan diantara responden ternyata berbeda

NFNQFSTFLVUVLBO "MMBI BEBMBI CFOBSCFOBS LF[BMJNBO ZBOH CFTBS %BO ,BNJ QFSJOUBILBO LFQBEB NBOVTJB CFSCVBU CBJL LFQBEB EVB PSBOH JCVCBQBLOZB JCVOZB UFMBI NFOHBOEVOHOZB EBMBN

OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan

Abstrak : Membandingkan metode Full Costing dan Variable Costing untuk perhitungan Harga Pokok Produksi akan menunjukan metode yang lebih tepat untuk di terapkan, dan

Hasil penelitian Jayanudin (2009) menunjukkan bahwa kadar selulosa maksimal yang dihasilkan dari hidrolisis daun nanas kemudian dilakukan proses pemurnian menggunakan H 2 O

Dari hasil ini diperoleh suatu informasi bahwa minat belajar siswa sekolah dasar Gugus V di Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone sudah baik hal sejalan dengan pendapat

2) Menjelaskan unsur-unsur dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) berdasarkan PP 60 Tahun 2008. 5) Melaksanakan Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas/Unit

Angka Kecukupan Gizi Energi (AKG_E) yang tertinggi ditemukan pada buruh yang bekerja pada bagian potong selanjutnya secar berturut-turut bagian jahit, mesin, setrika,