• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempertahankan eksistensi tersebut, negara akan berinteraksi dengan aktor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempertahankan eksistensi tersebut, negara akan berinteraksi dengan aktor"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1. Latar Belakang Penelitian

Negara sebagai salah satu aktor dalam hubungan internasional harus mampu untuk bertahan dan bersaing di era globalisasi saat ini. Kemampuan negara dibutuhkan untuk mempertahankan eksistensi mereka dalam kancah internasional. Dalam mempertahankan eksistensi tersebut, negara akan berinteraksi dengan aktor lainnya, baik aktor negara atau non-negara. Hal ini dikarenakan hubungan internasional selalu diwarnai dengan adanya interaksi antar aktor-aktor di dalamnya. Pola interaksi ini dapat berupa kerjasama, persaingan dan konflik atau pertentangan (May Rudy, 2003: 2).

Dalam Studi Hubungan Internasional juga dikaji mengenai Ekonomi Politik Internasional (EPI). Dalam kajian EPI dijelaskan mengenai situasi dimana negara-negara akan saling berkaitan satu sama lain dalam memenuhi kebutuhannya. Keterkaitan tersebut membuat negara saling berhubungan dan menjalin kerjasama guna memenuhi kebutuhan dan pencapaian kepentingan tersebut. Holsti (dalam May Rudy, 1993: 121) menjelaskan bahwa keadaan tersebut kemudian dapat memunculkan interdependensi.

Kerjasama yang terjadi antar negara dan melewati batas wilayah negara dikenal dengan kerjasama internasional. Kerjasama internasional yang melibatkan banyak

(2)

negara dikenal dengan kerjasama multilateral sedangkan yang hanya dilakukan oleh dua negara dikenal dengan kerjasama bilateral. Kerjasama internasional menjadi suatu keharusan akibat adanya ketergantungan dan bertambah kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional (Kartasasmita, 1997: 19). Ketergantungan suatu negara terhadap negara lainnya dapat disebabkan oleh ketidakmampuan negara tersebut dalam memenuhi salah satu atau beberapa kebutuhannya.

Kerjasama dapat dilakukan dalam berbagai bidang seperti salah satunya adalah bidang perdagangan. Perdagangan yang terjadi antar negara dan melewati batas-batas wilayah negara dikenal juga dengan perdagangan internasional. Hal ini terjadi karena masing-masing negara mempunyai perbedaan pada kandungan sumber daya alam, iklim, penduduk, sumber daya manusia, spesifikasi tenaga kerja, konfigurasi geografis, teknologi, struktur ekonomi, dan lainnya (Halwani, 2005:1). Perbedaan ini juga dapat membuat negara saling membutuhkan dan menimbulkan ketergantungan.

Selain untuk memenuhi kebutuhannya, negara dalam melakukan perdagangan internasional juga dikarenakan keuntungan yang dapat diperoleh dari aktivitas tersebut. Perbedaan yang terdapat pada setiap negara menyebabkan munculnya keunggulan pada produksi suatu komoditas tertentu pada suatu negara dibandingkan negara lain. Keunggulan tersebut juga dikenal dengan sebutan keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif adalah perbandingan antar produsen suatu jenis barang berdasarkan biaya oportunis yang harus dipikul masing-masing produsen (Mankiw, 2003: 68).

(3)

Keunggulan komparatif yang berbeda di setiap negara dalam memproduksi komoditas tertentu juga menyebabkan terjadinya perdagangan antar negara. Negara lain akan berusaha untuk mengimpor komoditas tertentu dari negara yang merupakan spesialis dalam memproduksi komoditas tersebut. Dapat dikatakan bahwa perdagangan internasional dapat memberikan keuntungan kepada semua pihak disuatu masyarakat/perekonomian karena perdagangan memungkinkan setiap orang melakukan spesialisasi pada kegiatan produksi tertentu yang keunggulan komparatifnya ia kuasai (Mankiw, 2003: 70).

Perdagangan internasional yang dilakukan oleh negara-negara saat ini tidak selalu terjadi sesuai dengan harapan yang diinginkan. Ketidaksesuaian ini sering kali diakibatkan oleh adanya hambatan atau masalah-masalah yang dapat menganggu aktivitas perdagangan. Hambatan dalam perdagangan dapat memberikan dampak yang besar kepada perdagangan yang dilakukan. Hambatan perdagangan dapat terbagi kedalam dua yaitu hambatan tarif dan non-tarif.

Selain itu juga terdapat hambatan lain seperti hambatan teknis dalam perdagangan. Hambatan teknis diberlakukan untuk mencegah penyebaran hama, penyakit dan masalah lain serta kesamaan standar ketika melakukan impor (Anindita dan Reed, 2008: 53). Akan tetapi hambatan teknis dengan hambatan non-tarif cenderung memiliki kemiripan. Diluar hambatan perdagangan, juga terdapat beberapa faktor yang dapat menganggu jalannya perdagangan yang dilakukan antar negara seperti perbedaan kebudayaan atau letak geografis.

(4)

Kerjasama yang dilakukan oleh dua negara, yang dikenal dengan kerjasama bilateral, juga dilakukan oleh Federasi Rusia dengan Republik Indonesia. Indonesia dan Rusia menjalin kerjasama bilateral di berbagai bidang seperti perdagangan, militer, dan lainnya. Kerjasama kedua negara bahkan terjadi ketika Rusia masih menggunakan nama Uni Soviet. Terkait kerjasama di bidang perdagangan, ekonomi dan teknik, Indonesia dan Rusia bekerjasama melalui kerangka Sidang Komisi Bersama (SKB) yang dilaksanakan oleh Joint Commission on Trade, Economic and Technical atau yang dikenal juga dengan Komisi Bersama Indonesia-Rusia dalam bidang kerjasama perdagangan, ekonomi dan teknik.

Komisi Bersama atau Joint Commission on Trade, Economic and Technical antara Indonesia dengan Rusia merupakan hasil persetujuan antara kedua pemerintah terkait kerjasama di bidang perdagangan, ekonomi dan teknik (Surya, 2009:11). Terbentuknya komisi bersama ini merupakan langkah awal untuk kerjasama Indonesia dengan Rusia di bidang perdagangan, ekonomi dan teknik. Kehadiran komisi bersama ini diharapkan dapat mengawasi perdagangan kedua negara melalui sidang yang diselenggarakan oleh komisi tersebut.

Kerjasama antara Indonesia dengan Rusia bukan merupakan hal yang asing lagi bagi kedua negara. Bagi Indonesia, hubungannya dengan Rusia nyaris tidak pernah putus, meski sempat terganggu oleh insiden tahun 1965 dimana produk-produk militer Rusia pernah memenuhi gudang-gudang senjata Indonesia dimasa pemerintahan Presiden Soekarno (Surya, 2009:1). Tidak hanya di bidang persenjataan dan militer, Indonesia dan Rusia juga menjalin kerjasama di bidang perdagangan,

(5)

terutama kepada hasil-hasil pertanian yang sulit didapatkan di Rusia. Pada masa Presiden Soekarno, Indonesia memasok bahan mentah hasil pertanian seperti teh, cengkeh dan lainnya ke Rusia (Surya, 2009: 10).

Sejak penandatanganan deklarasi mengenai Kerangka Hubungan Persahabatan dan Kemitraan antara Republik Indonesia dan Federasi Rusia Dalam Abad ke-21, hubungan bilateral kedua negara memasuki babak baru dan senantiasa meningkat dimana interaksi para pemimpin dan para pejabat tinggi kedua negara sangat intensif (http://kemlu.go.id/Pages/PressRelease.aspx?IDP=1345&l=id, diakses 12 April 2012). Interaksi para pemimpin dan pejabat tinggi kedua negara tersebut menghasilkan kerjasama-kerjasama yang dapat memberikan keuntungan kepada kedua negara dan dapat mencapai tujuan dan kepentingan-kepentingan masing-masing negara.

Keseriusan Rusia dalam menjalin hubungan dengan Indonesia terlihat dengan bantuan-bantuan dan dukungan yang diberikan Rusia kepada Indonesia. Salah satu bentuk keseriusan Rusia dalam menjalin hubungan dengan Indonesia salah satunya adalah dengan ikut berpartisipasinya Rusia dalam eliminasi konsekuensi tsunami dan gempa bumi pada tahun 2004-2005 (www.indonesia.mid.ru/relat_ind_03., diakses 12/4/2014). Selain itu masih banyak bantuan-bantuan yang telah diberikan oleh Rusia untuk Indonesia dalam rangka memperkuat hubungan baik kedua negara.

Keseriusan Rusia dan Indonesia dalam menjalin hubungan bilateral juga tidak terlepas dari adanya kecenderungan rasa saling ketergantungan satu sama lainnya. Saling ketergantungan atau interdependensi antara Indonesia dan Rusia dapat dilihat

(6)

kepada produk-produk yang dibutuhkan oleh masing-masing negara. Rusia dengan keadaan geografis yang kurang menguntungkan cenderung membutuhkan produk pertanian dan perkebunan dimana Indonesia menyediakan kebutuhan produk-produk tersebut. Kebutuhan akan impor makanan oleh Rusia yang terus meningkat disebabkan karena keadaaan tanah Rusia yang tidak cocok untuk lahan pertanian dan perkebunan sedangkan kebutuhan masyarakat untuk pangan terus meningkat mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk Rusia (Sabon, 2011: 6).

Indonesia sendiri membutuhkan produk-produk berteknologi tinggi yang diproduksi oleh Rusia. Tahun 2004, nilai perdangangan Indonesia dan Rusia mengalami penurunan dikarenakan Indonesia membeli enam pesawat Sukhoi Rusia di tahun 2003 sehingga mengurangi anggaran belanja Indonesia ke Rusia (Sabon, 2011:6). Selain itu ketergantungan Indonesia terhadap produk-produk berteknologi tinggi juga dapat dilihat kepada komoditas impor Indonesia dari Rusia. Adapun beberapa komoditas tersebut adalah kabel, mesin sentrifugal tunggal, kendaraan udara (luar angkasa) dan poros transmisi (Sabon, 2011: 6-7).

Kerjasama di bidang ekonomi dan perdagangan antara Indonesia dengan Rusia harus ditingkatkan dan dikembangkan kedepannya. Hal ini dikarenakan Indonesia dan Rusia merupakan dua negara yang memiliki potensi besar dalam bidang ekonomi (Syafputri, 2012). Potensi yang besar ini harus dioptimalkan sehingga dapat menguntungkan kedua negara dalam kerjasama di bidang ekonomi di masa yang akan datang.

(7)

Salah satu cara untuk meningkatkan dan mengembangkan kerjasama tersebut adalah melalui Joint Commission on Trade, Economic and Technical. Hal ini dikarenakan prakarsa seperti Dewan Bisnis Indonesia-Rusia dan komisi pemerintah ke pemerintah dapat mengakibatkan pertumbuhan perdagangan diantara kedua negara (Kamalakaran, 2013). Sehingga jika pertumbuhan perdagangan sesuai dengan apa yang diharapkan maka dapat dikatakan bahwa kerjasama tersebut berhasil dengan baik dan memberikan keuntungan bagi kedua pihak yang bekerjasama.

SKB antara Indonesia dengan Rusia telah berjalan hingga sembilan kali sejak sidang pertama tahun 2002 hingga sidang kesembilan tahun 2014. SKB Indonesia dengan Rusia pertama diselenggarakan pada tanggal 25 September 2002 (http://www.deplu.go.id/Daftar Perjanjian Internasional/rusia.htm, diakses 24/2/2014). Penggunaan format Sidang Komisi Bersama tersebut bertujuan untuk mendorong peningkatan hubungan dalam bidang ekonomi, perdagangan, dan ilmu pengetahuan dan teknologi antara Indonesia dengan Rusia ke tingkat yang lebih tinggi.

Kerjasama di bidang ekonomi dan perdagangan antara Indonesia dengan Rusia merupakan pilihan yang rasional bagi kedua negara dimana kedua negara merupakan negara yang mempunyai potensi besar dalam bidang ekonomi. Rusia merupakan negara dengan cadangan devisa terbesar kedelapan atau kesembilan saat ini, sedangkan Indonesia merupakan target pasar potensial bagi Rusia dan rekan strategis di kawasan Asia Tenggara (Syafputri, 2012).

(8)

Potensi yang dimiliki oleh Indonesia dan Rusia tersebut tidak tercerminkan dalam nilai perdagangan antara Indonesia dengan Rusia sejak SKB pertama berlangsung pada tahun 2002 hingga SKB ketiga pada tahun 2006. Nilai perdagangan kedua negara antara dari SKB pertama hingga SKB ketiga dapat dikatakan kurang memuaskan kedua negara. Total perdagangan Indonesia dan Rusia pada tahun 2006 sekitar US$590 juta dimana nilai ini masih rendah jika dibandingkan dengan kerjasama perdagangan Rusia dengan Malaysia dan Thailand yang mencapai US$600 juta (Sabon, 2011: 2).

Demi memperkuat penjelasan terhadap fenomena yang akan dikaji, peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu yang bisa dijadikan sebagai acuan dan pedoman bagi peneliti dalam melakukan penelitian mengenai kerjasama yang terjalin antara Indonesia dengan Rusia dalam bidang perdagangan melalui sebuah komisi bersama. Komisi bersama tersebut dikenal juga dengan Joint Commission on Trade, Economic and Technical. Selain itu, juga digunakan penelitian terdahulu yang membahas tentang perdagangan internasional dan hambatannya.

Penelitian pertama terkait fenomena kerjasama Indonesia dengan Rusia adalah dari Victoria Sabon yang berjudul Peningkatan Perdagangan Antara Indonesia dan Rusia Bertolak dari Analisa Perdagangan Rusia tahun 2002 - 2006. Dalam tulisannya, Victoria Sabon menjelaskan selama tahun 2002 – 2006 Rusia lebih banyak melakukan impor produk – produk non-migas seperti kabel, soda, pupuk mineral dan lainnya. Rentang waktu penelitian yang dilakukan oleh Vicotria Sabon terkait perdagangan Rusia - Indonesia bersamaan dengan berlakunya Perjanjian

(9)

Penghindaran Pajak Berganda (P3B) Indonesia-Rusia dan berlangsungnya Sidang Komisi Bersama Indonesia-Rusia Pertama tahun 2002.

Victoria Sabon juga menjelaskan terjadinya fluktuasi atau naik turun nilai ekspor Rusia ke Indonesia. Dalam tulisannya, Sabon juga memaparkan kendala-kendala dalam ekspor impor Indonesia dengan Rusia. Victoria Sabon memaparkan kendala-kendala dalam perdagangan Indonesia dan Rusia yang cenderung bersifat non-teknis seperti perbedaan bahasa, letak geografis dan hal lainnya. Akan tetapi, Sabon tidak memaparkan hambatan-hambatan seperti hambatan tarif dan non-tarif dalam perdagangan Indonesia-Rusia.

Penelitian ketiga adalah yang dilakukan oleh Rindu Faradisah Novana terkait kerjasama Indonesia dengan Rusia di bidang militer tahun 2012 yang berjudul “Kerjasama Indonesia dan Rusia dalam Bidang Pertahanan Militer Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono Periode 2004-2009 memaparkan bahwa kerjasama internasional yang dilakukan oleh negara dapat memperlihatkan interdependensi atau saling ketergantungan diantara negara-negara yang bekerjasama tersebut.

Saling ketergantungan ini muncul dikarenakan kedua negara tidak dapat berdiri sendiri atau dengan kata lain memenuhi kebutuhannya dalam mencapai tujuan dan kepentingan nasionalnya. Kerjasama di bidang Pertahanan Militer antara Indonesia dengan Rusia memberikan keuntungan bagi kedua pihak seperti dimana Rusia tidak memberikan syarat tertentu yang bersifat politis dan bagi Rusia sendiri keuntungan

(10)

yang bisa didapat dari kerjasama ini adalah sebagai awal untuk kerjasama-kerjasama lainnya.

Penelitian keempat adalah Between Economic and Security Interest: Russia’s Return to the Indonesian Archipelago yang dilakukan oleh Ingo Wandelt. Poin penting yang ingin peneliti lihat untuk penelitian yang akan dilakukan adalah bahwa hubungan antara Rusia dan Indonesia telah berlangsung sangat lama. Selain itu peneliti juga mengetahui bahwa Rusia membutuhkan Indonesia baik itu sebagai pasar dan sumber daya alamnya.

Penelitian selanjutnya adalah berasal dari Alexey Muraviev dan Colin Brown yang berjudul Strategic Realignment or Déjà vu? Russia-Indonesia Defence on Cooperation in the Twenty-First Century. Dalam penelitiannya, Alexey Muraviev dan Colin Brown Periode 2007-2008 dapat dilihat sebagai titik balik dalam pengembangan hubungan strategis Rusia-Indonesia. Kunjungan Presiden Rusia pada tahun 2007 menandai pucak dari proses menghidupkan kembali hubungan strategis Rusia-Indonesia.

(11)

Tabel 1.1. Penelitian Terdahulu Pertama

Peneliti Victoria Sabon

Judul Peningkatan Perdagangan Antara Indonesia dan Rusia Bertolak dari Analisa Perdagangan Rusia tahun 2002 – 2006

Tahun Penelitian 2011

Lembaga Penelitian CISAK

Objek Penelitian Perdagangan Bilateral Indonesia-Rusia Metode Penelitian, Teori, atau

Konsep

Kualitatif

Hasil Adanya fluktuasi ekspor impor Indonesia-Rusia dan kendala-kendala perdagangan Indonesia-Rusia

Persamaan/Perbedaan Penelitian

Persamaannya adalah membahas perdagangan Indonesia dengan Rusia, tetapi berbeda secara rentang waktu penelitian. Perbedaannya adalah penelitian ini tidak mengandung unsur Joint Commission on Trade, Economic and Technical Sumbangan Bagi Penelitian Peneliti mengetahui perkembangan perdagangan

antara Indonesia dengan Rusia tahun 2002-2006, lebih tepatnya setelah sidang komisi pertama dan pemberlakuan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) Indonesia-Rusia Serta mengetahui kendala-kendala perdagangan antara kedua negara selama tahun 2002-2006 yang harus diatasi untuk kedepannya seperti mekanisme ekspor yang melalui negara ketiga, sistem pembayaran yang masih menggunakan sistem L/C dan kurang aktifnya pengusaha Indonesia dalam memperkenalkan produk mereka ke Rusia.

(12)

Tabel 1.2. Penelitian Terdahulu Kedua

Peneliti R. Bambang Budhijana

Tahun Penelitian 2010

Lembaga Penelitian Universitas Tarumanegara dan Portal Garuda Judul Penelitian Export Import Performance and its Implication

to Indonesia Economy: Bilateral Trade Case Between Indonesia and Malaysia

Objek Penelitian Perdagangan Bilateral Indonesia-Malaysia dan Pengaruh kebijakan pemerintah terhadap perdagangan internasional Indonesia, khususnya dalam perdagangan bilateral Indonesia dan Malaysia sebelum dan setelah krisis sampai dengan tahun 2000

Metode Penelitian Kualitatif

Hasil Penelitian Perdagangan Indonesia-Malaysia banyak memberikan keuntungan bagi pihak Indonesia dan memberikan manfaat kepada pelaku perdagangan sebesar USD 150,608 juta dan adanya peningkatan pada total perdagangan sebesar USD $ 903,558 juta pada tahun 2000. Persamaan/Perbedaan

Penelitian

Persamaannya adalah menggunakan konsep kerjasama dan perdagangan dimana perdagangan Indonesia dan Malaysia memberikan keuntungan kepada Indonesia termasuk kepada pelaku-pelaku dagang.

Sumbangan Bagi Penelitian Peneliti mengetahui bahwa perdagangan antara Indonesia dan Malaysia dapat memberikan keuntungan bagi Indonesia sendiri atau dengan kata lain Perdagangan Internasional memberikan keuntungan bagi negara-negara yang melakukan aktivitas tersebut.

(13)

Tabel 1.3. Penelitian Terdahulu Ketiga

Peneliti Rindu Faradisha Novana

Tahun Penelitian 2012

Lembaga Penelitian Universitas Riau dan Portal Garuda

Judul Kerjasama Indonesia dan Rusia dalam Bidang Pertahanan Militer Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono Periode 2004-2009 Objek Penelitian Kerjasama Bilateral Indonesia-Rusia dalam

Bidang Pertahanan Militer Metode Penelitian Kualitatif

Hasil Penelitian Indonesia mendapatkan keuntungan dari kerjasama militer dengan Rusia karena dalam kerjasama tersebut Rusia tidak memberikan syarat atau ketentuan yang dapat memberatkan Indonesia. Kerjasama kedua negara ini kemudian menciptakan saling ketergantungan antara kedua negara dimana Indonesia membutuhkan peralatan militer dari Rusia dan Rusia membutuhkan sumber daya alam dari Indonesia yaitu batu bara. Batu bara kemudian dimasukkan sebagai salah satu alat pembayaran alat militer dari Rusia tersebut

Persamaan/Perbedaan Penelitian

Persamaannya adalah mengkaji kerjasama bilateral Indonesia-Rusia tetapi berbeda secara bidang dan rentang waktu

Sumbangan Bagi Penelitian Peneliti mengetahui kerjasama antara Rusia dan Indonesia dalam bidang pertahanan merupakan hubungan saling ketergantungan antara kedua negara. Hal ini sangat berguna bagi peneliti karena peneliti juga membahas tentang kerjasama bilateral antara Indonesia-Rusia, tetapi dalam bidang perdagangan.

(14)

Tabel 1.4. Penelitian Terdahulu Keempat

Peneliti Dr. Ingo Wandelt

Tahun Penelitian 2007

Lembaga Penelitian Giessen University dan Watch Indonesia

Judul Between Economic and Security Interest: Russia’s Return to the Indonesian Archipelago Objek Penelitian Kerjasama Rusia-Indonesia dalam bidang

pertahanan dan ekonomi Metode Penelitian Kualitatif

Hasil Hubungan antara Rusia dan Indonesia telah terjalin sangat lama. Kerjasama antara Rusia dan Indonesia telah terjadi pada tahun 1950-an yaitu ketika Uni Soviet menyediakan persenjataan militer Indonesia. Perlengkapan militer Indonesia kembali diisi oleh peralatan dari Rusia pada era Presiden Megawati. Perlengkapan militer tersebut dibayar dengan menggunakan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia. Rusia juga berupaya untuk memperluas pasar ke kawasan Asia Tenggara dengan menawarkan produk-produk militer mereka.

Persamaan/Perbedaan Penelitian

Persamaannya adalah mengkaji hubungan kerjasama antara Rusia dengan Indonesia. Perbedaannya adalah bahwa penelitian ini dilihat dari sisi Rusia dan cenderung fokus kepada sektor pertahanan.

Sumbangan Bagi Penelitian Peneliti mengetahui bahwa hubungan antara Rusia dan Indonesia telah berlangsung sangat lama. Selain itu peneliti juga mengetahui bahwa Rusia membutuhkan Indonesia baik itu sebagai pasar dan sumber daya alamnya.

(15)

Tabel 1.5. Penelitian Terdahulu Kelima

Peneliti Alexey Muraviev dan Colin Brown

Tahun Penelitian 2008

Lembaga Penelitian Australian National University

Judul Strategic Realignment or Déjà vu? Russia-Indonesia Defence on Cooperation in the Twenty-First Century

Objek Penelitian Kerjasama Pertahanan Rusia dan Indonesia Metode Penelitian Kualitatif

Hasil Periode 2007-2008 dapat dilihat sebagai titik balik dalam pengembangan hubungan strategis Rusia-Indonesia. Kunjungan Presiden Rusia pada tahun 2007 menandai pucak dari proses menghidupkan kembali hubungan strategis Rusia-Indonesia.

Persamaan/Perbedaan Penelitian

Persamannya yaitu melihat kepada kerjasama Rusia-Indonesia. Perbedaannya yaitu kerjasama tersebut berada pada sektor pertahanan dan dilihat dari sisi Rusia.

Sumbangan Bagi Penelitian Peneliti mengetahui bahwa kunjungan Presiden Vladimir Putin pada September 2007 merupakan puncak dari proses menghidupkan kembali hubungan bilateral antara Indonesia dan Rusia serta mengetahui manfaat dari kerjasama pertahanan antara Rusia dan Indonesia yaitu seperti Rusia setuju dengan penawaran dan skema peminjaman dimana Indonesia tidak perlu menghabiskan sejumlah besar hard currency untuk mendapatkan peralatan yang dipesan dan Rusia tidak berniat menghubungkan setiap transaksi perdagangan termasuk militer dengan isu-isu politik domestik Indonesia.

(16)

Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk memaparkan bagaimana pelaksanaan kerjasama perdagangan antara Indonesia dan Rusia melalui Joint Commission on Trade, Economic, and Technical selama kurun waktu 2007-2012. Dalam hal ini peneliti juga melihat kepada bagaimana Indonesia dan Rusia bekerjasama melalui Joint Commission on Trade, Economic and Trade dalam mengatasi hambatan dan kendala yang dapat menganggu perdagangan kedua negara.

Peneliti mengambil rentang waktu antara tahun 2007 hingga 2012 karena sejak sidang komisi pertama tahun 2002 telah dilakukan penelitian terkait perdagangan Indonesia dengan Rusia dari tahun 2002 hingga 2006. Selain itu pada tahun 2007 juga berlangsung Joint Statement by President of the Russian Federation Vladimir V.Putin and the President of the Republic of Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (http://www.indonesia.mid.ru/relat_e_05.html, diakses 14/04/2014). Pernyataan bersama ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan kerjasama kedua negara. Sedangkan dibatasi hingga tahun 2012 dikarenakan sidang komisi terakhir (hingga saat peneliti melakukan pra-penelitian) atau yang kedelapan dilaksanakan. Untuk melakukan penelitian pada pokok permasalahan tersebut, peneliti mengambil judul:

“Kerjasama Bilateral Indonesia - Rusia dalam Bidang Perdagangan Melalui Joint Commission on Trade, Economic, and Technical (2007-2012)”

(17)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan pada penelitian terhadulu oleh Victoria Sabon bahwa dalam kurun waktu antara tahun 2002 hingga tahun 2006, perdagangan antara Indonesia dengan Rusia mengalami fluktuasi atau naik-turun. Dijelaskan juga pada bagian latar belakang bahwa dalam rentang waktu tersebut terjadi pertama kalinya sidang pertama Joint Commission on Trade, Economic, and Technical atau Komisi Bersama dalam Bidang Perdagangan, Ekonomi dan Teknik. Penelitian tersebut memaparkan bahwa terdapat faktor-faktor yang menganggu kelancaran perdagangan antara Indonesia dengan Rusia.

Peneliti juga memfokuskan kepada kerjasama perdagangan Indonesia-Rusia melalui Joint Commission on Trade, Economic, and Technical dan juga faktor-faktor yang menghambat perdagangan kedua negara dalam kurun waktu tahun 2007-2012. Dalam hal ini juga peneliti mencoba memaparkan perkembangan perdagangan antara Indonesia dengan Rusia melalui Joint Commission on Trade, Economic, and Technical tahun 2007-2012.

Dalam kurun waktu yang diambil oleh peneliti yaitu antara 2007 hingga tahun 2012, telah terjadi sidang komisi bersama atau Joint Commission on Trade, Economic, and Technical sebanyak lima kali. Dalam rentang waktu tersebut, sidang yang dilaksanakan oleh Joint Commission on Trade, Economic, and Technical tersebut telah banyak menghasilkan persetujuan, kesepakatan, proyek dan program usulan kerjasama antara Indonesia dan Rusia di bidang perdagangan, ekonomi dan

(18)

teknik. Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti membatasi hanya pada bidang perdagangan. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat fokus dalam melakukan penelitian.

Dengan demikian, peneliti merumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaaan penelitian (research question) sebagai berikut: “Bagaimana Pelaksanaan Kerjasama Perdagangan Indonesia dengan Rusia melalui Joint Commission on Trade, Economic, and Technical (2007-2012)?”

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai perkembangan kerjasama perdagangan yang terjadi antara Indonesia dengan Rusia melalui Joint Commission on Trade, Economic, and Technical tahun 2007-2012. Dalam hal ini termasuk juga tentang perkembangan perdagangannya serta hambatan dan faktor yang menggangu perdagangan antara Indonesia-Rusia pada tahun 2007-2012.

1.3.2. Manfaat Penelitian 1.3.2.1. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan referensi tentang Joint Commission on Trade, Economic, and Technical dan kerjasama perdagangan antara Indonesia dengan Rusia tahun 2007-2012 termasuk

(19)

kepada pelaksanaan kerjasamanya kepada penstudi Hubungan Internasional dan masyarakat umum. Selain itu juga agar penelitian mengenai permasalahan ini bisa menjadi bahan informasi dan referensi bagi para pembaca yang mempunyai minat dalam perdagangan bilateral dan kerjasama bilateral, terutama antara Indonesia dengan Rusia serta memberikan referensi sebagai bahan kepada penulis lain yang berkeinginan untuk melakukan penelitian lanjutan terhadap permasalahan yang sama.

1.3.2.2. Manfaat Teoritis

Kegunaan penelitian ini dalam aspek teoritis adalah untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai kerjasama internasional antar negara, terutama pada sektor perdagangan melalui Joint Commission on Trade, Economic and Technical. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman tentang interdependensi dalam kerjasama perdagangan yang dilakukan oleh negara-negara dan menjadi sumber informasi terkait konsep interdependensi dan kerjasama internasional.

Gambar

Tabel 1.3. Penelitian Terdahulu Ketiga
Tabel 1.5. Penelitian Terdahulu Kelima

Referensi

Dokumen terkait

Alat ini memberikan panduan kepada pesawat yang akan mendarat di landasan, dengan menggunakan kombinasi sinyal radio, dan di banyak tempat, lampu- lampu

dica!ai baik dengan berja"an kaki atau dengan kendaraan 4roda dua mau!un roda em!at6 serta jau. dari tem!at 2ang

Menurut opini kami, laporan keuangan konsolidasian terlampir menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan konsolidasian PT Limas Indonesia Makmur Tbk

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I tersebut dapat diinterpretasikan bahwa (1) adanya tim ahli penyimpul pikiran dan penyimpul pendapat dengan tugas

b.Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran dan hasil belajar visual merchandising melalui metode penyelesaian masalah.Penelitian ini menggunakan peneli-

Untuk hasil uji coba program fitur sudut dapat dilihat pada tabel 4.1. Sedangkan untuk hasil uji coba program fitur jarak dapat dilihat pada tabel 4.2. Ke dua

Modifikasi algoritma bertujuan untuk mengakomodasi waktu produksi 3 shift perhari dengan 6 hari perminggu, di mana tenaga kerja bekerja 5 hari perminggu dengan pergantian 3