• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) DALAM MENINGKATKAN PUBLIC SERVICE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) DALAM MENINGKATKAN PUBLIC SERVICE"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

i

SIPIL KABUPATEN PANGKEP

SKRIPSI

Oleh

ADRIANTO AM

NIM 105720539315

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

(2)

ii

SIPIL KABUPATEN PANGKEP

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

ADRIANTO AM

NIM 105720539315

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

(3)

iii



























Terjemahnya:

“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada

kemudahan.

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),

kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,

dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”

( QS. Al-Insyirah ; 6-8 )

PERSEMBAHAN

Teriring Do’a, air mata, cinta, dan kerendahan hati.

Kupersembahkan kepada

Ayahanda dan Ibunda Tercinta, serta orang-orang yang selalu

memberikan perhatian dan mengingatkan padaku akan masa depan.

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

Tiada kata yang paling paling pantas penulis ucapkan pada kesempatan ini, selain ungkapan rasa syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehinnga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Strategi Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam Meningkatkan Public Service pada Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pangkep. Salam serta shalawat semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai teladan bagi seluruh umat manusia yang Maha sempurna akhlaknya.

Penyusunan skripsi ini merupakan tugas akhir dalam rangka memenuhi salah-satu persyaratan akademis guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1) pada Jurusan Manajemen Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis bapak Amrullah dan ibu Fatriani yang telah merawat, membesarkan, mendidik dan mencurahkan kasih sayang dan doa yang tak henti-hentinya demi kebaikan penulis di dunia dan di akhirat. Semoga Allah SWT. senantiasa memberikan berkat dan karunia-Nya yang melimpah kepada mereka.

Penulis menyadari bahwa sejak awal perencanaan dan penyusunan skripsi ini banyak tantangan dan hambatan yang dialami penulis. Namun akhirnya semuanya dapat teratasi berkat ketabahan, ketekunan, kemauan dan kerja keras serta berkat bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan moril maupun

(8)

viii

Muhammadiyah Makassar dan para Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasullong, SE., MM., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Muh. Nur Rasyid, SE. MM., Ketua Program Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Makassar yang selama ini telah memberikan pelayanan dengan baik.

4. Bapak Moh Aris Pasigai, SE., M.M., Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengerahkan penulis, sehingga Skripsi selesai dengan baik.

5. Bapak Asdar, SE., M.Si., Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan motivasi, bimbingan petunjuk, dan saran hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Segenap dosen serta staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

7. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Progran Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Makassar Angkatan 2015, atas bantuannya kepada penulis selama dibangku kuliah, serta kepada teman seperjuangan yang selalu menemani hingga penyelesaian penyusunan skripsi ini.

(9)

ix

berlipat ganda dari Allah SWT. Akhir kata, penulis sangat berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri dan yang membaca skripsi ini. Makassar, 10 September 2019

Penulis

ADRIANTO AM NIM: 105720539315

(10)

x

Sipil Negara (ASN) dalam Meningkatkan Public Service pada Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pangkep. Skripsi Program Studi

Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I bapak Moh. Aris Pasigai dan Pembimbing II bapak Asdar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Strategi dalam Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam Meningkatkan

Public Service pada Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Pangkep. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan tinjuan langsung ke lapangan, agar dapat memperoleh data-data yang akurat. Pengumpulan data yang dilakukan yaitu wawancara, observasi serta dokumentasi, kemudian data yang terkumpul dianalis dan diambil kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitan yang dilakukan strategi yang dilakukan dalam pengembangan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam Meningkatkan Public Service pada Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pangkep adalah dengan mengikutkan semua pegawai dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan seperti Bimbingan Teknis (Bimtek) dan dilakukan Latihan Kepemimpinan secara berjenjang sesuai dengan jabatan yang diembannya.

Kata Kunci:` Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN), Public Service

(11)

xi

Apparatus (ASN) in Improving Public Service at the Office of Population and Civil Registry of Kabupaten Pangkep, Thesis Management Study Program. Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University, Makassar. Supervised by Supervisor I, Mr. Moh. Aris Pasigai and Advisor II, Mr. Asdar.

This study aims to find out how the strategy in developing the Competency of the State Civil Apparatus (ASN) in Improving Public Service at the Office of Population and Civil Registration Office of Pangkep District. This type of research is a type of qualitative descriptive research that is by conducting a direct review to the field, in order to obtain accurate data. Data collection is carried out by interview, observation and documentation as a reinforcement in the data that has been collected and then analyzed and concluded. Based on the results of research conducted by the strategy carried out in developing the competence of the State Civil Apparatus (ASN) in Improving Public Service at the Office of Population and Civil Registration Office of Pangkep District is to include all employees in education and training activities such as Technical Guidance (Bimtek) and conducted Leadership Training in stages in accordance with the position they carry.

Keywords : Floating Competency of the State Civil Apparatus (ASN), Public Service

(12)

xii

HALAMAN JUDUL... ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN... v

SURAT PERNYATAAN... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... x

ABSTRACT... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR/BAGAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

A. Tinjauan Tentang Strategi Pengembangan Kompetensi ASN ... 6

(13)

xiii

BAB III METODE PENELITIAN... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Fokus Penelitian ... 29

C. Pemilihan Lokasi dan Situs Penelitian ... 30

D. Jenis dan Sumber Data ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data... 31

F. Instrumen Penelitian ... 32

G. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 35

B. Hasil Penelitian ... 51 C. Pembahasan ... 60 BAB V PENUTUP ... 65 A. Kesimpulan ... 65 B. Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA... 67 LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(14)

xv

Gambar 2.1 Kerangka Konsep... 28

Gambar 4.1 Struktur Organisasi ... 39

Gambar 4.2 Alur Pengurus Akta Kelahiran ... 45

Gambar 4.3 Akta Pelayanan Akta Catatan Sipil ... 46

(15)

xiv

Tabel 2.1 Tinjauan Empiris ... 25 Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana ... 56

(16)

xvi

Lampiran 1 Panduan Observasi... 69

Lampiran 2 Panduan Wawancara... 70

Lampiran 3 Hasil Wawancara ... 78

Lampiran 4 Dokumentasi ... 93

(17)

1

A. Latar Belakang

Sumber daya manusia merupakan faktor yang paling penting dan paling menentukan dalam setiap organisasi. Sumber daya manusia merupakan penentu jalan-tidaknya ataupun maju mundurnya organisasi. Sebaik apapun sistem yang telah disusun atau dilengkapi dan apapun sarana dan prasarana yang tersedia dalam organisasi, tanpa didukung oleh keberadaan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan yang memadai, maka berbagai kelengkapan tersebut tidak akan berarti banyak bagi keberadaan organisasi. Dengan sumber daya manusia pula, sistem sarana dan prasarana yang ada dalam organisasi dapat terus disempurnakan, sesuai dengan perkembangan kebutuhan bagi percepatan menyelesaian tugas. Oleh karena itu, suatu organisasi harus memiliki sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan organisasi.

Para ahli dibidang manajemen sumberdaya manusia umumnya sependapat bahwa kualitas sumber daya manusia, yang dapat membawa organisasi berhasil dan sukses, ditentukan oleh kompetensinya. Kompetensi merupakan karakteristik sikap dan perilaku yang efektif yang akan menentukan kinerja unggul dalam pekerjaan. Kompetensi akan mendorong seseorang untuk memiliki kinerja terbaik sehingga dapat sukses dalam organisasi Sudarmanto (2009,46). Oleh karena itu, apabila menghendaki organisasi dapat berhasil, maka setiap organisasi harus dapat mengembangkan kompetensi para pegawainya.

(18)

Sebagaimana diketahui bahwa sejak bergulirnya reformasi, pemerintah terus memperbaiki dan menyempurnakan peraturan di bidang kepegawaian yaitu dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (pasal 70) ditegaskan : (1) setiap pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk pengembangan kompetensi, antara lain melalui pendidikan dan pelatihan (diklat), kursus, seminar, dan penataran; (2) Dalam pengembangan kompetensi setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun rencana pengembangan kompetensi tahunan yang tertuang dalam rencana kerja anggaran tahunan instansi masing-masing.

Implementasi kebijakan pengembangan kompetensi aparatur ASN tersebut, diharapkan dapat mewujudkan atau menciptakan ASN yang memiliki kompetensi tinggi dalam menjalankan tugas dan jabatan secara profesional. Untuk itu, sangat wajar apabila pemerintah daerah memberikan perhatian yang memadai terhadap pengembangan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN/PNS) daerah baik dari segi perencanaan program, penyediaan sarana dan prasarana maupun anggaran yang memadai.

Pengembangan kompetensi ASN yang selama ini mendapat penekanan lebih besar ialah pendidikan dan pelatihan (Diklat). Pendidikan dan Pelatihan merupakan instrumen kebijakan yang dianggap paling efektif untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan oleh suatu jabatan ASN. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS menyatakan Diklat bertujuan antara lain untuk meningkatkan kompetensi (pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap) untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara profesional. Pendidikan dan

(19)

Pelatihan (Diklat) untuk pengembangan kompetensi ASN meliputi : (1) Diklat Struktural/Kepemimpinan,yaitu Diklat yang dilaksanakan untuk mencapai kompetensi kepemimpinan/manajerial aparatur yang sesuai dengan jenjang; (2) Diklat Fungsional, yaitu Diklat yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional masing-masing; dan (3) Diklat Teknis, yaitu Diklat yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas.

Berdasarkan data kepegawaian di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pangkep nampaknya kompetensi aparatur masih merupakan persoalan yang perlu mendapat perhatian terutama dilihat dari segi kompetensi pengetahuan/intelektual (pendidikan formal), kompetensi keterampilan (pelatihan struktural, pelatihan teknis/fungsional, kursus, penataran), dan kompetensi pengalaman (masa kerja, pengalaman jabatan/kepemimpinan), serta kompetensi sikap. Kebanyakan pegawai masih sangat kurang dalam hal Diklat Teknis yang diperlukan untuk pengembangan kompetensi keterampilan yang berhubungan langsung dengan bidang tugas masing-masing. Kenyataan lain menunjukkan sebagian pegawai juga masih kurang dalam pengalaman karena rata-rata punya masa kerja kurang dari sepuluh tahun. Rendahnya kompetensi dari sebagian besar aparatur/pegawai tersebut secara nyata ditunjukkan oleh rendahnya kemampuan dalam melaksanakan tugas pekerjaan dan jabatan terutama dalam hal mengambil keputusan yang berhubungan dengan tugas dan jabatan, menghadapi dan menyelesaikan persoalan atau hambatan/kendala yang muncul dalam pelaksanaan tugas dan jabatan, menyelesaikan tugas pekerjaan secara

(20)

efisien efektif, dan tepat waktu, serta memenuhi tuntutan kinerja yang sudah ditetapkan.

Berangkat dari permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis berkeinginan untuk melakukankan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul ” Strategi Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam Meningkatkan Public Service pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pangkep”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi pengembangan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam meningkatkan public service pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pangkep?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pengembangan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam meningkatkan

public service pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

(21)

D. Manfaat Penelitian

Hasil yang nanti akan dicapai pada penelitian ini diharapakan memberi manfaat sebagai berikut:

a. Manfaat teoritis

Penelitian yang akan dilakukan dapat dijadikan suatu bahan studi perbandingan selanjutnya dan akan menjadi sumbangsih pemikiran ilmiah dalam melengkapi kajian-kajian yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya menyangkut masalah kualitas pelayanan publik.

b. Manfaat praktis

Hasil dari penelitian yang akan dilakukan yaitu dapat menjadi suatu bahan masukan bagi pemerintah Kabupaten Pangkep dalam melakukan usaha dalam meningkatkan pelayanan publik di berbagai bidang, khususnya pelayanan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk di Kabupaten Pangkep.

(22)

6

A. Tinjauan Tentang Strategi Pengembangan Kompetensi ASN

1. Konsep Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara(ASN) Menurut Rivai dan Sagala (2011:212) pengembangan kompetensi ASN adalah suatu cara yang di gunakan oleh instansi untuk memberikan pelayanan terbaik melalui pendidikan dan pelatihan.

Sebagaimana diketahui bahwa sejak bergulirnya reformasih, Pemerintah terus memperbaiki/menyempurnakan peratauran di bidang kepegawaian yaitu dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara ditegaskan :

1) Setiap pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk pengembangan kompetensi, antara lain melalui pendidikan dan pelatihan (diklat), kursus, seminar, dan penataran.

2) Dalam pengembangan kompetensi setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun rencana pengembangan kompetensi tahunan yang tertuang dalam rencana kerja anggaran tahunan instansi masing-masing.

Terselenggaranya kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan cita-cita dari negara Kesatuan Republik Indonesia. Kepemerintahan seperti itu dilandasi oleh tegaknya prinsip-prinsip seperti supremasi hukum, profesionalisme, akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi, baik dalam pengelolaan kebijakan maupun dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan masyarakat dilakukan secara prima (excellent services), yaitu transparan, berkualitas, efisien, demokratis

(23)

dan berkeadilan. Kinerja aparatur dalam sistem pemerintahan yang demokratis sangat ditentukan oleh seberapa jauh rakyat memperoleh akses pelayanan yang sama tanpa dibedakan asal-usul, etnis, agama, maupun aspirasi politiknya. Dalam rangka itu, sumber daya aparatur pemerintahan yang netral dari kekuatan-kekuatan politik yang ada sangat diperlukan bagi tata pemerintahan yang baik dan beribawa (good

governance).

2. Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja kerja agar efektif dan efesien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyrakat.

Menurut Slamet (2012:26) manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses perencanaan,pengoranisasian, pengendalian sumber daya manusia dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan kompensasi, pengintergrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian. Tujuan dari fungsi-fungsi MSDM tersebut adalah perusahaan agar bisa mendapatkan tingkat laba yang tinggi dari pada bunga bank. Sedangkan karyawan agar bisa mendapatkan kepuasan dalam pekerjaan. Dan masyarakat biasa memperoleh barang dan jasa dengan tingkat harga yang sewajarnya serta selalu tersedia di pasar Hasibuan (2011:10).

(24)

3. Manajemen Aparatur Sipil Negara

Negara Berbicara mengenai aparatur tentu tidak lepas dari teori Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), dimana aparatur memiliki peran strategis dalam menggerakkan organisasi pemerintah. Hadari Nawawi (2008:73) membagi MSDM menjadi dua kelompok yaitu, MSDM dalam artian makro dan mikro.

MSDM dalam arti makro terlihat dari berbagai kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar lebih produktif dan mampu bersaing dikancah global. Pelaksanaan dari kebijakan tersebut terlihat dari penyelenggaraan pelayanan publik (public service) kepada seluruh lapisan masyarakat sebagai upaya pendukung dalam pencapaian sumber daya manusia yang berkualitas. MSDM dalam arti mikro merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan pendayagunaan SDM yang bekerja dilingkungan suatu organisasi/ institusi, agar memiliki kontribusi berkelanjutan dan terarah dalam mewujudkan tujuan organisasi. Perbedaan MSDM di lingkungan organisasi yang mengejar profit adalah fokus pada efisiensi dan efektifitas kinerja dalam rangka memaksimalkan laba. Sedangkan untuk organisasi non-profit seperti instansi pemerintah dan berbagai jenis organisasi kemasyarakatan, Manajemen SDM ditujukan pada pemberian pelayanan publik yang semakin baik atau bisa dikatakan sedang mencari model efektifitas dan efisiensi terbaik bagi kegiatan pemerintahan serta pelaksanaan pembangunan dalam mewujudkan kesejahteraan umum.

(25)

4. Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi

Menurut Palan (2008:8) manajemen kompetensi diartikan sebagai, ”mengidentifikasikan, menilai, dan melaporkan level kompetensi pegawai untuk memastikan bahwa organisasi memiliki sumber daya manusia yang memadai untuk menjalankan strateginya.” Berbeda dengan manajemen SDM konvensional, aktivitas dan keputusan dalam Manajemen SDM-Berbasis Kompetensi (MSDM-BK) lebih transparan, dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan tidak diskriminatif. Dalam MSDM-BK keputusan yang diambil dan aktivitas yang dilaksanakan selalu mengacu pada kebutuhan kompetensi jabatan dan kompetensi individu yang terukur dan dapat teramati validitasnya berdasarkan perilaku seseorang yang bekerja dalam organisasi.

Dengan mengacu kepada kebutuhan kompetensi jabatan dan kompetensi individu dapat dibangun suatu sistem informasi manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi yang terintegrasi, atau sering dikenal dengan “Integrated competencies based human resource

management information system”. Sistem ini merupakan database yang

dibagikan berdasarkan fungsi sumber daya manusia, yang menghasilkan berbagai laporan yang diperlukan pelayanan sumber daya manusia secara terpadu. Informasi yang dihasilkan selalu mengacu pada data kebutuhan kompetensi jabatan dan kompetensi individu.

5. Hubungan Kompetensi Pegawai dan Kinerja

Kompetensi dalam hal organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting untuk berlangsungnya tujuan yang telah disusun oleh organisasi tersebut. Meskipun kompetensi bukan merupakan aspek yang

(26)

sentral dalam hal fungsi organisasi. Namun, ketika dikaitkan dengan sumber daya manusia yang berada dalam organisasi tersebut maka kompetensi adalah suatu pengejawantahan terhadap kualitas organisasi tersebut.

Kompetensi dapat digunakan sebagai kriteria dasar berbagai instansi Pemerintah untuk menghasilkan kinerja yang unggul. Penentuan tingkat kompetensi diperlukan agar dapat mengetahui tingkat kinerja yang diharapkan untuk kategori baik ataupun rata-rata. Menurut McClelland dalam Rivai (2010:299) Mendefinisikan kompetensi (competency) sebagai “karateristik yang mendasar yang dimiliki seseorang yang berpengaruh langsung terhadap, atau dapat mempredisikan, kinerja yang sangat baik.” Dengan kata lain kompetensi adalah apa yang para outstanding performers lakukan lebih sering pada lebih banyak situasi dengan hasil yang lebih baik, daripada apa yang dilakukan para average performers.

Penentuan tingkat kompetensi dibutuhkan agar dapat mengetahui tingkat kinerja yang diharapkan untuk kategori baik atau rata-rata. Penetuan kompetensi yang dibutuhkan tentunya akan dapat dijadikan dasar bagi evaluasi kinerja. Dalam rumusan standar kompetensi tentang kemampuan dan kinerja yang harus dicapai, diantaranya meliputi :

a. Apa yang diharapkan dapat dikerjakan oleh seseorang

b. Seberapa jauh kinerja yang diharapkan tersebut dapat dicapai seseorang.

c. Bagaimana mengukur/membuktikan bahwa seseorang telah mencapai kinerja yang diharapkan.

(27)

6. Strategi Pengembangan Kompetensi

Untuk menganalisis arah dan strategi pengembangan sumber daya aparatur, kiranya perlu disimak berbagai hal atau faktor kunci keberhasilan (critical success factors) yang meliputi pengembangan sistem kepegawaian yang “unified”, proporsional dan rasional, pengembangan sistem manajemen kepegawaian yang mampu mengantisipasi perkembangan lingkungan stratejik, dan memantapkan profesionalitas PNS yang seimbang dengan kebutuhan organisasi, pengembangan karier dan kesejahteraan pegawai.

Pengembangan sistem kepegawaian yang unified, proporsional dan rasional merupakan bagian dari refomasi sistem kepegawaian (Personel System Reform). Secara keseluruhan reformasi sistem kepegawaian ini ditujukan untuk terwujudnya demokratisasi, desentralisasi dan pengembangan sistem kepegawaian yang dititikberatkan kepada “merit system”, mengarahkan sistem pengembangan sumber daya aparatur dengan sasaran utama untuk menjelaskan kinerja pegawai sesuai dengan standar kompetensi melalui kajian organisasional, okupasional maupun individual, dan menyusun desain prakondisi sistem kepegawaian, antara lain:

a. Penyusunan klasifikasi jabatan PNS secara rasional, sebagai bahan penyusunan peta jabatan pada setiap satuan organisasi baik pusat maupun daerah.

b. Penyusunan standar kompetensi jabatan PNS sebagai tolok ukur kinerja PNS.

(28)

c. Penyusunan sistem penilaian kinerja pegawai yang berorientasi pada standar kompetensi dan misi organisasi.

Sumber daya aparatur yang berkualitas merupakan prasyarat dalam meningkatkan mutu penyelenggaraan negara serta pemerintah kepada masyarakat. Dan agar setiap upaya pembinaan kearah peningkatan kualitas aparatur pemerintah mencapai sasaran dan menjadi relevan dalam menjawab tuntutan reformasi pada pencapaian standar kompetensi baik bagi aparatur pemangku jabatan struktural, fungsional maupun staf/pegawai non-jabatan maka diperluakn strategi dalam pencapaian tersebut.

B. Tinjauan TentangPublic Service 1. PengertianPublic Service

Pelayanan merupakan salah satu ujung tombak dari upaya pemuasan pelanggan dan sudah merupakan keharusan yang wajib dioptimalkan baik oleh individu maupun organisasi karena dari bentuk pelayanan yang diberikan tercermin kualitas individu atau organisasi yang memberikan pelayanan.

Hardiyansah (2011:11) mendefinisikan pelayanan sebagai aktivitas yang diberikan untuk membantu, menyiapkan, dan mengurus baik itu berupa barang atau jasa dari satu pihak ke pihak lain.

Publik merupakan sejumlah manusia yang mempunyai cara berpikir dan harapan yang sama terhadap hal-hal yang bersifat umum. Istilah publik berasal dari bahasa inggris public yang berarti umum, orang banyak, ramai (Sinambella Litjan Poltak, 2011:5).

(29)

Menurut Litjan Poltak Sinambela, (2011:5) Public service diartikan “pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi tertentu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetepkan.”

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah sejumlah manusia yang memiliki kepentingan dan harapan sama, yaitu kepentingan yang berhubungan dengan orang banyak.

2. IndikatorPublic Service

Menurut Zethaml (I Nyoman Sumaryadi 2010:71) terdapat sepuluh indikator kualitas Public service, yaitu:

a. Kenampakan fisik, meliputi fasilitas operasional yang diberikan apakah telah sesuai dengan kebutuhan dalam pelaksanaan tugas.

b. Reliabilitas, meliputi sejauh mana informasih yang diberikan kepada klien tepat dan dapat dipertanggung jawabkan.

c. Responsivitas, yakni daya tanggap provider atau penyedia layanan dalam menanggapi komplain klien.

d. Kompetensi, meliputi bagaimana kemampuan petugas dalam melayani klien, apakah ada pelatihan untuk meningkatkan kemampuan pegawai sesuai perkembangan tugas.

e. Kesopanan, yaitu sikap petugas dalam memberikan pelayanan kepada klien.

f. Kredibilitas, meliputi reputasi kantor, biaya yang dibayarkan, dan keberadaan petugas selama jam kerja.

(30)

g. Keamanan, apakah ada jaminan keamanan terhadap klien dalam mekanisme tersebut.

h. Akses, meliputi kemudahan informasi, murah dan mudah menghubungi petugas, kemudahan mencapai lokasi kantor, kemudahan dalam presedur.

i. Komunikasi, meliputi bagaimana petugas menjelaskan prosedur, apakah klien segera mendapatkan respons jika terjadi kesalahan,apakah komplain dijawab dengan segera.

j. Pengertian, mencakup pertanggungjawaban terhadap publik, apa saja yang dipertanggungjawabkan kepada publik.

3. Asas dan PenyelanggaraanPublic Service

Asas Public service menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN.7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelengaraan Public service, yaitu :

a. Tranparansi.

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh senua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. b. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

c. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang teguh pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

(31)

d. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

e. Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama,golongan,gender dan status ekonomi.

f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

4. StandarPublic Service

Kualitas pelayanan pada masyarakat merupakan salah satu masalah yang mendapatkan perhatian serius oleh aparatur pemerintah. Penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan.

Penyusunan standar pelayanan dilakukan dengan pedoman tertentu yang diatur lebih lanjut dalam UU No. 25 tahun 2009, adapun komponen standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi:

a. Dasar hukum, Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar. b. Persyaratan, Syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis

pelayanan baik persyaratan teknis maupun administratif.

c. Sistem, mekanisme dan prosedur Tata cara pelayanan yang dibekukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.

(32)

d. Jangka waktu penyelesaian, Jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses pelayanan dari setiap jenis pelayanan. e. Biaya/tarif, Ongkos yang dikenakan kepada penerima layanan dalam

mengurus dan/atau memperoleh pelayanan dari penyelenggara yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara penyelenggara dan masyarakat.

f. Produk pelayanan, Hasil pelayanan yang diberikan dan diterima sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

g. Sarana, prasarana, atau fasilitas, Peralatan dan fasilitas yang diperlukan dalam penyelenggaraan pelayanan termasuk peralatan dan fasilitas pelayanan bagi kelompok rentan.

h. Kompetensi pelaksanaan, Kemampuan yang harus dimiliki oleh pelaksana meliputi pengetahuan keahlian, keterampilan dan pengalaman.

i. Pengawasan internal, Pengendalian yang dilakukan oleh pimpinan satuan kerja atau atasan langsung pelaksana.

j. Penanganan pengaduan, saran dan masukan, Tata cara pelaksanaan pengamanan pengaduan dan tindak lanjut.

k. Jumlah pelaksana, Tersedianya pelaksanaan sesuai dengan beban kerjanya.

l. Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan.

m. Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan resiko keragu-raguan, dan

(33)

n. Evaluasi kinerja Pelaksana, Penilaian untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar pelayanan.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimulkan bahwa penyusunan standar pelayanan publik tersebut dipakai sebagai pedoman dalam pelayanan publik oleh instansi pemerintah dan dapat dijadikan indikator penilaian terhadap kualitas pelayanan yang telah diberikan. Dengan adanya standar dalam kegiatan pelayanan publik ini diharapkan masyarakat bisa mendapat pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan proses yang memuaskan serta tidak menyulitkan masyarakat sebagai pengguna pelayanan.

5. PenyelenggaraanPublic Service

Kegiatan Public service diselenggarakan oleh instansi pemerintah. Instansi pemerintah merupakan sebutan kolektif meliputi satuan kerja atau satuan orang kementrian, departemen, lembaga, pemerintahan non departemen, kesekertariatan lembaga tertinggi dan tinggi negara, dan instansi pemerintah lainnya, baik pusat maupun daerah termasuk Badan Usaha Milik Daerah. Sebagai penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah dan badan hukum.

Dengan adanya otonomi daerah, diharapkan memberikan dampak nyata yang luas terhadap peningkatan pelayanan terhadap masyarakat. Dengan demikian pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke daerah memungkinkan terjadinya penyelenggaraan pelayanan dengan jalur birokrasi yang lebih ringkas dan membuka peluang bagi pemerintah daerah untuk melakukan inovasi dalam pemberian dan peningkatan kualitas pelayanan.

(34)

Dalam pasal 14 UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik menyatakan penyelenggara memiliki hak: Memberikan pelayanan tanpa dihambat pihak lain yang bukan tugasnya;

a. Melakukan kerjasama;

b. Mempunyai anggaran pembiayaan penyelenggaraan pelayanan publik; c. Melakukan pembelaan terhadap pengaduan dan tuntutan yang tidak

sesuai dengan kenyataan dalam penyelenggaraan pelayanan publik; d. Menolak permintaan pelayanan yang bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyelenggara pelayanan publik adalah setiap institusi penyelenggara negara yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik. Sebagai penyelenggara pelayanan publik hendaknya instansi memperhatiakan hak dan kewajiaban sebagai penyelenggara pelayanan publik sesuai yang telah diamanatkan pada undang-undang. 6. KualitasPublic Service

Kualitas Public service merupakan komponen penting yang harus diperhatikan dalam pelayanan publik. Istilah kualitas pelayanan publik tentunya tidak dapat dipisahkan dari persepsi tentang kualitas.

Menurut Goetsch dan Davis dalam Hardiyansyah (2011:36), menyatakan bahwa kualitas pelayanan adalah sesuatu yang berhubungan dengan terpenuhinya harapan/kebutuhan pelanggan, dimana pelayanan dikatakan berkualitas apabila dapat menyediakan produk dan jasa (pelayanan) sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan. Dalam hal ini, kualitas pada dasarnya terkait dengan

(35)

pelayanan yang baik, yaitu sikap atau cara karyawan dalam melayani pelanggan atau masyarakat secara memuaskan.

7. Strategi Meningkatkan KualitasPublic Service

Meningkatkan kualitas Public service terdapat banyak faktor yang perlu dipertimbangkan. Upaya tersebut akan memiliki pengaruh yang cukup luas terutama pada budaya organisasi secara keseluruhan. Berikut merupakan strategi untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik menurut Tjiptono (2016:119), yaitu :

a. Mengidentifikasi determinan utama kualitas pelayanan/jasa. Setiap instansi berupaya memberikan kualitas pelayanan yang terbaik kepada pelangganya.Oleh karena itu, langkah pertama yang perlu dilakukan instansi adalah melakukan riset untuk mengidentifikasi determinan pelayanan/jasa bagi pasar sasaran.

b. Mengelola harapan pelanggan. Setiap instansi hendaknya tidak berusahalebihkan pesan komunikasinya kepada pelanggan agar janji yang ditawarkan pada pelanggan tidak menjadi harapan kosong bagi para pelanggan. Janji yang ditawarkan menjadi peluang untuk memenuhi harapan pelanggan.

c. Mengelola bukti (evidence) kualitas pelayanan tentang anan/jasa. Pengelolaan bukti kualitas jasa bertujuan untuk memperkuat persepsi pelanggan lama dan sesudah pelayanan atau jasa diberikan oleh intans, karena pelayanan/jasa merupakan kinerja instansi dan tidak dapat dirasakan sebagaimana halnya barang layanan.

d. Mendidik pelanggan/konsumen tentang pelayanan/jasa. Membantu pelanggan dalam memahami suatu pelayanan/jasa merupakan salah

(36)

satu upaya menyampaikan kualitas pelayanan atau jasa.Pelanggan yang telah terdidik nantinya akan mampu mengambil keputusan cara lebih baik.

e. Mengembangkan budaya kualitas. Budaya kualitas merupakan sistem nilai organisai yang menghasilkan lingkungan yang kondusif bagi pembentukan dan penyemprnaan kualitas secara terus menerus. Budaya kualitas terdiri dari: Filosofi, Keyakinan, sikap, norma, nilai, tradisi, prosedur, dan harapan. Agar dapat tercipta budaya kualitas yang baik, dibutuhkan komitmen menyeluruh pada seluruh anggota organisasi. Selain itu ada pula delapan program pokok yang saling terkait untuk membentuk budaya kualitas, yaitu; pengembangan individual, pelatihan manajemen, perencanaan sumber daya manusia, standar kerja,pengembangan karir,survai opini, perlakuan yang adil, dan profit sharing atau pembagian laba.

f. Menciptakan Automating Quality. Adanya otomatisasi dapat manusia yang variabilitas kualitas pelayanan/jasa yang disebabkan kurangnya sumber daya yang dimilki. Meskipun demikian, sebelum memutuskan akan melakukan otomatisasi, instansi perlu mellakukan penelitian untuk menentukan bagian yang membutuhkan sentuhan manusia dan bagian yang memerlukan otomatisasi. Perlu dihindari adanya otomatisasi yang mencakup kesluruhan layanan/jasa.

g. Menindaklanjuti Pelayanan/jasa. Menindakalnjuti pelayanan/jasa dapat membantu memisahkan aspek-aspek pelayanan/jasa yang perlu ditingkatkan. Instansi perlu mengambil inisiatif untuk menghubungi

(37)

sebagian atau semua pelanggan untuk mngetahui tingkat kepuasan dan persepsi pelanggan terhadap pelayanan/jasa yang diberikan. h. Mengembangkan sistem informasi kualitas pelayanan/jasa. Suatu

sistem yang secara sistematis mengumpulkan dan menyebarluaskan informasi kualitas pelayanan/jasa dalam pengambilan keputusan. Informasi yang dibutuhkan mencakup segala aspek, meliputi data saat ini dan masa lalu, kuantitatif dan kualitatif, internal dan eksternal, serta informasi mengenai instansi dan pelanggan.

8. Ruang Lingkup Public Service

Ruang lingkup Public service yang disajikan oleh Nurmandi (2010:32-33). Dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pelayanan Publik, yaitu : “ruang lingkup pelayann publik mempunyai berbagai dimensi, seperti: (1). Dimensi politik Dimensi ekonomi,dimensi sosial, dimensi oragnisasi dan komunikasi, Dimensi politik menyangkut hubungan antar warga Negara dan politisi dan policy maker dalam pelayaan publik politisi dalam pemilihan umum menjanjikan kepada warga negara untuk meningkatkan fasilitas pendidikan atau bebas biaya pendidikan merupakan salah satu contoh kontrak politik anatara kedua belah pihak. Sementara itu, dimensi ekonomi mencakup pembiayaan pelayaan publik; apakah akan dibiayai oleh negara ataukah oleh pihak swasta, dimensi sosial piihan-pilihan secara sengaja dalam kebijakan untuk mengalokasikan dan memproduksi pelayanan publik kepada kelompok sosial tertentu, misalnya kelompok masyarakat miskin. Dimensi organisasi dan komunikasi yang menyangkut kinerja organisasi pelayanan publik: standar kinerja, aparat

(38)

pelaksana, komunikasi antara penerima pelayanan dengan pemberi pelayanan dan lain sebagainya.

Apabila ditarik sebuah kesimpulan, maka ruang lingkup pelayanan publik diatas, meliputi :

a. Dimensi politik menyangkut hubungan warga negara, politisi, serta policy maker.

b. Dimensi ekonomi mencakup pembiayaan pelayanan publik. c. Dimensi sosial membahas kebijakan untuk melayani publik.

d. Dimensi organisasi dan komunukasi menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik, standar kinerja, aparat pelaksana, komunikasi antara penerima.

9. SasaranPublic Service

Sasaran Public service adalah kepuasan. Hal ini bukanlah sesuatu yang sederhana, disebabkan untuk menciptakan sebuah kepuasan sendiri merupakan proses yang rumit, karena kepuasan seringkali bersifat subjektif sehingga tidak dapat diukur dengan pasti. Kepuasan sebagai sasaran utama sebuah pelayanan mempunyai dua komponen, yaitu komponen layanan dan produk (Moenir,2014:17). Berikut ini merupakan penjelasan mengenai komponen layanan dan produk, yaitu:

1. Layanan

Agar layanan dapat memuaskan, maka pemberi layanan harus memenuhi empat persyaratan pokok, yaitu :

a) Tingkah laku yang sopan merupakan bentuk penghargaan atau penghormatan kepada orang lain, dengan sopan santun orang mersa dihormati dan dihargai sebagaimana layaknya dalam

(39)

hubungan kemanusiaan, dan dengan demikian sudah mnjadi kepuasan tersendiri bagi yang bersangkutan.

b) Cara menyampaikan hendaknya memperhatikan pada prinsip yang berlaku dengan tujuan menghindari penyampaian yang menyimpang.

c) Waktu penyampaian seperti pada surat-surat atau dokumen sebagai produk dan pengolahan masalah, merupakan hal penting dalam rangkaian pelayanan.

d) Keramahtamahan dapat ditandai melalui; cara pembicaraan wajar, tidak dibuat-buat; cukup jelas. Tidak menimbulkan keraguan. Disampaikan dengan hati tulus dan terbuka; gaya bahasa sopan dan benar.

2. Produk

Barang dapat diperoleh melalui layanan pihak lain, misalnya transaksi jual beli antara sesorang dengan pihak penjual atau perantara. Jasa yang dimaksud adalah suatu hasil yang tidak harus dalam bentuk fisik tak berdimensi, tetapi dapat dinikmati oleh panca indera dan/atau persaan (gerak, suara, keindahan, kenyamanan, rupa) selain ada juga yang berbentuk fisik yang dituju (penampilan,warna dan lainnya).Surat-surat berharga pada umumnya sebagai hasil kegiatan atau pekerjaan administrasi perkantoran.

10. Kerangka Kerja PemberianPublic Service

Dalam Undang-undang No. 25 Tahun 2009, batasan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan

(40)

perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan public.

Warga negara dapat menentukan standar pelayanan publik dan kewajiban pejabat atau pelayanan publik pada warga negara dengan kepastian pelaksanaanya. Maksudnya adalah masyarakat atau pengguna layanan dapat mengetahui dengan pasti tugas kerja dan tanggung jawab suatu organisasi sesuai dengan bidang tugas kerjanya. Hal ini memberikan gambaran yang jelas akan organisasi yang melaksanakan fungsi kerjanya.

Organisasi yang memberikan pelayanan publik baik pemerintah atau swasta memiliki otonomi untuk mengelola organisasi sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh pengambil kebijakan. Pada penyedia yang dimiliki oleh pemerintah seperti departemen atau dinas maka aturanya berupa peraturan daerah atau peraturan perundang-undangan. Sebaliknya, pada penyedia swasta memiliki mekanisme organisasi yang lebih longgar atau bebas dan dinamis karena menyesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan. Hal ini dikarenakan perubahan tarif layanan dilakukan sesuai dengan analisis cost dan benefit untuk bersaing dengan penyedia lainnya.

(41)

C. Tinjauan Empiris

Penelitian terdahulu tentang pengembangan kompetensi ASN telah banyak dilakukan. Penelitian-penilaian tersebut tersebut antara lain :

Tabel 2.1 TIinjauan Empiris

No Nama

Peneliti

Tahun Judul Teknis

Analisis Data Hasil Penelitian 1 Shokib dan Sugeng Rusmiwari 2016 Pengembangan kompetensi aparatur dalam perspektif pengelolaan dan pelayanan umum di kantor desa Pandanrejo

Kualitatif Hasil penelitianya menunjukan bahwa, Pemerintah Desa Pandanrejo dalam pengembangan kompetensi yaitu selain di internal ada studi banding atau workshop juga mendelegasikan aparaturnya untuk mengikuti pembinaan dan bimbingan teknis (Bimtek). 2 Tedi Suherman 2016 Strategi pengembangan kompetensi dan kualitas sumber daya manusia aparatur di badan pendidikan dan pelatihan Daerah Istimewa Yogyakarta

Kualitatif Hasil penelitian ini di harapkan

memberi wawasan dan masukan bagi Badan Diklat Daerah Istimewa Yogyakarta dalam perumusan srategi pengembangan kompetensi dan kualitas sumber daya manusia aparatur dimasa berikutnya, dan dapat memberikan sumbangan pengetahuan ataupun referensi bagi penelitian selanjutnya yang relevan.

(42)

3 Titus Sani, Joyce J. Rares, Martha Ogotan Pengembangan KompetensiI Aparatur Sipil Negara di Dinas Pendidikan Kabupaten Intan Jaya Propinsi Papua Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan kompetensi ASN melalui pendidikan formal (tugas belajar/studi lanjut S1 atau S2) merupakan salah satu program pengembangan kompetensi ASN yang ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Intan Jaya untuk pengembangan kompetensi intelektual, namun belum terealisasi, sehingga ASN pada Dinas Pendidikan belum ada yang dipanggil/ditunjuk untuk studi lanjut S1 ataupun S2. 4 Yusmadi 2016 Pengaruh disiplin

kerja dan kompetensi pegawai terhadap kualitas pelayanan publik di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Aceh Utara

Kuantitatif Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta memperluas wawasan dalam menerapkan teori-teori pelayanan publik. 5 Zahra A. R 2016 Analisis pelayanan publik di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Mamuju

Kualitatif Hasil penelitan ini menunjukaan bahwa pelayanan publik yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mamuju dalam pelayanan

(43)

pembuatan Kartu Keluarga Tanda Penduduk secara umum belum maksimal sehingga masih perlu dioptimalkan. D. Kerangka Konsep

Pembangunan Pemerintah Daerah (Pemda) selain membutuhkan biaya yang jika diukur dalam bentuk materiil akan berjumlah sangat besar juga membutuhkan tenaga-tenaga penggerak pemerintahan yang handal. Pembangunan dan pengembangan dilaksanakan sesuai dengan perkembangan zaman dan sesuai dengan tuntutan-tuntutan masyarakat akan adanya perbaikan dari berbagai bidang.

Menghadapi tantangan zaman akan kemajuan, maka kredibilitas dan kepiawaian aparat pemerintah diuji untuk dapat melaksanakan tanggungjawab sebagai abdi negara dan sebagai pelayan publik secara baik. Adanya fenomena citra buruk ASN di mata masyarakat dan masih banyaknya agenda-agenda pemerintahan yang harus dipenuhi membuat kinerja pegawai kembali dipertanyakan. Seperti apa kinerja aparat pemerintah, apakah telah sesuai dengan yang diharapkan.

Kompetensi seorang individu merupakan sesuatu yang melekat dalam dirinya yang dapat digunakan untuk mengukur kinerjanya berdasarkan kriteria dan standar penilaian tertentu. Sesuatu yang dimaksud bisa menyangkut motif, konsep, diri, sifat, pengetahuan dan kompetensi individu yang berupa kemampuan dan pengetahuan bisa dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan.

(44)

Suatu kinerja dapat dikatakan efektif apabila ada kesesuaian sasaran dengan standar pencapaian tujuan dan efisiensi kinerja dapat terwujud dengan adanya ketepatan waktu dan prosedur yang jelas tentang pekerjaan sehingga terjadi kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan sarana yang dicapai.

Berdasarkan uraian di atas peneliti merumuskan kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Konsep Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Pangkep

Pengembangan Kompetensi (ASN)

1. Pendidikan 2. Pelatihan

Rivai dan Sagala (2011:212)

Public Service 1. Dasar Hukum 2. Persyaratan 3. Sistem 4. Jangka Waktu Penyelesaian 5. Biaya atau Tarif 6. Produk Layanan 7. Sarana dan Prasarana 8. Kompetensi Pelaksanaan 9. Pengawasan Internal 10. Penanganan Pengaduan 11. Jumlah Pelaksana 12. Jaminan Pelayanan 13. Jaminan Keamanan 14. Evaluasi Kerja Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

(45)

29 A. Jenis penelitian

Jenis peneliitian yang digunakan yaitu jenis peneliatan yang menggunakan riset lapangan (field research), yaitu mencari dan mengumpulkan informasi tentang masalah yang dibahas dan lapangan (tempat melakukan penelitian tersebut). Dengan demikian dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Menurut Milles dan Huberman (2008, 78). penelitian kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan

(verstehen). Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna

suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.

B. Fokus Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan 2 fokus penelitian, yaitu: a. Strategi Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara

Menurut ahmad Dedy (2014:14). Strategi pengembangan kompetensi ASN adalah suatu cara yang digunakan oleh instansi atau organisasi untuk memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan yang ada pada masyarakat.

b. Public Service

Menurut Litjan Poltak Sinambela, (2011). Public Service diartikan “pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat

(46)

aturan pokok dan tata cara yang telah ditetepkan.” C. Pemilihan Lokasi dan Situs Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan Pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pangkep. Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa selain sangat relevan dengan permasalahan yang diteliti. Adapun waktu penelitian yang dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu, bulan Juni sampai bulan Juli 2019.

D. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data Kualitatif, yaitu data yang berupa keterangan, penjelasan dari hasil interview, wawancara, kuesioner atau observasi di lapangan yang bersifat verbal atau tidak berupa angka-angka dan dioleh untuk mendukung penjelasan dalam analisis. Jenis data ini diperoleh dari sumber primer.

b. Data Kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka yang diperoleh dari sumber data sekunder pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pangkep, baik berupa dokumen atau terbitan berkala yang dengan permasalahan yang dibahas.

2. Sumber Data

Untuk melengkapi data yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data yang bersumber dari data primer:

(47)

responden melalui wawancara yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan tertulis. Data tersebut disajikan dalam bentuk laporan, biasanya dalam bentuk angka-angka yang sudah diolah dan ditabulasi oleh bagian personalia pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pangkep, serta data lainnya yang bersumber dari literatur-literatur yang mendukung permasalahan yang dibahas.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi merupakan alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat, menganalisa secara sistematis terhadap gejala/fenomena/objek yang diteliti. Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan. Sugiyono (2010, 145). Observasi yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu , pengamatan terhadap objek penelitian yang berkaitan dengan fenomena-fenomena atau gejala-gejala yang terjadi di lapangan, dengan cara mengajukan pertanyaan penelitian, mendengarkan, mengamati, serta membuat catatan untuk dianalisa.

2. Wawancara

Wawancara merupakan proses tanya jawab dalam penelitian yang berkangsung secara lisan dalam dua orang atau lebih dengan cara

(48)

keterangan. Sugiyono (2008, 82). Wawancara atau interview merupakan metode pengumpulan data untuk mendapatkan keterangan lisan melalui tanya jawab dan berhadapan langsung kepada orang dapat memberikan keterangan. Teknik ini memberikan data sekunder dan data primer yang akan mendukung penelitian. (Rosady Ruslan 2008, 23). Untuk memudahkan pelaksanaan wawancara maka peneliti dapat menggunakan daftar pertanyaan yang disusun secara terpimpin atau melakukan wawancara secara bebas.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tuisan, gambaran, atau karya-karya monumetal dari seseorang. Dokumentasi yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, carita biografi, paraturan kebijakan, sedangkan yang dokumen yang berbentuk gambar misalnya, foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Sugiyono (2008, 83). Jadi dokumentasi merupakan hal yang urgen dalam melaksanakan penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan salah satu sistem yang sangat penting dalam penelitian karena berfungsi sebagai alat bantu kegiatan penelitian berjalan secara sistematis dan terukur (Sugiyono, 2013:25). Oleh karena itu, untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang diteliti maka instrumen ini harapkan dapat membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian untuk mempermudah mendapatkan informasi guna

(49)

berikut:

1. Pedoman observasi yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mengadakan komunikasi langsung dengan sumber tentang kondisi tempat penelitian.

2. Pedoman wawancara yaitu suatu bentuk komunikasi atau percakapan dengan responden yang bertujuan memperoleh data/informasi dengan cara menggunakan daftar pertanyaan atau dengan menggunakan pedoman wawancara.

3. Catatan dokumentasi adalah instrumen yang digunakan untuk mencatat ataupun menyimpan data-data yang diperlukan dalam penelitian.

.

G. Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul dari sumber data di lapangan, maka data tersebut selanjutnya dianalisa secara deskriptif kualitatif. Analisis data adalah suatu fase penelitian yang sangat penting karena dengan melalui analisis data inilah penulis memperoleh hasil dari penelitian yang dilakukan. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lainnya sehingga dapat dengan mudah dipahami dan temuannya dapat di informasikan kepada orang lain, Sugiyono (2013,244).

Dengan demikian penulis menggunakan metode teknik analisis data yaitu:

1. Metode induktif, yaitu teknik analisis data dari suatu data yang bersifat khusus, kemudian dianalisis dan disimpulkan dengan bersifat umum.

(50)
(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Nama dan Sejarah Singkat Perusahaan/Lembaga

Dalam rangka mengefektifkan penyelenggaraan urusan pemerintah di Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan, maka Struktur Organisasi Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan perlu dilakukan perubahan / pengembangan sesuai kondisi dan kebutuhan daerah dengan tetap mengacuh pada Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota. Dengan demikian Struktur Organisasi Badan Kependudukan, Catatn Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, yang dibentuk dengan peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Nomor 10 Tahun 2004 dapat di kembangkan menjadi dua organisasi perangkat daerah yaitu Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil serta Badan Pemberdayaan Perempuan dan Kekuarga Berencana, dengan beberapa alasan.

Hasil evaluasi pelaksanaan tugas-tugas Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana sejak terbentuknya pada tahun 2004, dianggap kurang berjalan secara efektif karena tidak fokus kepada kedua tugas urusan yang berbeda khususnya tugas urusan pemerintah dibidang kependudukan, sehingga kegiatan penataan dan penertiban

(52)

dalam penertiban dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendaya gunaan hasilnya untuk pelayanan publik dalam pembangunan sektor lain belum optimal. Sehingga pemisahan kedua tugas / urusan pemerintah dalam organisasi perangkat daerah yang berbeda merupakan upayah Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dalam mengefektifkan dan mengoptimalkan penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah dan pelayanan kepada masyarakat. Pemisahan organisasi tersebut dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Pemerintah Daerah yang di tindak lanjuti dengan Perturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja dinas Daerah Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.

Faktor lain yang menjadi penyebab kurang optimalnya penyelenggaraan tugas-tugas selama penggabungan tugas pemerintahan di bidang kependudukan dengan tugas keluarga berencana dalam satu struktur organisasi adalah terbatasnya personil / pegawai khusus yang menangani bidang administarasi kependudukan, hal ini dapat dilihat dari job / jabatan yang ada yaitu hanya terdapat Bidang Kependudukan dan sub Bidang Catatan sipil dan dibawahnya ada dua Sub Bidang yaitu Sub Bidang Kependudukan dan Sub Bidang Catatan Sipil, bila hal ini di bandingkan dengan tugas-tugas administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil yang begitu kompleks, maka jelasnya bahwa tugas-tugas pengelolaan, penatausahaan dan pelaporan pendaftaran penduduk dan

(53)

pencatatan sipil selama ini tidak berjalan secara optimal, hal ini banyaknya masalah-masalah kependudukan dan pencatatan sipil yang muncul seperti pencatatan dan pelaporan biodata penduduk yang belum berjalan, mutasi penduduk tidak teradministrasi, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki dokumen kependudukan dan tidak sedikit penduduk yang memiliki KTP ganda, pencatatan pelaporan kelahiran, lahir mati, kematian perkawinan, pengangkatan anak, pengakuan anak, pengesahan anak dan pencatatan sipil lainya serat birokratisnya pelayanan dokumen penduduk dan akta catatan sipil.

Demikian halnya anggaran yang dialokasikan ke Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana harus dibagi dua perencanaanya yaitu ke bidang / urusan kependudukan dan urusan keluarga berencana, sehingga anggaran yang di peroleh untuk membiayai kegiatan di anggap kurang akibatnya banyak program kegiatan tidak berjalan sebagaimana yang di harapkan.

Melihat kondisi yang terjadi pada Organisasi Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yang belum berjalan secara efektif, maka organisasi tersebut perlu dikembangkan/dipisahkan menjadi dua organisasi perangkat daerah yaitu Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil serta Badan Pemberdayaan Perempuan, dan Keluarga Berencana sampa sekarang.

(54)

2. Motto dan Maklumat

Untuk mencapai visi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan tahun 2016-2021 yaitu “Mewujudkan Desa Modern yang Produktif dan

Berkarakter Menuju Daerah yang Lebih Maju dan Mandiri pada Tahun

2021.”, serta misi kelima kepala Daerah Kabupaten Pangkajene dan

Kepulauan periode 2015-2021 yaitu mewujudkan tata pemerintah yang baik pada tatanan daratan dan pulau-pulau, maka perlu dirumuskan tujuan, sasaran, dan kebijakan untuk waktu lima tahun kedepan. Adapun rencana strategis berupa tujuan yang ingin dicapai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam mewujudkan visi dan Misi tersebut berdasarkan visi dan misi Bapak Kabupaten Pangkajene dan Kepualauan adalah “Mewujudkan Tertib Administrasi Kependudukan dan Pencatatan

(55)

3. Struktur Organisasi dan Job Description a. Struktur Organisasi

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pangkep KEPALA DINAS KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKERTARIS

SUBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN

SUBAG PERENCANAAN &

PELEPORAN

BIDANG PENG. DATA & DOKUMEN KEPENDUDUKAN BIDANG CATATAN SIPIL BIDANG PENDAFTARAN PENDUDUK SUBAG KEUANGAN SEKSI PENGELOLAAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN SEKSI PENCATATAN KELAHIRAN DAN KEMATIAN SEKSI PERPINDAHAN PENDUDUK SEKSI IDENS KEPENDUDKAN SEKSI SISTEM TEKNOLOGI DAN INFORMASI SEKSI PENCATATAN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN SEKSI PENCATATAN PERUBAHAN & MUTASI DATA CAPIL

SEKSI SISTEM ANALISA DATA DAN

PELAYANAN INFORMASI

(56)

b. Job Description

1. Kepala Dinas

Dinas Kependudukan dan Catatan sipil dipimpin oleh seorang Kepala Dinas mempunyai tugas melaksanakan sebagain kewenangan/urusan Pemerintah daerah berdadsarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil yang menjadi tanggung jawab dan kewenangannya berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud ayat (1) pasal ini, Kepala Dinas mempunyai fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Kependudukan dan Catatan Sipil;

b. Penyelenggaran urusan pemerintahan dan pelayanan umum di Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugas dan kewenangannya;

d. Pengelolaan administrasi umum meliputi ketatalaksanaan, keuangan, kepegawaian, perlengkapan, keuangan, kepegawaian, perlengkapan, dan peralatan.

e. Pengelolaan Unit Teknis Dinas;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Sekretaris

Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan administrasi umum meliputi

(57)

ketatalaksanaan, keuangan, kepegawaian, perlengkapan, perencanaan dan pelaporan. Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud diatas, sekretaris mempunyai fungsi :

a. Pengoordinasian, sinkronisasi dan integrasi kegiatan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil;

b. Pengoordinasian perencanaan dan tugas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil;

c. Pengoordinasian pelaksanaan tugas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dan menyusun peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tugas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil;

d. Pengoordinasian kerjasama Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dengan Instansi terkait;

e. Pembinaan pelayanan administrasi dan ketatalaksanaan, ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga.

Sekretaris terdiri dari :

a) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian, mempunyai tugas melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan, perlengkapan dan administrasi kepegawaian.

b) Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian, mempunyai tugas melaksanakan dan mengumpulkan bahan, mengolah data dalam rangka menyusun program dan pelaporan;

(58)

c) Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian, mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan, dan menyiapkan bahan penyusunan kebijaksanaan teknis pengelolaan anggaran.

3. Bidang Pendaftaran Penduduk

Bidang Pendaftaran Penduduk dipimpin oleh seorang Kepala Bidang mempunyai tugas membantu Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam melaksanakan penetapan kebijakan, menyusun rencana, menyelenggarakan, mengawasi, sosialisasi, pembinaan dan pengembangan SDM, serta melaksanakan pemantauan dan evaluasi dibidang pendaftaran penduduk.

Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud diatas, Kepala Bidang Pendaftaran Penduduk mempunyai fungsi :

a. Penyiapan bahan penyusunan penetapan kebijakan dan pedoman pendaftaran penduduk;

b. Penyiapan bahan dan penyelenggaraan pendaftaran penduduk dengan menggunakan sistem SIAK;

c. Pengoordinasian penyelenggaraan pendaftaran penduduk; d. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan

pendaftaran penduduk skala daerah;

e. Fasilitasi, sosialisasi, bimbingan teknis, advokasi, supervise dan konsultasi pelaksanaan pendaftaran penduduk skala daerah;

(59)

f. Pengawasan atas penyelenggaraan pendaftaran penduduk skala daerah;

g. Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia pengelola pendaftaran penduduk skala daerah;

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Bidang Pendaftaran Penduduk terdiri dari :

a) Seksi Identitas Kependudukan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi, mempunyai tugas membantu Kepala Bidang Pendaftaran Penduduk dalam menyiapkan bahan penyusunan kebijakan dan pedoman teknis pendaftaran dan identitas penduduk, melaksanakan pelayanan biodata dan nomor induk kependudukan, melaksanakan pelayanan kartu keluarga dan kartu tanda penduduk, serta advokasi, sosialisasi dan evaluasi pelaksanaan pendaftaran dan identitas penduduk.

b) Seksi Perpindahan Penduduk dipimpin oleh seorang Kepala Seksi, mempunyai tugas membantu Kepala Bidang Pendaftaran Penduduk dalam menyiapkan bahan penysunan kebijakan dan pedoman teknis penyelenggaraan perpindahan penduduk, melaksanakan pendaftaran perpindahan penduduk, serta evaluasi pelaksanaan kegiatan pendaftaran penduduk.

4. Bidang Catatan Sipil

Bidang Catatan Sipil dipimpin oleh seorang Kepala Bidang, mempunyai tugas membantu Kepala Dinas

(60)

Kependudukan dan Catatan Sipil dalam melaksanakan penetapan kebijakan, menyusun rencana, menyelenggarakan, mengawasi, sosialisasi, pembinaan dan pengembangan SDM serta melaksanakan pemantauan dan evaluasi dibidang Catatan Sipil.

Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud diatas, Kepala Bidang Catatan Sipil mempunyai fungsi :

a. Penyiapan bahan penyusunan penetapan kebijakan dan pedoman kebijakan Catatan sipil;

b. Penyiapan bahan dan penyelenggaraan Catatan sipil dengan menggunakan sistem SIAK;

c. Pengoordinasian Penyelenggaraan Catatan Sipil;

d. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan Catatan sipil skala daerah;

e. Fasilitasi, sosialisasi, bimbingan teknis, advokasi, supervise dan konsultasi pelaksanaan Catatan sipil skala daerah;

f. Pengawasan atas penyelenggaraan Catatan sipil skala daerah;

g. Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia pengelola Catatan sipil skala daerah;

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Bidang Catatan Sipil terdiri dari :

a) Seksi Catatan Kelahiran dan Kematian dipimpin oleh seorang Kepala Seksi mempunyai tugas membantu Kepala Bidang Catatan Sipil dalam menyiapkan bahan penyusunan kebijakan

(61)

dan pedoman teknis Catatan kelahiran dan kematian, melaksanakan pelayanan Catatan kelahiran dan kematian serta advokasi, sosialisasi dan evaluasi pelaksanaan Catatan kelahiran dan kematian.

Gambar 4.2 Alur Pengurusan Akta Kelahiran

b) Seksi Catatan Perkawinan dan Perceraian dipimpin oleh seorang Kepala Seksi, mempunyai tugas membantu Kepala Bidang Catatan Sipil dalam menyiapkan bahan penyusunan kebijakan dan pedoman teknis Catatan perkawinan dan perceraian, melaksanakan pelayanan Catatan perkawinan dan perceraian serta advokasi, sosialisasi dan evaluasi pelaksanaan Catatan perkawinan dan perceraian.

c) Seksi Catatan dan Perubahan dan Mutasi Akte Catatan Sipil dipimpin oleh seorang Kepala Seksi mempunyai tugas

(62)

membantu Kepala Bidang Catatan Sipil dalam menyiapkan bahan penyusunan kebijakan dan pedoman teknis Catatan dan perubahan dan mutasi data akte Catatan sipil, melaksanakan pelayanan Catatan dan perubahan dan mutasi data akte Catatan sipil , serta advokasi, sosialisasi dan evaluasi pelaksanaan Catatan dan perubahan dan mutasi data akte Catatan sipil.

Gambar 4.3 Alur Pelayanan Akta Catatan Sipil 5. Bidang Pengolahan Data dan Dokumen Kependudukan

Bidang Pengolahan Data dan Dokumen Kependudukan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang, mempunyai tugas membantu Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam melaksanakan penetapan kebijakan, menyusun rencana, menyelenggarakan, mengawasi, sosialisasi, pembinaan dan

Gambar

Tabel 2.1 Tinjauan Empiris ..........................................................................
Tabel 2.1 TIinjauan Empiris
Gambar 1.1 Bagan Kerangka KonsepDinas Kependudukan dan  Catatan Sipil
Gambar 4.2 Alur Pengurusan Akta Kelahiran
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas kepercayaan antara kedua belah pihak, baik itu aparatur sipil negara (ASN) dan masyarakat(penerima layanan) harus

Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagaimana di dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara memiliki tugas sebagai pelaksana kebijakan, pelayan publik,

Kabupaten Sukamara agar lebih mengoptimalkan hnplementasi Kebijakan Penegakan Disiplin Kerja Aparatur Sipil Negara (ASN) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sukamara,

Adapun rekomendasi yang dapat penulis sampaikan berkaitan dengan implementasi kebijakan pengembangan kompetensi aparatur sipil negara di Kabupaten Sumenep untuk

Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut ASN 1 adalah salah satu profesi pekerjaan bagi pegawai negeri sipil dan ‘pegawai pemerintah, dengan perjanjian kerja dan

Dalam hal kewenangannya Lembaga Administrasi Negara (LAN) melaksanakan pengembangan terhadap Aparatur Sipil Negara (ASN) antara lain kewenangan penelitian, pengkajian

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi aparatur, menganalisis hambatan yang dihadapi aparatur, dan menganalisis upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan

TRANSKIP WAWANCARA IV Efektivitas Kerja Aparatur Sipil Negara Dalam Pelayanan publik Pada Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Selatan Kode Informan : Nama :Syahrul