• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian alam di dunia yang terjadi selama tahun mengalami fluktuasi dengan kecenderungan terus mengalami peningkatan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kejadian alam di dunia yang terjadi selama tahun mengalami fluktuasi dengan kecenderungan terus mengalami peningkatan."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kejadian alam di dunia yang terjadi selama tahun 2005-2014 mengalami fluktuasi dengan kecenderungan terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari World Disater Report (WDR), dalam 9 tahun terjadi sebanyak 1.753 kejadian banjir, 1.254 kejadian gempa bumi, kejadian badai sebanyak 988. Berdasarkan data dari Center for Research on the

Epidemiology of Disasters (CRED), selama tahun 2015, banjir menjadi

peringkat pertama dalam kejadian bencana di seluruh dunia dengan jumlah kejadian sebanyak 72 kejadian, tanah longsor sebanyak 12 kejadian, gempa bumi sebanyak 11 kejadian, dan kekeringan sebanyak 5 kejadian dalam setahun. Gambar 1.1 memperlihatkan jumlah korban jiwa yang terdampak akibat bencana alam tahun 2015 yang dibandingkan dengan jumlah korban jiwa yang terdampak pada tahun 2005-2014.

Gambar 1.1 Perbandingan jumlah korban jiwa yang terdampak berdasarkan jenis bencana tahun 2015 dengan kejadian bencana tahun 2005-2014(Sumber:https://www.unisdr.org/we/inform/publications/478 04)

(2)

Berbagai macam kejadian bencana masih terus terjadi di wilayah Negara Indonesia selama tahun 2014, baik bencana alam, non alam maupun bencana sosial. Pada tahun 2014 jumlah kejadian bencana sebanyak 456 kejadian, terdiri dari 227 bencana alam (49%), 197 bencana non alam (44%) dan 32 bencana sosial (7%). Kejadian bencana tersebut menimbulkan jumlah korban sebanyak 1.699.247 orang, terdiri dari 957 orang korban meninggal, 1.932 orang luka berat/dirawat inap, 694.305 orang luka ringan/rawat jalan, 391 orang hilang dan 1.001.662 pengungsi. Lima jenis kejadian bencana dengan frekuensi tertinggi di tahun 2014 adalah banjir (88 kejadian), kecelakaan transportasi (74 kejadian), tanah longsor (57 kejadian), kebakaran pemukiman (55 kejadian) dan keracunan (39 kejadian), (Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan RI).

Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada tahun 2015, bencana puting beliung menjadi peringkat tertinggi dengan jumlah kejadian sebanyak 32,7% atau terjadi sebanyak 531 kali menewaskan 29 orang, tanah longsor sebanyak 29,2% atau terjadi sebanyak 471 kali dengan jumlah pengungsi 25.804 orang, dan banjir dengan jumlah kejadian 28,5% atau sebanyak 460 kali dan mengakibatkan 36 orang tewas dan mengakibatkan 811.277 orang mengungsi.

Sulawesi Tengah secara geografis dan sosio kultural rawan terhadap kejadian alam dan non alam. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi sulawesi tengah, bencana yang sering terjadi di Sulawesi Tengah adalah bencana gempa bumi, banjir dan konflik

(3)

sosial. Pada tahun 2012, gempa bumi berkekuatan 6.2 SR mengguncang Kabupaten Sigi. Gempa bumi berpusat di 27 km Barat Daya Kabupaten Parigi Moutong. Tercatat lima orang tewas, tiga orang luka berat dan belasan orang luka ringan. Sebanyak 943 rumah rusak berat dan ringan, serta lebih dari 10 ribu warga di tiga kecamatan terkena dampak akibat gempa bumi tersebut. Pada Tahun 2012 bencana banjir terjadi di Kabupaten Tojo Una-Una, sebanyak 200 rumah terkena dampak banjir, 8 orang korban meninggal dunia dan jalan utama trans Sulawesi putus karena jembatannya hanyut oleh banjir.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tengah, Bencana yang terjadi selama tahun 2013 didominasi oleh bencana kebakaran yaitu sebanyak 250 kejadian. Data yang diperoleh dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Tengah, bencana yang mendominasi terjadi pada tahun 2014 adalah banjir dengan jumlah korban sebanyak 70 jiwa. Pada tahun 2015 bencana sosial terjadi berupa konflik warga dengan jumlah korban sebanyak 110 jiwa.

Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional yang manusiawi, untuk memenuhi kebutuhan klien yang unik dan individualistik diberikan oleh tenaga keperawatan yang telah dipersiapkan melalui pendidikan dan pengalaman klinik yang memadai. Perawat memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan bencana. Peran pearwat dalam penanggulangan bencana dibedakan dalam tiga fase yakni fase sebelum bencana, saat bencana dan setelah bencana (Hasmiller, 2011).

(4)

Peran perawat pada penanggulangan bencana bisa dikatakan multiple, perawat sebagai bagian dari penyusun rencana, pendidik, pemberi asuhan keperawatan, dan bagian dari tim pengkajian kejadian bencana. Tujuan utama dari tindakan keperawatan bencana ini adalah untuk mencapai kemungkinan tingkat kesehatan terbaik masyarakat yang terkena bencana tersebut. Jika seorang perawat berada di pusat area bencana, perawat akan dibutuhkan untuk ikut mengevakuasi dan memberi pertolongan pertama pada korban. Seorang perawat yang berada di lokasi-lokasi penampungan mempunyai tanggung jawab pada evaluasi kondisi korban, melakukan tindakan keperawatan berkelanjutan, dan mengkondisikan lingkungan terhadap perawatan korban-korban dengan penyakit menular (Chan, et al. 2010). 1.2 Rumusan Masalah

Rangkaian kejadian bencana di Sulawesi Tengah menuntut peran serta profesi perawat sebagai ujung tombak pelayanan krisis kesehatan akibat bencana. Profesi keperawatan juga dituntut untuk terlibat aktif dalam penanggulangan bencana, mencakup segala kondisi, dimana perawat tidak hanya terbatas pada pemberian asuhan di rumah sakit saja melainkan juga dituntut mampu bekerja dalam kondisi siaga tanggap bencana.

Situasi penanganan antara keadaan siaga dan keadaan normal memang sangat berbeda, sehingga perawat harus mampu dari segi kompetensi keterampilan dan teknik dalam menghadapi kondisi luar biasa seperti bencana. Peningkatan kesiapsiagaan perawat dipandang menjadi salah satu

(5)

unsur penting yang harus dimiliki agar perawat mampu berkontribusi aktif dalam penanggulangan bencana.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Al Khalaileh (2012), dengan judul “Persepsi Perawat Jordania akan Kesiapsiagaannya Terhadap Manajemen Bencana”. Hasil uji t-Test menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan antara persepsi kesiapsiaagaan perawat jordania yang bekerja di Rumah Sakit Pemerintah 64% dan perawat yang bekerja di rumah sakit pendidikan 36%. Perawat yang bekerja di rumah sakit pendidikan menilai kesiapsiagaan mereka lebih baik dibandingkan dengan kesiapsiagaan perawat yang bekerja di Rumah Sakit pemerintah dengan nilai (p= 0,001).

Hasil uji menggunakan ANOVA 1 arah menunjukkan lama bekerja menunjukkan perbedaan yang signifikan antara tingkat kesiapsiagaan bencana dengan keterampilan yang dimiliki dengan nilai total 0,045. Hasil dari test menunjukkan perawat yang memiliki banyak pengalaman memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan kesiapsiagaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perawat yang memiliki pengalaman rendah. Untuk kajian demografi (umur, jenis kelamin dan pendidikan terakhir) perawat jordania menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara kesiapsiagaan perawat dengan umur, jenis kelamin atau pendidikan terakhir (p> 0,05).

Berdasarkan hasil pengambilan data awal penulis pada bulan Agustus-September tahun 2015, Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu telah memiliki Hospital Disaster Plan (HDP), namun belum diterapkan sebagaimana mestinya. Sejak dibentuknya HDP tahun 2010, RSUD Undata

(6)

Palu belum pernah melaksanakan gladi evakuasi. Berdsarkan hasil pengambilan data awal penulis, dalam pelaksanaan rencana penanggulangan bencana di RSUD Undata Palu, tidak melibatkan peran perawat RSUD Undata Palu di dalam setiap kegiatannya, hal ini dapat terlihat dari tidak adanya tenaga perawat yang ikut terstruktur dalam Surat Keputusan Pelaksanaan Hospital Disaster Plan (SK Pelaksanaan HDP) yang ada di RSUD Undata Palu.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kesiapsiagaan perawat Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu dalam penanganan korban bencana?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis pengetahuan yang dimiliki perawat dalam kesiapsiagaan perawat RSUD Undata Palu

2. Untuk menganalisis persepsi keterampilan yang dimiliki dalam kesiapsiagaan perawat RSUD Undata Palu

3. Untuk menganalisis tingkat self-efficacy yang dimiliki perawat dalam pelaksanaan kesiapsiagaan RSUD Undata Palu

1.4 Manfaat Penelitian a. Perawat

Memberikan masukan dan tambahan pengetahuan bagi perawat tentang kesiapsiagaan perawat dalam penanggulangan bencana.

(7)

b. Lembaga

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi RSUD Undata Palu untuk meningkatkan kompetensi dan kesiapsiagaan perawat dalam upaya penanggulangan bencana

c. Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan atau referensi pembelajaran dan sebagai dasar untuk pengembangan penelitian selanjutnya tentang keperawatan bencana.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian tentang kesiapsiagaan telah banyak dilakukan, tetapi penelitian yang membahas secara khusus tentang kesiapsiagaan perawat dan

self-efficacy belum pernah dilakukan. Penelitian terdahulu yang berkaitan

dengan penelitian ini antara lain Al-Khalaileh (2011), meneliti tentang Persepsi Perawat Jordania Terhadap Kesiapsiagaannya Terhadap Manajemen Bencana. Perbedaan penelitian ini dan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penulis menambahkan variabel self-efficacy dalam variabel penelitian, dan teknik analisis data menggunakan statistik korelasi spearman. Dalam penelitian Al-Khalaileh (2011) membandingkan persepsi kesiapsiagaan perawat yang bekerja di rumah sakit pendidikan dan perawat yang bekerja di rumah sakit pemerintah di Jordania menggunakan uji ANOVA. Agus Khoirul Anam, et al. (2013), meneliti tentang Faktor yang Mempengaruhi Kesiapsiagaan Perawat dalam Penanggulangan Bencana Gunung Kelud Kabupaten Blitar. Perbedaan dari penelitian ini dan penelitian yang dilakukan

(8)

oleh penulis adalah dalam penelitian ini mengangkat variabel sarana prasarana, kebijakan rumah sakit, dukungan pemerintah dan pendanaan kebencanaan dalam penilaian pengukuran kesiapsiagaan perawat. Dalam penelitian penulis memilih variabel pengetahuan, keterampilan untuk mengukur kesiapsiagaan perawat dan menambahkan variabel self-efficacy sebagai variabel pendukung dalam kesiapsiagaan perawat. Hidayati (2008), melakukan penelitian tentang Pengetahuan Perawat Instalasi Rawat Darurat RSUP DR. Sardjito dalam Kesiapan Menghadapi Bencana pada Tahap

Preparedness. Penelitian yang dilakukan penulis berbeda dengan penelitian

sebelumnya dalam hal unit analisis yang merupakan seluruh perawat yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu, serta unit kajiannya adalah variabel-variabel sistem kesiapsiagaan perawat dalam penanganan korban bencana. Penelitian yang penulis lakukan mengangkat variabel pengetahuan, keterampilan dan self-efficacy. Metode analisis data yang penulis gunakan adalah metode korelasai yang mengukur tingkat keeratan hubungan antara variabel pengetahuan dan keterampilan dengan self-efficacy yang dimiliki oleh perawat RSUD Undata Palu. Uraian mengenai penelitian-penelitian ini dapat terlihat pada Tabel 1.1 daftar penelitian sebelumnya sebagai berikut.

(9)

Tabel 1.1 Daftar penelitian sebelumnya Nama Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian Tujuan Metode Hasil Penelitian

Al-Kholaileh (2011) Persepsi perawat Jordania akan kesiapsiagaannya terhadap Manajemen Bencana

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui pengetahuan perawat jordania tentang manajemen bencana, (2) mengetahui keterampilan yang dimiliki perawat jordania untuk manajemen bencana, (3) jika mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan tersebut, dimana perawat jordania memperoleh pengetahuan dan keterampilan terkait dengan manajemen bencana? (4) bagaimana perawat jordania merasa bahwa kesiapsiagaan mereka untuk manajemen bencana?

Penelitian ini menggunakan descriptive

cross-sectional survey untuk meilihat persepsi

perawat Jordania terhadap kesiapsiagaannya untuk manajemen bencana.

penelitian ini menggunakan 2 uji test. (1) menggunakan t-Test untuk mengelompokkan 2 kategori perawat jordania yaitu perawat yang bekerja di Rumah Sakit pemerintah dan Rumah Sakit Pendidikan. Uji ke 2, menggunakan uji ANOVA 1 arah untuk melihat pengetahuan, keterampilan dan demografi perawat Jordania

Hasil uji t-Test menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan antara persepsi kesiapsiaagaan perawat jordania yang bekerja di Rumah Sakit Pemerintah 64% dan perawat yang bekerja di Rumah sakit pendidikan 36%. Perawat yang bekerja di Rumah Sakit pendidikan menilai kesiapsiagaan mereka lebih baik dibandingkan dengan kesiapsiagaan perawat yang belerja di Rumah Sakit pemerintah dengan nilai (p= 0,001)

Hasil uji menggunakan ANOVA 1 arah menunjukkan lama bekerja menunjukkan perbedaan yang signifikan antara tingkat kesiapsiagaan bencana dengan keterampilan yang dimiliki dengan nilai total 0,045. Hasil dari test menunjukkan perawat yang memiliki banyak pengalaman memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan kesiapiagaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perawat yang memiliki pengalaman rendah.

Hidayati Nur Laili (2008) Pengetahuan perawat Instalasi Rawat Darurat RSUP DR.Sardjito dalam kesiapan menghadapi bencana pada tahap

Preparedness

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat IRD RSUP Sardjito dalam kesiapan menghadapi bencana pada tahap

preparedness.

Kuantitatif deskriptif dengan metode kuantitatif

Pengetahuan perawat IRD RSUPDr. Sardjito mengenai kegiatan dalam kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana pada tahap preparedness dalam kategori baik. Presentase kesiapan paling rendah terletak pada pengembangan subsistem transportai.

Agus Khoirul Anam (2013) Faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan perawat dalam penanggulangan bencana Gunung Kelud Kabupaten Blitar

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kesiapsiagaan perawat dalam

penanggulangan bencana dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan perawat.

Penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan metode cross sectional

Hasil analisi menggunakan metode regresi logistik yang menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap kesiapsiagaan perawat adalah kebijakan pemerintah dengan hasil OR 0,290, Sikap dengan hasil OR 0,286, dan sarana prasarana anggaran dana dengan nilai OR 0,0274.

Agustina Boru Gultom (2012)

Pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan puskesmas kampung baru menghadapi bencana banjir di Kecamatan Medan Maimun

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru menghadapi bencana banjir di Kecamatan Medan Maimun pada tahun 2012.

Jenis penelitian adalah survey eksplanatori, dengan populasi adalah seluruh tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru yang dijadikan sampel berjumlah 22 orang.

Dari hasil analisis bivariat dengan uji eksak fisher dan analisis multivariat dengan regresi logistik berganda disimpulkan bahwa variabel pengetahuan memiliki hubungan dan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru menghadapi bencana banjir dengan nilai signifikansi < 0,05. Sedangkan variabel sikap tidak memiliki hubungan dan pengaruh terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan Puskesmas Kampung Baru menghadapi bencana banjir dengan nilai signifikasi > 0,05.

(10)

Gambar

Gambar  1.1  Perbandingan  jumlah  korban  jiwa  yang  terdampak  berdasarkan  jenis  bencana  tahun  2015  dengan  kejadian  bencana  tahun   2005-2014(Sumber:https://www.unisdr.org/we/inform/publications/478 04)
Tabel 1.1 Daftar penelitian sebelumnya

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa pada pokoknya alasan Penggugat mohon diceraikan dari Tergugat adalah bahwa kurang lebih sejak bulan Juni tahun 2002, rumah tangga Penggugat dengan Tergugat

Model pengembangan dalam penelitian ini digunakan model prosedural, yaitu model pengembangan yang bersifat deskriptif, menggariskan langkah-langkah sistematis yang harus

Dengan mengetahui apakah terdapat kesenjangan ekspektasi terhadap laporan keuangan audit atas tanggung jawab auditor, keandalan, dan kegunaan laporan keuangan auditan diharapkan

Subyek yang sebelumnya masih tergolong masih ”asing” dengan penelitian, sehingga peneliti merasa lebih tertantang untuk ”belajar” sebanyak mungkin dari subyek yang

Dari wawancara yang penulis lakukan, dapat disimpulkan persepsi wisatawan mancanegara yang menjadi narasumber terhadap Tanjung Kelayang adalah destinasi wisata

42 memang mendapatkan namun mereka tidak diberika buku panduan sebagai sarana bantuan pembelajaran suling sunda sehingga mereka hanya sekedar bisa saja dan mengerti tentang dasar

 Peserta didik yang tidak masuk sekolah selama sekurang-kurangnya 5 (lima) hari secara akumulatif/tidak berturut-turut tanpa memberikan keterangan (alpa) dalam 1 (satu)

Lal (1994) faktor internal atau endogenous factors berhubungan erat dengan sifat- sifat yang melekat pada tanah tersebut, sedangkan faktor eksternal yang disebut exogenous