• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

7 A. Perilaku

1. Perilaku (Practice)

Semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku terdiri dari persepsi (perception), respon terpimpin (guided respons), mekanisme (mechanisme), adaptasi (adaptation) (Notoatmodjo, 2003).

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan hasil dari perubahan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia dapat terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial. Dari aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleks dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap. 2. Faktor-faktor perilaku

Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Dalam perilaku kesehatan menurut Lawrene Green dalam Notoatmodjo (2003) erbagi tiga teori penyebab masalah kesehatan yaitu :

(2)

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing faktors) yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seesorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi.

b. Faktor pemungkin (enabling factors) adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau menfasilitasi perilaku atau tindakan. Artinya faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.

c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.

B. Pernikahan Dini 1. Pengertian

Perkawinan yang salah satu atau kedua pasangan berusia di bawah 18 tahun atau sedang mengikuti pendidikan di sekolah menengah atas. Didalam Undang-Undang Perkawinan terdapat beberapa pasal diantaranya pada pasal 1 menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada pasal 2 menyatakan bahwa Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu, dan tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (YPAN, 2008).

(3)

Pernikahan dini pada remaja pada dasarnya berdampak pada segi fisik maupun biologis remaja yaitu (Nugraha, 2002) :

a. Remaja yang hamil akan lebih mudah menderita anemia selagi hamil dan melahirkan, salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu dan bayi, kehilangan kesempatan kesempatan mengecap pendidikan yang lebih tinggi, interaksi dengan lingkungan teman sebaya menjadi berkurang, sempitnya dia mendapatkan kesempatan kerja, yang otomatis lebih mengekalkan kemiskinan (status ekonomi keluarga rendah karena pendidikan yang minim).

b. Dampak bagi anak : akan melahirkan bayi lahir dengan berat rendah, sebagai penyebab utama tingginya angka kematian ibu dan bayi, cedera saat lahir, komplikasi persalinan yang berdampak pada tingginya mortalitas.

c. Pernikahan dini merupakan salah satu faktor penyebab tindakan kekerasan terhadap istri, yang timbul karena tingkat berpikir yang belum matang bagi pasangan muda tersebut.

d. Kesulitan ekonomi dalam rumah tangga

e. Pengetahuan yang kurang akan lembaga perkawinan f. Rrelasi yang buruk dengan keluarga.

(4)

2. Faktor- faktor yang mempengaruhi pernikahan dini (Cohen, 2004) yaitu :

a. Faktor ekonomi

Terjadi pada masyarakat yang tergolong menengah ke bawah. Biasanya berawal dari ketidakmampuan mereka melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Terkadang mereka hanya bisa melanjutkan sampai sekolah menengah saja atau bahkan tidak bisa mengenyam sedikitpun kenikmatan pendidikan, sehingga menikah merupakan sebuah solusi dari kesulitan yang mereka hadapi. Terutama bagi perempuan, dimana kondisi ekonomi yang sulit, para orangtua lebih memilih mengantarkan putri mereka untuk menikah, karena paling tidak sedikit banyak beban mereka akan berkurang. Tetapi berbeda bagi anak laki-laki yang mempunyai peran dalam kehidupan berumah tangga sangatlah besar, sehingga bagi kaum adam minimal harus mempunyai ketrampilan terlebih dahulu sebagai modal awal membangun rumah tangga mereka. Bgai sebuah keluarga yang bmiskin, pernikahan usia dini dapat menyelamatkan masalah sosial ekonomi keluarga.

b. Meminimalisir pergaulan bebas

Corak pergaulan remaja saat ini telah banyak menyimpang dari norma-norma yang ada, terutama norma agama. Pernikahan dianggap sebagai sebuah solusi atas apa yang acapkali ditimbulkannya. zina misalkan, sehingga tanpa disadari pernikahan

(5)

hanya dijadikan sebagai justifikasi aktivitas seksual mereka. Hal ini berkaitan dengan kondisi seksualitas pada remaja. Seperti yang dituturkan oleh Zainun Mu’tadin, SPsi, MSi. Pada makalahnya yang bertemakan pendidikan seksual remaja. Bahwasannya rasa ingin tahu mereka terhadap masalah-masalah seksual lebih tinggi, sebab pada masa ini remaja berada dalam potensi seksual yang aktif karena pengaruh hormon. Masalah pernikahan dini dapat dicegah jika remaja memiliki perilaku atau pola hidup yang sehat dan berdampak baik pada penundaan usia kawin (Ambrus, 2006).

c. Faktor ambisi

Sekilas kata ini memang terlihat sangat tidak pantas untuk menjadi sebuah alasan suatu pernikahan. Tetapi terkadang ambisi menjadi salah satu faktor adanya pernikahan dini. Keinginan mereka untuk segera merasakan kehidupan berumah tangga membuat mereka mengambil keputusan yang terkadang tanpa dibarengi dengan pertimbangan yang bijak, terkadang orientasi remaja bukanlah orientasi berumahtangga, namun lebih cenderung pada tendensi seksualnya saja. Inilah yang memunculkan dampak negatif yang sering kita temui.

d. Faktor MBA (Married By Accident)

Faktor yang keempat inilah yang selama ini identik dengan pernikahan dini. Tak jarang ketika orang mendengar tentang pernikahan dini, asumsi pertama yang muncul, MBA (Married By

(6)

Accident) adalah penyebabnya. Dan memang fenomena yang sering kita dapati, hamil di luar nikah kerap menjadi alasan para remaja zaman sekarang melakukan pernikahan dini ini. Sungguh sangat disayangkan memang. Banyak generasi yang gagal membangun hidupnya hanya dikarenakan kesalahan mereka dalam memanage apa yang seharusnya mereka lakukan. Ketika mereka sudah dalam kondisi under control, rasio mereka kalah. Sehingga potensi kegagalan semakin besar, apalagi didukung dengan tingkat emosional mereka yang cenderung labil. Faktor inilah yang menjadi salah satu poros munculnya konotasi negatif.

C. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik pada lawan jenis sampai yang berlanjut pada tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Obyek seksual berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sebagian dari tingkah laku itu memang tidak berdampak apa-apa pada dirinya, terutama jika tidak ada akibat fisik yang dapat ditimbulkannya, tetapi pada kenyataannya, sebagian perilaku seksual yang lain dimana dapat dilakukan melalui berbagai cara, untuk memulai dari berfantasi, berpegangan tangan, ciuman kening, ciuman bibir, meraba, berpelukan, menempelkan alat kelamin (petting), sampai

(7)

intercouse (memasukkan alat kelamin laki-laki ke alat kelamin perempuan) ((Mu’tadin, 2002).

Hubungan seks mempunyai arti hubungan kelamin sebagai salah satu bentuk kegiatan penyaluran dorongan seksual. Sedangkan hubungan seksual pranikah adalah melakukan hubungan seksual sebelum adanya ikatan perkawinan yang sah, baik hubungan seks yang penetratif (penis dimasukkan kedalam vagina, anus, atau mulut) maupun yang non penetratif (penis tidak dimasukkan kedalam vagina) (Munajat, 2000).

Hubungan seksual pranikah memberikan dampak yang negatif pada remaja baik secara fisik maupun sosial. Secara fisik yaitu dapat menimbulkan kehamilan yang tidak diinginkan, terkena Penyakit Menular Seksual, dan aborsi. Secara psikis menimbulkan perasaan tertekan, depresi. Secara sosial yaitu tidak dapat menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat karena merasa malu (Munajat, 2000).

Suatu hubungan seksual pranikah pada dasarnya dibutuhkan suatu bekal agama yang kuat, dimana agama yang baik kemungkinan untuk melakukan hubungan seksual pranikah tidak dilakukan karena agama melarang perilaku seksual pranikah. Tanpa adanya ikatan agama perilaku seksual pranikah termasuk dalam perbuatan dosa besar (Anonim, 2005).

Kematangan fungsi-fungsi seksual pada remaja, maka timbul dorongan dan keinginan untuk pemuasan seksual. Kebudayaan Indonesia tidak mengizinkan hubungan seksual diluar pernikahan, padahal pernikahan menuntut syarat-syarat yang berat dan bisa terpenuhi setelah

(8)

masa remaja. Karena itu para remaja mencari kepuasan dengan berkhayal, membaca buku atau memutar film porno. Persoalan ini kurang nampak pada masyarakat desa, yang perkawinannya terjadi pada waktu individu masih sangat muda, atau masyarakat yang sudah sangat maju dimana dibenarkan hubungan seks sebelum pernikahan (Purwanto, 1999). Selain itu perilaku yang dilakukan kalangan remaja dalam seksual biasanya berperilaku coba-coba karena penasaran (Depkes, 2005)

2. Seksualitas

a. Pengertian Seksualitas

Seksual adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan masalah hubungan intim antara laki-laki dan perempuan (Mu’tadin, 2002). Seksualitas merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang kehidupan manusia, dimulai dari saat manusia lahir sebagai bayi hingga secara fisik menjadi mandiri, lepas dari ibunya dan akan berakhir ketika seorang meninggal dunia (PKBI, 2000).

Tujuan dari seksualitas yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia, sedangkan secara khusus terbagi dua yaitu : (1) Prokreasi adalah menciptakan atau meneruskan keturunan, (2) rekreasi adalah memperoleh kenikmatan biologis dan seksual (PKBI, 2000). Adapun dimensi seksualitas terbagi antara lain:

1) Dimensi biologis yaitu seksualitas yang berkaitan dengan organ reproduksi, secara optimal sebagai alat untuk berprokreasi

(9)

(bereproduksi) dan berekreasi dalam mengekspresikan dorongan seksual.

2) Dimensi psikologis yaitu seksualitas yang berhubungan erat dengan identitas peran jenis, perasaan terhadap seksualitas sendiri dan bagaimana menjalankan fungsi sebagai mahluk seksual. 3) Dimensi sosial yaitu berkaitan bagaimana lingkungan berpengaruh

dalam pembentukan pandangan mengenai seksualitas dan pilihan perilaku seks.

4) Dimensi kultural menunjukkan tentang bagaimana perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat.

3. Faktor-faktor yang berperan munculnya permasalahan seksual pada remaja

Faktor yang berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja adalah sebagai berikut (Nugroho, 2002) :

a. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu.

b. Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar hal-hal tersebut.

c. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media masa yang

(10)

dengan teknologi yang canggih (contoh: VCD, buku stensilan, Photo, majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.

d. Orangtua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.

e. Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria.

D. Pengetahuan (Knowledge) 1. Pengertian

Pengetahuan (knowladge) merupakan hasil "tahu", dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif mempakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Berdasarkan pengalaman dan penelitian temyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

(11)

2. Proses Pengetahuan

Pengetahuan dalam diri seseorang dapat terjadi melalui suatu proses yang meliputi :

a. Awareness (kesadaran) adalah orang menyadari dalam arti mengetahui teriebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) adalah orang mulai merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap objek sudah mulai timbul. c. Evaluation (nimbang) berarti subjek

menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap subjek sudah mulai baik lagi.

d. Trial (mencoba) berarti subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption berarti subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2003).

3. Tingkatan pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup didalam domain kognitif, mempunyai enam tingkat yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

(12)

mengingat kembali (recaal) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu."tahu" merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan, untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komppnen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan menyusun formilasi baru dan formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2003).

(13)

E. Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa atau masa usia belasan tahun atau jika seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, terangsang perasaannya dan sebagainya (Sarwono, 2002).

Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru termasuk pengalaman berinteraksi dengan lawan jenis sebagai bekal untuk mengisi kehidupan kelak. Remaja selalu berusaha untuk menemukan pengalaman baru karena rasa keingin tahuan yang besar dari remaja. Sayangnya, banyak diantara mereka yang tidak sadar bahwa terkadang pengalaman yang menyenangkan justru dapat menjerumuskan. Dalam masa remaja terjadi masa strom and stress di mana terjadi pergolakan emosi yang disebabkan karena perubahan fisik dan perubahan psikis yang cepat. Pergolakan emosi yang terjadi ini akan berpengaruh terhadap munculnya perilaku.

2. Batasan Remaja

Batasan usia remaja menurut WHO adalah usia 12 tahun sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja sudah menikah maka ia tergolong dalam dewasa, atau bukan lagi remaja. Sebaliknya jika usia sudah bekan lagi remaja tetapi masih bergantung pada orng tua (tidak mandiri) maka

(14)

dimasukkan dalam remaja. Menurut Sarwono (2002), batasan usia remaja adalah usia 11 sampai 24 tahun dan belum menikah, dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai nampak.

b. Pada masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil baligh baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak.

c. Pada usia tersebut mulai ada tanda – tanda penyempurnaan perkembangan jiwa.

d. Batasan usia 24 tahun merupakan batas maksimum untuk memberi peluang kepada mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua.

e. Remaja yang sudah menikah dianggap dan diperlakukan sebagai dewasa penuh dilihat dari sudut pandang hukum.

3. Ciri-Ciri Masa Remaja

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Pada masa remaja sebagai akibat fisik dan psikologis mempunyai persepsi yang sama penting. Perkembangan fisik yang cepat disertai dengan cepatnya perkembangan mental terutama pada awal masa remaja, dimana perkembangan itu dapat menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat baru (Hurlock,1999).

(15)

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Peralihan tidak berarti terputus atau berubah dari apa yang terjadi sebelumnya, tetapi peralihan yang dimaksud adalah dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Bila anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, anak harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan (Hurlock,1999).

c. Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah

Masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik, oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu, yaitu (1) sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. (2) para remaja merasa mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru. Ketidakmampuan remaja untuk mangatasi sendiri masalahnya, maka memakai menurut cara yang mereka yakini. Banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka. Banyak kegagalan yang

(16)

seringkali disertai akibat tragis, bukan karena ketidakmampuan individu tetapi kenyataan bahwa tuntutan yang diajukan kepadanya, justru pada saat semua tenaganya telah dihabiskan untuk mencoba mengatasi masalah pokok, yang disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang normal (Hurlock, 1999).

d. Masa Remaja sebagai Masa Mencari Identitas

Sepanjang usia kelompok pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan standar kelompok adalah jauh lebih penting bagi anak yang lebih besar daripada individualitas. Seperti telah bagi anak yang lebih besar ingin ingin cepat seperti teman-teman kelompoknya. Tiap penyimpangan dari standar kelompok dapat mengancam keanggotaannya dalam kelompok (Hurlock, 1999). 4. Masa Pubertas Remaja

Dalam ilmu kedokteran dan ilmu faal, remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik di mana alat – alat kelamin manusia mencapai kematangan, secara anatomis berarti alat kelamin pada khususnya dan keadaan tubuh yang sempurna dan secara faal alat – alat kelamin sudah berfungsi secara sempurna pula. Tahap ini dinamakan masa pubertas (Sarwono, 2002).

Masa pubertas adalah masa yang khusus di mana seorang anak merasakan adanya kebutuhan yang sangat kuat pada lawan jenis atau keinginan bercinta begitu mendalam. Dan masa ini disebut juga sebagai

(17)

masa perkembangan seksual anak yang berada pada masa yang mengalami perubahan fisik dan psikis dengan cepat (Sarwono, 2002).

Pubertas berasal dari bahasa Inggris “puberty” yang artinya usia kedewasaan (the age of manhord) dan berasal dari bahasa latin “pubescere” yang artinya masa pertumbuhan rambut di daerah tulang “pusic” (di wilayah kemaluan) (Sarwono, 2002). Pertumbuhan fisik pada remaja ini lebih dikenal sebagai tanda-tanda seksual sekunder. Perubahan fisik yang dialami antara lain :

a. Pada remaja perempuan akan mengalami menstruasi, pertumbuhan payudara, tumbuh rambut di daerah tertentu, dan lain – lain.

b. Pada remaja laki – laki akan mengalami mimpi basah, perubahan suara, tumbuh rambut halus di wajah dan daerah lainnya, dan lain – lain.

(18)

F. Kerangka Teori

Skema 2.1. Kerangka Teori

(Sumber: Lawrence Green (1988) yang dimodifikasi : Notoatmodjo, 2003) Perilaku Pernikahan Dini Faktor Prediposisi 1. Tingkat Pengetahuan 2. Keyakinan 3. Kepercayaan 4. Nilai 5. Tradisi Faktor Penguat 1. Sikap Petugas kesehatan 2. Perilaku petugas kesehatan Faktor Pemungkin 1. Fasilitas Fisik : kesehatan: puskesmas, rumah sakit

2. Fasilitas umum: media massa (koran, TV, Radio)

(19)

G. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

H. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang seksual pranikah remaja dengan perilaku pernikahan dini pada remaja di desa Plajan Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara.

Perilaku Pernikahan Dini Tingkat Pengetahuan remaja

tentang perilaku seksual pranikah

Gambar

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Uji Biokimia Awal Pada Media BSA Uji Biokimia awal pada media BSA, menunjukkan hasil yang positif (pd sampel uterus dan telur), yaitu tdpt koloni warna hitam atau abu-abu,

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan umur, masa kerja, pengetahuan dan motivasi bidan dengan pelaksanaan program Inisiasi Menyusus Dini di

Rencana Strategis Dinas Koperasi, UKM, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Enrekang tahun 2014 – 2018 selanjutnya disebut RENSTRA Dinas Koperasi, UKM dan

Atas dasar penelitian dan pemeriksaan lanjutan secara seksama terhadap berkas yang diterima Mahkamah Pelayaran dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP),

Untuk melakukan maintenance data customer pertama membuka form maintenance master kemudian mengklik option data customer, kemudian mengklik salah satu proses yang ada

Buku ilmiah populer Etnobotani Tumbuhan Leucosyke capitellata di Kawasan Hutan Bukit Tamiang Kabupaten Tanah Laut mempunyai nilai 92,71% dengan kriteria sangat valid yang

akan dianalisis dalam penelitian ini berupa kutipan-kutipan (kata, frasa, kalimat naratif, maupun dialog), yang berkaitan dengan tubuh dan penubuhan yang digambarkan

Dengan memperhatikan peta penurunan luas sawah, dapat diketahui bahwa daerah Kecamatan Somba Opu adalah daerah yang paling tinggi perubahan alih fungsi lahan sawah ke non sawah. Hal