• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KAUSALITAS INVESTASI, EKSPOR, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI MALUKU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KAUSALITAS INVESTASI, EKSPOR, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI MALUKU"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal EKSEKUTIF Volume 11 No. 1 Juni 2014

176

HUBUNGAN KAUSALITAS INVESTASI, EKSPOR, DAN

PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI MALUKU

Mohammad Amin

Dosen STIA Said Perintah Masohi

ABSTRAK:

Ekonomi Maluku sejak masa studi 1988-2012 berfluktuasi, terutama sejak krisis ekonomi dan tragedi kemanusiaan. Banyak variabeles ekonomi makro berinteraksi satu sama lain dan menentukan pertumbuhan ekonomi, seperti investasi dan ekspor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kausal antara investasi, ekspor dan pertumbuhan ekonomi yang tercermin pada perubahan dalam PDRB. Untuk mencapai tujuan ini, studi ini menggunakan metode analisis Kausalitas Granger. Data dikumpulkan dari instansi terkait dalam bentuk data sekunder, maka uji kointegrasi stasioner dan untuk mendapatkan modal yang tidak palsu. Hasil menunjukkan investasi dengan ekspor memiliki dua arah kausalitas, investasi dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang mempengaruhi investasi dan pertumbuhan ekonomi antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi memiliki satu arah kausalitas mempengaruhi ekspor bagi pertumbuhan ekonomi.

Kata kunci: investasi, ekspor, ekonomi, pertumbuhan, granger kausalitas.

ABSTRACT:

Maluku’s economy since the study period 1988 to 2012 has fluctuated, especially since the economic crisis and human tragedy. Many macro economic variabeles interact with each other and determine economic growth, such as investment and export. This study aims to determine whether there is causal relationship between investment, export and economic growth are reflected on the changes in PDRB. To achieve this purpose, the study uses Granger Causality analysis method. Data were collected from relevant agencies in the form of secondary data, then the stationary and cointegration test to get the capital that is not spurious. The results shows the investment with exports having a two-way causality, investment and economic growth have a relationship that affects investment and economic growth between exports and economic growth have a one-way causality affect exports for economic growth.

(2)

177

PENDAHULUAN

Pada tahun 1995, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai angka yang tertinggi, yakni sebesar 8,22%. Kenaikan ini sebagian besar didorong oleh kenaikan konsumsi dan sebagai dampak dari adanya boom investasi yang terjadi pada tahun 1995, dengan nilai investasi sebesar 39.914,7 juta US Dolar. Krisis moneter dan krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang berlanjut menjadi krisis multidimensi, membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada tahun 1998, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan yang cukup tajam, yaitu sebesar minus 13,12%. Kemudian, pada tahun-tahun berikutnya, perekonomian nasional Indonesia mengalami pemulihan (recovery), meskipun jika dibandingkan dengan negara- negara Asia lainnya yang mengalami krisis serupa, proses pemulihan ekonomi di Indonesia relatif lebih lambat. Dilihat dari sisi penggunaannya, sebagian besar pertumbuhan ekonomi Indonesia berasal dari konsumsi. Data tahun 1994-2004 menunjukkan bahwa konsumsi memberikan kontribusi lebih dari separuh PDB. Pada tahun 1994, kontribusi sektor ini tehadap PDB bahkan mencapai 69,07%, jauh melampaui sektor ekspor yang hanya memberikan kontribusi 27,35%. Kontribusi sektor ini semakin meningkat sampai dengan tahun 1999 hingga mencapai 79,02 pada tahun 2002. Sebagian besar konsumsi disumbangkan oleh sub sektor konsumsi rumah tangga yang mencapai 58,67% pada tahun 1994 dan bahkan mencapai 71,72% pada tahun 2001. Memasuki tahun 2000, perekonomian Indonesia diwarnai oleh nuansa optimisme yang cukup tinggi. Hal ini antara lain ditandai dengan menguatnya nilai tukar rupiah sejalan dengan penurunan inflasi dan tingkat suku bunga pada sektor riil. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000 sebesar 4,86% lebih tinggi dari prakiraan awal tahun oleh Bank Indonesia sebesar 3,0% sampai dengan 4,0%. Perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja yang membaik dan lebih stabil selama 2003 sebagaimana yang tercermin pada pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Walaupun demikian, pertumbuhan ekonomi yang terjadi masih belum memadai untuk menyerap tambahan angkatan kerja sehingga jumlah pengangguran masih mengalami kenaikan. Aktivitas perdagangan dunia yang

(3)

178 masih lesu mengakibatkan pertumbuhan volume ekspor Indonesia, khususnya komoditas non migas, relatif rendah. Dalam situasi demikian, kinerja ekspor secara nominal sangat terbantu oleh meningkatnya harga komoditas migas dan nonmigas di pasar internasional sehingga secara keseluruhan nilai ekspor pada 2003 masih mengalami kenaikan yang signifikan dan menjadi penopang utama terjadinya surplus transaksi berjalan selama 2003 (Laporan Bank Indonesia, 2003). Bagi sebuah bangsa atau negara, pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi seperti yang direncanakan atau diperkirakan, keberhasilan mengurangi angka pengangguran dan menciptakan stabilisasi inflasi merupakan suatu ukuran keberhasilan kebijakan dalam perekonomian negara tersebut. Oleh karena hal tersebut, maka negara-negara berusaha untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal dengan cara melakukan berbagai kebijakan dalam perekonomian. Dalam rangka pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang diinginkan tentunya akan ada sektor-sektor yang akan menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran keadaan perekonomian dari suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat. Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan meningkatnya jumlah barang dan jasa (output) yang dihasilkan oleh suatu daerah, dalam hal ini Propinsi Maluku. Dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu negara/daerah, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang industri, perkembangan infrasturktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa barang modal (Sukirno, 2006). Untuk melihat fluktuasi ekonomi secara rill dari tahun ke tahun tergambar dari kenaikan pendapatan perkapita dan lajunya dengan menggunakan tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk ukuran suatu negara atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk tingkat wilayah (regional). Untuk melihat pendapatan regional, terdapat berbagai konsep yang dapat digunakan, antara lain:

(4)

179 2. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas Dasar Harga Pasar.

3. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas Dasar Biaya Faktor. 4. Pendapatan Regional.

5. Pendapatan Perorangan (Personal Income) dan Pendapatan Siap Dibelanjakan (Disposible Income).

6. Pendapatan Regional Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan. 7. Pendapatan Per Kapita (Tarigan 2005:18).

Dalam hal ini Pendapatan Regional Maluku dijadikan sebagai indicator pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Penilaianya adalah yaitu apabila pertumbuhan tingkat PDRB menunjukkan kenaikan maka terjadi pertumbuhan ekonomi yang positif, sebaliknya apabila menunjukkan penurunan maka terjadi pertumbuhan ekonomi yang negatif. Sejak tahun 2003, pemerintah mencanangkan apa yang disebut sebagai tahun investasi. Pemerintah daerah merumuskan berbagai program pembangunan untuk menarik investor ke Maluku, baik dalam bentuk PMDN ataupun PMA. Walaupun memang hasilnya belum memenuhi harapan tetapi, dengan program itu sejak tahun 2003 sampai dengan 2009 beberepa proyek investasi sudah disetujui rencana investasinya. Akan tetapi sejak tahun 2006 tidak proyek investasi PMDN yang terealisasi dan 2010 tidak ada penambahan investasi PMA. Realisasi inevstasi berupa PMA dan PMDN di Maluku terlihat pada Table 1.

Tabel 1 memperlihatkan kalau realisasi investasi di Maluku mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini dipengaruhi oleh banyak factor. Berfluktuasi investasi di Maluku pada akhirnya dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor tanah (land), faktor modal (capital), faktor tenaga kerja (labor), dan teknologi. Selain dari beberapa faktor yang telah disebut diatas terdapat faktor lain yang langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah adalah ekspor. Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke

(5)

180 negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Ekspor akan secara langsung memberi kenaikan penerimaan dalam pendapatan suatu negara atau daerah. Terjadinya kenaikan penerimaan pendapatan suatu negara atau daerah akan mengakibatkan terjadinya kenaikan tingkat PDRB. Dengan kata lain ekspor akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi.

Peranan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi pada suatu negara atau daerah selalu menarik untuk diteliti secara teori maupun empirik. Selama beberapa dekade terakhir sudah banyak studi empirik yang telah dilakukan untuk meneliti berapa besar peranan ekspor dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di suatu negara/daerah atau hipotesis yang menyatakan bahwa ekspor (pertumbuhan ekspor) akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekspor yang bagus akan menghasilkan devisa bagi suatu daerah dan selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai pembangunan di daerah tersebut. Karena secara teoritis (hipotesis) dapat dikatakan bahwa ada korelasi yang positif antara pertumbuhan ekspor dan pertumbuhan ekonomi, serta peningkatan pendapatan masyarakat kesempatan kerja, pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dipihak lainya.

Proporsi ekspor dalam PDRB Maluku berdasarkan penggunaannya adalah sekitar 13% - 15% pertahun. Jumlah ini lebih besar dari proporsi pembentukan modal regional bruto. Gambaran data ini dapat memberikan indikasi jika Propinsi Maluku sudah memasuki tahapan promosi ekspor. Selain ekspor, aliran ekonomi Klasik lebih menekankan pada penyediaan tenaga kerja, stok modal, dan perubahan teknologi dalam proses pertumbuhan ekonomi. Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa pasar dapat mengalokasikan sumberdaya secara efisien, sedangkan aliran Keynesian menekankan pada faktor permintaan agregat. Pendekatan Keynesian ini menempatkan isu sentral pada ekspor sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi. Saat ini banyak ekonom tertarik kembali melakukan studi tentang pertumbuhan ekonomi baik di negara maju maupun di negara berkembang termasuk Indonesia. (Sutawijaya dan Zulfahmi 2010). Di antara studi-studi tersebut mengemukakan pentingnya peningkatan ekspor dan investasi untuk memacu pertumbuhan ekonomi.

(6)

181 Ekspor dan investasi memegang peran penting dalam kegiatan perekonomian suatu negara. Ekspor akan menghasilkan devisa yang akan digunakan untuk membiayai impor bahan baku dan barang modal yang diperlukan dalam proses produksi yang akan membentuk nilai tambah. Agregasi nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi dalam perekonomian merupakan nilai Produk Domestik Bruto. Investasi atau penanaman modal adalah pembelian barang modal dan pelengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa yang dibutuhkan dalam perekonomian. Ada sementara ahli yang mengatakan bahwa ekspor dan investasi merupakan ”engine

of growth”. Oleh karena itu, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan

berkesinambungan pada umumnya didukung oleh peningkatan ekspor dan investasi.

Berkaitan dengan permasalahan diatas, Aliman dan Purnomo (2001) mengemukakan bahwa dalam hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi terdapat empat hipotesis atau pandangan yang sama-sama masuk akal (plausible) dan dapat diterima, antara lain: hipotesis ekspor sebagai motor pengerak bagi pertumbuhan ekonomi (export led growth hypotesis), hipotesis ekspor sebagai mesin bagi pertumbuhan ekonomi (export reducing growth hypotesis), hipotesis pertumbuhan ekonomi dalam negeri merupakan penggerak bagi ekspor (internally

generated export hypotesis), hipotesis pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan

turunnya ekspor (growth reducing export hypothesis). Bertolak dari hal-hal di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1) menganalisis hubungan antara investasi dengan ekspor, 2) menganalisis hubungan investasi dengan pertumbuhan ekonomi, 3) menganalisis hubungan pertumbuhan ekonomi dengan ekspor.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN

EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu hal yang hampir selalu dikaitkan dengan pembangunan ekonomi bahkan pembangunan pada umumnya. Pada awalnya pembangunan ekonomi dipahami identik dengan pertumbuhan ekonomi

(7)

182 yang melihat kepada gejala terjadinya kenaikan hasil atau peningkatan efisiensi hasil yang diukur dengan satuan masukan walaupun akhirnya dibedakan antara keduanya. Pada umumnya pengertian pertumbuhan ekonomi mengacu kepada, proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan memiliki tiga dimensi pokok yaitu, proses yaitu gambaran perekonomian yang dinamis dengan melihat perubahan perekonomian dari waktu ke waktu. Selanjutnya output per

kapita, yang dilihat dari sisi output total dibagi dengan jumlah penduduk. Dan

perspektif waktu jangka panjang, yaitu melihat pertumbuhan ekonomi dalam kecenderungan waktu yang sangat panjang (Meier, dan Baldwin, 1972; Boediono, 1982; Joyohadikusumo, 1994; Kuznet dalam Jhingan, 2000).

Perkembangan teori pertumbuhan ekonomi sebenarnya telah dimulai oleh Smith (1776) yang dibangun di atas landasan filsafat kapitalisme. Jika digali secara teoritik, maka pandangannya dapat dibedakan dalam beberapa pokok pikiran utama. Pertama laissez faire laissez passer yaitu kebebasan dalam bidang ekonomi yang memberi isyarat perlunya atau memberi peranan yang minimum kepada pemerintah. Kedua, mekanisme pasar yaitu keyakinan akan munculnya keseimbangan ekonomi jika perekonomian dibiarkan bekerja sesuai dengan kekuatan penawaran dan permintaan, karena akan dituntun oleh the invisible

hands. Ketiga, full employment, yaitu kepercayaan akan terjadinya tingkat

pekerjaan penuh, artinya tidak ada pengangguran, kalaupun ada maka sifatnya hanya sementara. Keempat, harmony of interest, yaitu kepercayaan akan adanya pemenuhan kepentingan masyarakat jika ada pemenuhan kepentingan individu.

Kelima, kepercayaan akan supply creates its own demand, yaitu keadaan di mana

tidak adanya over produksi karena semua terserap di pasar.

Namun pengkajian yang intensif dilakukan pada akhir 1950-an dan 1960-an yang menghasilkan teori pertumbuhan ekonomi seperti Rostow (1960), Harrod (1948) dan Domar (1957) atau teori neoklasik dengan tokoh utamanya Solow (1957) dan Swan (1956) yang menfokuskan pada akumulasi modal dan hubungannya dengan tabungan. Rostow (1960) menyatakan bahwa dalam proses transformasi menuju masyarakat yang maju, maka mobilisasi tabungan domestik

(8)

183 dan luar negeri untuk menghasilkan investasi sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan ekonomi. Uraian mengenai investasi diperdalam oleh Harrod-Domar dengan menyatakan bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi diperlukan tabungan dan investasi dengan proporsi tertentu dari Gross National Product (Sumodiningrat, 2007). Teori neo klasik yang dirintis Solow (1957) dan Swan (1956) walaupun mempunyai banyak variasi, tetapi pada umumnya didasarkan pada fungsi produksi Cobb-Douglas. Jadi teori ini menitik beratkan pada kaitan aspek ekonomi dalam proses pertumbuhan. Dalam perkembangan selanjutnya, teori pembangunan ekonomi yang intinya pertumbuhan ekonomi banyak mengalami kritikan setelah mengkaji realitas sosial ekonomi masyarakat yang ternyata memperlihatkan bahwa memang terjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan tetapi dibarengi dengan masalah ketimpangan pembagian pendapatan yang semakin melebar, pengangguran semakin bertambah bahkan tingkat kemiskinan semakin tinggi serta ketidak seimbangan struktural. Karena itu, pada akhir 1960-an banyak negara sedang berkembang menyadari bahwa pertumbuhan (growth) tidak identik dengan pembangunan (development). Fakta ini pula yang memperkuat keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang diperlukan (necessary) tetapi tidak mencukupi bagi proses pembangunan. Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional, sedangkan pembangunan itu sendiri mempunyai dimensi lebih luas dari hanya sekedar pertumbuhan ekonomi. Hal ini yang menandai dimulainya masa pengkajian ulang tentang arti pembangunan. Myrdal (1968) misalnya mengartikan pembangunan sebagai pergerakan ke atas dari seluruh sistim sosial. Ada pula yang menekankan pentingnya pertumbuhan dengan perubahan (growth

with change) terutama nilai-nilai dan kelembangaan. Ataupun pertumbuhan

dengan distribusi (growth with redistribution) (Ahluwalia, 1974).

Kondisi ini dilandasi oleh adanya dimensi kualitatif yang jauh lebih penting dibandingkan dengan hanya pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain pembangunan ekonomi tidak lagi menempatkan Gross National Product (GNP) sebagai sasaran pembangunan, namun lebih memusatkan perhatian pada kualitas

(9)

184 dari proses pembangunan (quality of growth). Aspek non ekonomi sudah dipertimbangan dalam proses pembangunan dan tidak hanya dilihat sebagai tujuan pembangunan, tetapi juga sebagai faktor yang turut menentukan keberhasilan pembangunan. Menurut Todaro (2000), terdapat empat aliran pemikiran yang berkembang yaitu model pertumbuhan bertahap linear, teori dan pola perubahan struktur, revolusi ketergantungan internasional dan kontra revolusi pasar bebas neoklasik. Dewasa ini, muncul pendekatan baru yaitu teori pertumbuhan endogen. Model pertumbuhan berdasarkan pendekatan teoritis dari sudut pandangnya masing-masing berusaha untuk menerangkan proses berlangsungnya pertumbuhan ekonomi. Beberapa model utama yang mengidentifikasi sumber-sumber atau faktor-faktor dominan dalam menentukan atau mempengaruhi pertumbuhan ekonomi seperti model Klasik, Schumpeter (1912), Harrod Domar, Neo Klasik dan teori pertumbuhan endogen.

PENGARUH MODAL (INVESTASI) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

Semua teori pertumbuhan ekonomi memberikan arti penting kepada akumulasi kapital. Dalam pandangan Smith (1776), akumulasi kapital memegang peranan utama dalam menentukan pertumbuhan output. Akumulasi kapital memiliki pengaruh langsung terhadap output karena terjadinya peningkatan kapasitas produksi, sedangkan pengaruh yang tidak langsung melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja dengan adanya pembagian kerja dan spesialisasi (Arsjad, 1999).

Stok kapital merupakan unsur produksi yang secara aktif menentukan output. Perananya sangat sentral dalam proses pertumbuhan output. Ditambahkan bahwa peranan penduduk adalah sebagai sumber tenaga kerja dalam proses produksi. Namun yang menentukan penyerapan tenaga kerja adalah akumulasi kapital yang terhimpun yang akan berdampak pada pendapatan tenaga kerja yang selanjutnya berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

(10)

185 Ada dua faktor penunjang dibalik proses akumulasi kapital bagi terciptanya pertumbuhan output yaitu makin meluasnya pasar dan tingkat keuntungan di atas tingkat keuntungan normal. Potensi pasar bisa dicapai secara maksimal jika masyarakat diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk melakukan pertukaran dan kegiatan ekonomi dan pertumbuhan pasar harus sejalan dengan pertumbuhan modal supaya tingkat keuntungan tidak merosot. Menurut Ricardo (1821) akumulasi kapital dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang menghambat berlakunya the law of diminishing return, walaupun peranan ini ada batasnya. Apabila akumulasi kapital dipakai pada tenaga kerja yang menggunakan sumber daya alam (tanah) tertentu akan mengalami penurunan produktivitas marginal, akibatnya keuntungan yang diterima oleh pemilik modal juga menurun sampai pada tingkat keuntungan minimal untuk melakukan investasi sampai akhirnya akumulasi kapital berhenti.

Teori siklus ekonomi yang dikembangkan oleh Aftalion (1913) mengemukakan bahwa akumulasi kapital tergantung kepada dinamika permintaan konsumen. Keputusan untuk investasi bertolak dari ekspektasi yang berkaitan dengan permintaan masyarakat di masa yang akan datang bukan karena kekurangan modal. Oleh karena suatu saat jumlah dan aneka barang konsumsi sedemikian banyaknya sehingga permintaan konsumen menjadi jenuh. Pada akhirnya mengurangi hasrat pengusaha untuk membuat barang modal yang baru (Djojohadikusumo, 1991).

Pentingnya akumulasi kapital juga ditekankan oleh Rostow (1956) dengan mengatakan bahwa salah satu syarat suatu negara untuk dapat mencapai tahapan pertumbuhan ekonomi take off adalah terjadinya peningkatan proporsi investasi dari 5% sampai dengan 15% atau lebih besar dari pendapatan nasional. Lewis (1954) mengatakan pertumbuhan sektor modern di perkotaan karena peningkatan investasi sebagai akibat adanya selisih upah, dengan assumsi bahwa kapitalis bersedia untuk menanamkan kembali seluruh keuntungannya. Atau dengan kata lain pengusaha memperoleh keuntungan di atas normal. Sementara itu, model Harrod-Domar (Lee, 1963) bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang mantap

(11)

186 atau steady growth dalam jangka panjang, dengan mengassumsikan bahwa: 1) barang modal telah mencapai kapasitas penuh, 2) tabungan adalah proporsional dengan pendapatan nasional, 3) rasio modal-output (kapital output ratio) tetap, dan 4) perekonomian terdiri dari dua sektor.

Teori ini merupakan perluasan dari analisis Keynes (1936) tentang perekonomian nasional dan penggunaan faktor-faktor produksi. Dalam analisisnya Harrod-Domar menunjukkan syarat yang diperlukan agar steady growth selalu terjadi dalam perekonomian. Penekanan utamanya terletak pada akumulasi modal yang memiliki dua peranan penting. Di satu pihak akumulasi modal dapat meningkatkan kapasitas produksi yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Di lain pihak akumulasi modal dianggap akan memperbesar pengeluaran masyarakat dan menghasilkan pendapatan.

Akumulasi kapital meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output potensial. Namun hal ini tergantung kepada kecukupan permintaan. Jika permintaan masyarakat lebih kecil dari output potensial, maka output yang direalisir lebih kecil daripada output potensial. Apabila permintaan lebih besar, maka output yang direalisir akan sama dengan output potensial.

PENGARUH EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

Perdagangan internasional terjadi antara berbagai negara karena adanya manfaat (gains from trade) yang dapat bersifat langsung seperti peningkatan pendapatan, kesempatan kerja dan yang bersifat tidak langsung seperti penghasilan devisa, transfer modal dan transfer teknologi. Pengalaman beberapa negara Eropa seperti Inggris menunjukan bahwa sektor perdangangan bertindak sebagai engine of development yang menggerakkan kegiatan diberbagai sektor ekonomi (Mangkusuwondo, 1986).

Teori Smith (1776) tentang keuntungan mutlak dapat disebutkan sebagai teori murni perdagangan internasional yang menjadi dasar teori perdagangan modern. Smith (1776) mengatakan bahwa sebuah negara dapat melakukan perdagangan jika memiliki keunggulan mutlak dalam biaya produksi suatu barang. Oleh karena itu, negara itu perlu melakukan spesialisasi dalam produksi

(12)

187 barang tersebut. Atau dengan kata lain suatu negara akan mengekspor suatu jenis barang jika negara tersebut dapat membuatnya lebih efisien atau murah dibandingkan dengan negara lain. Teori ini menekankan pada efisiensi penggunaan input dalam hal ini tenaga kerja dalam proses produksi sehingga menentukan keunggulan dan daya saingnya. Akan tetapi, dewasa ini tidak dapat dipastikan apakah suatu negara memiliki keunggulan mutlak atau tidak. Suatu negara dapat memproduksi berbagai jenis barang secara efisien yang berarti bahwa semua barang akan diekspor oleh negara tersebut. Keterbatasan inilah yang diperbaharui oleh Ricardo (1821) dan Mill (1844) yang menekankan kepada keunggulan komparatif dengan menyatakan walaupun memiliki keunggulan mutlak tidak berarti semua barang akan diekspor. Negara yang bersangkutan akan mengekspor barang yang memiliki keunggulan komparatif yang tinggi dan mengimpor barang lainnya.

Model Ricardian tersebut mengutarakan manfaat potensial yang mengarahkan pada spesialisasi internasional. Angkatan kerja dialihkan kepada industri yang bekerja secara efisien. Namun dalam dunia nyata perdagangan berpengaruh besar terhadap distribusi pendapatan disetiap negara sehingga mungkin manfaat perdagangan tidak terdistribusi secara merata.

Ada dua alasan utama dampak perdagangan terhadap distribusi pendapatan yaitu sumber daya tidak dapat berpindah cepat atau dengan biaya yang murah dari industri yang satu ke industri yang lain dan industri berbeda dalam penggunaan faktor-faktor produksi. Pergeseran dalam keragaman barang yang diproduksi oleh suatu negara biasanya akan mengurangi permintaan terhadap sejumlah faktor produksi dan meningkatkan permintaan faktor produksi lainnya. (Krugman dan Obstfeld, 2003).

Model Ricardian tersebut menganggap faktor produksi (tenaga kerja) sangat mobil untuk berpindah pada berbagai kegiatan industri. Samuelson dan Jones (1971) mengembangkan model faktor-faktor spesifik yaitu faktor diluar tenaga kerja yang hanya dapat digunakan untuk menghasilkan barang-barang tertentu. Pengertian spesifik disini sangat relatif, artinya sangat tergantung kepada jenis barang yang diproduksi. Model lainnya dikembangkan oleh Heckscher–Ohlin

(13)

188 (1933) yang menekankan kepada perbedaan sumber daya yang dimiliki oleh suatu negara. Teori ini berbicara tentang saling keterkaitan antara perbedaan proporsi faktor-faktor produksi antar negara dan perbedaan proporsi penggunaannya. Perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya opportunity cost antara dua negara. Perbedaan tersebut muncul karena adanya perbedaan dalam jumlah faktor produksi misalnya tenaga kerja, modal, sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara. Jadi ada faktor endowment yang berbeda.

Teori ini menyimpulkan bahwa suatu negara cenderung untuk mengekspor barang yang menggunakan lebih banyak faktor relatif melimpah di negara tersebut. Negara yang memiliki lebih banyak sumber daya alam atau barang yang lebih banyak menggunakan faktor produksi ini cenderung untuk mengekspor sumber daya alam ini.

Teori-teori tersebut menjadi landasan lahirnya sebuah kebijakan ekonomi baru yang dikenal dengan Export-led Growth Hypothesis (ELGH). Inti dari

export-led growth hypothesis adalah bahwa determinan utama dari pertumbuhan

ekonomi adalah ekspor, atau dengan kata lain ekspor menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam teori ekonomi makro (macroeconomic

theory), hubungan antara ekspor dengan pendapatan nasional merupakan suatu

persamaan identitas karena ekspor merupakan bagian dari tingkat pendapatan nasional. Sedangkan dalam teori ekonomi pembangunan, keterkaitan kedua variabel tersebut tidak tertuju pada masalah persamaan identitas itu sendiri, melainkan lebih tertuju pada masalah, apakah ekspor bagi suatu negara mampu menggerakkan perekonomian secara keseluruhan dan pada akhirnya membuahkan kesejahteraan bagi masyarakat.

Pendapat ini didukung oleh beberapa alasan, antara lain pengembangan ekspor dapat meningkatkan produktivitas melalui peningkatan skala ekonomi. Ekspor mendorong terjadinya spesialisasi dalam produksi komoditi ekspor yang mendorong peningkatan tingkat produktivitas dan dapat menyebabkan peningkatan ketrampilan (skills) dalam sektor ekspor sehingga terjadi realokasi sumber daya dari sektor non perdagangan yang kurang efisien kepada sektor perdagangan yang efisien (Lorde, 2011). Kebijakan perdagangan

(14)

outward-189

oriented merupakan sarana untuk mengadopsi ide atau pengetahuan baru,

teknologi baru, keahlian baru, serta ketrampilan manajerial (Mahadevan, 2007). Lebih jauh dikatakan bahwa ekspansi ekspor akan menghasilkan devisa dan karenanya kesempatan mengimpor barang-barang modal (capital goods) dan barang-barang antara (intermediate goods) semakin besar pula.

Menurut Thirlwall (2000), Export-Led Growth memiliki tiga model utama yaitu The Neoclassical side model, The Balance of Payments Constrained Model dan Virtuous Circle Model. Neoclassical model merupakan model konvensional yang sesuai dengan teori pertumbuhan ekonomi neoklasik. Model ini menjelaskan bahwa antara ekspor dan pertumbuhan memiliki hubungan, karena persaingan dalam perdagangan luar negeri menimbulkan eksternalitas dari sektor ekspor yang memiliki produktivitas tinggi kepada sektor non ekspor. Feder (1983) dalam Thirwall (2000) dapat dianggap orang pertama yang merumuskan model ini. Output sektor ekspor dianggap fungsi dari kapital dan tenaga kerja sedangkan output sektor non ekspor merupakan fungsi dari kapital, tenaga kerja dan output sektor ekspor, sehingga model matematik dibangun dengan berdasarkan kepada fungsi produksi Cobb Douglass. Kedua model terakhir masih terbatas di bahas dalam literatur mengenai perdagangan dan pertumbuhan. Hal ini dianggap penting untuk memahami perbedaan tingkat pertumbuhan dalam perekonomian terbuka terutama bagi negara-negara yang sedang berkembang yang menghadapi kendala keterbatasan devisa.

Balance of Payment Constrained Growht Model mengatakan bahwa dalam

jangka panjang tidak ada negara dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan keseimbangan neraca pembayaran kecuali jika mengalami defisit. Jadi model ini mempertimbangkan keseimbangan neraca pembayaran, Virtuous Circle Model melihat saling keterkaitan ekspor dengan pertumbuhan dalam sebuah proses kumulatif. Penting untuk dijelaskan mengapa pertumbuhan dan pembangunan melalui perdagangan mendorong terjadinya konsentrasi pada beberapa daerah. Kondisi ini yang melahirkan semakin melebarnya ketimpangan regional. Model ini menyusun beberapa assumsi yaitu: pertumbuhan output merupakan fungsi dari pertumbuhan ekspor, pertumbuhan ekspor merupakan fungsi dari harga

(15)

190 persaingan dan pertumbuhan pendapatan luar negeri, tingkat harga fungsi dari pertumbuhan upah dan peningkatan produktivitas, dan peningkatan produktivitas merupakan fungsi dari pertumbuhan output. Jadi model ini mengisyaratkan adanya beberapa variabel yang membentuk hubungan kumulatif yang kompleks.

METODE

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder kuantitatif yang dipublikasikan oleh lembaga pemerintah yang berkompeten seperti BPS tingkat pusat dan BPS Propinsi, Bappenas dan Bappeda serta instansi terkait lainnya. Data sekunder meliputi berbagai data sosial ekonomi terutama data PDRB, investasi (Pembentukan Modal) serta Ekspor. Selain itu, juga dikumpulkan dokumen ilmiah berupa buku, jurnal, laporan yang berkaitan dengan penelitian ini. Data dan informasi tersebut dikumpulkan kemudian didiskusikan dengan tim pembimbing, dan pakar dalam bidangnya. Adapun teknik analisis datanya, antara lain:

1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) 2. Uji Kointegrasi (Cointegration Test) 3. Uji Kausalitas (Granger Causality Test)

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Akar Unit (Unit Root Test)

Hasil perhitungan uji akar unit dengan menggunakan EViews terlihat pada tabel 2.

Data variabel penelitian tidak ada stasioner pada tingkat level.atau mengandung akar unit. Kemudian dilanjutkan pada differen tingkat pertama. Hasilnya semua data yang tidak stasioner pada tingkat level sudah mencapai stasioner secara utuh atau tidak mengandung akar unit lagi. Tabel diatas tersebut di atas memperlihatkan kalau semua variabel penelitian stasioner pada α 10%, 5% dan 1% kecuali variabel PDRB stasioner pada derajat 10%. Hal ini dapat dilihat

(16)

191 pada nilai probabiliti ADF untuk masing-masing variabel yaitu investasi sebesar 0,0003, ekspor sebesar 0,0001 dan PDRB sebesar 0,0945 yang lebih kecil dari nilai α 0,10, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada derajat 10%, maka ketiga data variabel penelitian adalah stasioner pada first different. Dengan stasionernya data variavel penelitian, maka dapat dikatakan kalau hasil perhitungan untuk memperoleh model hasil penelitian tidak memberikan regresi yang bias, sehingga dapat dilanjutkan dengan pengujian kointegrasi.

Uji Kointegrasi

Hasil perhitungan kointegrasi ketiga variabel penelitian dengan menggunakan EViews terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3 tersebut memperlihatkan kalau selama periode penelitian nilai trace

statistis-nya lebih besar daripada nilai critical value dengan α sebesar 5% pada

none dan at most 1*. Sehingga dapat dikatakan terdapat kointgerasi untuk ketiga variabel penelitian. Ini berarti bahwa antara investasi, ekspor dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan dinamika jangka pendek dalam keseimbangan jangka panjang. Jadi ketiga variabel tersebut antara yang satu dengan yang lainnya saling berinteraksi dalam membentuk perekonomian regional. Dapat juga dikatakan kalau ketiga variabel penelitian tersebut memiliki hubungan stabilitas/keseimbangan dan kesamaan pergerakan dalam jangka panjang dan cenderung saling menyesuaikan untuk mencapai keseimbangan jangka panjangnya.

Uji Kausalitas

Hasil uji kausalitas untuk ketiga variabel penelitian yaitu hubungan antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi, ekspor dengan pertumbuhan ekonomi dan investasi dengan ekspor.

Data pada Tabel 4 menjelaskan beberapa hal pokok yaitu: 1) Antara ekspor dan investasi saling mempengaruhi atau dengan kata lain memiliki hubungan kausalitas dua arah yang signifikan, 2) Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi investasi sedangkan investasi tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Atau

(17)

192 dengan kata lain hanya memiliki hubungan satu arah, 3) Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi ekspor sedangkan ekspor tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Atau dengan kata lain hanya memiliki hubungan satu arah.

Berdasarkan hasil analisis kuantitatif dengan menggunakan Granger

Causality Test, maka dirumuskan hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Hipotesis yang menyatakan investasi mempengaruhi ekspor diterima. Karena hasil perhitungan pada tabel 4 memperlihatkan kalau nilai probabilitanya lebih kecil yaitu sebesar 2.E-05 dibandingkan dengan nilai α sebesar 5% (0,05). Hal ini dapat dijelaskan kalau dalam perekonomian Maluku alokasi investasi diarahkan kepada sektor-sektor ekonomi yang menghasilkan komoditi ekspor seperti sub sektor perikanan.

2. Hipotesis yang menyatakan ekspor mempengaruhi investasi diterima. Pada tabel 4 terlihat nilai probabilitanya sebesar 0,0008 dan lebih kecil dari nilai α sebesar 5% (0,05). Hal ini dapat dijelaskan bahwa dengan semakin meningkatkan ekspor, berarti permintaan semakain bertambah, khususnya permintaan luar negeri. Artinya produksi dalam negeri harus ditingkatkan untuk memenuhi permintaan tersebut.

3. Hipotesis yang menyatakan investasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ditolak. Karena nilai probabilitanya yaitu sebesar 0,1359 lebih besar dari nilai α 5% (0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan ketidak sesuaian dengan teori-teori ekonomi pembangunan, khususnya teori-teori pertumbuhan ekonomi seperti yang dikembangkan oleh Harrod Domar, Neo Klasik, Rostow dan lain-lain yang pada umumnya menekankan kepada arti pentingnya investasi dalam pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian ini dapat menjelaskan jika investasi yang tercipta di daerah Maluku memiliki produktivitas yang rendah sehingga belum dapat menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi, Investasi di Maluku belum dapat meningkatkan kapasitas produksi dan kesempatan kerja yang maksimal. Data PDRB menunjukkan kalau konsumsi masyarakat masih dominan dalam pembentukan pendapatan regional. Ini

(18)

193 berarti bahwa perekonomian Maluku didorong oleh konsumsi. Bisa diduga kalau investasi terjadi pada unit-unit usaha kecil.

4. Hipotesis yang menyatakan pertumbuhan ekonomi mempengaruhi investasi diterima. Tabel 4 memperlihat kalau nilai probabilitanya yaitu sebesar 0,0473 lebih kecil dari nilai α 5% (0,05). Hasil penelitian dapat dikatakan sesuai dengan teori investasi dari Keynes yang menyatakan bahwa permintaan investasi tidak hanya ditentukan oleh tingkat bunga semata-mata, tetapi juga ditentukan oleh faktor lain, termasuk di dalamnya kondisi perekonomian suatu daerah. Karena itu permintaan ivestasi dalam pandangan Keynes bersifat inelastic. (Sukirno, S., 2005). Pertumbuhan ekonomi daerah Maluku selama ini relatif tinggi kecuali pada masa krisis dan kerusuhan. Ini menunjukkan bahwa perekonomian Maluku sebenarnya memiliki potensi untuk berkembang. Ketersediaan berbagai sumber daya alam khususnya perikanan, kehutanan dan pertambangan menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi Maluku.

5. Hipotesis yang menyatakan pertumbuhan ekonomi mempengaruhi ekspor diterima. Tabel 4 memperlihatkan kalau nilai probabilitanya yaitu sebesar 0,0004 lebih kecil dari nilai α 5% (0,05) Hasil penelitian ini menunjukkan kalau produksi sudah dapat memenuhi kebutuhan lokal (bahkan nasional), karena itu berdasarkan teori perdagangan internasional, dalam hal ini teori permintaan penawaran, maka kelebihan produksi (penawaran) menyebabkan meningkatkan ekspor.

6. Hipotesis yang menyatakan ekspor mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ditolak. Tabel 4 memperlihatkan kalau nilai probabilitanya yaitu sebesar 0,2294 lebih besar dari nilai α 5% (0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selain investasi, maka ekspor belum menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi seperti yang banyak didengun-dengunkan oleh ahli ekonomi pembangunan modern. Dapat dikatakan kalau hasil penelitian ini bertentangan dengan expor led growth hypothesis yang sekarang ini mulai banyak dibicarkan. Hipotesis ini menyatakan kalau ekspor dapat mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah atau negara. Kondisi perekonomian di

(19)

194 Maluku tidak terjadi demikian. Hal ini dapat disebabkan oleh jenis komoditi ekspor di Maluku yang memiliki nilai tambah yang rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini ada empat (4) hipotesis ya ng diterima dan dua hipotesis yang ditolak.

Hubungan Kausalitas Investasi dan Ekspor

Hasil pengujian menunjukkan kalau antara investasi dan ekspor memiliki hubungan kausalitas dua arah. Artinya investasi mempengaruhi ekspor dan sebaliknya ekspor mempengaruhi investasi. Hubungan ini dapat dijelaskan dalam perspektif teori perdagangan internasional, misalnya teori modern model Heckscher Ohlin (H – O). Teori ini dikenal juga dengan teori proporsi faktor produksi (factor proportion) atau teori ketersediaan factor (factor endowment). Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa perdagangan internasional terjadi karena ada opportunity cost yang berbeda antar negara yang disebabkan oleh perbedaan dalam jumlah faktor produksi. Jadi suatu negara akan melakukan spesialisasi terhadap produk ekspornya jika memiliki potensi sumber daya alam yang besar. Karena factor endowment itulah, maka harga dari faktor produksi tersebut berbeda. Komoditi ekspor Maluku pada umumnya cenderung memiliki sifat komoditi hulusasi yaitu komoditi ekspor dalam bentuk bahan baku atau bahan mentah seperti hasil perikanan, kehutanan dan pertambangan (minyak). Arah investasi di Maluku lebih cendrung kepada sektor-sektor ekonomi ini, sehingga dapat dikatakan jika investasi meningkat akan meningkatkan ekspor. Jenis komoditi ekspor Maluku pada tahun 2012 terlihat pada Tabel 5.

Tabel 5 tersebut memperlihatkan jika komoditi ekspor Maluku selama ini lebih banyak kepada komoditi bahan baku dengan basis sektor pertanian (subsektor perikanan/kehutanan), walaupun kebijakan pemerintah sudah mulai diluncurkan pada tahun 1986 tentang kebijakan promosi ekspor dan kebijakan tentang struktur ekspor yang berbasir sektor pertanian dan pertambangan ke arah komoditi sektor industri. Perubahan struktur ekspor Maluku dari natural

resources based export ke manufacture based export belum berarti. Dapat dilihat

(20)

195 banyak berinvestasi adalah perusahaan yang merupakan Multi National Coorporation (MNC) yang mengekspor komoditi dari Maluku untuk kepentingan bahan baku disejumlah negara termasuk negara di mana MNC tersebut berasal misalnya Jepang atau Korea Selatan. Karena itu, untuk mempertahankan supply bahan baku untuk proses produksinya, maka peningkatan ekspor dari Maluku terus dilakukan dan hal ini hanya dapat dilakukan dengan tetap menjaga keberlangsungan investasi.

Hubungan Kausalitas Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Hasil pengujian menunjukkan hanya memiliki hubungan satu arah yaitu pertumbuhan ekonomi mempengaruhi investasi. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan pendapatan dan hal ini akan mempengaruhi konsumsi atau dengan kata lain terjadi peningkatan permintaan. Karena salah satu orientasi investor adalah mencari pasar, maka permintaan yang meningkat berarti terjadi perluasan pasar. Kebutuhan akan barang dan jasa dari masyarakat semakin meningkat. Dan ini hanya bisa dipenuhi jika terjadi peningkatan produksi. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya peningkatan investasi. Selain itu, pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan cerminan dari membaiknya kondisi perekonomian secara keseluruhan, struktur ekonomi ekonomi sudah dapat menopang pertumbuhan yang berkesinambungan yang dapat diartikan bahwa prospek untuk melakukan investasi semakin membaik.

Sedangkan pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi tidak signifikan. Ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi di Maluku tidak dipengaruhi oleh investasi. Memang selama ini pertumbuhan ekonomi lebih banyak didorong oleh tingkat konsumsi masyarakat. Tentu saja hal ini bertentangan dengan teori pertumbuhan ekonomi seperti yang dikembangkan oleh Harrod – Domar, Neo Klasik dan teori pertumbuhan ekonomi lainnya yang lebih menekankan kepada peranan investasi bagi pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi jika dilihat dalam perspektif hubungannya dengan aggregate demand, maka salah satu komponen permintaan aggregate adalah konsumsi, sehingga kenaikan permintaan aggregate

(21)

196 dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan aggregate supply. Pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh konsumsi (consumption led growth) memang memiliki resiko munculnya inflasi dan membesarnya barang impor. Hal ini terjadi jika kapasitas produksi sudah mencapai pucaknya. Peningkatan permintaan sudah tidak bisa dibarengi dengan peningkatan produksi, maka kondisi seperti inilah investasi sangat diperlukan, karena dapat meningkatkan kapasitas produksi, perluasan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan dan peningkatan aktiviktas ekonomi pada umumnya.

Di Provinsi Maluku kontribusi konsumsi dalam pembentukan PDRB sekitar 72%, sementara investasi (PMTD) hanya sekitar 4%–5%. Sedangkan pengeluaran pemerintah sekitar 23%–26%. Angka ini menunjukkan jika pertumbuhan ekonomi propinsi Maluku didorong oleh konsumsi (consumption led growth). Dapat dikatakan kalau tidak signifikannya pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh produktivitas investasi yang masih rendah. Dan arah investasi khususnya sektor industri pada perusahaan yang memiliki lingkages yang terbatas. Investasi belum menimbulkan spread effects yang besar, misalnya terlihat kepada kemampuannya untuk menciptakan kesempatan kerja. Elastisitas kesempatan kerja terhadap investasi adalah sebesar 0.37 ini berarti bahwa elastisitas kesempatan kerja bersifat in elastic, karena perubahan 1% investasi hanya mampu meningkatkan kesempatan kerja sebesar 0,37%. Dibandingkan dengan elstisitas kesempatan kerja terhadap investasi, maka elastisitas kesempatan kerja terhadap PDRB lebih besar yaitu sebesar 0,785 yang berarti pertumbuhan ekonomi sebesar 1% dapat meningkatkan kesempatan kerja sebesar 0,785%.

Hubungan Kausalitas Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor

Penelitian ini menunjukkan kalau hanya memiliki hubungan satu arah yaitu pertumbuhan ekonomi mempengaruhi ekspor. Artinya terjadi internally generated

export hypothesis. Dapat dikatakan bahwa perekonomian Maluku sudah

berorientasi kepada promosi ekspor. Walaupun demikian negara tujuan ekspor Maluku masih terbatas pada negara-negara Asia ditambah Amerika Serikat dan

(22)

197 Swiss sehingga masih memiliki kemungkinan terjadinya goncangan permintaan mengingat negara-negara tersebut rentang terhadap pengaruh krisis ekonomi global. Untuk mempertahankan posisi ekspor Maluku perlu dilakukan diversifikasi pasar yang tidak hanya tergantung pada pasar “tradisional” seperti Jepang, Thailand dan Malaysia tetapi juga perlu menjajaki perluasan pasar pada daerah Timur Tengah dan Uni Eropa. Selain itu, pelaku bisnis lokal perlu diarahkan untuk berorientasi kepada produksi komoditi ekspor. Karena kegiatan ekspor tidak hanya merupakan persoalan kompetisi dan daya saing produk. Tetapi juga dapat berkaitan dengan perilaku pengusaha. Ada kesan kalau kegiatan ekspor adalah pekerjaan yang rumit, memiliki resiko yang tinggi dan penuh dengan ketidak pastian. Salah satu keuntungan komoditi ekspor Maluku karena memiliki kandungan lokal yang tinggi dan pada umumnya merupakan komoditi bahan mentah sehingga memiliki daya saing yang tinggi. Tetapi dengan kondisi seperti ini, membuat nilai tambah komoditi ekspor Maluku menjadi rendah, dan hal ini dapat menjadi salah satu penyebab tidak signifikannya pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini hampir sama dengan Sach dan Warner, (1995). Keduanya menyimpulkan bahwa belum kuat untuk mengatakan perdagangan internasional selamanya memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi terutama dalam jangka panjang. Memang masih terdapat perbedaan pendapat mengenai pengaruh keterbukaan ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi (Harrison dan Hanson, 1999).

Table 5 memperlihatkan kalau komoditi ekspor Maluku lebih didominasi oleh komoditi bahan baku yang padat sumber daya alam. Selain itu ekspor Maluku memiliki kecendrungan tidak terintegrasinya kegiatan ekspor dengan kegiatan sektor lainnya dalam perekonomian. Atau dengan kata lain komoditi ekspoir Maluku belum memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor ekonomi lainnya. Padahal peranan sektor pertanian di Maluku masih substansial, sehingga mendinamiskan sektor pertanian melalui kekuatan dan keterkaitannya dengan sektor lainnya sangat diperlukan. Jadi, ekspor dalam perekonomian Maluku belum menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi karena belum kuatnya

(23)

198

spread effect karena keterkaitan antara sektor ekspor dengan sektor ekonomi

lainnya belum kuat, sehingga nilai tambah yang diciptakan oleh komoditi ekspor Maluku masih rendah. Namun yang menggembirakan adalah kemampuannya untuk membuka kesempatan kerja yang tercermin pada elastisitas kesempatan kerja yaitu sebesar 0,81, artinya setiap pertambahan ekspor sebesar 1% akan meningkatkan kesempatan kerja sebesar 0,81%. Jadi dalam penelitian ini, variabel ekspor merupakan variabel ekonomi makro yang memiliki elastisitas kesempatan kerja yang paling besar. Hal ini dapat menjadi indikasi, kalau komoditas ekspor di Maluku masih didominasi oleh kegiatan-kegiatan ekonomi skala kecil dengan nilai tambah yang relatif kecil. Proporsi tenaga kerja memang lebih dominan pada sektor pertanian secara keseluruah yaitu sekitar 0.49%.

SIMPULAN

Terdapat hubungan kausalitas investasi dan ekspor dalam perekonomian Maluku, Perekonomian Maluku lebih banyak ditentukan oleh variable konsumsi masyarakat dan bukan oleh investasi, tetapi pertumbuhan ekonomi mempengaruhi investasi, Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi ekspor atau dengan kata lain dalam perekonomian Maluku terjadi internally generated export hypothesis.

Pemerintah perlu memperbaiki iklim investasi sehingga lebih kondusif agar investasi dapat ditingkatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemerintah perlu menjadikan investasi sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi supaya lebih stabil dan dinamis, karena pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh konsumsi tidak stabil dan bisa berubah cepat. Pemerintah perlu memperbaiki prosedur ekspor dan mencari komoditi alternative yang padat karya dan diversifikasi negara tujuan ekspor.

(24)

199

DAFTAR PUSTAKA

Aliman dan Purnomo, A.B, 2001, Kausalitas dan Pertumbuhan Ekonomi, Jurnal

Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 16. No. 2.

Krugman, P.R dan Maurice Obstfeld, 2003, Ekonomi Internasional: Teori dan

Kebijakan, Edisi Kedua, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Lorde, T. 2011., Export-led Growth: A Case Study of Mexico, International

Journal of Business, Humanity and Technology, Vol. 1 No. 1.

Mahadevan, R, 2007., New Evidence on the Export-led Growth Nexus: A Case Study of Malaysia, The Word Economy.

Sumodiningrat, Gunawan, 2007., Pemberdayaan Sosial: Kajian Ringkas Tentang

Pembangunan Manusia Indonesia, Penerbit Buku Kompas, Jakarta.

Thirlwall, P.A. 2000., Trade, Trade Liberalisation and Economic Growth: Theory and Evidence, Economic Research Paper, African Development Bank. Todaro, M.P, 2000., Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Erlangga, Jakarta.

LAMPIRAN

Tabel 1. Realisasi Investasi Berupa PMDN dan PMA di Maluku

Tahun PMA (000, US$) PMDN (Rp. Jutaan)

1990 600 16,674.75 1995 20,280.00 592,431.82 1996 3,396.00 144,938.56 1997 8,292.00 771,567.69 2001 45 5000 2002 0 15,125.00 2003 1,134.55 5,000.00 2004 212,377.00 1,008,003.23 2005 41,526.14 216,148.13 2006 250,000.00 0 2007 71,254.56 0 2008 6,397.00 0

(25)

200 2009 912.5 0 2010 0 0 2011 0 0 1012 0 0 2013 0 0 Jumlah 616,214.75 2,774,889.18

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Maluku.

Tabel 2. Hasil Pengujian Akar Unit Null Hypothesis: D(INV,2) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.098275 0.0003

Test critical values: 1% level -4.440739

5% level -3.632896

10% level -3.254671

*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(EX,2) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.830537 0.0001

Test critical values: 1% level -4.440739

5% level -3.632896

10% level -3.254671

Null Hypothesis: D(PDRB,2) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 5 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.333163 0.0945

Test critical values: 1% level -4.616209

5% level -3.710482

10% level -3.297799

(26)

Referensi

Dokumen terkait

Kurangnya informasi mengenai jurusan tersebut dan siswa yang tidak mengetahui minat, bakat dan kemampuannya sendiri , sehingga banyak siswa

batu gunung di desa Merangin. Pengguna jalan raya di Desa Merangin Kecamatan Kuok, terutama di Km 78 hingga Km 83, termasuk ramai karena jalan lintas antar provinsi,

Bentuk perilaku agresif yang muncul dari masing-masing subjek bervariasi yaitu bentuk fisik dengan memukul menggunakan tangan dan menendang menggunakan kaki (dilakukan

Dalam hal ini kesesuaian antara tugas yang diisyaratkan program dengan kemampuan organisasi (puskesmas) dapat dikatakan belum sesuai, karena organisasi (puskesmas) belum

Untuk aplikasi yang dibahas pada latihan kali ini kita akan menggunakan Struts versi 1.2.9 built in pada IDE Netbeans.. •

Berdasarkan hal diatas bahwa kondisi yang ada tentunya akan menunjang kepada harus dilakukannya pengawasan terhadap pelaporan SPT Masa Pertambahan Nilai agar SPT yang

Pada skripsi ini telah dirancang dan dibuat alat untuk mengukur resistivitas tanah skala laboratorium. Metode resistivitas adalah salah satu metode geolistrik yang digunakan

WDM adalah salah satu teknologi multipleksing dalam komunikasi serat optik yang bekerja dengan membawa sinyal informasi yang berbeda pada satu serat optik dengan