• Tidak ada hasil yang ditemukan

Token Economy untuk meningkatkan atensi pada anak Attention Deficit Disorder

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Token Economy untuk meningkatkan atensi pada anak Attention Deficit Disorder"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Gangguan atensi dapat dikatakan apabila seorang anak tidak fokus dalam memperhatikan suatu hal atau perhatiannya terpecah dan mudah beralih. Jadi, untuk suatu pekerjaan, dia tidak bisa menuntaskannya. Sedikit-sedikit, perhatiannya sudah berubah dan itu terjadi pada semua hal. Akan tetapi kesimpulan bahwa seorang anak sulit konsentrasi, baru bisa didapat setelah dibandingkan dengan anak normal umumnya. Seringkali anak-anak tersebut memiliki taraf kecerdasan mendekati rata-rata atau mungkin lebih tinggi dari rata-rata dan memiliki pendengaran dan penglihatan yang normal, tetapi mereka terlihat memiliki kesulitan memproses informasi sensoris, cemas dan kurang motivasi atau minat pada suatu hal (Lakoff, 2002).

Anak yang didiagnosa dengan tipe gangguan atensi akan sulit fokus pada sesuatu atau akan cepat merasakan kebosanan dengan pekerjaan hanya dalam beberapa menit saja. Anak dengan tipe ini dapat melakukan pekerjaan yang tidak memerlukan konsentrasi penuh atau mudah untuk diselesaikan. Permasalahan yang sering dihadapi adalah anak-anak ini sering lupa menulis pekerjaan yang semesti dilakukannya bahkan tak jarang mereka lebih memilih tidak bersekolah. Mereka sering lupa membawa buku pelajaran, salah memilih buku, hampir semua tugas (PR) yang ia kerjakan bersalahan.

Hal ini membuatnya merasa tertekan dan frustrasi (Davidson, & Neale, 2006)

Anak dengan tipe gangguan atensi akan mudah melamun, cepat panik atau bingung, lambat dan tidak luwes. Mereka juga kadang salah dalam mengartikan informasi yang diterimanya, sulit memahami atau mengerti penjelasan gurunya. Berbeda dengan tipe hiperaktif-kompulsif, anak tipe ini dapat diam dan tenang dalam melakukan pekerjaannya, namun tidak berarti bahwa ia benar-benar serius terlibat dengan pekerjaannya, bisa jadi anak tersebut tidak mengerti dengan tugas atau instruksi yang diberikan kepadanya (Nevid, 2002).

Berbagai penelitian telah mencoba menggunakan terapi perilaku untuk mengurangi gejala ADD. Temuan mereka menunjukkan bahwa pemberian token

economy dapat menurunkan perilaku yang

tidak pantas di kelas dan meningkatkan tingkat kinerja akademik. dari hasil

penelitiannya juga ditemukan bahwa token

economy dapat meningkatkan penyelesaian

tugas yang berarti bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas lebih sedikit dan juga bisa mengurangi perilaku yang tidak pantas di kelas pada anak berkebutuhan khusus (Klimas, & McLaughlin, 2007).

Teknik token ekonomy merupakan salah satu bentuk aplikasi dari pendekatan behavior, yang mana pendekatan behavior

Token Economy

untuk meningkatkan atensi pada anak

Attention Deficit Disorder

Karina Rizki Rahmawati

ABSTRAK. Anak dengan tipe gangguan atensi akan sulit fokus pada sesuatu atau akan cepat

merasakan kebosanan dengan pekerjaan hanya dalam beberapa menit saja, mudah melamun, cepat panik atau bingung, lambat dan tidak luwes. Saat anak ADD mengikuti pendidikan formal, mulai banyak muncul kesulitan pada anak terutama terkait dengan kesulitan untuk memusatkan perhatian pada tugas sekolah. Asessmen dengan menggunakan metodi observasi dan wawancara. Intervensi dilakukan yang diberikan kepada klien berupa teknik token economy (penguatan positif) untuk meningkatkan atensi. Hasil intervensi menunjukkan adanya peningkatan atensi anak yang berarti bahwa penerapan teknik token

economy dapat meningkatkan atensi dalam mengerjakan tugas sekolah pada anak ADD. Kata kunci: Token economy, meningkatkan atensi, attention deficit disorder

(2)

sangat erat hubungannya dengan modifikasi perilaku.Token economy adalah penerapan

operantconditioning dengan mengganti

hadiah langsung dengan sesuatu yang dapat ditukarkan kemudian. Disebut operant karena memberikan perlakuan terhadap lingkungan yaitu berupa hadiah kepada tingkah laku (Kazdin, 1980; Martin, & Pear, 1992). Hadiah atau ganjaran ini dapat digolongkan kepada yang primer (yaitu yang berupa makanan, uang, alat-alat permainan, dan benda-benda nyata lainnya) dan yang bersifat sekunder (yaitu yang bersifat pujian dari masyarakat, perhatian dan perasaan terkenal). Dengan adanya hadiah, perilaku akan terus berulang atau muncul (LePage, 1999; Tarbox, et al., 2006; Reed, & Martens, 2011).

Token economy merupakan salah satu

contoh dari perkuatan ekstrinsik yang menjadikan seseorang melakukan sesuatu untuk diraihnya yakni bisa meningkatkan perhatiannya baik dari tingkat tenasitas maupun dari tingkat vigilitas, tujuannya adalah mengubah motivasi yang ekstrinsik menjadi motivasi yang instrinsik, dengan cara ini diharapkan bahwa perolehan tingkah laku yang diinginkan dapat menjadi ganjaran untuk memelihara tingkah laku yang baru (Tarbox, Ghezzi, Wilson, 2006).

Metode dan Hasil Asesment Metode

Assesment yang digunakan untuk

mengumpulkan data-data mengenai klien adalah:

Observasi dilakukan pada saat

wawancara, kegiatan sehari-hari di sekolah dan di rumah klien. Tujuan observasi adalah untuk melihat pola perilaku dan juga ekspresi wajah dalam segala keadaan dan situasi.

Wawancara dilakukan dengan klien dan keluarga klien. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengumpulkan data-data terkait permasalahan klien guna menunjang dalam melakukan penegakan diagnosa dari permasalahan.

Hasil Asesment

Berdasarkan hasil observasi, wawancara, serta beberapa tes psikologi yang diberikan pada klien, diperoleh data – data berikut, klien merupakan anak ke 5 dari 6 bersaudara yang saat ini berusia 14 tahun dan masih duduk

di kelas 6 SD di sebuah sekolah swasta. Keadaan perekonomian keluraga subjek yang tergolong menengah ke bawah dan anggota keluarga yang cukup banyak membuat kedua orang tua subjek lebih sering menghabiskan waktu untuk bekerja di luar rumah sehingga perhatian dari orang tua kepada

anak-anaknya termasuk subjek sendiri cenderung kurang terutamanya dalam hal pendidikan dapat dimungkinkan karena kedua orang tua subjek hanya berpendidikan sekolah dasar. Selain itu sejak beberapa tahun terakhir subjek tinggal serumah dengan kakaknya bukan dengan kedua orang tuanya.

Selama menempuh pendidikan di sekolah tersebut subjek pernah tidak naik kelas sebanyak 2 kali. Menurut klien dirinya tidak naik kelas saat dari kelas 2 ke kelas 3 dan dari kelas 5 ke kelas 6. Subjek tidak naik kelas dikarenakan sering tidak masuk sekolah dengan alasan sering bangun kesiangan sehingga takut terlambat kemudian subjek memutuskan untuk tidak masuk sekolah dan juga subjek berkata sering tiba-tiba merasa pusing saat akan berangkat ke sekolah. Akan tetapi selama kelas 6 ini subjek mengaku sudah tidak pernah membolos lagi meskipun terkadang masih merasa pusing saat akan berangkat ke sekolah. Selain itu guru subjek juga sering memarahinya karena nilai-nilainya yang jelek dan cenderung lambat dalam memahami pelajaran-pelajaran yang diberikan di sekolah.

Subjek mengaku bahwa dirinya memang merasa sulit dalam memahami pelajaran dan juga sering lupa tentang materi-materi pelajaran yang telah diberikan. Subjek

sebenarnya ingin cepat bisa untuk memahami materi-materi pelajaran, akan tetapi jika klien terus berusaha untuk suatu materi pelajaran yang dirasa sulit misalnya, dia merasa pusing. Hal tersebut juga terlihat saat diberikan beberapa tes pada subjek, di butuhkan beberapa kali instruksi pada subjek untuk setiap subtes baru kemudian subjek dapat memahami, kemudian juga perhatian subjek mudah teralihkan terhadap hal-hal disekitarnya yang dirasa lebih menarik perhatian baik pada saat proses asessmen dilakukan dan juga saat proses belajar mengajar di kelas. Menurut informasi dari guru kelas, dikeluhkan memang klien sering datang terlambat ke sekolah, sulit untuk memahami materi-materi pelajaran, dan perhatiannya pun mudah teralahkan. Hal-hal tersebutlah yang membuat subjek sering

(3)

dihukum oleh gurunya dan juga menyebabkan nilai akademis subjek cenderung rendah dan membuat subjek beberapa kali tidak naik kelas. Padahal hal tersebutlah yang membuat subjek merasa semakin tidak aman dan semakin cemas sehingga subjek menjadi cenderung menghidar dengan mengalihkan perhatian kepada hal-hal yang membuat dia lebih merasa nyaman misalnya dengan beralasan sakit sehingga tidak mau mengikuti pelajaran di sekolah dan mengabikan tugas- tugas yang dianggapnya sulit dan atau cenderung tidak menyenangkan.

Sedangkan dari hasil tes HTP yang diberikan diperoleh hasil bahwa subjek tampak memberikan penilain yang kurang menyenangkan dari figur ibu, fungsi ayah juga dirasakan sangat lemah dan tidak punya otoritas sehingga subjek cenderung merasa kurang berfungsi dan tidak berharga di dalam keluarganya. Selain itu tekanan yang lebih besar juga dirasakan subjek dari lingkungan di luar keluarganya sehingga membuat klien semakin dipenuhi rasa cemas. Untuk hasil tes WISC didapatkan Kapasitas kecerdasan subjek yang ditunjukkan klien berrada dalam taraf low average bawah, dengan full IQ: 88, IQ verbal: 95, dan IQ performance: 83 (Skala Weschler). Sko IQ verbal yang lebih tinggi daripada skor IQ performance menunjukkan dapat bahwa kontak nonverbal dengan lingkungan, integrasi stimuli dengan respon motorik, dan kemampuan bekerja dalam situasi konkrit memang cenderung rendah

Menurut hasil yang diperoleh tersebut subjek diperkirakan mengalami gangguan atensi atau pemusatan perhatian. Penyebab sulitnya berkonsentrasi harus dicari terlebih dahulu apakah karena faktor eksternal atau internal. Apabila penyebabnya karena faktor lingkungan, orang tua dapat membantu anak untuk meminimalkan lingkungan sedemikian rupa agar anak bisa fokus atau memusatkan perhatiannya. Biasanya kalau sudah

memasuki usia sekolah, di mana rentang konsentrasinya sudah lebih panjang, anak tidak terlalu bermasalah kecuali jika anak memang mempunyai kelainan. Sedangkan untuk anak yang mengalami gangguan konsentrasi yang lebih disebabkan karena faktor dari dalam dirinya seperti hiperaktif, terapi yang diberikan adalah secara medik atau obat dan terapi perilaku. Umumnya kalau sudah diberi obat, hiperaktifnya berkurang. Sedangkan untuk konsentrasi lambat diterapi untuk meningkatkan konsentrasinya.

Anak yang didiagnosa dengan tipe gangguan atensi akan sulit fokus pada sesuatu atau akan cepat merasakan kebosanan dengan pekerjaan hanya dalam beberapa menit saja. Anak dengan tipe ini dapat melakukan pekerjaan yang tidak memerlukan konsentrasi penuh atau mudah untuk diselesaikan. Permasalahan yang sering dihadapi adalah anak-anak ini sering lupa menulis pekerjaan yang semesti dilakukannya bahkan tak jarang mereka lebih memilih tidak bersekolah. Mereka sering lupa membawa buku pelajaran, salah memilih buku, hampir semua tugas (PR) yang ia kerjakan bersalahan. Hal ini membuatnya merasa tertekan dan frustrasi.

Diagnosis dan Prognosis Diagnosis

Diagnosis Multiaksial menurut DSM IV Axis I : 314.00 Attention-Deficit/

Hyperactifity Disorder, Predominantly Inatettive Type

Axis II : V71.09 No Diagnosis Axis III : None

Axis IV : Masalah dengan “primary support group” (kurang perhatian dari orang tua)

Axis V : GAF 60 - 51: gejala sedang (moderate), disabilitas sedang. Prognosis

Berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis, klien memiliki prognosis sedang dengan beberapa pertimbangan yang pertama klien sebenarnya memiliki kemampuan yang cukup baik namun kurang adanya perhatian dari keluarga terutama kedua orang tua tentang permasalahn klien.

Intervensi dan Hasil Intervensi

Intervensi yang diberikan adalah modifikasi perilaku dengan token economy dengan melibatkan guru kelas yang bertujuan meningkatkan atensi pada ADD terutama pada tugas-tugas sekolah saat di dalam kelas dengan memberikan tugas dari beberapa mata pelajaran yang berbeda. Tugas yang diberikan terebut bersifat individu dan harus dikerjakan sendiri. Dimana peneliti melakukan

(4)

klien dapat memusatkan perhatian pada tugas ketika mendapatkan perlakuan. Pemberian tugas, pengukuran dan pemberian token

economy diberikan pada klien saat mengikuti

beberapa mata pelajaran yang berbeda, yaitu Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris. Sedangkan untuk pengukuran dengan menggunakan stopwatch untuk mencatat durasi dalam satuan menit yaitu berapa lama klien dapat memusatkan perhatian pada tugas yang telah diberikan selama 6 hari (untuk setiap hari diberikan satu tugas dari satu mata pelajaran yang berbeda). Token akan diberikan pada klien apabila memusatkan perhatian lebih dari 10 menit karena dari hasil observasi awal, klien hanya bisa memusatkan perhatian sekitar 5 - 7 menit. Kemudian token yang berupa kupon yang didapat klien setiap harinya dan mengatur harga untuk hadiah yang akan ditukar dengan kupon.

Hasil

Sebelum sesi intervensi, dilakukan observasi selama enam hari untuk mengukur atensi klien ketika mengerjakan tugas tanpa

token lalu dibandingkan dengan waktu

pelaksanaan intervensi (diberikan token). Peneliti juga mengadakan kontrak dengan klien dan memberitahu tentang perilaku apa yang diharapkan dari klien serta

mengkomunikasikan kepada klien bagaimana caranya untuk mendapatkan token.

Klien diberikan tugas mata pelajaran yang berbedabeda yaitu Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris. Tugas yang diberikan berupa tugas individu yang dikerjakan sendiri. Kemudian peneliti melakukan pengamatan dan menghitung berapa lama klien dapat memusatkan perhatian pada tugas ketika mendapatkan perlakuan. Atensinya itu dilihat dari klien mengerjakan tugas dengan tenang dan fokus melihat pada tugas

yang dikerjakan, dan tidak beralih pada aktivitas atau kegiatan lain. Klien diberitahu bahwa akan mendapatkan token jika dapat memusatkan perhatian lebih dari 10 menit karena dari hasil observasi awal, klien hanya bisa memusatkan perhatian sekitar 5 - 10 menit. Peneliti juga membuat catatan berapa

token yang berupa kupon yang didapat klien

setiap harinya dan mengatur harga untuk hadiah yang akan ditukar dengan kupon.

Tingkat atensi (pemusatan perhatian) pada anak ADD ketika dalam situasi belajar yaitu ketika diberi tugas sekolah (matematika,

IPA dan bahasa Inggris) selama waktu yang telah ditentukan, yaitu sebelum mendapatkan perlakuan token economy dan ketika

mendapatkan perlakuan token ekonomi atau intervensi. Dimana sebelum deterepkannya

token economy klien hanya mampu

mempertahankan atensi dengan waktu antara 5 - 10 menit, sedangkan saat intervensi dilakukan klien dapat mempertahankan atensinya lebih dari 10 menit. Hasil intervensi yang diperoleh menunjukkan bahwa secara keseluruhan teknik token ekonomy dapat meningkatkan perhatian dalam mengerjakan tugas sekolah pada anak ADD.

Pembahasan

Penguatan baik positif maupun negatif dampaknya tidak otomatis sejalan dengan konsekuensi respon. Konsekuensi dari suatu respon mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai pemberi informasi mengenai dampak dari tingkah laku, memotivasi tingkah laku yang akan datang dan juga sebagai penguat tingkah laku, keberhasilan dari sebuah perilaku ketika mendapat reward akan menjadi penguat sehingga tingkahlaku menjadi berpeluang diulangi, sebaliknya kegagalan akan membuat tingkah laku cenderung tidak diulangi

(Alwisol, 2006)

Berdasarkan teori sebelumnya, anak ADD memiliki berbagai karakteristik dan salah satunya adalah kesulitan memelihara perhatian terhadap tugas sehingga akan mempengaruhi proses pembelajaran atau hasil belajarnya. Dengan melihat kondisi tersebut, maka diperlukan suatu intervensi untuk dapat meningkatkan perhatian anak ADD dan dalam hal ini peneliti menggunakan teknik token economy yang merupakan salah satu pendekatan behavioristik, dengan asumsi dari pendapat para ahli yang menyatakan bahwa “jika suatu tingkah laku diganjar maka probabilitas kemunculan kembali tingkah laku tersebut dimasa mendatang akan meningkat” (Skinner, 1971).

Dalam token economy tingkah laku yang diharapkan muncul bisa diperkuat dengan sesuatu yang diinginkan oleh anak, sehingga hasil perilaku yang diharapkan oleh kita bisa ditukar dengan sesuatu yang diinginkan oleh anak sehingga dengan adanya hadiah perilaku akan terus diulang (Sran, 2010).

Token economy merupakan salah satu contoh

dari perkuatan ekstrinsik yang menjadikan seseorang melakukan sesuatu untuk

(5)

meraihnya dengan tujuan untuk mengubah motivasi yang ekstrinsik menjadi motivasi yang instrinsik, dengan cara ini diharapkan bahwa perolehan tingkah laku yang

diinginkan dapat menjadi ganjaran untuk memelihara tingkah laku yang baru (Tarbox, et al., 2006).

Simpulan

Hasil dari intervensi secara umum

menunjukkan bahwa teknik token economy sedikit banyak telah dapat membantu permasalahan anak dengan gangguan atensi (pemusatan perhatian dan dalam mengubah perilaku yang dianggap kurang tepat dan dapat memberikan dampak negatif pada diri subjek. Penerapan teknik token

economy dapat meningkatkan atensi atau

perhatian dalam mengerjakan tugas sekolah pada anak ADD, yang berarti kemampuan anak dalam memperhatikan lebih lama dibandingkan sebelum mendapatkan intervensi melalui teknik token ekonomi. Meskipun membutuhkan waktu yang lebih lama dan perhatian pada subjek agar dapat terus mempertahankan perilaku yang telah berhasil dirubah. Adapun saran-saran yang dapat diberikan adalah pada pihak sekolah atau guru diharapkan untuk membantu permasalahan klien, dengan memberikan dukungan yang positif dan pemberian

hukuman atau respon yang tepat jika subjek dianggap melakukan kesalahan terutama saat di sekolah.

Daftar Pustaka

Alwisol. (2006). Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press. Assef, E. C., Capovilla, A. G., & Capovilla, F. C. (2007).

Computerized stroop test to assess selective attention in children with attention deficit hyperactivity disorder. The Spanish Journal of Psychology, 10 (1), 33-40.

APA. DSM IV-TR. (2000). Diagnosticand statistical manual of mental disorder (Fourth edition: Text revision. Washington DC: Published by American Psychiatric Association.

Buttery, T. J. (2008). Understanding and working with attention deficit disorder students. SRATE Journal, 18, 1.

Davidson, G., Neale, J., & Kring, A. (2006). Psikologi abnormal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Diamond, A. (2005). Attention-deficit disorder

(attention-deficit hyperactivity disorder with-out hyperactivity): A neurobiologically and behaviorally distinct disorder from attention-deficit disorder (without hyperactivity), Developmental Psychology, 17, 807-823

Garber, S. W., Garber, M. D., & Pizman, R. F. (1996). Beyond ritalin: Facts about medication and other strategies for helping children, adolescents and adults with attention deficit disorders. New York: Villard Books.

Kazdin, E. A. (1980). Behavior Modification in Applied Settings. (W. E. Jeffrey, & S. R. Maddi, Eds.). Homewood, Illinois: The Dorsey Press.

Klimas, A., & McLaughlin, T. F. (2007). The effects of a token economy system to improve social and academic behavior with a rural primary aged child with disabilities. International Journal of Special Education, 22 (3), 72-77.

LePage, J. P. (1999). The impact of a token economy on injuries and negative events on an acute psychiatric unit. Behavioral Medicine and Psychiatry, 50 (7), 941-944.

Lakoff, A. (2002). Adaptive will: the evolution of attention deficit disorder. Journal of the History of the

Behavioral Sciences, 36 (2), 149 –169.

Nevid, J. S. (2002). Psikologi abnormal. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Reed, D. D., & Martens, B. K. (2011). Temporal discounting predicts student responsiveness to exchange delays in a classroom token system. Journal of Applied Behavior Analysis, 44 (1), 1-18. Robinson, P., Newby, T., & Ganzell, S. (1981). A token system for a class of underachieving hyperactive children. Journal of Applied Behavior Analysis, 14 (3), 307-315.

Sahfiei, K., Ghassemi, G. H., Kazemzadeh, J. (2001). Family perception and delay intreatment of attention deficit hyperactivity disorder: an iranian experience.

Medical Journal of Islamic World Academy of Sciences,19 (1), 39-43.

Soekadi, S. (2003). Modifikasi perilaku. Yogyakarta: Penerbit Liberty.

Sran, S. K. (2010). Assessing the value of choice in a token system. Journal of Applied Behavior Analysis, 44 (1), 1-18.

Tarbox, R. S., Ghezzi, P. M., & Wilson, G. (2006). The effects of tokenreinforcement on attending in ayoung childwith autism. Behavioral Interventions, 21, 155– 164.

Referensi

Dokumen terkait

karakteristik fisik dilakukan pada saat awal terbentuk mikroemulsi dan setelah penyimpanan selama 5 minggu dalam suhu kamar.. Dari data yang didapatkan dilakukan

Di dalam buku 14 Jurus Membuat Komi, Tony Masdiono menyatakan bahwa sebuah komik akan menjadi baik, apabila di dalam rangkaian gambar yang digunakan dapat

Mengacu pada uraian analisis situasi, persoalan prioritas yang disepakati untuk diselesaikan selama pelaksanaan program pengabdian masyarakat di SMK 17 Agustus 1945

dimasukkan dalam tanah dipisahkan 2 bagian yang dibatasi alur dengan colet (alur sekali maka alur akan menutup, jika kurang cair pukulan yang diperlukan.. Penentuan

3. Hasil karya ilmiah sesuai dan memenuhi persyaratan sebagai tulisan ilmiah. Mahasiswa adalah pihak yang menempuh skripsi dan akan melakukan proses pembimbingan. Dosen Pembimbing

Teknik pengumpulan data untuk menentukan kevalidan e-learning pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam melalui proses validasi dan diskusi dengan validator. Teknik

Seiring dengan perkembangan teknologi, memungkinkan pengolahan sampah menjadi berbagai produk, seperti kompos (paling umum), pakan ternak, alkohol, minyak atsiri, energi

Dari hasil perhitungan pada Tabel 4.12 diperoleh koefisien regresi Kepemimpinan transformasional sebesar 0,883 (positif). Jadi dapat disimpulkan bahwa secara parsial