• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Informasi Pembelajaran Mengenai Kematian Untuk Anak-Anak Melalui Buku Cerita Bergambar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perancangan Informasi Pembelajaran Mengenai Kematian Untuk Anak-Anak Melalui Buku Cerita Bergambar"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Perancangan Informasi Pembelajaran Mengenai Kematian

Untuk Anak-Anak Melalui Buku Cerita Bergambar

Muhammad Fadjar Maulana1, Kankan Kasmana2

Program Studi Desain Komunikasi Visual; Fakultas Desain UNIKOM, Bandung e-mail: 1kankan.kasmana@email.unikom.ac.id, 2magnariverra@email.unikom.ac.id

Abstrak

Kematian masih menjadi hal tabu untuk dibicarakan, terutama pada anak-anak. Kematian seseorang akan menimbulkan kesedihan mendalam kepada orang-orang terdekat. Seorang anak tidak akan mengerti mengenai kematian bila dihadapkan dengan hal tersebut. Pemikiran anak-anak masih sangat rentan sehingga akan sulit untuk menjelaskan mengenai kematian dan konsepnya. Melalui wawancara dan observasi yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa dalam beberapa kasus terutama pada tipe anak yang sensitif kesedihan yang mendalam akibat kematian seseorang yang dekat dengannya dapat memicu depresi post traumatic disorder (PTSD). Jika seorang anak telah sampai pada tahap ini, terapi psikologis perlu dilakukan untuk membantu anak tersebut. Karena itu diperlukan adanya perancangan media informasi mengenai kematian sebagai sarana edukasi untuk anak-anak, sehingga anak-anak dapat mengerti mengenai konsep mati dan kematian serta dapat menyikapi kematian dengan bijaksana. Media tersebut berupa buku cerita bergambar.

Kata kunci

:

anak-anak, depresi, edukasi, informasi, kematian.

Abstract

Death is still a taboo thing to talk about, especially in children. A person's death will cause sadness for the people closest to him. A child will not understand death if faced with it. The thinking of children is still very vulnerable and it will be difficult to explain about death and its concepts. Through interviews and observations made, results were obtained in several major cases on the type of child who was sensitive to those related to a person's recovery related to being able to recover traumatic post traumatic depression (PTSD). If a child has done this therapy, psychological therapy needs to be done to help the child. Therefore, the presence of designing information media is needed about the ease of education for children, so that children can understand the concepts of death and can deal with death wisely. The information media is a children’s books.

Keywords: children, death, depression, education, information.

I.PENDAHULUAN

Kelahiran dan kematian merupakan buku kehidupan. Setiap yang hidup pasti akan mati pada akhirnya, hal tersebut memberikan hidup seseorang sebuah arah serta kerangka kerja untuk memahami perubahan yang dibawa oleh kehidupan. Kematian adalah hal yang tidak diketahui dan rahasia. Tidak ada ahli mengenai kematian dan konsepnya karena tidak ada yang

dapat diketahui mengenai hal tersebut, bahkan pada mereka yang mempelajarinya. Semuanya sama bila berpikir mengenai kematian. Kematian dan konsepnya benar-benar kosong. Proses menerima kematian sebagai tujuan akhir setiap manusia akan membuat seseorang menyadari betapa penting kehidupan yang sedang dialaminya. Menerima kematian sebagai guru dan mempelajari kebijaksanaannya akan

(2)

membentuk pribadi yang lebih dewasa dalam menyikapi kehidupan.

Papalia [1] berpendapat “kematian adalah fakta biologis, namun kematian memiliki aspek nilai-nilai kultural, sosial dan religius. Aspek-aspek tersebut yang kemudian akan mempengaruhi sikap psikologis seseorang dalam menyikapi kematian, pada dirinya sendiri serta kematian dari orang terdekatnya”. Setiap orang bereaksi berbeda terhadap kematian dan menggunakan mekanisme berbeda dalam menghadapinya. Menyikapi kematian serta proses berkabung yang sehat tentunya merupakan hal penting pada perkembangan psikologis seseorang. Tidak ada periode waktu “normal” bagi seseorang untuk berduka. Dukungan sosial dan kebiasaan yang sehat berpengaruh besar dalam menghadapi proses berkabung. Tentunya akan menjadi suatu masalah jika seseorang berduka dalam jangka waktu yang lama. Perasaan sedih yang terus menerus muncul akibat duka yang begitu dalam dapat berakibat buruk pada kesehatan psikologis seseorang, hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan kesehatan mental seperti anxiety.

Penyebab terjadinya perasaan berduka yang berkepanjangan dapat dipicu oleh beberapa faktor dalam kehidupan seseorang. Kebiasaan sehari-hari yang buruk serta kurangnya dukungan mental dari orang-orang terdekat misalnya. Pembicaraan mengenai kematian mungkin masih menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan. Namun, berduka merupakan proses penting dalam melewati masa berkabung dan hal ini penting untuk dibicarakan.

Pada anak-anak hal ini akan menjadi krusial pada perkembangan kesehatan mental dan psikologisnya. Jika seorang anak tidak melalui proses berkabung dengan sehat, hal tersebut dapat membuatnya rentan terhadap gangguan kejiwaan hingga anxiety. Meskipun tidak ada cara yang benar dalam berkabung, dukungan dari keluarga akan sangat diperlukan disaat seorang anak dihadapkan dengan kematian, entah itu kematian hewan peliharaannya atau mungkin seseorang yang dekat dengan dirinya.

Orang tua memiliki peranan penting dalam mempersiapkan anak-anak mereka untuk menghadapi dan menyikapi kematian, pada dirinya sendiri maupan orang lain. Menjelaskan mengenai kematian dan bagaimana menyikapinya akan sangat sulit untuk dibicarakan kepada anak-anak, karena mereka

masih sangat muda dan tidak mengetahui apapun mengenai hal-hal semacam ini. Perasaan sedih akan muncul dalam benak orang tua jika diharuskan untuk menjelaskan mengenai hal tersebut kepada anak-anak mereka. Ditambah lagi, media pembelajaran mengenai kematian masih jarang ditemui khususnya di Indonesia. Seorang anak yang mengalami proses berkabung tanpa adanya edukasi atau dukungan mental dapat memicu munculnya gangguan psikologi.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, diperlukan adanya suatu media untuk membantu orang tua menjelaskan mengenai konsep hidup, mati dan kematian kepada anak-anak sebagai sebuah kemestian dalam hidup dengan tujuan untuk dapat lebih menghargai kehidupan.

II.METODE Objek Penelitian

Definisi kematian menurut UU no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 117, kematian didefinisikan sebagai “Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi sistem jantung- sirkulasi dan sistem pernapasan terbukti telah berhenti secara permanen, atau apabila kematian batang otak telah terbuktikan.” Berdasarkan hukum, seseorang dianggap telah mati apabila tubuhnya tidak dapat lagi bekerja. Hal ini dibuktikan secara medis dengan cara memeriksa fungsi sistem jantung-sirkulasi dan sistem pernapasan telah sepenuhnya tidak bekerja dan kematian batang otak.

Prosedur Pengambilan Data

Data tertulis digunakan untuk mengumpulkan informasi terkait Perancangan Informasi Mengenai Kematian Untuk Anak-anak Melalui Buku Cerita Bergambar. Beberapa sumber tertulis diantaranya adalah Standford

Encylopedia of Philosophy edisi musim panas

2016 yang disusun oleh Steven Luper dan Edward N. Zalta, selain itu melalui studi kasus sebelumnya mengenai “Recovery Dampak Psikologis Akibat Kematian Orang Tua” oleh Norma Litasari, jurusan Bimbingan Dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Institut Agama Islam Negeri Purwokerto.

Melalui studi literatur tersebut didapatkan data mengenai kematian serta dampaknya kepada anak-anak. Diantaranya: Kematian merupakan siklus alami kehidupan,

(3)

anak-anak akan mengalami perasaan kehilangan akibat kematian pada satu titik pada kehidupan mereka, proses berkabung berbeda-beda pada setiap anak, penanganannya pun memerlukan pendekatan yang berbeda, dukungan moral sangatlah penting pada saat proses berkabung seorang anak.

Wawancara dilakukan kepada psikolog anak di Klinik dan Apotek Tanaya yang bertempat di Jl. Sulanjana No. 11A, Tamansari, Bandung Wetan Kota Bandung. Subjek wawancara dipilih untuk mendapat data dan pendapat ahli. Wawncara dilakukan pada 3 Januari 2019 bersama Santi Rahmawati S.Psi selaku psikolog anak di Klinik dan Apotek Tanaya. Berikut beberapa poin yang didapatkan dari hasil wawancara: tingkat kedekatan anak dengan orang yang telah meninggal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku anak, anak yang sensitif lebih mudah untuk mengalami depresi saat kehilangan orang terdekatnya, kasus anak yang mengalami depresi karena kehilangan orang terdekatnya jarang terjadi, anak yang telah mengalami PTSD akibat kehilangan orang terdekatnya perlu mendapatkan terapi.

Metode Analisa

2.1. Target Audiens

Khalayak merupakan suatu kelompok yang ada ddalam masyarakat yang menjadi sasaran komunikasi, sedangkan sasaran adalah sesuatu yang menjadi tujuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016). Dapat diartikan bahwa khalayak sasaran adalah sekelompok masyarakat yang menjadi target atau sasaran komunikasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menentukan khalayak sasaran penting untuk dilakukan dalam pembuatan perancangan dan konsep desain. Hal ini terkait dengan keberhasilan penyampaian pesan kepada target yang dituju. Adapun khalayak sasaran dari perancangan media ini adalah sebagai berikut: anak-anak yang berusia 7-9 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, berpendidikan sekolah dasar, dan memiliki latar belakang ekonomi yang menegah atas. Khalayak sasaran yang dituju adalah anak-anak yang bertempat tinggal di kota bandung.

2.2. Strategi Komunikasi

Tujuan dan Pendekatan Komunikasi

Tujuan komunikasi dari perancangan ini adalah untuk memberikan informasi kepada orang tua, mengenai bagaimana caranya

menghadapi anak-anak yang kehilangan orang terdekatnya akibat kematian. Karena sifat anak berbeda-beda saat dihadapkan dengan kematian. Orang tua memerlukan media informasi yang mudah untuk dipahami, yaitu dengan media informasi buku cerita bergambar.

Menurut Fisher (seperti dikutip Rakhmat dalam dalam ‘Psikologi Komunikasi’) [2]. menjelaskan bahwa “secara psikologis pendekatan komunikasi memiliki 4 ciri, yaitu penerimaan stimuli dengan cara inderawi (Sensory Reception of Stimuli), kemudian proses antara stimuli dan response (Internal Mediation

of Stimuli), prediksi response (Prediction of

Response) dan peneguhan response

(Reinforcement of Response)”. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa pendekatan komunikasi mempengaruhi psikologi seseorang. Hal tersebut diawali dengan adanya panca indera yang dapat menerima stimuli, stimuli yang diterima kemudian di proses dalam otak yang kemudian memberikan respon akan stimuli tersebut.

Dalam pembuatan media informasi, diperlukan pendekatan komunikasi yang efektif dan terfokuskan terhadap suatu pesan agar tujuan komunikasi yang sebelumnya telah dipaparkan dapat terlaksana dan tersampaikan dengan baik. Berikut merupakan pemaparan mengenai komunikasi visual maupun verbal yang digunakan dalam menyampaikan informasi.

Mandatory

Mandatory adalah perusahaan atau

lembaga yang memberikan mandat. Pada perancangan buku cerita yang berisi informasi mengenai kematian ini akan melakukan kerja sama dengan pihak PT. Gramedia Pustaka Utama sebagai penerbit yang melakukan distribusi buku cerita.

2.3. Strategi Kreatif dan Media

Dalam melakukan perancangan suatu media informasi diperlukan adanya strategi kreatif sehingga dapat membuat media yang menarik dan dapat menyampaikan pesan dengan baik.

Copywriting secara umum adalah cara

penulisan dalam perancangan suatu media untuk membuat khalayak sasaran memberikan respon yang diinginkan dalam hal ini adalah menerima informasi melalui buku cerita. Copywrtting

(4)

digunakan sebagai penguat dalam pemberian informasi melalui buku cerita bergambar. Dalam perancangan buku cerita ini akan menggunakan cerita yang cukup sederhana sehingga dapat dengan mudah dipahami. Di dalam media utama juga terdapat storyline.

Storyline adalah alur atau struktur pada

pembuatan cerita, berikut adalah storyline dari perancangn media informasi ini: Rumah terasa sepi hari ini. Karena Nenek sudah pergi. Nenek sudah meninggal. Aku sangat menyayangi Nenek, tapi tetap saja dia tidak kembali. Terkadang, aku ingin membicarakan mengenai semua hal ini kepada seseorang, seperti Ibu ku. Tetapi, terkadang aku tidak ingin membicarakannya dan menyimpannya hanya untuk diriku sendiri. Aku sudah pernah melihat kematian. Dan mungkin kamu juga. Seperti serangga yang ku temukan di halaman belakang. Dan bunga. Oh… Nenek sangat menyukai bunga. Begitu juga dengan ku. Dan kami akan merawat bunga-bunga itu pada minggu pagi yang cerah. Kami tertawa Dan kami merasa senang. Namun, sekarang hanya ada kesedihan. Aku merasa sedih karena sekarang kita tidak bisa merawat bunga bersama lagi. Aku merasa sedih karena sekarang kita tidak bisa saling bercerita lagi. Ayah bilang kita tidak bisa menghindari kematian. Bahwa kematian akan selalu ada.

Media yang akan dibuat nantinya akan dibagi menjadi dua, yaitu media utama serta media pendukung. Berikut adalah konsep mengenai kedua media tersebut: Media utama yang akan dibuat pada perancangan ini adalah buku cerita bergambar. Buku cerita bergambar ini akan berisi informasi mengenai kematian dengan menggunakan isi cerita yang naratif. Penggunaan gambar atau ilustrasi pada pembuatan media informasi ini dimaksudkan dengan tujuan sebagai penguat materi narasi dan pesan.

Media pendukung adalah bagian dari perancangan media sebgai pemberi informasi kepada khalayak sasaran mengenai media utama, yaitu buku cerita bergambar.

2.3.2. Rancangan Visual

Pada perancangan ini konsep visual yang dibuat adalah dengan menampilkan suasana dingin dan sepi serta imajinatif. Konsep visual pada perancangan ini mengadaptasi ilustrasi yang dibuat oleh Pascal Campion seorang ilustrator asal Los Angeles dan Quentin Blake seorang kartunis asal Inggris

.

III.HASIL DAN PEMBAHASAN Format Desain

Buku cerita bergambar ini akan dibuat dengan format landscape dan berukuran A4 21 cm x 29,7 cm. Arah baca pada media ini adalah dari kiri ke kanan. Berikut adalah format dari media buku cerita bergambar:

Gambar I. Format Desain Sumber: Dokumentasi pribadi (2019)

Tata Letak

Rustan [3] menjelaskan “layout merupakan tata letak yang berisi elemen-elemen pada desain yang terdapat pada suatu bidang didalam media tertentu untuk dapat mendukung konsep dalam sebuah perancangan”. Layout

yang digunakan dalam pembuatan buku cerita bergambar ini adalah simetris. Tata letak simetris memiliki kesamaan pada kedua sisinya. Buku cerita bergambar ini akan berisi 50:50 visual dan tulisan. Berikut adalah layout dari media utama:

Gambar II. Desain tata letak/layout Sumber: Dokumentasi pribadi (2019)

Tipografi

Wantoro & Kasmana [4] mengemukakan bahwa “huruf adalah media komunikasi yang sejak lama telah ada dan berkembang di Indonesia. Penggunaan huruf ini banyak dilakukan dengan huruf latin. Penggunaan huruf latin tersebut dapat dilihat dari cara manual hingga secara digital. Huruf digital tersebut disebut dengan font”. Karena itu digunakan font yang terkesan seperti tulisan tangan yang terlihat lebih organik namun tetap mudah dibaca. Berikut adalah font yang akan digunakan pada: Nama font Simplicity, Kreator bythebutterfly, Lisensi Free for personal use

(5)

Ilustrasi

Perancangan media informasi ini menggunakan ilustrasi yang menjadi poin utama dari buku cerita bergambar. Ilustrasi yang ditampilkan berupa visual yang menyesuaikan dengan cerita. Tahapan pada perancangan ini yaitu adalah pembuatan cerita dilanjutkan dengan pembuatan sketsa, sketsa yang telah dibuat dijadikan sebagai acuan dalam proses pembuatan ilustrasi secara digital pada software Adobe Photoshop.

Gambar III. Referensi visual 1 Sumber: id.pinterest.com (Diakses pada 09/04/2019)

Gambar III.9 Visual Karakter Sumber: Dokumentasi Pribadi (2019)

Gambar IV.1 Cover Utama Sumber: Dokumentasi Pribadi (2019)

Gambar IV.2 Halaman 1 Media Utama Sumber: Dokumentasi Pribadi (2019)

Gambar IV.2 Halaman 2 Media Utama Sumber: Dokumentasi Pribadi (2019)

Gambar IV.3 Halaman 3 Media Utama Sumber: Dokumentasi Pribadi (2019)

IV.KESIMPULAN

Pembelajaran mengenai kematian untuk anak-anak perlu dilakukan, hal ini karena kematian merupakan konsep abstrak yang penting untuk dipelajari sejak dini. Melalui buku cerita bergambar serta bimbingan yang diberikan oleh orang tua. Anak-anak dapat lebih mudah untuk mempelajari serta memahami mengenai kematian dan bagaimana perasaan yang mereka rasakan mengenai kematian, untuk orang lain dan diri mereka sendiri.

(6)

V.SARAN

Pada perancangan pembelajaran mengenai kematian ini diperlukan pendekatan yang lebih ramah pada anak-anak. Hal tersebut karena kematian merupakan konsep abstrak yang sulit untuk dijelaskan, bahkan pada orang dewasa. Sebaiknya pendekatan serta kuisioner dilakukan langsung kepada anak-anak.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima Kasih kepada Yth. Prof. Drs. Yusuf Affendi Djalari, M.A. selaku Dekan Fakultas Desain Universitas Komputer Indonesia serta Yth. Santi Rahmawati S. Psi. selaku narasumber yang bersedia menyisihkan waktunya untuk menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Papalia, D. E., Old, S. W., Feldman, & R. D. (2008).

Human Development (terjemahan A. K. Anwar). Jakarta: Prenada Media Group.

[2] Rakhmat, J. (1985). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

[3] Rustan, S. (2008). LAYOUT, Dasar dan

Penerapannya. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

[4] Wantoro & Kasmana, K. (2017) Perancangan Font Tapych Berbasis Karakter Visual Motif Tapis Lampung.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa karakter morfometrik tuna sirip kuning dan tuna bambulo yang mendominasi stasiun Teupah Selatan memiliki ukuran lebih besar dibandingkan

Sementara pertanyaan dengan respon paling rendah adalah model pembelajaran berdasarkan masalah (PBL) yang dilaksanakan memotivasi siswa untuk belajar (75,86%),

Dengan dibuatnya Tugas Akhir ini diharapkan dapat membantu pengembang aplikasi dalam mengetahui bugs dari aplikasi Pemantauan Kegiatan Siswa dan mengurangi bugs

Pada sistem yang berjalan untuk melakukan controlling data penjualan terdapat beberapa kendala mulai dari proses pelayanan customer masih dilakukan dengan manual

Berdasarkan hasil klasifikasi tutupan lahan tahun 2009 dan 2011 (seperti yang divisualisasikan pada Gambar 2 dan 3), selanjutnya dapat dihitung luas tutupan lahan

Bahan pengisi (filler), yaitu bagian dari agregat halus yang minimum 75% lolos saringan No. Ketentuan agregat kasar dan agregat halus untuk campuran panas beton aspal dapat

35 Made Dharma Weda, Modul Instrumen HAM Nasional Hak Memperoleh Keadilan , (Departemen Hukum dan HAM RI Direktorat Jenderal Perlindungan HAM: 2004), h. 37

telah membawa atau menyimpan bahan peledak berupa senjata api jenis papporo, terdakwa tidak dapat menunjukkan surat izin yang sah dari pihak yang berwenang untuk