• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALHAMDULILLAHIRABI ALAMIN tulisan ini hadir sebagai wujud dari suara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ALHAMDULILLAHIRABI ALAMIN tulisan ini hadir sebagai wujud dari suara"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Rihlah Ibadah Haji

PENDAHULUAN

ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉO?Ïm§9$#

ALHAMDULILLAHIRABI ALAMIN¸ tulisan ini hadir sebagai wujud dari suara

batin, dialog intelektual dan pengalaman lapangan menjalani rukun Islam kelima, haji ke Baitullah. Berhaji adalah ibadah yang wajib dilakukan umat Islam sekali dalam seumur hidup pada waktu dan tempat tertentu yang dengan situasi yang jelas tidak sama dari musim ke musim. Kuat, hebat, beragam dan menariknya perjalanan haji telah melahirkan berpuluh-puluh buku, catatan harian dan rekaman pengalaman mereka yang pernah melakukannya.

Tak terkecuali, rekaman tulisan yang ada di tangan pembaca ini adalah hasil dari pergulatan batin, perbincangan intelektual yang bergumul dengan pengalaman di tempat-tempat

bersejarah, tempat mustajab dan situasi kerohanian yang tidak mudah untuk dikatakan. Menyadari penting, bernilai dan tentu juga akan bermanfaat guratan batin yang dimotivasi wahyu, dengan didukung penalaran ilmiah dan pengamatan lapangan, maka catatan harian ini dibukukan dan disebar luaskan.

Runut berfikir yang dipakai dalam bahasan ini adalah diawali oleh landasan normatif, wahyu Allah dan Hadist Rasul Muhammad SAW, kemudian dianalisis dengan nalar ilmiah serta dikembangkan berdasarkan pengalaman pribadi, hasil pembicaraan dengan jamaah di kamar, di loby hotel, diperjalanan, selain dari pertanyaan, keluhan dan pengakuan beberapa jamaah tentang masalah yang dihadapinya serta kesulitan yang dirasakan mereka. Gambaran

masalah, situasi sosial, dan pernak pernik kehidupan yang ada di Haramain (Madinah dan Makkah) yang dikemukakan dalam buku terbatas ini tentu tidak akan mewakili semua keadaan yang ada, tetapi dapat dijadikan indikasi.

(2)

Berangkat haji mandiri bersama isteri dan tiga orang kakak ipar, tergabung dalam kelompok terbang (Kloter) PDG 3, rombongan 10, regu 2 dengan jamaah dari Kota Solok, Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan dan Kota Padang, di bawah pimpinan Kolter Drs.Suharmen, Kasi Haji Kabupaten Solok dan Petugas Pembimbing Ibadah Drs. Zulkifli, diserta dr. Ria, Paramedis Novan dan Eka adalah perjalanan menyenangkan, bersahabat, penuh suasana keakraban, dalam batas yang dapat ditolerir keadaan semua dapat  dikatakan baik dan memuaskan.

Tulisan ini dibuat hampir setiap hari, selama kurun waktu  dari tanggal 23 September 2015, ketika masuk asrama haji di Parupuk Tabing, sampai kembali ke tanah air 02 Oktober 2015. Waktu luang ketika di asrama haji, di pesawat Garuda yang menerbangkan jamaah haji dari Bandara Minangkabau menuju Bandara Madinah Munawwarah, di Hotel Jawahirah Madinah dan Hotel Lo’loah Hasel Aziziah Syimaliyah Makkah, dimanfaatkan untuk mencurahkan pengalaman dan aktivitas yang dilakukan setiap harinya.

Buah pikiran yang disusun dalam rangkaian kata dan kalimat ini tidaklah semata dari diri penulis, sumbangan dialog dengan banyak jamaah adalah pemicu berfikir dan menulis yang besar artinya. Ketua Kloter H.Suharmen, Pembimbingan Ibadah H. Zulkifli, Ketua Rombongan H. Ali Hasan, Ketua Regu H. Arliskan Datuk Rajo Mankuto Nan Sati teman sekamar di nomor 222, Pak H.Joni Mardi Kepala Wilayah Sucofindo Palembang, Ajo Jalal, H. Elwis dan sederetan nama lain adalah kawan-kawan yang terlibat memberikan inspirasi, untuk itu semua

disampaikan terima kasih, semoga persaudaraan dalam ibadah ini abadi, allahumma hajjan

mabruran, wasa’yan maskuran wa dzan maghfuran,

amin.

Menuliskan suara batin, dengan didukung ilmu keislaman dan pengalaman lapangan menjadi menjadi mengasyikkan, walaupun dalam batas tertentu ia lebih bersifat refleksi, dan resonansi dan tentunya juga diharapkan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan pencinta dakwah. Amin. Penulis,

BALADAN AMINAN[1]

(3)

ø?Î)ur tA$s% ÞO¿Ïdºtö/Î) Éb>u? ö@yèô_$# #x?»yd #µ$s#t/ $YZÏB#uä ø-ã?ö?$#ur ¼ã & s # ÷ d r & z ` Ï B Ï N º t  y J ¨ V 9 $ # ô ` t B z ` t B # u ä N å k ÷ ] Ï B « !

(4)

$ $ Î / Ï Q ö q u ? ø 9 $ # u r Ì  Å z F y $ # ( t A $ s % ` t B u r t  x ÿ x . ¼ ç m ã è

(5)

Ï n G t B é ' s ù W x ? Î = s % § N è O ÿ ¼ ç n ?  s Ü ô Ê r & 4 ? n # x ? t ã Í ? $ ¨ Z 9

(6)

$ # ( } § ø © Î / u r ç ?  Å Á y J ø 9 $ # Ç Ê Ë Ï È

Artinya:  Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali". (QS. Al-Baqarah, 2:126)

HAJI AMALI WA HADHARI

Haji adalah ibadah dan peradaban, begitu ungkapan ditulis di salah satu striker himbauan di masjid Bir Aly, tempat miqat makani umroh bagi jamaah dari Madinah. Haji adalah rangkaian ibadah yang dilakukan berdasarkan petunjuk Rasul. Khuzu ‘anni manasikum. Kegiatan ibadah dalam haji semua didasarkan nash al-qur’an dan hadist, tidak boleh ada ibadah tanpa

(7)

mempedomani nash agama.

Haji dalam makna amali adalah seluruh rangkaian ibadah haji menjadi ta’abudi (sebagai bentuk ibadah) yang bersifat permanen dan tidak mengalami perubahan dan pembaharuan. Ibadah itu

adalag ta’abudi

(ibadah didasarkan atas kepatuhan kepada Khaliq)  yang dilakukan dengan

khusuk

(sebaik mungkin dan penjiwaan),

inqiyad

(patuh sepenuh hati) dan tawadhu’ (kerendahatian).

Disebabkan ibadah adalah perintah syari’ (Pembuat syariat, Allah SWT) maka setiap jamaah yang melaksanakan ibadah haji dituntut mengerti betul apa unsur-unsur pokok, sunat dan larangan dalam berhaji. Haji tidak mengenal pembaharuan bagaimana juapun sarana pendukung yang tersedia. Sarana yang memudahkan pelaksanaan ibadah haji, tidak boleh menghilangkan rukun, syarat dan adab dalam berhaji.

Sakralnya ibadah haji ditentukan pada kepastian hukum, cara dan motif orang yang melakukan. Bila ibadah tidak didasarkan nash dan cara yang ditunjukan Nabi serta tidak didasarkan

keikhlasan maka nilai mabrurnya tidak akan didadapatkan. Atas dasar ibadah haji sebagai amali mengharuskan pelaksanaannya bersifat tetap, baku dan tidak boleh diganti atau dilakukan pembaharuan terhadapnya.

Sedangkan yang dimaksudkan haji sebagai peradaban adalah pelaksanaan dan penyediaan sarana pendukung bagi suksesnya haji merupakan produk dan aktivitas manusia yang dapat saja berkembang sesuai perkembangan zaman dan capaian ilmu pengetahuan. Zaman awal Islam, Nabi pergi berhaji dengan menaiki hewan tunggangan unta. Dalam perkembangannya orang berhaji dengan kapal laut, kini berhaji dengan pesawat udara, hal seperti ini adalah boleh dan diharuskan adanya. Begitu juga halnya dengan tempat-tempat pelaksanaan haji, seperti M

utaf

(tempat Thawaf),

Mas’a

(tempat Sa’i), ‘Arafah, Mina, Jamaraat dan Muzadalifa, mengalami perbaikan, mengalami perubahan dapat diterima selama tidak menghilangkan esensi ibadah tempat-tempat tersebut.

(8)

berbagai budaya Islam sejagad yang antara satu dengan lain saling berinteraksi. Umat Islam dari Asia Tenggara, (Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina) Africa, Turki, Mesir, India, Pakistan, Cina, dan Negara Balkan) saling menyapa dan berdampingan di Masjid tentu harusnya di antara mereka terjadi hubungan sosial.

Haji sebagai peradaban dapat diamati secara kasat mata dan sekaligus mencerminkan tingkat peradaban umat Islam dibelahan dunia. Umat Islam yang sudah baik tingkat peradabannya tercermin dalam cara ibadahnya, styel berpakaian, pola percakapannya, interaksi sosial  dan etika dengan bangsa lain. Umat yang hidup di negara yang masih berkembang, ekonomi belum kuat, dan pendidikan belum begitu maju dapat diamati dari berpakaian, naik kendaraan, pola ibadah yang kurang memperhatikan akhlak, kebersihan dan kepantasan sosial.

MEMASUKI TANAH HARAM

Meninggalkan kota Nabi Madinatur Munawarah di batas kota pemerintah memberikan minuman ringan dalam bentuk kotak yang cukup untuk bekal sehari jamaah. Dalam suasana berpakain ihram jamaah tiada hentinya melatunkan talbiyah di atas bus Hafil yang disopiri dua orang Mesir, Muhammad al-Afifi dan Muhammed bin Mahammad. Nama Muhammed sang sopir ini penulis katakan kepadanya nama Muhammad mamnu’ (tidak baik) bagi orang biasa tanpa ada nama keduannya, ia jelaskan nama saya adalah Muhammed, Muhammad hanya untuk Rasul Allah SAW.

Memasuki kota Mekah, di Chekpoint, - tempat pemeriksaan pasport jamaah yang ada ditangan sopir untuk diperiksa dan akhirnya nanti dipegang oleh petugas maktab, - jamaah diberi pula makanan ringan dalam kemasan kerajaan Saudia Arabia sebagai bukti penyambutan terhadap tamu-tamu Allah di kota suci Makkah al-Mukarramah. Memasuki batas tanah haram, sopir mengingatkan agar segera menyiapkan diri memasuki bumi haram, bacalah doa dan perbaiki sikap, karena ini bumi yang dimuliakan Allah, penjelasan sopir dalam bahasa arab yang disampaikan kepada penulis.

Sekitar 30 menit berkendaraan dari chekpoint, jamaah sampaikan di kantor Maktab Nomor 26 disambut oleh pimpinan maktabnya Yassir Abdullah Jamil Azhari, gagah dan masih muda, mengunakan bahasa Indoonesia, ia menyebut berasal dari Palembang yang sudah keturunan Arab. Penempatan kloter PDG 3 pada dua hotel di Aziziah Syimaliyah, 3, 5 KM dari Masjid Haram, dengan mengunakan kendaraan dua kali, turun di terminal Mahbas Jin, naik lagi kendaraan bercat merah muda nomor 2 dan turun di terminal bab Aly, dekat maktab maulid

(9)

Nabi.

THAWAF, SA’I DAN TAHLUL

Thawaf artinya mengelilingi atau mengitari. Thawaf dipakaikan untuk ibadah haji atau umrah yaitu mengelilingi Ka’bah yang dimulai dan diakhiri di sudut Ka’bah sejajar dengan Hajar aswad. Thawah membawa hikmah bahwa kehidupan itu berputar pada porosnya, sebagaimana bumi berputar pada sumbunya, seperti awal akan seperti itu pula akhirnya. Thawah tujuh kali mengingatkan bahwa kehidupan hanya ada dalam tujuh putaran hari yang tujuh, yang akan terus berulang. Ketujuh putaran itu dilaksanakan dalam landasan pelataran Ka’bah, Baitullah, yang memberikan penegasan dalam menjalani hari demi hari haruslah dalam lingkaran kebenaran agama Allah SWT.

Sa’i dari bahasa arab, artinya usaha, dapat juga diartikan berusaha dalam hidup, baik pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsa. Sa’i dimaksudkan untuk melestarikan jejak sejarah Siti Haji, (Istri Nabi Ibrahim, Ibu Nabi Ismail) yang bolak balik tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwa mencari air untuk memberi minum anaknya yang kehausan. Jarak bukit shafa dan marwa sekitar 400 meter, perjalanan Sa’i melambangkan perlu kerja keras dalam kehidupan. Sa’i menjadi motivasi bagi jamaah haji agar terus mengembangkan sikap positif, bekerja keras, optimis dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan ketawakkalan dalam menghadapi tantangan kehidup sehebat apapun.

Tahlul, artinya dihalalkan apa yang tadinya haram ketika ihram. Tahlul di tandai dengan mencukur dan atau memtong rambut menimal tiga helai. Mencukur atau memotong rambut menyiratkan memotong dos, kotoran yang melekat di rambut, rambut adalah mahkota kepala. Mencukur atau memotong rambut untuk membersihkan kepala, di kepala terletak otak. Otak yang bersih adalah pangkal lahirnya pikiran positif, kreativitas dan inovasi yang positif pula.

Thawaf, Sa’i dan Tahlul umrah wajib yang akan kami lakukan dipersiapkan dengan baik. Turun di hotel membereskan barang bawaan dan menempati kamar sesuai pembahagian kunci yang diurus ketua rombongan, setelah pukul 22.00 malam jamaah bersama-sama dipandu panitia haji Mekkah menuju Masjid haram untuk melakukan thawaf, Sa’i dan tahlul. Suasana batin setiap orang begitu melihat Ka’bah tentulah tidak sama, antara mereka baru pertama kali dengan mereka yang sudah beberapa kali, yang pasti pembacaan doa yang ada di buku doa kenetrian agama diucapkan jamaah.

(10)

Thawaf yang tadinya sudah dipersiapkan untuk berombongan, dalam pelaksanaannya tidak terlaksana, beberapa jamaah terpisah karena memang situasi, ditambah lagi masih ada jamaah yang kurang tahu penanda lampu hijau sebagai tempat mulainya Thawaf. Thawaf di Ka’bah dapat dilakukan dengan mudah, karena memang jamaah belum begitu rapat, kami mendekati ka’bah dekat sekali, kecuali dekat hajar aswad yang memang terus berdesakan. Berdoa sedemikian dekat dengan multazam membawa suasana batin tersendiri dan membuat jamaah senang dan puas.

Shalat sunat di belakang makam Ibrahim, tidak bisa lagi terlalu dekat, karena petugas

keamanan mengatur tempat shalat sunat dibelakang tali merah yang sudah mereka tetapkan, agar jauh dari makam Ibrahim. Perubahan bentuk bangunan masjid, bahagian bawah dulu banyak tiang dan kipas angin, kini tiang-tiangnya terbatas, lantai tidak bertingkat lagi dengan tempat Thawaf menjadikan daya tampung dan jamaah lebih mudah.

Renovasi masjid haram masih terus berlangsung, namun suasananya sudah lebih luas dan disertai dengan pendingin yang cukup dan nyaman.  Kelengkapan penunjuk arah yang banyak dan jelas membantu jamaah untuk menemukan tempat Sa’i (al-Shafa), pintu masjid, dan tempat wuduk. Thawaf, Sa’i dan Tahlul untuk umroh wajib dapat diseleSa’ikan pukul 00.1 malam dalam kondisi baik dan jamaah kembali ke hotel untuk istirahat.

Panggilan hati untuk melaksanakan ibadah di Masjid Haram begitu kuat, dan tentu dalam perasaan yang berbeda antar jamaah, namun masih banyak jamaah yang menanyakkan hal-hal yang seharusnya ia pahaminya saja. Banyak bertanya dalam ibadah Thawaf, Sa’i dan Tahlul, pada dasarnya kurang baik, karena sudah dibekali sebelumnya dengan ilmu manasik. Tidak berlebihan bila dikatakan  persiapan keilmuan dan praktek manasik di tanah air masih perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Kasihan, dan menimbulkan ganguan bagi jamaah lain, bila teman disampingnya selalu bertanya, dan yang ditanyakan itu ya sepertinya mereka masih praktek saja, misalnya halaman berapa doanya pak, dan pertanyaan lain yang

mengangu khsuyuk jamaah lain.

Perhatian lain yang hendaknya dimengerti betul oleh siapapun yang akan menjalani ibadah haji agar khusyuk dalam setiap jenis ibadah, ini baru dapat tercapai bila ilmunya cukup dan

penjelasan tentang doa seperti yang ada dibuku tidak dijadikan sesuatu yang harus diucapkan. Ibadah haji, pada dasarnya adalah ibadah fisik, doa dapat dilakukan sesuai kemampuan dan keinginan jamaah. KBIH hendaknya terus mengingatkan jamaah agar tidak terpaku betul dengan doa, ibadah itu ikhlas, khusuk dan penuh penjiwaan.

(11)

Beratnya Thawaf, dan Sa’i umrah bagi yang pertama kali ini membuat jamaah banyak yang keletihan, namun dalam batin dan wajah mereka tanpak kepuasaan. Tahlul di Marwah sebagai penutup ibadah umroh dilakukan jamaah secara bergantian, setelah lebih dulu penulis

memotong rambut sendiri sebagai tanda tahlul umroh, baru kemudian secara bergantian

penulis potong rambut jamaah satu persatu. Allhummarabbana taqabbal minna manasikuna, ya

arhamar rahim. Amin, ya mujibasSa’ilin. Ed. EN

[1] Hari Pertama di Mekah, Rabu, 2 September  2015/19 Dzulqaidah 1436., di Hotel Lulu, Aziziah Syimaliyah.

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi merupakan bagian dari kurikulum pendidikan, adanya evaluasi guna mengetahui tujuan dari pendidikan yang sudah direncanakan

Berdasarkan hasil pengamatan pada sifat produksi dan kualitas telur yang dihasilkan dapat diketahui bahwa kestabilan dari sifat produksi itik Alabio cukup tinggi bahkan

Kecap Bango memiliki asosiasi berbeda dengan merek kecap lain dalam hal keaslian bahan, iklan dan promosi yang menarik, sedangkan asosiasi yang menonjol dari

Hasil analisis terhadap bobot berat kering gulma golongan daun lebar terlihat bahwa pada awal pengamatan (2 MST) semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang

Permainan lari estafet modifikasi terdapat kegiatan melompat yang dibuat dari media berbentuk lingkaran dan persegi, ketika kegiatan melompat anak harus bisa

Suheni Indriani, A220090060, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013, xxiii +

Dalam proses pembelajaran Penataan Rambut Up Style pada siswa SMK Awal Karya Pembangunan (AKP) Galang, siswa diharapkan harus memiliki kemampuan dalam mengetahui

1) Jika dilihat dari hasil analisa yang telah dilakukan dapat dilihat dari variabel bebas teknologi (X3) berpengaruh tidak signifikan terhadap produksi air minum dalam