• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Hayati Indonesia: Pengelolaan untuk Pembangunan Berkelanjutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Keanekaragaman Hayati Indonesia: Pengelolaan untuk Pembangunan Berkelanjutan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Yayuk Rahayuningsih Suhardjono

Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi – LIPI

yayukrs@indo.net.id atau ekorpegas@yahoo.com

ABSTRAK

Sejarah geologi dan letak geografi Indonesia menjadi salah satu sebab tingginya keanekaragaman hayatinya.Keanekaragaman hayati secara garis besar terdiri atas keanekaragaman ekosistem, spesies dan genetika.Ekosistem sendiri terbagi menjadi dua yaitu yang alami dan buatan.Namun secara rinci ekosistem alami dapat dibedakan menjadi banyak tipe ekosistem baik yang masin maupun yang terrestrial.Sedangkan ekosistem buatan sangat bergantung pada maksud dan tujuan pembuatannnya, missal tegal, sawah, dan perkebunan.

Dalam kkeanekaragaman aras spesies, Indonesia dikenal sebagai Negara “megabiodiversity”. Namun karena eksplorasi dan inventarisasi Kehati belum mencakup semua kawasan Nusantara maka kekayaan yang dimiliki belum dapat didata dengan benar. Data yang tersedia barulah merupakan perkiraan atau hasil dari ekspedisi dan inventarisasi yang dilakukan oleh beberapa lembaga antara lain LIPI. Padahal beberapa spesies baik flora maupun fauna memiliki potensi yang sangat istimewa dan tingkat endemisitas yang tinggi.Di antara spesies yang sudah diketahui ada yang berperan sangat penting di dalam ekosistem seperti tumbuhan figs dan mangrove.

Dalam tingkat keanekaragaman genetika, baru diketahui pada beberapa spesies karena belum banyak dikaji.Koleksi specimen flora dan fauna jauh lebih banyak dibanding specimen genetika.Beberapa jenis hewan lokal dikenal sebagai sumber plasma nutfah.Namun sayang beberapa di ataranya sudah terancam kepunahan.Keberadaan jenis-jenis hewan lokal ini perlu mendapat perhatian dan sekaligus perlindungan.

Langkah pelestarian sudah dilakukan oleh Pemerintah melalui upaya in-situ dan eks-situ dengan membuat banyak kawasan konservasi dan program konservasi jenis.Selain itu, Pemerintah juga melengkapi perangkat legislasi untuk kehati.Strategi penyelamatan dan pengelolaan juga disiapkan oleh Pemerintah sehingga berbagai pihak dapat ikut berpartisipasi dalam upaya pengelolaan kehati agar dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan.Namun bukan berarti upaya yang dilakukan tanpa tantangan.Tantangan yang ada perlu diatasi untuk kelangsungan pelestarian kehati.Dengan demikian strategi dan langkah antisipasi untuk mengatasi tantangan perlu disiapkan dan direalisasikan.

I.

PENDAHULUAN

Indonesia dikenal sebagai Negara dengan keanekaragaman hayati yang tinggi sehingga

dimasukkan sebagai salah satu negara megadiversity tinggi.Keanekaragaman hayati terdiri atas tiga

hal yang besar yaitu keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman spesies atau jenis dan

keanekaragaman genetika.Sebetulnya LIPI (2014) sudah menerbitkan sebuah buku tentang Kekinian

Keanekaragaman Hayati Indonesia2014.Dalam buku tersebut diungkapkan secara lengkap data

kehati Indonesia yang terkini.Namun sayangnya buku tersebut tidak dicetak dalam jumlah yang

mencukupi untuk skala sebuah Negara hanya mencukupi untuk instansi yang terkait dengan

Keanekaragaman Hayati Indonesia:

(2)

kehati.Sangat diharapkan uraian makalah ini dapat memberikan informasi walaupun singkat tetapi

cukup padat dan menyeluruh.

Indonesia selain memiliki keanekaragaman hayati (kehati) tinggi juga mempunyai kawasan

yang luas dan berbentuk kepulauan.Sejarah geologi membuktikan bahwa kepulauan Indonesia

merupakan gabungan beberapa kawasan geografi.Secara garis besar Indonesia terbagi menjadi

kawasan biogeografi Oriental dan Australian dengan Wallacea di antaranya (George 1981).

Beberapa garis imajiner pembatas sebaran biota dibuat antara lain; Garis Wallace dibuat tahun

1863-1880, Garis Huxley tahun 1868, Garis Lydekker tahun 1896, Garis Weber tahun 1904 dan Garis

Wallace lagi tahun 1910. Adanya garis-garis imajiner tersebut memberi gambaran tentang betapa

kompleksnya susunan asal-muasal kepulauan Indonesia.Audley-Charles (1981) menguraikan sejarah

pembentukan pulau Sulawesi yang dikenall sebagai Celebes cukup kompleks juga.Sulawesi tersusun

dari beberapa potongan daratan namun dikatakan bahwa bagian selatan dan utara berbeda asal

dibanding bagian timur dan tenggara.Bagian selatan dan utara dulunya merupkan bagian daratan dari

Kalimantan (Borneo), sedangkan sisi tenggara dan timur lebih mengarah ke Australia.Kondisi

sejarah geologi kepulauan Indonesia tersebut berpengaruh terhadap sebaran kehati.

Berdasarkan keadaan geografi tersebut di atas maka tidak heran apabila tingkat endemik

kehati di Indonesia juga cukup tinggi.Tingkat endemik ini dapat untuk pulau atau hanya kawasan

tertentu, tergantung kepada jenisnya baik flora maupun fauna.Keanekaragaman mikroba belum

banyak diungkapkan sehingga masih sulit untuk dibicarakan tentang sebarannya.

II.

KHASANAH KEHATI

Di atas sudah diuraikan bahwa keanekaragaman hayati dibedakan menjadi keanekaragaman

ekosistem, keanekaragaman spesies dan keanekaragaman genetika.Dalam ketiga kategori tersebut,

Indonesia memang kaya yang salah satu sebabnya adalah letak geografi yang sangat spesifik.Letak

geografi sangat berpengaruh terhadap iklim yang secara langsung berpengaruh terhadap hidupan

yang menghuninya.Meskipun belum semua terungkap sudah diketahui bahwa beberapa spesies

memiliki tingkat endemisitas tinggi, mengalami tekanan populasi sehingga terancam kepunahan atau

dalam status kritis.

Ekosistem

Dalam membicarakan ekosistem, dapat dibedakan secara tegas menjadi dua yaitu yang alami

dan yang buatan.Masing-masing kelompok tentunya mempunyai ciri yang khas dan berbeda satu

dengan yang lain.

Tipe ekosistem alami dibedakan secara garis besar menjadi empat, yaitu:

1. Marine atau Air masin; dalam tipe ekosistem ini dapat ditemui.

a. Mintakat neritik

(3)

c. Padang lamun

d. Mintakat oseanik

2. Limnik atau perairan air tawar; dalam tipe ini ditemukan

a. Sungai

b. Danau

3. Semiterestrial, tipe ini hanya ada dua juga yaitu

a. Mangrove

b. Riparian

4. Terestrial; merupakan tipe ekosistem yang paling kompleks namun secara garis

besarnya dibedakan:

a. Hutan Pamah. Dalam hutan pamah secara rinci terdapat berbagai tipe

ekosistem seperti hutan Pantai, Dipterokarp, Kerangas, Rawa, Rawa Gambut,

Karst dan Gua serta bawah permukaan.

b. Hutan Pegunungan, terdapat tipe ekosistem yaitu Pengunungan Bawah,

Pegunungan Atas, Hutan Sub-Alpin, Hutan Alpin

Masing-masing tipe ekosistem memiliki komposisi atau kekayaan jenis penghuninya baik

flora maupun fauna serta mikrobanya.Dapat dipastikan bahwa hampir tidak ada kesamaan komposisi

jenis atau keanekaragaman spesies pada tipe ekosistem yang berbeda.

Tipe ekosistem buatan lebih variatif karena dikembangkan oleh manusia sesuai kebutuhan.

Namun secara umum terdiri atas:

1. Tegalan

2. Pekarangan

3. Persawahan: Sawah irigasi, Sawah tadah hujan, Sawah surjan, Sawah rawa,

Sawah pasang surut

4. Kebun campuran: Kebun, Talun, Perkebunan, Ladang berpindah

5. Kolam

6. Tambak

Masing-masing tipe ekosistem buatan berisi keanekaragman sesuai keinginan yang membuat

lahan.Contohnya persawahan tentu saja yang paling dominan adalah tanaman padi.Namun di dalam

sawah tersebut selain padi juga dapat dijumpai biota atau hidupan lainnya seperti beberapa jenis

flora, fauna dan mikrroba. Begitu juga tegalan, pekarangan, kebun, kolam dan tambak akan

ditempati oleh keanekaragaman biota yang berbeda satu dengan lainnya.

Spesies atau jenis

Belum semua kawasan Indonesia dieksplorasi kekayaan kehatinya, baik flora maupun fauna

apalagi mikroba.Dengan demikian berapa kekayaan kehati Indoneia yang sebenarnya belumlah dapat

(4)

LIPI maupun instansi lainnya.Namun sebagian besar merupakan himpunan data yang dimiliki LIPI,

karena salah satu tupoksi lembaga ini adalah memberi informasi tentang kehati.Dalam

membicarakan keanekaragaman jenis atau spesies, kelompok takson dibedakan pada flora, fauna dan

mikroba.

`Berdasarkan data spesimen koleksi herbarium yang tersimpan di Herbarium Bogoriense –

LIPI (HB) dapat dipetakan perjalanan ekplorasi untuk melakukan koleksi tumbuhan. Ternyata

kawasan yang dikunjungi tim eksplorasi belum mencakup semua wilayah Indonesia (Gambar 1).

Begitu juga dari koleksi spesimen fauna yang tersimpan di Museum Zoologicum Bogoriense (MZB)

(Gambar 2). Masih banyak kawasan Indonesia yang belum terjamah tim ekspedisi. Apalagi apabila

ditelusur untuk setiap kelompok takson fauna, kesenjangan data semakin terlihat.

Gambar 1. Peta eksplorasi flora, data berdasarkan kekayaan koleksi spesimen herbarium di Herbarium Bogoriense (LIPI 2014).

Gambar 2. Peta eksplorasi fauna, data berdasarkan kekayaan koleksi spesimen di Museum Zoologicum Bogoriense (LIPI 2014).

Flora:

Koleksi herbarium di HB merupakan koleksi terbesar dan terlengkap di Indonesia (Tabel

1).Koleksi yang ada sudah berstandar internasional dalam sistem pengelolaan.Meskipun sudah

memiliki hampir mencapai satu juta specimen, koleksi yang ada masih perlu dilengkapi. Masih

FLORA

Daerah eksplorasi

FAUNA

Mamalia Burun Herpet

Ikan Moluska Krustase

(5)

banyak lokasi yang belum terjamah, tentunya masih terbuka adanya jenis-jenis baru yang akan

melengkapi koleksi.

Tabel 1. Jumlah koleksi spesimen herbarium yang tersimpan di Herbarium Boggoriense

Takson Famili Genus Spesies Jumlah

(lembar/botol)

Pteridophyta 39 311 4.299 69.187

Gymnospermae 10 61 263 5.295

Monokotil 48 659 5.445 97.140

Dikotil 229 6.927 36.420 605.607

TYPE 1.657 10.289 17.037

Cryptogamae 276 1.146 5.476 55.968

- Lichen 49 129 538 6.673

- Hepatic 58 202 1.371 16.876

- Musci 83 504 2.773 19.496

- Algae 86 311 794 1.511

- Fungi 11.412

Padahal apabila dikaji dari setiap kelompok takson yang sudah ada di dalam koleksi, tampak

bahwa keanekaragaman tinggi.Di samping itu tingkat endemik masing-masing takson juga ada yang

tinggi.Keanekaragaman pada tujuh pulau utama sudah dapat memberikan gambaran tingginya angka

keanekaragaman kehati (Tabel 2).

Salah satu contoh yang dapat diungkapkan adalah kelompok mangrove atau tumbuhan

bakau.Di antara Negara ASEAN dan PNG, Indonesia memiliki keanekaragaman mangrove tertinggi

(Gambar 3, kiri), sedangkan area hutan mengrove yang terluas adalah Papua diikuti Kalimantan,

Sumatera (Gambar 3, kanan).Apakah Indonesia memiliki kawasan hutan mangrove terluas di

dunia?Apabila memang hutan mangrove Indonesia terluas, maka tidak heran apabila juga memiliki

keanekaragaman tertinggi.

Tabel 2. Keanekaragaman flora setiap kelompok takson pada tujuh pulau utama

TAKSON Sumatra Kalimantan Jawa Sulawesi Nusa tenggara

Maluku Papua

FLORA 5.692 5.575 6.641 6.796 490 2.279 3.928

LICHENS (Lumut Kerak)

151 71 444 108 24 58 51

MUSCI (Lumut Daun)

(6)

Hepaticae (Lumut Hati)

164 235 497 31 14 16 66

Algae 12 4 84 13 12 15 6

Jamur 477 374 2.131 244 28 ? 482

Gambar 3. Keanekaragman jenis mangrove: di Negara-negara ASEAN - Papua Niugini (kiri) dan pada tujuh pulau utama di Indonesia (kanan) (LIPI 2014).

Contoh berikutnya yang dapat diungkapkan adalah keanekaragaman tumbuhan figs atau

kelompok fikus.Indonesia juga tercatat memiliki keanekaragaman Ficus tertinggi di dunia yang

tersebar di kepulauan Indonesia (Gambar 4).Kerabat Ficus ini merupakan salah satu tumbuhan yang

sangat penting di dalam ekosistem.Dalam laporan yang ada tercatat tidak kurang dari 1.274 spesies

mamalia dan burung mengkonsumsi buah figs untuk hidupnya.Dengan demikian jenis ini perlu

(7)

Gambar 4. Keanekaragaman spesies figs (Ficus spp.) di tujuh pulau utama Indonesia.

Contoh lain yang dapat diungkapkan seperti kelompok Pandanaceae: pandan merah dari

Papua. Daratan Papua sepertinya dapat dikatakan sebagai pusat keanekaragman pandan dan ubi jalar

di Indonesia.Banyak varitas pandan dan ubi jalar ditemukan di daratan tersebut.

Sebagai alternativ sumber karbohidrat pengganti beras, sebenarnya Indonesia tidak perlu

risau.Negara kita memiliki banyak varitas ubi-ubian dan talas.Dari koleksi hidup + 710 nomer yang

dimiliki LIPI sebanyak ternyata terdiri atas + 180 varitas.Padahal dibandingkan sesame Negara di

ASEAN sperti Thailand (40 var), Malaysia (80 var), Filipina (56 var) dan Vietnam (112 var) terbukti

kalau Indonesia paling kaya keanekaragman talasnya.Kelompok pisang juga menunjukkan bahwa

Indonesia merupakan pusat sebaran keanekaragmannya.

Fauna

Di atas sudah diuraikan bahwa eksplorasi fauna Indonesia belum menyentuh semua kawasan

Nusantara (Gambar 2) dan dari hasil ekspedisi tersebut sebagian besar tersimpan di MZB.Sama

dengan HB pengelolaan koleksi spesimen fauna di MZB juga sudah berstandar internasional.Dilihat

dari koleksi specimen fauna yang ada di MZB hanya kelompok Vertebrata (Burung, Mamalia besar,

Ikan) yang mendekati jumlah kekayaan yang ada di Indonesia.Kelompok Invertebrata masih jauh

ketinggalan, contohnya koleksi serangga belum mencapai angka 15% dari kekayaan

(8)

keanekaragaman spesien yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, kegiatan inventarisasi dengan

ekspedisi masih terus diupayakan oleh MZB melalui kerja sama dengan berbagai pihak dalam dan

luar negeri. Dengan demikian catatan penemuan jenis baru masih terus bertambah (Tabel

4).Meskipun data terkumpul baru mencapai tahun 2012, dapat terlihat bahwa penambahan catatan

spesies baru masih signifikan. Data spesies baru fauna sampai tahun 2014 masih dalam proses untuk

dipublikasikan.

Tabel 3. Jumlah spesies dan spesimen fauna koleksi Museum Zoologicum Bogoriense (MZB)

Tabel 4. Penambahan spesies baru fauna Tabel 5. Jumlah spesies endemik dan statusnya

Namun kekayaan yang ada mengalami banyak tekanan akibat beberapa faktor yang salah

satunya adalah perburuan tanpa kendali, perusakan habitat fauna dan perdagangan.Oleh karena itu

banyak spesies di antara yang dimiliki sudah terdaftar status kelangkaan dalam IUCN (Tabel 5).

Berkembangnya lalu-lintas perdagangan flora-fauna, semakin merebaknya para penggemar

fauna yang didatangkan untuk dipiara (pehobi fauna) sedikit banyak juga memberikan dampak yang

kurang menyenangkan.Binatang yang introduksi dari luar, apabila terlepas kealam bebas dapat

mengancam keberlangsungan hidup spesies pribumi atau asli.Spesies pendatang ini dikenal sebagai

spesies invasiv apabila mereka merugikan keberadaan spesies asli.Dalam catatan ternyata spesies

invasiv cukup banyak yang sudah masuk dan mengancam keanekaragaman spesies asli (Gambar

(9)

5).Keberadaan spesies-spesies invasivini harus mendapat perhatian. Banyak contoh yang merugikan

akibat hadirnya spesies invasiv salah satunya adalah keong emas yang menjadi hama ganas di

persawahan.Awalnya keoang emas dimasukkan ke Indonesia sebagai hewan hias untuk akuarium,

tanpa sengaja terlepas ke perairan bebas dan masuk ke persawahan.

Gambar 5. Jumlah spesies invasive yang tercatat di Indonesia

Mamalia

Di dunia ini tercatat ada 4.400 spesies Mamalia, yang dapat dijumpai di Indonesia sebanyak

720 spesies.Beberapa di antaranya sudah tercatat dalam daftar IUCN untuk status kelangkaannya.

Beberapa pulau memberikan catatan tingkat endemik Mamalia yang cukup tinggi, seperti

Kalimantan memilik 119 spesies yang endemik 32% sedangkan Sulawesi tercatat 222 spesies dengan

tingkat endemik 57,2% (LIPI 2014).

Burung

Indonesia memiliki keanekaaragaman burung berjumlah 1604 spesies, 400 spesies di

antaranya merupakan burung migran yang melintasi pulau Sumatera dan Jawa.Tingkat endemisitas

burung juga cukup tinggi, misalnya Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak tercatat ada

32 spesies dari 34 spesies endemik Indonesia.Dengan demikian tingkat endemisitas burung di TN Gn

Halimun-Salak sekitar 94%.Di atas sudah diuraikan bahwa Pulau Sulawesi memiliki sejarah geologi

dan geografi yang istimewa. Keistimewaan Sulawesi tersebut juga berdampak pada tingkat

endemisitas burung, dari 467 spesies yang dijumpai, 262 spesies (40,5%) di antaranya endemik.

Amfibi dan Reptil

Jenis-jenis Amfibi belum banyak diungkapkan, ternyata kelompok ini juga memiliki tingkat

endemisitas tinggi. Sampai saat ini tercatat bahwa Indonesia memiliki 385 spesies dengan 160

spesies (50,63%) di antaranya endemik. Sedangkan Reptil menunjukkan data yang berbeda untuk

(10)

Dilaporkan bahwa sekitar 40% total spesies biawak dunia dapat dijumpai di Indonesia dan dari

jumlah tersebut sekitar 80% tersebar di Bagian Timur terutama di Maluku dan Papua (LIPI 2014).

Tabel 6. Daftar jumlah spesies dan tingkat endmisitas Reptil Indonesia pada tujuh pulau utama

Sumatra Jawa Klimntn Sulawesi NT Maluk

u

Papua

∑ Spesies 224 154 227 130 74 80 208

∑ Sp Endemik 52 10 12 44 39 40 34

Endemisitas (%) 23.21 6.49 5.29 33.85 52.27 50 16.35

Ikan

Sebanyak 1248 spesies ikan air tawar dapat dikoleksi di Indonesia. Padahal eksplorasi belu m

menyeluruh kawasan Nusantara. Tentu saja apabila dilakukan eksplorasi intensif, jumah spesies yang

terdaftar pasti akan meningkat. Dari penelitian peneliti LIPI, masih sering dipublikasikan jenis-jenis

baru dari hasil ekspedisi yang mereka dilakukan.Perbandingan jumlah jenis antara ikan laut dan air

tawar menunjukkan lebih banyak ikan lautnya (Gambar 6, kiri atas).Ternyata pada setiap tipe

ekosistem yang berbeda juga memiliki keanekaragaman ikan yang berbeda (Gambar 6, kanan

atas).Meskipun status kelangkaan belum terlalu tinggi (Gambar 6, kiri bawah) kelestarian ikan perlu

mendapat perhatian serius.Apalagi dengan datangnya ikan-ikan introduksi dari luar (Gambar 6,

kanan bawah).

Serangga

Arthropoda merupakan kelompok binatang dengan keanekaragaman tertinggi di antara

binatang lainnya.Di dalam Arthropoda ini, serangga merupakan kelompok yang paling besar baik

keanekaragaman maupun populasi di dalam ekosistem.Apabila dibandingkan angka prakiraan

jumlah spesies serangga dunia dengan yang sudah teridentifikasi di Indonesia sangatlah sedikit

(Tabel 7).Serangga Indonesia yang sudah diketahui namanya diperkirakan baru sampai 10-15% dari

kekayaan yang ada.Oleh karena itu masih banyak yang harus dilakukan untuk memenuhi pengenalan

spesies serangga yang menjadi kekayaan Indonesia.Apalagi setelah dipetakan berdasarkan kegiatan

eksplorasi dan kekayaan koleksi specimen, terbukti bahwa belum menyeluruh semua kawasan

Indonesia (Gambar 7).Dengan masih sangat terbatasnya spesies yang diketahui, maka potensi yang

dimiliki juga belum banyak terungkapkan.Dari kelompok serangga, data yang relatif lengkap baru

(11)

Gambar 6. Perrbandingan angka kekayaan spesies ikan: Masin vs air tawar (kiri atas); ikan masin pada tipe ekosistem yang berbeda (kanan atas); status kelangkaan ikan (kiri bawah); status spesies (kanan bawah).

Tabel 7. Perbandingan jumlah spesies serangga Indonesia yang sudah diketahui dan dunia

6%

Ordo World Indonesia

Hemiptera 25.000 3.750

Thysanoptera 4.500 675

Psocoptera 4.500 450

Neuroptera 5.000 750

Diptera 150.000 22.500

Tricoptera 7.000 1.050

Lepidoptera 150.000 22.500

Coleoptera 300.000 45.000

Hymenoptera 300.000 45.000

(12)

Gambar 7. Peta eksplorasi serangga Indonesia.

Tabel 8. Kekayaan spesies kupu-kupu pada tujuh pulau utama dibandingkan jumlah total di Indonesia dan dunia.

Famili Dunia Indonesia Sumatra Kaliman Jawa

Nusa

Tenggara Sulawesi Maluku Papua

Papilonid 570 120 48 40 37 27 40 43 28

Pieridae 1100 250 53 24 49 41 52 61 100

Nymphalid 6000 650 271 223 217 130 191 124 160

Lycaenid 4500 590 322 300 200 100 183 120 140

Riodinid 1450 40 16 13 12 2 4 2 18

Hesperiid 4150 250 180 190 125 50 87 30 20

Total 17770 1900 890 790 640 350 557 380 466

Mikroba

Dibanding flora dan fauna, khasanah mikroba belum banyak diungkapkan. Sejak tahun 2014

gedung penyimpanan koleksi spesimen kultur jaringan sudah ada. Sampai saat ini yang sudah

tercatat di dalam koleksi masih sangat terbatas (Tabel 9 dan 10). Kegiatan pengembangan koleksi

masih sangat diperlukan baik untuk spesimen mikroba maupun kultur jaringan. Apalagi dengan

sudah tersedianya sarana penyimpanan dan laboratorium yang baru.

Tabel 9. Daftar koleksi specimen dan kultur jaringan mikroba

Total koleksi:

 Bacteria 1442 nomer  Mould 341 nomer  Microalgae 7 nomer  Protozoa 99 nomer  Viruses 37 nomer

 Yeast 317 nomer Koleksi lainnya adalah: Kultur jaringan 203 nomer

Kupu-kupu

Peta eksplorasi serangga dan Arthropoda lain Indonesian

Locality of collection

(13)

Tabel 10. Jumlah kekayaan koleksi specimen yang tersimpan di Gedung InaCC

Topics Public

Coll

RS2 Project Collection

2011 2012 2013

Fungi associated with indigenous/ economically important plants

500* 406 442

98

150

Soil & Soil borne plant pathogenic fungi 200 - 71 100

Oleaginous and/or enzymatic prod yeast 400 379 378 300

Endophytic, Lignocellulolytic, Marine, Soil

Microalgae for Energy Producing &Pigments Production , and Antioxidant Production

100* 44 56 50

TOTAL 2060 1016 1350 1175

Genetika

Keanekaragaman genetika sangat terkait dengan sumberdaya yang tersedia termasuk plasma

nutfah.Penelitian sumberdaya genetika hidupan liar belum banyak dilakukan, masih terbatas pada

takson-takson tertentu terutama yang ukuran besar dan/atau yang terkait dengan konservasi. Koleksi

DNA sudah dilakukan oleh MZB dalam beberapa tahun terakhir ini namun koleksinya belum banyak

dan masih terbatas pada burung baru 4752 nomer, mamalia 4589 nomer dan serangga 186 nomer.

Selain koleksi DNA, MZB juga mengumpulkan spesimen darah dan jaringan dari beberapa takson

(Tabel 11).

Tabel 11. Koleksi darah dan jaringan di MZB

Nama Takson Darah & Jaringan

Jumlah spesies

Burung 1941 301

Mamalia 2100 132

Herpetofauna 6000 270

(14)

Laporan yang ada tentang kekayaan keanekaragaman hewan ternak cukup membanggakan dan

tersebar di pelosok tanah air.Pada umumnya tiap daerah memiliki kekhasan hewan ternak yang

masih “liar” belum 100% mengalami domestikasi. Yang sudah terdaftar adalah sapi (13 ordo), kerbau (9), kambing (11), domba (5), babi (11), ayam local (30), bebek (14) dan kuda (12). Namun

dari sumber plasma nutfah tersebut, tidak semuanya benar-benar asli Indonesia, beberapa di

antaranya merupakan hasil silang yang sudah sangat lama.Beberapa di antaranya yang asli Indonesia

sudah mengalami tekanan bahkan ada yang terancam punah seperti ayam jawa sedangkan ayam

sumatera dalam status kritis.Begitu juga terhadap populasi kambing gembrong Bali yang menurun

drastis, sehingga menyebabkan Pemerintah mengambil kebijaksanaan perlindungan melalui Program

Save Kambing Gembrong 2012-2022.

III. PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN

Kekayaan tiada artinya tanpa upaya pelestarian agar dapat digunakan secara berkelanjutan.Hal

ini perlu dilakukan mengingat keanekaragaman belum terungkap semuanya dan potensi dari setiap

jenis juga belum diketahui pasti.Upaya konservasi dapat dilakukan secara in-situ atau eks-situ.

In-situ

Merupakan kegiatan pelestarian pada habitat aslinya.Bagi hidupan liar pelestarian in-situ

dilakukan pada kawasan-kawasan konservasi.Pemerintah secara bijaksana sudah menentukan

beberapa kawasan konservasi.Semua kawasan konservasi di bawah pengawasan dann pengelolaan

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.Ada tiga kategori hutan (Tabel 12), dari tiga ini

hanya dua tipe yang dapat dimanfaatkan sebagai kawasan perlindungan.Namun sebagai kawasan

perlindungan hanya hutan konservasi yang memiliki tupoksi sebagai kawasan konservasi untuk

spesies.Di Indonesia ini dikenal ada 12 kawasan konservasi yang tersebar beberapa provinsi (Tabel

13). Dalam kawasan konservasi seluas 31.154.963,50 hektar tersebut dimanfaatkan sebagai area

konservasi in-situ.

Tabel 12.Tipe dan luasan hutan

(15)

Tabel 13. Daftar Kawasan konservasi dan luasan

Eks-situ

Kawasan konservasi eks-situ ini dapat berupa kebun raya dan kebun binatang.Jumlah Kebun

Raya saat ini semakin bertambah karena masing-masing Pemerintah Daerah (Propinsi atau

Kabupaten) giat membangun dan mengembangkannya.Kebun Raya milik Pemda berjumlah 19, LIPI

sendiri memiliki 6 dan masih ditambah adanya Taman Kenekaragaman Hayati yang berjumlah 29.

Sedangkan upaya perlindungan fauna dilakukan melalui Kebun Binatang dan Taman Safari yang

dapat ditemukan di beberapa kota atau daerah.

Inisiasi dan legeislasi

Dalam hal melakukan perlindungan spesies atau jenis dilakukan melalui hukum dan

perundangan formal.Sedangkan perlindungan biota dapat dilakukan melalui Peraturan

Daerah.Beberapa Kabupaten bahkan sudah memutuskan untuk menjadi Kabupaten

Konservasi.Status sebagai Kabupaten Konservasi mempunyai konsekuensi untuk melakukan

perlindungan terhadap kawasan hutan dan isinya dan mungkin juga kebudayaan yang ada.

Strategi penyelamatan ekosistem dan jenis

1. Pengembangan Kawasan Konservasi Perairan Naional Indonesia. 2. Kawasan Wallacea: 62% mamalia dan 34% burung endemic. 3. Konservasi Burung Berbasis Kewilayahan (DBEnd & DPentingBI).

4. Aksi Nasional Konservasi jenis: priioritasi nasional konservasi  peningkatan populasi. 5. Penurunan populasi sebagai indikator kerusakan.

6. Fauna dan Flora dalam IUCN.

7. Sumberdaya genetika dan pengetahuan tradisional.

No Kawasan Area (Ha) Jumlah

1. Cagar ALam 3.923.001,66 216

2. Cagar Alam Laut 152.610.00 5

3. Suaka Margasatwa 5.024.138,29 71

4. Suaka Margasatwa Laut 5.588,25 4

5. Taman Nasional 16.375.000,00 50

6. Taman Nasional Laut 4.043.541,30 7

7. Taman Wisata Alam 257.323,85 101

8. Taman Wisata Alam Laut 491.248,00 14

9. Taman Hutan Raya 351.680,41 23

10. Taman Buru 220.951,44 13

11. KSA/KPA 309.880,30 24

(16)

8. Perlindungan kehati melalui kearifan tradisional. 9. Pelestarian jenis-jenis lokal di Masyarakat Tradisional.

Dalam hal sumber plasma nutfah, Pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan. Antara lain

dengan melakukan penelitian khusus dan pengembangan beberapa spesies terpilih seperti:

1. Kambing Gembrong Bali. 2. Beberapa kelompok ayam lokal. 3. Kerbau.

4. Ikan air tawar: arwana, tor dlsb.

Sedangkan untuk melindungi sumberdaya genetika, beberapa lembaga penelitian atau

kementrian telah memiliki sarana dan prasarana penyimpanan, seperti adanya Bank Gen bahkan

beberapa yang lainnya telah berkembang untuk mengoleksi barcode dari setiap spesies koleksinya.

IV. TANTANGAN

Beberapa hal dapat diungkapkan sebagai tantangan yang harus kita hadapi dan diatasi dengan

sebaik-baiknya. Tantangan yang dimaksud antara lain adalah:

1. Indonesia  “megadiversity”: sebagai Negara dengan keanekaragaman yang terkenal tinggi

harus dapat membuktikan keberhasilan dalam pengelolaan. Paling tidak dapat memberikan

informasi tentang kekayaan yang dimilikinya.

2. Luasan kawasan Indonesia dan berbentuk kepulauan: Negara kepulauan ini memberikan suatu

upaya pengamanan yang cukup berat. Kebijakan Pemerintah yang sekarang sedikit melegakan

dengan adanya pemberantasan pencurian ikan dan penegakan hukum dalam pencarian ikan di

laut.

3. Memiliki beberapa bioregion alami: pembagian bioregion ini ditujukan lebih untuk

memudahkan pengelolaan hidupan di dalamnya.

4. Belum semua khasanah kehati diketahui: karena belum semua kekayaan diketahui maka masih

terbuka lebar dan luas kesempatan untuk melakukan eksplorasi dan inventarisasi.

Permasalahannya adalah sumberdaya manusia yang akan melakukan eksplorasi, inventarisasi

dan identifikasi, apakah sudah tersedia dalam jumlah memadai atau belum.

5. Kesadaran akan pentingnya kelestarian kehati Indonesia perlu ditingkatkan: perlunya

peningkatan kesadaran akan pentingnya kehati untuk kelangsungan hidup kita. Dalam hal ini

sosialisasi dan desiminasi perlu digalakkan.

6. Kesadaran akan bahaya masuknya jenis invasiv: masuknya jenis infasiv dapat melalui berbagai

cara. Ancaman keberadaannya perlu disosialisasikan agar para penggemar binatang tertentu

harus berhati-hati dalam memelihara jangan sampai lepas di alam. Begitu juga dalam pemilihan

jenis-jenis untuk pengendallian hama atau penyakit yang didatangkan dari luar negeri, harus lah

(17)

V. APA YANG PERLU DILAKUKAN

Beberapa upaya untuk mengelola kehati agar dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya

secara berkelanjutan masih diperlukan. Usaha yang diperlukan antara lain:

1. Kegiatan eksplorasi, inventarisasi dan valuasi kehati Indonesia.

2. Memperbanyak tenaga taksonomis untuk melakukan identifikasi kehati Indonesia.

3. Menghidupkan lagi studi taksonomi & biosistematik di perguruan tinggi.

4. Desiminasi informasi mengenai kekayaan dan potensi kehati Indonesia.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Audley-Charles MG 1981. Geological history of the region of Wallace’s Line.Wallace’s Line and plate tectonics. Whitmore TC (Ed.). Clarendon Press Oxford: 24-35.

George W 1981. Wallace and his line.Wallace’s Line and plate tectonics. Whitmore TC (Ed.). Clarendon Press Oxford: 3-8.

Gambar

Gambar 2. Peta eksplorasi fauna, data berdasarkan kekayaan koleksi spesimen di Museum Zoologicum Bogoriense (LIPI 2014)
Tabel 2. Keanekaragaman flora setiap kelompok takson pada tujuh pulau utama
Gambar 3. Keanekaragman jenis mangrove: di Negara-negara ASEAN - Papua Niugini (kiri) dan pada tujuh pulau utama di Indonesia (kanan) (LIPI 2014)
Tabel 4. Penambahan spesies baru fauna
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dimasukkan dalam tabung reaksi 1, 2, dan 3 dengan 7olume %ang sama (8 1 dengan 7olume %ang sama (8 1 m) m) arutan Sukrosa arutan Sukrosa  '  'ab 3 ab 3  '  'ab 2 ab 2

Saat ini Phobos hanya dapat menangani deteksi pada source code dalam bahasa pemrograman LISP dan Pascal sesuai dengan analisis pada Subbab 3.1.. File serahan tugas

pengertian lain dari buku “Principles of Distributed Database Systems” edisi ketiga karya Tamer Ozsu dan Patrick Valduriez yang dicetak oleh Springer menyatakan

Di antara orientasi budaya politik tersebut, Affan Gafar (1999) mengatakan bahwa yang bisa dikatakan demokratis adalah budaya politik yang partisipatif dengan adanya kemampuan

Panas bumi sebagai energi yang dapat diperbarui dan ramah lingkungan mempunyai potensi untuk menjadi energi alternatif masa depan untuk

Bapak Ahmad Jazuli, S.Kom., M.Kom, selaku ketua Program Studi Teknik Informatika Universitas Muria Kudus.. Bapak Ahmad Abdul Khamid S.Kom., M.Kom, selaku pembimbing

Se­ telah melalui proses pemikiran panjang, di dalam film karakter utamanya menemukan jawabannya: “cinta bisa kedaluwarsa, tapi orang yang paling tepat untuk kita akan terus ada

31.Seorang wanita berusia 33 tahun datang ke praktek dokter membawa hasil pap smear yang telah dilakukan sebelumnya untuk didiskusikan dengan dokter.. Dari hasil pap smear