• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Pengolahan Tanah dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Pengolahan Tanah dan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PENGOLAHAN TANAH

LAPORAN PRAKTIKUM:

Oleh: Kelompok 3

1. Bethari Brilianti (141510601096) 2. Nimas Harum Halidasari (141510601023) 3. Adek Arifianto (141510601006) 4. Muklas Adi Putra (141510601036) 5. Samsul Arifin (141510601062) 6. Nabillah Ammaril Ulfa (141510601094)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

(2)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara maritim dengan kepulauan terbanyak dan luas. Luas lahan yang ada di Indonesia adalah 188,20. Indonesia terletak di daerah beriklim tropis yang berada dibawah garis khatulistiwa, yaitu 60 LU- 110 LS dan 950 BT – 1410 BT. Indonesia diapit oleh dua benua, yaitu benua Australia dan benua Asia, serta dua samudera, yaitu samudera Hindia dan samudera Pasifik. Letak Indonesia inilah yang menjadi letak strategis tumbuhnya beranekaragam hayati, baik flora maupun fauna. Keanekaragaman dan luas daratan yang dimiliki menjadi faktor utama Indonesia adalah negara agraris dan dapat bersaing dalam sektor pertanian. Sektor pertanian yang paling menonjol adalah padi, karena masyarakat Indonesia bergantung pada bahan pangan beras yang dihasilkan tanaman padi. Luas daratan Indonesia dari 188,20 juta hektar digunakan 100,7 juta hektar untuk lahan pertanian seperti tegalan, sawah, atau lahan tanaman tahunan.

(3)

Pengolahan lahan sawah atau pengolahan tanah harus dilakukan agar tanah mendapatkan unsur hara yang berkecukupan. Tanah merupakan medium alami pertumbuhan tanaman. Tanah menyediakan sumber organik sebagai nutrisi tanaman. Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung faktor pembentuk tanah yaitu bahan induk, iklim, dan organisme tanah. Kesuburan tanah juga dipengaruhi oleh sistem pengelolaan tanah. sistem pengelolaan tanah merupakan suatu proses mengelola tanah untuk menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah. Pada budidaya padi faktor utama dalam pengolahan tanah adalah ketersediannya kebutuhan air yang berlimpah, karena dalam pengolahan membutuhkan air untuk penggenangan. Pengolahan tanah tidak hanya untuk menyuburkan atau meningkatkan unsur hara, tetapi juga mengubah tekstur tanah.

Pengolahan tanah pada sawah tidak hanya dilakukan melalui satu tahap saja tetapi ada tahapan demi tahapan. Proses pengolahan tanah dilakukan untuk memperbaiki unsur tanah baik secara morfologis atau fisiologis. Proses pengolahan tanah diawali dengan pembersihan, perbaikan saluran air,pencangkulan, pembajakan, dan penggaruan. Peningkatan hasil produksi selain dari proses pengolahan tanah diperlukannya faktor pendukung yaitu pemupukan. Pemupukan perlu diperhatikan agar tidak selalu diberikan pupuk kimia, tetapi diimbangi dengan pemberian pupuk organik.

1.2. Tujuan

(4)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah sebagai media tumbuh bagi tanaman tanah merupakan sumberdaya alam yang utama bagi menunjang usaha pertanian yang menjadi andalan dalam mempertahankan kelanjutan kehidupan manusia di biosfer ini. Tanah juga sebagai benda alam yang rumit, tanah yang mempunyai berbagai macam ragam tentunya memerlukan pola pengolahan yang beragam juga (Lumbanraja, 2013). Kerusakan tanah dapat terjadi karena salah dalam pengelolaan. Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan produktivitas tanah, salah satu diantaranya adalah melalui modifikasi cara dan intensitas pengolahan tanah.

Intensifikasi merupakan pengolahan lahan pertanian yang ada dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan berbagai sarana. Sapta usaha tani dalam bidang pertanian meliputi kegiatan sebagai berikut : pengolahan tanah yang tepat, pengairan yang teratur, pemilihan bibit unggul, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit tanaman, pengolahan pasca panen dan pemasaran. Keadaan fisik yang baik akan dapat diperoleh dengan melakukan pengolahan tanah yang efektif, guna mempertahankan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Pengolahan pada barisan tanaman yang dikenal sebagai zone tillage atau precision tillage merupakan sistem pembagan lebar pengolahan tanah yang efektif untuk melonggarkan tanah bagian bawah dari kedalaman normal pengolahan tanah. Aplikasi pengolahan tanah minimum dapat dikombinasikan dengan mulsa menunjukan kinerja yang baik dengan pembajakan secara keseluruhan pada pertanian tradisional (Intara, 2011).

(5)

pergerakan tanah. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perbedaan bentuk bajak dan kecepatan maju terhadap beberapa sifat fisik tanah dan mengetahuikualitas tipe bajak yang baik untuk tanah. Perbedaan bentuk bajak cenderung menunjukkan adanya pengaruh jenis tanah (Latiefuddin, 2013).

(6)

BAB 3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum matakuliah Pengantar teknologi pertanian tentang “Pengolahan Tanah” yang dilaksanakan UPT Agroteknopark Jubung Universitas Jember pada hari Sabtu, 29 Maret 2015 pukul 07.00 – selesai

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat:

1. Sabit 2. Traktor 3. Cangkul 4. Alat tulis

5. Alat pendukung praktikum lainnya

3.2.2 Bahan:

1. Sawah lahan basah

3.2 Cara Kerja

1. Membersihkan areal persawahan dari sisa jerami atau rumput

2. Memperbaiki dan memeriksa kembali saluran aliran air serta galengan 3. Melakukan pembajakan sawah dengan hand tractor

4. Mencangkul bagian sawah yang tidak dapat terjangkau oleh hand tractor 5. Menjalankan traktor sesuai dengan pola atau jalur yang ditentukan

(7)

BAB 4. PEMBAHASAN

6.1 Hasil Pengamatan

PEKERJAAN PENGOLAHAN TANAH

1 Pembersihan Petak Sawah

1. 1. Tahap pekerjaan :

1. Tahap awal dibersihkan dari sisa tanaman padi, 2. Sisa tanamab diletakan disuatu tempat

2. Hasil Pekerjaan :

1. Pemembersihan petak sawah dari batang padi dapat dilakukan lebih cepat

2. Tanah siap untuk dibajak

3. Tanah bersih dari tanaman pengganggu

3. Keterangan :

Penggunaan alat sabit dan cangkul dapat mempermudah pekerjaan

2. Perbaikan Saluran Dan Galengan

1. Tahap Pekerjaan :

Perbaikan saluran dan galengan dilakukukan dengan

menggunakan cangkul. Yang pertama harus dilakukan adalah 1. Saluran dibersihkan dari rumput atau sumbatan yang lain 2. Galengan dibuat agak tinggi

2. Hasil Pekerjaan :

Saluran air sudah bersih dari rumput, juga tersumbat oleh sampah

Galengan masih berdiri dengan tegak

3. Keterangan :

Penggunaan alatnya adalah cangkul, cara kerjanya seperti dalam proses pencangkulan

3. Pencangkulan

1. Tahapan Pekerjaan :

(8)

tractor, sehingga lahan menjadi rata dan terolah

2. Hasil Pekerjaan :

Pengolahan tanah dengan menggunakan cangkul membutuhkan waktu yang cukup lama karena pekerjaan keseleruhan

mengandalkan tenaga manusia. Perataan tanah dengan menggunakan cangkul hasilnya akan lebih baik karena tanah yang terbalik lebih tercampur dan galiannya lebih rata. Semua lahan telah rata terolah

3. Keterangan :

Cangkul terbuat dari bahan yang efisien untuk digunakan. Gagang cangkul terbuat dai kayu mata cangkul terbuat dari besi . mata cangkul berfungsi untuk membalikkan tanah.

4. Pembajakan

1. Tahap Pekerjaan

a. Pembajakan menggunakan hand tractor b. Mengikuti jalur dari tepi ke tengah

Cara:

1. Nyalakan mesin traktor dengan cara memutar diesel dengak engkol

2. Memasukan koplik pada hand tractor, agar traktor berjalan 3. Mengatur gas kemudi agar tidak terlalu cepat

4. Jika ingin memutar kearah kanan maka tarik rem sebelah kanan dan begitu pula sebaliknya jika ingin berputar kekiri

5. Tahap pekerjaan dilakukan dari pinggir dan selesai di bagian tengah

2. Pengamatan Hasil

- Tanah menjadi rata dioah dan waktu lebih efisien. Tanah lebih gembur dan mudah untuk ditanami padi.

3. Keterangan

Bagian dari traktor adalah rem, tuas, mesin, setir untuk menjalankan mesin, serta bajak yang adadibagian bawah untuk mebalikkan tanah

5. Penggaruan

(9)

- Mengurangi sedikit genangan air - Menutup saluran air agar tidak keluar

- Mengganti bajak dengan alat garu yang ada dibagian bawahya - Penggaruan dilakukan berulang kali, secara melintang dan

memanjang

- Setelah itu digenangi air 7-10 hari sebelum tanam

2. Pengamatan Hasil

(10)

tanaman. Pada pengolahan lahan sawah untuk tanaan padi, pengolahan sawah digunakan untuk membuat tekstur tanah menjadi berlumpur. Pengolahan tanah dilakukan untuk daerah dan jenis-jenis tanaman tertentu, karena pada daerah yang memiliki kelerengan yang agak curam dan varietas tertentu tidak mendapatkan pengolahan tanah yang optimum, bahkan tidak diolah sama sekali.

6.2.2 Teknik Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah harus dilakukan sesuai dengan teknik atau prosedur. Sebelum dilakukannya pengolahan tanah, pertama lahan sawah harus dibersihkan dari sisa-sisa rumput atau jerami. Pembersihan bisa dilakukan menggunakan cangkul dan sabit. Sisa tanaman padi yang dibersihkan dikumpulkan, agar disebarkan dipetakan sawah. Sebaiknya sisa tanaman tersebut tidak dibakar, karena pembakaran akan menghilangkan beberapa unsur hara pada kandungan jerami tersebut. Jerami yang masak selain digunakan sebagai pupuk organik, dapat dimanfaatkan untuk menjadi naungan alami pada saat penaburan benih padi. Setelah pembersihan sisa-sisa tanaman padi atau jerami, dilakukan perbaikan pada saluran atau galengan. Perbaikan ini bermaksud agar tidak terjadi kehilangan air, karena dalam proses pengolahan tanah, air tidak boleh mengalir keluar. Saluran dibersihkan dari rumput-rumputan dan diperbaiki agar biji gulma tidak terbawa kedalam petakan-petakan sawah yang berakibat tumbuhnya gulma, sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Galengan disawah juga dibuat lebih tinggi agar dapat menahan air dengan baik.

Pencangkulan dilakukan setelah tanah digenangi oleh air terlebih dahulu. Penggenangan dilakukan agar tanah menjadi lunak dan rumput-rumput yang tidak terangkat saat pembersihan dapat membusuk. Pencangkulan dapat dilakukan saat perbaikan saluran air dan galengan. Pencangkulan juga dilakukan setelah pembajakan, agar mencangkul tanah yang tidak terbajak, terutama bagian tepi petakan sawah.

(11)

Penggunaan tenaga mesin atau traktor lebih memudahkan pembajakan serta efisien dalam pengolahan tanah, tetapi memiliki dampak pada polusi udara yang mencemari lingkungan. Pembajakan dengan tenaga hewan sudah jarang kita meratakan pupuk yang dibenamkan pada tanah, selain itu membuat pelumpuran pada sawah lebih sempurna. Penggaruan dilakukan dengan cara melintang dan memanjang. Penggaruan dilakukan menggunakan mesin traktor ataupun tenaga hewan dengan cara mengganti mata bajak dengan garu.

5.2.3. Hal yang Perlu diperhatikan dalam Proses Pengolahan Tanah

Proses pengolahan tanah tidak hanya memperhatikan hasil dari proses tersebut, namun selama jalannya proses terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan. Hal-hal yang harus diperhatikan tersebut adalah (Paristiyanti, 2008) :

1.Topografi (kenampakan permukaan lahan) 2. Vegetasi (tanaman yang tumbuh di lahan) 3. Bebatuan

4. Kadar air tanah

Hal-hal tersebut dapat membedakan pengolahan tanah di daerah yang satu dengan yang lain. Pada daerah dengan kemiringan yang agak curam, diterapkannya pengolahan tanah minimum atau bila tidak memungkinkan diolah maka diterapkan tanpa olah tanah. Pada daerah kemiringan yang curam, maka akan sulit dilakukannya pengolahan tanah. Vegetasi tanaman adalah tanaman semusim, yang tidak perlu dilakukannya pengolahan tanah intensif, dan faktor-faktor yang lainnya.

(12)

Sebelum pembajakan ada persiapan-persiapan yang harus dilakukan. Pertama tanah harus dibersihkan dari sisa-sisa jerami atau rumput. Memperbaiki saluran air dan galengan, karena dalam proses pembajakan air tidak boleh keluar dari petakan. Adanya proses pencangkulan yang dapat dikerjakan bersamaan dengan perbaikan galengan dan saluran air. Saat ingin dilakukan pembajakan, tanah terlebih dahulu digenangi dengan air hingga kondisi jenuh, tetapi tidak sampai menggenang. Penggenangan tanah dengan air ini agar tanah menjadi lunak dan tanah tidak melekat pada mata baja. Setelah itu membuat alur ditepi dan ditengan sawah, yang berfungsi menjadi saluran air agar air cepat membasahi tanah di petakan sawah.

5.2.5. Macam-Macam Pola Alur Pembajakan

Pola atau tipe yang digunakan dalam pengolahan tanah pertanian sangatlah bermacam – macam. Adapun macam – macam pola pengolahan tanah pertanian adalah sebagai berikut:

a) Pola Tengah

(13)

Gambar 1. Pola Tengah

Dengan pola ini akan menghasilkan alur balik (back furrow), yitu alur bajakan yang saling berhadapan satu sama lain. Sehingga akan terjadi penumpukan lemparan hasil pembajakan, memanjang di tengah lahan. Pada tepi lahan alur hasil pembajakan tidak tertutup oleh lemparan hasil pembajakan.

Gambar 2. Tanah Setelah Dibajak Dengan Pola Tengah b) Pola Tepi

(14)

Gambar 3. Pola Tepi

Dengan pola ini akan menghasilkan alur mati (dead furrow). Yaitu alur bajakan yang saling berdampingan satu sama lain. Sehingga akan terjadi alur yang tidak tertutup oleh lemparan hasil pembajakan, memanjang di tengah lahan. Pada tepi lahan lemparan hasil pembajakan tidak jatuh pada alur hasil pembajakan.

Gambar 4. Tanah Setelah Dibajak Dengan Pola Tepi

c) Pola Keliling Tengah

(15)

Gambar 5. Pola Keliling Tengah

Pola ini cocok untuk lahan yang berbentuk bujur sangkar, dan lahan tidak terlalu luas. Diperlukan lahan untuk berbelok pada kedua diagonal lahan. Lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 sampai 4 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak, diolah dengan cara manual (dengan cangkul).

d) Pola Keliling Tepi

Pengolahan tanah dilakukan dari salah satu titik sudut lahan. Berputar ke kiri sejajar sisi lahan, sampai ke tengah lahan. Lemparan pembajakan ke arah luar lahan. Pada akhir pengolahan, operator akan kesulitan dalam mebelokan traktor. Pola ini cocok untuk lahan yang berbentuk bujur sangkar, dan lahan tidak terlalu luas. Diperlukan lahan untuk berbelok pada kedua diagonal lahan. Lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 4 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak, diolah dengan cara manual (dengan cangkul).

e) Pola Lompat Kijang

(16)

sehingga akan mengisi alur hasil pembajakan pertama. Pembajakan dilakukan secara bolak balik sampai sisi seberang.

Pola ini juga cocok untuk lahan yang memanjang dan sempit. Diperlukan lahan untuk berbelok (head land) pada kedua ujung lahan. Ujung lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 3 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak (pada ujung lahan), diolah dengan cara manual (dengan cangkul). Pola ini hanya cocok dilakukan untuk bajak yang dapat diubah arah lemparan pembajakan. Untuk mesin rotari cara ini juga dapat dilakukan, karena hasil dari pengolahannya tidak terlempar ke samping.

Gambar 6. Pola Lompat Kijang

f) Pola Alfa

(17)

Keterangan :

Gambar 7. Pola Alfa

5.2.6. Pengolahan Tanah, Lahan Perlu didiamkan Selama 1 Minggu

Menurut Suastika (1997), Pengolahan tanah dilakukan dua tahap, setelah pengolahan tahap pertama, tanah digenangi, agar zat beracun terpisah dari tanah. Tinggi air genangan berkisar antara 5-10 cm. Untuk mengatur tinggi air genangan dapat dilakukan dengan memperbesar atau memperkecil bukaan pintu saluran air. Penggenangan tanah dengan air juga bertujuan agar memudahkan pada saat pengolahan tanah. Khususnya pada lahan sawah yang membutuhkan tanah yang basah (berlumpur) untuk pertumbuhan padi.

(18)

Proses penggaruan juga memerlukan air, tetapi lebih sedikit daripada proses pembajakan. Air menggenangi tanah selama 5-7 hari sebelum dilakukannya penggaruan. Pada saat penggaruan kapasitas air dikurangi sedikit. Kondisi air yang diperlukan hanya untuk membasahi bongkahan-bongkahan tanah. Saluran air harus tertutup agar sisa air tidak keluar dari petakan sawah. Tujuan dari penggenangan air untuk penggaruan ini adalah membusukan sisa tanaman dan melunakan bongkahan tanah agar mendapatkan pelumpuran yang sempurna. Tanah yang lunak memudahkan alat penggaru melakukan pekerjaan sehingga dapat meratakan pupuk dasar yang dibenamkan dan mengurangi peresapan air kebawah.

5.2.8. Pembiaran Sisa Tanaman Padi saat Pembajakan

Sisa tanaman dari penanaman sebelumnya dibiarkan saat pembajakan. Maksud dari pembiaran sisa tanaman padi tersebut adalah sisa tanaman dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik. Sisa-sisa tanaman akan ikut terbalik dan tercampur dengan tanah. Sisa tanaman tersebut akan membusuk dengan bantuan dekomposer atau organisme didalam tanah. Pupuk organik berfungsi sebagai peningkat unsur hara secara alami dalam tanah, dan berfungsi memperbaharui unsur tanah yang tidak merusak lingkungan. Pupuk organik bermanfaat untuk meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara di dalam tanah, sehingga terjadi perbaikan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, yang selanjutnya berdampak pada peningkatan produktivitas tanah dan ketahanan tanah terhadap erosi.

5.2.9. Kedalaman Tanah Sawah yang Ideal

(19)

5.2.10. Pengaruh Sisa Batang Padi terhadap Kesuburan Tanah

Jerami padi merupakan hasil sisa- sisa daun dan batang padi yang telah dipanen. . Jerami padi memiliki potensi hara dan nilai ekonomi yang sangat besar. Pemanfaatan jerami ini oleh petani dapat menghemat pengeluaran negara untuk subsisi pupuk dan mengurangi konsumsi pupuk kimia nasional (Ninja, 2012).

Menurut Sembiring dalam Dalimunte (2010), penggunaan jerami adalah suatu pilihan tepat karena sudah tersedia di lahan. Penggunaan jerami lebih memudahkan dan terjangkau oleh para petani. Para petani tidak harus membeli pupuk kimia. Penggunaan pupuk hijau dinilai lebih bermanfaat selain mengembalikan unsur hara tanah, tidak merusak sifat-sifat pada tanah. Pemberian jerami pada tanah masam meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi. Hal ini karena bahan organik memiliki kemampuan dalam memperbaiki sifat tanah, baik fisik, kimia maupun biologi.

Pembersihan lahan ini dapat dilakukan dengan pembabatan, dan pencabutan. Semua bahan organik yang terkumpul diupayakan untuk diproses menjadi kompos dengan menggunakan dekomposer (bio-fertilizer) dan antagonis patogen tular tanah, sehingga diperoleh kompos siap pakai yang mengandung mikroflora tanah yang berfungsi untuk meningkatkan kesuburan tanah dan berdampak positif untuk tanaman yang dibudidayakan. Pada tanah basah seperti tanah sawah, pembersihan lahan dilakukan dengan membabat atau membenamkan sisa tanaman ke dalam tanah yang terendam air. Untuk mempercepat proses pengomposan pada tanah sawah dapat ditambahkan bio-fertilizer dan dekomposer yang bersifat anaerob (Nurwardani, 2008).

(20)

mikro dalam tanah, tetapi juga meningkatkan kesuburan dan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, serta efisiensi pemupukan (BPTP Jawa Barat, 2011).

5.2.11. Perbedaan Lahan Olah Tanah dengan Lahan Tanpa Olah Tanah Pengolahan tanah (tillage) adalah kegiatan yang lazim dilakukan untuk pembangunan tegakan. Olah tanah juga menjadi salah satu bagian teknik persiapan lahan (site preparation) dengan tujuan untuk memberikan kondisi tempat tumbuh yang optimal bagi bibit yang akan ditanam. persiapan lahan pertanaman dapat dilakukan dengan pengolahan tanah sebelum tanam (Maximum Tillage) dan tanpa olah tanah (Zero Tillage) atau olah tanah minimum (Minimum Tillage).Perbedaan cara pengolahan tanah akan mempengaruhi kesuburan tanah sehingga akan berpengaruh juga terhadap pertumbuhan dan hasil produksi (Ohorella, 2011).

Pengolahan tanah konservasi adalah setiap bentuk pengolahan tanah dan sistem penanaman yang menutupi 30% atau lebih permukaan tanah dengan sisa tanaman, setelah proses penanaman untuk mengurangi erosi tanah oleh air (adrinal, 2012). Sistem olah tanah konvensional membuat struktur tanah menjadi gembur, aerasi baik sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme dan laju mineralisasi N sehingga N menjadi tersedia (Fuady, 2010). Pengolahan tanah secara konservasi atau konvensional adalah pengolahan secara terus menerus. Pengolahan tanah seperti itu memiliki sisi baik dan buruk. Menurut Utomo dalam Listyowati (2013), bahwa pengolahan tanah secara terus – menerus juga dapat menimbulkan dampak negatif yaitu menyebabkan terjadinya degradasi tanah yang diikuti dengan kerusakan struktur tanah, peningkatan terjadinya erosi tanah, dan penurunan kadar bahan organik tanah yang berpengaruh juga terhadap keberadaan biota tanah.

(21)

pembalikan yang mengakibatkan horizon argillik terangkat maka yang timbul adalah masalah(Lumbanraja, 2013). Pengolahan TOT pada umumnya dilakukan didaerah yang kekurangan air.

(22)

BAB 5. PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum pengantar teknologi pertanian dalam kegiatan pembibitan padi sawah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengolahan tanah perlu dilakukan dalam usaha budidaya tanaman karena dapat meningkatkan unsur hara, membersihkan gulma dan hama, memperbaiki kondisi fikis, kimia dan biologis tanah, mencampur atau meratakan tanah, mempersiapkan pengaturan irigasi dan drainase, memudahkan pekerjaan dilapangan, dan menurunkan laju erosi

2. Teknik pengolahan tanah yang baik dan benar adalah dengan cara pembersihan, perbaikan saluran dan galengan, pencangkulan, pembajakan dan penggaruan

3. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengolahan tanah, yaitu topografi, vegetasi, kadar air tanah, dan bebatuan

4. Persiapan yang dilakukan sebelum pembajakan adalah pembersihan, perbaikan saluran dan galengan, pencangkulan, lalu tanah digenangi oleh air dan dibuat alur untuk pengairan, serta jalur untuk pembajakan.

5. Pola pembajakan memiliki 6 pola, yaitu pola tengah, pola tepi, pola keliling tengah, pola keliling tepi, pola kijang, dan pola alfa.

6. Penggenangan air selama 1 minggu pada pengolahan tanah bertujuan untuk melunakan tanah dan membuang zat racun.

7. Proses pembajakan harus jenuh air agar tanah lebih lunak sehingga tanah tidak melekat pada mata bajak . penggaruan juga membutuhkan air, agar membusukan tanaman yang ada di petakan sawah, meratakan bongkahan-bongkahan tanah, dan membuat lahan sawah menjadi pelumpuran yang sempurna.

(23)

9. Kedalaman pengolahan tanah untuk pembajakan yang ideal adalah sekitar 20-25 cm.

10.Pengaruh sisa batang padi yang tertinggal dilahan terhadap kesuburan tanah adalah peningkatan pada hasil produksi padi, karena peningkatan unsur hara dalam tanah.

11. Perbedaan lahan yang dilakukan olah tanah adalah perlakuan kepada tanah lebih intensif, sedangkan lahan tanpa olah tanah adalah perlakuan kepada tanah lebih minimum atau bahkan tidah ada perlakuan. Kedua cara tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan sendiri.

5.2. Saran

(24)

DAFTAR PUSTAKA

B., Eriawan. 2011. Jerami Padi Sebagai Bahan Organik di Lahan Sawah. Lembang: BPTP Jawa Barat.

Dalimunte, Mahyudin, Tengku Sabrina, Luthfi A. M. S. 2010. Aplikasi Jerami dan Paket Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi pada Pola Penanaman Intensif. KULTIVAR. : 4(2): 80-86.

Fuady, Zahrul. 2010. “ Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Residu Tanaman terhadap Laju Mineralisasi Nitrogen Tanah”. LENTERA. 10(1): 94-101. Intara, Yazid, dkk. 2011. “ Mempelajari Pengaruh Pengolahan Tanah dan Cara

Pemberian Air terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.)”. EMBRYO. 8(1): 32-39.

Latiefuddin, Hayyu, dan Musthofa Lutfi. 2013. “Uji Kinerja Berbagai Tipe Bajak Singkal dan Kecepatan Gerak Maju Traktor Tangan Terhadap hasil Olah pada Tanah Mediteran”. Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 1(3): 274-281.

Lumbanranja, Parlindungan. 2013. “Pengaruh Pola Pengolahan Tanah dan Pupuk Kandang terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah Ultisol dan Pertumbuhan Vegetatif Kacang Tanah (Arachis hupogen L.)”. Prosding Seminar Nasional BKS-PTN.

Lumbanranja, Parlindungan. 2013. “Pengaruh Pola Pengolahan Tanah dan Aplikasi Pupuk Kandang terhadap Beberapa Sifat Fisika Tanah dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine Max L) Pada Tanah Ultisol Simalingkar”. VISI. 2(1): 1292-1305

Ninja, Wasi’an, dan Eddy Santoso. 2012. “Respon Tanaman Kailan Terhadap Pupuk Bokashi Jerami Padi Pada Tanah Aluvial”. Lentera. 1(1): 1-5.

Nurwandani, Paristiyanti. 2008. Teknik Pembibitan Tanaman dan Produksi Benih. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Prabawa, Sigit. 2011. “Model Simulasi Kebutuhan Traktor Tangan untuk Pengolahan Tanah Padi Sawah”. AGRITECH. 31(2): 124-130.

(25)

Lampiran

Gambar 1. Praktikan menyalakan hand tractor pada lahan sawah

(26)

Gambar

Gambar 2. Tanah Setelah Dibajak Dengan Pola Tengah
Gambar 4. Tanah Setelah Dibajak Dengan Pola Tepi
Gambar 5. Pola Keliling Tengah
Gambar 6. Pola Lompat Kijang
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada lahan pengolahan tanah konservasi yang memanfaatkan sisa-sisa tanaman sebagai mulsa maupun sumber bahan organik dan tidak adanya penghancuran agregat akan

Di samping itu, pengolahan tanah bertujuan untuk: membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan; menempatkan seresah atau sisa-sisa tanaman pada tempat yang sesuai

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS laboratorium sebesar 5% masih diperkenankan.Senyawa kompleks anorganik yang ada di

Jika suatu tanah sering diolah tanah tersebut memiliki berat isi yang tinggi daripada tanah yang dibiarkan saja, dan didalam pengolahan tanah yang baik akan menghasilkan tanah

Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu

Sedangkan pada tanah sampah, meskipun bahan organik yang tersedia tidak jauh berbeda dengan tanah kebun, namun pada tanah sampah tidak terdapat cukup fauna tanah yang berperan

Pembajakan merupakan kegiatan pengolahan tanah yang harus ada di setiap lahan yang akan ditanami dengan sistem plant cane atau dengan kata lain pembajakan bukanlah

Tanah adalah benda alami yang terdapat di permukaan bumi yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukkan batuan dan bahan organik (pelapukkan