• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAWASAN TERHADAP TERA ULANG POMPA UKUR BAHAN BAKAR MINYAK OLEH DINAS KOPERASI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGAWASAN TERHADAP TERA ULANG POMPA UKUR BAHAN BAKAR MINYAK OLEH DINAS KOPERASI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI LAMPUNG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAWASAN TERHADAP TERA ULANG POMPA UKUR BAHAN BAKAR

MINYAK OLEH DINAS KOPERASI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

PROVINSI LAMPUNG

Bina Putri Ayu Kumalasari, Dr. Yuswanto, S.H., M.H., Eka Deviani, S.H., M.H.

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung,

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro, No. 1, Bandar Lampung, 35154

ABSTRAK

Didalam Undang-undang No. 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal menyatakan bahwa

setiap alat ukur wajib ditera ulang. Salah satu alat ukur tersebut yaitu Pompa Ukur BBM.

Tera ulang pompa ukur BBM yang keluar dari nozzle adalah sebuah prosedur wajib bagi

setiap SPBU di Wilayah Provinsi Lampung, karena hal ini berkaitan dengan kepentingan

konsumen untuk memperoleh jumlah volume BBM sesuai dengan yang dibayar. Setelah

dilakukan tera ulang setiap pompa ukur BBM wajib dilakukan suatu pengawasan untuk

menjamin kebenaran pengukuran guna tercapainya tertib ukur. Pengawasan ini dilaksanakan

oleh instansi pemerintah yang berperan penting dalam pengawasan terhadap tera/tera ulang

Pompa ukur BBM adalah Diskoperindag Provinsi Lampung.

permasalahan dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimanakah pelaksanaan pengawasan

terhadap tera ulang Pompa Ukur BBM oleh Diskoperindag Provinsi Lampung? Dan (2)

Apakah yang menjadi faktor penghambat Diskoperindag Provinsi Lampung dalam

melaksanakan pengawasan terhadap tera ulang pompa ukur BBM?

Metode Penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan secara yuridis normatif dan

yuridis empiris. Adapun sumber dan jenis data adalah data primer dari studi lapangan

dengan melakukan wawancara kepada PPNS Diskoperindag Provinsi Lampung dan dua

SPBU di wilayah kota Bandarlampung serta data sekunder diperoleh dari studi pustaka yang

diperoleh kemudian diolah dengan cara memeriksa dan mengoreksi data, setelah itu data

diolah dan diadakan analisis secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pengawasan terhadap tera ulang pompa

ukur BBM oleh Diskoperindag Provinsi Lampung adalah suatu pengawasan bersifat

(2)

sedangkan secara represif yaitu pengawasan dengan cara melakukan pemeriksaan pada

mesin pompa ukur BBM dengan menggunakan bejana standard terhadap volume BBM.

Faktor penghambat dalam pelaksanaan pengawasan ini yaitu tidak adanya Penyidik PNS

Metrologi di dalam Diskoperindag pada Bidang PDN Seksi Tertib Niaga dan perlindungan

Konsumen. Saran dalam penelitian ini yaitu diharapkan untuk dibentuknya Penyidik PNS

bidang metrologi di dalam Diskoperindag pada Bidang PDN Seksi Tertib Niaga dan

perlindungan Konsumen agar dalam pelaksanaannya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang mengaturnya serta melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar ikut

berperan aktif dalam pengawasan.

Kata kunci : Pengawasan, Tera ulang, Pompa Ukur BBM, Metrologi Legal,

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tera ulang pompa ukur bahan bakar

minyak (bahan bakar minyak selanjutnya

disingkat BBM) yang keluar dari nozzle

adalah sebuah prosedur wajib bagi setiap

Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum

(Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum

selanjutnya disingkat SPBU) di Wilayah

Provinsi Lampung dengan jumlah 148

SPBU (data pada tahun 2012), karena hal

ini berkaitan dengan kepentingan

konsumen untuk memperoleh jumlah

volume BBM sesuai dengan yang dibayar.

Misalnya membeli premium/ solar 50 liter

maka yang keluar dari nozzle dan masuk

ke tangki pelanggan adalah sesuai pada

takaran 50 liter.

Radar Lampung (2011, 8 Juni) “Salah satunya seperti yang dilakukan di

Lampung Tengah, UPTD Balai Metrologi

Lampung menurunkan timnya untuk

melakukan tera ulang, alat ukur SPBU di

wilayah Lamteng. Salah satunya yakni di

SPBU Seputihjaya dengan nomor

24-34105 milik Hi. Awet Abadi, warga Kota

Metro. Kegiatan ini rutin dilakukan tiap

tahunnya, untuk mengantisipasi

kemungkinan terjadinya kesalahan

pengukuran dari pihak SPBU tersebut.

Kepala UPTD Balai Meteorologi Lampung

kepada Trans Lampung (grup Radar

Lampung) mengatakan “kegiatan ini

memang rutin dilakukan. Hal itu

berdasarkan Undang-undang No. 2 Tahun

1981 tentang Metrologi Legal atau

Undang-undang Metrologi Legal

(Undang-undang Metrologi Legal selanjutnya

disebut UUML), bahwa setiap alat ukur

(3)

tersebut saat ini kita lakukan di Lamteng,’’

katanya”.

Pemahaman bahwa semua masyarakat

adalah konsumen, maka melindungi

konsumen berarti juga melindungi seluruh

masyarakat. Untuk melindungi

kepentingan umum perlu adanya jaminan

dalam kebenaran pengukuran serta adanya

ketertiban dan kepastian hukum dalam

pemakaian satuan ukuran, standar satuan,

metoda pengukuran, dan UTTP. Bahwa

pengaturan tentang UTTP sebagaimana

ditetapkan UUML yang bertujuan untuk

memberikan perlindungan kepada

kepentingan umum dalam hal kebenaran

pengukuran.

Disamping itu tujuannya adalah juga untuk

mempermudah pelaksanaan tugas

pengawasan dan pengamatan terhadap

UTTP oleh petugas instansi Pemerintah

yang diserahi pembinaan Metrologi Legal,

mengingat demikian banyaknya jenis dan

bentuk UTTP yang digunakan oleh

masyarakat. Keadaan tersebut

menggambarkan betapa pentingnya suatu

pengawasan terhadap tera ulang pada UTTP

khususnya pada Pompa Ukur BBM secara

jelas, tepat dan dapat diketahui oleh seluruh

masyarakat.

Upaya pengawasan terhadap pompa ukur

BBM merupakan tindak lanjut dari

peneraan/peneraan ulang yang dilakukan

oleh UPTD Balai metrologi. Didalam

hubungan diantara tingkat-tingkat dalam

pemerintahan terdapat hubungan secara

vertikal yaitu pengawasan. Pengawasan ini

dilaksanakan oleh badan-badan pemerintah

yang bertingkat lebih tinggi terhadap

badan-badan yang lebih rendah. UPTD Balai

Metrologi merupakan badan pemerintahan

di bawah Diskoperindag Provinsi Lampung

yang bertugas dalam pelayanan terhadap

kemetrologian. Oleh karena itu, Instansi

Pemerintah yang berperan penting dalam

pengawasan terhadap tera/tera ulang UTTP

adalah Diskoperindag Provinsi Lampung.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang yang

dikemukakan diatas, maka permasalahan

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut :

1) Bagaimanakah pelaksanaan

pengawasan terhadap tera ulang

Pompa Ukur BBM oleh

Diskoperindag Provinsi Lampung?

2) Apakah yang menjadi faktor

penghambat Diskoperindag

Provinsi Lampung dalam

melaksanakan pengawasan

terhadap tera ulang pompa ukur

(4)

1.3Kegunaan Penelitian

Secara garis besar dan sesuai dengan tujuan

penelitian, maka kegunaan penelitian ini

dapat dibagi menjadi :

1) Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini

diharapkan dapat berguna

pengembangan bidang keilmuan

Hukum Administrasi Negara,

khususnya dalam mengkaji

pelaksanaan pengawasan terhadap

tera ulang pompa ukur BBM oleh

Diskoperindag Provinsi Lampung

dan faktor penghambat yang

dialami dalam pelaksanaan

pengawasan ini.

2) Kegunaan Praktis

Secara praktis penelitiam ini

diharapkan dapat menjadi bahan

kajian bagi pemerintah, khususnya

bagi lembaga Legislatif sebagai

bahan masukan untuk

membuat/memperbaharui suatu

peraturan atau Undang-Undang

yang berkaitan dengan metrologi

legal. Serta dapat memberikan

pengetahuan kepada masyarakat

bahwa pompa ukur BBM yang

sesuai volumenya adalah pompa

ukur yang bertanda tera.

II. METODE PENELITIAN

2.1Pendekatan Masalah

Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini dilakukan dengan dua cara

yaitu pendekatan normatif yang dilakukan

dengan cara menelaah, mengutip dan

mempelajari ketentuan atau

peraturan-peraturan perundang-undangan dan

literatur yang berkaitan dengan

pelaksanaan pengawasan terhadap tera

ulang pompa ukur BBM dan Pendekatan

empiris dilakukan dengan cara melakukan

penelitian langsung dilapangan,

berdasarkan fakta yang ada.

2.2Sumber dan Jenis Data

1) Data primer adalah data yang

diperoleh peneliti melalui studi

lapangan (field research) dengan

mengadakan wawancara dan

mengajukan pertanyaan kepada

pihak yang terkait.

2) Data sekunder adalah data yang

diperoleh dari studi kepustakaan

yang dianggap menunjang dalam

penelitian ini, yang terdiri dari :

Bahan hukum primer, yaitu bahan

hukum yang mempunyai kekuatan

hukum yang mengikat, dalam hal

ini yaitu : Undang-undang No. 2

Tahun 1981 tentang Metrologi

Legal, dan Keputusan Direktur

(5)

1734/PDN-4.1.1/XII/2002 tentang Pedoman

Pengawasan UTTP dan Saruan

Sistem Internasional.

2.3Prosedur Pengumpulan

Prosedur pengumpulan data, baik data

primer maupun data sekunder penulis

menggunakan alat-alat pengumpulan data,

yaitu Studi Kepustakaan (library

Research) dan Studi Lapangan (Field

Research).

2.4Prosedur pengolahan data

Setelah melakukan pengumpulan data,

selanjutnya dilakukan pengolahan data

sehingga data yang diperoleh dapat

mempermudah permasalahan yang diteliti

melakukan kegiatan yaitu editing,

klasifikasi, sistematisasi data.

2.5Analisis Data

Analisis data dengan menggunakan

analisis deskriptif kualitatif, yang

dilakukan dengan cara menguraikan

data-data yang diperoleh dari hasil penelitian

dalam bentuk kalimat-kalimat yang

disusun secara sistematis, sehingga dapat

diperoleh gambaran yang jelas tentang

masalah yang diteliti.

III.HASIL PENELITIAN

3.1Gambaran Umum Dinas

Koperasi, Perindustrian dan

Perdagangan Provinsi Lampung

Dasar Pembentukkan Diskoperindag

Provinsi Lampung yaitu Peraturan Daerah

Provinsi Lampung tentang Organisasi dan

Tata Kerja Dinas Derah Provinsi

Lampung. Diskoperindag Provinsi

Lampung mempunyai tugas

menyelenggarakan sebagaimana urusan

pemerintahan provinsi di bidang koperasi,

perindustrian dan perdagangan

berdasarkan asas otonomi yang menjadi

kewenangan, tugas dekonsentrasi dan

pembantuan serta tugas lain sesuai dengan

kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur

berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Sedangkan untuk menyelenggarakan

tugasnya, Diskoperindag Provinsi

Lampung mempunyai fungsi sebagai

berikut :

1) perumusan kebijakan teknis,

pengaturan dan penetapan

standar/pedoman bidang koperasi,

perindustrian dan perdagangan.

2) Pembinaan dan pengawasan

kelembagaan dan pemberdayaan

koerasi di tingkat provinsi.

3) Pengembangan iklim serta kondisi

mendorong pertumbuhan dan

(6)

wilayah provinsi.

4) Pemberian bimbingan dan

perlindungan koperasi lintas

kabupaten/kota.

5) pembinaan dan pengembangan

usaha kecil ditingkat provinsi.

6) fasilitas akses penjaminan dalam

penyediaan bagi UKM di tingkat

Provinsi.

7) pemberian fasilitas usaha industri

dalam rangka pengembanga IKM.

8) pemberian perlindungan kepastian

berusaha terhadap usaha industri

lintas kabupaten/kota.

9) pemberian bantuan teknis dalam

pencegahan pencemaran

lingkungan oleh industri lintas

kabupaten/kota.

10)penyedian bahan kebijakan dan

pelaksanaan kegiatan

pengembangan ekspor.

11)pembinaan, koordinasi dan

pengawasan perdagangan

12)pembinaan, sosialisasi, informasi

dan publikasi dan penyelenggaraan

perlindungan konsumen tingkat

provinsi.

13)pembinaan dan pengendalian

kemetrologian skala provinsi.

14)pelaksanaan pembinaan dan

pengembangan UKM,

perindustrian dan perdagangan di

tingkat provinsi.

15)pelaksanaan pengawasan,

monitoring, evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan bidang koperasi dan

UKM, perindustrian dan

perdagangan.

16)pelayanan administratif.

3.2Pelaksanaan Pengawasan

Terhadap Tera Ulang Pompa

Ukur BBM Oleh Dinas Koperasi,

Perindustrian dan Perdagangan

Provinsi Lampung

Sebagian tugas-tugas dan fungsi

Diskoperindag Provinsi Lampung adalah

memberikan perlindungan terhadap

konsumen dan produsen dengan cara

menciptakan jaminan dalam kebenaran

pengukuran serta adanya ketertiban dalam

pemakaian satuan ukuran, standar satuan,

metode pengukuran UTTP. Dalam

melakukan perlindungan konsumen dan

produsen ini maka dilakukan suatu

pengawasan terhadap tera ulang pompa

ukur BBM yang merupakan salah satu

UTTP yang ikut menunjang dalam dunia

perdagangan yang digunakan dalam

transaksi perdagangan, juga sebagai

penunjang dalam hal menentukan

takaran/jumlah volume BBM yang harus

dikeluarkan setiap terjadi transaksi

perdagangan BBM.

(7)

Sunarti Azis selaku Pejabat PNS

Diskoperindag Provinsi Lampung pada

Bidang Perdagangan Dalam Negeri Seksi

Tertib Niaga dan perlindungan Konsumen,

bahwa pelaksanaan pengawasan terhadap

tera ulang pompa ukur BBM yang

dilakukan Diskoperindag Provinsi

Lampung adalah suatu pengawasan

terhadap setiap pompa ukur BBM yang

bertanda tera atau tidak bertanda tera dan

apakah masih berada pada batas toleransi

yang diizinkan yang dilakukan oleh

Diskoperindag Provinsi Lampung pada

PDN Seksi Tertib Niaga dan Perlindungan

Konsumen yang dilakukan rutin setiap satu

bulan sekali. Hal ini sesuai dengan Pasal 2

Huruf (a) dan (b) dan Pasal 3 Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor :

50/M-DAG/PER/10/2009 tentang Unit Kerja dan

Unit Pelaksanaan Teknis Metrologi Legal

yang menyatakan bahwa penyuluhan,

pengamatan dan pengawasan terhadap

UTTP dalam hal ini salah satunya pompa

ukur BBM dilakukan oleh kantor dinas

provinsi yaitu Diskoperindag Provinsi

Lampung.

Hasil wawancara tersebut dipertegas oleh

Bapak Nurdin selaku Manajer SPBU No.

24.351.77 di Labuhan Ratu menurut beliau

pengawasan yang dilakukan oleh

Diskoperindag Provinsi Lampung memang

rutin dilaksanakan setiap bulan dan juga

pihak pengelola dari intern SPBU miliknya

juga melakukan pengawasan tersendiri

pada pompa ukur BBM sebelum

digunakan, kegiatan ini rutin dilakukan

setiap harinya. Agar tetap menjaga takaran

dalam penggunaan pompa ukur BBM. Hal

ini juga yang dirasakan oleh bapak ahmad

selaku pimpinan SPBU No. 24.351.74 di

Rajabasa, menurut beliau Diskoperindag

Provinsi Lampung memang rutin

melakukan pengawasan hanya saja

pengawasan tersebut bersifat pengambilan

sampel saja. Pengambilan sampel disini

berarti bahwa di daerah tersebut telah

dilakukan pengawasan.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut

diatas, bahwa pengawasan terhadap tera

ulang pompa ukur BBM dapat dilakukan

dengan dua cara yang dibedakan

berdasarkan instansi yang melakukan

pengawasan yaitu : 1) Pengawasan secara

internal, pengawasan ini dilakukan sendiri

yaitu pengelola SPBU sendiri pada bagian

staf pengawas yang rutin dilakukan setiap

harinya sebelum atau sesudah digunakan.

2) Pengawasan secara eksternal,

pengawasan yang dilakukan oleh organ

atau lembaga-lembaga yang secara

organisatoris/struktural berada di luar

instansi yaitu Diskoperindag Provinsi

Lampung yang bekerja sama dengan pihak

Kepolisian.

(8)

pengawasan yang dilakukan oleh

Diskoperindag Provinsi Lampung pada

Bidang PDN Seksi Perlindungan

Konsumen dan Tertib Niaga adalah

Pengawasan bersifat Eksternal. Selain itu

pengawasan ini juga dilakukan dengan dua

tindakan yaitu : 1) Tindakan preventif,

tindakan yang bersifat pencegahan dengan

cara melihat tanda tera pada setiap pompa

ukur BBM. Hal ini sesuai dengan apa yang

diatur dalam UUML yang tercantum di

dalam Pasal 25 huruf (a) sampai (c) dan

Pasal 26 huruf (a) sampai huruf (c). Ketika

Pompa ukur tersebut tidak sesuai dengan

pasal-pasal tersebut maka pemilik SPBU

tersebut akan dikenakan

peringatan-peringatan. 2) Tindakan Represif,

pengawasan yang dilakukan pada

penunjukkan batas toleransi pada mesin

pompa ukur BBM. Batas toleransi yaitu

berdasarkan Keputusan Menteri

Perindustrian dan Perdagangan Nomor

251/MPP/Kep/6/9 batas toleransi terhadap

mesin pompa ukur BBM diperbolehkan

maksimal ± 0,5%.. Apabila ditemukan

kesalahan penunjukkan pada pompa ukur

BBM diatas ± 0,5 % maka dilakukan

peringatan terhadap pengusaha pemilik

pompa ukur BBM dan diwajibkan untuk

meneraulangkan kembali pompa ukur

BBM tersebut.

Maksud dan tujuan dilakukannya suatu

pengawasan ini adalah untuk memberikan

perlindungan terhadap konsumen dan

produsen dengan cara menciptakan

jaminan dalam kebenaran pengukuran

serta adanya ketertiban dalam pemakaian

satuan ukuran, standar satuan, metode

pengukuran pada pompa ukur BBM serta

memberikan pemahaman kepada setiap

orang yang berhubungan dengan Pompa

ukur BBM ini mengenai apa yang menjadi

tugas dan tanggungjawabnya didalam

menjaga kelancaran dan kontinuitas

peredaran/pemakaian pompa ukur BBM

serta agar dapat tercapai daya guna dan

hasil guna sesuai apa yang telah

direncanakan sebelumnya.

Berikut adalah beberapa

tahapan-tahapan/prosedur yang harus dilakukan

pada pelaksanaan pegawasan terhadap tera

ulang pompa ukur BBM yaitu :

1) Persiapan

a. Pejabat PNS yang ditunjuk

harus menggunakan pakaian

seragam (berdasarkan Surat

Keputusan Menteri

Perdagangan dan Koperasi No.

75/Kp/III/S2)

b. Surat Perintah Tugas

c. Peralatan yang akan digunakan

dalam pengawasan

Peralatan yang digunakan

dalam pengawasan tera ulang

(9)

standar 20 ℓ), cap segel

metrologi, dll.

d. Surat-surat penyidikan ( surat

penyitaan/berita acara

penyitaan, surat panggilan,

label penyegelan).

e. UUML dan KUHAP

f. Tentukan lokasi yang

didasarkan kepada beberapa

aspek

2) Kegiatan dilapangan

a. Petugas mengamati/melihat cap

tanda tera yang tertera pada

Pompa Ukur BBM atau surat

keterangan sebagai pengganti

cap tanda tera sah yang berlaku.

b. Petugas

mengamati/memperhatikan

kebenaran penggunaan Pompa

Ukur BBM dan atau apakah

Pompa Ukur BBM tersebut

mempunyai satuan khusus

selain dari pada yang diatur

dalam PP Nomor 10 tahun

1987 tentang Satuan Turunan,

Satuan Tambahan dan Satuan

lain yang berlaku.

c. Petugas mengontrol kebenaran

penunjukan Pompa Ukur BBM

dengan menggunakan bejana

standar yang kemudian

dibandingkan dengan batas

toleransi (batas kesalahan) yang

diizinkan untuk tera.

d. Pejabat PNS dapat melakukan

tugasnya antara pukul 06.00

sampai pukul 18.00 waktu

setempat ditempat-tempat yang

tidak boleh dimasuki umum,

jika dalam waktu tersbut diatas

petugas tidak diperkenankan

masuk, maka Pejabat PNS

meminta bantuan penyidik

Kepolisian untuk dapat masuk.

Untuk menjamin/mengurangi terjadinya

pelanggaran terhadap penggunaan tanda

tera pada setiap pompa ukur BBM

tersebut, maka didalam UUML mengatur

tentang larangan-larangan yang tidak boleh

dilakukan oleh setiap orang baik pada

produsen maupun konsumen namun

terutama pada pihak produsen yang

semata-mata hanya untuk menambah

keuntungan.

Jika dalam pelaksanaan penggunaan

pompa ukur BBM yang dapat diketahui

melalui laporan seseorang atau petugas

yang tertangkap tangan atau diketahui oleh

Pejabat PNS terjadi suatu pelanggaran.

Maka seseorang atau petugas yang

tertangkap tangan atau diketahui oleh

Pejabat PNS tersebut mengajukan suatu

pengaduan. Setiap pelanggaran yang

terjadi pada penggunaan pompa ukur BBM

(10)

Setiap pengaduan dapat diajukan kepada

Penyidik PNS metrologi atau penyidik

Polri.

Pengaduan ini harus memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut :

1) Data/identitas diri pengaduan harus

lengkap

2) Adanya barang bukti lengkap

dengan spesifikasinya

3) Data/identitas dari pemilik,

pemakai, penjual dan penyewa

harus jelas

Setelah diterimanya suatu pengaduan maka

dapat dilakukan suatu tindakan yaitu :

1) Tindakan prefentif adalah tindakan

pembinaan atau pencegahan berupa

penjelasan, peringatan yang

dilakukan oleh yang berwajib

penanggungjawab pompa ukur

BBM. Tindakan prefentif ini dapat

dilakukan apabila memenuhi salah

satu kriteria sebagai berikut :a.

Belum pernah diperingatkan, b.

Bukan merupakan pelanggaran

yang diadukan oleh konsumen.

2) Tindakan represif adalah tindakan

penyidikan yang dilakukan oleh

yang berwajib terhadap

penanggungjawab pompa ukur

BBM. Tindakan represif ini dapat

dilakukan apabila memenuhi salah

satu kriteria berikut : a. Pelaku

pelanggaran sudah pernah

diperingatkan dua kali, b. Pompa

ukur BBM atau barang bukti

pelanggaran yang diadukan oleh

konsumen.

3.3Faktor Penghambat dalam

Pelaksanaan Pengawasan

Terhadap Tera Ulang Pompa

Ukur BBM Oleh Diskoperindag

Provinsi Lampung

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu

Sunarti Azis selaku PNS Diskoperindag

Provinsi Lampung bidang PDN seksi tertib

niaga dan perlindungan Konsumen

bahwasanya didalam melaksanakan

pengawasan, Diskoperindag Provinsi

Lampung mendapatkan satu kendala yaitu

tidak adanya Penyidik PNS Metrologi di

dalam Diskoperindag pada Bidang PDN

Seksi Tertib Niaga dan perlindungan

Konsumen, sehingga pada kendala ini

Diskoperindag Provinsi Lampung

melibatkan PNS pada UPTD Balai

Metrologi sebagai Penyidik PNS

Metrologi.

Hambatan yang dialami oleh

Diskoperindag Provinsi Lampung tersebut

terjadi sebelum otonomi daeah. Namun

setelah adanya otonomi daerah,

(11)

mendapatkan/menemukan

pelanggaran-pelanggaran terjadi. Hal ini dikarenakan :

1) Saat ini pemilik SPBU sudah taat

akan hukum sehingga mereka rutin

melakukan tera ulang seperti apa

yang tercantum pada peraturan

perundang-undangan.

2) Setiap harinya pemilik SPBU akan

mengecek pada pompa ukur BBM

miliknya, jika terjadi permasalahan

maka pemilik akan melaporkan

kepada pejabat yang berwenang.

3) Pemilik SPBU akan mengalami

kerugian, ketika takaran lebih atau

kurang dari batas toleransi.

IV.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan yang telah diuraikan maka

dapat diambil suatu kesimpulan, sebagai

berikut :

1) Pelaksanaan pengawasan terhadap

tera ulang pompa ukur BBM oleh

Diskoperindag Provinsi Lampung

adalah suatu pengawasan bersifat

eksternal yang dilakukan dengan

dua cara yaitu :

a. Bertindak secara preventif

adalah pengawasan yang

dilakukan dengan cara melihat

tanda tera didalam pompa ukur

BBM. Jika terjadi pelanggaran

akan dikenakan

peringatan-peringatan sebagai sanksi.

b. Bertindak secara represif adalah

pengawasan yang dilakukan

dengan cara pemeriksaan pada

mesin pompa ukur BBM dengan

menggunakan bejana standard

sebagai alat ukur tera terhadap

volume BBM yang berukuran

20 ℓ. apabila ditemukan

kesalahan penunjukkan pompa

ukur BBM diatas ± 0,5 % maka

wajib dilakukan penyidikkan

oleh Penyidik PPNS Metrologi

sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Sanski

yang diberikan dapat berupa

pencabutan izin usaha.

2) Faktor penghambat dalam

melakukan pengawasan yaitu tidak

adanya Penyidik PPNS Metrologi

di dalam Diskoperindag pada

Bidang PDN Seksi Tertib Niaga

dan perlindungan Konsumen,

sehingga pada kendala ini

Diskoperindag Provinsi Lampung

melibatkan PPNS pada UPTD

Balai Metrologi sebagai Penyidik

PPNS Metrologi.

(12)

Anwar, Saiful.2004. Sendi-Sendi Hukum

Administrasi Negara. Glora Madani Press

: Jakarta.

Bohari, H. 1992. Pengawasan Keuangan

Negara. Rajawali Pers: Jakarta

Manullang, M.1995. Dasar-Dasar

Manajemen. Ghalia Indonesia : Jakarta.

Prayudi. 1981. Hukum Administrasi

Negara. Ghalia Indonesia : Jakarta.

Situmorang, Victor M dan Jusuf Juhir.

1998. Aspek Hukum Pengawasan Melekat

dalam

Lingkungan Aparatur Pemerintahan.

Rineka Cipta: Jakarta

Sujanto. 1986. Beberapa Pengertian di

Bidang Pengawasan. Ghalia Indonesia :

Jakarta.

Universitas Lampung. 2011. Format

Penulisan Karya Ilmiah. Universitas

Lampung :

Bandar Lampung

Undang-undang Nomor 2 Tahun 1981

tentang Metrologi Legal.

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun

1985 tentang Wajib dan Pembebasan

untuk Ditera

dan/atau Ditera Ulang Serta

Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar,

Timbang dan Perlengkapannya.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun

2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan

Antara Pemerintah, Pemerintahan

Daerah Provinsi, dan Pemerintahan

Daerah Kabupaten/Kota

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 43 Tahun 2012 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Koordinasi, Pengawasan,

Dan Pembinaan Teknis Terhadap

Kepolisian Khusus, Penyidik Pegawai

Negeri Sipil, Dan Bentuk-Bentuk

Pengamanan Swakarsa

Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan Nomor 61/MPP/Kep/2/l998

tentang

Penyelenggaraan Kemetrologian

sebagaimana telah diubah dengan

Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan Nomor

251/MPP/Kep/6/1999

Peraturan Menteri Perdagangan Republik

Indonesia Nomor: 50/M-Dag/Per/10/2009

Tentang Unit Kerja dan Unit

(13)

Peraturan Menteri Perdagangan Republik

Indonesia Nomor: 08/M-Dag/Per/3/2010

Tentang

Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan

Perlengkapannya (UTTP) yang Wajib

Ditera dan Ditera Ulang

Keputusan Direktur Metrologi Nomor

1734/PDN-4.1.1/XII/2002 Tentang

Pedoman

Pengawasan UTTP dan Satuan Standar

Internasional

Peraturan Gubernur Provinsi Lampung

Nomor 14 Tahun 2008 tentang

Pembentukan,

Organisasi dan Tata Kerja UPTD pada

Referensi

Dokumen terkait

Mekanisme Pelaksanaan Pengawasan Bidang Kemetrologian Surabaya terhadap Pompa Ukur bahan bakar minyak (BBM) dalam rangka memberikan Perlindungan Hak Konsumen .... Sanksi –

Untuk itu penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ini ke dalam penelitian skripsi dengan judul “ Pengembangan Perangkat Lunak Pengolahan Tera, Tera Ulang dan

(2) UTTP yang dibebaskan dari tera dan tera ulang ditetapkan

Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pembayaran atas pelayanan tera/tera ulang, alat-alat ukur, takar, timbang dan

merupakan salah satu jenis Retribusi Jasa Umum yang dapat dipungut oleh Pemerintah Daerah pada saat memberikan pelayanan Tera/Tera Ulang Alat Ukur, Takar, Timbangan

Retribusi Jasa Umum Penggunaan Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) Metrologi Legal yang selanjutnya disebut Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang

Peran Dinas Koperasi dan UMKM Perindustrian dan Perdagangan atau Diskoperindag Kabupaten Pemalang mempunyai tugas dan fungsi sebagai pengawasan terhadap perlindungan

Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Koperasi UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lampung Barat yang disusun dengan memperhatikan Rencana Pembangunan