BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam satu dekade terakhir, kawasan Asia Pasifik menjadi sorotan dunia karena dianggap sebagai poros kawasan strategis internasional. Hal ini dipertegas dengan faktor ekonomi dan militer negara-negara Asia Pasifik yang terus berkembang dan mampu menyamai bahkan melebihi kawasan Eropa. Saat ini, pertumbuhan rata-rata gross domestic product negara Asia Pasifik (diluar Amerika Serikat dan Australia) secara kolektif mencapai 6,4%, dimana angka ini melewati pertumbuhan GDP kawasan Eropa yang hanya di bawah 4%.1 Sedangkan dalam bidang militer, negara-negara Asia Pasifik terus meningkatkan anggaran belanja miiliter setiap tahunnya. Sejak tahun 2006, negara Cina, Singapura, Taiwan, Korea Utara, Korea Selatan, dan Australia masuk ke dalam daftar 25 negara yang menghabiskan dana diatas lima miliar US dollar per tahun untuk belanja militer.2
Peningkatan kapasitas militer yang dilakukan negara-negara Asia Pasifik menunjukkan bahwa mereka sangat peduli pada aspek pertahanan dan keamanan. Meningkatnya kekuatan militer di kawasan Asia Pasifik merupakan realita yang membuat Amerika Serikat (AS) semakin melirik kawasan ini dan secara perlahan meninggalkan Timur Tengah. Semenjak era pemerintahan Presiden Obama, kebijakan politik luar negeri AS mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan era Presiden Bush. Perubahan kebijakan yang dilakukan oleh AS terkait pada aspek politik, ekonomi, dan militer secara berkala masuk ke dalam kawasan Asia Pasifik. Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton pada tahun 2010 yang menyatakan (dibalik):
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
1"Beyond Asia New Patterns of Trade dalam Earns and Young Report, 2012, hal 7" 2"“25 Top Spenders,” Defense News, 2006, dalam US CSR report for Congress tahun
It is increasingly clear that the strategic and economic center of gravity of the world in the 21st century will be the Asia-Pacific region.3
Pernyataan resmi di atas menunjukkan bahwa Asia Pasifik merupakan poros kawasan strategis dunia yang harus diperhatikan oleh AS. Oleh karena itu, melalui transformasi kebijakan politik luar negerinya, kekuatan militer AS yang sebelumnya fokus di Timur Tengah secara berkala dipindahkan ke kawasan Asia Pasifik. Tujuan pemindahan kekuatan militer AS adalah untuk menjaga keamanan regional Asia Pasifik karena kawasan ini dianggap sebagai pusat perekonomian dunia.4 Namun demikian, ada empat alasan krusial yang turut menjadi penyebab pemindahan pasukan militer AS, yaitu pertama, melakukan usaha penyeimbangan terhadap hegemoni militer Cina. Kedua, membantu kekuatan pertahanan setiap aliansi AS yang berada di kawasan Asia Pasifik dalam menghadapi ancaman. Ketiga, berpartisipasi dalam penyelesaian internal conflict
yang melanda Asia Pasifik, seperti isu North Korea Peninsula, Senkaku Dispute,
serta konflik Laut Cina Selatan. Keempat, meningkatnya arms race antar negara di kawasan Asia Pasifik.5
Berbagai alasan diatas membuat kebijakan militer AS fokus terhadap isu-isu strategis yang terjadi di kawasan Asia Pasifik. Melalui pemindahan kekuatan militernya, AS ingin menunjukkan kehadiran dan pengaruhnya yang besar. Penguatan diplomasi militer terus dilakukan AS dalam menjaga hubungan dengan aliansinya seperti Australia, Jepang, Korea Selatan, Thailand, dan Filipina. Pada tahun 2006, Trilateral Security Dialogue antara AS, Jepang, dan Australia dikukuhkan dalam rangka meningkatkan kerjasama militer untuk menjaga stabilitas keamanan regional Asia Pasifik.6 Kerjasama multilateral tersebut menandakan bahwa AS turut berpartisiasi dalam menjaga kawasan Asia Pasifik melalui penempatan pasukan militernya di Jepang dan Australia. Selain itu, AS turut melakukan kerjasama militer dengan Korea Selatan melalui Mutual Defense """"""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
3
Pidato resmi Hillary Clinton yang diambil dari jurnal ilmiah The Obama Administration’s Asia-Pacific Strateg karya Wu Xinbo, hal 79
4
Ibid hal 83
5
US Strategic and Defense Relationship in the Asia Pacific dalam CSR Report for Congress, hal 2–5.""
6
Treaty dalam menghadapi ancaman nuklir dari Korea Utara.7 Sedangkan pada kawasan Asia Tenggara, AS siap membantu Thailand dan Filipina dalam menghadapi Cina pada isu konflik Laut China Selatan. Negara AS menyatakan akan membantu aliansinya di Asia Tenggara apabila mendapat tekanan dan ancaman militer dari Cina.
1.2 Signifikansi Penelitian
Mengacu pada latar belakang di atas, maka penelitian ini memperlihatkan isu penting telah terjadi di kawasan Asia Pasifik. Kekuatan militer negara-negara Asia Pasifik terus meningkat yang diikuti oleh peningkatan alutsista dan anggaran pertahanannya. Hal utama yang menjadi isu penting adalah status Cina sebagai hegemoni di kawasan Asia Timur dan Korea Utara yang kerap mensinyalkan ancaman nuklirnya kepada sekutu AS. Kedua hal ini menjadi alasan dasar mengapa AS menempatkan pasukannya di kawasan Asia Pasifik, dimana hal tersebut merupakan salah satu bentuk investasi militer jangka panjang. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji dan menganalisis strategi penempatan pasukan AS di kawasan Asia Pasifik.
1.3 Tinjauan Pustaka/Penelitian Terdahulu
Transformasi kebijakan militer AS saat ini tertuju pada penempatan pasukannya di kawasan Asia Pasifik. Dimana hal ini sebelumnya turut disampaikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Michael Schiffer (2011) yang berjudul “US Defense Posture in the Asia-Pacific Region”. Dalam penelitiannya, Schiffer mengatakan bahwa AS sudah tidak lagi melakukan strategi direct attack,
namun demikian AS lebih memilih untuk melakukan investasi penempatan pasukan militernya di tiap aliansinya.8 Penempatan posisi pasukan tempur merupakan elemen yang penting karena hal ini adalah strategi untuk melakukan pencegahan ancaman, respon darurat, aktif membentuk lingkungan yang strategis, dan menguntungkan dalam sudut pandang geografis dan taktik.
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
7Ibid, hal 9 8
Sedangkan menurut David Beitelman (2012) dalam penelitiannya yang berjudul America’s Pacific Pivot, mengatakan bahwa hal utama yang membuat AS memindahkan pasukan tempurnya adalah kekuatan militer Cina yang semakin besar. Hegemoni Cina di kawasan Asia saat ini menjadi sorotan dunia, dimana strategi penempatan kekuatan tempur AS bertujuan untuk menyeimbangkan kekuatan Cina di tataran global.9 Mengacu pada dua penelitian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa prioritas utama militer AS dikarenakan hegemoni Cina, dimana strategi pertahanan AS saat ini bukan lagi dalam bentuk represif atau agresif, namun lebih kepada investasi pasukan militer di tiap aliansinya yang berada di kawasan Asia Pasifik.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan penelitian yang terdahulu, maka dalam penelitian ini peneliti mencoba mengkaji dan menganalisis pertanyaan terkait dengan strategi penempatan dan perkembangan pasukan militer AS di kawasan Asia Pasifik. Oleh karena itu dalam penelitian ini, pertanyaan akan dibagi menjadi sub-bab sebagai berikut :
1. Bagaimana strategi penempatan pasukan militer AS di kawasan Asia Pasifik?
2. Bagaimana investasi militer AS dengan sekutunya di kawasan Asia Pasifik?
1.5 Landasan Teori
1.5.1 Defensive Structural Realism
Dalam menganalisis transformasi kebijakan militer AS di kawasan Asia Pasifk, peneliti mengacu pada teori Realism yang menyatakan bahwa isu ancaman akan selalu ada pada tataran lingkungan global. Menurut Colin Elman, teori Realism menegaskan bahwa adanya hasrat dari negara sebagai aktor utama dalam meningkatkan kapabilitasnya secara kontinu untuk melakukan perlawanan pada """"""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
9
tiap ancaman yang datang.10 Oleh karena itu, setiap negara akan meningkatkan kekuatan militernya dalam rangka menjaga pertahanan dan kedaulatan. Usaha tersebut secara tidak langsung turut menimbulkan efek domino pada negara-negara tetangganya yang juga akan melakukan tindakan yang sama. Lebih dari itu, peneliti mengacu pandangan Defensive Structural Realism yang berasumsi bahwa negara melakukan upaya untuk menciptakan keamanan dan penyeimbangan sebagai pilihan yang rasional.11 Usaha tersebut dilakukan oleh suatu negara bersama dengan aliansinya untuk menghadapi hegemoni atau satu kekuatan besar yang dianggap sebagi ancaman.
Mengacu pada teori diatas, peneliti melihat kehadiran AS di kawasan Asia Pasifik tidak lepas dari alasan isu keamanan aliansinya. Realita memperlihatkan bahwa aliansi AS berpotensi mendapat ancaman militer dari Cina dan Korea Utara. Potensi ancaman militer dapat datang dari Cina terhadap Jepang dalam sengketa Senkaku Island. Selain itu, Hegemoni Cina di Laut Cina Selatan dianggap sebagai ancaman kedaulatan bagi Vietnam, Thailand, dan Filipina. Sedangkan pada isu Korea Peninsula, ancaman nuklir Korea Utara dianggap dapat menghancurkan stabilitas keamanan Asia Pasifik. Melihat realita ini, AS merasa perlu melakukan gelar kekuatan militernya di kawasan Asia Pasifik untuk melindungi aliansinya dan menunjukkan kehadirannya. Tindakan yang dilakukan AS tidak bersifat agresi, melainkan lebih pada deterrence effect terhadap negara yang mengancam aliansinya. Negara AS hanya menempatkan kekuatan militernya sebatas pengamanan dan tidak untuk menyerang Cina serta Korea Utara. Namun demikian, pasukan AS bersama sekutunya sangat siap untuk membalas apabila mendapat serangan militer terlebih dahulu. Selain itu, AS juga menempatkan kapal tempur freedom pada pertegahan 2012 di Singapura sebagai bentuk komitmen dalam menjaga aliansinya di Asia Tenggara.12 Penempatan ini diberlakukan selama 10 bulan kedepan untuk membantu aliansinya menghadapi """"""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
10 Collin Elman dalam Williams, Paul. Security Studies an Introduction. Routledge, New York, 2008, hal 15
11
Ibid, hal 20
12 Pernyataan dari mantan Menteri Pertahanan AS Leon Panetta dalam artikel, “U.S. plans 10-month warship deployment to Singapore”, diakses di
hegemoni Cina dalam konflik Laut Cina Selatan. Oleh karena itu operasi militer yang dilakukan AS dilihat oleh peneliti dari sudut pandang Defense Structure Realism. Tindakan yang dilakukan AS tidak dalam bentuk upaya penghancuran, namun demikian adalah tindakan pengamanan.
1.5.2 DIME Sebagai Elemen Kekuatan Nasional AS
Negara AS memiliki elemen diplomacy, information, military, dan
economiy (DIME) sebagai kekuatan nasionalnya yang komprehensif dalam menghadapi situasi yang kompleks di abad ke-21. Konsep DIME digunakan AS dalam melakukan strateginya terkait dengan tujuan, sumber daya yang dimilki, dan proses melakukannya (ends, means, way).13 Kombinasi tiap elemen DIME memperlihatkan bahwa kekuatan negara bertumpu pada berbagai aspek yang saling terkait. Pada contohnya adalah kekuatan ekonomi suatu negara secara signifikan akan mempengaruhi operasi militer. Selain itu, upaya diplomasi dan informasi akan membantu suatu negara dalam menggalang aliansi untuk meningkatkan kekuatan militernya.
Mengacu pada konsep di atas, strategi yang dilakukan AS dalam usaha masuk ke kawasan Asia Pasifik sangat didasari konsep DIME. Penempatan pasukan militer di Jepang, Korea Selatan, Australia dipengaruhi oleh: pertama, yaitu kemampuan diplomasi pertahanan yang dilakukan AS. Kemampuan diplomasi yang unggul membuat AS menempatkan pasukan militer di setiap aliansinya. Oleh karena itu, gelar kekuatan militer yang dilakukan AS secara bertahap membatasi pergerakkan Cina dan Korea Utara. Kedua, kekuatan militer AS juga tidak lepas dari aspek informasi sebagai upaya surveillance dalam mengumpulkan data-data dan informasi penting terhadap kekuatan Cina dan Korea Utara. Hal ini ditegaskan oleh Direktur Intelejen Nasional James Clapper, yang mengatakan peran intelejen AS terus mengamati perkembangan politik, teknologi, ekonomi dan kemajuan militer Cina. 14 Ketiga, kekuatan negara AS tidak terlepas dari kapabilitas militernya yang canggih, modern, dan berada di atas """"""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
13
Taylor, Richard, Tribal Alliance: Ends, Means, and Ways to Successful Strategy. Strategic Studies Institute, 2005, hal 3
14 Clapper, James dalam Statement for the Record Worldwide Threat Assessment of the US
rata-rata negara di dunia. Kekuatan militer AS dapat dilihat dari kapasitas man power, land system, air power, naval power, logistical, dan resources yang nilainya melebihi negara-negara lain.15 Dan, keempat adalah kekuatan ekonomi yang mendukung kapabilitas pertahanan secara signifikan. Melalui anggaran pertahanan yang tinggi maka peningkatan kapabilitas militer AS juga akan meningkat. Berdasarkan data yang diperoleh, anggaran pertahanan AS saat ini adalah sebesar 689 milliar US dollar.16
Melalui kekuatan elemen ekonomi, diplomasi, dan informasi, peneliti secara subjekif percaya bahwa semua elemen tersebut akan mempengaruhi kekuatan militer ekonomi secara signifkan. Ketepatan informasi yang akurat akan sangat membantu AS mengetahui kekuatan militer Cina dan Korea Utara. Keberadaan diplomat yang unggul mampu membantu kerjasama dan penempatan kekuatan militer AS di kawasan Asia Pasifik. Kerjasama bilateral dan multilateral di bidang ekonomi juga akan mengisi kas keuangan AS yang akan berdampak positif pada kekuatan militernya. Peneliti menganggap konsep DIME dipakai oleh AS untuk mewujudkan kepentingan negaranya di kawasan Asia-Pasifk.
1.6 Struktur Penelitian
Bab 1 (satu) : membahas latar belakang, signifikansi penelitian, tinjauan pustaka, dan landasan teori yang digunakan dalam menganalisis penempatan pasukan militer AS di kawasan Asia Pasifik.
Bab 2 (dua) : membahas strategi penempatan pasukan militer di kawasan Asia Pasifik. Penempatan pasukan militer di Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Australia akan dibahas secara komprehensif dalam bab ini. Selain itu, peneliti turut membahas penempatan pasukan militer di kawasan Hawaii dan Guam yang masih menjadi wilayah teritori AS di kawasan Pasifik.
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
15 See
Bab 3 (tiga) : membahas investasi militer yang dilakukan AS di kawasan Asia Pasifik, yakni pengembangan infrastruktur dan teknologi bersama dengan para aliansinya.
BAB 2
STRATEGI PENEMPATAN PASUKAN MILITER AS
DI ASIA PASIFIK
2.1 USPACOM Sebagai Landasan Strategi AS
Dalam rangka melaksanakan kebijakan penempatan pasukan militernya, negara AS membuat kebijakan United States Pacific Command (USPACOM) pada tahun 1947.17 Upaya untuk berpartisipasi di kawasan Asia Pasifik memang sudah lama dicanangkan, namun demikian usaha ini sempat tersendat dikarenakan misi AS dalam melawan teroris yang fokus di kawasan Timur Tengah pada era Bush. Bertolak pada kebijakan Obama yang baru dan kebangkitan Cina membuat kebijakan USPACOM kembali dijadikan pedoman utama AS. USPACOM dijadikan landasan untuk mendukung transformasi militer AS melalui ketujuh prinsipnya yakni, pertama international rules yang merupakan serangkain aturan terhadap tiap matranya untuk menyelesaikan sengketa tanpa paksaan. Kedua, partnership untuk meningkatkan hubungan tiap aliansi dan sekutu AS. Ketiga, Presence yang menyatakan kehadiran AS harus dapat beradaptasi pada perubahan lingkungan strategis. Keempat, force projection yang merupakan kebijakan investasi militer AS yang dilakukan di kawasan Asia Pasifik. Kelima, Unity of Effort yang merupakan kesatuan penuh dari semua sektor pemerintahan untuk mendukung kekuatan militer AS. Keenam, strategic communication untuk memastikan lancarya komunikasi yang dilakukan AS terhadap pada sekutunya di Asia Pasifik. Dan Ketujuh, Readiness to fight and win yang menyatakan bahwa USPACOM memiliki perintah komando untuk menyatakan perang dalam menjaga keamanan Asia Pasifik.18 Ketujuh dasar USPACOM menjadi ladasan kuat bagi AS untuk menempatkan kekuatan darat, udara, dan lautnya di kawasan Asia – Pasifik. USPACOM turut menjadi haluan dan strategi agar penempatan pasukan militer AS dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
17 See history of USPACOM dihttp://www.pacom.mil/about-uspacom/history.shtml
18 See guiding principles of USPACOM di
2.1.1 Strategi Penempatan Pasukan Berdasarkan USPACOM
Mengacu pada pedoman USPACOM, maka negara AS menetapkan strategi penempatan pasukannya yang terintegrasi di kawasan Asia Pasifik. Kebijakan tersebut mencakup kekuatan matra darat, udara, dan laut yang merupakan kekuatan gabungan. Strategi ini terbagi menjadi lima bagian yang masing-masing menjabarkan peta kekuatan militer amerika di Asia Pasifik. Strategi ini secara jelas menyatakan bahwa AS melakukan transformasi militernya secara serius.19
a. Strategi USPACFLT (United Sates Pacific Fleet)
Strategi ini terkait dengan peluncuran armada kapal induk AS yang ditempatkan di dekat kawasan Jepang yang mampu membawa puluhan pesawat tempurnya. Selain itu, strategi PACFLT memiliki kapasitas 180 kapal tempur dan 140,000 personel angkatan laut.20
b. Strategi MARFORPAC (The Marine Forces Pacific)
Strategi ini merupakan kekuatan marinir AS yang mampu mengerahkan pasukannya di pesisir laut dan ditengah laut. Kekuatan total dari MARFORPAC mencangkup 74 ribu personel marinir.21
c. Strategi PACAF (The Pacific Air Force)
Strategi ini merupakan operasi militer angkatan udara AS yang didukung oleh sembilan pangkalan udara militer yang berlokasi di kawsan Asia Pasifik. Selain itu PACAF turut memiliki kekuatan tempur sebanyak 300 pesawat tempur dengan dukungan 40 ribu personel angkatan udaranya.22 d. Strategi USARPAC (The US Army Pacific Command)
Strategi ini merupakan kekuatan operasi militer angkatan darat AS di kawasan Asia pasifik yang memiliki kekuatan 600 ribu personel.
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
19 Lima strategi militer AS di kawasan Asia Pasifik yang diperoleh dari CSIS report (Asia-Pacific Region, 2012), hal 48
20 United States Pacific Fleet – Facts, diakses di http://www.cpf.navy.mil/about/facts/, 21 data diperoleh di http://www.globalsecurity.org/military/agency/usmc/marforpac.htm 22
e. Strategi SOCPAC (The Special Operations Pacific Command)
Strategi ini merupakan kekuatan operasi militer AS yang terdiri dari 1,200 pasukan khusus yang memiliki multi dispilin ilmu militer.23 Strategi SOCPAC mampu melaksanakan operasi gabungan militer yang dilakukan di kawasan Asia Pasifik.
2.2 Jumlah dan Lokasi Penempatan Pasukan AS
Dalam kawasan Asia-Pasifik, sekutu AS terdiri dari Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Singapura. Oleh karena itu, penempatan kekuatan militer AS dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 2.1
Gelar Kekuatan AS di Kawasab Asia Pasifik tahun 201224
Gelar Kekuatan AS di Asia Timur dan Tenggara
Kekuatan Tempur Jumlah
Personel
Kerjasama
Jepang Army: 78th Avn, 78th Signal BDE, 83rd
Ordinance BDE, MP BDE
Air force: 35th fighter wing, 374th airlift wing, 18thwing
Navy/Marines:7th fleet, carrier strike
group 5, CVN-73, CVW-5, DESRON
35,000 US military 5000 DoD civilian
US-Japan Special
Action Committee
(2005, 2006, dan 2012)
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
23 data diperoleh di http://www.socpac.socom.mil/default.aspx"
operation center, 8th fighter wing
Naval/Marines: Fleet Activities dan MARFOR-K
Singapura Naval: four Littoral Combat Ship (LCS)
Air force & Army :-
No personnel Agreement in
Shangri-La
Dialogue Open
Gelar Kekuatan AS di kawasan Pasifik
Kekuatan Tempur Jumlah
Personel
Kerjasama
Australia Marines: Marine Air Ground Task Air force & Army: -
Air force: 36th wing, AF Contingency
Mengacu pada penempatan kekuatan militer AS, dapat dilihat bahwa secara tidak langsung AS sudah mengepung kawasan Asia Pasifik. Pasukan militer AS telah ditempatkan di kawasan Asia Timur seperti Jepang dan Korea Selatan melalui kekuatan matra darat, udara, dan laut. Jumlah pasukan militer di Jepang sebanyak 35,000 personel, sedangkan di Korea Selatan sebanyak 30,000. Hal ini menegaskan bahwa AS selalu siap sedia apabila Jepang mendapatkan tekanan dan agresi dari Cina dalam kasus Senkaku Island.25 Sedangkan penempatan pasukan di Korea Selatan juga menandai bahwa AS selalu siap melawan agresi dan ancaman nuklir dari Korea Utara. Pasukan tempur AS melakukan latihan militer secara rutin dengan pasukan Korea Selatan dalam rangka knowledge transfer dan juga sebagai usaha untuk melawan ancaman nuklir Korea Utara.26
Sedangkan pada kawasan Asia Tenggara, negara AS juga telah menempatkan empat littoral combat ship-nya di Singapura. Penempatan kapal tempur ini bertujuan untuk siap siaga apabila Singapura, Filipina, dan Thailand mendapat tekanan dan agresi dari Cina pada kasus South China Sea.27. Pada kawasan Australia, Guam, dan Hawaii, terlihat bahwa terjadi penambahan jumlah pasukan militer AS. Sebanyak 2,500 pasukan marinir AS ditempatkan di Australia sebagai bentuk partisipasi dalam menjaga stabilitas keamanan wilayah Pasifik. Sedangkan di kawasan Guam dan Hawaii, kekuatan tempur AS hadir melalui masing-masing matra darat, udara, dan laut.
Mengacu pada jumlah dan penempatan pasukan militer AS, realita ini selaras dengan konsep defensive structural realism yang mengatakan bahwa tiap negara selalu melakukan tindakan untuk menciptakan kemananan. Pihak AS tidak melakukan serangan secara langsung kepada Cina ataupun Korea Utara, namun demikian AS membangun kekuatan militer melalui penempatan pasukannya di """"""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
25
FlorCrus, Michelle, US takes Japan’s side on Disputed Territory in East China Sea, diakses di
http://www.ibtimes.com/us-takes-japans-side-disputed-territory-east-china-sea-saying-senkaku-islands-fall-under-security#
26 Harding, Alison.
tiap aliansi dan sekutunya. Hal ini secara jelas memperlihatkan bahwa AS meningkatkan kapabilitas militernnya secara rasional, melalui penguatan hubungan diplomatik dan kerjasama militer dengan Jepang, Korea Selatan, dan Australia. Selain itu, penempatan pasukan militer juga selaras dengan konsep diplomasi (DIME), yakni bagaimana AS tetap menjalin hubungan dengan aliansinya sehingga gelar kekuatan militernya mendapat dukungan penuh.
2.3 Elemen Strategis Terhadap Penempatan Kekuatan AS
Upaya penempatan pasukan militer AS di kawasan Asia Pasifik didukung oleh empat elemen rencana strategis. Keempat elemen tersebut tertuang dalam rencana transformasi militer AS melalui empat kebijakan pertahanannya yang dapat dijabarkan sebagai berikut:28
a. Geostrategic Political Military
Elemen ini memperlihatkan sejauh mana AS meningkatkan hubungan dengan sekutu dan mitranya di kawasan Asia. Peningkatan hubungan dengan tiap aliansinya selaras dengan konsep diplomacy yang tertuang pada konsep DIME. Usaha AS dalam rangka menempatkan pasukan militernya di kawasan Asia Pasifik tidak dapat lepas dari bantuan Jepang, Korea Selatan, Filipina, dan Thailand. Hubungan diplomatik yang kuat secara signifikan mempengaruhi penempatan pasukan AS secara efektif dan efisien di kawasan Asia Pasifik.
b. Force Structure and Management
Elemen ini memperlihatkan sejauh mana kapabilitas militer AS yang diharapkan mampu memelihara perdamaian, menjamin keamanan, dan menghadapi tiap gangguan yang berpotensi datang. Postur manajemen kekuatan militer AS saat ini tertuang dalam kebijakan United States Pacific Command (USPACOM). Kebijakan USPACOM sangat mendukung strategi militer AS melalui salah satu guiding principles
-""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
28 Rencana strategis AS yang diambil dari CSIS Report (US Forces Posture Strategy in Asia
nya, yakni, Force Projection yang terkait erat dalam serangkaian investasi militer berkelanjutan di kawasan Asia pasifik.29
c. Affordability
Elemen ini memperihatkan sejauh mana kesanggupan AS dalam menjamin kegiatan militernya di Asia Pasifik. Kesanggupan ini dilihat dari sudut pandang ketersediaan anggaran pertahanan AS selama menjalankan misi penempatan kekuatan militernya di Asia Pasifik. Sumber data menyebutkan bahwa, weapons spending AS di kawasan Asia Pasifik akan menembus angka 500 miliar US dollar dalam periode 2013 – 2021.30 Biaya militer yang tinggi menjadi perhatian AS karena saat ini pertumbuhan perekonomiannya tidak cukup baik, yakni hanya mencapai 4,1% pada tahun 2012.31
d. Executability
Elemen ini memperihatkan berbagai opsi, pilihan, dan sumber daya yang dimiliki AS dalam menempatkan kekuatan militernya di Asia Pasifik. Opsi dan sumber daya yang dimiliki tentunya harus feasible
dan dapat diimplementasikan. Sebagai contoh adalah ketersediaan Jepang, Korea Selatan, dan Filipina yang mau memberikan tempat untuk berlabuhnya pasukan militer AS di Asia Pasifik. Hal ini secara jelas membuat penggunaan anggaran militer AS tidak begitu banyak dibandingkan harus membuat pos militer seperti di kawasan Timur Tengah.
Mengacu pada empat elemen strategis di atas memperlihatkan bahwa upaya transformasi militer yang dilakukan oleh AS terkait erat dengan konsep DIME. Aspek diplomasi terkait erat dengan rencana geostrategic political military yang mengharuskan AS meningkatkan hubungan yang kuat dengan """"""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
29 Salah satu guiding principles USPACOM, diakses di
http://www.pacom.mil/about-uspacom/2013-uspacom-strategy.shtml 30
data diperoleh dari artikel Asia Pacific Defense Budgets North America by 2021, diakses di
http://www.defensenews.com/article/20130625/DEFREG03/306250018/Asia-Pacific-Defense-Budgets-Outstrip-N-America-By-2021-
31
sekutunya. Sedangkan pada aspek Military selaras dengan strategi force structure management yang mengharuskan AS mengevaluasi manajemen kekuatan militernya. Pada aspek economy mengharuskan AS untuk terus memantau kondisi perekonomiannya yang sangat mempengaruhi anggaran militernya. Sedangkan pada aspek information, terkait dengan informasi-informasi sumber daya, opsi, dan pilihan yang dimiliki AS untuk menjalankan upaya transformasi militernya di Asia Pasifik.
2.4 Keuntungan AS Atas Dampak Penempatan Pasukannya
Strategi penempatan yang diberlakukan AS di kawasan Asia Pasifik memberikan keuntungan militer yang sangat besar. Keuntungan tersebut berpengaruh positif pada rencana dan strategi AS untuk memperkuat posisinya di kawasan Asia Pasifik. Oleh karena itu, beberapa keuntungan dari penempatan pasukannya dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Hubungan aliansi yang semakin kuat
Dampak penempatan pasukan militer yang dilakukan AS tidak hanya memberikan keuntungan operasi militer saja, namun demikian AS turut memperkuat hubungan dengan aliansinya. Hubungan dengan Jepang, Korea Selatan, Singapura, Filipina, dan Australia dijadikan AS sebagai bentuk investasi pertahanan global.
b. Penguatan basis-basis pertahanan
Penempatan pasukan yang dilakukan AS secara signifikan memperkuat basis-basis pertahanan mereka di luar wilayah teritorinya. Basis pertahanan tersebut pada dasarnya merupakan milik sekutunya, namun demikian penggunaan basis tersebut dilakukan secara bersama-sama. Pada contohnya, di Jepang terdapat delapan basis seperti
udara, dan lautnya.32 Sedangkan pada kawasan Korea Selatan, terdapat empat basis pertahanan seperti Casey Base, Red Cloud Base, Kunsan Base, dan Humphreys Base yang digunakan oleh AS.33 Dua basis pertahanan AS di area ini sangat jelas bertujuan untuk menghadapi potensi ancaman yang dapat dilakukan oleh Cina dan Korea Utara. Basis-basis pertahanan AS juga memberikan dampak positif terhadap Jepang dan Korea Selatan, karena wilayah mereka akan lebih aman dengan hadirnya kekuatan militer AS.
c. Bantuan dana operasional dari sekutunya sebagai tuan rumah (Host Nation Support)
Negara AS mendapat keuntungan ekonomi dari penempatan pasukan militernya di kawasan Asia Pasifik, khususnya di Korea Selatan dan Jepang. Host Nation Support (HNS) yang diterima AS dari Jepang adalah sebesar 2,3 milliar US Dollar pada tahun 2012 , sedangkan Korea Selatan membantu sebesar 756 juta US Dollar pada tahun 2012.34 Dana tersebut merupakan bantuan dari Jepang dan Korea Selatan terhadap kebutuhan harian pasukan AS, logistik militer yang bersifat minor, biaya perawatan military base, dan perlengkapan militer lainnya.
d. Keuntungan rotasi militer dari kawasan Irak menuju Asia Pasifik Rotasi pasukan militer dari Irak memberikan beberapa keuntungan terhadap kekuatan darat, udar, dan laut. Pada matra darat, army akan fokus pada CONUS (Continental United States) di Asia Pasifik.35 Pada matra laut, navy dapat menggunakan beberapa kapal tempur yang baru di kawasan perairan Asia Pasifik. Sedangkan pada kekuatan darat, air force akan mampu menempatkan jumlah persawat tempurnya di basis-basis pertahanan milik Jepang dan Korea Selatan. Hal ini memperlihatkan bahwa, penempatan pasukan di kawasan Asia Pasifik """"""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
32
Green, Michael & Berteu, David Op.cit hlm 53
membuat kapabilitas laut, udara, dan darat akan meningkat secara seimbang dan proporsional. Hal ini sedikit berbeda dengan perang Irak, karena pada saat itu kekuatan laut AS tidak berkembang karena tidak digunakan.
Semua upaya yang terkait strategi penempatan pasukan AS di kawasan Asia Pasifik, sangat terkait dengan DIME sebagai elemen kekuatannya. Upaya penyebaran pasukan sangat didukung dengan peran diplomasi AS terhadap para sekutunya, sehingga AS mendapatkan bantuan area dan kawasan untuk dijadikan basis pertahanannya. Melalui pendekatan diplomasi yang baik maka hubungan AS dengan sekutunya tetap terjaga dan semakin erat, sehingga hal ini menjadi salah satu bentuk investasi jangka panjang AS. Selain itu, elemen informasi dilakukan AS dalam bentuk pengumpulan data-data penting terhadap Cina dan Korea Utara. Usaha pengintaian (surveillance) dilakukan untuk mengetahui rencana dan potensi apa saja yang dapat dilakukan oleh lawannya, sehingga AS mampu menyusun strategi yang lebih unggul.
Strategi penempatan pasukan AS turut didukung oleh kapabilitas kekuatan
militernya, dimana hal ini dapat dilihat dari gelar kekuatan yang komprehensif, yakni darat, udara, laut, dan marinir. Kapabilitas pasukan militer AS dikembangkan secara seimbang di setiap basisnya, dimana kekuatan laut tidak lebih lemah dibandingkan kekuatan udara dan daratnya ataupun sebaliknya. Teknologi militer pun turut digunakan AS dan juga diberikan kepada para sekutunya sebagai bentuk military transfer knowledge. Sedangkan pada elemen
BAB 3
INVESTASI KEKUATAN MILITER AS
DENGAN SEKUTUNYA
3.1 Peningkatan Investasi Militer AS di Asia Timur
Penempatan pasukan milter yang dilakukan AS turut diikuti oleh investasi
militer bersama dari tiap sekutunya seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan.
Investasi militer tidak hanya mengacu pada penambahan anggaran militer saja,
namun demikian investasi dapat dilihat dari sebuah bentuk kerjasama militer,
transfer teknologi, transfer pengetahuan militer, dan pembangunan infrastruktur
serta sarana pendukung perang. Investasi militer memberikan berbagai
keuntungan dibandingkan hanya sekedar melakukan penempatan angkatan tempur
saja. Investasi militer merupakan bentuk strategi AS bersama para sekutunya
dalam meningkatkan kekuatan tempur dalam menghadapi berbagai ancaman dan
agresi dari Cina dan Korea Utara. Oleh karena itu, masing-masing investasi
militer antara AS dengan negara-negara kawasan Asia Timur dijabarkan sebagai
berikut36.
3.1.1 Investasi Militer di Jepang
Dalam rangka meningkatkan kemampuan tempurnya, AS melakukan
berbagai investasi militer secara kontinu di Jepang melalui:
a. Peningkatan fasilitas Airbase
Negara AS bersama Jepang bekerjasama dalam membangun fasilitias
pelabuhan udara (Air Base) untuk memastikan lancarnya penempatan
pesawat-pesawat tempur milik AS. Lapangan udara merupakan
fasilitas penting bagi AS sebagai tempat transit dan pemusatan
kekuatan sementara di Jepang. Sebagai contonya, melalui fasilitas
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
36 See expanding partner contribution hlm 18-21, pada Transforming US Military Strategy in Asia,
lapangan udara yang memadai, AS mampu menempatkan sebanyak
130 Air Forces Fighters di Misawa dan Kadena.37
Misawa dan Kadena merupakan dua air base yang sangat signifikan
dalam membantu kekuatan udara AS maupun pasukan militer Jepang
(Japan Self Defense Force) dalam melakukan latihan militer matra
udara. Oleh karena itu konsep harden facilities pada tiap airbase dan
airfield merupakan faktor krusial dalam hal investasi kekuatan udara
AS di Jepang.
b. Pengembangan kapabilitas antisubmarine war craft (ASW)
Saat ini, pengembangan kekuatan maritim menjadi prioritas Jepang
dan AS melalui pengadaan ASW yang modern untuk mendeteksi,
menelusuri, dan menghancurkan musuh. ASW merupakan bagian dari
kekuatan tempur maritim yang terdiri dari kapal tempur, pesawat
tempur, dan kapal selam. Pada tahun 2009, Jepang melakukan
pengadaan ASW Two Kawasaki P-1 Patrol Maritime untuk
mendukung program C4ISR (Command Control Communication
Computers Intelligence Surveillance and Reconnaissance) yang
ditetapkan oleh AS.38 Melalui pengembangan ASW, maka AS bersama
Jepang akan mampu menyeimbangi kekuatan maritim Cina yang saat
ini juga mengalami peningkatan yang signifikan. Saat ini Cina
merupakan ancaman Jepang dan AS, karena Cina juga melakukan
investasi yang besar dalam melakukan pengembangan ASW untuk
meningkatkan kekuatan tempurnya.39
3.1.2 Investasi Militer di Korea Selatan
Negara AS juga melakukan investasi militer dalam bentuk pembangunan
saranan dan infrastrukur militer, transfer teknologi, dan pengetahuan
militer dengan Korea Selatan untuk menghadapi ancaman dari Korea
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
37"Data"diperoleh"dari"http://www.misawa.af.mil/index.asp"" 38
Hardy, James. Japan’s Navy: Sailing Towards the Future, diakses di
http://thediplomat.com/2013/01/21/japans-navy-steaming-towards-the-future/
39 Apthrop, Clarie, ASW Capabilities in the Asian Region.
Utara. Ancaman nuklir yang dilontarkan Korea Utara menjadi salah satu
prioritas utama yang dihadapi AS dalam rangka mewujudkan stabilitas
keamanan di Asia Pasifik. Oleh karena itu, negara AS melakukan investasi
militer di Korea Selatan yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Pengembangan Ground Forces di Korea Selatan
Ground Forces merupakan elemen penting bagi kekuatan tempur darat
(army) yang dimiliki AS. Pengembangan ground forces merupakan salah
bentuk investasi militer AS melalui pengadaan infantri, kavaleri, artileri,
dan berbagai alat tempur darat lainnya. Pengembangan ground forces
dilakukan bersama dengan pasukan militer Korea Selatan untuk
menghadapi potensi ancaman dari Korea Utara. Pengembangan ground
forces di Korea Selatan dimulai sejak tahun 2010, dibawah komando Gen.
James D. Thurman (AS) dan Gen. Jung Seung Jo (Korea Selatan).40
b. Pengembangan fasilitas lapangan udara di Korea Selatan
Negara AS bersama Korea Selatan saat ini terus mengembangkan fasilitas
bandara udara militer yakni, US 7th
Air Force Headquarters di Osan41
.
Keberadaan fasilitas lapangan udara meupaka hal vital, karena negara AS
saat ini tengah menempatkan pesawat tempur F-16x40 sebanyak 60 unit
dengan personel sebanyak 8,000 pasukan udara di Osan.42
Investasi
kekuatan udara yang dilakukan AS bertujuan untuk memantau
perkembangan dari potensi ancaman nuklir yang dilontarkan oleh Korea
Utara. Melalui kekuatan udara yang canggih, maka AS dapat melakukan
pengintaian terhadap perkembangan yang terjadi di Korea Utara.
3.1.3 Investasi Militer di Taiwan
Dalam menghadapi hegemoni Cina, negara AS merangkul Taiwan untuk
meningkatkan kapabilitas kekuatan tempur bersamanya di kawasan Asia """"""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
40
Kwon relieves Jung as Deputy CFC, diakses di
http://www.usfk.mil/usfk/(S(mvcn3sjoy5n11zcqylpradrp))/press-release.kwon.relieves.jung.as.deputy.cfc.gcc.commander.printview.918?AspxAutoDetectCookieS upport=1
41 Cordesman, Anthony. The Korean Military Balance: Comparative Korean Forces and the
Timur. Hal ini dilakukan AS mengingat Cina tidak memiliki hubungan
diplomatik terhadap Taiwan, dengan demikian hal ini dijadikan AS
sebagai penambahan kekuatan militernya. Oleh karena itu, investasi
militer yang dilakukan AS di Taiwan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pengembangan antiship cruise missiles (ASCMs) di Taiwan
Negara AS tengah melakukan investasi penanaman rudal di berbagai
kawasan wilayah Taiwan. Investasi kekuatan rudal ini merupakan
salah bentuk upaya AS dalam menghadapi hegemoni Cina. Saat ini
Cina telah membuat lebih dari 1,000 rudal balistik dan ASCMs. 43
Dengan demikian, upaya invesasi ASCMs di Taiwan akan memberikan
kekuatan bagi AS dalam menyeimbankan pengaruh Cina di perairan
Taiwan.
b. Pengadaan diesel Submarine di Taiwan
Melalui kekuatan diplomatiknya, AS mendorong Taiwan dalam usaha
produksi kapal selam berkekuatan diesel. Saat ini Taiwan negara yang
unggul dalam pembuatan kapal selam militer untuk kawasan Asia
Timur. Kemampuan Taiwan tentunya dimanfaatkan oleh AS dengan
membeli delapan kapal selam berkekuatan diesel seharga 12 miliar US
dollar.44
Pengadaan diesel submarine yang dilakukan AS ditempatkan di
perairan Taiwan (Taiwan Strait) sebagai bentuk deterrence kepada
Cina. Kemampuan Taiwan dalam memproduksi diesel submarine tidak
lepas juga dari bantuan AS yang memberikan hubungan (link) ke
negara-negara maju seperti Jerman dan Jepang.45 Kerjasama dengan
Jerman dan Jepang memberikan dampak pada transfer teknologi atas
pembuatan kapal selam terhadap Taiwan.
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
43 Annual Report to Congress: Military and Security Developments Involving the People’s
Republic of China 2013, hlm 59""
44 Cole, Michael. Taiwan’s New Source for Submarine Tech, diakses di
3.2 Peningkatan Investasi Militer AS di Australia/Pasifik
Dalam rangka menjalani strategi Pivot to Asia Pacific, negara AS
merangkul Australia sebagai mitra untuk meningkatkan kapabilitas militernya.
Hubungan dekat antara AS dan Australia dapat dilihat dari berbagai program
militer yang telah dan sedang dilakukan. Program-program latihan militer
merupakan salah satu bentuk investasi militer AS di kawasan Pasifik, dimana hal
ini dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Darwin Sebagai Kawasan Pengembangan Marinir AS
Negara AS menempatkan sebanyak 2,500 pasukan marinirnya di
kawasan Darwin, dimana hal ini ditegaskan langsung oleh Obama pada
tahun 2011.46
Penempatan pasukan tersebut merupakan strategi AS
dalam mengembangkan kekuatan maritimnya di kawasan Asia Pasifik.
Penempatan pasukan marinir merupakan program berkelanjutan
sampai dengan tahun 2016 dengan biaya 1,6 miliar US dollar per
tahunnya.47
Penempatan pasukan AS tidak lepas dari bantuan dari
Australia yang mau menyediakan tempat latihan militer bagi pasukan
marinir AS. Apabila tidak ada bantuan pinjaman kawasan, maka besar
kemungkinan biayanya akan sangat tinggi.
b. Pelatihan anti submarine warfare (ASW)
Sebanyak 1,000 personel militer Australia dan 8,000 personnel AS
melakukan latihan militer ASW di kawasan pantai utara Australia.
Kedua pasukan militer masing-masing saling memberikan konstribusi
atas pengetahuan dan ilmu militer. Pelatihan ini turut
mengikutsertakan beberapa kapal dan rudal tempur seperti (1) aircraft
carrier USS George Washington/CVN 73; (2) carrier air wing / CVW
5; (3) guided-missile cruiser USS Antietam / CG 54; (4) guided missile
destroyer lassen / DDG 82; dan (5) RAN guided missile frigate
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
46 Calmies, Jackie. US. Marine Base for Australia Irritates China, diakses di
http://www.nytimes.com/2011/11/17/world/asia/obama-and-gillard-expand-us-australia-military-ties.html?pagewanted=all&_r=0""
47 Hill, Craig. US Marines Based in Australia will cost 1,6 Billion, diakses di
HMAS Sydney (FFG 03)48 Pelatihan ASW yang dilakukan AS
bersama Australia merupakan bentuk dari investasi militer yang
diterapkan di kawasan Pasifik.
Mengacu pada seluruh investasi militer yang dilakukan oleh AS, hal ini
selaras dengan konsep defensive structural realism, dimana AS melakukan
investasi sebagai bentuk perlindungan terhadap dirinya dan sekutunya terhadap
potensi ancaman Cina dan Korea Utara. Usaha investasi militer yang dilakukan
AS tidak bersifat represif ataupun agresif dengan tidak serta merta langsung
menyerang Cina dan Korea Utara. Namun demikian, investasi militer AS lebih
mengarah kepada tujuan rasional yang berjangka panjang, bersifat strategis, dan
bertujuan untuk melindungi aliansinya. Seluruh investasi militer di kawasan
Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Singapura, dan Australia merupakan langkah
bijak AS untuk meningkatkan kekuatan militernya untuk diperlihatkan kepada
Cina dan Korea Utara sebagai bentuk efek getar.
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Penempatan pasukan militer AS dikawasan Asia Pasifik merupakan kebijakan strategis yang diterapkan oleh pemerintahan Obama, hal ini dikarenakan kawasan Asia Pasifik merupakan poros perkembangan dunia, baik itu di sisi militer maupun ekonomi. Obama menyadari bahwa apabila AS mampu menempatkan posisinya di kawasan Asia Pasifik, maka AS akan mampu menjaga kapabilitasnya sebagai negara yang dominan di dunia. Oleh karena itu, dalam rangka mendukung strategi AS, kekuatan militer digunakan oleh Obama sebagai salah satu perangkat yang paling efektif. Pendekatan militer yang digunakan Obama dilakukan melalui strategi penyebaran pasukannya di kawasan Asia Pasifik. Negara AS berhasil menyebar kekuatan militernya di semua aliansinya seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Australia. Selain itu, AS juga telah menempatkan kekuatan pasukannya di kawasan Pasifik yang masih menjadi wilayah teritorinya, seperti Guam dan Hawaii. Sedangkan pada negara Singapura, Vietnam, dan Filipina, AS turut menempatkan pasukannya, namun hanya sebatas transit dan usaha siap siaga. Melalui penempatan pasukan militernya, negara AS berhasil membangun kapabilitas basis-basis pertahanan yang secara tidak langsung sudah mengepung kawasan Asia Pasifik. Penyebaran pasukan AS tentunya telah membuat pergerakkan Cina menjadi terbatas, serta melindungi aliansinya dari ancaman Korea Utara. Selain itu, gelar kekuatan AS di kawasan Asia Pasifik bertujuan sebagai efek getar terhadap Cina dan Korea Utara.
4.2 Saran