• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Udang Windu Organik dan Nonorganik (Studi Kasus : Batang Kilat Kota Medan Propinsi Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Udang Windu Organik dan Nonorganik (Studi Kasus : Batang Kilat Kota Medan Propinsi Sumatera Utara)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan hasil penelitian Meinugraheni (2004) yang berjudul “Analisis Finansial Usaha Budidaya Udang Windu Di Desa Singaraja Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu Jawa Timur” diketahui bahwa usahatani udang windu Desa Singaraja jauh lebih menguntungkan daripada usahatani padi dalam satu tahun dan dengan luas lahan yang sama.

Menurut penelitian Mahmud, dkk (2007) yang berjudul Pengkajian “Usaha Tambak Udang Windu Tradisional di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan” menyatakan bahwa bahwa usahatani udang windu tradisional dengan sistem monokultur menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari nilai R/C rasio yang lebih besar dari satu.

Pada penelitian Sutrisno (2009) yang menggunakan analisis regresi linear berganda menunjukan bahwa kultur tehnis (X1), varietas (X2), pupuk (X3), rendemen (X4), dan biaya (X5) berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Yang termasuk biaya yaitu biaya sewa lahan, biaya varietas unggul, biaya pupuk bermutu, dan biaya tenaga kerja.

Penelitian Susilo (2007) dengan judul “Analisis Ekonomi Usaha Budidaya Tambak Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi” menunjukkan bahwa pendapatan usahatani tambak di Desa Sepatin Kutai Kartanegara menguntungkan karena menunjukkan nilai RCR yang lebih besar dari satu.

(2)

pendapatan (Y), artinya pendapatan petani dipengaruhi secara dominan oleh variabel panerimaan dan biaya tenaga kerja, sedangkan variabel biaya benih (X2), biaya pupuk (X3), biaya pestisida (X4), dan biaya penyusutan alat (X6) tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan (Y). Hal ini disebabkan berapapun biaya produksi yang dikeluarkan petani (biaya benih, biaya pupuk, biaya pestisida, dan biaya penyusutan alat) tidak mempengaruhi pandapatan petani yang diperoleh dalam setiap musim tanam.

Penelitian Yulianto (2005) yang menggunakan metode regresi linear berganda menunujukan bahwa biaya saprodi (X1) (benih, pupuk, pertisida) dan biaya tenaga kerja (X2) berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani semangka. Yang termasuk dengan biaya saprodi yaitu biaya benih, pupuk, pestisida.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Usahatani

Usahatani (farm) adalah organisasi dari alam (lahan), tenaga kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi tersebut ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang sebagai pengelolanya (Firdaus, 2008).

(3)

2.2.2. Karakteristik Udang Windu

Klasifikasi udang windu (Penaeus monodon Fab.) menurut Suwignyo

1997 adalah sebagai berikut : Filum : Crustacea Kelas : Malacostraca Subkelas : Decapoda Ordo : Natantia Famili : Pencidae Genus : Penaeus

Spesies : Penaeus monodon Fab.

Secara morfologi tubuh udang windu dibedakan atas cephalothorax yang Terdiri dari kepala dan dada serta bagian abdomen (perut). Di bagian kepala terdapat sepasang mata bertangkai, sepasang antenna, sepasang antenula, sepasang mandibula, dan sepasang maksila. Di bagian dada terdapat terdapat tiga pasang maksiliped dan lima pasang kaki renang serta sepasang uropod yang terletak disamping telson (Martusudarmo dan Ranoemihardjo, 1981). Bagian kepala dan dada tertutup oleh sebuah kelopak kepala atau cangkang kepala yang disebut kerapas dan dibagian depan kelopak kepala terdapat rostum yang memanjang dan bergerigi (Suyanto dan Mujiman, 2002).

(4)

dan seterusnya menjadi juvenile serta akhirnya tumbuh menjadi udang dewasa (Mochizuki, 1978).

Menurut Suyanto dan Mujiman (2002) teknik budidaya udang windu sebagai berikut :

1. Tradisional

Menggantungkan seluruh makanan organik yang tersebar di seluruh tambak baik dengan pemupukan atau tidak. Padat penebaran sebesar 1.000-10.000 ekor/ha/musim.

2. Semi Intensif

Menggunakan makanan tambahan, untuk melengkapi makanan alami serta menggunakan pompa air sebagai tambahan untuk mengganti air pasang surut. Sistem ini digunakan pintu-pintu pembuangan pada setiap petakan sebagai pintu tambahan. Padat penebaran sebesar 10.000-50.000 ekor/ha/musim.

3. Intensif

Semua sarana produksi tidak tergantung pada alam serta menggunakan aerasi. Padat penebaran sebesar 100.000-600.000 ekor/ha/musim.

2.2.3. Teknik Budidaya Udang Windu Organik

(5)

ekor per ha, padatan tebar benih bandeng 500 – 1000 ekor per ha. (3) Perawatan, seperti pemberian pakan, pupuk air, pembuangan ganggang. (4) Pemanenan, setelah berumur 3-4 bulan.

2.2.4. Teknik Budidaya Udang Windu Non Organik

Teknik pembudidayaan udang windu non organik adalah sebagai berikut :

(1) Proses persiapan lahan, fisik tambak seperti bedengan, pemupukan serta bahan-bahan lain yang bertujuan untuk meningkatkan unsur hara sebagai pakan alami udang. Pupuk yang digunakan adalah pupuk buatan/kimia (Urea, SP) atau pupuk organic; (2) persiapan benih; (3) Penebaran benih, dengan padatan tebar 20.000 – 60.000 ekor per ha; (4) Sarana produksi seperti pompa air, kincir dan, berujuan meningkatkan suplai air dan kadar oksigen dalam tambak; (5) Perawatan, seperti pemberian pakan buatan dan obat-obatan; (6) Pemanenan, setelah berumur 3-4 bulan.

2.2.5. Tambak Organik dan Non Organik

(6)

Noor (2006) menyatakan bahwa “tambak non organik identik dengan sistem budidaya tambak intensif dan semi intensif. Teknik dasar budidaya ini adalah memberikan perlakuan tambahan dalam input produksi dari kondisi alamiah seperti pakan buatan, obat-obat kimia dan kincir air dengan tujuan meningkatkan kuantitas produksi. Dengan asumsi daya dukung alamiah lingkungan kurang berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga diperlukan faktor input tambahan yang efisien dan dapat dikontrol dalam kurun waktu tertentu”.

Christianti (2006) dalam Noor (2006) menyatakan ciri-ciri tambak non organik (semi intensif dan intensif) sebagai berikut :

1. Luas petakan tambak kecil

2. Tidak tergantung padapasang surut air laut 3. Padat tebar tinggi tinggi

4. Menggunakan pakan, pupuk, dan obat-obatan sintetik.

Tambak organik adalah suatu cara pembudidayaan perikanan secara alamiah. Hal ini merupakan alternatif untuk mengurangi kejenuhan lingkungan terhadap siklus tambak non organik. Jenis pakan alami yang digunakan seperti klekap dan detritus. Sehingga metode penumbuhan klekap merupakan tahap utama sebagai jaminan kelangsungan hidup udang.

Menurut Christianti (2006) dalam Noor (2006) menyatakan ciri-ciri tambk tradisional/organik sebagai berikut :

1. Luas petakan tambak besar

2. Bergantung pada pasang surut air laut 3. Padat tebar randah

(7)

5. Keadaan lingkungan masih baik dan bebas polusi.

2.2.6. Pendapatan

Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas. Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang atau natura yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah usaha rumah tangga atau sumber lain. Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (Samuelson dan Nordhaus, 2002).

Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi dipasar faktor produksi (seperti halnya juga untuk barang-barang dipasar barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan. Secara singkat pendapatan seorang warga masyarakat ditentukan oleh :

a. Jumlah faktor-faktor produksi yang ia miliki yang bersumber pada ; 1. Hasil-hasil tabungannya di tahun-tahun yang lalu

2. Warisan atau pemberian

(8)

Harga-harga ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan di pasar faktor produksi. Penawaran dan permintaan dari masing-masing produksi ditentukan oleh faktor-faktor yang berbeda, antara lain :

a. Tanah (termasuk didalamnya kekayaan-kekayaan yang terkandung didalam tanah, mineral, air dan sebagainya) mempunyai penawaran yang dianggap tidak akan bertambah lagi. Sedangkan permintaan (demand) akan tanah biasanya menaik dari waktu ke waktu karena : (a) naiknya harga barang-barangpertanian, (b) naiknya harga barang-barang lainnya (mineral, barang-barang industri yang menggunakan bahan-bahan mentah dari tanah), (c) bertambahnya penduduk (yang membutuhkan tempat tinggal). Dengan demikian harga dari tanah akan menaik dengan cepat dari waktu ke waktu.

(9)

c. Tenaga Kerja mempunyai penawaran yang terus menerus menaik sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Sedangkan permintaan akan tenaga kerja tergantung pada kenaikan permintaan akan barang jadi (seperti halnya dengan permintaan akan barang-barang modal. Disamping itu permintaan akan tenaga kerja dipengaruhi pula oleh kemajuan teknologi ini. Permintaan akan tenaga kerja tidak tumbuh secepat penawaran tenaga kerja (atau pertumbuhan penduduk) maka ada kecenderungan bagi upah (harga faktor produksi tenaga kerja) untuk semakin menurun.

d. Kepengusahaan (entrepreunership) merupakan faktor produksi yang paling sulit untuk dianalisis, karena faktor-faktor yang menentukan penawaran pun permintaannya sangat beraneka ragam (dan sering faktor-faktor ini diluar kemampuan ilmu ekonomi untuk menganalisis, misalnya : faktor-faktor motivasi lain dan sebagainya). Pada umumnya penawaran pada Negara berkembang orang yang berjiwa enterpreuner masih sangat kecil. Inilah sebabnya penghasilan untuk pengusaha yang sukses juga cukup besar di negara tersebut.

(10)

Menurut Prawirokusumo (1990) dalam Hastuti (2008) ada beberapa jenis pendapatan yaitu :

1. Pendapatan kotor (Gross Income) adalah pendapatan usahatani yang belum dikurangi biaya-biaya.

2. Pendapatan bersih (net income) adalah pendapatan setelah dikurangi biaya.

3. Pendapatan pengelola (management income) adalah hasil pengurangan dari total output dengan total input.

2.2.7. Analisis Usahatani

Ilmu Usaha tani adalah ilmu yang mempelajari cara menggunakan sumberdaya yang ada untuk mendapatkan keuntungan pada waktu tertentu. Efektif jika penggunaan sumberdaya tersebut tetap sasaran dan sesuai kebutuhan, serta efisien jika pemanfaatanya bisa menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi, 1995).

Biaya usahatani adalah segala biaya yang digunakan untuk melakukan suatu usahatani. Biaya usahatani diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Biaya tetap (Fixed cost)

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan tidak bergantung pada

jumlah produksi yang dihasilkan. Produksi banyak atau sedikit bahkan jika kegiatan produksi terhenti sekalipun, biaya ini tetap dikeluarkan. Contoh biaya tetap adalah pajak, sewa tanah, penyusutan alat dan bangunan.

2. Biaya variabel (Variable cost)

(11)

atau kecilnya jumlah produksi yang diperoleh. Biaya ini bertambah sesuai dengan peningkatan produksi dan akan berkurang mengikuti penurunan produksi. Contoh biaya variabel seperti upah tenaga kerja dan sarana produksi (Soekartawi, 2003).

Menurut Soekartawi dalam Utary (2013) menyatakan bahwa penerimaan pada usahatani adalah hasil perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

TR = Y . Py………..(1) dimana :

TR = Total penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga Y

Dalam Utary (2013) dinyatakan bahwa “Pendapatan adalah suatu ukuran balas jasa terhadap faktor-faktor produksi yang ikut dalam proses produksi. Pengukuran pendapatan untuk tiap-tiap jenis faktor produksi yang ikut dalam usahatani tergantung pada tujuannya. Pada akhirnya para petani dari setiap usahataninya mengharapkan pendapatan yang disebut pendapatan usahatani”. Pendapatan usaha tani adalah selisih antara total revenue (TR) dengan total cost

(TC) atau dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut : Pd

dimana :

= TR –

TC………..(2)

Pd

TR = Total Revenue (Total Penerimaan) = Income (Pendapatan)

(12)

Menurut Suratiyah (2006) biaya penyusutan alat-alat pertanian dapat diperhitungkan dengan cara membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal pakai. Adapun salah satu metode perhitungan biaya penyusutan adalah metode garis lurus. Metode ini digunakan karena jumlah penyusutan alat tiap tahunnya dianggap sama dan diasumsikan tidak laku bila dijual. Persamaan biaya penyusutan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Biaya penyusutan =

) Menurut Rahim dan Retno (2008) penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Selain itu, pendapatan usahatani dapat didefinisikan sebagai selisih antara penerimaan dan semua biaya.

Peningkatan pendapatan petani atau pengusaha pertanian ditentukan oleh jumlah produksi yang dapat dihasilkan oleh satu orang petani atau perusahaan pertanian, harga penjualan produksi, dan biaya produksi usahatani atau perusahaan pertanian. Jumlah produksi dari satu usahatani atau satu perusahaan pertanian ditentukan oleh skala usaha dan produktivitas yang dapat diperoleh suatu unit usahatani atau perusahaan pertanian. Besarnya skala usahatani dapat ditentukan oleh besarnya jumlah penduduk yang hidup/berusaha dalam sektor pertanian (Simanjuntak, 2004).

(13)

Rasio = 1, maka cabang usahatani tersebut tidak rugi dan tidak untung (Soekartawi, 1995).

2.3. Kerangka Pemikiran

Pada mulanya budidaya udang windu masih bersifat tradisional tanpa menggunakan bahan-bahan kimia. Akan tetapi, seiring perkembangan teknologi, maka budidaya udang windu sudah bersifat modern dengan menggunakan mesin-mesin, pupuk, pakan dan obat-obatan kimia sintetis yang dapat meningkatkan produksi udang windu. Dengan kata lain budidaya seperti ini dikenal sebagai budidaya udang windu nonorganik/intensif. Namun budidaya udang windu nonorganik ini dapat mendegradasi kondisi lingkungan ditambah lagi penyakit yang menyerang sehingga semakin lama produksi semakin menurun.

Memasuki era globalisasi ini, pola pikir dan selera konsumen atas produk-produk pangan khususnya udang windu yang dikonsumsi sudah mengalami perubahan, yaitu lebih mengutamakan faktor kesehatan dan keamanan. Dimana konsumen mengharapkan udang yang akan dikonsumsi telah terbebas dari zat-zat kimia yang berbahaya bagi tubuh daripada faktor harga yang lebih murah, tetapi menimbulkan berbagai penyakit. Kondisi seperti inilah yang mendorong timbulnya gerakan kembali pada budidaya udang windu organik yang tidak menggunakan zat-zat kimia untuk menghasilkan udang windu yang lebih sehat dan aman bagi kesehatan manusia.

(14)

pakan dan pestisida kimia yang harganya lebih mahal daripada pupuk organik. Selain itu, apabila ditinjau dari segi harga jual udang windu yang dihasilkan dari kedua jenis budidaya udang windu tersebut masih sama.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan suatu analisis untuk membandingkan usahatani udang windu organik dan nonorganik. Analisis komparasi tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan total biaya produksi, dan pendapatan petani udang windu berdasarkan budidaya organik dan nonorganik serta menganalisis budidaya manakah yang lebih layak dan menguntungkan untuk diterapkan oleh para petani udang windu yang ada di Sumatera Utara.

Analisis kelayakan usahatani udang windu berdasarkan budidaya organik dan nonorganik tersebut dapat dilakukan melalui perhitungan nilai Return Cost Ratio (R/C). Dimana alat uji yang digunakan untuk membandingkan usahatani padi sawah dari kedua jenis budidaya tersebut adalah Uji Beda Independent Sample t-Test.

Soekartawi (1995) menyatakan bahwa untuk memperoleh peningkatan pendapatan maka petani harus berusaha meningkatkan hasil-hasil produksinya dengan memaksimalkan input-input faktor yang mempengaruhi. Sehingga semakin meningkat jumlah produksi maka pendapatan akan semakin tinggi.

(15)

Prawirokusumo (1990) menyatakan bahwa jika terjadi penambahan biaya input pada suatu variabel maka tambahan hasil yang didapat menurun atau terjadi penurunan penambahan hasil pada setiap menambahkan biaya input berikutnya.

Menurut saswita (2010) menyatakan bahwa variabel harga jual mempunyai hubungan yang positif dengan jumlah pendapatan yang diterima petani sesuai sehingga semakin tinggi harga jual maka pendapatan atau keuntungan yang diterima oleh petani juga semakin besar, begitu pula sebaliknya.

Raihan (1992) yang menyatakan bahwa teknologi pertanian dibutuhkan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Sehingga semakin tepat teknologi organik yang digunakan, maka pendapatan petani tersebut akan semakin besar.

Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat digambarkan skema kerangka pemikiran pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

= Menyatakan proses = Menyatakan hubungan Input

- Benur - Pakan

- Pupuk/pestisida - Upah Tenaga Kerja

Pendapatan Petani Udang Windu Produksi Udang Windu

Harga Input

(16)

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan sementara atau pendapat yang masih kurang sempurna dalam arti masih harus dibuktikan dan diuji kebenarannya. Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah :

1. Terdapat perbedaan komponen biaya dan total biaya produksi pada usahatani udang windu organik dan nonorganik di Batang Kilat Propinsi Sumatera Utara

2. Terdapat perbedaan pendapatan petani udang windu organik dan nonorganik di Batang Kilat Propinsi Sumatera Utara

3. Terdapat perbedaan kelayakan usahatani udang windu organik dan nonorganik yang ditinjau dari nilai R/C ratio di Batang Kilat Propinsi Sumatera Utara

4. Fakor-faktor seperti jumlah produksi, luas lahan, biaya tenaga kerja, biaya bibit, biaya pakan, biaya pupuk/pestisida, harga komoditi dan teknologi usahatani udang windu berpengaruh terhadap pendapatan petani budidaya udang windu organik dan non-organik di Batang Kilat, Propinsi Sumatera Utara.

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru yang ada di SMK Bina Insan Mandiri Jakarta Barat yang berjumlah 44 orang, karena relatif sedikit jumlah populasi, maka

Hasil pengamatan tingkah laku udang vaname selama uji postulat koch adalah pergerakan dari udang vaname berenang miring, berenang memutar dan tak beraturan, sedangkan

Berkenaan dengan peran dan fungsi yang harus dilaksanakan oleh auditor internal dalam rangka mewujudkan good governance pada sektor publik, The International Federation

Kemudian untuk mengetahui atau menguji pengaruh masing-masing faktor (kualitas promosi, potongan harga, dan ragam produk) terhadap keputusan peningkatan volume

Fase intensif pasien sebelum pemberian AT dan SAK PK pada kelompok perlakuan dan sebelum pemberian SAK PK pada kelompok kontrol Berdasarkan hasil penelitian skor mGAF-R

Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas lKlP Padang Tahun Anggaran 19951 1996.. Surat Perjanjian

Pada hari Rabu 15 November 2017, ketika penulis mengajukan pertanyaan kepada beliau “bagaimana peran kepala madrasah sebagai evaluator dalam meningkatkan kompetensi

Kecelakaan lalu lintas adalah suatu kejadian kecelakaan yang tak terduga tidak direncanakan dan diharapkan yang terjadi dijalan raya atau sebagai akibat dari kesalahan