• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Konseling Gestalt dengan Teknik “Saya Bertanggung Jawab Atas….” untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Akademik Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efektivitas Konseling Gestalt dengan Teknik “Saya Bertanggung Jawab Atas….” untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Akademik Siswa"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ejournal.undiksha.ac.id/jso/JJBK

()(.7,9,7$6 .216(/,1* *(67$/7 '(1*$1 7(.1,. ³6$<$

%(57$1**81* -$:$% $7$6« ´ 8178. 0(1,1*.$7.$1

TANGGUNG JAWAB AKADEMIK SISWA

Km. Risma Kusumadewi, Gd. Sedanayasa, Ni Ngh. Madri Antari

Jurusan Bimbingan Konseling, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Undonesia

e-mail: kusumadewirisma@gmail.com, gede_sedanayasa@yahoo.co.id,

madriantari@yahoo.co.id

Abstrak

3HQHOLWLDQ LQL EHUWXMXDQ XQWXN PHQJHWDKXL HIHNWLYLWDV NRQVHOLQJ *HVWDOW GHQJDQ WHNQLN ³VD\D EHUWDQJJXQJ MDZDE DWDV« ´ XQWXN PHQLQJNDWNDQ WDQJJXQJ MDZDE DNDGHPLN VLVZD NHODV ;, ,$2 SMA Negeri 1 Sawan. Penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimen dengan rancangan penelitian One Group Pretest-Posttest Design. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IA2 SMA Negeri 1 Sawan yang berjumlah 22 orang dengan jumlah sampel sebanyak 4 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuesioner tanggung jawab akademik siswa dan data dianalisis dengan menggunakan

statistic t-test. +DVLO SHQHOLWLDQ LQL PHQXQMXNNDQ EDKZD NRQVHOLQJ *HVWDOW GHQJDQ WHNQLN ³VD\D EHUWDQJJXQJ MDZDE DWDV« ´ HIHNWLI XQWXN PHQLQJNDWNDQ WDQJJXQJ MDZDE DNDGHPLN VLVZD KDO ini dapat dilihat dari analisis t-test yang menunjukkan nilai thitung > ttabel (15,6> 3,182), N= 4 dengan taraf signifikansi 5%. Melalui penelitian ini, Guru Bimbingan Konseling diharapkan GDSDW PHPDQIDDWNDQ NRQVHOLQJ *HVWDOW GHQJDQ WHNQLN ³VD\D EHUWDQJJXQJ MDZDE DWDV« ´ dalam pemberian layanan konseling terutama layanan bagi siswa yang memiliki tanggung jawab rendah.

Kata-kata Kunci : Konseling Gestalt, tanggung jawab akademik.

Abstract

The aim of this research was to determine the effectiveness of Gestalt¶V counseling with ³, DP responsible on« ´technique to improve VWXGHQW¶Vacademical responsibility at XI IA2 student of SMA Negeri 1 Sawan. This research is a pre-experimental research with one group pretest-posttest design. The samples were selected by using purposive sampling. The population in this research was a XI IA2 student of SMA Negeri 1 Sawan, amounting to 22 peoples with a total sample of 4 peoples. The method of collecting data which was used in this research was VWXGHQW¶V DFDGHPLF UHVSRQVLELOLW\questionnaire and data analyzed by t-test statistic. The result of this research indicate that the Gestalt¶VFRXQVHOLQJ ZLWK ³, DP UHVSRQVLEOH RQ« ´ WHFKQLTXH is effective to improve student responsibility, it is shown from t-test analysis which shows the value of tarithmetic > ttable (15,6 > 3,182), N= 4, with a significance level of 5%. Through the UHVHDUFK FRXQVHOLQJ WHDFKHUV DUH H[SHFWHG WR XWLOL]H WKH *HVWDOW¶V FRXQVHOLQJ ZLWK ³, DP UHVSRQVLEOH RQ« ´ LQ WKH SURYLVLRQ RI VHUYLFH HVSHFLDOO\ FRXQVHOLQJ VHUYLFHV IRU VWXGHQWV ZKR have low responsibility.

(2)

ejournal.undiksha.ac.id/jso/JJBK

Pendahuluan

Sumber daya manusia yang dimiliki oleh suatu bangsa sangatlah berperan dalam membangun bangsa tersebut, terutama dalam membangun dunia pendidikan. Di Indonesia, sumber daya manusia yang berkualitas dan berkompeten sangatlah diperlukan. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia keempat (2000:3), tercantum tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut menyiratkan bahwa untuk mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia, maka diperlukan sumber daya manusia yang cerdas. Salah satu upaya untuk mencerdaskan anak bangsa adalah melalui jalur pendidikan.

Pasal 1 Ayat (1) UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kegiatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan yang diberikan kepada siswa tidak hanya dalam bidang kognitif saja, namun juga dalam bidang non kognitif. Hal ini bertujuan agar pengembangan intelektual siswa dapat berjalan dengan seimbang dengan kemampuan siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan belajarnya.

Sekolah merupakan salah satu lingkungan belajar. Lingkungan sekolah merupakan tempat bagi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran secara formal. Menurut Prawitasari (2012:74) idealnya para siswa dapat menjalani proses pembelajaran dengan penuh rasa suka cita, menikmati semua aktivitas akademik yang mereka jalani. Dengan begitu, segenap energi yang mereka miliki dapat tercurah sepenuhnya dalam aktivitas belajar yang mereka lakukan, dan pada gilirannya hasil belajar yang optimal mampu mereka raih.

Dalam proses pembelajaran di sekolah, setiap siswa pastinya memiliki visi dan misi tersendiri. Visi itu dapat diibaratkan sebagai cita-cita atau tujuan yang dimiliki oleh siswa tersebut. Visi

adalah sesuatu yang ingin dicapai atau menjadi tujuan dari proses pembelajaran. Sedangkan misi adalah bagaimana cara siswa untuk menggapai cita-citanya, atau dengan kata lain misi dapat diartikan sebagai usaha. Usaha itu biasanya diwujudkan dalam bentuk belajar.

Suatu hal yang tidak dapat disangkal lagi bahwa dalam belajar seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu yang menjadi faktor penyebab munculnya masalah dalam belajar adalah rendahnya tanggung jawab siswa. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga dapat diartikan sebagai suatu

perwujudan akan kewajiban

(Poerwadarminta, 1989). Tanggung jawab dalam penelitian ini merupakan tanggung jawab akademik. Dimana seorang siswa harus siap bertanggung jawab atas segala perbuatannya yang berhubungan dengan akademiknya.

Di dalam tanggung jawab itu terdapat tiga aspek yang sangat penting,

diantaranya adalah kesadaran,

kecintaan/kesukaan dan keberanian.

Seorang siswa dapat dikatakan

bertanggung jawab apabila ia memilik kesadaran dan kecintaan/kesukaan terhadap hal yang ia lakukan, serta berani untuk menanggung konsekuensi atas perbuatannya itu. Setiap siswa hendaknya memilik rasa tanggung jawab, terutamanya tanggung jawab dalam akademik atau tanggung jawab belajar. Tanggung jawab akademik ini meliputi belajar, mengerjakan PR, melaksanakan piket kelas sesuai jadwal, melakukan upacara bendera dan siap menanggung konsekuensi atas segala tingkah laku yang dilakukan terhadap kegiatan akademik.

Namun, kenyataan di lapangan sebagian besar siswa memiliki tanggung jawab akademik rendah. Hal ini dapat dilihat dari masih ditemukannya siswa yang mengerjakan PR di sekolah, tidak bergairah dalam mengikuti pelajaran, menunda-nunda dalam mengerjakan tugas, tidak melaksanakan piket kelas sesuai jadwal yang telah ditetapkan, selalu menghindar jika ditunjuk sebagai petugas upacara, dan

(3)

ejournal.undiksha.ac.id/jso/JJBK selalu menyalahkan teman jika membuat

suatu kesalahan yang berkaitan dengan kegiatan akademiknya. Rendahnya

tanggung jawab akademik siswa

disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor penyebab tersebut tidak hanya dari faktor pola pikir siswa saja, tetapi juga karena faktor kurangnya kesadaran dalam diri siswa itu sendiri. Sebagian besar siswa masih kurang memiliki kesadaran akan tanggung jawabnya sebagai seorang siswa. Hal ini bisa dilihat dari masih ditemukannya siswa yang mengerjakan tugas rumah di sekolah, dan tidak bergairah dalam mengikuti pelajaran. Jika dilihat dari faktor pola pikir siswa, sebagian besar siswa memiliki pola pikir bahwa mengerjakan tugas adalah hal yang sangat tidak penting, atau bahkan mereka berpikir bahwa tugas itu sangat sulit. Selain itu mereka juga berpikir bahwa waktu pengumpulan tugas masih lama, sehingga mereka selalu menunda-nunda dalam penyelesaiannnya. Jika permasalahan tersebut berlarut-larut tidak ditangani, maka siswa akan menjadi malas mengerjakan PR, tidak pernah melaksanakan piket kelas, mengumpulkan tugas tidak tepat waktu, dan cenderung melempar kesalahan kepada orang lain.

Berbagai upaya telah dilakukan pihak sekolah guna meningkatkan tanggung jawab siswa. Tidak jarang pihak sekolah biasanya memberikan punishment atau hukuman bagi siswa yang kurang memiliki rasa tanggung jawab. Disamping itu, upaya-upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan pengelolaan proses pembelajaran dan pemberian bimbingan dan konseling secara intensif. Bimbingan yang dilakukan kepada siswa dapat membantu untuk memperlancar kegiatan belajar, namun bimbingan yang disertai dengan konseling akan lebih baik untuk meningkatkan tanggung jawab siswa.

Terkait dengan masalah bimbingan dan konseling, terdapat banyak ragam teori dan pendekatan dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, salah satunya adalah model konseling Gestalt. Konseling Gestalt merupakan konseling yang memandang manusia sebagai satu kesatuan, dimana manusia itu memiliki kesanggupan untuk menyatukan

dikotomi-dikotomi serta polaritas-polaritas secara sadar sehingga mampu memandang dirinya utuh sebagai satu kesatuan. Konseling Gestalt mayakini bahwa tidak ada yang

³DGD´ NHFXDOL ³VHNDUDQJ´ NDUHQD PDVD ODOX

telah pergi dan masa depan belum datang, sehingga menurut pandangan Gestalt manusia diharapkan untuk mampu mengungkapkan pengalaman yang tidak selesai (unfinished business) dan dihubungkan dengan kehidupan sekarang. Disamping itu, konseling Gestalt juga memiliki beberapa tujuan atau sasaran penting yang berbeda. Sasaran dasarnya adalah menantang konseli agar berpindah

GDUL ³GLGXNXQJ ROHK OLQJNXQJDQ´ NHSDGD ³GLGXNXQJ ROHK GLUL VHQGLUL´ &RUH\

terjemahan E. Koeswara, 2003:125). Hal tersebut dimaksudkan bahwa sasaran konseling Gestalt adalah menjadikan konseli tidak tergantung pada orang lain, tetapi mampu menemukan sejak awal bahwa dirinya bisa melakukan banyak hal lebih banyak daripada yang dikiranya.

Dalam konseling Gestalt terdapat beberapa teknik konseling yang dapat dikembangkan dan diberikan untuk membantu konseli atau siswa dalam mengatasi masalahnya. Salah satu teknik konseling yang dimaksud adalah teknik

³VD\D EHUWDQJJXQJ MDZDE DWDV« ´ Teknik

³VD\D EHUWDQJJXQJ MDZDE DWDV« ´

merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu konseli agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepada orang lain, atau dengan kata lain teknik ini lebih menekankan pada kesadaran konseli

(Corey, terjemahan E.Koeswara,

2003:138). Konseli diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu dalam situasi disini dan saat ini. Selain itu teknik ini juga bersifat kontraktual. Maksudnya yaitu konseli membuat suatu keputusan atas pertimbangan konselor yang nantinya akan dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan oleh konseli itu sendiri. Teknik ini merupakan teknik yang mencoba untuk menyadarkan konseli bahwa dirinya memiliki kesanggupan untuk bertanggung jawab terhadap kewajibannya.

Oleh karena itu digunakanlah

(4)

ejournal.undiksha.ac.id/jso/JJBK

EHUWDQJJXQJ MDZDE DWDV« ´ XQWXN

meningkatkan tanggung jawab akademik siswa.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimen dengan menggunakan desain one group pretest-posttest design. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sawan selama kurun waktu 3 bulan pada semester II (genap) tahun pelajaran 2013/2014.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas XI IA2 SMA Negeri 1 Sawan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan metode purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik penarikan sampel yang didasarkan pada ciri atau karakteristik (tujuan) yang telah ditetapkan oleh peneliti sebelumnya (Dantes, 2012:46). ). Dengan kata lain unit sampel yang diambil disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. Berdasarkan hal tersebut maka maka sampel yang diambil dalam penelitian ini hanyalah siswa-siswa yang memiliki tanggung jawab akademik yang rendah.

Untuk memperoleh data tentang tanggung jawab akademik siswa,dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa kuesioner tentang tanggung jawab akademik. Instrumen pengumpulan data menggunakan pola Likert dengan jumlah 30 butir pernyataan.

Sebelum kuesioner dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data, kuesioner terlebih dahulu harus diuji validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas (kesahihan) dan reliabilitas (keterandalan) merupakan proses pengujian terhadap kualitas kuesioner. Pengujian ini digunakan untuk

mengetahui apakah pernyataan-pernyataan dalam kuesioner sudah valid dan reliabel sehingga dapat dijadikan sebagai alat pengumpul data. Analisis dimulai dengan menguji validitas isi, validitas butir, dan uji reliabilitas instrument.

Validitas isi merupakan validitas yang ditentukan oleh derajat representatif butir-butir instrumen yang telah disusun terhadap keseluruhan materi yang hendak diukur. Analisis uji validitas isi dilakukan dengan menggunakan uji Gregory dari kedua pakar/judges. Selanjutnya teknik pengujian validitas butir dilakukan dengan menggunakan rumus product moment. Pengujian validitas butir dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor setiap item dengan skor total yang merupakan jumlah skor tiap item dengan taraf signifikansi 5%. Item yang mempunyai korelasi positif berada di atas nilai rtabel. Jika rhitung>rtabel

maka menunjukkan bahwa item tersebut valid (Sugiyono, 2008). Setiap item yang valid akan diuji reliabilitas

Reliabilitas tes mengacu pada keajegan atau kesahihan hasil pengukuran yang berarti bahwa hasil pengukuran akan relative tetap sama walaupun dilakukan pengukuran yang berulang-ulang terhadap subyek yang sama. Untuk menentukan reliabilitas kuesioner digunakan rumus alpha-Cronbach.

Penyebaran kuesioner tanggung jawab akademik dilakukan pada kelas XI IA2 SMA Negeri 1 Sawan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan diklasifikasikan menurut kategori/klasifikasi pada skala lima teoritik. Berikut merupakan kategori/klasifikasi pada skala lima teoritik menurut Koyan (2012:25)

Tabel 1. Skala Penilaian atau Kategori/Klasifikasi Pada Skala Lima Teoritik

Rentang Skor Klasifikasi/Predikat

Mi + 1,5 SDi” 0i + 3,0 SDi Sangat Baik/Sangat Tinggi

Mi + 0,5SDi” 0i + 1,5 SDi Baik/Tinggi

Mi - 0,5 SDi” 0i + 0,5 SDi Cukup/Sedang

Mi - 1,5 SDi” 0i± 0,5 SDi Tidak Baik/Rendah

(5)

ejournal.undiksha.ac.id/jso/JJBK Untuk mendapatkan kualifikasi skor

tanggung jawab akademik, maka Mean ideal (Mi) dan Standar Deviasi ideal (SDi)

harus ditetapkan terlebih dahulu. Berdasarkan pada kuesioner pola Likert yang digunakan, dengan jumlah butir sebanyak 30 butir skala sikap yang skalanya dari 1 sampai dengan 5, maka skor maksimal idealnya adalah 30 x 5 = 150, sedangkan skor minimal idealnya

adalah 30 x 1 = 30. Dari hasil analisis, diperoleh Mean idealnya (Mi) adalah ½ x (150 + 30) = 90. Sedangkan standar deviasinya (SDi) adalah 1/6 x (150 ± 30) =

20.

Berdasarkan pada hasil perolehan Mean ideal (Mi) dan Standar Deviasi ideal

(SDi) diatas, maka diperoleh kualifikasi skor

tanggung jawab akademik sebagai berikut:

Tabel 2. Kualifikasi Skor Tanggung Jawab Akademik

Rentang Skor Klasifikasi/Predikat

” Sangat Baik/Sangat Tinggi

” Baik/Tinggi

” Cukup/Sedang

” Tidak Baik/Rendah

” Sangat Tidak Baik/Sangat Rendah

Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan adalah dengan analisis t-test, dengan melakukan analisis terhadap gain score atau selisih antara skor posttest dengan pretest. Formulanya adalah sebagai berikut:

P

=

MGN § Ã>2 0(0F1) (1) (Sumber: Dantes, 2012) Keterangan: t : t-test GN : Gain normalisasi MGN : Mean gain normalisasi

™E : Jumlah deviasi dari mean perbedaan

N : jumlah sampel

Kemudian, untuk mengetahui efektivitas dari variabel bebas (VB) terhadap variabel terikat (VT) dengan menggunakan selisih posttest dan pretest adalah sebagai berikut:

'5

=

P

§

1 J

(2)

(Sumber: Dantes, 2012) Keterangan: ES : Efek size t : Koefisien thitung n : Jumlah responden Kriteria: ES < 0,2 = rendah ” (6 = sedang ” (6 = tinggi

Hasil dan Pembahasan

Pengujian kelayakan instrumen dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Berdasarkan uji validitas isi dengan menggunakan uji Gregory dari kedua pakar/judges, instrumen tanggung jawab akademik yang terdiri dari 35 butir pernyataan berada pada kategori sangat tinggi yakni dengan koefisien 1,00.

Analisis uji validitas butir dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel 2007. Berdasarkan uji validitas butir dengan menggunakan 35 butir pernyataan yang diujicobakan kepada 24 siswa, diperoleh hasil bahwa 30 butir pernyataan dinyatakan valid. Dan hasil uji reliabilitas dengan bantuan Microsoft Excel 2007 menunjukkan bahwa instrument penelitian memiliki reliabilitas yang sangat kuat karena ralpha =

0,87865 lebih besar dari rtabel= 0,404, N= 24

dengan taraf signifikansi 5%.

Setelah dilakukan analisis data pretest mengenai tanggung jawab akademik, ditemukan 4 orang siswa yang memiliki

(6)

ejournal.undiksha.ac.id/jso/JJBK tanggung jawab akademik rendah.

Pedoman yang dipakai untuk menentukan siswa yang memiliki tanggung jawab akademik rendah adalah pengkategorian

dengan ketentuan bahwa siswa

memperoleh skor pretest

Berdasarkan analisis data pretest, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 3. Data Siswa yang Memiliki Tanggung Jawab Akademik Rendah No. Absen Nama Siswa (Inisial) Skor Awal (Pretest) Kategori

2 GY 77 Rendah

3 PP 63 Rendah

12 AP 64 Rendah

18 DE 64 Rendah

Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa 4 orang siswa yang memperoleh skor pretest ” VHKLQJJD NHHPSDW VLVZD

tersebut dikategorikan sebagai siswa yang memiliki tanggung jawab akademik rendah. Masing-masing siswa tersebut memiliki indikator tanggung jawab yang berbeda-beda. Adapun indikator dari masing-masing siswa tersebut adalah sebagai berikut: (1) GY, meperolehan skor pretest GDQ ” , dengan indikator tanggung jawab rendah yaitu sering menunda-nunda dalam mengerjakan PR, (2) PP, memperoleh skor pretest ” dengan indikator tanggung jawab rendah yaitu sering mengobrol di kelas ketika sedang jam pelajaran berlangsung, (3) AP, memperoleh skor pretest ” GHQJDQ LQGLNDWRU WDQJJXQJ

jawab rendah yaitu tidak

pernahmelaksanakan piket kelas sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, dan (4) GE, memperoleh skor pretest

dengan indikator tanggung jawab rendah yaitu mengerjakan PR di sekolah.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan grafik perolehan skor pretest dari masing masing siswa sebelum diberikan treatment:

Gambar 1. Skor Awal (Pretest) Siswa yang Memiliki Tanggung Jawab Akademik Rendah

Setelah diperoleh siswa-siswa yang memiliki tanggung jawab akademik rendah, selanjutnya siswa tersebut diberikan treatment atau perlakuan dengan melakukan konseling Gestalt dengan teknik

³VD\D EHUWDQJJXQJ MDZDE DWDV« ´

Treatment yang diberikan sebanyak 8 kali pertemuan dan selanjutnya kembali diberikan kuesioner tanggung jawab akademik untuk mendapatkan skor posttest. Berikut ini merupakan skor tanggung jawab akademik dari masing-masing siswa setelah diberikan treatment atau perlakuan (skor posttest):

(7)

ejournal.undiksha.ac.id/jso/JJBK Tabel 4. Skor Posttest Siswa Setelah Diberikan Treatment

No Absen Nama Siswa (Inisial) Skor Akhir (Posttest) Kategori 2 GY 140 Sangat Tinggi 3 PP 120 Sangat Tinggi 12 AP 138 Sangat Tinggi 18 DE 148 Sangat Tinggi

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa masing-masing siswa sudah mengalami peningkatan tanggung jawab akademik, dimana hal tersebut dapat dilihat dari perolehan skor posttest yang

GDQ PHQFDSDL VNRU • VHKLQJJD

tanggung jawab akademik dari keempat siswa tersebut dikategorikan sangat tinggi.

Berikut ini merupakan pemaparan mengenai peningkatan tanggung jawab akademik siswa setelah melakukan treatment: (1) GY, memiliki skor pretest 77 dan skor posttest 140. Setelah melakukan treatment, GY mengalami peningkatan tanggung jawab akademik yaitu dengan adanya perubahan sikap dari menunda-nunda dalam mengerjakan PR, sudah mampu untuk tidak menunda dalam

mengerjakan PR dan mampu

mengumpulkan tugas tepat waktu. (2) PP, memiliki skor pretest 63 dan skor posttest 120. Setelah melakukan treatment, PP mengalami peningkatan tanggung jawab akademik yaitu dengan adanya perubahan sikap dari sering mengobrol ketika jam pelajar sedang berlangsung, sudah mampu untuk fokus dalam mengikuti pelajaran di kelas. (3) AP, memiliki skor pretest 64 dan skor posttest 138. Setelah melakukan treatment, AP mengalami peningkatan tanggung jawab akademik yaitu dengan adanya perubahan sikap dari tidak pernah melaksanakan piket kelas sesuai jadwal, sudah mampu untuk melaksanakan piket kelas sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Disamping itu AP juga sudah mampu untuk

datang lebih pagi ke sekolah ketika mendapat tugas piket kelas. (4) DE, memiliki skor pretest 64 dan skor posttest 148. Setelah melakukan treatment, GE mengalami peningkatan tanggung jawab akademik yaitu dengan adanya perubahan sikap dari mengerjakan PR di sekolah, sudah mampu untuk memanfaatkan waktu luang di rumah untuk mengerjakan PR.

Perolehan skor tanggung jawab akademik dari masing-masing siswa setelah diberikan treatment dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Gambar 2. Skor posttest siswa setelah diberikan treatment

Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan tanggung jawab akademik siswa setelah diberikan treatment, berikut ini disajikan tabel rekapitulasi data pretest, posttest dan selisih (gain score):

(8)

ejournal.undiksha.ac.id/jso/JJBK Tabel 5. Rekapitulasi data pretest, posttest, dan selisih (gain score)

No. Pretest (O1) Posttest (O2) GS (Gain Score) SMi SMi - Pretest GN 1 77 140 63 150 73 0.863014 2 63 120 57 150 87 0.655172 3 64 138 74 150 86 0.860465 4 64 148 64 150 86 0.744186 268 526 258 3.122837

Perbandingan skor antara pretest dan posttest secara lebih jelas dapat divisualisasikan dalam grafik sebagai berikut:

Berdasarkan gambar 3, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan tanggung jawab akademik setelah siswa diberikan treatment atau perlakuan. Hal tersebut merujuk pada selisih (gain score) antara pretest dan posttest.

Untuk mencapai tujuan penelitian yaitu meningkatkan tanggung jawab akademik siswa, maka data hasil penelitian dianalisis dengan teknik analisis statistik t-test, dengan melakukan analisis terhadap gain score atau selisih antara skor posttest dengan pretest. Untuk memasukkan data kedalam rumus t-test maka dibuatlah tabel kerja berikut ini:

Gambar 3. Rekapitulasi data pretest, posttest, dan selisih (gain score)

Tabel 6. Tabel kerja menggunakan analisis t-test

No. Pretest (O1) Posttest (O2) GS GN MGN B b 2 1 77 140 63 0,8630137 0,78070932 0,082304379 0,006774011 2 63 120 57 0,65517241 0,78070932 -0,125536906 0,015759515 3 64 138 74 0,86046512 0,78070932 0,079755796 0,006360987 4 64 128 64 0,74418605 0,78070932 -0,036523273 0,00133395 268 526 258 0,030228462 Keterangan: GS : Gain Score

GN : Gain score ternormalisasi (gain normalisasi)

MGN : Rata-rata gain normalisasi

b : beda

Setelah data didistribusikan ke dalam rumus t-test didapatkan nilai thitung>ttabel

(15,6>3,182), df (db) = 3 dengan taraf

signifikansi 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini

GLWHULPD DWDX GHQJDQ NDWD ODLQ ³(IHNWLYLWDV

(9)

ejournal.undiksha.ac.id/jso/JJBK

EHUWDQJJXQJ MDZDE DWDV« ¶ GDSDW

meningkatkan tanggung jawab akademik siswa kelas XI IA2GL 60$ 1HJHUL 6DZDQ´

signifikan.

Besarnya efektivitas layanan

NRQVHOLQJ *HVWDOW GHQJDQ WHNQLN ³VD\D EHUWDQJJXQJ MDZDE DWDV«´ GLSHUROHK

dengan menggunakan rumus efek size yang menunjukkan thitung= 15,6, dan

didapatkan ES= 7,8. Jadi, dapat dikatakan bahwa efektivitas konseling Gestalt dengan

WHNQLN ³VD\D EHUWDQJJXQJ MDZDE DWDV« ´

untuk meningkatkan tanggung jawab akademik siswa kelas XI IA2 di SMA Negeri 1 Sawan tergolong tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa konseling Gestalt

GHQJDQ WHNQLN ³VD\D EHUWDQJJXQJ MDZDE DWDV« ´ HIHNWLI XQWXN PHQLQJNDWNDQ

tanggung jawab siswa kelas XI IA2 di SMA Negeri 1 Sawan.

Penelitian yang dilakukan

menggunakan konseling perorangan melalui penerapan konseling Gestalt

GHQJDQ WHNQLN ³VD\D EHUWDQJJXQJ MDZDE DWDV« ´ XQWXN PHQJHWDKXL SHQLQJNDWDQ

tanggung jawab akademik pada siswa kelas XI IA2 SMA Negeri 1 Sawan. Dari hasil analisis kuesioner awal (pretest) didapatkan 4 orang siswa yang memiliki tanggung jawab akademik yang rendah.

Pada tahap awal, dilakukan observasi guna menunjang hasil analisis kuesioner awal. Dari observasi yang dilakukan, siswa yang memiliki tanggung jawab akademik yang rendah dilihat dari gejala-gejala yang sering nampak seperti menunda-nunda

dalam mengerjakan PR, tidak

melaksanakan piket kelas sesuai jadwal, mengobrol ketika jam pelajaran sedang berlangsung, dan mengerjakan pekerjaan rumah (PR) di sekolah.

Pada tahap selanjutnya empat orang sampel yang sudah didapatkan tersebut diberikan treatment. Treatment diberikan sebanyak 8 kali pertemuan, dan kemudian kembali diberikan kuesioner (posttest). Dari hasil analisis diperoleh temuan sebagai berikut: (1) Terjadi peningkatan tanggung jawab akademik pada keempat orang siswa yang menjadi sampel penelitian. Siswa berinisial GY mengalami peningkatan skor dari skor 77 menjadi 140, siswa berinisial PP mengalami peningkatan skor dari skor 63 menjadi 120, siswa berinisial AP

mengalami peningkatan skor dari skor 64 menjadi 138, siswa berinisial DE mengalami peningkatan skor dari skor 64 menjadi 128. Ini berarti empat orang sampel mengalami peningkatan tanggung jawab akademik menjadi kategori sangat tinggi. (2) Keempat sampel baik GY, PP, AP, DE telah mencapai kriteria keberhasilan kuantitatif pada indikator pencapaian Mi + 1,5 SDi ” 0i + 3,0 SDi

GHQJDQ SHUROHKDQ VNRU •

Setelah treatment, peneliti kembali melakukan observasi sebagai bentuk tindak lanjut dari treatment yang sudah diberikan. Berdasarkan hasil observasi, ditemukan bahwa siswa menunjukkan peningkatan tanggung jawab akademik dengan gejala seperti perubahan tingkah laku dari menunda-nunda dalam mengerjakan PR, mengobrol ketika jam pelajaran berlangsung, tidak pernah melaksanakan piket kelas sesuai jadwal dan mengerjakan PR di sekolah sudah mampu untuk tidak menunda-nunda dalam mengerjakan PR, mengikuti pelajaran dengan cermat, melaksanakan piket kelas sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan serta mampu memanfaatkan waktu luang di rumah untuk mengerjakan PR.

Layanan konseling Gestalt dengan

WHNQLN ³VD\D EHUWDQJJXQJ MDZDE DWDV« ´

sangat membantu siswa dalam

meningkatkan tanggung jawab akademik. Hasil ini bisa dicapai karena adanya kesadaran siswa akan tanggung jawabnya dan niat dari siswa itu sendiri untuk mengikuti kegiatan konseling dengan serius dan sangat antusias. Berdasarkan hasil yang telah dicapai tersebut, dapat disimpulkan bahwa konseling Gestalt

GHQJDQ WHNQLN ³VD\D EHUWDQJJXQJ MDZDE DWDV« ´ HIHNWLI XQWXN PHQLQJNDWNDQ

tanggung jawab akademik siswa.

Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan

NRQVHOLQJ *HVWDOW GHQJDQ WHNQLN ³VD\D EHUWDQJJXQJ MDZDE DWDV« ´ GDSDW

meningkatkan tanggung jawab akademik siswa kelas XI IA2 SMA Negeri 1 Sawan. Hasil ini dapat dilihat dari peningkatan skor

(10)

ejournal.undiksha.ac.id/jso/JJBK tanggung jawab akademik dengan gain

score (selisih skor posttest dengan pretest) yang mencapai total 258. Kemudian jika dilihat dari efektivitas (ES), konseling

*HVWDOW GHQJDQ WHNQLN ³VD\D bertanggung

MDZDE DWDV«´ VXGDK WHUJRORQJ WLQJJL GDODP

meningkatkan tanggung jawab akademik siswa.

Berdasarkan pada hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diajukan beberapa saran kepada pihak-pihak yang terkait, yaitu sebagai berikut: (1) Bagi Sekolah, sekolah sebagai pemegang

kebijakan diharapkan dapat

mempertimbangkan hasil penelitian ini untuk dijadikan sebagai rujukan dalam menentukan kebijakan dan program sekolah dalam upaya untuk meningkatkan tanggung jawab akademik siswa. (2) Bagi Guru BK, diharapkan dapat memanfaatan

NRQVHOLQJ *HVWDOW GHQJDQ WHNQLN ³VD\D EHUWDQJJXQJ MDZDE DWDV« ´ GDODP

pemberian layanan konseling terutama layanan bagi siswa yang memiliki tanggung jawab rendah. (3) Bagi Siswa, diharapkan memupuk tanggung jawab dalam belajar. tanggung jawab siswa adalah belajar, mengerjakan PR, melaksanakan piket sesuai jadwal, melaksanakan upacara

bendera dan siap menanggung

konsekuensi atas segala tingkah laku terhadap kegiatan akademik.

Daftar Pustaka

Corey, Gerald. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. 2003. Terjemahan E.Koeswara. Bandung: Refika Aditama.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset.

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). 2011. Jakarta: SL Media.

Poerwadarminta, W.J.S. 1989. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Prawitasari, Johana E. 2012. Psikologi Terapan Melintas Batas Disiplin Ilmu. Jakarta: Erlangga.

Gambar

Tabel 1. Skala Penilaian atau Kategori/Klasifikasi Pada Skala Lima Teoritik
Gambar  2.  Skor  posttest  siswa  setelah  diberikan treatment
Tabel 6. Tabel kerja menggunakan analisis t-test  No.  Pretest  (O 1 )  Posttest (O2)  GS  GN  M GN B  b 2  1  77  140  63  0,8630137  0,78070932  0,082304379  0,006774011  2  63  120  57  0,65517241  0,78070932   -0,125536906  0,015759515  3  64  138  74

Referensi

Dokumen terkait

sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Skema tabungan wadi’ah dapat diuraikan pada skema berikut ini. Beri Bonus Pengguna Dana 2.. Nasabah menitipkan dananya di

f. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 62 tahun 2015 tentang Pedoman Pengelolaan dan Penyaluran Batuan Pemerintah Lingkup Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2016, Bab IV

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil Karya Tulis Ilmiah yang

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi,

Penelitian yang diajukan dalam skema Hibah Penelitian di Fakultas Teknik Universitas Pancasila (FTUP) ini memfokuskan pada pengembangan proses manufaktur komposit

Hasil yang diharapkan adalah curah hujan luaran RegCM3 tidak berbeda secara nyata dengan data observasi sehingga data curah hujan luaran RegCM3 tersebut dapat

Perusahaan banyak melakukan pembelian bahan baku secara tidak efektif dimana kenaikan dan penurunan jumlah permintaan tidak terlalu besar, tetapi perusahaan melakukan pembelian

Studi ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain: (i) Studi ini menggunakan pendekatan pengukuran kualitas audit multidimensi, meliputi dimensi kompetensi dan