• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Konten Informasi Dalam Laporan Keuangan, Laporan Kinerja dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Konten Informasi Dalam Laporan Keuangan, Laporan Kinerja dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

18

Jurnal Akuntansi & Manajemen

Vol.12, No.1, 2017

Analisis Konten Informasi Dalam Laporan Keuangan, Laporan Kinerja

dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

Sukartini1, Amy Fontanella2

1Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Padang

tiensukartini28@gmail.com

2Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Padang

amyfontanella99@gmail.com Abstract

Local government in Indonesia are obliged to produce at least 3 types of reports namely financial statements (LKPD), accountability reports (LAKIP) and performance report (LPPD). These three types of reports is regulated by different legal rules, using different formats and evaluated by different institutions. This research aims to analyze the information content of local government reports. Some previous research found that the usefulness of information presented on these three types of reports are relatively limited, whereas it requires high cost, involving many human resources and require a lot of infrastructure support. Thereforethe analysis of information presented in thesethree report needs to be done.This research conducted on Sleman and Malang district. The data used in this study were collected through document review, in-depth interviews, observation and focus group discusion. This study found many repetition of information on these three types of reports. This reseach also found inconsistencies of data used in these threereport.

Keywords: information content, financial statement, performance and accountability report, local government

Abstrak

Pemerintah daerah di Indonesia berkewajiban untuk menghasilkan minimla 3 jenis laporan yang terdiri dari Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD). Ketiga jenis laporan ini diatur oleh peraturan yang berbeda, menggunakan format yang berbeda dan dievaluasi oleh institusi yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan informasi yang tersaji dalam laporan pemerintah daerah. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa kebermanfaatan informasi yang tersaji pada ketiga laporan ini sangat terbatas, sementara itu penyusunannya membutuhkan biaya yang relatif tinggi, sumber daya yang banyak dan membutuhkan dukungan infrastruktur. Oleh karena itu, analissi kandungan informasi pada ketiga laporan ini sangat diperlukan. Penelitian ini dilaksanakan pada Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman dan Malang. Data yang digunakan pada penelitian ini dikumpulkan melalui review dokumen, interview mendalam, observasi dan focus group diskusi. Penelitian ini menemukan terdapat banyak repetisi dari informasi yang tersaji pada ketiga jenis laporan ini. Penelitian ini juga menemukan inkonsistensi dalam penggunaan data pada ketiga jenis laporan ini.

Kata Kunci : Kandungan informasi, laporan keuangan, laporan akuntabilitas kinerja, pemerintah daerah.

(2)

19

PENDAHULUAN

Pemerintah merupakan organisasi yang memiliki banyak pemangku kepentingan (multiplestakeholder) dengan tujuan dan kepentingan yang berbeda-beda (multiple objectives) (Hood, 1991). Kompleksitas organisasi pemerintah mengakibatkan beragamnya masalah keagenan (multiple agency problem) karena tingginya kesenjangan informasi (information asymmetry) antar stakeholders (Kapucu, 2009). Kondisi ini mengharuskan pemerintah untuk memiliki mekanisme tata kelola yang dapat mengakomodasi seluruh kepentingan stakeholders dan mengurangi masalah keagenan.Salah satu cara mengurangi masalah keagenan adalah melalui peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam hal pengungkapan informasi pada publik (Kapucu, 2009). Pengungkapan informasi ini dapat dilakukan melalui berbagai media salah satunya laporan pemerintah kepada stakeholders.

Pada prinsipnya laporan yang disusun oleh pemerintah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan penggunanya (Pablos, 2002). Pengguna laporan pemerintah daerah terdiri dari berbagai stakeholder yang memiliki kepentingan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Sebuah laporan yang baik harus mengungkapkan informasi yang komprehensif, mudah dipahami dan sesuai dengan kebutuhan stakeholders (Thayer, 1979). Selain itu kualitas informasi yang disajikan dalam laporan juga menjadi sangat penting mengingat banyaknya pengambilan keputusan penting yang didasarkan pada informasi dalam laporan tersebut (Steccolini, 2009).

Beberapa pemerintah daerah dinegara lain seperti Australia, Selandia Baru, Inggris dan negara lainnya telah melakukan penyusunan laporan tahunan (annual report) yang komprehensif. Local governmentannual report yang disusun telah menjadi media komunikasi yang efektif terkait informasi kinerja, kondisi keuangan dan non keuangan daerah, serta prospek daerah dimasa yang akan datang (Jones, 1999). Local government annual report juga telah menjadi alat dan media akuntabilitas publik bagi pemerintah (Pablos, et. al, 2002). Penyusunan local government annual report ini didasarkan pada keyakinan bahwa stakeholders memiliki hak untuk mengetahui dan memperoleh data yang reliabel tentang kinerja, kondisi sosial budaya, dan kondisi keuangan daerah.

Dalam konteks Indonesia, peningkatan transparansi dan akuntabilitas sebagai bagian dari implementasi goodgovernance telah melalui berbagai tahapan (Crawford dan Hermawan, 2000). Untuk meningkatkan akuntabilitas, pemerintah pada berbagai level diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan sebagaimana yang diamatkan dalam UU No.17 tahun 2003 tentang keuangan negara. Disamping laporan keuangan, pemerintah daerah juga diharuskan untuk menyusun laporan akuntabilitas kinerja/LAKIP (Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah).Pemerintah daerah secara spesifik juga diwajibkan menyusun laporan penyelenggaraan pemerintah daerah (LPPD), laporan pertanggungjawaban (LPJ) dan informasi tentang laporan penyelenggaraan pemerintah daerah (ILPPD) (Peraturan Pemerintah No.3 tahun 2007).

Laporan pemerintah ini dievaluasi secara terpisah, LKPD diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), LAKIP oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

(3)

20 Reformasi Birokrasi (Kemenpan dan RB) dan LPPD dievaluasi oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Jika dilihat dari hasil evaluasi ketiga laporan ini, dapat disimpulkan telah terjadi peningkatan akuntabilitas pada pemerintahan daerah (pemda) di Indonesia. Evaluasi atas LKPD menunjukkan trend peningkatan jumlah pemerintah daerah dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari tahun ke tahun. Disamping itu juga terjadi penurunan yang signifikan pemerintah daerah yang memperoleh opini Tidak Memberikan Pendapat (TMP).

Trend perkembangan opini pemerintah daerah tahun 2009-2013 dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.Perkembangan Opini Pemerintah Daerah (2009-2013)

Sumber: IHPS BPK I, 2014

Trend yang sama juga terjadi pada hasil evaluasi LAKIP dan EKPPD, terjadi tren peningkatan nilai EKPPD dan juga LAKIP. Perkembangan hasil Evaluasi LAKIP untuk tahun 2011-2012 dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Evaluasi LAKIP 2011-2012

(4)

21 Penelitian ini secara spesifik akan melakukan analisis kandungan (content analysis) terhadap informasi yang tersaji dalam 3 laporan yang harus disusun pemerintah daerah secara terpisah yaitu LKPD, LAKIP dan LPPD. Hal ini dilakukan guna mendapatkan pemahaman yang komprehensif sejauhmana korelasi antar ketiga laporan ini dan kemungkinan terjadinya pengulangan (redundancy) informasi pada ketiga laporan ini.Investigasi dan analisis komparasi ini penting dilakukan karena pengguna memerlukan suatu laporan pemerintah daerah yang komprehensif (Pablos, 2002; Thayer, 1978) dan laporan yang menggabungkan unsur keuangan dan kinerja (Jones, 1999).

Penelitian ini penting dilakukan karena penyusunan berbagai jenis laporan yang diwajibkan peraturan perundang-undangan memerlukan banyak biaya, melibatkan banyak sumber daya manusia dan memerlukan banyak dukungan infrastruktur (Halim, 2007). Jika laporan yang dihasilkan hanya menjadi simbol akuntabilitas saja (Mimba et al, 2013) dan kebermanfaatannya bagi pengguna belum optimal (Martiningsih, 2008) maka perlu dilakukan analisis lebih lanjut kenapa hal ini terjadi dan upaya apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi ini.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, praktisi dan kepentingan regulasi.Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur tentang kandungan informasi yang disajikan dalam laporan pemerintah khususnya dalam konteks pemerintah daerah di Indonesia.Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi seluruh praktisi pemerintah daerah seperti manajemen (internal) pemerintah daerah, lembaga legislatif dan lembaga pengawas/pemeriksa.Bagi manajemen pemerintah penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam penyusunan laporan baik LKPD, LAKIP maupun LPPD.Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi manajemen untuk memastikan reliabilitas dan validitas informasi yang disampaikan dalam ketiga laporan tersebut khususnya terhadap informasi yang diduga terjadi kesamaan (redundancy).Penelitian ini juga dapat memberikan wawasan tentang kebutuhan informasi masing-masing kelompok pengguna sehingga dalam penyusunan laporan manajemen dapat mempertimbangkan kebutuhan ini.Bagi lembaga legislatif penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan evaluasi dan melakukan pengawasan terhadap pemerintah.Penelitian ini memberikan pemahaman pada anggota DPRD tentang kandungan informasi yang disajikan dalam berbagai laporan pemerintah serta kebutuhan pengguna atas informasi yang disajikan tersebut.Dengan memahami kandungan informasi pada masing-masing laporan, anggota DPRD dapat mengoptimalkan fungsi pengawasan terhadap jalannya pemerintahan.Bagi lembaga pengawas baik pengawas internal (inspektorat daerah, BPKP) maupun pemeriksa/auditor BPK penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam melakukan pemeriksaan. Hasil analisis kandungan informasi pada laporan ini bermanfaat bagi lembaga pengawas untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif atas informasi yang tersaji sehingga proses pengawasan dan pemeriksaan juga dapat dilakukan secara lebih komprehensif.

Bagi regulator dalam hal ini pemerintah pusat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam penyusunan peraturan perundang-undangan.Saat ini LKPD, LAKIP dan LPPD diatur melalui aturan yang berbeda, menjadi ruang lingkup kewenangan

(5)

22 tugas dan tanggungjawab kementerian yang berbeda dan dievaluasi secara terpisah. Hal ini mengakibatkan ketiga laporan yang sama-sama bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas ini berjalan sendiri-sendiri mulai dari proses penyusunannya hingga proses evaluasinya. Disamping itu penelitian ini dapat menjadi masukan bagi regulator untuk mengatur suatu pelaporan yang komprehensif dan terintegrasi bagi seluruh pemerintah daerah di Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA Teori Institusional

Teori institusional (Institutional Theory) atau teori kelembagaan merupakan sebuah teori yang berasal dari konsep-konsep dalam ilmu sosiologi.Teori ini menjelaskan dinamika di dalam sebuah organisasi yang terdiri dari sekumpulan manusia (Brignal dan Modell, 2000). Teori ini mengasumsikan bahwa faktor utama yang menentukan pembentukan struktur organisasi adalah tekanan baik yang berasal dari konstituen eksternal dan internal. Teori ini juga mengkritik teori ekonomi dan kontingensi yang sangat rasional serta menjelaskan struktur dan fungsi organisasi dengan ukuran efisiensi (Di Maggio dan Powell, 1983).Teori ekonomi dan kontingensi seolah mengabaikan kekuatan di luar organisasi yang non-rasional seperti negara, norma-norma sosial, tradisi, konvensi, yang membentuk organisasi itu. Padahal perilaku organisasi atau keputusan yang diambil oleh organisasi akan dipengaruhi oleh institusi yang ada di luar organisasi. Organisasi akan berupaya untuk menyesuaikan diri dengan tekanan dari luar untuk mempertahankan eksistensinya (Di Maggio dan Powell, 1983).

Dari waktu ke waktu, organisasi cenderung untuk bergerak ke arah keseragaman

(isomorphisme) ketika sudah mencapai kemapanan (DiMaggio dan Powell

(1983).Isomorphisme adalah proses yang memaksa satu unit dalam populasi menyerupai unit lain dalam menghadapi pengaturan yang sama dari suatu kondisi lingkungan tertentu. DiMaggio dan Powell (1983), melihat ada tiga bentukan institusional yang bersifat isomorphis yaitu, pertama; coersif isomorphis yang menunjukkan bahwa organisasi mengambil beberapa bentuk atau melakukan adopsi terhadap organisasi lain karena tekanan-tekanan negara dan organisasi lain atau masyarakat yang lebih luas. Kedua;mimesis isomorphis, yaitu imitasi sebuah organisasi oleh organisasi yang lain. Ketiga;normatif isomorphis, karena adanya tuntutan profesional.

Di Indonesia, potensi sumber tekanan isomorfik berpotensi berasal dari pemerintah pusat melalui pemberlakuan hukum dan peraturan yang diwajibkan bagi pemerintah daerah (Akbar, et al., 2012). Akbar, et al., (2012) yang melakukan penelitian tentang pengukuran kinerja pada pemerintah daerah di Indonesia menemukan pengukuran kinerja yang dilakukan pemerintah (LAKIP) lebih diutamakan untuk memenuhi aturan yang berlaku bukan untuk perbaikan efekifitas dan efisiensi organisasi. Pemberlakuan aturan yang mengharuskan semua pemerintah daerah menyusun laporan kinerja merupakan salah satu bentuk isomorphisme dalam organisasi ini (Akbar, et al, 2012). Aturan ini mendorong terjadinya tekanan yang bersifat koersif, karena sebagian besar pemerintah daerah sangat tergantung pada pemerintah pusat dalam hal sumber daya keuangan(Akbar,

(6)

23 et. al, 2012).Meskipun pemerintah daerah wajib menyampaikan berbagai jenis laporan, ini tidak berarti bahwa mereka benar-benar menggunakan informasi kinerja dalam praktek manajemen sehari-hari mereka (Akbar, et. al, 2012).

Keharusan menyusun berbagai jenis laporan juga dapat dianggap sebagai bentuk isomorfisme mimetik atau upaya menirupemerintah Indonesia terhadap pemerintahan di negara lain yang dinilai lebih maju yang mengarah kepada pelaksanaan suatu mekanisme kerja yang hanya sebatas seremonial formil, bukan berorientasi pada substansi (Akbar, et al, 2012). Selain itu, Halim (2007) menilai bahwa niat penggunaan sistem pengukuran kinerja di sebagian besar instansi pemerintah lebih didominasi oleh tekanan luar(Tolbert dan Zucker,1983) sehingga memunculkan kepatuhan semu atau pelaksanaan ritual yang bertujuan agar organisasi dilihat patuh oleh lingkungan diluarnya (Gudono, 2014). Oleh karena itu, agar permasalahan yang ada dapat dimitigasi, maka perlu untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan analisis kebutuhan informasi pengguna atas informasi dalam laporan yang disajikan pada instansi pemerintah.

Teori Keagenan Pada Organisasi Sektor Publik

Agency Theory merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara principal dengan owner dan digunakan sebagai basic concept dalam praktek bisnis perusahaan.Namun demikian, penggunaan agency theory dalam konteks organisasi sektor publik sangat relevan(Lane, 2003).Moe (1984) juga menemukan bahwa konsep ekonomi pada organisasi sektor publik dapat dijelaskan dengan menggunakan teori keagenan.Bergman & Lane (1990) menyatakan bahwa kerangka hubungan prinsipal agen merupakan suatu pendekatan yang sangat penting untuk menganalisis komitmen-komitmen kebijakan publik.Pembuatan dan penerapan kebijakan publik berkaitan dengan masalah-masalah kontraktual, yakni information asymmetry, moral hazard, dan adverse selection.

Dalam agency model terdapat 2 (dua) motivasi monitoring perilaku agen (Carr & Brower,2000) yaitu: behavior-based(prinsipal harus memonitor perilaku agen) dan outcome-based(adanya insentif untuk memotivasi agen untuk mencapai kepentingan prinsipal). Menurut Moe (1984), di pemerintahan terdapat suatu keterkaitan dalam kesepakatan-kesepakatan principal-agent yang dapat ditelusuri melalui proses anggaran: pemilih-legislatur, legislatur-pemerintah, menteri keuangan-pengguna anggaran, perdana menteri-birokrat, dan pejabat-pemberi pelayanan. Hal yang sama dikemukakan juga oleh Gilardi (2001) dan Strom (2000), yang melihat hubungan keagenan sebagai hubungan pendelegasian (chains of delegation), yakni pendelegasian dari masyarakat kepada wakilnya di parlemen, dari parlemen kepada pemerintah, dari pemerintah sebagai satu kesatuan kepada seorang menteri, dan dari pemerintah kepada birokrasi.

Streim (1994) menjelaskan ada dua asumsi yang mendasari hubungan antara principal-agent.Asumsi pertama menyatakan bahwa agen adalah individu yang akan memaksimalkan kepentingan pribadinya bukan kepentingan principal. Asumsi kedua fokus pada asimetri informasi.Asimetri informasi dapat disebabkan oleh hidden action dimana agen melakukan tindakan yang tidak dapat diobservasi oleh principal dan juga oleh hidden information yaitu agen memiliki akses terhadap informasi tertentu sedangkan principal tidak (Streim, 1994).Asimetri informasi ini dapat dimitigasi melalui pengungkapan

(7)

24 informasi yang komprehensif dalam laporan yang dibuat oleh manajemen sebagai agen.Melalui laporan yang komprehensif hidden information dapat diminimalisasi dan pengungkapan yang luas dalam laporan pemerintah dapat mengurangi moral hazard dan adverse selection (Streim, 1994).

Pelaporan Pemerintah Daerah

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)

Diterbitkannya UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara diikuti dengan kewajiban pemerintah pada berbagai level (Pusat, Provinsi, Kabupaten/kota) untuk menyusun laporan keuangan. Peraturan Pemerintah (PP) No.24 tahun 2005 yang disempurnakan menjadi PP No.71 tahun 2010 mengatur tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).Laporan keuangan pemerintah merupakan hak publik yang harus diberikan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah (Halim, 2007). Pertanggungjawaban publik mensyaratkan bahwa pemerintah wajib memberikan laporan keuangan sebagai bukti pertanggungjawaban dan pengelolaan (accountability & stewardship).

Laporan keuangan pemerintah haruslah memuat informasi akuntansi yang merepresentasikan kondisi keuangan, posisi keuangan, aliran kas dan data-data keuangan lain suatu pemerintahan. Pelaporan keuangan pemerintah bertujuan untuk menyajikan informasi yang bermanfaat bagi pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik (Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan).Penyusunan laporan keuangan daerah ini merupakan manifestasi dari kewajiban yang tertuang dalam seperangkat peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti PP71/2010, PP 24/2005, Permendagri 13/2006, dan Permendagri 59/2007. Laporan keuangan pemerintah daerah yang dipersyaratkan dalam PP 71/ 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan antara lain meliputi Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan Saldo Anggaran lebih (SAL), Laporan Arus Kas, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik (Inpres 7/1999).Instansi pemerintah harus melaporkan akuntabilitas kinerjanya dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).LAKIP merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaranstrategis instansi.Instansi yang wajib menyampaikan LAKIP adalah Kementerian /Lembaga,

Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, Unit Organisasi Eselon I pada

Kementerian/Lembaga, Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan unit kerja mandiri.

Landasan hukum penyusunan LAKIP adalah Inpres 7/1999 tentang

AkuntabilitasKinerja instansi Pemerintah, PP 8/2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Permenpan 29/2010 tentang Pedoman Penyusunan

(8)

25 Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.LAKIP berisi informasi tentang gambaran umum organisasi, perencanaan dan perjanjian kinerja dan akuntabilitas kinerja.

Evaluasi LAKIP dilakukan secara berkala mengacu pada Kepmenpan No.135/2004 tentang Pedoman Umum Evaluasi LAKIP. Evaluasi LAKIP didefinisikan sebagai aktifitas analisis yang sistematis, pemberian nilai, atribut, apresiasi, pengenalan masalah serta pemberian solusi atas masalah yang ditemukan dengan tujuan peningkatan kinerja dan akuntabilitas instansi pemerintah.Evaluasi LAKIP bertujuan untuk menilai penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instasi Pemerintah (SAKIP), menilai pelaksanaan program dan kegiatan, meningkatkan akuntabilitas, meningkatkan efisiensi dan efektifitas serta memberikan informasi kinerja instansi (Kepmenpan 135, 2004). Kegiatan evaluasi LAKIP dilakukan oleh Kementerian PAN dan RB bersama BPKP. Evaluasi dilakukan terkait penilaian SAKIP dan penilaian kinerja instansi pemerintah.

Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD)

LPPD merupakan laporan atas penyelenggaran pemerintah daerah selama satu tahun anggaran berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) (PP 3/2007). Pelaporan LPPD mencakup urusan desentralisasi, tugas pembantuan dan tugas umum pemerintahan. LPPD disusun berdasarkan asas transparansi dan akuntabilitas. LPPD kabupaten/kota diserahkan oleh bupati/walikota kepada menteri melalui gubernur. LPPD berisi informasi tentang gambaran umum daerah, rencana pembangunan jangka menengah daerah, urusan desentralisasi, tugas pembantuan dan tugas umum pemerintahan.

Pemerintah secara berkala melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintah daerah (EPPD) merujuk pada PPNo.6 tahun 2008 yang meliputi Evaluasi Kinerja Penyelenggaran Pemerintah Daerah (EKPPD), Evaluasi Kemampuan Penyelenggaraan Otonomi Daerah (EKPOD) dan Evaluasi Daerah Otonom Baru (EDOB). Sumber utama EKPPD adalah LPPD, dan penilaian dilakukan oleh tim.

Penelitian Sebelumnya

Berikut rangkuman penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini.

No Judul & Penulis Tujuan Penelitian Hasil

1 The Annual report

as a tool for financial disclosure in local governments (Pablos, Carcaba, Lopez, 2002. International Journal of Management) -Memberikan guideline dalam penyusunan annual report pemerintah daerah sehingga dapat menjadi alat komunikasi yang efektif

Guidelines Annual Report: 1. Annual report

mengandung informasi tentang kondisi dan

lingkungan keuangan daerah (community condition), evaluasi kinerja manajemen (management report) dan laporan keuangan (financial report)

(9)

26 2. presentation (penyajian

annual report dapat

dibedakan menjadi 2 yaitu tipe yang terintegrasi (mengandung informasi kuantitatif dan kualitatif, analisis yang lengkap tentang kinerja ekonomi dan

keuangan, tebalnya mencapai lebih dari 100 halaman), tipe yang lebih ringkas berupa sintesa dan resume max 30 halaman)

3. penyebaran informasi: hardcopy yang dapat diakses dengan mudah oleh

pengguna di kantor-kantor pemerintahan, perpustakaan daerah, dan melalui web

2 The Design and use

of performance information in Indonesian Local Government under diverging stakeholder pressures, (Mimba, Helden, Tillema, 2013. Public administration & Development Review) - Menganalisis peran informasi kinerja pada pemerintah daerah di Indonesia

-Menginvestigasi penggunaan informasi kinerja oleh pemerintah daerah

-Menginvestigasi konteks khusus negara berkembang dan kekuasaan serta

kebutuhan stakeholder atas kinerja

- Laporan Kinerja (LAKIP) hanya untuk memenuhi aturan formal terkait format pelaporan dan

ketepatwaktuan pelaporan serta cenderung

mengabaikan kualitas konten laporan kinerja. Jadi laporan akuntabilitas hanyalah simbol.

- Dalam menggunakan laporan kinerja, manajer mengakomodir kebutuhan stakeholder dominan (bupati/walikota)

- Hambatan implementasi sistem pengukuran kinerja yang berkualitas adalah kapasitas institusional yang rendah yang merupakan karakteristik organisasi sektor publik di negara berkembang. Pada kondisi terdapat stakeholder yang dominan, sistem pengukuran kinerja akan bermanfaat

(10)

27 tetapi sejauh ini masih

terbatas sebagai simbol saja. - Konteks spesifik negara berkembang akan berpengaruh terhadap penggunaan informasi kinerja 3 Relevance of Accounting information to public sector accountability (Jesus, Eirado, 2012. Reviewed of applied management studies) - Menginvestigasi relevansi informasi akuntansi dan informasi opini audit

- Informasi akuntansi

berhubungan dengan alokasi sumber daya-opini audit tidak menjelaskan/tidak berhubungan dengan kinerja institusi

4 Make city annual

report useful

(Thayer,Ralph.1979. Policy Analysis)

- Menganalisis upaya yang dapat dilakukan agar annual report pemerintah menjadi lebih bermanfaat

Agar dapat lebih bermanfaat, annual report harus

menghubungkan data keuangan dengan data kinerja dan diawali dengan pernyataan tentang tujuan, visi dan misi. Untuk

memverifikasi dan

memvalidasi hubungan data keuangan dan kinerja dapat dilakukan melalui proses audit. 5 The local government annual report as apolicy planning opportunity (Thayer,1978) - Menganalisis

pemanfaatan annual report dalam perencanaan

pemerintah

- Penggabungan data

keuangan dan kinerja dalam annual report dapat

meningkatkan akuntabilitas dan responsiveness melalui pemanfaatan annual report dalam proses perencanaan daerah 6 Local government annual report: an accountability medium? (Steccolini, 2008) - Menginvestigasi peran local government annual report dalam

meningkatkan

akuntabilitas pemerintah daerah

- Local Government Annual Report tidak berhasil berperan sebagai "general purpose report"

- Annual report hanya untuk memenuhi aturan yang

(11)

28 berlaku saja dan diberikan pada pengguna internal saja

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif melalui konten analisis terhadap kandungan informasi yang tersaji pada LKPD, LAKIP dan LPPD. Konten analisis dilakukan dengan menggunakan form checklist informasi pada masing-masing laporan kemudian dilakukan analisis komparasi kandungan informasi pad ketiga jenis laporan tersebut. Penelitian ini dilakukan pada dua daerah yaitu Pemerintah daerah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Malang. Kedua daerah ini dijadikan sampel penelitian karena analisis kandungan informasi akan dilakukan atas laporan pemerintah daerah yang memenuhi kriteria sebagai berikut; Opini audit BPK untuk tahun 2011-2012 WTP/WTP-DPP/WDP, dan nilai Evaluasi LAKIP tahun 2011-2012 A/BB/B/CC, dan hasil penilaian EKPPD untuk tahun 2011-2012 Sangat Tinggi/Tinggi. Data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data informasi dari Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), Data informasi

dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tahun 2011-2012, Data informasi dari Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) tahun 2011-2012.

2. Data hasil observasi, wawancara dan FGD. Wawancara dan FGD dilakukan dengan tim penyusun LKPD, tim penyusun LAKIP dan tim penyusun LPPD.

Data tahun 2011 dan 2012 digunakan karena beberapa aturan terkait LKPD dan LAKIP dikeluarkan pada tahun 2010 dan mulai berlaku sejak tahun pelaporan 2011 seperti PP 71/2010 tentang standar akuntansi pemerintah dan Permenpan 29/2010 tentang penetapan kinerja dan pelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Langkah pertama dalam penelitian ini adalah melakukan konten analisis dengan menggunakan cek list atas informasi yang tersaji pada LKPD, LAKIP dan LPPD.Konten analisis dilakukan terkait 4 aspek yang meliputi dasar hukum penyajian laporan, tujuan penyusunan laporan, isi laporan dan mekanisme evaluasi/penilaian laporan tersebut. Berikut hasil analisis informasi pada ketiga laporan tersebut:

(12)

29 Tabel Perbandingan Informasi LKPD, LAKIP, LPPD

NO. IKHT ISAR JENIS LAPORAN Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) 1 Dasar Huku m UU 17/2003, PP 8/2006, PP 71/2010 a. PP No.8/2006 tentang Pelaporan keuangan dan kinerja Instansi Pemerintah b. Permenpan 29/2007 tentang pedoman penyusunan penetapan kinerja dan pelaporan c. SK LAN 23/2009akuntabilita s kinerja pemerintah PP No.3/2007 PP 6/2008 2 Tujua n Menyajikan informasi yang bermanfaat bagi pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik ekonomi, sosial maupun politik a. Bahan evaluasi akuntabilitas kinerja bagi pihak yang membutuhkan; b. Penyempurnaan dokumen

perencanaan periode yang akan datang;

c. Penyempurnaan pelaksanaan

program dan kegiatan yang akan datang; d. Penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan; -Menyajikan informasi tentang penyelenggaran pemerintah daerah yang dapat dijadikan sebagai bahan dalam melakukan perencanaan, pembinaan, pengawasan dan perbaikan -Menyajikan pencapaian Standar Pelayanan Minimal dan pencapaian kinerja setiap urusan yang diselenggarakan pemerintah daerah

(13)

30 Isi Lapor an Pernyataan opini BPK, pernyataan tanggungjawab, neraca, LRA, arus kas, LPE, Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional CALK. A.Pendahuluan B.Perencanaan dan Perjanjian Kerja C.Akuntabilitas kinerja dan evaluasi kinerja. Ikhtisar eksekutif BAB I Pendahuluan A. Dasar Hukum B. Gambaran Umum Daerah BAB II Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) A. Visi dan Misi

B. Strategi dan Arah Kebijakan

BAB III URUSAN DESENTRALISASI

A. Prioritas Urusan Wajib Yang Dilaksanakan

B. Prioritas Urusan Pilihan Yang Dilaksanakan BAB IV Tugas Pembantuan A. Tugas Pembantuan Yang Diterima

B. Tugas Pembantuan Yang Diberikan

BAB V Tugas Umum Pemerintahan

A. Kerjasama Antar Daerah

B. Kerjasama Daerah Dengan Pihak Ketiga C. Koordinasi Dengan Instansi Vertikal Di Daerah D. Pembinaan Batas Wilayah E. Pencegahan Dan Penanggulangan Bencana F. Pengelolaan Kawasan Khusus G. Penyelenggaraan Ketenteraman Dan Ketertiban Umum BAB VI PENUTUP

(14)

31 4 Evalu asi/ Penil aian BPK (Opini) PIC: Menpan.Penilaian oleh Menpan dan BPKP. Peringkat diberikan Menpan (AA/memuaskan, A/sangat baik, B/Baik, CC/cukup baik, C/agak kurang, D/Kurang)

PIC: Menteri Dalam Negeri Sangat Tinggi, Tinggi, sedang, rendanh (EKPPD)

Selain konten analisis dengan menggunakan cek list, peneliti juga melakukan wawancara dan FGD dengan tim penyusun LKPD, LAKIP dan LPPD pada Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Malang. Penelitian ini menemukan beberapa hal :

1. Terjadi pengulangan informasi pada ketiga jenis laporan.

LKPD, LAKIP dan LPPD ditemukan memuat beberapa informasi yang relatif sama hanya saja menggunakan format yang berbeda. Misalnya informasi tentang kondisi ekonomi daerah disajikan dalam LKPD pada bagian catatan atas laporan keuangan, disajikan dalam LAKIP pada bagian pendahuluan dan juga disajikan pada LPPD pada bagian gambaran umum daerah. Informasi tentang kinerja disajikan dalam LAKIP pada bagian akuntabilitas dan evaluasi kinerja juga disajikan dalam LPPD. Hal ini mengakibatkan terjadi pengulangan informasi yang sama pada 3 laporan yang berbeda dan dinilai tidak efektif oleh pengguna internal. Dalam forum FGD para penyusun laporan yang merupakan pengguna internal laporan pemerintah daerah menganggap redundancy informasi ini sebagai overload information. Temuan penelitian ini konsisten dengan hasil riset sebelumnya (Steccolini, 2008) bahwa laporan pemerintah daerah belum efektif dan belum menyajikan informasi yang sesuai dengan kebutuha pengguna.

2. Terdapat inkonsistensi data yang digunakan dalam penyusunan laporan

Selain redundancy, penelitian ini juga menemukan terdapat beberapa inkonsistensi data yang digunakan dalam penyusunan laporan. Idealnya para penyusun laporan menggunakan data dari sumber yang sama sehingga validitas dan realibilitas data yang digunakan dapat dipertanggungjawabkan. Namun pada prakteknya untuk informasi yang sama digunakan data yang berbeda-beda sehingga komparabilitas informasi yang tersaji pada ketiga laporan tersebut sulit dilakukan. Misalnya data-data umum yang tersaji dalam LKPD, LAKIP dan LPPD seperti pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan besaran anggaran ketiga laporan memuat angka yang berbeda.

Berbagai permasalahan diatas dapat diatasi dengan penyusunan satu laporan pemerintah daerah (local government annual report) yang komprehensif dan memuat semua informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.

(15)

32

Kesimpulan dan Saran

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan informasi yang tersaji dalam 3 laporan yang dihasil pemerintah daerah kabupaten/kota yang meliputi LKPD, LAKIP dan LPPD.Penelitian ini dilakukan pada Pemerintah daerah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Malang. Data dikumpulkan melalui dokumen review (konten analisis), wawancara dan FGD dengan tim penyusun LKPD, LAKIP dan LPPD. Hasil penelitian menunjukkan terjadi pengulangan informasi yang sama pada tiga laporan yang berbeda. Redundancy informasi ini mengakibatkan overload information dan tidak efektifnya informasi yang tersaji dalam laporan pemerintah daerah. Selain itu juga terdapat inkonsistensi data yang tersaji pada ketiga laporan tersebut.Hal ini mengakibatkan kurangnya reliabilitas dan validitas informasi yang tersaji pada laporan pemerintah daerah.Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan beberapa riset sebelumnya (Steccolini, 2008; Pablos, et. al, 2002, Mimba, 2012) yang menjelaskan kurangnya efektifitas laporan pemerintah daerah.

Penelitian ini hanya dilakukan pada 2 daerah sehingga tidak bisa disimpulkan fenomena yang sama juga berlaku didaerah lain. Penelitian ini juga baru dilakukan pada 3 laporan yang disusun pemerintah saja yaitu LKPD, LAKIP dan LPPD. Oleh karena itu penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada pemerintah daerah lain di Indonesia dan memasukkan unsur laporan lain yang harus disusun pemda seperti Lapora Pertanggungjawaban, ILPPD dan SLHD.

REFERENSI

[1] Barton, A. (2009). Public and private sector accounting – The non-identical twins,

Australian Accounting Review, Vol. 9, no. 2, 22-31.

[2] Brignall, S. and Modell, S. (2000), An institutional perspective on performance

measurement and management in the new public sector. Management Accounting

Research, Vol. 11, pp. 281-306.

[3] Carnegie dan West. (2005). Making accounting accountable in the public sector.

Critical Perspective on Accounting, vol.16, pp.905-928

[4] Chang, L. dan Most,K. (1985), The perceived usefulnes of financial statements for investors decisions, Florida International University Press, Miami, FL

[5] Coy dan Pratt, (1998), An insight into accountability and politics in universities: a case study, Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol.11 No.5, pp.540-61

[6] Crawford, Gordon. Hermawan, P.Yulius (2002), Whose agenda? Partnership and

international assistance to democratization and governance reform in Indonesia.

Contemporary Southeast Asia

[7] DiMaggio, P.J. and Powell, W.W. (1983), The iron cage revisited: institutional

isomorphism and collective rationality in organizational fields, American

(16)

33

[8] Gudono.(2014). Teori Organisasi Edisi 3. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

[9] Guthrie, J., Humphrey, C., Olson, O. (1999), Debating developments in new public financial management: The limits of global theorising and some new ways forward.

Financial Accountability and Management, Vol. 15, no. 3-4, 209-228.

[10] Halim, Abdul. (2007). Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi 3.Jakarta : Salemba Empat

[11] Hood, C. (1991), A Public management for all seasons? Public Administration, Vol. 69, no. 1, 3-19.

[12] Hood, C. (1995), The new public management“ in the 1980s: variations on a theme,

Accounting, Organisations and Society, Vol. 20, no. 2-3, 93-109.

[13] Hooks, (2002), ”The Information gap in annual reports”, Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol.15 No.4, pp.501-522

[14] Inpres RI No. 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. [15] Jesus, Eirado,( 2012).Relevance of accounting information to public sector

accountability Reviewed of applied management studies (10) 87-98 [16] Jones, (1999). Local Government Annual report: Mimicry in Action

[17] Kapucu, Naim (2009), New public management and governance perspectives in understanding public management, Public Administration Review,

[18] Kristiansen, et al, (2009). Public sector reforms and financial transparency: experiences from indonesian districts. Contemporary Southeast Asia, Vol.31 pp 64-87

[19] Kwon & Gorman, (2014), Links between performance measures & local economic development:examination of a two stage model of internal & external factors. Public performance & Management Review, vol 37. Pp658-678

[20] Lane, Jan-Erik.2003. Management and public organization: The principal-agent framework.University of Geneva and National University of Singapore.Working paper. [21] Lapsley, I. (2008), The NPM agenda: back to the future, Financial Accountability &

Management, Vol. 24 No. 1, pp. 77-96.

[22] Martiningsih, RR Sri Pancawati. (2008). Analisis Kebutuhan Informasi Pemerintahan : Studi Pelaporan Keuangan Pemerintah. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada

[23] Meyer, J. W. and B. Rowan.1977. Institutionalized Organizations: Formal Structure as Financial Myth and Ceremony.American Journal of Sociology Vol. 83, pp. 340–63

(17)

34 [24] Mimba, Helden, Tillema (2013). The Design and use of performance information in

Indonesian Local Government under diverging stakeholder pressures, Public

administration & Development Review,Vol.33 pp 15-28

[25] Moe, T. M. 1984. The new economics of organization.American Journal of Political Science 28(5): 739-777.

[26] Pablos, Carcaba. 2002. The Annual report as a tool for financial disclosure in local

governments.International Journal of Management. Vol.19 No.4

[27] Patton, J.M. (1992), Accountability and Government Financial Reporting. Financial

Accountability and Management, Vol.3 No.3 pp.165-180

[28] Paulsson, Gert. (2006). Accrual Accounting In The Public Sector: Experiences From The Central Government In Sweden. Financial Accountability & Management

[29] Pemerintah Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan PertanggungjawabanKepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi LaporanPenyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat.

[30] Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

[31] Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

[32] Republik Indonesia.Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.

[33] Republik Indonesia.Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

[34] Republik Indonesia.Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. [35] Republik Indonesia.Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

antara Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

[36] Ryan, Christine; Trevor Stanley dan Morton Nelson. (2000). Accountability

Disclosure by Queensland Local Government Councils: 1997-1999. Financial

Accountability & Management, Vol. 18 (3).

[37] Saliterer, Korac, (2013). Performance information use by politicians and public

manager for internal control and external accountability purposes. Critical

Perspectives on Accounting

(18)

35 [39] Smith, C., Warner, J., 1970. On financial contracting: an analysis of bond covenants.

Journal of Economics 7, 117–161.

[40] Steccolini, Ileana. 2009. Local Government Annual Report: an Accountability

Medium?.Conference on Accounting and Auditing in Public Sector Reforms

[41] Streim, Hannes. (1994). Agency Problem in Legal Political System and Supreme

[42] Strom, K. 2000. Delegation and accountability in parliamentary

democracies.European Journal of Political Research 37: 261-289.

[43] Thayer,( 1978).The local government annual report as apolicy planning opportunity. Public Administration Review Vol 38 No.4 pp. 373-376

[44] Thayer,Ralph.1979.Make city annual report useful. Policy Analysis.

[45] Zucker, L.G. (1977), The role of institutionalization in cultural persistence, American Sociological Review, Vol. 42, pp. 726-43.

Gambar

Tabel 2. Perkembangan Evaluasi LAKIP 2011-2012
Tabel  Perbandingan Informasi LKPD, LAKIP, LPPD

Referensi

Dokumen terkait

Dengan pemahaman atas konsep dan uji empiris, penelitian ini diharapkan akan mempunyai manfaat bagi para praktisi (investor, kreditor, direktur, dewan komisaris,

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan khususnya, dan juga memberikan informasi kepada

Bagi praktisi, khususnya manajemen bank syariah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan agar bank syariah di Indonesia, dapat memperbaiki dan

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada perawat,

a) Secara teoritis diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan Ilmu Administrasi Negara khususnya untuk

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para praktisi, akademisi dan regulator dalam rangka menerapkan, mengembangkan dan membentuk

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: Manfaat teoritis, Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan yang lebih mendalam dan

Manfaat teoritis Manfat teoritis yang diharapkan peneliti dari hasil penelitian ini yaitu sebagai sumber informasi untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai acuan bagi