• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Stimulasi Kemampuan Literasi Awal Anak Prasekolah Oleh Guru Paud Di Sekolah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proses Stimulasi Kemampuan Literasi Awal Anak Prasekolah Oleh Guru Paud Di Sekolah"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

i

PROSES STIMULASI KEMAMPUAN LITERASI AWAL ANAK PRASEKOLAH OLEH GURU PAUD DI SEKOLAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Magister Psikologi Profesi (S2) Jurusan Psikologi Fakultas psikologi

Oleh :

Ensap Sri Mulat T 100090106

PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

▸ Baca selengkapnya: kemampuan dasar literasi dan steam paud

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

PROSES STIMULASI KEMAMPUAN LITERASI AWAL ANAK PRASEKOLAH OLEH GURU PAUD DI SEKOLAH

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh : Ensap Sri Mulat

T100090106

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

Penguji Pembimbing I

Dr. Lisnawati Ruhaena, M.Si., Psikolog NIK. 836

Penguji Pembimbing II

Dra. Zahrotul Uyun, M.Si., Psikolog NIK. 592

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

PROSES STIMULASI KEMAMPUAN LITERASI AWAL ANAK PRASEKOLAH OLEH GURU PAUD DI SEKOLAH

Oleh : Ensap Sri Mulat

T 100 090 106

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Senin, 18 Desember 2017 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji

1. Dr. Lisnawati Ruhaena, M.Si., Psikolog ... Penguji Utama

2. Dra. Zahrotul Uyun, M.Si.Psikolog ... Penguji Pendamping

3. Dr. Wiwien Dinar Prastiti, M.Si, Psikolog ... Penguji Tamu

Mengetahui, Ketua Program

Dekan Fakultas Psikologi Magister Psikologi Profesi

Dr. Moordiningsih, M.Si., Psikolog Dr. Lisnawati Ruhaena, M.Si., Psikolog

NIK.876 NIK. 836

(4)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kemagisteran di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 9 Februari 2017

Penulis

Ensap Sri Mulat T 100 090 106

(5)

1

PROSES STIMULASI KEMAMPUAN LITERASI AWAL ANAK PRASEKOLAH OLEH GURU PAUD DI SEKOLAH

Abstrak

Proses stimulasi kemampuan literasi awal oleh guru disekolah sangat penting untuk menunjang kemampuan literasi awal anak. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang proses stimulasi kemampuan literasi awal yang dilakukan guru PAUD di sekolah dan rekomendasi rancangan program stimulasi kemampuan literasi awal yang efektif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif metode studi eksploratif dengan menggunakan kuesioner terbuka dan wawancara sebagai alat pengumpul data. Penelitian ini melibatkan 150 guru PAUD di Kabupaten Klaten. Hasil dan kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa proses stimulasi kemampuan literasi awal yang biasa dilakukan guru PAUD di sekolah fokus mengkode, yaitu tentang pengetahuan huruf, keterampilan membaca suku kata, kata, kalimat, dan lancar membaca. Cara stimulasi yang fokus pada mengkode pada awalnya membuat anak antusias pada materi literasi, namun karena cenderung tekstual dan kurang menarik minat, sehingga banyak anak menjadi tampak mudah bosan, ngantuk, tidak fokus dan lebih senang bermain saat proses stimulasi. Berdasarkan fakta tersebut maka diketahui guru membutuhkan sebuah alternatif cara stimulasi kemampuan literasi awal yang tidak hanya fokus mengkode, namun juga merangsang minat membaca, mengakomodasi karakteristik konsentrasi anak, serta bermain sebagai kebutuhannya. Untuk itu direkomendasikan sebuah program AKU SENANG MEMBACA sebagai program yang disarankan untuk melengkapi proses stimulasi yang sudah dilakukan.

(6)

2

STIMULATION PROCESS OF EARLY LITERCY BY PRESCHOOL TEACHER IN SCHOOL

Abstract

The process of stimulating early literacy skills by teachers in schools is essential to support the child's early literacy skills. This study aims to get an overview of the process of early literacy skill stimulation performed by preschool teachers in schools and recommendations for the design of effective early literacy stimulation programs. This research uses qualitative approach of explorative study method using open questionnaire and interview as data collecting tool. The study involved 150 preschool teachers in Klaten District. The results and conclusions from the study indicate that the process of early literacy stimulation that is commonly done by preschool teachers in schools focuses on coding, which is about alphabetical knowledge, syllabic reading skills, words, sentences, and fluent reading. How stimulation that focuses on coding initially makes children enthusiastic about literacy materials, but because they tend to be textual and less attractive, so many children become bored easily, sleepy, unfocused and more happy to play during the stimulation process. Based on these facts it is known that teachers need an alternative way of stimulating of early literacy that not only focus coding, but also stimulate reading interest, accommodate the characteristics of child concentration, and play as their needs. For that I recommend a program I AM READING as a stimulant program is recommended to complement the process of stimulation that has been done.

Keywords: early literacy, preschool teacher, stimulation process

1. Pendahuluan

Usia 3-6 tahun tergolong usia yang sangat penting sebagai pondasi untuk membangun kemampuan dasar perkembangan. Pada usia tersebut selayaknya anak usia dini mendapatkan berbagai stimulasi yang memadai baik di rumah maupun di lembaga prasekolah. Stimulasi mempunyai peran penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama fungsi kognitif, afektif dan psikomotor. Penelitian dari Irmawati, Ardani, Astasari, Irwanto, Suryawan, Narendra (2012) menunjukkan bahwa pemberian stimulasi satu jam meningkatkan kemampuan dan perkembangan anak usia 12 – 24 bulan. Penelitian dari Mitayani, Riska & Nursetyawati (2015) juga menunjukkan bahwa ada

(7)

3

hubungan positif antara stimulasi ibu dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia 2-3 tahun, dengan koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 95%.

Salah satu aspek perkembangan anak yang penting untuk distimulasi adalah kemampuan literasi awal, yaitu keterampilan, sikap dan pengetahuan tentang membaca dan menulis, sebelum belajar membaca dan menulis yang sebenarnya atau konvensional (NELP, 2009; Maclean, 2008; Whitehurst & Lonigan, 1998). Literasi awal mencakup dua domain perkembangan yang saling terkait yaitu membaca dan menulis. Membaca meliputi proses membaca kode (seperti mengenali bunyi huruf, bentuk huruf dan kata) dan pemahaman bacaan, sedangkan menulis melibatkan proses yang serupa dengan membaca tetapi membutuhkan kompetensi tambahan dalam keterampilan motorik halus (Justice, Sofka dan McGinty, 2007).

Kemampuan literasi awal atau banyak dikenal sebagai kemampuan baca tulis awal merupakan produk dari berbagai aktivitas yang berkaitan dengan baca tulis pada tahun-tahun prasekolah (Mason & Sinha dalam De Witt, 2009). Penelitian Hidayah (2012) menunjukkan bahwa lingkungan literasi di sekolah, berpengaruh langsung dan positif terhadap pemahaman membaca dan motivasi membaca anak. Proses stimulasi kemampuan literasi awal di sekolah diprakarsai dan dimediasi oleh pengasuh atau guru (Mason & Sinha dalam De Witt, 2009). Peran guru dalam proses stimulasi seperti dijelaskan oleh Vygotsky (1896-1934, dalam State of connecticut State Board of Education, 2007) yang dihubungkan dengan level belajar anak adalah guru diharapkan mampu mengamati dan siap membantu (scaffolding) pengalaman belajar anak di level satu dan dua sehingga meningkat ke level tiga yaitu anak mandiri dalam mengerjakan suatu tugas tertentu atau dalam pengalaman belajar secara umum.

Keberhasilan guru dalam menstimulasi kemampuan literasi awal di sekolah ditentukan oleh beberapa faktor. Weigel, Martin & Bennet (2005) mengemukakan empat komponen yang mendukung perkembangan kemampuan literasi awal anak di prasekolah yaitu, demografis guru, kebiasaan literasi guru, aktifitas guru dan keyakinan guru dalam membaca. Komponen demografis guru meliputi pendidikan guru, umur, level literasi, pengalaman pendidikan, dan

(8)

4

tingkat pendapatan. Komponen kebiasaan literasi guru meliputi bagaimana guru menikmati perilaku membaca, berapa lama guru menghabiskan waktu untuk membaca, seberapa sering anak melihat guru membaca dan menulis. Komponen aktifitas guru intinya mengacu pada kesempatan dan pengalaman literasi yang diperoleh anak di tempat prasekolah. Komponen keyakinan guru adalah keyakinan positif yang dimiliki guru tentang membaca, sehingga dirinya mengambil peran aktif dalam membuat pengalaman literasi yang lebih kaya di kelas mereka. Cara yang dinyatakan cukup efektif dalam menstimulasi literasi awal adalah membaca buku bersama, percakapan guru-anak penuh makna dan menulis bersama (Roskoss, Christie & Richgels, 2003; National Early Literacy Panel, 2009; Reese, Sparks & Leyva, 2010; Neumann & Neumann, 2010).

Hasil penelitian dari PIRLS (Progress International Reading Literacy Study) tahun 2011 dan PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2012 memperlihatkan bahwa kompetensi anak Indonesia dalam kemampuan literasi tergolong rendah dan berada di bawah rata-rata internasional. Data PIRLS tahun 2011 menunjukkan Indonesia menduduki peringkat ke-45 dari 48 negara peserta dengan skor 428 dari skor rata-rata 500 (IEA, 2012). PIRLS melakukan uji literasi membaca dengan mengukur aspek memahami, menggunakan, dan merefleksikan hasil membaca dalam bentuk tulisan. Sedangkan dalam PISA tahun 2012 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-64 dari 65 negara peserta dengan skor 396 dari skor rata-rata OECD 496 (OECD, 2013).

Tabel 1. Tabel Hasil Data Awal

Sumber Survey Wawancara

Informan 24 guru dari 17 lembaga PAUD 7 guru yang menstimulasi dengan bermain.

Tujuan Gambaran proses stimulasi kemampuan literasi awal

Gambaran praktik proses stimulasi kemampuan literasi awal dengan cara bermain

Hasil 17 guru (70,83%) menggunakan metode drill dengan media buku latih baca, dengan target kelancaran membaca & menulis sebagai persiapan masuk SD. 7 guru (29,1%) menggunakan cara

bermain, dengan tujuan anak senang dan tidak ditekan dengan target-target tertentu.

Praktik cara bermain dilakukan berdasarkan “perkiraan”.

Pemahaman guru tentang apa yang harus distimulasi, bagaimana caranya dan perkembangan apa yang harus dinilai masih minim

(9)

5

Hasil penggalian data awal seperti dalam tabel 1 menunjukkan bahwa proses stimulasi kemampuan literasi awal oleh guru PAUD di sekolah mayoritas dilakukan melalui cara drill dengan media buku latih baca sebagai persiapan siswa untuk memasuki sekolah dasar yaitu sebanyak 17 guru (70,83%), sementara 7 guru (29,1%) menyatakan menstimulasi dengan cara bermain. Setelah dilakukan wawancara dan observasi lebih lanjut terhadap guru-guru yang menstimulasi baca tulis awal dengan bermain, ditemukan bahwa dalam praktiknya guru masih merasa kebingungan tentang apa saja yang harus distimulasi, dengan cara apa dan perkembangan apa yang harus dinilai sehingga proses stimulasi dilakukan berdasarkan perkiraan masing-masing guru, dengan target yang kurang jelas.

Keadaan seperti yang dilihat dalam penggalian data awal di atas menarik minat peneliti untuk menggali lebih dalam tentang bagaimana proses stimulasi kemampuan literasi awal yang biasa dilakukan oleh guru PAUD di sekolah. Guru PAUD sebagai pemrakarsa dan fasilitator dalam proses stimulasi kemampuan literasi awal di sekolah diharapkan melakukan proses stimulasi secara efektif sehingga mengembangkan kemampuan literasi awal anak prasekolah dengan optimal.

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang proses stimulasi kemampuan literasi awal yang biasa dilakukan guru di sekolah, serta rekomendasi rancangan program stimulasi kemampuan literasi awal yang efektif untuk guru PAUD di sekolah.

2. METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode eksploratif. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara. Kuesioner terdiri dari lima belas pertanyaan yang disusun berdasarkan teori, tujuan dan pertanyaan penelitian dengan validasi pembimbing dan teman sejawat yang berkompeten (peer review). Setelah dilakukan uji coba, kuesioner disebar terhadap 150 guru PAUD sebagai informan. Data yang diperoleh kemudian di input, di koding dan kemudian dikelompokkan ke dalam tema-tema. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 2 Desember sampai dengan tanggal 11

(10)

6

Desember 2017. Wawancara dilakukan kepada 8 guru untuk konfirmasi jawaban kuesioner.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1Hasil

Berdasarkan pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 2. Gambaran proses stimulasi kemampuan literasi awal oleh guru PAUD disekolah

No Pertanyaan kuesioner Jawabab Responden (orang ) % 1. Cara stimulasi kemampuan literasi awal yang biasa dilakukan guru di sekolah Memperkenalkan huruf 60 40

Menggunakan media (bermain dan menyenangkan) 45 30 Metode campuran (huruf, APE, Buku latih baca) 21 14

Privat dengan AISMA, Bacalah, Ahe 15 10

Lainnya (mengeja, sesuai tema, bercakap-cakap, klasikal)

9 6

Jumlah 150

2. Media yang sering dipakai

Alat Peraga (tepuk, lagu, media elektronik, buku bacaan & majalah serta alat-alat permainan edukatif)

85 56,6 Campuran (alat peraga, alat tulis, buku latih baca) 46 30,7 Alat tulis (papan tulis, penghapus, buku tulis, pensil,

kapur)

10 6,7

Buku AISMA dan sejenisnya 9 6

Jumlah 150

3. Waktu Stimulasi

Saat pembelajaran/ Kegiatan Belajar Mengajar 60 40 Diluar pembelajaran/ Kegiatan Belajar Mengajar 55 36,7 Lainnya (kapan saja, tidak tentu, sesuai mood dan

kemampuan anak)

20 13,3

Kombinasi (saat KBM & di luar KBM) 15 10

Jumlah 150

4. Durasi dalam menstimulasi

Lainnya (tidak dibatasi, tergantung mood dan kemauan anak, 1-2 menit, 1 semester – 1 tahun)

46 30,7

5 - 25 menit 41 27,3

30– 60 menit 39 26

1 – 2 jam/kelas 24 16

Jumlah 150

5. Intensitas Sehari sekali 62 41,3

2 – 4 kali per pekan 49 32,7

Lainnya (tidak terbatas, tergantung mood dan kemauan anak, 1-2 menit, 1 semester – 1 tahun)

31 20,7

1 kali per pekan 6 4

2 hari sekali 2 1,3

(11)

7

Tabel 3. Gambaran hasil stimulasi kemampuan literasi awal oleh guru PAUD disekolah 1. Target/ukuran

keberhasilan

Anak mengenal huruf abjad 52 34,7

Anak bisa membaca lancar 30 20

Tidak jelas 22 14,7

Anak bisa membaca kata 15 10

Anak bisa membaca 1-2 suku kata 14 9,3

Anak bisa membaca kalimat 14 9,3

Anak mampu berkomunikasi dan memiliki banyak kosakata

2 1,3

Anak memiliki minat membaca dan menulis 1 0,67

Jumlah 150 2. Hasil Stimulasi Cukup berhasil 71 47,3 Berhasil 60 40 Tidak jelas 12 8 Kurang berhasil 7 4,7 Jumlah 150 3. Hambatan dalam menstimulasi

Anak tidak fokus, bosan, ngantuk dan lebih senang bermain daripada membaca

73 48,7

Perbedaan kemampuan anak 46 30,7

Kurangnya dukungan orang tua dari rumah 14 9,3

Lainnya (keterbatasan waktu, umur anak yang dipaksakan, kurang media)

12 8

Ketakutan guru dalam mengajar baca tulis 3 2

Kurangnya tenaga pendidik 2 1,3

Jumlah 150

4. Kebiasaan guru membaca buku

1-3 x per hari 43 28,7

1-4 hari per pekan 43 28,7

Lainnya (tidak pasti, jika waktu senggang) 34 22,7

No respon 21 14 1-5 x per bulan 9 6 Jumlah 150 5. Intensitas guru membacakan buku cerita 1-3 x per pekan 84 56 1-2 x per pekan 28 18,7

Lainnya (sering, jika ada waktu, jika anak mulai bosan)

28 18,7

1-4x per bulan 10 6,7

Jumlah 150

Berdasarkan tabel 2 dan tabel 3, dapat disimpulkan bahwa mayoritas cara stimulasi kemampuan literasi awal yang biasa dilakukan guru di sekolah adalah memperkenalkan huruf, dengan media dan target keberhasilan erat kaitanya dengan pengetahuan anak tentang huruf. Hambatan terbesar yang ditemui adalah

(12)

8

anak cenderung mudah tidak fokus, ngantuk, bosan dan lebih senang bermain daripada membaca. Durasi pemberian stimulasi dilakukan dengan rentang waktu yang tidak terbatas dan menyesuaikan dengan situasi kondisi, mood dan kemauan anak dengan intensitas hanya sehari sekali.

Tabel 4. Gambaran pemahaman guru tentang proses stimulasi kemampuan literasi awal yang ideal

Berdasarkan tabel 4, dapat disimpulkan bahwa mayoritas guru menyatakan cara ideal dalam mengajarkan baca tulis di PAUD adalah menggunakan alat peraga yang tepat. Sebagian besar guru menyatakan tidak pernah mengikuti pelatihan khusus tentang proses stimulasi baca tulis di PAUD, jika pernah mengikuti materi tentang stimulasi baca tulis awal hanya sebagai bagian kecil dari keseluruhan materi pelatihan, sehingga materi tidak tuntas atau sepotong-No Pertanyaan kuesioner Jawabab Responden (orang) % 1. Bagaiamana cara mengajarkan baca tulis yang tepat dan ideal menurut guru

Menggunakan alat peraga yang tepat 38 25,3

Belajar sambil bermain 29 19,3

Menghafal huruf & menggabungkannya, menulis huruf, kata & kalimat

22 14,7

Cara privat dengan buku latih baca & tulis (AISMA dan semacamnya)

16 10,7

Memperkirakan waktu, tempat dan jumlah siswa secara tepat

8 5,3

Kombinasi antara bermain dan alat peraga yang tepat 8 5,3 Lainnya (diluar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM),

klasikal, tergantung persiapan & kreativitas guru, bervariasi, membaca tanpa mengeja, bercakap-cakap & bercerita, belum boleh diajari)

8 5,3

Menyesuaikan gaya belajar anak 6 4

No respon 6 4

Kombinasi cara privat dan alat peraga yang tepat 5 3,3 Mengikuti kemauan, minat dan mood anak 4 2,7

Jumlah 150

2. Program khusus mengajarkan baca tulis disekolah

Tidak ada 87 58

Ada (privat dengan buku latih baca, les baca diluar KBM, dikte setiap hari, bernyangi senandung huruf setiap hari, cerita dan membaca buku bergambar)

63 42

Jumlah 150

3. Pelatihan tentang proses

pemebelajaran baca tulis yang pernah diikuti guru

Tidak pernah 94 62,7

Pelatihan lainnya 35 23,3

Pernah (membaca tanpa mengeja, belajar baca dengan kartu gambar dan kertas)

21 14

(13)

9

sepotong. Berdasarkan pemahaman guru tersebut, mayoritas sekolah tidak memerlukan program khusus untuk mengajarkan baca tulis.

b. Data hasil wawancara

Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa cara stimulasi yang biasa dilakukan guru di sekolah; untuk guru Kelompok Bermain (KB) cara yang biasa dilakukan adalah dengan cara bermain dan menggunakan berbagai media, tujuannya untuk pengenalan huruf saja, jika sudah bosan dan tidak fokus dialihkan dengan materi lain seperti bercerita atau diberikan buku-buku yang menyenangkan.Sedangkan untuk guru TK/BA; tidak cukup dengan bermain dan alat peraga yang tepat, namun harus ditambah dengan buku latih baca seperti AISMA agar anak lebih cepat lancar membaca. Guru KB cenderung lebih rileks saat mengajarkan baca tulis karena tidak ada beban anak harus mampu membaca dan menulis, hanya dituntut peka dan kreatif untuk segera mengalihkan materi lain yang lebih menarik jika anak mulai bosan dan tidak fokus dengan materi baca tulis. Sedangkan untuk guru TK cenderung memiliki beban saat mengajarkan baca tulis agar anak segera mampu membaca dan menulis dengan lancar.

Guru KB cenderung memaknai baca tulis sebagai materi yang belum boleh ditekankan, hanya pengenalan dengan cara bermain dan menggunakan berbagai media yang menyenangkan, tidak boleh ditarget dan menyesuaikan dengan kemauan anak. Sedangkan untuk guru TK cara yang ideal disamping cara bermain juga harus dilakukan cara privat dengan buku latih baca, karena anak harus segera mampu membaca sebagai persiapan masuk sekolah dasar.

3.2Pembahasan

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, terdapat beberapa fakta menarik. Pertama, cara stimulasi kemampuan kemampuan literasi awal yang biasa dilakukan guru di sekolah berfokus kepada mengkode, yaitu seputar pengenalan huruf, keterampilan membaca suku kata, kata, kalimat, dan lancar membaca, serta kelancara menulis. Berbagai aktivitas dan media pembelajaran baca tulis awal di sekolah berkaitan erat dengan mengkode. Guru kurang menghubungkan interaksi anak dengan tulisan dan buku melalui kebiasaan guru membaca buku dan

(14)

10

intensitas guru membacakan buku cerita di kelas sebagai aktivitas yang menstimulasi kemampuan literasi awal. Bahkan beberapa guru menyatakan aktivitas bercerita dan membacakan buku cerita bergambar yang menarik merupakan cara pengalihan jika anak mulai bosan dan tidak fokus dengan materi literasi awal, yang dimaknai sebagai pengenalan huruf atau fokus mengkode. Cara stimulasi kemampuan literasi awal yang hanya fokus pada mengkode cenderung tekstual dan kurang menarik minat, sehingga banyak anak menjadi tampak mudah bosan, ngantuk, tidak fokus dan lebih senang bermain saat proses stimulasi kemampuan literasi awal.

Fakta kedua, kondisi anak yang tampak mudah tidak fokus, ngantuk, bosan dan lebih senang bermain daripada membaca dimaknai guru sebagai hambatan yang paling sering ditemui saat menstimulasi kemampuan literasi awal. Padahal rentang konsentrasi yang terbatas dan dunia bermain adalah karakteristik anak. Guru yang seharusnya melakukan penyesuaian agar stimulasi yang dilakukan dapat mengakomodasi karakteristik tersebut.

Berdasarkan kedua fakta di atas, maka diketahui bahwa guru membutuhkan sebuah alternatif cara stimulasi kemampuan literasi awal yang tidak hanya fokus mengkode, namun dapat merangsang minat membaca anak dan mengakomodasi karakteristik konsentrasi anak, serta dunia bermain sebagai kebutuhannya. Untuk itu dalam penelitian ini direkomendasikan sebuah program stimulasi kemampuan literasi awal yang diberi nama program aku senang membaca. Program ini terdiri dari tiga aktivitas, yaitu : membaca buku bersama, percakapan guru-anak penuh makna dan pengenalan menulis. Ketiga aktivitas tersebut merupakan modifikasi dari hasil penelitian dan hasil analisis dari NELP (2009), Reese dkk (2010), Roskoss dkk (2003), dan Neumann & Neumann (2010).

Aktivitas membaca buku bersama efektif untuk meningkatkan bahasa reseptif dan ekspresif anak, kemampuan metalinguistik anak dan keterampilan tulis meningkat (Chow & McBride-Chang, 2003), mempengaruhi peningkatan pemahaman kosakata pada anak (Mirah, Astuti & Siswati, 2012), juga dapat meningkatkan perilaku orangtua terhadap tulisan dan mempercepat munculnya

(15)

11

literasi awal pada anak-anak terutama pada area kesadaran akan tulisan dan pemahaman kata (Justice & Ezel, 2000). Aktivitas percakapan guru-anak penuh makna dapat menstimulasi tiga komponen dalam program pengembangan bahasa lisan, yaitu ketrampilan mendengar, berbicara dan menyusun kelanjutan cerita (Carroll, Crane, Duff, Hulme & Snowling, 2011), serta mengembangkan kemampuan narasi anak dari berbagai kelas sosial budaya (Reese dkk, 2010). Aktivitas menulis bersama yang menekankan pada nama huruf dan dan bentuk huruf merupakan strategi yang efektif untuk scaffold perkembangan menulis awal pada anak (Neumann & Neumann, 2010). Program Aku Senang Membaca disusun dalam format blue print dan masih perlu diujicobakan sebelum dapat dilakukan. Untuk itu bagi peneliti selanjutnya dapat dilakukan penelitian untuk menguji efektivitas dari rancangan program yang direkomendasikan.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan gambaran proses stimulasi kemampuan literasi awal yang biasa dilakukan guru di sekolah adalah mengenalkan huruf dengan media dan target keberhasilan yang berkaitan dengan pengetahuan anak tentang huruf (fokus mengkode). Cara tersebut nampaknya membuat anak cenderung mudah bosan, ngantuk, tidak fokus, dan lebih senang bermain daripada membaca. Padahal durasi pemberian stimulasi sudah dilakukan dengan rentang waktu yang tidak terbatas dan menyesuaikan dengan situasi kondisi, mood dan kemauan anak dengan intensitas hanya sehari sekali.

Kesimpulan di atas menunjukkan bahwa guru membutuhkan sebuah alternatif cara stimulasi kemampuan literasi awal yang tidak hanya fokus mengkode, namun dapat merangsang minat membaca anak dan mengakomodasi karakteristik konsentrasi anak, serta dunia bermain sebagai kebutuhannya. Untuk itu dalam penelitian ini direkomendasikan sebuah program stimulasi kemampuan literasi awal yang diberi nama program aku senang membaca. Program aku senang membaca terdiri dari tiga aktivitas stimulasi yaitu membaca buku bersama, percakapan guru-anak penuh makna dan menulis bersama. Program ini diharapkan mampu melengkapi proses stimulasi kemampuan literasi awal yang

(16)

12

biasa dilakukan oleh guru PAUD di sekolah yang fokus pada mengkode. Aktivitas dalam program ini diharapkan tidak hanya mendorong anak mengenal huruf, terampil membaca dan menulis, tetapi juga mampu merangsang minat membaca dan mengakomodasi karakteristik anak yang memiliki rentang konsentrasi terbatas dan dunia bermain sebagai kebutuhannya.

DAFTAR PUSTAKA

Carrol, Julia.M., Crane, Claudia.B., Duff, Fiona.J., Hulme, Charles., Snowling, Margaret.J. (2011). Developing Language and Literacy; Effective Intervention in the Early Years. UK. Wiley-Blackwell.

Connecticut State Board of Education. (2007). A Guide to early Childhood Programme Development. Hartford, CT: Connecticut State Board of Education.

De Witt, M. W. (2009). Emergent Literacy : Why we should we bw concerned?

Early Child Development and Care , 619-629.

Hidayah, Rifa. (2012). Model Kognitif Sosial Pemahaman Membaca pada Anak..

Disertasi. Universitas Gadjah Mada

Irmawati, Ardani, Astasari, Irwanto, Suryawan, Narendra (2012. Pengaruh Pemberian Stimulasi Selama Satu Jam pada Perkembangan Anak Usia 12-24 bulan. Media Indonesia. Vol. 46. Issue 3.

Justice, L. M., Ezell, H.K. (2000) Enhancing Children’s Print and Word Awareness through Home-Based Parent Intervention. American Journal of Speech-Language Pathology. Volume 9(3): 257–269.

Justice, L. M., Sofka, A., McGinty, Anita. (2007). Targets, Techniques, and Treatment Contexts in Emergent Literacy Intervention. Seminars in Speech and language. Journal. Volume 28, Nomor 1

Maclean, J. (2008). Libarry Preschool Storytime: Developing Early Literacy Skills in Children. Canada: Provincial and Territorial Public Libraries .

Mirah, D. A., Astuti, T. P., & Siswati. (2012). Membaca Bersama dan Perkembangan Literasi Anak usia Dini. Jurnal Psikologi Indonesia.Volume 9. No 1.

(17)

13

Mitayani, Riska, Nursetiwati. (2015). Hubungan Stimulasi Ibu dengan Perkembangan Motorik pada Anak Usia 2-3 tahun (Toddler). Jurnal Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan. Vol 4 No.1

National Early Literacy Panel. (2009). An Introductory Teacher Guide for Early Language and Emergent Literacy Instruction. National Institute for Literacy

Neumann, M. M., & Neumann, D. L. (2010). Parental Strategies to Scaffold Emergent Writing Skills in the Pre-Shool Child Within the Home Environment. Childhood Education . Early Years: An International Journal of Research and Development. Volume 30, Issue 1, halaman 79 - 94.

OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development). (2013).

Education at a Glance 2013 : OECD Indicators. OECD Publishing. http://dx.doi.org/10.1787/eag-2013-en

Reese, E., Sparks, A., & Leyva, D. (2010). A Review of Parent Interventions for Preschool Children's Language and Emergent Literacy. Journal of Early Childhood Literacy.Volume 1. No 1, 97-117

Roskos, k. A., Christie, J. F., & Richgels, D. J. (2003). The Essentials of Early Literacy Instruction. National Association for The Education of Young Children .

Weigel, D. J., Martin, S,. & Bennet, K. (2005). Ecological Influences of Home and the Child-Care Center on Preschool-age Children's Literacy Development. Reading Research Quartely. Volume 40, Nomor 2.

Whitehurst, G., & Lonigan, C. (1998). Child Development and Emergent Literacy. Child Development. Child Development. Volume 69, Nomor 3, 848-872.

Gambar

Tabel 1. Tabel Hasil Data Awal
Tabel 2. Gambaran proses stimulasi kemampuan literasi awal oleh guru PAUD disekolah
Tabel 3. Gambaran hasil stimulasi kemampuan literasi awal oleh guru PAUD disekolah  1
Tabel 4. Gambaran pemahaman guru tentang proses stimulasi kemampuan literasi awal  yang ideal

Referensi

Dokumen terkait

Bus jurusan Solo-Semarang dipilih sebagai lokasi penelitian dengan alasan, yaitu: (1) Bus jurusan Solo-Semarang merupakan bus yang mempunyai rute Solo-Semarang yang melewati kota

Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajikan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa

[r]

Pada tuturan 49 merupakan bentuk campur kode ke dalam dan keluar, karena campur kode itu bersumber dari bahasa asli, yaitu bahasa Jawa dan bercampur dengan bahasa Inggris..

&as& tebang. Untuk mernpertahankan efisiensi neraca hara khususnya hara N, yang rimplikasi terhadap produktivitas tegakan disarankan agar tegakan berada

gasifikasi kayu Kaliandra dan kayu Gamal, dan operasi dual-fuel pembangkitan listrik untuk penghematan bahan bakar fosil dengan berbagai variasi beban listrik (0%, 40%,

mengambil mata kuliah Ekonomi Islam terhadap sistem bagi hasil sebagai. alternatif investansi konvensional dilihat dari pengetahuan

[r]