• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Wisata Seni Budaya Batik Berwawasan Lingkungan Di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Wisata Seni Budaya Batik Berwawasan Lingkungan Di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Wisata Seni Budaya Batik

Berwawasan Lingkungan Di Desa Jarum, Kecamatan Bayat,

Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah

TESIS

Program Studi Magister Tatakelola Seni Konsentrasi Manajemen Budaya dan Pariwisata

Setyo Harwanto

NIM. 1120021422

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

2014

(2)

i

KAJIAN WISATA SENI BUDAYA BATIK

BERWAWASAN LINGKUNGAN DI DESA JARUM,

KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROVINSI

JAWA TENGAH

Oleh:

Setyo Harwanto

112 0021 422

Telah dipertahankan pada tanggal 25 Juni 2014 di depan Dewan Penguji yang terdiri dari:

Dr. Timbul Raharjo, M.Hum.

Pembimbing I

Dr. Fortunata Tyasrinestu, M.Si.

Ketua Tim Penilai

Th. Diah Widiastuti, M.Si.

Pembimbing II

Prof. Drs. Soeprapto Soedjono, MFA, PhD.

Penguji Ahli

Telah diperbaiki dan Disetujui untuk diterima

sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Seni

Yogyakarta, 13 Agustus 2014

Direktur Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Prof. Dr. Djohan, M.Si

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya penelitian yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya penelitian atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 18 Juni 2014

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga dapat menyelesaikan Tesis Tugas Akhir ini sebagai syarat dalam mencapai gelar S-2 Magister Tata Kelola Seni Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Proses pelaksanaan tesis ini telah berjalan dengan baik berkat dukungan dan bantuan dari beberapa pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian tesis ini, sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan bekal pikiran dan kemampuan dalam membuat tesis ini.

2. Orang tua kami Bapak Moeharto, S.Sos dan Ibunda Eliyati atas segala doa, inspirasi, kasih sayang, ketabahan dan segala bentuk dukungan yang tidak pernah ada hentinya.

3. Mertua kami Bapak H. Hindartono dan Ibunda Hj. Heri Wulanti atas doa restu, kasih sayang, kesabaran, dan segala bentuk dukungan yang tidak pernah putus kepada penulis.

4. Istri tercinta Khrist Indriawati, S.Pd., atas semua dukungan dan cinta yang telah diberikan.

5. Anakku Aksara Shakalangit Hardana atas doa, cinta, dan segala tingkah lucumu yang selalu menyemangati bapak untuk terus berjuang.

6. Ibu Prof. Dr. A.M. Hermien Kusmayati selaku Rektor Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

7. Bapak Dr. Timbul Raharjo, M.Hum. selaku dosen pembimbing I atas bimbingan dan masukannya dalam tulisan tesis ini.

8. Ibu Th. Diah Widiastuti, M.Si. selaku dosen pembimbing II atas bimbingan dan dukungannya selama menjalankan proses penelitian tesis. 9. Bapak Prof. Drs. Soeprapto Soedjono, MFA, PhD. selaku penguji ahli. 10.Dr. Timbul Raharjo, M.Hum. selaku ketua program studi Magister Tata

(5)

11.Prof. Dr. Djohan, M.Si. selaku direktur program pasca sarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

12.Pemerintah Kabupaten Klaten yang telah memberikan ijin penelitian ini 13.Pemerintah Desa Jarum dan Masyarakat Desa jarum yang telah banyak

membantu proses penelitian ini.

14.Teman-teman panitia FKY 26 2014 yang telah dengan sabar dan penuh semangat tetap menjalankan tugas selama kami menyelesaikan laporan penelitian ini.

15.Hanif, Lampung, Vena, Andrika, Yudi, Itin, Bagas, Santo, Doro dan semua Magister Tata Kelola Seni yang selama ini selalu menemani berdiskusi dan menjadi tandem praktek lapangan, sukses selalu untuk kalian.

16.Semua pihak yang ikut terlibat dalam penyelesaian tesis tugas akhir ini, terima kasih sedalam-dalamnya.

Yogyakarta, 18 Juni 2014

Setyo Harwanto 112 0021 422

(6)

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x INTISARI ... xi ABSTRACT ... xii BAB I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1. Tujuan ... 9

2. Manfaat ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Kajian Pustaka ... 11

B. Landasan Teori ... 13

1. Mengenal Manajemen dan Organisasi ... 13

2. Definisi Manajemen ... 13

3. Karakteristik Organisasi ... 16

4. Fungsional Manajemen ... 18

5. Operasional Manajemen ... 20

6. Memahami Pariwisata Budaya ... 21

7. Keberadaan Batik dan Pariwisata ... 25

8. Perencanaan Usaha (Bussines Plan) ... 27

C. Kerangka Teori ... 30 BAB III ... 31 METODOLOGI PENELITIAN ... 31 A. Lokasi Penelitian ... 31 B. Rancangan Penelitian ... 31 1. Kegiatan Survey ... 32

(7)

2. Teknik Pengumpulan Data... 32

3. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV ... 41

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KLATEN DAN DESA JARUM ... 41

A. Profil Kabupaten Klaten ... 41

B. Gambaran Umum Desa Jarum... 44

1. Sejarah Desa Jarum ... 44

2. Profil Desa Jarum... 45

BAB V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Analisis Faktor Lingkungan Eksternal ... 53

1. Faktor Ekonomi ... 53

2. Analisis Segmen Pasar ... 55

3. Analisis Pesaing ... 57 4. Analisis Pemasok ... 60 5. Analisis Pemerintah ... 60 6. Analisis Aksesibilitas ... 61 B. Analisis Internal ... 62 1. Analisis Organisasi ... 62

2. Analisis Dukungan Masyarakat ... 63

3. Analisis Potensi SDM ... 64

4. Analisis Industri Batik Jarum ... 64

5. Analisis Teknologi ... 73

6. Analisis Fungsi Lahan ... 73

7. Analisis Kuliner ... 74

8. Analisis Fasilitas Umum ... 75

9. Analisis Potensi Seni dan Spesial Event ... 75

C. Analisis Data ... 76

1. Analisis Kualitatif SWOT ... 76

2. Analisis Kuantitatif SWOT ... 84

(8)

vii

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 104

A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 108

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sejumlah wisatawan asing menaiki becak saat melintas di Jalan

Kompol Bambang Suprapto, Kota Yogyakarta, Senin (16/4/2012). ... 2

Gambar 2. Peta Zonasi Desa Jarum ... 6

Gambar 3. Beberapa Pandangan Mengenai Fungsi-Fungsi Manajemen ... 15

Gambar 4. Lingkungan Eksternal ... 17

Gambar 5. Para Stakeholder Organisasi... 18

Gambar 6. Bagan Kerangka Teori ... 30

Gambar 7. Kerangka Kuadran SWOT ... 37

Gambar 8. a. Kondisi akses jalan masuk desa, b. kondisi akses jalan masuk kampung ... 43

Gambar 9. Showroom Bersama Di Kantor Balai Desa Jarum ... 43

Gambar 10. a. Gapura Utama Desa Wisata, b. Gapura di Tiap RW ... 44

Gambar 11. Orientasi Desa Wisata Jarum Terhadap Kabupaten ... 46

Gambar 12. Orientasi Desa Wisata Jarum Terhadap Kabupaten ... 46

Gambar 13. Pengunjung Wisata Batik Desa Jarum ... 57

Gambar 14. a. Perbaikan Jalan di Kecamatan Bayat, b. Kondisi Jalan Rusak dan Kondisi Luasan Jalan ... 61

Gambar 15. a. Penunjuk Arah di Jalan Solo (ukuran kecil), b. Jalan Utama Menuju Bayat dan Desa Jarum Belum Ada Gapura ... 62

Gambar 16. Bagan Alur Proses Produksi ... 65

Gambar 17. Pola Aliran Produksi Zig-zag atau Berbentuk “S” ... 66

Gambar 18. Pola Aliran Produksi “U Flow” ... 66

Gambar 19. Proses Mordanting... 67

Gambar 20. Proses Pemolaan ... 68

Gambar 21. Peralatan Wajan, Kompor, dan Gawangan Kain ... 68

Gambar 22. Proses Pembatikan... 69

Gambar 23. Proses Pengecapan ... 69

Gambar 24. Proses Pewarnaan Kain ... 70

(10)

ix

Gambar 26. Bahan Warna Kimia Napthol, Indigosol, Remasol ... 71

Gambar 27. Pelorodan ... 71

Gambar 28. Pembilasan ... 72

Gambar 29. Penjemuran ... 72

Gambar 30. Kuadran Kondisi Desa Wisata Jarum Saat Ini ... 87

Gambar 31. Seni Reog Pak Nano ... 89

Gambar 32. Suasana Festival Batik Alam ... 90

Gambar 33. Kereta Mini Bayat ... 91

Gambar 34. Ilustrasi Rute Perjalanan Kereta Mini ... 92

Gambar 35. Kondisi Lahan di Desa Jarum ... 93

Gambar 36. Teknik Vertikultur ... 94

Gambar 37. Teknik Vertiminaponik ... 94

Gambar 38. Buah Maja ... 100

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Zona Kawasan Desa Wisata Jarum Berdasarkan Tema Pengembangan

Pemerintah Kabupaten Klaten ... 5

Tabel 2. Perubahan Konsep Organisasi ... 16

Tabel 3. Data dan Sumber Data Primer Dalam Rancangan Strategi Pengembangan Atraksi Wisata Budaya Batik Desa Jarum ... 33

Tabel 4. Data dan Sumber Data Sekunder Dalam Rancangan Strategi Pengembangan Atraksi Wisata Budaya Batik Desa Jarum ... 34

Tabel 5. Tabel Kerangka Formulasi Strategis ... 35

Tabel 6. Analisis Pembobotan Pada Strategi Internal ... 36

Tabel 7. Analisis Pembobotan Strategi Eksternal ... 37

Tabel 8. Diagram Matrik SWOT ... 39

Tabel 9. Jumlah Sebaran Desa, Kelurahan dan Pedukuhan di Kabupaten Klaten 42 Tabel 10. Pemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan ... 47

Tabel 11. Luas Tanaman Pangan Menurut Komoditas Pada Tahun Ini ... 47

Tabel 12. Jenis Populasi Ternak... 48

Tabel 13. Jumlah penduduk Desa ... 48

Tabel 14. Sumber Daya Manusia ... 49

Tabel 15. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan. ... 49

Tabel 16. Tenaga kerja di Desa Jarum ... 50

Tabel 17. Data Potensi Industri Kreatif... 50

Tabel 18. Potensi Kuliner ... 51

Tabel 19. Potensi Seni Pertunjukan ... 51

Tabel 20. Struktur Lembaga Kepariwisataan Desa (LKD) ... 52

Tabel 21. Sosial Ekonomi Status ... 56

Tabel 22. Analisis Internal (Strength and Weaknesses) ... 79

Tabel 23. Analisis Eksternal (Opportunities and Threat)... 80

Tabel 24. Analisis Matriks SWOT ... 81

Tabel 25. Analisis Pembobotan Pada Strategi Internal ... 84

Tabel 26. Analisis Pembobotan Strategi Eksternal ... 86

(12)

xi

INTISARI

Kajian wisata seni budaya batik berwawasan lingkungan di Desa Jarum merupakan kajian yang dibahas dalam penelitian ini. Maksud dan tujuan penelitian ini

adalah untuk menjawab permasalahan: pertama Potensi apa saja yang bisa

dikembangkan untuk meningkatkan kualitas atraksi wisata budaya batik Desa Jarum, kedua Bagaimana rancangan pengembangan atraksi wisata budaya batik Desa Jarum.

Penelitian ini bersifat pengamatan terhadap kawasan yang akan dikembangkan menjadi desa wisata budaya batik, dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa studi pustaka, pengamatan lapangan dan wawancara. Adapun sumber data yang diperoleh dilokasi penelitian dengan mencari nara sumber yang berkompeten, sumber instansi pemerintah juga swasta yang mendukung dan relevan. Analisis data dilakukan dengan metode SWOT yang digunakan untuk

mengkaji semua aspek yang mempengaruhi berupa potensi dan permasalahan baik

dilingkup internal maupun eksternal, sehingga akan teridentifikasi hubungan sumberdaya industri kreatif dengan sumberdaya lainnya. Fungsi dari analisis SWOT

adalah dapat mengetahui apa saja potensi atau kekuatan yang mendukung dalam

pengembangan wisata budaya batik di desa Jarum.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa desa wisata jarum memiliki keunggulan potensi seni budaya, seperti budaya batik yang selama ini telah menghidupi banyak pengrajin. Atraksi belajar batik sebagai atraksi utama tidak dapat membuat wisatawan lebih lama tinggal di desa Jarum, sehingga perlu dilakukan pengembangan atraksi lainnya. Dengan kondisi minimnya potensi sumber daya alam, maka direkomendasikan untuk melakukan pengembangan atraksi buatan yang berwawasan lingkungan, memperluas pasar dengan memaksimalkan strategi promosi, dan bekerjasama dengan stakeholder untuk mewujudkan kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Usaha kepariwisataan di desa Jarum akan terus meningkat dengan adanya dukungan dari seluruh masyarakat, sehingga organisasi harus mampu merangkul seluruh elemen masyarakat, melakukan inovasi, dan menjaga kualitas layanan serta pengelolaan.

(13)

ABSTRACT

The study of tourist of batik art culture that insightful of environment in Jarum Village is a study that discussed in this research. The purpose and goal of this research is to answering the problem: First, the potential of what can be developed to improve the quality of the attractions tourist of batik cultural in Jarum Village. Second, how is the design development of the attractions tourist of batik cultural in Jarum Village.

This study is the observation of the area that will be developed into a cultural tourist village of batik, using data collection tools such as library research, field observations and interviews. The source of the data obtained in the location of research by looking for a competent resource persons, government agencies are also sources of private that support and relevant. The data analysis was performed with the SWOT method used to assess all aspects that affect the form of the potential and problems within the scope of both internal and external, so it will the creative industries identified resource relationships with other resources. The function of the SWOT analysis is to know what are the potential or force that supports the development of cultural tourism of batik in the Jarum Village.

The results showed that the tourist in Jarum village has potential advantages of art and culture, such as batik culture that had been support many craftsmen. The guidance of Batik learning as the main attractions of travelers cannot make a longer stay in Jarum Village, so it necessary to develop the other attractions. With the condition of lack of natural resources, it is recommended to perform the development of environmentally-made attractions, expanding the market to maximize the promotional strategy, and work with stakeholders to realize the need for facilities and infrastructure required. Rural tourism business in Jarum Village will continue to increase with the support of the entire community, so the organizations must be able to embrace all elements of society, innovation, and maintain quality of service and management.

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata merupakan bentuk nyata dari perjalanan sebuah bisnis global yang sangat menjanjikan karena sektor ini telah diperkirakan akan menjadi sebuah sektor yang mampu mendorong perekonomian dunia yang dihasilkan dari pergerakan wisatawannya. Dari data UNWTO (United Nation World Tourism Organization) (Hermantoro, 2011: 17) disebutkan,

“ …pada tahun 1995 tercatat jumlah pergerakan wisatawan dunia hanya sebesar 565 juta wisatawan dengan pembelanjaan total sebesar USD 401 miliar. Namun pada tahun 2020 diperkirakan akan terjadi pergerakan sebanyak 1,6 miliar wisatawan dengan total pembelanjaan sebesar USD 2000 miliar atau dengan perkiraan pembelanjaan rata-rata sebesar lebih dari USD 5 miliar per hari. Angka tersebut hanya dihasilkan oleh wisatawan internasional saja, diluar biaya transportasi yang mereka keluarkan sendiri ”.

Kemajuan teknologi transportasi dan murahnya biaya transportasi telah mendorong kemudahan perjalanan berwisata baik domestik maupun mancanegara. Pergerakan wisatawan dan aktivitas belanja yang cukup besar telah membuka peluang setiap negara di dunia, untuk mengelola setiap potensi Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) sehingga menjadi destinasi utama yang diminati wisatawan.

Wisatawan Nusantara (wisnus) juga menyumbangkan devisa yang cukup besar pada negara, seperti yang disampaikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu dalam Investor Daily Indonesia (www.investor.co.id), bahwa nilai pengeluaran atau nilai belanja wisatawan domestik menyumbangkan devisa mencapai 9 miliar dolar AS sampai semester I-2012. Indikasinya dapat dilihat dengan kenaikan jumlah kunjungan wisman di beberapa obyek wisata seperti Candi Borobudur dan Prambanan, Pulau Komodo, Wakatobi dan munculnya obyek wisata baru seperti Trans Studio Bandung yang mengalami pertumbuhan 3,5 persen.

(15)

Sebagai salah satu negara yang mempunyai potensi besar baik budaya maupun alamnya, Indonesia bertekad mengembangkan pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan dan penyediaan lapangan pekerjaan yang penting. Realisasi fungsi kepariwisataan itu didukung dengan berbagai usaha antara lain pendayagunaan potensi sumberdaya alam dan mengembangkan kebudayaan di destinasi, serta unsur pelayanan sarana dan prasarana yang makin meningkat. Pariwisata sebagai salah satu sektor andalan penghasil devisa negara sekaligus sebagai pencipta lapangan kerja yang sangat berguna bagi tumpuan proses pembangunan, diperlukan berbagai usaha diversifikasi dan ekstensifikasi dalam penggalian dan pengembangan potensi pariwisata secara professional dan bertanggungjawab (Hermantoro, 2011: 48).

Undang – undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional, mengamanatkan bahwa tujuan pembangunan pariwisata adalah : i) mengembangkan dan memperluas diversifikasi produk dan kualitas pariwisata nasional; ii) berbasis pada pemberdayaan masyarakat, kesenian dan sumber daya (pesona) alam lokal dengan memperhatikan kelestarian seni dan budaya tradisional serta kelestarian lingkungan hidup setempat; iii) mengembangkan serta memperluas pasar pariwisata terutama pasar luar negeri.

Gambar 1. Sejumlah wisatawan asing menaiki becak saat melintas di Jalan Kompol Bambang Suprapto, Kota Yogyakarta,

Senin (16/4/2012).

(Sumber: Tribun Jogja/Hasan Sakri Ghozali, www.kompas .com, diunduh: 4 September 2013)

(16)

3 Salah satu dari pariwisata kerakyatan adalah pariwisata pedesaaan yang didorong oleh pemerintah dalam rangka untuk penganekaragaman pendapatan pada masyarakat dan mempertahankan kelestarian lingkungan. Dalam konteks ini pengembangan pariwisata pedesaan dipandang cukup signifikan. Pengalaman di negara lain seperti India, Uganda, dan Ceko memnunjukkan kontribusi penting pariwisata pedesaan terhadap terhadap perubahan-perubahan kelembagaan, sosial dan individu di destinasi wisata. Holland dan kawan-kawan (2003) dalam Damanik (2013:71) mengatakan setidaknya tiga alasan penting pariwisata pedesaan. Pertama, pariwisata pedesaan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat miskin. Kedua, pariwisata pedesaan merupakan salah satu media yang mampu mengalihkan atau mendistribusi peluang ekonomi dari daerah perkotaan ke pedesaan. Ketiga, pariwisata pedesaan merupakan satu dari sedikit pilihan yang layak untuk mengakselerasi perkembangan ekonomi pedesaan. Dengan adanya pariwisata kawasan pedesaan akan terjadi perbaikan infrastruktur, aliran modal masuk, kewirausahaan, dan arus barang serta jasa.

Dalam rangka mendukung pembangunan kepariwisataan, di Kabupaten Klaten telah tumbuh dan berkembang adanya desa – desa wisata yang berbasis pada potensi lokal. Seperti Desa Wisata Batik, Desa Wisata Lurik, Desa Wisata Keramik, Desa Wisata Pemancingan dan Ikan Nila, Desa Wisata Pertanian serta Desa Wisata Budaya yang dalam perkembangannya masih menemui berbagai kendala atau hambatan seperti masih belum tertatanya lingkungan desa wisata, masih lemahnya daya tarik wisata, masih terbatasnya sarana dan prasarana pendukung, masih kurangnya promosi, masih lemahnya keterpaduan program / kegiatan dan masih lemahnya kapasitas SDM serta kelembagaan desa wisata.

Haris (Staf Bidang Litbang Bappeda Klaten) dalam wawancara di Kantor Bappeda Klaten mengatakan, pembangunan kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan daerah yang menyangkut aspek industri pariwisata, destinasi wisata, promosi dan pemasaran serta kelembagaan. Kabupaten Klaten yang terletak cukup strategis diantara Yogyakarta-Surakarta,

(17)

memiliki potensi yang cukup besar di bidang kepariwisataan baik wisata religi, alam ataupun buatan. Potensi tersebut perlu untuk terus dikembangkan agar benar–benar dapat menjadi pemicu berkembangnya sektor–sektor lainnya. Sejalan dengan tujuan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Klaten Tahun 2011–2031, juga sesuai dengan yang diamanatkan dalam UU Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan bahwa budaya adalah salah satu sumber daya pembangunan pariwisata nasional. Dalam kalimat lain menurut Damanik (2013:98),

“hal ini dapat diartikan sebagai pengakuan sekaligus penegasan bahwa kebudayaan nasional yang sangat beragam sangat strategis sebagai basis pengembangan pariwisata. Pertama, budaya dalam bentuknya yang intangible dan tangible perlu pemaknaan baru dalam arti pemanfaatan untuk menjadi daya tarik pariwisata. Keunikan, keaslian, dan diversitas yang tinggi pada unsur-unsur budaya Indonesia menjadikannya sebagai daya tarik yang tidak semata-mata bernilai kultural tetapi juga nilai kemanusiaan dan ekonomi. Kedua, budaya sebagai kekayaan bangsa perlu dilestarikan untuk kepentingan generasi mendatang sekaligus sebagai identitas dan jati diri bangsa dalam pergaulan internasional.”

Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah merupakan salah satu sentra kerajinan batik di Klaten. Kerajinan batik merupakan warisan budaya yang telah menghidupi sebagian besar masyarakat Desa Jarum yang terkenal dengan hasil batikannya yang halus. Pemerintah Kabupaten Klaten telah melihat potensi kerajinan batik sebagai salah satu atraksi utama yang bisa ditawarkan dalam pengembangan produk pariwisata berbasis seni dan budaya, yang kemudian ditindaklanjuti dengan penyusunan Master Plan pengembangan Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) Desa Jarum dan , dengan target pembangunan dan penyiapan selama 5 tahun.

Dilihat dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Pemerintah Kabupaten Klaten tahun 2011-2031, pengembangan atraksi di Desa Jarum fokus pada jenis wisata belanja dan pendidikan, disesuaikan dengan daya tarik utama yang ada. Pengembangan tersebut diarahkan untuk belanja produk batik, kain, kulit maupun kayu, belajar membatik, menikmati & belajar hiburan seni budaya, agrobisnis, belanja dan belajar pengolahan makanan,

(18)

5

Adventure (outbond, camping), menanam dan mempelajari tanaman. Berikut

rencana zonasi kawasan Desa Wisata Jarum dalam Master Plan BAPPEDA Kabupaten Klaten tahun 2013.

Tabel 1. Zona Kawasan Desa Wisata Jarum Berdasarkan Tema Pengembangan Pemerintah Kabupaten Klaten

(zona wisata budaya batik dengan blok warna biru)

Zona Sub

Zona

Aktivitas Segmen Pasar Fasilitas

A A.1. Titik kumpul Semua segmen wisatawan

Tempat parkir, toilet, TIC, SAR, tempat duduk terbuka, tempat berteduh.

A.2. Makan dan Minum

Semua segmen wisatawan

Jasa makan dan minum, shelter, tempat duduk. B B.1. Belanja produk

batik, kain, kulit maupun kayu

Keluarga, pelajar & mahasiswa, Kelompok ibu-ibu, wisman.

Rumah produksi yang nyaman, tempat duduk. B.2. Belajar membatik Keluarga, pelajar &

mahasiswa, Kelompok ibu-ibu, wisman.

Alat & bahan membatik, instruktur, tempat yg nyaman B.3 Menikmati &

belajar hiburan seni budaya

Keluarga, pelajar & mahasiswa, perusahaan, wisman

Sanggar seni dan budaya yang representatif B.4 Agrobisnis Bapak-bapak,

perusahaan.

Lokasi yang tertata, produk yang bagus, Tempat duduk yang nyaman

B.5 Belanja dan belajar pengolahan makanan

Keluarga, ibu-ibu, pelajar dan mahasiswa.

Display yang menarik, alat dan bahan pengolahan, instruktur, lokasi yang nyaman. C C.1. Adventure (outbond, camping) Pelajar, pengunjung group.

Area Outbond dan Camping

D D.1 Menanam dan mempelajari tanaman

Keluarga, pelajar & mahasiswa, perusahaan, wisman

Tempat duduk, keker, alat bercocok tanam/berkebun

Sumber: Master Plan BAPPEDA Klaten , 2013

Penjelasan tersebut menggambarkan bahwa pemerintah melihat budaya batik sebagai daya tarik wisata atau atraksi utama yang dapat ditawarkan pada pengunjung, dengan turut mengembangkan atraksi wisata lain merujuk pada potensi desa seperti SDA, kuliner khas, makanan olahan (oleh-oleh), dan agro wisata. Selain itu juga memperhatikan layanan kenyamanan, dengan membangun fasilitas-fasilitas umum yang dibutuhkan wisatawan.

(19)

Saat ini pengembangan amenitas lebih didahulukan pemerintah Kabupaten Klaten untuk memulai kesiapan desa wisata budaya batik Jarum. Selain itu dalam Master Plan juga disebutkan rencana Pemerintah selama 5 (lima) tahun kedepan akan melakukan pengembangan tata ruang dan lingkungan, pengembangan atraksi, pengembangan aksesibilitas, SDM dan Kelembagaan, juga pengembangan pasar.

Desa Wisata Jarum telah mendapatkan banyak perhatian dari stakeholder eksternal seperti Pemerintah Kabupaten Klaten dengan jajarannya yang telah memulai pembangunan infrastruktur dan Association of the

Indonesia Tours and Travel Agencies (ASITA) sebagai swasta yang telah

Gambar 2. Peta Zonasi Desa Jarum

(20)

7 melihat banyak peluang dengan adanya desa wisata yang ada di Kabupaten Klaten. Selain itu Bank juga Koperasi telah banyak masuk dan memberikan akses permodalan pada IKM batik untuk meningkatkan produksi usahanya.

Sejak abad ke 17, Tembayat atau yang sekarang lebih dikenal dengan Bayat, sudah merupakan daerah penghasil batik, mulai dari batik halus maupun batik sederhana dengan proses pewarnaan yang dikenal dengan proses kelengan yaitu proses warna yang hanya sekali celup. Sebagian besar hasil kerajinan ini dikirim ke Solo, yang merupakan pusat penjualan batik waktu itu (hingga sekarang).

Budaya membatik di Desa Jarum secara keterbentukannya memang sudah merupakan industri untuk memenuhi pasar. Warna dan motif batik yang dibuat, umumnya mengikuti selera pasar yang berkembang di Solo, salah satu sebab mengapa sampai sekarang Bayat kurang dikenal oleh masyarakat luar Solo dan sulit untuk menggali motif mana yang merupakan motif khas Bayat.

Menurut keterangan Tugina (mantan lurah Desa Jarum) Batik Bayat mengalami masa keemasan pada tahun 1960-an dan mengalami kemerosotan pada tahun 1970-an setelah mulai digunakannya teknik printing atau sablon yang dapat memproduksi lebih cepat dan murah. Desa-desa penghasil batik seperti Beluk dan Paseban yang sangat terkenal dengan batik halusnya perlahan-lahan mulai kehilangan para pengrajin batiknya karena banyak yang hijrah ke kota besar seperti Yogyakarta dan Jakarta alih profesi menjadi buruh bangunan, bertani dan berdagang.

Batik Bayat mulai menggeliat bangkit pada tahun 1980-an dimulai dari desa Jarum. Berawal dari para pemuda yang bekerja di galeri-galeri lukisan batik di Yogyakarta. Melihat tingginya permintaan lukisan batik dan kurangnya pasokan, mendorong para pemuda Desa Jarum untuk pulang kembali dan mulai memproduksi sendiri lukisan batik yang kemudian mereka jual ke Yogyakarta. Maka tidaklah mengherankan jika motif batik yang dihasilkan oleh daerah Jarum bermotif modern, bebas dengan warnanya yang cerah.

Middleton (2001:122) memberikan pengertian produk wisata lebih dalam yaitu,

(21)

“The tourist products to be considered as an amalgam of three main components of attraction, facilities at the destination and accessibility

of the destination”.

Dari pengertian tersebut kita dapat melihat bahwa produk wisata secara umum terbentuk disebabkan oleh tiga komponen utama yaitu atraksi wisata, fasilitas di daerah tujuan wisata (amenitas) dan aksesibilitas.

Budaya batik masyarakat Desa Jarum sebagai atraksi wisata budaya dengan aktivitas usaha di dalamnya, seperti proses produksi, penyajian produk, kemasan produk, dan pengelolaan SDM, strategi pemasaran tiap IKM, dan hasil produk selama ini mempunyai daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Elemen pendukung didalam setiap pengelolaan usaha itu bersifat atraktif, hanya saja setiap pelaku usaha belum melakukan strategi untuk mengembangkan atraksi dalam usaha mereka. Seperti pemaparan Soekadijo (1997:61) dalam Anatomi Pariwisata mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi perihal atraksi wisata yang baik :

1. Kegiatan (act) dan obyek (artifact) yang merupakan atraksi itu sendiri harus dalam keadaan baik.

2. Karena atraksi wisata itu harus disajikan dihadapan wisatawan, maka cara penyajiannya (presentasinya) harus tepat.

3. Atraksi wisata adalah terminal dari suatu mobilitas spasial, yaitu akomodasi, transportasi dan promosi serta pemasaran.

4. Keadaan di tempat atraksi harus dapat menahan wisatawan cukup lama.

5. Kesan yang diperoleh wisatawan waktu menyaksikan atraksi wisata harus diusahakan supaya bertahan selama mungkin.

Elemen pendukung atraksi wisata budaya batik diatas jika dikelola dan dikemas dengan baik, maka hasilnya akan lebih optimal karena memberikan pengalaman yang kemudian bisa diceritakan oleh wisatawan yang pernah berkunjung pada calon wisatawan lainnya. Dengan tujuan itu, batik sebagai atraksi utama yang ditawarkan oleh Pemerintah Kabupaten Klaten juga masyarakat Desa Wisata Jarum masih perlu diperhatikan kesiapannya yaitu

(22)

9 dengan menyusun strategi pengembangan atraksi wisata budaya batik. Sehingga budaya membatik yang selama ini dilakukan dan menghidupi masyarakat Desa Jarum, memiliki elemen pendukung atraksi yang khas yang berbeda dari daerah penghasil batik ditempat lain.

Seperti kita ketahui desa wisata berkembang sangat pesat semenjak pasca bencana gempa bumi yang melanda Yogyakarta - Klaten di tahun 2006. Banyak sekali desa wisata yang tumbuh dengan membawa kekhasan potensi desanya terutama batik sebagai atraksi utama yang ditawarkan. Hal ini menjadi tantangan bagi Desa Jarum yang baru akan memulai kiprah kepariwisataannya, ditengah-tengah persaingan dengan desa wisata lain yang memiliki kekhasan yang sama dan pengalaman mengelola wisata yang sudah lebih dari 7 tahun. Namun dari hasil pengamatan penulis, selama ini desa wisata/ sentra kerajinan batik di daerah manapun, memiliki pola tata kelola dan atraksi wisata yang masih sama.

Dengan adanya rancangan pengembangan atraksi di desa Jarum, diharapkan dapat menemukan formulasi positioning desa tersebut sehingga memiliki keunggulan yang berbeda dari desa wisata batik yang lain.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut:

1. Potensi apa saja yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan kualitas atraksi wisata budaya batik Desa Jarum?

2. Bagaimana rancangan pengembangan atraksi wisata budaya batik Desa Jarum?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

Adapun tujuan dari studi ini adalah :

a. Mengindentifikasi potensi-potensi desa yang dapat dikembangkan sebagai atraksi wisata budaya batik Desa Jarum.

(23)

b. Menyusun rancangan pengembangan atraksi wisata budaya batik Desa Jarum.

2. Manfaat

a. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan di bidang pariwisata khususnya mengenai perencanaan dan pengembangan potensi wisata.

b. Memberikan rekomendasi pengembangan atraksi bagi pengelola desa wisata Jarum juga pemerintah selaku penentu kebijakan. c. Obyek wisata budaya batik Jarum menjadi salah satu destinasi

yang lebih diminati wisatawan dari pada wisata batik di daerah lain.

d. Tercapainya proses edukasi tentang produk batik dan budaya membatik bagi seluruh wisatawan yang berkunjung.

e. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Klaten f. Tercapainya pemberdayaan masyarakat dan peningkatan

Gambar

Gambar 1. Sejumlah wisatawan asing menaiki becak saat  melintas di Jalan Kompol Bambang Suprapto, Kota Yogyakarta,
Tabel 1. Zona Kawasan Desa Wisata Jarum Berdasarkan Tema Pengembangan Pemerintah  Kabupaten Klaten
Gambar 2. Peta Zonasi Desa Jarum

Referensi

Dokumen terkait

Kawasan Pabrik Gula Gondang Winangoen terletak di Kota Klaten yang berada di antara dua kota budaya, yakni Surakarta dan Yogyakarta. Klaten memiliki sejumlah potensi obyek