• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

1

EVOLUSI ARSITEKTUR

(J.F. Hamah Sagrim)

Dalam analisis ini kami menggunakan metode evolusi sehingga dilakukan analisis dalam evolusi arsitektur Tradisional ke Moderen. Evolusi arsitektur lahir dari sebuah kesadaran berwacana sebagai bagian dari proses berarsitektur. Tujuan mengemukakan evolusi arsitektur ini untuk sebagai suatu konsep dalam menganalisis, pengamati, peneliti, mencari, menemukan dan mendata, perkembangan arsitektur. Selain itu, Evolusi arsitektur ini tidak lain merangkum tulisan-tulisan yang mengetengahkan beragam isu arsitektur dari berbagai sudut pandang perkembangannya. Semuanya bertujuan untuk memperkaya wacana dalam berarsitektur, baik terkait dengan mengalami arsitektur, membuat arsitektur dan mempertanyakan arsitektur. Eksplorasi teori dan metoda desain menjadi inti wacana dalam usulan analisis kami ini, yang mendukung praktek desain arsitektur berbasis riset dan teori melalui eksplorasi tanpa batas untuk mengetahui perkembangan dari awal hingga bentuk yang lain. Evolusi arsitektur berupaya menjembatani perkembangan dan perubahan arsitektur dengan berlandaskan teori dan praktek dalam berarsitektur, serta mengungkap secara jelas proses perubahan arsitektur dari batas antara arsitektur dan bukan arsitektur. Selamat berwacana!

A. Evolusi Arsitektur Jawa – dari vernakular ke Tradisional Setiap lokasi di muka bumi pasti

memiliki spesifikasi tertentu, penyelesaian masalah desain arsitektur juga spesifik untuk setiap lokasi. Contoh di pulau madura adalah salah satu penyelesaian masalah desain arsitektur di daerah pesisir. Tentunya penyelesaian ini akan berbeda jika terjadi di daerah hutan datar, daerah pegunungan kering, daerah pegunungan subur, daerah di kaki gunung, daerah di lereng gunung, dan sebagainya. Sketsa berikut memperlihatkan evolusi serupa yang terjadi untuk arsitektur Jawa.

Tentunya evolusi arsitektur yang terjadi di pulau Sumatra akan memiliki perbedaan.

Begitu pula dengan kota medan, wilayah minang, wilayah sunda, pulau Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, Papua, dan lain-lain. Semuanya memiliki ciri tersendiri yang perlu digali oleh putra-putra terbaik dari daerahnya. Arsitek-arsitek nusantara yang adiluhung membawa jiwa leluhur kita.

Sudah barang tentu pada saat ini ilmu teknik bangunan dan arsitektur demikian majunya. Berbagai filosofi, langgam, bahan, struktur dan konstruksi baru sudah demikian memusingkan arsitek

Gambar : 3. Evolusi Arsitektur Jawa. SumberPutu Mahendra. Dikomposisikan oleh

(2)

2

nusantara masa kini. Tatanan dan aturan tradisional dengan berbagai keunikan cara dan penamaan elemen konstruksi merupakan tambahan permasalahan baru bagi arsitek masa kini yang ingin bereksplorasi dengan ke-nusantara-an. Justru kerumitan inilah yang membuat arsitektur nusantara semakin dijauhi karena memang sulit didekati.

Perlu formula baru yang dapat membuang segala kesulitan ilmu arsitektur “import” yang memusingkan. Perlu pemahaman baru agar order nusantara tetap dapat diterapkan dengan lebih sederhana dalam berarsitektur. Perlu semangat baru agar arsitektur nusantara dapat menjadi produk “eksport” yang membanggakan. Akhirnya memang perlu niat bersih dari arsitek nusantara untuk dapat bekerjasama dengan meminggirkan setiap keaslian.

1) Arsitektural dalam Perkembangan Evolusinya

Evolusi arsitektur adalah proses perubahan pada seluruh bentuk aliran arsitektur dari bentuk semula menjadi bentuk yang baru, dan evolusi arsitektur mempelajari bagaimana evolusi ini terjadi pada perkembangan arsitektur. Dalam setiap bentuk perkembangan arsitektur, mewarisi aliran khas arsitektural yang dimiliki oleh suku bangsa tertentu melalui proses membangun dan mendesain bentuk. Perubahan bentuk ini dapat kita katakana sebagai suatu proses mutasi atau proses perpindahan bentuk arsitektural. Proses mutasi atau perpindahan bentuk arsitektural ini dimaksud bahwa bentuk arsitektural itu tetap dipertahankan atau mengalami perubahan total. Pada bentukkan ini, jika tidak dipertahankan maka akan muncul bentuk-bentuk aliran arsitektur baru pada pengembangan suatu bentuk gaya arsitektural. Pada populasi suatu arsitektur tradisional, beberapa nilai dan filosofis serta alirannya akan menjadi lebih dikenal secara umum, bila tetap dipertahankan, akan tetapi yang lainnya akan hilang jika tidak dipertahankan. Unsur-unsur arsitektur yang menjadi akibat daripada keberlangsungan perubahan bentuk arsitektur akan lebih berkemungkinan berakumulasi pada bentuk suatu aliran arsitektural yang tidak fasih dikembangkan (hilang). Proses ini disebut sebagai seleksi arsitektural, yang mana didorong oleh bentuk dan keindahan “estetika”. Proses assimilasi bentuk arsitektural itu terjadi akibat keinginan manusia yang bersemangat untuk memiliki suatu bentuk bangunan rumah yang berbeda, indah dan estetis, mengikuti aliran bentuk lain yang baginya sesuai namun sebenarnya tidak bernilai bagi budayanya. Keinginan semacam inilah akhirnya menghasilkan banyak jumlah populasi bentukkan gaya arsitektur asing semakin berkembang di suatu kawasan tanpa memperdulikan keterwarisan khasanah khas setempat. ini merupakan fakta tambahan mengenai perkembangan arsitektur yang mendukung dasar-dasar ilmiah seleksi arsitektural itu. Gaya dorong seleksi arsitetktur dapat terlihat dengan jelas pada populasi yang terisolasi, seperti Arsitektur Joglo di Jogja dan Solo, Arsitektur Halit-Mblo Chalit di Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, Arsitektur Honai di Wamena Papua, Arsitektur Tongkonan, Arsitektur Meru, dan arsitektur nusantara lainnya di Indonesia yang kini terdesak oleh proses ilmiah seleksi arsitektur. Selain itu, terjadinya proses ilmiah seleksi arsitektural ini juga dipengaruhi oleh alam atau juga disebut sebagai seleksi alam. Bentuk perkembangan arsitektur yang dibentuk oleh seleksi alam dapat dilihat pada skematika perkembangan bentuk rumah mulai-mula. Para ahli antropologi bersepakat bahwa, perkembangan hidup manusia mula-mula mempunyai tempat hunian pertama pada Bandar pohon, selanjutnya menggunakan lubang batu atau Goa, kemudian mulai membentuk sebuah shelter, kemudian membentuk suatu rumah tanpa dinding, dan kemudian melengkapinya dengan dinding, selanjutnya hingga bentuk moderen. Moderen di sini tidak membicarakan bentuk lokalitas, akan tetapi berkaitan dengan industrialisasi, yang mana memaksa manusia untuk berkecimpung dalam

(3)

3

paham materialistik. Kaitan materialistik dengan arsitektural ini adalah pengembangan dan pembangunan arsitektural dari bentuk sederhana yang berubah menjadi bentuk moderen yang dipengaruhi oleh material bangunan. Yaitu bentuk sederhana yang tadinya menggunakan bahan-bahan sederhana yang mudah diperoleh dari lingkungan sekitar menjadi terputuskan dengan pola pengembangan bangunan rumah dengan menggunakan bahan industrial, seperti senk, semen, paku, dan yang lain sebagainya. Inilah yang kami sebut sebagai tahapan evolusi bahan arsitektur. Untuk memperkuat ide tentang evolusi arsitektur, maka kita akan uraikan secara tahap demi setahap perubahan arsitektural ditinjau dari evolusi bentuk bangunannya:

Gambar 4. Siklus Evolusi Hunian dan Evolusi Arsitektur.Sumber Analisis Peneliti-2011

Gambar. 5

Skematika pemikiran Evolusi Perubahan pada bangunan arsitektur

Manusia pasrah dan takluk erhadap alam dan Alam menyediakan hunian bagi manusia. Bandar pohon dan goa sebagai hunian – Sumber Analisis

Peneliti- 2011

Manusia mencipta. Manusia mulai sadar dan menaklukkan alam. Manusia mengenal bahan

bangunan dan menciptakan hunian. Sumber Analisis Peneliti

2011

Manusia mulai berionvasi. Manusia mulai dewasa dalam berpikir. Manusia mulai mengembangkan bentuk arsitektur dari tradisional menjadi moderen – Sumber Analisis

Peneliti-2011 ALAM SEBAGAI SEBAB MANUSIA MENCIPTAKAN TEMPAT TINGGAL (ARSITEKTUR) DAN MANUSIA SEBAGAI SEBAB TERJADINYA EVOLUSI ARSITEKTUR

3

paham materialistik. Kaitan materialistik dengan arsitektural ini adalah pengembangan dan pembangunan arsitektural dari bentuk sederhana yang berubah menjadi bentuk moderen yang dipengaruhi oleh material bangunan. Yaitu bentuk sederhana yang tadinya menggunakan bahan-bahan sederhana yang mudah diperoleh dari lingkungan sekitar menjadi terputuskan dengan pola pengembangan bangunan rumah dengan menggunakan bahan industrial, seperti senk, semen, paku, dan yang lain sebagainya. Inilah yang kami sebut sebagai tahapan evolusi bahan arsitektur. Untuk memperkuat ide tentang evolusi arsitektur, maka kita akan uraikan secara tahap demi setahap perubahan arsitektural ditinjau dari evolusi bentuk bangunannya:

Gambar 4. Siklus Evolusi Hunian dan Evolusi Arsitektur.Sumber Analisis Peneliti-2011

Gambar. 5

Skematika pemikiran Evolusi Perubahan pada bangunan arsitektur

Manusia pasrah dan takluk erhadap alam dan Alam menyediakan hunian bagi manusia. Bandar pohon dan goa sebagai hunian – Sumber Analisis

Peneliti- 2011

Manusia mencipta. Manusia mulai sadar dan menaklukkan alam. Manusia mengenal bahan

bangunan dan menciptakan hunian. Sumber Analisis Peneliti

2011

Manusia mulai berionvasi. Manusia mulai dewasa dalam berpikir. Manusia mulai mengembangkan bentuk arsitektur dari tradisional menjadi moderen – Sumber Analisis

Peneliti-2011 ALAM SEBAGAI SEBAB MANUSIA MENCIPTAKAN TEMPAT TINGGAL (ARSITEKTUR) DAN MANUSIA SEBAGAI SEBAB TERJADINYA EVOLUSI ARSITEKTUR

3

paham materialistik. Kaitan materialistik dengan arsitektural ini adalah pengembangan dan pembangunan arsitektural dari bentuk sederhana yang berubah menjadi bentuk moderen yang dipengaruhi oleh material bangunan. Yaitu bentuk sederhana yang tadinya menggunakan bahan-bahan sederhana yang mudah diperoleh dari lingkungan sekitar menjadi terputuskan dengan pola pengembangan bangunan rumah dengan menggunakan bahan industrial, seperti senk, semen, paku, dan yang lain sebagainya. Inilah yang kami sebut sebagai tahapan evolusi bahan arsitektur. Untuk memperkuat ide tentang evolusi arsitektur, maka kita akan uraikan secara tahap demi setahap perubahan arsitektural ditinjau dari evolusi bentuk bangunannya:

Gambar 4. Siklus Evolusi Hunian dan Evolusi Arsitektur.Sumber Analisis Peneliti-2011

Gambar. 5

Skematika pemikiran Evolusi Perubahan pada bangunan arsitektur

Manusia pasrah dan takluk erhadap alam dan Alam menyediakan hunian bagi manusia. Bandar pohon dan goa sebagai hunian – Sumber Analisis

Peneliti- 2011

Manusia mencipta. Manusia mulai sadar dan menaklukkan alam. Manusia mengenal bahan

bangunan dan menciptakan hunian. Sumber Analisis Peneliti

2011

Manusia mulai berionvasi. Manusia mulai dewasa dalam berpikir. Manusia mulai mengembangkan bentuk arsitektur dari tradisional menjadi moderen – Sumber Analisis

Peneliti-2011 ALAM SEBAGAI SEBAB MANUSIA MENCIPTAKAN TEMPAT TINGGAL (ARSITEKTUR) DAN MANUSIA SEBAGAI SEBAB TERJADINYA EVOLUSI ARSITEKTUR

(4)

4

a) Tahapan Awal – Manusia dan Alam

Secara rinci urutan pada gambar diatas menjelaskan bahwa manusia pada mulanya bersifat pasrah dan tunduk kepada alam. Lihat gambar ke satu, bentuknya hampa dan berwarna hitam, artinya tahapan ini manusia belum mampu berpikir tentang siapa dirinya (blind) buta. Tahapan ini dapat kita simpulkan sebagai tahapan dimana akal dan logika manusia belum berfungsi. Tahapan ini juga manusia belum mampu mengelola alam disekitarnya sebagai sesuatu yang bermanfaat baginya. Manusia memanfaatkan segala sesuatu yang disediakan oleh alam. Pada tahapan ini, merupakan tahapan dimana manusia hidupnya berpindah-pindah. Mereka akan beristirahat pada siang hari jikalau mereka merasa lelah, dan juga pada

malam hari mereka akan beristirahat, karena gelap. Inilah tahapan dimana perkembangan tanpa akal dan logika, bahkan pe-rasa-an juga belum matang. Manusia yang hidup pada zaman ini, selalu bepergian tanpa arah tetapi tujuan utamanya adalah berburu dan mencari perburuan. Manusia pada zaman ini belum mengetahui apa itu dingin dan panas secara nalar, melainkan mereka harus bersentuhan langsung dengan objek, karena akal dan logika mereka belum berfungsi. Tahapan ini merupakan tahapan un-undagi, atau tahapan kehidupan manusia bukan pencipta.

b) Tahapan Kedua Manusia Menaklukkan Alam

Tahapan kedua, merupakan tahapan dimana manusia mulai menyadari dirinya. Tahapan ini merupakan tahapan dimana manusia mulai menaklukkan alam. Pada zaman ini, manusia mulai menyadari betapa penting dirinya, sehingga ia harus meyelamatkan diri serta mengamankan dirinya seperti binatan buas, matahari, hujan dan angin. Manusia mulai menciptakan sesuatu yang bisa melindungi dirinya, yaitu shelter dan seterusnya hingga menjadi suatu bangunan rumah. Selain rumah sebagai tempat tinggal, ia juga menciptakan alat-alat yang dipakai untuk pertahanan hidup serta alat-alat berburu, seperti; kapak batu, pisau dan tombak. Pada tahapan ini, dapat kita sebut sebagai tahapan dimana akal mulai berkembang tanpa logika. Manusia pada zaman ini tergolong manusia undagi, atau manusia pencipta. Zaman ini merupakan zaman dimana manusia mulai hidup menetap dengan mencari makanan dan menyimpan makanan (food and gatering). Tahapan ini, merupakan tahapan dimana manusia mulai meramu dan memanfaatkan alam di sekitarnya untuk kebutuhan sehari-hari. Zaman inilah zaman dimana arsitektur mulai dikenal. Bahan-bahannya merupakan bahan alami, seperti ranting pohon, dedaunan, dan tali, yang mana merupakan hasil kreasi daripada akal. Manusia berusaha melepaskan dirinya dari taklukkan alam, yaitu dari pemikiran untuk menjadikan sesuatu yang tiada menjadi ada (ex nihilo) dan ini sangat tradisional, atau sederhana. Dalam proses inilah kekentalan pola hidup manusia yang sebenarnya terlihat. Warna hitam pada gambar kedua menggambarkan manusia mula-mula atau primitif, sedangkan warna kuning dan bentuk simbol panah melengkung menggambarkan kesadaran akalnya yang belum sempurna, artinya masih kaku atau pemikirannya masih membelok dan belum terarah. Warna kuning dan simbol panah artinya manusia zaman itu sudah menyadari diri dan mulai mencipta, namun pemikirannya belum terarah sebagaimana sibol pana yang membelok

Gambar. 6. Manusia dan alam – dikomposisikan

(5)

5

dan tidak terarah, atau dapat kita katakan bahwa pemikirannya belum matang karena ia hanya menggunakan akal tanpa logika.

c) Tahapan Ketiga Manusia Mulai Berinovasi

Tahapan ini merupakan tahapan dimana manusia sudah matang dalam pola pikirnya. Artinya, pada tahapan ini manusia sudah menggunakan akal dan logika, sehingga ia mulai berinovasi. Sebagaimana pada gambar ketiga, inovasi disimbolkan dengan warna. Berbagai warna disini menggambarkan bahwa akal dan logika semakin berkembang dan memberikan ide tentang suatu nuansa baru yang dapat diterima.

Tahapan inilah merupakan tahapan dimana kreasi manusia semakin pesat dan terjadilah revolusi. Yang mana revolusi itu sendiri datang dari kreasi akal dan logika manusia. Tahapan ini merupakan tahapan dimana mengakibatkan perubahan signifikan dan pengaruh yang mengglobal, ketika terjadinya revolusi industri yang mengakibatkan perkembangan industri dan melahirkan teknologi mutakhir sehingga mempengaruhi unsur-unsur kebudayaan setiap suku bangsa di dunia menjadi terubahkan.

Tahapan inovasi ini dapat kita sebutkan sebagai tahap pencerahan teknologi industrialisasi, karena segala sesuatu yang tadinya diolah dan diramu dengan teknologi sederhana, kini dikerjakan oleh industri dan teknologi. Disinilah terjadi evolusi bahan bangunan, yaitu dari bahan bangunan arsitektural yang diramu melalui dedaunan, tali, dan ranting, kini tergantikan dengan bahan industri seperti senk, paku dan semen, serta besi. Inilah proses evolusi perubahan bahan bangunan. Dengan terjadinya evolusi bahan bangunan, maka dengan sendirinya mempengaruhi bentukkan arsitektural dan menyurutkan nilai-nilai daripada arsitektural dan manusia itu sendiri.

Evolusi arsitektur juga terjadi karena alam, dan suatu bentuk arsitektur dipengaruhi oleh alam karena bentuk arsitekturalnya terisolir atau tidak dikembangkan. Hal ini diakibatkan oleh karena geografi maupun mekanisme lain yang mengakibatkan perubahan arsitektural itu. Walaupun dalam waktu yang cukup lama, bentuk arsitektur yang terisolasi ini akan menjadi aliran baru. Maksud daripada terisolir disini diakibatkan karena perpindahan penduduk suatu etnis dengan budaya yang berbeda dan hidup dan berasimilasi dengan etnis yang lain dengan budayanya yang lain, dank arena ia sendiri dan dipengaruhi oleh budaya luar itu, sehingga pandangan dan wawasan kebudayaannya terisolir. Karena merasa bahwa ia berada pada geografis dan budaya yang berbeda, sehingga ia harus mengembangkan bentukkan arsitektur yang bukan khasnya. Proses semacam ini dapat kita pahami sebagai Arsitektural evolusioner.

2) Evolusi Arsitektur Melalui Seleksi Alam

Perkembangan mula-mula arsitektur dipengaruhi oleh alam. Pada mulanya, manusia mulai dengan segera setelah sadar tentang dirinya dan menciptakan sebuah tempat untuk melindungi dirinya karena dipengaruhi oleh alam. Hal ini dapat kita simpulkan bahwa, manusia zaman ini terinspirasi oleh alam. Segala sesuatu yang dilakukannya sebagai suatu bentuk daripada seleksi alam. Dasar pengamatan yang memperkuat seleksi alam ini adalah:

1. Manusia menggunakan Bandar pohon untuk berlindung dari hujan dan terik matahari. Artinya matahari dan hujan sebagai sesuatu yang fenomenal sehingga menusia mulai menggunakan akalnya untuk mengamankan diri.

2. Manusia menggunakan goa atau ceruk-ceruk batu sebagai tempat melindungi diri dari matahari dan hujan serta angin. Matahari, hujan, dan angin sebgai fenomena alam.

(6)

6

3. Manusia mulai menciptakan shelter, atau rumah untuk melindungi diri dari matahari, hujan, angin, dan menjadikannya sebagai tempat yang tetap. Persoalannya bila dianalisis secara acak balik, Bandar pohon tidak memberikan kenyamanan yang baik, berikutnya goa boleh dikatakan sebagai tempat yang aman untuk melindungi diri, namun goa juga difungsikan oleh binatang untuk melindungi diri, karena manusia merasa terganggu akhirnya ia mulai menciptakan rumah/shelter untuk melindungi dirinya. Menurut kami, pada zaman inilah akal manusia itu mulai bertumbuh. Mungkin karena setiap kali terbentur oleh ketidak bersahabatnya alam, maka akal mulai bertumbuh. Sebagaimana dalam ilmu falac megatakan bahwa semakin kita berada pada konidisi kritis, akal dan logika kita akan bekerja untuk memberikan solusi yang baik untuk keselamatan kita.

3. Evolusi Arsitektur Melalui Seleksi Moderen

Kita akan bersepakat Bahwa tiap-tiap aliran arsitektur dibentuk oleh pemikiran manusia dan nenek moyang yang suku bangsa yang tidak sama, Gagasan evolusi arsitektur melalui seleksi moderen ini disusun melalui pengamatan-pengamatan berikut:

• Jika seluruh bentuk khas aliran arsitektur tradisional berhasil dikembangkan, maka aliran arsitektur tersebut akan meningkat secara tidak terkendali.

 Aliran arsitektur tersebut akan tetap dari tahun ke tahun.

 Sumber daya manusia dan kemampuan mengembangkannya terbatas.

 Tiada dua gaya arsitektural suatu aliran yang persis mirip satu sama lainnya (proses penggabungan dua bentuk aliran arsitektural).

 Banyak variasi bentuk nuansa arsitektural dalam suatu bangunan yang diciptakan dan diwariskan kepada keturunan selanjutnya sebagai konsep moderen.

 Terjadinya pergeseran bentuk arsitektur akibat inovasi dan kreasi yang dipengaruhi oleh teknologi seperti iklan TV, Koran, Majalah, dll.

Kita akan simpulkan bahwa, oleh karena aliran arsitektur tertentu mampu dipertahankan dan dikembangkan, sehingga akan bertambah dan semakin bertambah lebih banyak daripada yang tidak dikembangkan. Ini merupakan suatu faktor utama yang mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk dan kematian suatu bentuk. Sebenarnya sangat jelas terlihat bahwa terdapat persaingan untuk suatu bentuk arsitektur sebagai khasanah budaya yang ingin bertahan hidup, walaupun hanya beberapa bentuk aliran arsitektur tradisional di belahan dunia yang dapat bertahan hidup pada tiap generasi. Keeksistensian dan Keberlangsungan hidup suatu budaya (arsitektur) tidaklah didasarkan pada kebetulan belaka. Namun, keberlangsungan hidup bergantung pada sifat-sifat tiap individu manusia sebagai pemiliknya, dan sifat-sifat ini dapat membantu ataupun menghalangi keberlangsungan hidup dan perkembangan arsitektur tradisional. Arsitektur tradisional yang beradaptasi dengan baik memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk tetap eksist dan bisa dikembangkan menjadi lebih banyak. Namun dikhawatirkan bahwa kemampuan beradaptasi yang tidak setara dari suatu budaya dapat menyebabkan perubahan perlahan dalam suatu bentuk unsur budaya (arsitektur). Sifat-sifat yang membantu suatu unsur budaya terutama unsur arsitektur bertahan hidup dan berkembang akan berakumulasi dari generasi yang satu ke generasi selanjutnya. Sebaliknya, sifat-sifat yang menghalangi keberlangsungan hidup suatu unsur budaya arsitektur dan berkembang, akan menghilang.

(7)

7

Pengamatan terhadap variasi pada arsitektur dan kebudayaan merupakan dasar-dasar teori seleksi moderen. Kita akan mencatat bahwa bentuk-bentuk arsitektur tradisional di seluruh dunia ini mempunyai variasi bentuk, baik strukturnya yang menarik, hingga pada filosofisnya. Akan tetapi akan terjadi suatu penyeleksian melalui teknologi, yang mana secara tidak sadar bahwa manusia berhadapan dengan suatu ide dan otak yang ditawarkan melalui teknologi berupa media elektronik dan media cetak, yang mana mempu merasuk dan mensubtitusikan pemikiran khasnya yang berkaitan dengan nuansa kebudayaannya, sehingga tergantikan oleh sesuatu yang kelihatannya baru namun tidak bermakna apa-apa pada dirinya.

Kita akan melihat bahwa evolusi arsitektur bergantung sepenuhnya oleh manusia. Artinya, arsitektur tradisional itu menjadi berkembang, atau tidak bergantung pada manusianya. Arsitektur merupakan salah satu unsure kebudayaan, yang merangkunl symbol-simbol kebudayaan seperti seni, religi, filosofis, dll. Kita akan melihat bahwa, perjalanan social budaya suatu suku bangsa itu seperti sebuah pohon, yang mana manusia sebagai akarnya, dan semua unsure kebudayaan yang terjadi itu seperti batang pohon dan ranting-rantin ini menggambarkan suatu keutuhan bersama. sedangkan ujung cabang pohon mewakili kehidupan modern yang berevolusi dari tradisional itu sendiri. Dengan demikian, maka kita dapat bersepakat bahwa semua unsur kebudayaan pada suatu wilayah kehidupan tertentu adalah suatu sistem yang utuh dan membentuk serta memberikan nilai tersendiri bagi manusia yang ada dan ini berarti bahwa semua unsur kebudayaan haruslah berasal dari suatu kehidupan yang mengalami beberapa bentuk proses atau sebut saja proses "evolusi dengan modifikasi".

1) Sintesis Evolusi Arsitektur Moderen

Sintesis evolusi arsitektur moderen merupakan gabungan dari beberapa aliran arsitektur yang berkutat pada pemahaman arsitektural evolusioner. Dalam perkembangan moderen ini, terdapat usaha untuk menggabungkan aliran arsitektural, misalnya seperti arsitektur asia eropa, arsitektur fengshui dan colonial dll. menjadi satu kesatuan model aliran arsitektur moderen. Penerapan prinsip-prinsip estetika dan filosofis serta aliran arsitektur dari suatu unsur tertentu dengan unsur arsitektur yang lain ke dalam bentuk arsitektur yang baru ini, akan mengubah pemahaman dan nilai. Hal ini dipahami sebagai suatu proses-proses evolusi pada arsitektur. Jika hal ini dapat dilakukan, maka Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa bentuk-bentuk arsitektur sebagai sekelompok aliran yang saling kawing ataupun yang berpotensi dapat dikawingkan atau dapat dimodifikasi, yang secara reproduktif terisolasi dari bentukkan lainnya. Sintesis evolusi arsitektur modern menekankan pentingnya bentuk arsitektur tradisional sebagai satuan evolusioner, peran pusat seleksi adalah manusia sebagai sang orator dalam mekanisme proses paling penting dalam evolusi ini. Kita akan bersepakat bahwa, perubahan dan kematian suatu aliran arsitektur yang dianggap sebagai identitas bangsa yang besar merupakan akumulasi perubahan kecil dalam periode waktu yang panjang.

2) Koevolusi Arsitektur

Koevolusi arsitektur adalah proses dari dua atau lebih bentuk aliran arsitektur yang mempengaruhi proses evolusi arsitektur yang satu sama lainnya. Menurut hipotesis kami, bahwa Semua bentuk arsitektur dipengaruhi oleh manusia disekitarnya, sebagai pelaku budaya, yang mana terdapat bukti-bukti bahwa, unsur-unsur atau wujud arsitektur yang ditentukan oleh budaya pada tiap aliran arsitektur secara langsung disebabkan oleh interaksi langsung antara individu tertentu yang berbudaya lain dengan dua atau lebih individu dengan budaya yang berbeda.

(8)

8

Contoh kasus koevolusi arsitektur yang terdokumentasikan dengan baik adalah hubungan antara Peneybaran Hindu-Buddha, Islam, dan penjajahan kolonial di Indonesia terutama di Yogyakarta. Dimana para penjajah memanfaatkan kekuatannya untuk memperoleh tanah sehingga mampu mendirikan bangunan seperti candi, Masjid dan arsitektur colonial. Keberadaan bentukkan arsitektural Hidnu-Buddha, Islam dan colonial ini memberikan suatu nuansa asing pada tatanan budaya Kejawaan. Akhirnya individual Jawa, kini berada pada dualism nuansa arsitektural. Artinya disisi awal, mereka berada pada nuansa monolit Kejawen, dengan nuansa arsitektural Joglo yang kelihatannya sederhana, hormat, dan sangat ramah ini menjadi seperti telah mendapat penantang baru, yaitu arsitektural Hindu-Buddha dengan gaya Piramid, colonial dengan gaya monumental serta dilengkapi dengan estetika dan lengkungan bentuk, Islam dengan Bentuk Kubah. Akibatnya, masyarakat Jawa mulai berasimilasi dan mulai berkeinginan yang tidak sejalan dengan nuansa kejawaannya, kini terjadi dualime pikiran dalam mendirikan rumah. Malahan saat sekarang ini mereka lebih bersemangat mendirikan rumah dengan gaya-gaya asing.

Koevolusi arsitektur seperti ini tidak menandakan bahwa Penguasa Jawa, Hindu-Buddha, Islam dan Kolonial memilih untuk berperilaku secara altruistik, melainkan perilaku ini disebabkan oleh perubahan budaya yang kecil pada kebudayaan jawa, Hindu-Buddha, Islam dan Kolonial yang menguntungkan satu sama lainnya. Keuntungan yang didapati ini memberikan kesempatan yang lebih besar agar peninggalan budaya ini diwariskan kepada generasi selanjutnya. Seiring dengan berjalannya waktu, mutasi arsitektural di Jawa yang berkelanjutan, mulai menciptakan hubungan seperti yang kita saksikan sekarang pada peninggalan budaya asing. 3) Seleksi Arsitektur Secara Buatan

Seleksi arsitektur secara buatan adalah koomodifikasi terkontrol yang diterapkan pada suatu bentuk aliran arsitektur. Manusia sebagai arsiteknya dan menentukan aliran arsitektur mana ataupun simbol filosofis mana yang akan diadopsi sebagai unsur dalam kreasi bentuk arsitektur buatannya, sehingga manusia atau sang arsitek mampu menentukan makna pada bangunan tersebut yang telah diramu menjadi bentuk yang estetis untuk diturunkan kepada generasi selanjutnya. Proses seleksi arsitektur secara buatan ini memiliki pengaruh yang besar terhadap evolusi arsitektur secara global. Contohnya, para arsitek moderen telah berhasil mempersatukan unsur arsitektur yang berbeda menjadi suatu nuansa aliran arsitektur baru yang terkontrol.

Kita dapat menemukan bentuk-bentuk arsitektural semacam ini pada daerah-daerah jajahan, dan juga kebanyakan kaum arsitektur moderen mulai melakukan koomodifikasi arsitektur untuk mencari suatu bentuk yang baru. Walaupun pada suatu bangunan yang kita temukan ternyata merupakan suatu bentuk aliran arsitektur yang digabungkan dari unsur arsitektur asia dan eropa, akan tetapi keduanya merupakan akibat evolusi arsitektur secara buatan dari beberapa unsur dan filosofis yang di modifikasikan oleh manusia.

4) Arsitektur Alopatrik

Arsitektur alopatrik terjadi karena adanya penghalang materi seperti kekuasaan, Materi {uang, tanah, alam dan sebagainya}. Penghalang ini memisahkan sebuah konsep dari konsep aslinya yang berarti memotong aliran-aliran arsitektur dari suatu unsur budaya. Setelah terisolasi, akhirnya penguasa, atau orang yang berkuasa, mempunyai uang dan tanah akan membentuk suatu nuansa arsitektur baru, termasuk sebagai penjajah budaya yang mampu memberikan suatu nuansa yang membedakannya dari aliran arsitektur setempat. Contoh arsitektur kolonial, di

(9)

9

Yogyakarta, berdiri megah dan monumental karena didukung oleh materi, uang, bahkan di zaman itu, merupakan zaman kekuasaan kolonial Hindia Belanda sebagai penjajah di Indonesia. Contoh lain secara lokal bahwa, di pulau Jawa kebanyakan dibatasi sesuai strata, bahwa yang dapat dengan mampu mendirikan bentuk arsitektur nDalem adalah kasta menengah dll. Karena memiliki materi yang cukup dan kekuasaan. Dengan terjadinya hambatan semacam ini, maka terjadilah berbagaimacam bentuk aliran arsitektur yang berada di Pulau Jawa, bersama-sama dengan arsitektur tradisional jawa sebagaimana yang kita jumpai. Adanya keaneka ragaman arsitektur ini dipengaruhi oleh berbagai macam hal, misalnya seperti; Kasta/kedudukan, Geografi/alam, materi dan kepemilikan tanah.

5) Arsitektur Simpatrik

Arsitektur simpatrik adalah terbentuknya gaya arsitektur baru dalam suatu wilayah tanpa adanya penghalang (barrier). Perkembangan arsitektur ini dapat terjadi karena adanya isolasi pengembangan arsitektur moderen yang mencegah perkembangan aliran arsitektur tradisional (arsitektur Jawa) di wilayah kebudayaan Jawa, arsitektur Halit, di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, arsitektur Honai di Wamena Papua, arsitektur tongkonan, arsitektur meru dll. Arsitektur alopatrik adalah terbentuknya bentuk gaya arsitektur baru dalam satu wilayah karena adanya penghalang sehingga mencegah aliran khas arsitektural didalam wilayah sendiri. Arsitektur Parapatrik adalah terbentuknya gaya arsitektur baru dalam suatu wilayah karena adanya perkawinan antar dua budaya yang berdekatan.

4. Fenomena Arsitektur Indonesia di Era Globalisasi – kritik dan saran

Ketika negara-negara menjadi satu dalam kesatuan yang kokoh, maka pada saat ini akan terjadi pertukaran kebudayaan yang sangat cepat dan luar biasa pengaruhnya kepada perkembangan Arsitektur. Misalnya pada saat pertama era globalisasi maka akan terjadi suatu fenomena yang tidak kita duga sebelumnya, dimana segala hal yang menyangkut kehidupan manusia akan begitu dominan didalam pemecahan bentuk dari suatu bentuk dan ruangan.

Pada saat orang sudah mulai kehilangan identitas diri dalam berkarya, maka yang akan terjadi ialah semua orang akan mempunyai suatu selera yang hampir sama yaitu suatu bentuk yang sederhana, tetapi mampu memenuhi segala kebutuhan hidup mereka dari mulai tidur, bekerja, bersantai bahkan bersosialisasi dengan lingkungannya.

Ketika suatu negara merasa bahwa ciri kenegaraannya sudah tidak bisa dipertahankan lagi, maka yang akan terjadi adalah suatu bentuk arsitektur yang didominasi oleh pemenuhan kebutuhan utama dalam kehidupannya, dan yang pertama akan terlihat adalah bagaimana mereka mulai mengolah pemikiran yang sifatnya tidak individualis lagi tetapi lebih mengarah pada kebersamaan dengan lingkungannya karena disanalah mereka akan merasa bahwa ternyata di dunia ini tidak hanya ada satu bentuk arsitektur yang selama ini dia yakini, tetapi begitu banyak ragam arsitektur yang pada akhirnya akan menjadi suatu bentuk yaitu bentuk globalisasi “Globalized style”.

Melihat fenomena diatas, lalu apa yang akan terjadi di Indonesia dimana kita harus mempunyai kebanggan pada bentuk arsitektur tradisional kita dan harus berusaha menjadikannya menjadi arsitektur dunia, karena kalau tidak, bagaimana cara kita memasuki globalisasi. Untuk mengetahui apa dan bagaimana arsitektur kita nanti, sebaiknya kita menelusuri dulu Arsitektur tradisional kita. Pertama, bahwa didalam kehidupan masyarakta Indonesi,a sudah terjadi beberapa perbedaan yang mencirikan bahwa di Indonesia terdapat banyak sekali beragam suku bangsa, dimana mereka

(10)

10

mempunyai adatistiadat dan kebiasaan yang hampir sama tetapi berbeda dalam pengungkapannya dan selalu menyatu didalam kebhinekaan itu. Kedua, apabila sebuah budaya lahir, itu berarti bangsa tersebut adalah suatu bangsa yang memiliki kebudayaan yang mencerminkan pola pikir ataupun kebiasaan hidup masyarakatnya. Ketiga, didalam perjalanan hidup, banyak bangsa Indonesia mengalami degradasi kebudayaan, karena begitu kuatnya pengaruh kehidupan barat, sehingga banyak sekali penduduk Indonesia yang merasa bahwa kehidupan jaman dulu atau yang kita sebut tradisional sudah banyak yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan jaman (kuno), sehingga mereka lebih menyukai segala sesuatu yang berbau luar negeri. Keempat, didalam perenungan, seorang empu gandring Indonesia akan menjadi suatu negara yang sangat kuat dan hebat karena pada saat itu kerajaan Majapahit begitu kuat sehingga didalam perenungannya, negara itu akan menjadi negara besar sehingga banyak hal yang harus dipertahankan demi menjaga keutuhan kehidupan tradisional kita, dan hal ini membuat perkembangan arsitektur kita menjadi sangat terhambat bahkan cenderung berhenti tidak dapat berkembang lagi. Kelima, apabila kita menelusuri arah kemana kita akan pergi nanti, maka kita akan melihat suatu arah yang tidak pasti dan tidak jelas, karena kita dihadapkan pada berbagai macam pilihan perjalanan yang membuat kita tidak dapat memutuskan arah yang sesuai dengan keinginan kita sebagai orang Indoneisa, dan ketika suatu perubahan yang sangat drastis terjadi maka kita semua akan merasa kaget dan sedih, karena ternyata kita melangkah kearah masa depan yang tidak mencerminkan tradisi kita lagi.akibatnya kehilangan identitas budaya termasuk didalamnya Arsitektur tradisional ikut hilang.

Inilah fenomena yang akan kita hadapi nanti, lalu apa yang harus kita lakukan, apakah mulai sekarang kita menghapus saja ciri kearsitekturan kita, atau kita membiarkan sesuatu terjadi secara alami tanpa harus ada yang diperjuangkan ataupun dipertahankan? Memang bagaikan, buah simalakama yang harus kita telan begitu saja, namun apa yang terjadi nanti karena kita tidak mempunyai kekuatan untuk dapat mempertahankan tradisi kita pada era globalisasi nanti. Lalu bagaimana nasib kita sebagai bangsa Indonesia ini? Apakah akan menyerah pada keadaan atau berjuang mempertahankan sesuatu yang sudah mendekati dan pasti akan hilang.

Disinilah letaknya renungan kita sekarang. Bagaimana kita harus bersikap dan bagaimana kita harus berbuat, karena hati nurani kita tidak dapat dibohongi bahwa kita harus tetap mempertahankan ciri budaya kita dalam dunia arsitektur. Kita tidak ingin penjajahan bentuk baru menjajah kita lagi . Kita tidak ingin arsitektur kita dijajah oleh arsitektur bangsa lain. Kita tidak ingin negara kita menjadi negara gado-gado karena tidak lagi terlihat budaya asli kita mendominasi kehidupan bangsa Indonesia. Jadi apa yang harus kita perbuat, karena sepertinya tidak ada pilihan yang dapat kita jadikan patokan kita melangkah? Analisanya begini, Apabila kita membuat suatu keputusan bulat untuk tetap mempertahankan Ciri arsitektur budaya kita, maka kita akan dihadapkan pada beberapa kendala besar yaitu :

a. Arsitektur tradisional. Kita tidak dapat mengadopsi dengan baik segala hal yang berbau teknologi modern, karena arsitektur tradisional kita berangkat dari suatu pandangan kehidupan religius yang sama sekali tidak memperhatikan adanya teknologi moderen. Apabila kita memaksakan kehendak terhadap bentuk arsitektur tradisional dengan memaksakan segala unsur yang berbau moderen kedalamnya, maka yang akan terlihat adalah bentuk yang sangat memprihatinkan karena sudah tidak jelas lagi dominasi budayanya.

(11)

11

b. Dalam pembentukan pola hidup. Bangsa Indonesia sangat dipengaruhi oleh pemikiran kuno, yaitu bahwa kehidupan kita sudah ada yang mengatur dan kita tidak usah terlalu meyakini bahwa kita sendiri dapat mengatur kehidupan kita, jadi janganlah membuat suatu hal yang akan merusak citra kehidupan tadi dan jangan pula mencoba merubah sesuatu yang sudah diciptakan menjadi kehidupan kita, karena hal itu akan membuat kita tidak bahagia dan hal ini juga merupakan suatu penolakan pada takdir kehidupan kita. Pola ini sangat tradisional dan Merupakan sesuatu yang tidak pernah sejalan dan akur dengan sosial budaya moderen. c. Jika didalam pemikiran bangsa Indonesia sekarang tidak lagi dipengaruhi oleh hal-hal yang

berbau kepasrahan kepada yang mengatur “yang Diatas”, maka kita akan dihadapkan pada hal-hal yang sifatnya lebih kepada sesuatu yang tidak jelas acuannya, karena begitu banyaknya hal yang tidak dapat kita cerna begitu saja, seperti halnya perkembangan teknologi yang kadang-kadang tidak dapat kita pakai apabila kita benturkan pada masalah pola hidup kita, dan hal ini akan membuat pola pikir kita menjadi tidak begitu terarah dengan jelas lagi. Kemana kita akan mengarah dan kemana kita akan pergi dan kemana kita akan menetapkan diri.

Begitu banyak hal-hal diluar jangkauan pikiran kita yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi dan juga begitu banyak masalah yang muncul pada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan arsitektur Indonesia.

Seperti kata pepatah kuno yang mengatakan bahwa hidup tidak akan pernah berhenti apabila kita sendiri tidak menghentikannya atau memang kita sudah saatnya berhenti karena sudah takdir. Apakah pepatah ini akan kita kaitkan dengan kehidupan Arsitektur Tradsional kita ataukah kita akan terus berjuang sampai titik darah penghabisan untuk mempertahankan keberadaannya? Tentu saja jawabannya tidak mudah, dan memang tidak akan pernah mudah, karena keputusan apapun yang diambil kita harus melihat berbagai kasus dan problem yang muncul yang berpengaruh didalam kehidupan bangsa Indonesia ini dan yang paling penting adalah bagaimana kita menyikapi pengaruh yang datang yang diakibatkan oleh perkembangan bilateral dan perkembangan politik yang sangat berpengaruh pada pola kehidupan dan pola pikir masyarakat Indonesia, dan ini sangat berakibat pada perkembangan arsitekturnya.

Jadi apa yang harus kita lakukan selanjutnya dan kira-kira kemana akan kita arahkan arsitektur Tradisional Nusantara dimasa depan nanti. Yang bisa kita lakukan mungkin Pertama, kita harus melakukan suatu penelitian yang mencangkup gambaran awal terjadinya arsitektur tradisional di masing-masing daerah Nusantara yang tentu saja sangat penting sebagai acuan awal darimana kita akan mulai berpijak Kedua, kajian berikut adalah bagaimana arsitektur pada jaman itu dijadikan sebagai arsitektur tradisional kenapa bukan arsitektur Indonesia saja atau arsitektur jaman Belanda atau jaman Majapahit. Ketiga, apabila kita telah mendapatkan bagaimana kita memulai dan bagaimana kita mengetahui arsitektur kita pada jaman dulu maka kita dapat melihat bagaimana hal itu bisa menjadi suatu patokan untuk kita, apakah benar bahwa arsitektur yang kita kenal sebagai arsitektur tradisional itu adalah benar sesuai dengan tuntutan jaman waktu itu, atau apakah arsitektur tradisional hanya menggambarkan suatu pola kehidupan masyarakat pada jamannya. Keempat, kalau melihat lebih jauh kebelakang lagi, maka kita akan melihat suatu fenomena yang agak menyimpang dari apa yang kita lihat sekarang, dimana sekarang ini arsitektur tradisional se-olah-olah merupakan barang mati yang tidak bisa kita tawar lagi dan tidak bisa kita kembangkan lagi. Fenomena tersebut

(12)

12

barangkali sebagai sesuatu yang membuat kita dapat melihat dari suatu perubahan yang sangat drastis, dari pola kerajaan yang serba gemerlap dan serba menjadi suatu pola kehidupan rakyat yang serba sederhana, dan sepertinya dikuasai oleh suatu peradaban yang sangat bertumpu pada kehidupan keagamaan. Kelima, jika kita mencoba menelusuri lebih jauh maka kita akan menemukan bahwa peradaban bangsa Indonesia sudah sangat maju pada zaman kerajaan Majapahit dulu, dan dilanjutkan dengan zaman kerajaan Sriwijaya sehingga kalau kita sekarang ini begitu terpukau oleh datangnya arsitektur luar yang kelihatannya sangat modern atau sangat teknologis, maka hal ini sebenarnya akan membuat hati kita teriris pilu karena jaman dulu kita begitu hebat keluar, namun sekarang kita begitu terjepit oleh pengaruh luar. Keenam, jika dalam pandangan sempit kita seolah-olah tidak berdaya menghadapi pengaruh kemajuan jaman yang dicirikan oleh kemajuan teknologi, maka dalam pandangan yang lebih luas kita seharusnya bangga dengan pengaruh kita terhadap perkembangan peradaban pada jaman dulu.

Dari keenam faktor diatas, yang masih selalu menjadi perhatian adalah bahwa kita harus tetap mempertahankan arsitektur tradisional kita walaupun sebenarnya sudah sangat tidak mungkin lagi untuk bisa bertahan dalam era globalisasi nanti. Pertanyaannya adalah; kita akan apakan arsitektur tradisional kita ini, akan kita ganti dengan sesuatu yang baru atau akan kita bina dan kembangkan sehingga mampu bersaing dengan arsitektur luar dan mampu kita jual keluar Indonesia sehingga arsitektur Indonesia mempunyai nama dan pengaruh didalam perkembangan arsitektur dunia.

Arsitektur Indonesia, apakah ada di Negara kita ini? Kalau ada bagaimana bentuk dan filosofinya dan kalau tidak ada kenapa sampai tidak ada padahal kita sangat bangga dengan berbagai macam bentuk bangunan yang menggambarkan ciri dari tiap daerah yang katanya sangat dikagumi oleh turis mancanegara. Dilihat dari letak dan posisi negara Indonesia, maka kita sangat strategis bagi aliran sirkulasi perdagangan maupun dari segi keamanan dunia karena negara kita terletak pada bagian yang mempunyai akses paling mudah untuk belahan dunia utara dan selatan yang artinya bagi perkembangan budaya Indonesia sangat rawan terhadap pengaruh yang dibawa oleh mereka yang akan memakai jalur ini yaitu bangsa-bangsa yang akan membina suatu hubungan bilateral dengan negara dibelahan bumi yang lain.

Mereka yang akan melalui jalur ini tanpa disengaja maupun disengaja akan membawa dampak yang cukup kuat terhadap budaya Indonesia yang memang sudah rawan terhadap budaya luar. Tetapi kalau kita simak lebih jauh, ternyata apa yang kita khawatirkan bahwa akan terjadi pengaruh yang akan berakibat merosotnya nila budaya kita, tidak pernah akan terjadi karena begitu kuatnya adat setempat sehingga budaya luar agak sulit berkembang dan hal ini adalah merupakan suatu potensi yang luar biasa bagi ketahanan negara kita terhadap pengaruh budaya asing.

Masuknya budaya asing yang ternyata sulit dibendung, justru karena akibat perkembangan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi ataupun gambaran pola kehidupan yang sepertinya sangat menyenangkan tertangkap oleh masyarakat luas dari mulai kota besar sampai ke pedesaan terpencil dan ini tidak bisa dicegah lagi karena kita tidak bisa menghindar dari perkmbangan ini. Akibatnya kita sudah bisa terka bahwa sebagian masyarakat kita tidak bisa lagi bertahan dengan budaya nenek moyangnya yang dinilai sudah ketinggalan jaman atau sudah kuno, dan inilah cikal bakal dari lunturnya budaya bangasa kita.

Arsitektur adalah bagian dari ekspresi budaya masyarakat karena sangat berkaitan dengan pola pikir dan pola hidup penggunanya sehingga didalam perkembangannya sangat terlihat perubahan

(13)

13

dalam bentuk, tata letak ruang dan perabotan serta peralatan lain yang dibutuhkan. Jadi, apabila kita akan mempertahankan arsitektur tradisional kita yang diharapkan menjadi ciri khas budaya kita, budaya yang akan kita pertahankan, karena sangat jelas terlihat akibat dari perkembangan teknologi yang merambah begitu cepat pada setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Lalu bagaimana kita dapat mempertahankan Arsitektur Indonesia, kalau kenyataanya Arsitektur Indonesia itu tidak ada karena yang sekarang selalu didengungkan adalah arsitektur tropis dan kalau bicara arsitektur tropis ternyata bukan kita saja yang memakai thema seperti itu, karena selain negara Indonesia masih banyak negara yang terletak didaerah tropis. Apakah Arsitektur Indonesia itu identik dengan Arsitektur Tradisional Papua, Maybrat, Imian, Sawiat, Sunda, Jawa, Bali, Sumba dan daerah-daerah lain, atau memang arsitektur Indonesia ini terdiri dari arsitektur arsitektur yang mempunyai ciri kedaerahan. Selama ini Arsitektur Indonesia hanya dikaji dan ditulis dengan bahsa ilmiah yang kedengarannya sangat filosofis dan sangat tidak dimengerti oleh orang awam karena belum pernah ada yang mencoba membuat bentuk yang jelas mengenai arsitektur Indonesia. Seorang arsitek luar pernah mencoba membuat disain banguna perkantoran yang katanya merupakan jelmaan dari filosofi arsitektur Indonesia dan yang terlihat adalah permainan bentuk atap tropis yang dipasang disetiap lantai, dan setelah kita lihat-lihat akihirnya kita bertanya apakah benar ini arsitektur Indonesia. Dengan melalu keputusan para pejabat setempat, tiap daerah yang merasa mempunyai arsitektur trsadisional berusaha untuk mempertahankan bentuk arsitekur tradisional dengan membuat bentuk atap yang katanya itu merupakan ciri budaya setempat. Alhasul terlihatlah arsitektur daerah dengan bentuk atap yang aneka macam sesuai dengan permintaan para pejabat yang sepertinya tidak mengerti apa arti dari arsitektur itu sendiri. Ketidak mengertian ini sangat membingungkan para pembuat disain, karena dengan posisi jabatannya membuat para perencana harus mengikuti apa yang diinginkan mereka, karena tidak ingin dianggap tidak berbudaya kedaerahan. Jadilah arsitektur tradisional adalah arsitektur atap, yang penting atapnya menggambarkan ciri kedaerahan yang kuat tidak peduli apapun fungsi yang dinaunginya.

Tahun 2003 adalah langkah awal pada era globalisasi dimana kita sudah tidak mungkin lagi menghindar masuknya para ekspert asing ke Indonesia termasuk para arsiteknya, dan sudah bisa dipastikan arsitek kita harus bersaing keras dengan mereka untuk mendapatkan pekerjaan dan tendensi orang yang beruang memkai tenaga mereka sangat kuat karen Amereka masih sangat dipengaruhi oleh image bahwa segala sesuatu yang berbau asing pasti akan lebih baik. Selain hal itu, berbagai proyek besar yang melibatkan investor asing pun akan bermunculan, dimana mereka sudah barang tentu akan membawa tenaga expert mereka karena selain pesan dari negaranya sendiri juga masalah kepercayaan akan keahliannya. Maka sudah dapat kita bayangkan bahwa Indonesia akan kedatangan para arsitek yang mungkin keahlian dan kemampuannya masih jauh dibawah para arsitek dalam negeri. Tetapi mengapa merak begitu menakutkan dan mengancam kehidupan para arsitek dalam negeri? Pertama, andaikata masalahnya hanya karena investor asing yang membawa seluruh krunya dari negaranya, kita tidak bisa apa-apa kecuali pasrahn saja hanya mungkin ada sedikit pengharapan kepada petinggi negara yang akan membuat peraturan mengenai ketenaga kerjaan sehingga setiap proyek dengan investasi asing harus menyertakan tenaga ahli dari dalam negeri. Kedua apabila masalahnya terletak pada kwalitas arsitek luar, kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk inovasi tenaga arsitektur.

(14)

14

5. Membangun Ketahanan Budaya Lokal Melalui Arsitektur Tradisional – Local Wisdom

Campaign

Maju mundur atau pasang surut kebudayaan (culture) sepanjang sejarah kemanusiaan, secara mendasar ditentukan oleh bagaimana kebudayaan itu dijadikan sebagai kerangka acuan yang dijabarkan melalui suatu tatanan normatif. Sejarah membuktikan bagaimana Kebudayaan Mesir Kuno (Fharounic), Kebudayaan Lembah Sungai Kuning di Cina, Kebudayaan Indian Amerika (Astec dan Maya) runtuh karena kebudayaan itu ditinggalkan oleh manusia pendukung peradabannya. Kemudian kebudayaan akan kehilangan dayanya sebagai acuan untuk menjabarkan pola tindak dan pola laku bila didesak oleh adanya suatu sistem nilai baru, misalnya Revolusi kebudayaan di China, Modernisasi di Turki, Islamisasi di Arab dan Revolusi Bolsjewik di Rusia. Jadi dalam sejarah kemanusiaan banyak contoh menunjukkan bahwa pasang surut dan timbul tenggelamnya kebudayaan ditentukan oleh perubahan zaman dan kebudayaan lama didesak oleh suatu sistem nilai baru. Kebudayaan akan mengalami masa tumbuh dan berkembang, masa kejayaan atau masa keemasan dan masa kemunduran atau keruntuhannya bergantung sejauhmana pemilik mampu mempertahankannya sepanjang perubahan zaman.

Di dalam Kebudayaan, sebenarnya terkandung dua daya atau potensi yang menyebabkan kebudayaan itu tetap eksis dalam kehidupan, pertama yaitu daya untuk melestarikan kebudayaan (preservatif) dan kedua yaitu daya menarik kebudayaan itu untuk maju (progresif). Di dalam dua daya inilah masyarakat pendukung kebudayaan berada dan menentukan kearah mana kebudayaannya. Untuk dapat menentukan ke arah mana kebudayaannya, maka masyarakat pendukung kebudayaan harus memiliki Kesadaran Budaya dan Ketahanan Budaya (Cultural Resilience). Kesadaran Budaya adalah suatu bentuk perasaan yang tinggi soal rasa hati (gemoed), soal daya cipta dan tanggapan (verbeeldingskracht) dari budi dan daya (budhayah). Sedangkan ketahanan budaya adalah kondisi dinamis suatu bangsa untuk menghadapi segala macam bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang ditujukan terhadap kebudayaannya.

Permasalahan yang dihadapi masyarakat sekarang adalah karena rapuhnya kesadaran budaya dan ketahanan budaya yang dimiliki, dan ini disebabkan oleh pertama adanya anggapan bahwa kebudayaan luar terutama kebudayaan barat (west) adalah superior dan kebudayaan sendiri terutama kebudayaan timur (east) adalan inferior, padahal sesungguhnya barat adalah barat dan timur adalah timur dan keduanya tidak bisa bersatu, malah Profesor Jan Romein dalam bukunya Aera Eropa mengatakan bahwa kebudayaan timur adalah kebudayaan yang menyimpang dari pola umum yang artinya apa yang di timur dipositifkan justru di barat dinegatifkan. Sebagai contoh, bagaimana orang timur memandang fenomena alam secara subjektif dan orang barat justru memandang fenomena alam secara objektif. Anggapan bahwa kebudayaan luar adalah superior dan kebudayaan sendiri adalan inferior akan menyebabkan situasi masyarakat yang terasing dari kebudayaannya sendiri (cultural alienation). Faktor kedua penyebab rapuhnya Kesadaran Budaya dan Ketahanan Budaya adalah pengaruh globalisasi dan teknologi informasi yang menyebabkan terjadinya pemadatan dimensi ruang dan waktu, jarak semakin diperdekat dan waktu semakin dipersingkat, situasi seperti ini menyebabkan terjadinya banjir deras informasi (information glut) yang menghujani masyarakat dan nyaris tidak terkendali. Pada setiap terjadinya banjir pasti membawa limbah, yang dimaksud di sini adalah limbah budaya. Limbah budaya inilah yang sekarang merasuki hampir disetiap sendi kehidupan masyarakat. Sedangkan penyebab ketiga adalah terjadinya perubahan orientasi pada nilai-nilai budaya yang dilanjutkan dengan perubahan norma - norma dan tolak ukur perilaku warga

(15)

15

masyarakat. Perubahan orientasi nilai menjelma dalam wujud pergeseran budaya (shift), biasanya cenderung dalam bentuk asimilasi dan akulturasi budaya, contohnya bagaimana saat pasangan pengantin mengenakan beragam macam baju pengantin disaat pesta, mulai dari mengenakan baju pengantin adat, baju pengantin Eropa dan baju baju pengantin lainnya, contoh lain, yaitu terjadinya pergeseran budaya dalam aturan menghidangkan makanan dari sistem yang menggunakan dulang ke sistem menghidangkan ala Francis, malah sekarang dalam acara ruwahan di kampung - kampung sudah menggunakan sistem Francis. Kemudian perubahan orientasi nilai juga menyebabkan persengketaan (conflict) yang melahirkan sikap ambhivalensi masyarakat. Sebagai contoh timbulnya pro dan kontra masyarakat ketika Artika Sari Devi yang diberi gelar oleh Lembaga Adat Serumpun Sebalai dengan gelar Yang Puan Jelita Nusantara harus mengenakan pakaian renang dalam pemilihan Miss Dunia. Sikap pro dan kontra terjadi karena masyarakat menilai Artika Sari Devi adalah Puteri Indonesia serta berasal dari Bangka Belitung yang sangat kental dengan budaya melayunya mau berpakaian mempertontonkan aurat yang bertentangan dengan nilai - nilai budaya yang dianutnya. Terakhir perubahan orientasi nilai pada masyarakat akan menimbulkan perbenturan (clash) yang melahirkan sikap penentangan (rejection), sebagai contoh ketika akan dibangun pendopo di belakang kediaman Gubernur yang direspon oleh masyarakat dengan ketidaksetujuan karena pendopo adalah bangunan dengan arsitektur vernakuler Jawa.

Untuk membangun Kesadaran Budaya dan Ketahanan Budaya di masyarakat maka perlu dilakukan upaya - upaya yaitu, pertama dengan meningkatkan daya preservatif meliputi upaya perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan serta meningkatkan daya progresif berupa upaya -upaya peningkatan peran pemerintah, swasta, serta pemberdayaan masyarakat adat dan komunitas budaya. Perlindungan adalah upaya menjaga keaslian kebudayaan dari pengaruh unsur -unsur budaya luar atau asing dan penyimpangan dalam pemanfaatannya. Sedangkan pengembangan adalah upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas kebudayaan yang hidup di tengah - tengah masyarakat tanpa menghilangkan nilai - nilai yang terkandung di dalamnya dan kegiatan pemanfaatan adalah pemberdayaan kebudayaan untuk pemenuhan kebutuhan batin masyarakat baik dalam event yang bersifat sakral maupun profan. Upaya kedua untuk membangun Kesadaran Budaya dan Ketahanan Budaya di masyarakat adalah dengan memberdayakan nilai - nilai budaya baik nilai budaya yang terkandung di dalam kebiasaan budaya (cultural habits) maupun yang terkandung di dalam aturan budaya (cultural law). Baik nilai budaya yang tampak (tangible) maupun nilai budaya yang tak tampak (intangible). Diketahui bahwa kebudayaan dan peradaban dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui tradisi lisan seperti ungkapan tradisional, puisi rakyat (pantun, syair, tarian, dan gurindam), cerita rakyat (mitos, legenda, dongeng), nyanyian rakyat. Kemudian dapat diwarisi melalui tradisi setengah lisan seperti permainan rakyat, kepercayaan rakyat, upacara tradisional (daur hidup/life cycle, kepercayaan dan peristiwa alam), arsitektur tradisional/ vernakuler dan rumah adat, pengobatan tradisional, makanan tradisional, pakaian adat, pasar tradisional, pengetahuan dan tekhnologi tradisional serta dapat juga diwarisi melalui tradisi bukan lisan seperti bangunan bangunan kuno dan naskah-naskah kuno. Pemberdayaan nilai budaya pada prinsipnya adalah upaya untuk membuat sesuatu peristiwa budaya menjadi lebih bermanfaat, bermakna, lebih berfungsi dan berguna. kegiatan budaya yang menghasilkan nilai budaya adalah kegiatan - kegiatan yang dapat menuntun manusia berperilaku lebih beradab, dan sesuai dengan kaedah atau norma - norma yang berlaku di masyarakat. Perilaku beradab tersebut dapat terealisasi dalam kehidupan masyarakat bila nilai - nilai budaya tersebut sudah terinternalisasi dengan benar

(16)

16

dalam sanubari masyarakat. Untuk mengupayakan terinternalisasinya nilai - nilai budaya diperlukan kerja keras dan upaya yang sungguh - sungguh dari seluruh komponen masyarakat termasuk penggiat budaya, apresian budaya dalam level apapun, oleh para pemangku adat, tokoh adat, dan pemuka adat. Sekarang ini untuk mempermudah pemberdayaan nilai - nilai budaya sehingga terinternalisasi dengan baik, hal utama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan event atau peristiwa budaya yang berhubungan dengan peristiwa kemasyarakatan yang biasanya diikuti oleh banyak orang dan mendatangkan anggota masyarakat lainnya, baik peristiwa yang berhubungan dengan agama, peristiwa yang berhubungan dengan adat, maupun peristiwa yang berhubungan dengan siklus kehidupan. Upaya terakhir untuk membangun kesadaran budaya dan ketahanan budaya adalah dengan memperkuat dan mengukuhkan identitas dan jatidiri, karena di dalam jatidiri terkandung kearifan -kearifan lokal (local wisdom) dan local genius.

Setiap masyarakat betapapun sederhananya, memiliki Kebudayaan yang dikembangkannya sebagai respon terhadap lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan buatan di sekitarnya. Perbedaan antara lingkungan fisik, sosial dan buatan itulah yang menyebabkan perbedaan kebudayaan di masyarakat. Oleh sebab itu salah satu kebijakan dalam pengembangan kebudayaan adalah upaya untuk menguatkan identitas dan kekayaan budaya nasional yang bertujuan untuk memperkenalkan, menguatkan dan mendorong kreatifitas budaya masyarakat agar mampu berkembang dan beradaptasi dengan perubahan zaman. Kehidupan manusia selalu dikelilingi oleh peristiwa budaya, proses pembentukan peristiwa budaya di atas berlangsung berabad - abad dan betul - betul teruji sehingga membentuk suatu komponen yang betul - betul handal, terbukti dan diyakini dapat membawa kesejahteraan lahir dan batin, komponen inilah yang disebut dengan jatidiri. Di dalam jatidiri terkandung kearifan lokal (local wisdom) yang merupakan hasil dari local genius dari berbagai suku bangsa yang ada. Kearifan lokal inilah seharusnya kita rajut dalam satu kesatuan kebudayaan untuk mewujudkan suatu nation (bangsa) yaitu Bangsa Indonesia dan sebagai alat untuk meredam berbagai konflik horizontal yang terjadi di masyarakat yang marak terjadi di berbagai daerah saat ini.

6. Peran Arsitektur Dalam Fenomena Lingkungan

Arsitektur merupakan salah satu seni produk kebudayaan. Sementara Kebudayaan Nusantara berakar pada Kebudayaan Tradisionalnya, begitupun Arsitektur Tradisional juga merupakan akar dari Arsitektur Nusantara. Kita kenal bahwa arsitektur tradisional sangat beranekaragam di Indonesia, seiring dengan keanekaragaman suku bangsanya. Sulit rasanya memilih arsitektur tradisional mana yang bisa mewakili, karena riskan sekali rasanya bila memilih salah satu arsitektur tradisional sebagai wadahnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa suatu wujud arsitektur tradisional dari suku bangsa tertentu pasti akan menimbulkan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat suku bangsa tersebut. namun demikian, apakah suatu suku bangsa tertentu akan merasa bangga dengan arsitektur tradisional dari daerah lain? Kita ambil hematnya saja bahwa, biarlah suatu suku bangsa memakai arsitektur tradisionalnya, begitupun yang lainnya, asalkan ditempatkan dengan sesuai. Jadi, sebenarnya yang kita perlukan adalah jiwa berarsitektur dari masyarakat tradisional tersebut. Sehingga tidak perlu lagi kita menciplak total pada arsitektur tradisional tertentu. Yang perlu kita ejawantahkan adalah pesan-pesannya ataupun konsep dasarnya. Kemudian diinterpretasikan dengan kreatifitas baru pada latar belakang kehidupan sosio-budaya masyarakat yang terus ‘berkembang’ saat ini. Pada intinya arsitektur tradisional mempunyai konsep dasar kesemestaan yang universal, sehingga mampu mengiringi perjalanan hidup manusianya sepanjang zaman.

(17)

17

Pada hakekatnya arsitektur adalah keterpaduan antara ruang sebagai wadah, dengan manusia sebagai isi yang menjiwai wadah itu sendiri. Dengan kata lain dalam arsitektur terdapat perwujudan ruang (meliputi fungsi, tata-susunan, dimensi, bahan, dan tampilan bentuk) yang sangat ditentukan oleh keselarasan kehidupan daya dan potensi dari manusia di seluruh aspek hidup dan kehidupannya (meliputi norma/tata-nilai, kegiatan, populasi, jatidiri, dan kebudayaannya).

Manusia sebagai makhluk yang diciptakan dengan sebaik-baik bentuk sekaligus sebagai makhluk sosial, dalam setiap kegiatannya senantiasa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Adalah sesungguhnya bahwa manusia itu dalam bersosialisasi membutuhkan dan memiliki jangkauan interaksi pada tiga jalur arah. Pertama, berinteraksi dengan Sang Pencipta (sosio-spiritual/religius), meliputi kegiatan ibadah-spiritual maupun aplikasi amaliah dari norma dan tata-nilai yang telah ditetapkan-Nya pada dua jalur berikutnya. Kedua, berinteraksi dengan sesama manusia (sosio-kultural), baik antar pribadi dengan pribadi, pribadi dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok, berdasarkan norma dan tata-nilai sosio-spiritual/religius di atas. Ketiga dan terakhir, berinteraksi dengan alam semesta sebagai sesama makhluk ciptaan (sosio-natural/universal), yakni manusia sebagai pembina sekaligus pengguna setiap unsur daya dan potensi alam agar berdaya-manfaat secara tepat-guna dan berkesinambungan sehingga tercipta hidup dan kehidupan yang makmur bersahaja. Ketiga jalur arah interaksi ini merupakan inti dasar kegiatan manusia untuk bermasyarakat, yang seluruhnya harus diwadahi secara terpadu, setimbang, dan dinamis dalam ruang arsitektur.

Dapat disimpulkan dari semua paparan diatas bahwa manusia dalam berarsitektur merupakan wujud terbaik dari aturan yang ditetapkan-Nya dalam menjaga alam sebagai tempat hidupnya, dan menjaga hubungan dengan sesamanya sebagai teman hidupnya. Inilah wujud kesemestaan. Dalam keadaannya saat ini, kelestarian alam sudah sangat terabaikan. Pemanasan global dan bencana banjir adalah wujud akibat yang ditimbulkan, dan arsitekturlah yang berperanan besar dalam mewujudkannya. Sehingga tema Arsitektur Ramah Lingkungan dengan konsep kesemestaan patutlah untuk diangkat.

7. Kepunahan Bentuk Dan Aliran Arsitektur

Kepunahan arsitektur merupakan kejadian hilangnya keseluruhan bentuk aliran arsitektur tertentu. Kepunahan bukanlah peristiwa yang tidak umum, karena bentuk aliran suatu arsitektur secara reguler muncul melalui aliran arsitekturalnya dan menghilang melalui kepunahan. Sebenarnya, hampir seluruh bentuk aliran arsitektur yang pernah ada di bumi telah dan akan punah, seiring perjalanan manusia itu sendiri, dan kepunahan tampaknya merupakan nasib akhir suatu bentuk aliran arsitektur. Sebenarnya Kepunahan arsitektur telah terjadi secara terus menerus sepanjang sejarah perkembangan manusia. Kita akan berkesimpulan bahwa, laju kepunahan arsitektural akan semakin meningkat tajam pada peristiwa kepunahan missal spesies manusia pada suatu etnik atau suku bangsa tertentu.

Peranan kepunahan pada evolusi arsitektur tergantung pada jenis kepunahan tersebut. Penyebab persitiwa kepunahan "tingkat rendah" secara terus menerus (yang merupakan mayoritas kasus kepunahan) tidaklah jelas dan kemungkinan merupakan akibat kompetisi antar aliran arsitektur tertentu terhadap bentuk aliran arsitektur yang terbatas (prinsip hindar-saing). Jika kompetisi dari etnik tertentu lain mengubah probabilitas suatu bentuk arsitektur menjadi punah, hal ini dapat menghasilkan seleksi aliran arsitektur sebagai salah satu tingkat seleksi manusia. Peristiwa kepunahan

(18)

18

massal secara alami masih dapat diterima, daripada berperan sebagai gaya selektif, karena suatu kebudayaan termasuk arsitektural yang beraneka ragam akan secara drastis dan mendorong terjadinya evolusi arsitektur secara cepat dan secara tiba-tiba serta pensubtitusian pada kebudayaan suku bangsa yang lain semakin tajam. Ini merupakan pangkal penjajahan kebudayaan melalui penjajahan dan peperangan.

B. Hubungan Iklim Dengan Teori Evolusi dan Ekologi Arsitektur 1) Proses Terjadinya Bentuk

- Form Determinants - Function

- Context - Structure - Form Resolution

- Material dan cara penggunaan - Metoda dan konstruksi

- Pertimbangan ekonomi dan sumber daya - Estetika

2) Teori Bentuk Secara Ekologi

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari tempat tinggal makhluk hidup atau organisme. Antara Ekologi dan Arsitektur dan antara evolusi dan perancangan (desain) terdapat hubungan yang sangat erat. Berdasarkan hubungan yang konseptual ini maka timbullah prinsip perancangan secara pre skriptis dengan dasar-dasar teori bentuk secara deskriptif dalam alam ini.

Arsitektur dapat digambarkan sebagai bentuk dari strategi adaptasi manusia dengan alam, termasuk didalamnya arsitektur tradisional Jawa. Gambaran tersebut bersifat suatu kesatuan yang menyeluruh, keseimbangan yang dinamis dan penyempurnaan hal-hal yang relatif dan tidak jelas. Dari prinsip-prinsip di atas maka terjadilah tiga prinsip utama dari penurunan bentuk, yaitu:

- Kesatuan yang utuh antara manusia (orang Jawa) dan tempat atau lingkungan - Keseimbangan yang dinamis dari yang teratur dan tak teratur

- Penyempurnaan energi dan informasi

Hubungan antara ekologi dan arsitektur jelas terlihat pada arti asli (secara linguistik) dari ekologi, yaitu ‘oikos’, kata asli dari ekologi dalam bahasa Greek yang berarti rumah dan rumah tangga (house dan household). Apabila ekologi diartikan sebagai sains dan organisme beserta tempat hidupnya (habitatnya), maka arsitektur dapat dipandang sebagai art dan sains dari organisme manusia dalam merealisir habitasinya pada lingkungan alam natural.

Bentuk dari organisme adalah hasil dari atau proses Interaksi antara bentuk genetik dengan lingkungannya. Dalam teori arsitektur secara ekologi, bentuk arsitektur adalah produk dari interaksi antara perubahan kebutuhan manusia atau fungsi dengan kontek ekologi manusia, (termasuk arsitektur tradisional Jawa dan orang Jawa).

- Forms follow both function and environment - Form, function and environment are interdependent

(19)

19

- Arsitektur modern menolak tradisi sebagai kemungkinan sumber-sumber kontiunitas

untuk variasi di kemudian hari yang lebih kreatif.

- Arsitektur modern mengenyampingkan batas-batas kontek cultural

- Arsitektur modern terlalu memberikan nilai lebih hanya pada strategi adaptasi arsitektural yang spesifik saja.

3) Bentuk dan Lingkungannya

Alam memberikan tekanan secara langsung kepada proses terjadinya bentuk semua yang berada di alam ini. Misalnya: bentuk arsitektur di Wamena Papua berbentuk Honai, atau di Jawa tengah berbentuk Joglo. Di daerah lain, bentuk arsitekturnya monumental di Eropa terutama kepulauan krete Italia, ada yang diatas pohon seperti di Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, atau suku Dayak, atau berbentuk shelter di daerah Indian, Amerika, dll. karena dengan bentuk ini dapat menyimpan panas lebih lama. Ini semua terjadi karena factor lingkungan yang mempengaruhi bentuk-bentuk arsitekturalnya.

Dengan demikian maka, dapat kita simpulkan bahwa perubahan yang konstan sesuai dengan teori evolusi, yaitu apabila “bentuk” atau spesies yang sama dengan lingkungan yang berbeda akan memberikan pengaruh proporsi yang berbeda pula.

Demikian pula proses terjadinya “shape” bangunan, shape yang optimum adalah bentuk yang dapat menerima panas sesedikit mungkin di waktu musim panas, dan mampu menahan panas sebanyak mungkin pada waktu musim dingin.

4) Bentuk Tata Lingkungan

Iklim mempengaruhi bentuk tata lingkungan, hal ini dapat dilihat dari karakteristik tata lingkungan pada beberapa daerah (termasuk didalamnya arsitektur Jawa) sesuai dengan iklim yang berlaku di tempat tersebut:

- Untuk daerah beriklim tropis lembab atau panas lembab, jarak antara bangunan mempunyai pengaruh yang sangat besar. Luasan dinding bangunan dengan pembukaan untuk ventilasi sebanyak mungkin berhubungan dengan luar sangat menguntungkan. Hal ini disebabkan karena kenyamanan di daerah tropis lembab hanya dapat dicapai dengan bantuan aliran angin yang cukup pada tubuh manusia. Perancangan landscape harus memperhatikan prinsip kelancaran angin yang mengalir.

- Sebaiknya untuk di daerah panas kering, luasan dinding bangunan dikurangi sebanyak mungkin untuk tidak berhubungan langsung dengan ruang luar. Antara bangunan dihindari adanya ruang luar, satu sama lain kompak, sehingga sinar matahari sangat sedikit yang menimpa langsung bangunan. Bila harus ada ruang di antara bangunan pun diusahakan agar antara dinding bangunan yang satu dengan yang lain saling membayangi terhadap sinar matahari. Oleh sebab itu kecenderungannya bangunan lebih efisien kalau rendah dan masif.

Oleh sebab itu kepadatan bangunan di daerah tropis lembab kecenderungannya rendah. Kepadatan bangunan tinggi untuk daerah tropis kering. Untuk di daerah dingin, bentuk susunan bangunannya cenderung kompak, padat dan mempunyai luasan jendela yang luas agar dapat menerima panas matahari yang lebih banyak.

(20)

20

C. Definisi Evolusi Arsitektur

Evolusi arsitektur secara sederhana didefinisikan sebagai perubahan pada bentuk atau aliran suatu arsitektur dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Walaupun demikian, definisi "evolusi arsitektur" juga sering kali ditambahkan dengan klaim-klaim berikut ini:

1. Perbedaan pada komposisi bentuk antara aliran arsitektur yang terisolasi oleh nuansa arsitektur lain mengakibatkan munculnya aliran arsitektur baru.

2. Semua aliran arsitektur yang sekarang dikembangkan merupakan suatu sistem nilai dan karya dari nenek moyang yang berbeda.

D. Evolusi Arsitektur Dalam Perubahan Sosial Budaya Global

Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan

bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.

Ada tiga faktor yang dapat memengaruhi perubahan sosial budaya:

1. tekanan kerja dalam masyarakat 2. keefektifan komunikasi

3. perubahan lingkungan alam.

Perubahan sosial budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh, berakhirnya zaman es berujung pada ditemukannya sistem pertanian, dan kemudian memancing inovasi-inovasi baru lainnya dalam kebudayaan.

a. Penetrasi Kebudayaan

Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya, termasuk didalamnya arsitektural. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:

1) Penetrasi Damai (Penetration Pasifique)

Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia.Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat.

Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis

Gambar. 7. Perubahan sosial budaya akibat kontak budaya satu

dengan kebudayaan asing. Sumber Google Terjemahan Bebas, dikomposisikan oleh Peneliti 2011

Gambar

Gambar 4. Siklus Evolusi Hunian dan Evolusi Arsitektur. Sumber Analisis Peneliti-2011
Foto 75: Masyarakat Adat Bali
Foto 76. Tari Cakalele- Cakalele-Ambon
Foto 80. Tari Tradosional Sunda. Sumber peneliti 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Evolusi konvergen adalah proses evolusi yang perubahannya didasarkan pada adanya kesamaan struktur antara dua organ atau organisme pada garis sama dari nenek moyang yang sama. Hal

Arsitektur Neo Vernakular adalah salah satu paham atau aliran yang berkembang pada era Post Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada pertengahan tahun 1960, Post Modern

Menurut Lamarck evolusi terjadi karena adaptasi, sedangkan adaptasi timbul karena diinginkan, yaitu perubahan struktur atau bentuk yang terjadi karena adanya

Menurut Teori Evolusi, setiap spesies hidup berasal dari satu nenek moyang. Spesies yang ada sebelumnya lambat laun  berubah menjadi spesies lain dan semua spesies muncul

Bentuk gerbang menggunakan arsitektur romawi, hal tersebut dapat dilihat dari bentuk pilar yang besar dan lengkungan yang menghubungkan antara pilar yang satu

Perpaduan dua atau lebih aliran Arsitektur merupakan hal yang umum untuk menghasilkan estetika suatu bangunan, berbeda dengan arsitektur Modern yang lebih menonjolkan fungsi

Konsep-konsep tentang seni dan keindahanDe Stijldiungkapkan dalam bentuk-bentuk murni, sehingga muncul aliran Purisme yang berarti teguh pada peraturan.Saat itu di Belanda pengungkapan

Sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat yang dapat dilakukan oleh Universitas Ubudiyah Indonesia adalah: “Menumbuhkan Minat Desain Arsitektur Dengan Pengenalan