• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KETIDAKMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL DALAM

MELAKUKAN AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Ummi Malikal Balqis 1), Dwi Nurviyandari Kusuma Wati 2)

1Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia2Staf Pengajar Departemen

Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Jawa Barat, Indonesia, Kode Pos 16424, Telp. (021) 78849120, Fax. (021) 7864124

E-mail: ummimalikalbalqis@gmail.com, dwi.nurviyandari@ui.ac.id

Abstrak

Penurunan fungsi kognitif dan gangguan kemandirian dalam melakukan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) merupakan masalah kesehatan pada lansia yang mempengaruhi kualitas hidup dari lansia. Tujuan penelitian yaitu untuk menngetahui hubungan fungsi kognitif dengan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan AKS. Penelitian dilakukan melalui simple random sampling menggunakan metode cross secsional dengan cara wawancara dan observasi menggunakan kuesioner MMSE dan KATZ Index. Hasil penelitian pada 93 lansia di PSTW Budi Mulia 02 dan 04 DKI Jakarta menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi kognitif dengan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan AKS, dengan pvalue 0,000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang mengalami penurunan fungsi kognitif 29 kali lebih besar mengalami masalah dalam kemandirian melakukan AKS dibandingkan lansia yang memiliki fungsi kognitif normal (OR 29,250; 95%CI 6,363-135,303). Saran dari penelitian ini yaitu perlu dilakukan tindakan lebih lanjut untuk mengatasi masalah penurunan fungsi kognitif dan gangguan dalam melakukan AKS secara mandiri pada lansia.

Kata kunci: Fungsi kognitif, Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS), MMSE (Mini Mental State Examination), Katz Index

Abstract

Cognitive decline and impairment to performing Activity of Daily Living (ADL) independently is a common problem in elderly health that affects to their quality of life. The purpose of this research was to determining the relationship between cognitive function with the level of elderly independence of activity daily of living. This research was carried out by simple random sampling with cross sectional method by interviews and observations using MMSE and KATZ Index questionnaire. The results of 93 elderly people in PSTW Budi Mulia Jakarta 02 and 04 that be participants in this research shown that there was a significant relationship between cognitive function with a level of independence of the elderly in doing ADL, with p value of 0.000. Results showed that the elderly who experience cognitive decline 29 times more likely to have problems in doing AKS indepedently compared to elderly who had normal cognitive function (OR 29,250, 95% CI 6.363 to 135.303). The suggestions of this research is necessary to prevent cognitive decline and impairment to do activity of daily living independently in elderly

Keywords: Cognitive, Activity of Daily Living (ADL), MMSE (Mini Mental State Examination), Katz Index

Pendahuluan

Kemampuan kognitif lansia mengalami perubahan seiring dengan proses penuaan. Menurut Meiner dan Leuckenotte (2006), pada lanjut usia terjadi perubahan neurodegenaratif dan neurokimia di cerebelum yang dipercaya sebagai penyebab utama gangguan fungsi motorik dan kognitif yang banyak dialami

lansia. Spar dan La Rue (2006) menyebutkan bahwa kemampuan kognitif lansia yang mengalami perubahan diantaranya intelegensi, atensi, bahasa, memori, visuspasial, dan fungsi eksekutif.

Penurunan fungsi kognitif pada lansia merupakan masalah kesehatan yang cukup banyak dialami masyarakat di dunia. Christensen et al. (1999) membagi faktor yang

(2)

menjadi penyebab terjadinya gangguan kognitif pada lansia menjadi usia, jenis kelamin, genetik, pendidikan, riwayat penyakit, lingkungan sosial dan kultural, nutrisi, serta aktivitas. Sebuah penelitian yang dilakukan di USA oleh Angevaren , Aufdemkampe, Verhaar, Aleman, dan Vanhees (2008) dalam Wu, Lan, Chen, Chiu, dan Lan (2011) menyebutkan bahwa fungsi kognitif manusia mulai turun pada usia 50 tahun dan semakin cepat pada usia 65 tahun dengan prevalensi gangguan kognitif 19,2% pada lansia yang berusia 65-74 tahun, 27,6% pada lansia yang berusia 75-84 tahun, dan 38% pada lansia yang berusia 85 tahun ke atas. Penelitian terhadap prevalensi penurunan kognitif di Indonesia belum banyak dipublikasikan. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Patriyani (2009), terhadap 109 lansia di wilayah kerja Puskesmas Gatak Sukoharjo didapatkan bahwa karakteristik lansia demensia sebagian besar adala berjenis kelamin perempuan, berumur 60-74 tahun, tingkat pendidikan rendah, dan mengalami demensia sedang berat.

Kemandirian dalam melakukan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) merupakan salah satu tujuan dari diberikannya intervensi keperawatan. Lerner (1979) dalam Ediawati (2012) menjelaskan definisi mandiri sebagai kebebasan untuk bertindak, tidak bergantung pada orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain, dan bebas mengatur diri sendiri atau aktivitas seorang baik individu maupun individu dalam kelompok dari berbagai kesehatan dan penyakit. Kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari merupakan salah satu aspek penting terkait upaya mewujudkan peningkatan kualitas hidup lansia. Teori keperawatan yang berfokus pada kemampuan klien dalam memenuhi aktivitas sehari-hari adalah teori yang dikembangkan oleh Dorothea Orem. Meleis (2012) menjelaskan bahwa Orem membagi teori kemandiriannya dalam tiga kelompok, yaitu teori Self Care, Self Care

Deficit, dan Nursing System.

Hasil survey Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa 1,01 juta orang penduduk lansia mengalami sedikit kesulitan mengurus diri sendiri dan 304,36 ribu orang mengalami kesulitan parah (BPS, 2010). Sekitar 20% dari penduduk dunia usia 70 tahun dan 50% dari penduduk usia 85 tahun lebih dilaporkan mengalami kesulitan dalam AKS seperti mandi, berpakaian, ke kamar kecil, kontinen (buang air besar/buang air kecil), makan dan perpindahan tempat (Basavanthappa, 2007). Sugiharti (2010) menyebutkan bahwa sebanyak 77.501 lansia di Indonesia yang terdiri dari 36.554 laki-laki dan 40.948 perempuan diperoleh data bahwa 13,6% responden mengalamindisabilitas dalam melakukan AKS, dimana terdapat 13% responden mengalami disabilitas dalam hal mandi dan 11,7% responden mengalami disabilitas dalam hal mengenakan pakaian.

Berbagai hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya menyebutkan bahwa kejadian penurunan kognitif lansia erat kaitannya dengan pemenuhan AKS pada lansia. DKI Jakarta sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terpadat di Indonesia menyediakan sebuah institusi perawatan lansia di bawah naungan Dinas Sosial yang dikenal dengan nama Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW). PSTW Budi Mulia 02 dan 04 merupakan PSTW yang memiliki kapasitas lansia terbanyak. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana hubungan fungsi kognitif terhadap kemandirian lansia dalam melakukan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) di PSTW Budi Mulia 02 dan 04 DKI Jakarta.

Metode

Metode penelitian ini berbentuk kuantitatif untuk mengetahi hubungan antara fungsi kognitif lansia dengan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan Aktifitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 02 dan 04 DKI Jakarta pada tahun 2014. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah

(3)

pendekatan cross-sectional menggunakan data primer. Populasi dalam studi penelitian ini adalah lansia berumur ≥60 tahun di dua panti sosial tresna werdha di wilayah Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara

simple random sampling. Jumlah sampel yang

berasal dari PSTW Budi Mulia 02 dan 04 DKI Jakarta adalah sebanyak 93 orang (penghitungan pada total populasi sebanyak 446 dengan rumus jumlah sampel untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000 menurut Notoatmodjo (2005)). Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu lansia yang bersedia menjadi responden serta mampu memahami tujuan dan instruksi penelitian, tinggal di PSTW Budi Mulia 02 dan 04 DKI Jakarta, tidak memiliki gangguan psikotik, dan dapat berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Tidak ada kriteria eksklusi pada penitian yang dilakukan oleh peneliti

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini yaitu lembar data isian demografi, instrumen MMSE untuk mengukur fungsi kognitif lansia, dan intrumen Katz Index untuk mengukur tingkat kemandirian lansia dalam melakukan AKS. Data isian demografi mencakup usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, riwayat penyakit, dan status perkawinan. Instrumen MMSE terdiri dari 5 komponen pertanyaan yang meliputi orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, mengulang kembali, serta bahasa. Penilaian pada instrumen MMSE dilakukan dengan wawancara. Instrumen Katz Index terdiri dari 6 pertanyaan yang mencakup kemampuan terkait mandi, berpakaian,

toileting, berpindah tempat, mempertahankan

kontinen, dan makan. Penilaian pada instrumen KATZ Index dilakukan dengan wawancara dan observasi.

Dua studi yang melakukan penelitian terhadap reliabilitas kuesioner MMSE didapatkan hasil alpha crombach 0,82 (pada pasien usia lanjut yang dirawat di pelayanan kesehatan) dan 0,84 (pada lansia yang tinggal di panti jompo), sedangkan untuk validitas,

kuesiner MMSE telah terbukti secara signifikan berkorelasi dengan berbagai tes lain yang mengukur kecerdasan, memori, dan aspek lain dari fungsi kognitif pada berbagai populasi (Rush, et al, 2000). Sedangkan untuk validitas dan reliabilitas kuesioner KATZ Index, sebuah penelitian terhadap fungsional stroke menyebutkan bahwa reliabilitas kuesioner KATZ Index didapatkan hasil alpha

crombach 0,94, sedangkan untuk uji validitas

belum ada laporan formal mengenai validitas penggunaan kuesioner KATZ Index, namun KATZ Index merupakan kuesioner yang banyak digunakan oleh klinik atau pun komunitas untuk menilai kemampuan fungsional seseorang (Wallace & Shelkey, 2008). Rentang skor untuk MMSE terdiri dari 0-30 poin dan KATZ Index terdiri dari 0-6. Pengkategorian skor menggunakan nilai median (24 untuk fungsi kognitif dan 5 untuk kemadirian melakukan AKS) sebagai cut off

point yang membagi kedua skor ke dalam dua

kategori, yaitu normal dan mengalami gangguan.

Hasil

Analisis Univariat. Pada bagian ini, peneliti menjabarkan hasil analisis univariat pada data demografi, variabel independen, dan dependen responden. Distribusi data demografi menyebutkan bahwa rata-rata umur responden (Tabel 1) pada penelitian ini yaitu 69,53 dengan persentase usia tertinggi berada pada kelompok young old (60-70 tahun). Data demografi lainnya menyebutkan bahwa proporsi jenis kelamin terbanyak yaitu responden perempuan sebanyak 62,4%. Riwayat pendidikan responden terbanyak yaitu tidak sekolah/ tidak tamat SD dengan persentase 52,7%. Untuk status pernikahan, sebagian besar responden merupakan janda/ duda dengan persentase 75,3%. Sedangkan untuk riwayat penyakit, sebagian besar responden memiliki penyakit yang tidak berkolerasi langsung dengan terjadinya penurunan fungsi kognitif pada lansia seperti flu, gatal-gatal, katarak, dan lain sebagainya.

(4)

Responden yang memiliki riwayat penyakit yang berkorelari langsung dengan penurunan kognitif dengan persentase terbesar yaitu stroke sebanyak 6,5%.

Tabel 1 Distribusi Jenis Kelamin, Status pernikahan, Pendidikan Terakhir, dan Riwayat Penyakit terkait Penelitian pada Responden Tahun 2014 (n=93)

Variabel Jumlah Prosentase Umur Young Old 66 71 Old-Old 17 18,3 Very Old 10 10,8 Jenis Kelamin Laki-laki 35 37,6 Perempuan 58 62,4 Pendidikan Terakhir Tidak Sekolah 49 52,7 SD 28 30,1 SMP 6 6,5 SMA 10 10,8 Riwayat Perkawinan Belum Kawin 14 15,1 Kawin 9 9,7 Janda/ Duda 70 75,3 Riwayat Penyakit Stroke 6 6,5 Diabetes Mellitus 2 2,2 Jantung 2 2,2 Cedera Kepala 1 1,1

Distribusi kategori fungsi kogntif didapatkan hasil bahwa jumlah lansia yang mengalami penurunan fungsi kognitif dan memiliki fungsi kognitif normal hampir berimbang, yaitu 50,5% lansia memiliki fungsi kognitif normal dan 49,5% lansia mengalami penurunan fungsi kognitif. Sedangkan distribusi rincian nilai komponen fungsi kognitif yang diukur menggunakan instrumen penelitian MMSE, yang terdiri dari kemampuan dalam orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, memori, dan bahasa menyebutkan bahwa nilai rata-rata kemampuan orientasi merupakan nilai dengan kemampuan terendah pada komponen MMSE, yaitu 5,37 dari score maksimal 10.

Hasil analisis pada distribusi pengkategorian tingkat kemandirian lansia

dalam melakukan AKS didapatkan data bahwa sebagian besar responden mandiri dalam melakukan AKS, yaitu sebesar 69,9%. Sedangkan distribusi rincian nilai komponen kemadirian lansia dalam melakukan AKS yang diukur menggunakan instrumen penelitian KATZ Index, yaitu kemampuan mandi, berpakaian, toileting, berpindah, kontinen, dan makan dengan hasil analisis bahwa komponen kemandirian dalam melakukan AKS yang banyak mengalami masalah adalah terkait masalah kontinen dengan presentase kemandirian bermasalah sebesar 93,5% (87 orang partisispan).

Analisis Bivariat. Pada bagian ini, peneliti menjabarkan hasil analisis bivariat pada gambaran fungsi kognitif berdasarkan karakteristik umum responden, gambaran tingkat kemandirian lansia dalam melakukan AKS, serta hubungan antara fungsi kognitif dengan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan AKS. Hasil analisis terhadap distribusi gambaran fungsi kognitif berdasarkan karakteristik umum responden (Tabel 2) menjelaskan bahwa riwayat pendidikan (p value 0,001) memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian penurunan fungsi kognitif pada lansia.

(5)

Tabel 2 Gambaran Fungsi Kognitif berdasarkan Karakteristik Umum Responden Tahun 2014 (n=93)

Varia-bel Fungsi Kognitif Lansia OR (95% CI) P value Normal Perubaha n n % n % Umur 2,000 (0,463-8,637) Young Old 36 54,5 30 45,5 0,481 Old-Old 7 41,2 10 58,8 Very Old 4 40,0 6 60,0 Jenis Kelamin 0,448 (0,189-1,058) Laki-laki 22 62,9 13 37,1 0,051 Perem-puan 25 43,1 33 56,9 Riwayat Perkawinan Belum Kawin 6 42,9 8 57,1 0,75 (0,236-2,387) 0,529 Kawin 6 66,7 3 33,3 Janda/ Duda 35 50,0 35 50,0 Riwayat Pendidikan Tidak Seko-lah 15 30,6 34 69,4 0,189 (0.043-0.833) 0,001* SD 20 71,4 8 28,8 SMP 5 83,3 1 16,7 SMA 7 70,0 3 30,0 Riwayat Penyakit Stroke 3 6,4 3 6,5 1,25 (0.314-4,982) 0,751 DM 1 2,1 1 2,2 Jan-tung 2 4,3 0 0 Cedera Kepala 1 2,1 0 0

*p value< 0,05 (memiliki hubungan yang signifikan)

Hasil analisis pada distribusi gambaran kemandirian lansia dalam melakukan AKS berdasarkan karakteristik umum responden (Tabel 3) didapatkan data bahwa karakteristik umur (p value 0,041), jenis kelamin (p value 0,01), dan riwayat pendidikan (p value 0,031) memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian kemandirian bermasalah pada lansia dalam melakukan AKS. Nilai OR yang diperoleh pada variabel umur adalah sebesar 3,667, yang artinya lansia yang berada pada kelompok usia very old (>80 tahun) lebih

besar 3,667 kali mengalami gangguan kemandirian dalam melakukan AKS dibandingkan dengan lansia yang berada pada kelompok usia young old (60-70 tahun).

\

Tabel 3 Gambaran Kemandirian Lansia dalam Melakukan AKS berdasarkan Karakteristik Umum Responden Tahun 2014 (n=93)

Varia-bel

Tingkat Kemandirian Lansia

dalam Melakukan AKS (95% OR CI) P value Mandiri Kemandirian Bermasalah n % n % Umur 3,667 (0,432-31,14) 0,041* Young Old 51 77,3 15 22,7 Old-Old 8 47,1 9 52,9 Very Old 6 60,0 4 40,0 Jenis Kelamin 0,254 (0,86-0,749) Laki-laki 30 85,7 5 14,3 0,010* Perem-puan 35 60,3 23 39,7 Riwayat Perkawinan Belum Kawin 9 64,3 5 35,7 0,825 (0,247-2,750) 0,404 Kawin 8 88,9 1 11,1 Janda/ Duda 48 68,6 22 31,4 Riwayat Pendidikan SMA 8 80,0 2 20,0 0,3333 (0,064-1,735) 0,031* SMP 6 100 0 0 SD 23 82,1 5 17,9 Tidak Seko-lah 28 57,1 21 42,9 Riwayat Penyakit Stroke 3 50,0 3 50,0 0,874 (0.196-3,659) 0,824 DM 2 100 0 0 Jan-tung 2 100 0 0 Cedera Kepala 2 100 0 0

*p value< 0,05 (memiliki hubungan yang signifikan)

Hasil analisis pada hubungan fungsi kognitif dengan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan AKS (Tabel 4) menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi kognitif dengan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan AKS (p value 0,000). Dari hasil analisis juga

(6)

didapatkan nilai OR 29,250 yang artinya lansia yang mengalami penurunan fungsi kognitif 29 kali lebih besar akan mengalami masalah dalam melakukan AKS secara mandiri dibandingkan dengan lansia yang memiliki fungsi kognitif normal.

Tabel 4 Hubungan antara Fungsi Kognitif dengan Tingkat Kemandirian Lansia dalam Melakukan AKS Tahun 2014 (n=93)

Fungsi Kognitif

Tingkat Kemandirian Lansia

dalam Melakukan AKS (95% OR CI) P value Mandiri Kemandiri-an Bermasalah n % n % Fungsi Kognitif Normal 45 95,7 2 4,3 29,250 (6,363-135,3) 0,000 * Penuru-nan Fungsi Kognitif 20 43,5 26 56,5

*p value< 0,05 (memiliki hubungan yang signifikan)

Pembahasan

Peneltian terhadap hubungan fungsi kognitif dengan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan AKS dilakukan untuk memberikan gambaran hubungan fungsi kognitif dengan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan AKS di PSTW Budi Mulia 02 dan 04 DKI Jakarta dengan jumlah responden sebanyak 93 orang. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami penurunan fungsi kognitif mengalami masalah/gangguan dalam melakukan AKS secara mandiri dibandingkan dengan lansia yang memiliki fungsi kognitif normal. Data yang ditunjukkan pada bagian sebelumnya menyebutkan bahwa lebih dari setengah jumlah total responden dengan penurunan fungsi kognitif mengalami permasalahan pada kemandirian dalam melakukan AKS. Hasil penelitian ini mampu menjelaskan bahwa hipotesis yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi kognitif lansia dengan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan AKS gagal ditolak atau diterima.

Hasil analisis terhadap hubungan fungsi kognitif dengan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan AKS menunjukkan bahwa lansia yang mengalami penurunan fungsi kognitif 29 kali lebih besar mengalami masalah dalam melakukan AKS secara mandiri dibandingkan dengan lansia yang memiliki fungsi kognitif normal.

Penurunan fungsi kognitif yang memyebabkan terjadinya gangguan dalam melakukan AKS secara mandiri merupakan salah satu efek penuaan yang banyak dialami oleh lansia. Hasil penelitian lain yang sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu penelitian yang dilakukan oleh De Vriendt, Gorus, Cornelis, Velghe, Petrovi, dan Mets (2012) terhadap 37 responden di

Geriatric Day Hospitals Universitair Zickenhuis Brussel dan Ghent University Hospital yang menjelaskan bahwa lansia yang

mengalami Mild Cognitive Impairment (MCI) menunjukkan kegagalan dalam melakukan AKS. Komponen AKS yang dinilai pada bagian ini dibagi berdasarkan jenis kelamin lansia. Komponen AKS pada lansia perempuan meliputi kemampuan menyiapkan makanan, membersihkan rumah, mencuci, menggunakan telepon berbelanja, menggunakan alat transportasi, serta mengatur medikasi dan keuangan. Sedangkan komponen AKS pada lansia laki-laki meliputi kemampuan menggunakan telepon, berbelanja, menggunakan alat transportasi, mengatur medikasi, mengatur keuangan, dan membenarkan perabot rumah tangga yang rusak.

Hasil analisis terhadap hasil penelitian ini sebelumnya juga menyebutkan bahwa variebel yang memberikan pengaruh signifikan terhadap perubahan fungsi kognitif yaitu variabel riwayat pendidikan, sedangkan variabel yang memberikan pengaruh signifikan terhadap tingkat kemandirian lansia dalam melakukan AKS yaitu umur, jenis kelamin, dan riwayat pendidikan. Penelitian yang dilakukan oleh Buchman, Boyle, Yu, Shah,

(7)

Wilson, dan Bennett (2012) terhadap 716 orang lansia di Illinois Department of Public

Health merupakan salah satu penelitian yang

sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini disebutkan bahwa penurunan fungsi kognitif pada lansia akan selalu diikuti oleh penurunan kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari setelah di lakukan kontrol pada variabel confounder, yaitu umur, jenis kelamin, dan riwayat pendidikan.

Hasil penelitian yang dijelaskan oleh peneliti juga sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Round (2010) yang menjelaskan bahwa lansia yang mandiri dalam melakukan AKS merupakan salah satu indikasi lansia tersebut tidak mengalami masalah dalam fungsi kognitifnya. Teori ini juga menjelaskan, dalam pengkajian psikiatri, bahwa lansia yang dapat dikategorikan sebagai lansia yang memiliki fungsi kognitif baik adalah lansia yang memiliki score MMSE 27-30, tidak mengalami kesulitan dalam melakukan AKS secara mandiri, tidak mengalami demensia, berada pada rentang sedang pada depresi dan ansietas, skor GDS yang rendah, dan tidak ada riwayat anggota keluarga yang mengalami depresi berat. Dari teori ini terjabarkan bahwa kejadian penurunan fungsi kognitif pada lansia akan selalu bersamaan dengan kejadian gangguan kemandirian lansia dalam melakukan AKS

Peneliti menyadari bahwa dalam melakukan penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan. Keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya terkait jumlah sampel penelitian yang terbatas, pengkajian data demografi terkait umur dan riwayat penyakit yang kurang valid dikarenakan sarana dan prasarana yang tidak memadai, serta adanya overestimate pada nilai KATZ Index. Hasil penelitian memberikan gambaran hubungan fungsi kognitif dengan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan AKS sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengenali tanda-tanda awal lansia

mengalami penurunan fungsi kognitif maupun masalah terkait kemandirian dalam melakukan AKS, kemudian mencegah perburukan setelahnya. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan asuhan keperawatan gerontik dan referensi penelitian selanjutnya mengenai hubungan fungsi kognitif dengan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan AKS

Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang signifikan (p value 0,000) antara fungsi kognitif dengan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan AKS dengan penjelasan bahwa lansia yang mengalami penurunan kognitif juga akan mengalami gangguan kemadirian pada saat melakukan AKS. Nilai OR dari hubungan ini adalah 29,250, yang artinya lansia yang mengalami penurunan fungsi kognitif 29 kali lebih besar dari pada lansia yang memiliki fungsi kognitif normal untuk mengalami masalah atau gangguan dalam melakukan AKS secara mandiri. Rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut yaitu analisa faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif dan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan AKS serta penggunaan rancangan penelitian eksperimen atau kohort baik pada lansia yang tinggal di institusi maupun komunitas untuk melihat hubungan penurunan fungsi kognitif serta gangguan kemandirian dalam melakukan AKS menggunakan instrumen penelitian lainnya untuk mengukur fungsi kognitif dan tingkat kemandirian lansia

Referensi

Badan Pusat Statistik. Statistik penduduk lansia Indonesia 2010.Oleh BPS .2010.12 Desember 2013.http://www.bps.go.id/hasil_publika si/stat_lansia_2010/index3.php?pub=Stat istik%20Penduduk%20Lansia%20Indon esia%202010%20%28Hasil%20SP%202 010%29

(8)

Basavanthappa, B.T. (2007). Nursing theory. New Dhelhi: Jaypee

Buchman, A.S., Boyle, P.A., Yu, L., Shah, R.C., Wilson, R.S., & Bennett, D.A. (2012). Total daily physical activity and the risk of AD and cognitive decline in order adults. Neurology, April 24 2012,

page 1323-1329

Christensen, H., et al. (1999). An analysis of diversity in yhe cognitive performance of elderly community dweller: Individual differences in change scores as a function of age. Psychology and aging,

14 (3), 365-379.

De Vriendt, P., Gorus E., Cornelis, E., Velghe, A., Petrovi, M., & Mets, T. (2012). The process of decline in advances activities of daily living: A qualitative explorative study in mild cognitive impairment.

International Psychogeriatric Asosiation,

page 974-986. doi

10.1017/S1041610211002766 Ediawati, E. (2012). Gambaran tingkat

kemandirian dalam activity of daily living dan resiko jatuh pada lansia di panti sosial tresna wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur. [Skripsi].

Program Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok

Meiner, S.E., & Leucknotte, A.G. (2006).

Gerontologic nursing (3 rd Ed.) St.

Louis: Mosby

Meleis, A.B. (2012). Theoretical nursing

development and progress 5 ed.

Philladelphia: Lippincott William & Wilskin

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi penelitian

kesehatan.Jakarta: PT Rineke Cipta

Patriyani, R.E.H. (2009).Perbedaan

karakteristik lansia dan dukungan keluarga terhadap tipe demensia pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Gatak Sukoharjo tahun 2009.[Tesis]. Program

Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok.

Round, D.L. (2010, Februari 06). Mild cognitive impairment; Definition and

treatment. Juni 07 2014.

http://mclean.hardvard.edu/pdf/education /geriatric-conf060210.pdf

Rush, et al. (2000). Mini-mental state exam

(MMSE). Washington DC: Psychiatric

Measures, APA

Spar, J.E. & La Rue, A. (2006). Clinical

manual of geriatric

psychiatry.Washington, DC: American

Psychiatric Publishing, Inc.

Wallace, M., & Shelkey, M. (2008). Reliability and validity of katz ADL index. American Journal of Nursing,

page 4

Wu, M.S., Lan, T.H., Chen, C.M., Chiu, H.C., and Lan, T.Y. (2011) Sosio-demographic and health-related factors associated with cognitive impairment in the elderly in Taiwan. BMC Public Healt, 11 (22).doi: 10.1186/1471-2458-11-22

Gambar

Tabel 1 Distribusi Jenis Kelamin, Status pernikahan,  Pendidikan Terakhir, dan Riwayat Penyakit terkait  Penelitian pada Responden Tahun 2014  (n=93)
Tabel  2  Gambaran  Fungsi  Kognitif  berdasarkan  Karakteristik Umum Responden Tahun 2014 (n=93)

Referensi

Dokumen terkait

Tabel di atas merupakan hasil validasi oleh para ahli media untuk kelayakan bahan ajar berupa modul desain didaktis materi pecahan. Adapun hasil validasi yang diperoleh dari

ikatan yang dilakukan oleh bank juga mempengaruhi kekuatan suatu. kerelaian antara nasabah dengan

Kebijakan mutu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat adalah mengutamakan kepuasan pelanggan dalam rangka mewujudkan masyarakat sehat, mandiri dengan

Ini terlihat dalam bentuk ritual yang dilakukan orang Jawa yang ingin berdoa di klenteng Utama ataupun Ruang Pemujaan Dewa Bumi, bunga setaman dan sesaji yang

asuhan kebidanan secara komperhensif pada ibu hamil, bersalin, bayi baru. lahir, nifas dan keluarga berencana terutama pada

Perlunya diadakan penelitian yang lebih spesifik lagi berkaitan dengan pengaruh media massa, pengaruh teman, citra tubuh, perilaku makan, dan aktivitas fisik pada

Oleh karenanya Alfred Adler yang memandang gaya hidup sebagai perilaku yang ditampilkan dengan cara yang unik dalam mencapai sebuah tujuan memiliki hubungan dengan teori

Sama seperti media nonton online yang lain, NS21 juga memiliki rating untuk setiap film yang diunggahnya.Yang menarik, dalam situs ini tidak menayangkan film-film produksi Indonesia