1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Beiakang
Natuna adalah salah satu Kabupaten di Kepulauan Riau yang terletak di bagian paling Timur Propinsi Riau.-Daerah ini terdiri dari 271 pulau, dan didominasi oleh lautan yang memiiiki potensi perikanan sekitar 227.607 ton (Dinas Perikanan Tingkat I, Riau, 2000). Usaha perikanan di daerah ini terbagi dua macam, yaitu penangkapan dan budidaya.
Dari kedua usaha perikanan ini, konstribusi terbesar akan hasil produk perikanan pada konsumen di Kabupaten Natuna dan sekitarnya adalah dari usaha penangkapan. Hal ini didukung oleh daerah penangkapan {fishing
ground) yang luas dan memiiiki potensi cukup besar. Usaha penangkapan
ikan di Kecamatan Bunguran Barat Kabupaten Natuna ini umumnya di lakukan secara tradisional dengan beragam jenis alat tangkap, seperti: kelong pantai, pancing ulur, pancing tonda, jaring pantai, began tancap dan bubu karang.
Dari beberapa jenis alat tangkap yang di operasikan oleh nelayan Kecamatan Bunguran Barat Kabupaten Natuna, alat tangkap yang paling banyak digunakan adalah pancing tonda, yaitu berjumlah 1275 unit atau 42,80 % dari total seluruh jenis alat tangkap ikan di Kecamatan Bunguran Barat Kabupaten Natuna (Pusat kajian Sumberdaya Laut dan Pesisir dan Dinas Perikanan dan llmu Kelautan Propinsi Riau, 2002). Dengan sendirinya
lAPORANAKHIR -| Pengaruh Modifikasi Alat Tangkap Pancing Tonda dengan Penggunaan Jenis Mata Pancing Berkait
alat tangkap Inilah yang memberikan hasil tangkapan cukup besar di Kabupaten ini.
Pancing tonda di dunia internasional lebih dikenal dengan sebutan
Troll line yaitu, pancing dengan metode pengoperasianya ditarik dengan
kapal. Konstruksi alat tangkap ini secara garis besar terdiri dari beberapa bagian, diantaranya mata pancing (hook), umpan tiruan {artificial bait), tali kawat {wire), kili-kili {swivel), simpul sambungan {knot) dan tali utama/slambar
{main line).
Sejauh ini kemampuan alat tangkap pancing tonda untuk menangkap ikan masih dirasakan sangat rendah. Hal ini terbukti dari rendahnya nilai hook
rate. Untuk dapat meningkatkan keefektifan pancing tonda perlu dilakukan
modifikasi yang bersifat inovatif dari alat tangkap pancing tonda tradisional yang biasa dipakai oleh nelayan setempat menjadi pancing tonda yang lebih sempurna dengan kemampuan menangkap ikan lebih baik.
Modifikasi yang tepat untuk sebuah alat tangkap dimulai dari memperhatikan bagian mana yang sangat berperan dalam menjerat ikan dari sebuah alat tangkap. Mata pancing adalah bagian yang sangat berperan
untuk mengait atau menjerat ikan yang memakan umpan pada alat tangkap pancing umumnya dan pancing tonda khusunya. Maka pada penelitian ini modifikasi yang dilakukan adalah dengan merubah jenis mata pancing tunggal {single hook) yang selama ini digunakan oleh nelayan Kecamatan Bunguran Barat Kabupaten Natuna, menjadi mata pancing ganda {double
hook) dan mata pancing berkait tiga {triple hook).
— -- - — • ^
Pengaruh Modifikasi Alat Tangkap Pancing Tonda dengan Penggunaan Jenis Mata Pancing Berkait 6anda (Oouble Hook) dan Berkait Tiga (Triple Hook) Terhadap Hasil Tangkapan
Selain itu, selama ini masyarakat nelayan tradisional sangat ketergantungan kepada pengetahuan yang didapat secara turun-temurun dari pendahulunya, sehingga keinginan untuk memodifikasi suatu jenis alat tangkap jarang dilakukan. Untuk itu perlu adanya sosialisasi sebuah kreatifitas untuk dapat menambah pengetahuan mereka tentang sesuatu yang baru guna peningkatan keefektifan alat tangkap.
Mengacu dari uraian di atas maka tim peneliti sangat tertarik melakukan penelitian yang bersifat aplikatif ini. Penelitian ini sekaligus menjadi peragaan atau contoh untuk nelayan pancing tonda agar dapat memilih jenis mata pancing yang tepat untuk menangkap ikan.
Penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dapat menjadi sebuah solusi dari pemecahan masalah yang dihadapi nelayan pancing tonda beoipa;
Ditemukanya jenis mata pancing {hook) yang ideal untuk digunakan pada alat tangkap pancing tonda.
Selanjutnya, direkomendasikan kepada nelayan jenis mata pancing yang efektif untuk alat tangkap pancing tonda.
Dijeiaskan kepada nelayan kebaikan dan kekurangan dari ketiga jenis mata pancing yang akan diujicobakan.
1.2. Perumusan Masalah
Masalah utama yang dihadapi oleh nelayan pancing umumnya adalah sering lolosnya ikan setelah atau sedang memakan umpan dan mata
lAPORANAKHIR 3 Pengaruh Modifikasi Alat Tangkap Pancing Tonda der^n Penggunaan Jenis Mata Pancing Berkait
pancing, sehingga umpan tersebut habis tetapi mata pancing gagal terkait pada mulut ikan. Oleh karena itu timbul beberapa asumsi permasalahan terhadap alat tangkap tradisional (lama), diantaranya;
1. Kurang efektifnya mata pancing tunggal yang biasa digunakan oleh nelayan setempat selama ini, sehingga hasil tangkapan banyak yang lolos.
2. Kecilnya peluang terkaitnya mata pancing tunggal pada ikan. 3. Rendahnya hasil tangkapan pancing tonda persetting.
4. Diharapkan dengan menambah jumlah kait pada mata pancing dapat meningkatkan peluang terkaitnya ikan yang memakannya.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan membandingkan hasil tangkapan dari tiga bentuk mata pancing yang berbeda, yaitu mata pancing berkait tunggal
{single hook), mata pancing berkait ganda {double hook) dan mata pancing
berkait tiga {triple hook). Sehingga dapat diketahui mata pancing yang paling efektif digunakan untuk pancing tonda.
1.4. Manfaat Penelitian
Apabila tujuan penelitian ini nantinya tercapai, diharapkan dapat dirasakan manfaatnya secara langsung, yaitu;
a) Meningkatnya keefektifan alat tangkap pancing tonda yang mereka gunakan, sehingga dapat meningkatkan hasil tangkapan.
lAFORANAKmR
Pengaruh Modifikasi Alat Tangkap Pancing Tonda dengan Penggunaan Jenis Mata Pancing Berkait 6anda (Oouble Hook) dan Berkait Tiga (Triple Hook) Terhadap Hasil Tangkapan
b) Dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat nelayan setempat tentang memodifikasi alat tangkap yang biasa mereka gunakan.
c) Sekaligus dapat meningkatkan pengetahuan mereka tentang teknik penangkapan ikan
lAPORANAKHIR 5 Pengaruh Modifikasi Alat Tangkap Pancing Tonda dengan Penggunaan Jenis Mata Pancing Berkait
2. Tinjauan Pustaka
Mata pancing semula dibuat orang dari bahan batu, tanduk, tulang atau cangkang binatang dengan bentuk sederhana (Sahrhage dan Lundbeck,
1992). Sekarang mata pancing dibuat dari logam dengan bentuk dan ukuran bermacam-macam, disesuaikan dengan ikan yang akan ditangkap. Teknik penangkapan yang akan digunakan mensyaratkan bahwa, mata pancing harus terbuat dari bahan yang kuat (tidak lentur atau fleksibel), tidak mudah berkarat apabila terkena air laut, mudah penanganannya, mudah diperoleh dan murah harganya.
Mata pancing merupakan salah satu komponen yang sangat penting dari satu unit pancing. Tanpa mata pancing mustahil seorang dapat melakukan kegiatan memancing di suatu perairan (Wudianto, Mahiswara dan Anung, 1993). Mata pancing sendiri memiiiki beberapa bagian seperti tertera pada Gambar 1 berikut:
Keterangan: A. Mata (eye)
B. Shank (Length of hook)
C. Diameter batang mata pancing {wire diameter) D. Jarak antara shank dan throat.(gap).
E. Duri/piarit (faarti)
F. Pengart atau panjang bagian keseluruhan point,
barb dan radius of barb (throat)
G . Bagian mata pancing yang runcing dan tajam
(point)
H. Sudut lengkungan (bend)
.1 Jari-jari bagian dalam pada throat (radius of
barb)
J. Jari-jari bagian dalam pada shank (radius of Tampak depan Tampak samping shank)
Sumber: Prado (1990)
Gambar 1. Bagian-bagian mata pancing
lAFORANAK/J/K Q Pengaruh Modifikasi Alat Tangkap Pancing Tonda dengan Penggunaan Jenis Mata Pancing Berkait
Mata pancing sebail<nya memiiiki sudut lengkungan atau bend sedemikian rupa sehingga ikan tidak mudah lepas, mudah penanganannya dan gerakan mata pancing di air dapat leluasa (Ditjenkan, 1986). Menurut Wudianto et al. (1993), dilihat dari bentuknya ada dua jenis mata pancing yang ada di pasaran yaitu bentuk punggung lurus yang lebih dikenal dengan bentuk "J" dan bentuk punggung melengkung yang dikenal dengan bentuk
"G". Kedua bentuk ini ada yang berukuran besar dan kecil, dan dapat
dipergunakan perairan tawar maupun laut. Bentuk mata pancing yang baik untuk perairan karang berdasarkan percobaan di Maldves adalah jenis circle
hooks atau bentuk "G". Bentuk seperti ini diperiukan untuk menghindari agar
mata pancing tidak mudah tersangkut pada batu-batu karang (FAO; Bay of Bengal Programme., 1982). Jika dilihat dari ada tidaknya pengait, ada dua jenis mata pancing yaitu mata pancing yang dilengkapi dengan pengait atau
piarit {barb) dan tanpa pengait.
Untuk pemancingan rekreatif, umumnya menggunakan mata pancing yang dilengkapi dengan pengait. Adapun jenis mata pancing tanpa piarit
{barb) umumnya digunakan di bidang perikanan komersial khususnya untuk
penangkapan ikan tuna dan cakalang dengan alat tangkap pole and line (Wudianto et a/., 1993).
Berdasarkan bentuk kepalanya atau mata (eye), ada dua macam bentuk kepala mata pancing (eye) yaitu bentuk lingkaran dan bentuk gepeng. Bentuk yang berbeda ini tentunya membutuhkan cara pengikatan tali pancing yang berbeda. Juga kalau diperhatikan secara cermat, maka dapat
lAPORANAKHIR J Pengaruh Modifikasi Alat Tangkap Pancing Tonda dengan Penggunaan Jenis Mata Pancing Berkait
dibedakan pula bentuk batang mata pancing yaitu gilig (normal) dan segi empat (tempaan). Selanjutnya Wudianto et al. (1993), mengatakan bahwa ada tiga jenis mata pancing berdasarkan jumlah pengait (throat) yang beredar di pasaran, yaitu mata pancing yang berkait tunggal (single hook), berkait ganda (double hook) dan berkait tiga (triple hook) (lihat Gambar 2).
Ukuran mata pancing dapat diketahui melalui nomor mata pancing tersebut. Penomoran ini ditentukan oleh lebar celah mata pancing (gap) dan diameter batang mata pancing (wire diameter). Disamping itu ada juga yang mencantumkan panjang mata pancing (shank) dan panjang duri/piarit (barb) sebagai patokan untuk menentukan nomor mata pancing (Wudianto et al.,
1993).
I^APORAN AKHIK g Pengaruh Modifikasi Alat Tangkap Pancing Tonda dengan Penggunaan Jenis Mata Pancing Berkait
pengait kepala/mata batang
lengkungan
celah k
r
diameter batang
kepala berbentuk cincin (eye) kepala bentuk gepeng (eye)
pancing tunggal
pancing ganda pancing triple
Sumber: Wudianto et al. (1993).
Gambar 2. Berbagai bentuk mata pancing
Menurut Chapman (1996) bentuk pembagian mata pancing berdasarkan bentuk shank dapat dibagi tiga, yaitu tipe regular, tipe forged dan yang ketiga adalah tipe knife edge. Tipe bentuk knife edge adalah bentuk mata pancing yang memiiiki diameter shank berbentuk seperti mata pisau.
Ukuran mata pancing dinyatakan dari nomor 1 sampai dengan nomor 20 (von Brandt, 1959). Semakin besar ukuran mata pancing maka semakin kecil nomor yang diberikan, ukuran ini dibuat berdasarkan ukuran celah (gap) dan bentuk diameter shank (wire).
Menurut Prado (1990) penomoran mata pancing dibedakan berdasarkan tipe mata pancing, yang ditentukan oleh bentuk penampang shank pancing
fAPORANAKHIR 9 Pengaruh Modifikasi Alat Tangkap Pancing Tonda dengan Penggunaan Jenis Mata Pancing Berkait
tersebut. Untuk shank berpenampang bulat disebut dengan tipe regular
hooks, pada tipe ini, nomor mata pancing semakin kecil maka ukuran mata
pancing semakin besar. Sedangkan untuk tipe forged adalah mata pancing berpenampang shank bulat memanjang. Untuk jenis ini semakin kecil nomor maka ukuran pancing juga semakin kecil. Penomoran mata pancing tipe forged dan regular dapat dilihat pada l a b e l 1 dan 2.
l a b e l 1. Sistem penomoran mata pancing yang memiiiki diameter shank berbentuk bulat {regular hook type) menurut F A O
Nomor Ukuran (mm)
Mata Pancing
Celah Diameter Batang
12 9,5 1 11 10 1 10 11 1 9 12,5 1,5 8 14 1,5 7 15 2 6 16 2 5 18 2,5 4 20 3 3 23 3 2 26,5 3,5 1 31 4 1/0 35 4,5 Sumber: Prado (1990) lAPORANAKHIR 10 Pengaruh Modifikasi Alat Tangkap Pancing Tonda dengan Penggunaan Jenis Mata Pancing Berkait
l a b e l 2. Sistem penomoran mata pancing yang memiiiki diameter shank t)erbentuk bulat memanjang (forged hooks type) menurut F A O
Nomor Ukuran (mm)
Mata Pancing
Celali Diameter Batang
2 10 1 1 11 1 1/0 12 1 2/0 13 1,5 3/0 14,5 1,5 4/0 16,5 2 5/0 10 2,5 6/0 27 3 8/0 29 3,5 10/0 31 4 12/0 39 5 14/0 50 6 Sumber: Prado (1990)
Banyak bentuk mata pancing yang dimodifikasi berdasarkan target spesies yang diinginkan seperti halnya menurut Chapman (1996) bentuk mata pancing untuk menangkap ikan tuna dengan alat tangkap pole and line lebih ditekankan pada penangkapan ikan dalam jumlah yang banyak dengan waktu yang singkat sehingga bentuk mata pancing tidak menggunakan duri/piarit (barb) agar ikan yang tertangkap oleh pancing segera terlepas dan mendarat di atas palkah kapal. Hal ini sangat membantu dalam efisiensi
lAPORANAKHfR 1 -] Pengaruh Modifikasi Alat Tangkap Pancing Tonda dengan Penggunaan Jenis Mata Pancing Berkait Ganda (Oouble Hook) dan Berkait Tiga (Triple Hook) Terhadap Hasil Tangkapan
penangkapan ikan dengan alat tangkap pole and line. Untuk jelasnya bentuk mata pancing pole and line tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
Sumber: Chapman (1996)
Gambar 3. Mata pancing tuna tanpa duri/piarit (barb) alat tangkap
Modifikasi bentuk mata pancing juga telah dilakukan pada usaha penangkapan ikan cucut. Modifikasi mata pancing cucut ini berdasarkan tingkah laku ikan cucut sendiri yang seialu mengigit benang pada pancing hingga dibentuk mata pancing yang memiiiki shank lebih panjang lagi (Chapman, 1996).
Selanjutnya Chapman (1996) menambahkan modifikasi ini berkembang terus hingga pada tahun 1968 modifikasi bentuk mata pancing untuk cucut ini berkembang dari shank yang lurus menjadi shank berbentuk kurva. Selanjutnya Chapman (1996) menambahkan modifikasi ini berkembang terus hingga pada tahun 1968 modifikasi bentuk mata pancing untuk cucut ini berkembang dari shank yang lurus menjadi shank berbentuk kurva.
Mata pancing pole and line Sri Langka
pole and line
lA PORAN AKHIR -| 2 Pengaruh Modifikasi Alat Tangkap Pancing Tonda dengan Penggunaan Jenis Mata Pancing Berkait Sonda (Oouble Hook) dan Berkait Tiga (Triple Hook) Terhadap Hasil Tangkapan
Menurut Gang seperti dikutip oleh Chapman (1996) modifikasi bentuk mata pancing untuk cucut dilaporkan dapat meningkatkan hasil tangkapan sebesar 18.6 % lebih banyak dari pada mata pancing sebelumnya. Hal ini dijeiaskan karena bentuk mata pancing yang berbentuk kurva ini dapat dengan mudah berputar dalam mulut ikan cucut, pada seat umpan dan mata pancing dimakan oleh ikan. Teori pada penelitian di atas digambarkan pada Gambar 4.
Sumber: Gang dalam Chapman (1996)
Gambar 4. Proses terkaitnya mata pancing dengan shank lurus dan shank berbentuk kurva.
Pengembangan desain mata pancing dilakukan mulai pada seat penggunaan mata pancing tradisional yang berasal dari tulang pada mulanya. Hingga rancangan ini berkembang sedemikian rupa dengan bahan mata pancing yang berasal dari baja dan bahkan ada yang berasal baja stenden steel anti karat.
Sedangkan percobaan yang telah dilakukan di Inggris mencoba berbagai bentuk desain mata pancing. Termasuk pengujian mata pancing
lAPORAN AKHIR 13 Pengaruh Modifikasi Alat Tangkap Pancing Tonda dengan Penggunaan Jenis Mata Pancing Berkait
yang digunakan untuk menangkap ikan cucut dan mata pancing yang digunakan untuk menangkap ikan tuna berbentuk lingkaran yang biasa digunakan oleh para nelayan setempat. Dari hasil penelitian tersebut mata pancing ikan tuna berbentuk lingkaran (circle hook) temyata lebih banyak menangkap ikan cucut yang berukuran kecil (Chapman, 1996). Pada dasarnya desain antara pancing ikan cucut dan tuna memiiiki bentuk yang berbeda, seperti terlihat pada Gambar 5.
Sumber: Chapman (1996).
Gambar 5. Mata pancing tuna circle hook dan proses terkaitnya mata pancing.
Hasil penelitian di atas ternyata sama halnya dengan pemancingan yang dilakukan di beberapa negara di Amerika khususnya di A l a s k a , di mana hasil tangkapan "hook rate" sebesar 16 ekor ikan perseratus mata pancing dengan menggunakan pancing berbentuk " J " menjadi 25 ekor perseratus mata pancing dengan menggunakan mata pancing berbentuk lingkaran
LAPORANAKHIR 14 Pengaruh Modifikasi Alat Tangkap Pancing Tonda dengan Penggunaan Jenis Mata Pancing Berkait
(circle hook). Dan dilaporkan juga terjadi peningkatan sebanyak 2 0 % dari
total hasil tangkapan dengan menggunakan pancing circle hook untuk memancing ikan-ikan dasar (Chapman, 1996).
Huse (1979) seperti dikutip oleh Lokkeborg, Bjordal, and Ferno (1993) meneliti tentang berbagai bentuk desain mata pancing. Berdasarkan hasil penelitiannya dalam pengembangan dan perbaikan desain mata pancing dia melakukan obeservasi tingkah laku ikan terhadap berbagai bentuk pancing di laboratorium dan lapangan. Bentuk mata pancing yang memiiiki point yang berjarak lebih lebar dapat menghasilkan peluang yang lebih besar untuk terkait dari pada pancing tradisional Norway berbentuk " J " . Dan menurutnya
gap yang berjarak lebih lebar merupakan persyaratan yang harus dipenuhi
oleh sebuah mata pancing.
Berdasarkan penelitian tingkah laku ikan cod terhadap pancing mata pancing tipe wide gap memiiiki kemungkinan terkait lebih besar, yaitu 0.36 dari pada mata pancing berbentuk " J " , yaitu 0.15 (Huse, 1979 seperti dikutip oleh Lokkeborg et a/., 1993). Selanjutnya Huse dan F e m o (1990) seperti dikutip oleh Wardle dan Hollingworth (1993) mengatakan secara signifikan dalam percobaan berbagai bentuk mata pancing pada alat tangkap long line hasil tangkapan ikan cod (12 %) dan haddock (34 %) meningkat dengan menggunakan mata pancing tipe wide gap dari pada mata pancing biasa tipe " J " . Adapun beberapa bentuk mata pancing yang diujicobakan tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.
lAPORANAKHIR •\ 5 Pengaruh Modifikasi Alat Tangkap Pancing Tonda dengan Penggunaan Jenis Mata Pancing Berkait Ganda (bouble Hook) dan Berkait Tiga (Triple Hook) Terhadap Hasil Tangkapan
Keterangan:
A = Tipe E Z (Easy Baiter Circle) B = Tipe Kirby
C = Tipe Norway " J " D = Tipe Wide Gap
Sumber: Hollingworth (1993)
Gambar 6. Tipe mata pancing yang diujicobakan pada alat tangkap /0A7g line
oleh Huse (1979).
Dalam percobaan pemancingan skaia besar selama musim pasang mata pancing tipe wide gap menangkap ikan cod lebih banyak dari pada mata pancing tipe " J " . Peningkatan hasil tangkapan ini rata mencapai 17 % (Bjordal, 1983 seperti dikutip oleh Lokkeborg et a/., 1993).
Setelah itu penelitian yang dilakukan oleh Skeide et al. (1986) dan Bjordal (1987) seperti dikutip oleh Lokkeborg et al. (1993) menyimpulkan pancing tipe E Z (easy baiter circle) hasil tangkapan rata-ratanya lebih besar dari pada pancing tipe " J " .
Jadi menurut Lokkeborg et al. (1993) tipe mata pancing E Z (easy baiter
circle) dan wide gap sudah menjadi persyaratan teknis yang harus dipenuhi
dalam mekanisasi usaha penangkapan dengan menggunakan alat tangkap pancing long line.
Di samping itu bentuk dan morfologi rongga mulut ikan (Gambar 8) juga menentukan peluang mata pancing untuk terkait. Untuk ikan-ikan yang
CA POKAIV A KHIR 1 g Pengaruh Modifikasi Alat Tangkap Pancing Tonda dengan Penggunaan Jenis Mata Pancing Berkait Ganda (Double Hook) dan Berkait Tiga (Triple Hook) Terhadap Hasil Tangkapan
memiiiki rongga mulut yang reiatif kecil maka mata pancing yang akan digunakan tentu berukuran kecil pula. Di beberapa daerah, nelayan telah memodifikasi mata pancing menjadi beberapa rangkaian (tiga atau lebih rangkaian mata pancing) untuk memancing ikan-ikan yang memiiiki ukuran mulut yang kecil, seperti pemancingan ikan baronang atau lingkis (Siganus canalicatus) dan ikan ketang-ketang (Siganus
guttatus). Pancing seperti ini dikenal dengan nama pancing candit,
mekanisme terkaitnya ikan pada pancing ini adalah pada seat ikan memakan umpan yang diletakan persis di atas mata pancing, kemudian pancing ditarik dengan cepat sehingga pancing mengait pada bagian perut dan badan ikan.
lAPORANAKHIR 17 Pengarvh Modifikasi Alat Tangkap Pancing Tonda dengan Penggunaan Jenis Mata Pancing Berkait
3. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bunguran Barat Kabupaten Natuna, atas pertimbangan nelayan daerah ini banyak menggunakan alat tangkap pancing tonda. Disamping itu Kecamatan Bunguran Barat Kabupaten Natuna memiiiki daerah penangkapan {fishing ground) yang luas dengan potesi hasil tangkapan yang besar. Untuk jelasnya Lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Sedangkan pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 Juni sampai dengan 10 juni 2004.
3.2. Metode dan rancangan penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah experimental
fishing, yaitu menguji keefektifan ketiga jenis mata pancing yang akan
digunakan pada pancing tonda di lapangan. Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan untuk membantu dalam menganalisa data hasil tangkapan dan penarikan kesimpulan digunakan rancangan acak lengkap (RAL).
3.3. Alat dan bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian pendahuluan di antaranya adalah;
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini, adalah: ^ Jangka sorong
Tang
lAPORANAKHfR -] 8 Pengaruh Modifikasi Alat Tangkap Pancing Tonda dengan Penggunaan Jenis Mata Pancing Berkait 6anda (bouble Hook) dan Berkait Tiga (Triple Hook) Terhadap Hasil Tangkapan
Obeng Pafu Pengaris Alat tulis Handycam ^ Kamera 1 unit computer
Dan alat bantu lainnya
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian pendahuluan dan lanjutan adalah:
3 jenis pancing No. 6, dengan jumlah kait yang bert)eda (Gambar 7);
Mata pancing berkait tunggal Mata pancing berkait ganda Mata pancing berkait tiga
{single hook) {double hook) {triple hook)
Gambar 7. Tiga bentuk mata pancing yang akan diuji cobakan
^ 6 unit pancing tonda yang telah dipasang tiga jenis mata pancing yang berbeda (Lampiran 2).
Satu unit kapal perikanan tonda
lAPORANAKHIR 19 Pengaruh Modifikasi Aht Tangkap Pancing Tonda dengan Penggunaan Jenis Mata Pancing Berkait
Umpan buatan {artificial bait) Umpan buatan {artificial bait) Tali slambar
Kili-kili {swivel) Kawat {wire)
3.4. Prosedur dan pengumpulan data penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh bentuk mata pancing terhadap hasil tangkapan pancing tonda. Adapun langkah-langka penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut;
1. Pemilihan material baik ukuran maupun jenis bahan yang akan digunakan untuk pancing tonda. Untuk itu diperiukan alat ukur berupa jangka sorong, meteran gulung dan centimeter guna penentuan ukuran material. 2. Kemudiaan dilakukan perakitan pancing tonda yang dimulai dari
pemasangan tali slambar {main line), kili-kili {swivel), kawat {wire) dan pemasangan mata pancing {hook).
3. Selanjutnya dilakukan pemasangan pancing tonda pada kapal dengan pengacakan, seperti Hd, Hs, Ht,
Dimana: Hs= mata pancing tunggal Hd = mata pancing ganda Ht= mata pancing berkait tiga
LAPORANAKHIR 20 Pengaruh Modifikasi Alat Tangkap Pancing Tonda dengan Penggunaan Jenis Mata Pancing Berkait
4. Untuk pengujian secara pasif, ketiga bentuk mata pancing yang akan diujicobakan tersebut dipasang secara acak pada setiap tali cabang, sebanyak 6 buah mata pancing pada setiap basketnya.
5. Kemudian akan dilakukan pengoperasian (setting) alat tangkap sebanyak 20 kali. Setiap pengoperasian dianggap sebagai suatu ulangan.
6. Kemudian data hasil tangkapan di tabulasikan ke dalam data untuk dianatisa dengan menggunakan analisis statistik.
3.5. Analisis data
Dari data hasil tangkapan yang diperoleh pada pengujian ketiga bentuk mata pancing, maka data tersebut di tabulasikan kedalam tabel, kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk menguji hipotesis melalui analysis of variance (ANOVA) dengan menggunakan S P S S for Windows. Adapun model matetatis yang digunakan untuk rancangan ini menurut Gasperz (1994) dengan model matematis yang digunakan adalah :
Yij = ^ + Ti + £ij
dimana:
YijH = Hasil tangkapan pada perlakuan ke-i dan pengulangan ke-j / = jumlah kelompok jenis mata pancing (3 buah jenis)
j = jumlah ulangan (39 kali)
// = rataan umum
lAPORAN AKHIR 21 Pengaruh Modifikasi Alat Tangkap Pancing Tonda dengan Penggunaan Jenis Mata Pancing Berkait
Ti = pengaruh jenis mata pancing ke-i
£ij = galat atau sisaan perlakuan ke-i pengulangan ke-j
Apabila analisis menunjukkan adanya perbedaan hasil tangkapan dari perlakuan yang diberikan, dilakukan uji lanjutan, yaitu uji beda nyata terkecil oleh Fisher's (Stell dan Torrie, 1991). Uji ini digunakan karena perbandingan antara perlakuan ditentukan sesudah data diperiksa dan untuk menentukan perbedaan kombinasi periakuan.
3.6. Hipotesis
Sesuai dengan permasalah yang teridentifikasi, maka hipotesis yang diajukan adalah ada pengaruh jenis mata pancing yang berbeda terhadap hasil tangkapan pancing tonda.
3.7. Asumsi
Asumsi yang digunakan untuk pengujian bentuk mata pancing tonda, maka diajukan asumsi;
1. Peluang ikan memakan umpan pada masing-masing pancing dianggap sama.
2. Ikan dianggap tersebar merata di perairan pada saat ketiga mata pancing ini dioperasikan.
3. Keahlian dan ketelitian peneliti dan pembantu peneliti dalam mengoperasikan alat dianggap sama.
lAPORANAKHIR 22 Pengaruh Modifikasi Alat Tangkap Pancing Tonda dengan Penggunaan Jenis Mata Pancing Berkait