• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PEMEKARAN DESA AIR GLUBI KECAMATAN BINTAN PESISIR KABUPATEN BINTAN NASKAH PUBLIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PEMEKARAN DESA AIR GLUBI KECAMATAN BINTAN PESISIR KABUPATEN BINTAN NASKAH PUBLIKASI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 EVALUASI PEMEKARAN DESA AIR GLUBI

KECAMATAN BINTAN PESISIR KABUPATEN BINTAN

NASKAH PUBLIKASI

Oleh : HERMANIAR 100565201373

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA HAJI TANJUNGPINANG

(2)

1 EVALUASI PEMEKARAN DESA AIR GLUBI

KECAMATAN BINTAN PESISIR KABUPATEN BINTAN

HERMANIAR

Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP UMRAH

Desa Air Glubi merupakan pemekaran dari Desa Kelong Kecamatan Bintan Pesisir yang dicetuskan pada tanggal 20 Agustus 2007 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 11 tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Toapaya Asri di Kecamatan Gunung Kijang, Desa Dendun, Desa Air Glubi di Kecamatan Bintan Timur, Kelurahan Tanjung Permai, KelurahanTanjung Uban Timur di Kecamatan Bintan Utara, Kelurahan Tembeling Tanjung di Kecamatan Teluk Bintan, Desa Kukup dan Desa Pulau Pengikik di Kecamatan Tambelan,Kelurahan Kota Baru di Kecamatan Teluk Sebong.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pemekaran desa Air Glubi Kecamatan Bintan Pesisir Kabupaten Bintan. Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian Deskriptif Kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah 5 orang Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Pemerintah Desa dan Perangkat Desa, Badan Permusyawaratan Desa , tokoh masyarakat dan masyarakat desa Air Glubi Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif.

Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa Dari hasil evaluasi yang dilakukan berkaitan dengan pemekaran Desa Air Glubi tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemekaran hingga saat ini belum banyak membawa dampak baik bagi masyarakat, masih ada yang harus diperbaiki berkaitan dengan pemekaran Desa Air Glubi.

(3)

2 EVALUATION OF VILLAGE EXPANSION AIR GLUBI

COASTAL BINTAN DISTRICT DISTRICT BINTAN

HERMANIAR

Students of Science Of Government, FISIP, UMRAH A B S T R A C T

Glubi Water Village is an extension of the Village District of Bintan Coastal Kelong hatched on 20 August 2007, which set the Bintan District Regulation No. 11 of 2007 on the establishment Toapaya Asri village in the district of Mount Deer, Dendun Village, Village Water District of Glubi in East Bintan, Urban Village Tanjung Permai, KelurahanTanjung East Uban in the District of North Bintan, Tanjung village in the District of the Gulf Tembeling Bintan, Kukup village and village in the district Tambelan Pengikik Island, New Town Village in District Sebong bay.

The purpose of this study was to evaluate the expansion of the village Water Glubi Coastal District of Bintan Bintan regency. In this study, the authors use a type of qualitative descriptive study. Informants in this study were 5 people Yang became informants in this study is the village government and the Village, Village Consultative Body, community leaders and villagers Water Glubi data analysis technique used in this research is descriptive qualitative data analysis techniques.

From the results it can be concluded that the evaluation of the results related to the expansion of the Water Village Glubi it can be concluded that the division until now there has been a lot of good for the community impact, there should be improved with regard to expansion of the Water Village Glubi.

(4)

3 EVALUASI PEMEKARAN DESA AIR GLUBI

KECAMATAN BINTAN PESISIR KABUPATEN BINTAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerahnya masing-masing.

Otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur urusan rumah tangganya sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah. Otonomi ditujukan untuk meningkatkan Pelayanan publik, ketersediaan fasilitas umum yang memadai dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, peningkatan kesejahteraan hidup bagi seluruh masyarakat di daerah, serta partisipasi masyarakat dalam menciptakan suasana yang demokratis di daerah semakin berkembang, juga keterjalinan komunikasi yang seimbang dan berkualitas antara pemerintah daerah, DPRD dan masyarakat, dalam mendorong kesuksesan otonomi itu sendiri. (Ni’matul Huda: 2009: 71)

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah membawa perubahan dalam pelaksanaan pemerintahan daerah. Salah satu perubahan itu adalah adanya ruang dan kesempatan bagi pemerintah daerah untuk

(5)

4 melakukan pemekaran wilayah sebagai suatu wujud dari proses pelaksanaan otonomi. Pemekaran wilayah tersebut berupa pemekaran kecamatan dan pemekaran desa/kelurahan.

Tujuan pembentukan, pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan pelayanan, percepatan demokrasi, percepatan perekonomian daerah, percepatan pengelolaan potensi daerah, peningkatan keamanan dan ketertiban, serta peningkatan hubungan serasi antara pusat dan daerah. Terkait dengan pemekaran desa, dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan, Pasal 2 menyatakan bahwa: “Pembentukan desa bertujuan untuk meningkatkan Pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. (Tri Ratnawati: 2009: 23).

Pemekaran desa pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pembentukan desa harus mempertimbangkan berbagai faktor seperti syarat administratif, syarat teknis, dan syarat kewilayahan, dan lain sebagainya serta pertimbangan dan syarat lain yang memungkinkan daerah itu dapat menyelenggarakan dan mewujudkan tujuan dibentuknya daerah dan diberikannya pemekaran wilayah.

Desa Air Glubi merupakan pemekaran dari Desa Kelong Kecamatan Bintan Pesisir pada tanggal 20 Agustus 2007 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Bintan Nomor 11 tahun 2007 tentang Pembentukan

(6)

5 Kelurahan Toapaya Asri di Kecamatan Gunung Kijang, Desa Dendun, Desa Air Glubi di Kecamatan Bintan Timur, Kelurahan Tanjung Permai, KelurahanTanjung Uban Timur di Kecamatan Bintan Utara, Kelurahan Tembeling Tanjung di Kecamatan Teluk Bintan, Desa Kukup dan Desa Pulau Pengikik di Kecamatan Tambelan, Kelurahan Kota Baru di Kecamatan Teluk Sebong.

Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa yang mana dikatakan bahwa Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Kemudian Pembentukan desa sebagaimana dimaksud harus memenuhi syarat yaitu jumlah penduduk, luas wilayah, bagian wilayah kerja, perangkat serta sarana dan prasarana pemerintahan.

Sebelum pembentukan desa ini pembangunan fisik memang banyak mengalami ketertinggalan. Mulai dari pembangunan sarana-prasarana umum, kesehatan, dan pendidikan. Dengan adanya pemekaran desa, diharapkan pelayanan terhadap masayarakat akan menjadi lebih baik. Dari perubahan tersebut dampak yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan adanya pemekaran desa adalah masyarakat dapat lebih cepat dalam pelayanan dan lebih efisien dalam melakukan kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah.

Ada beberapa hal yang masih menjadi permasalahan di Desa Air Glubi yaitu dari segi pembangunan masih banyak yang harus kembali diperhatikan seperti sarana kesehatan yang memang belum ada di Desa Air Glubi, kemudian 54 proyek pembangunan rumah tidak layak huni di Desa Air Glubi tidak berjalan atau terhambat dengan alasan dana yang tidak ada (http://www.radarkepri.com)

(7)

6 Dari uraian diatas penulis tertarik untuk menelaah lebih dalam mengenai evaluasi hasil pemekaran Desa Air Glubi yang ada di Kecamatan Bintan Pesisir Kabupaten Bintan. Evaluasi yang dilakukan penulis bertujuan mengkaji seberapa besar hasil pemekaran dapat mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan serta dapat memberi panduan kepada para pelaksana kebijakan dalam hal ini pemerintah desa mengenai seberapa lancar perjalanan atau proses pemekaran ini diimplementasikan. Atas dasar itulah penulis mengadakan penelitian dengan judul “EVALUASI PEMEKARAN DESA AIR GLUBI KECAMATAN BINTAN PESISIR KABUPATEN BINTAN”.

B. Landasan Teoritis

Proses evaluasi dimaksudkan untuk menguraikan dan memahami dinamika internal berjalannya suatu program, dimana proses evaluasi selalu memerlukan deskripsi rinci tentang berjalannya suatu program. Dasar hukum EDOHP adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2010, yang merujuk pada kebijakan di atasnya yaitu PP Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Selain Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008, EDOHP juga merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 39 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, dan PP Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah.

Jadi, instrumen untuk pengukuran dari evaluasi pemekaran daerah adalah terdiri dari :

(8)

7 a. Kesejahteraan Masyarakat;

b. Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance); c. Pelayanan Publik, dan

d. Daya Saing Daerah.

Menurut Agustino (2006:188) Kinerja kebijakan yang dinilai dalam evaluasi kebijakan melingkupi :

a. Seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan kebijakan / program. Dalam hal ini evaluasi kebijakan mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu telah dicapai.

b. Tindakan yang ditempuh oleh Implementing Agencies sudah benar-benar efektif, responsive, akuntabel dan adil ini. Dalam bagian ini evaluasi kebijakan harus juga memperhatikan persoalan-persoalan hak azasi manusia ketika kebijakan dilaksanakan. Hal ini perlu dilakukan evaluator kebijakan karena jangan sampai tujuan dan sasaran dalam kebijakan public terlaksana, tetapi ketika itu diimplementasikan banyak melanggar perikehidupan warga.

c. Efek dan dampak dari kebijakan itu sendiri. Dalam bagian ini evaluator kebijakan harus dapat memberdayakan output dan outcome yang dihasilkan dari suatu implementasi kebijakan. Ketajaman penglihatan ini yang diperlukan oleh publik ketika melihat hasil evaluasi kebijakan, sehingga fungsinya untuk member informasi yang valid dapat dipercaya menjadi realisasi dari perwujudan right to know bagi warga masyarakat.

Evaluasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu proses pekerjaan, karena dengan adanya evaluasi maka hal tersebut akan mempermudah jalannya suatu proses kerja dalam sebuah organisasi. Penilaian (evaluation) dapat diberikan pengertian/definisi sebagai suatu proses/rangkaian kegiatan pengukuran dan pembanding dari pada hasil-hasil pekerjaan/produktivitas kerja yang telah tercapai dengan target yang direncanakan.

(9)

8 C. Hasil Penelitian

1. Seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui program pemekaran desa di Desa Air Glubi

Dari hasil wawancara maka dapat dianalisa bahwa pembangunan yang ada di Desa Air Glubi masih belum merata dan belum sesuai dengan keinginan masyarakat. Masih banyak yang harus di perbaiki. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pemekaran tidak berdampak signifikan bagi ketersedian sarana dan prasarana yang dapat terlihat dari tidak adanya fasilitas jalan yang baik, fasilitas air yang tidak sebanding dengan tingkat penggunaan masyarakat. Dengan adanya kewenangan yang diberikan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa maka sudah seharusnya ada peningkatan yang signifikan dalam perkembangan infrastruktur desa.

Dari hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa bahwa pemekaran yang dilakukan di Desa Air Glubi belum membantu masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya. Namun segala upaya dari segi pembangunan dan pendidikan sudah ditingkatkan. Pertumbuhan ekonomi semakin turun dan pemerataan pendapatan masyarakat Desa Air Glubi semakin senjang. Setelah dilaksanakannya pemekaran Desa Air Glubi pertumbuhan ekonomi Desa Air Glubi tidak menunjukkan hasil yang baik di mana pertumbuhan ekonomi Desa Air Glubi sangat lambat perkembangannya namun yang lebih parah lagi adalah pemerataan pendapatan Desa Air Glubi semakin buruk atau semakin senjang.

(10)

9 Kondisi perekonomi Desa Air Glubi setelah pemekaran kabupaten berbeda dengan daerah lainnya di Kabupaten Bintan.

2. Tindakan yang ditempuh oleh pemerintah daerah dalam program pemekaran sudah benar-benar efektif, responsive, akuntabel dan adil. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan informan diatas dapat diketahui bahwa pemberian informasi sudah baik. Namun memang tidak semua dapat diinformasikan secara terbuka oleh masyarakat. Di sisi lain, masyarakat memiliki kewenangan dalam melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran yang terkait dengan upaya mewujudkan good governance harus sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum dalam alokasi dana yang ada di desanya. Pemerintah Desa Air Glubi yang peka dan cepat tanggap terhadap persoalan-persoalan masyarakat. Pelayanan Prima merupakan salah satu bentuk usaha/kegiatan yang diharapkan akan dapat memperbaiki capaian kinerja sebuah instansi/lembaga menuju keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Layanan prima merupakan pelayanan terbaik atau pelayanan sangat baik. Disebut sangat baik atau terbaik karena sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki instansi pemberi pelayanan. Hakekat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah termasuk aparatur desa sebagai abdi masyarakat. Sejalan dengan hal itu, pelayanan prima juga diharapkan dapat memotivasi pemberi layanan lain melakukan tugasnya dengan rajin dan kompeten.

(11)

10 3. Efek dan dampak dari pemekaran itu sendiri

Dari hasil wawancara dapat dianalisa bahwa harus ada evaluasi menyeluruh terhadap Desa Air Glubi. Secara keseluruhan pemekaran wilayah di Desa ini masih perlu banyak perhatian Air Glubi merupakan sempalan dari Desa Kelong yang baru dimekarkan sejak November 2007 . Dihuni 187 KK (Kepala Keluarga) dengan 702 jumlah penduduk. Sarana dan prasarana di desa itu masih terlalu minim. Kemudian sebagai gambaran, di Kecamatan Bintan Pesisir terdapat 4 Desa masing-masing Desa Kelong, Desa Numbing, Desa Air Glubi dan Desa Mapur. Antara desa yang satu dengan lainnya hanya bisa dihubungkan menggunakan jalur transportasi laut yang memakan waktu tempuh lebih dari satu jam. Dan satu-satunya desa yang sudah memiliki sarana pendidikan SMP hanya di Kelong. Masyarakat menggantungkan harapan pada gagasan pemekaran. Dia berharap dari pemekaran tersebut akan memperpendek rentang kendali dalam pelayanan masyarakat. Sehingga kedepannya pendataan jumlah penduduk miskin bisa terakomodir dan progam wajar (wajib belajar) 9 tahun bisa segera teratas. D. Penutup

1. Kesimpulan

Dari hasil evaluasi yang dilakukan berkaitan dengan pemekaran Desa Air Glubi tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemekaran hingga saat ini belum banyak membawa dampak baik bagi masyarakat, masih ada yang harus diperbaiki berkaitan dengan pemekaran Desa Air Glubi. Ada beberapa hal yang ditemukan saat dalam penelitian yaitu :

(12)

11 Di Desa Air Glubi masih belum merata dan belum sesuai dengan keinginan masyarakat. Masih banyak yang harus di perbaiki. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pemekaran tidak berdampak signifikan bagi ketersedian sarana dan prasarana yang dapat terlihat dari tidak adanya fasilitas jalan yang baik, fasilitas air yang tidak sebanding dengan tingkat penggunaan masyarakat. Dimana pembangunan seharusnya memberikan hasil-hasil yang nyata bagi masyarakat. Kegiatan pembangunan adalah suatu kegiatan yang memiliki dua sifat yaitu sifat akademis dan sifat birokratis dalam prosesnya. Dengan demikian, pendekatan geografi sangat diperlukan dalam kegiatan pembangunan.

Selama dalam pemekaran ini banyak yang belum merata, dan belum menampakkan kemajuan. Masih banyak jalan yang belum di semenisasi. Kemudian salah satu jalan alternatif untuk menuju kota sangat sulit dilalui karena transportasi sangat kurang. pemekaran tidak berdampak signifikan bagi ketersedian sarana dan prasarana yang dapat terlihat dari tidak adanya fasilitas jalan yang baik, fasilitas air yang tidak sebanding dengan tingkat penggunaan masyarakat. Aspek-aspek dalam pembangunan antara lain meliputi salah satunya adalah aspek fisik. Dimana pembangunan seharusnya memberikan hasil-hasil yang nyata bagi masyarakat. Kegiatan pembangunan adalah suatu kegiatan yang memiliki dua sifat yaitu sifat akademis dan sifat birokratis dalam prosesnya. Dengan demikian, pendekatan geografi sangat diperlukan dalam kegiatan pembangunan.

Pemekaran yang dilakukan di Desa Air Glubi belum membantu masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya. Namun segala upaya dari segi

(13)

12 pembangunan dan pendidikan sudah ditingkatkan. Pertumbuhan ekonomi semakin turun dan pemerataan pendapatan masyarakat Desa Air Glubi semakin senjang. Setelah dilaksanakannya pemekaran Desa Air Glubi pertumbuhan ekonomi Desa Air Glubi tidak menunjukkan hasil yang baik di mana pertumbuhan ekonomi Desa Air Glubi sangat lambat perkembangannya namun yang lebih parah lagi adalah pemerataan pendapatan Desa Air Glubi semakin buruk atau semakin senjang. Kondisi perekonomi Desa Air Glubi setelah pemekaran kabupaten berbeda dengan daerah lainnya di Kabupaten Bintan.

Dari hasil observasi ditemukan bahwa minimnya pengetahuan aparatur desa dalam bidang Teknologi Informasi yaitu laptop karena kurangnya minat aparatur untuk belajar mengoperasikan laptop. Kemudian kualitas sumber daya aparatur yang dimiliki desa masih rendah hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan aparatur pada umumnya hanya lulus Sekolah Menengah Pertama (SMA) dan mengikuti Paket C, nampak juga oleh penulis bahwa aparatur desa selalu pulang lebih awal dari jam pulang kerja yang telah ditentukan dengan alasan bahwa tidak ada lagi masyarakat yang berurusan.

2. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan kepada pihak Desa Air Glubi, masyarakat dan pemerintah adalah sebagai berikut :

1. Sebaiknya pembangunan yang dilakukan terlebih dahulu direncanakan dan melibatkan masyarakat agar tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan. 2. Sebaiknya dibangun sarana dan prasarana yang menjadi prioritas bagi

(14)

13 3. Sebaiknya aparatur pemerintah juga diberikan pemahaman agar dapat membangun Desa Air Glubi dan memberikan pelayanan kepada masyarakat lebih maksimal.

4. Sebagai masyarakat hendaknya seluruh masyarakat di Desa Air Glubi ikut berpartisipasi dalam pembangunan desa agar manfaat pemekaran desa dapat dirasakan secara merata

(15)

14 DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Antonius Tarigan, 2010,Dampak Pemekaran Wilayah, Jakarta : Majalah Perencanaan Pembangunan, Edisi 01/TahunXVI/2010.

Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung : CV Alfabetha Effendy, Onong Uchjana. 2002. Hubungan Masyarakat Suatu Studi.

Komunikologis. Bandung : Remaja Rosdakarya

Bappenas dan UNDP, 2008, Studi Evaluasi Dampak Pemekaran Daerah 2001-2007, Jakarta : Bridge

Dunn, W, 2003, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta : Gajah Mada Universitas Press.

Dwipayana, Ari, dkk, 2004, Otonomi Daerah dan Otonomi Desa; Kritik Konsep dan Implementasi dalam Promosi Otonomi Desa, Yogyakarta: IRE Press. Eko, Sutoro, dkk, 2002, Membuat Desentralisasi dan Demokrasi Lokal Bekerja dalam Desentralisasi Globalisasi dan Demokrasi Lokal, Jakarta: LP3ES. Hari Sabarno. 2007. Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa.

Jakarta: Sinar Grafika

HAW. Widjaja. 2003. Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat, dan Utuh. Jakarta: Rajawali Pres

Jatiman, Sardjono. 1995. Dari Kampung Menjadi Desa, Studi Sosiologi Perubahan Pemerintahan Desa di Kabupaten Sambas Kalimantan Barat, Jakarta: Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Indonesia.

Kasryno, F, 1994 Prospek Pengembangan Ekonomi Pedesaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Koswara.(2000). Teori Pemerintahan Daerah,IIP, Jakarta.

Khairullah dan Cahyadin, Malik. 2006. Evaluasi Pemekaran Wilayah di Indonesia Studi Kasus Kebupaten Lahat. Jurnal Ekonomi Pembangunan. XI (3): 261-277.

Ndraha, Taliziduhu. 2003, Kybernologi; Ilmu Pemerintahan Baru, Jilid II Jakarta: Rineka Cipta.

(16)

15 Mahmudi, 2005,Manajemen Kinerja Sektor Publik, Yogyakarta: UPP AMP

YKPN.

Mardikanto dan Soebiato, 2012, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik, Bandung : Alfabeta.

Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman, 2007, Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru, Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Ni’matul Huda. 2009. Otonomi Daerah, Cet. 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nurharjadmo, W, 2008, Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem

Ganda di Sekolah Kejuruan, Jurnal Spirit Publik, 4 (2), 215.

Parson, Wayne, 2006. Publik Policy, PengantarTeori dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Purwadarminto, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Pambudi, Himawan S. dkk., 2003, Politik Pemberdayaan, Jalan Mewujudkan Otonomi Desa,Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama.

Rasyid.M, 2000. Otonomi Daerah Negara Kesatuan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Rozaki, Abdur, dkk. 2004, Mempekuat Kapasitas Desa dalam Membangun

Otonomi, Yogyakarta: IRE Press.

Saragi, Tumpal P, 2004, Mewujudkan Otonomi Masyarakat Desa, Jakarta : CV. Cipruy.

Siagian, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi,Bandung: Alfabeta Soetardjo. 1984. Desa. Jakarta: Balai Pustaka.

Solekhan, 2012, Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Setara, Malang.

Syafiie, Inu Kencana, 2005. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung: PT Refika Aditama.

Tumpal P Saragi. 2004. Mewujudkan Otonomi Masyarakat Desa : Alternatif pemberdayaan Desa. Yogyakarta : IRE Press

Tjokroamidjojo Bintoro. 2000. Good Government (Paradigma Baru Manjemen Pembangunan), Jakarta : Universitas Indonesia

(17)

16 Tri Ratnawati, 2009. Pemekaran Daerah, Cet. 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar ____________2010, Satu dasa Warsa Pemekaran Daerah Era Reformasi :

Kegagalan Otonomi Daerah?, Jakarta : Jurnal Ilmu Politik Edisi 21 LIPI. Wasistiono, Sadu, dan Irwan Tahir. 2006, Prospek Pengembangan Desa,

Bandung, Fokusmedia.

Wijaya, Adi, 2003,Kebijakan Pembangunan Daerah Dalam era Otonomi, Jakarta : P2E-LIPI.

Perundang-undangan :

Undang-undang No 32 Tahun 2004 Pemerintah Daerah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.72 Tahun 2005 Tentang Desa Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

Permendagri Nomor 28 Tahun 2006 tentang tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2007 Tentang Tata

Cara Pembentukan, Penghapusan, Dan Penggabungan Daerah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 Tentang

Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Permendagri Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Pedoman Evaluasi Daerah Otonom Hasil Pemekaran

Referensi

Dokumen terkait

Namun pada perlakuan kepadatan padat menunjukkan bahwa nilai kadar air cenderung menurun dibandingkan gambut yang tidak dipadatkan, sedangkan pada gambut dengan kepadatan

Terdapat hubungan positif sederhana antara tahap penguasaan PMB dengan pencapaian akademik menunjukkan bahawa pelajar yang dapat menghasilkan PMB yang berkualiti

Heregistrasi/Daftar ulang dapat dilakukan di Bag Keuangan kampus STIEKEN Blitar sejak pengumuman ini dimuat sampai dengan tanggal 31 Juli 2017 (Bagian Keuangan hubungi

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kinetika reaksi vanilin dengan siklopentanon yang menghasilkan 2,5-bis (4-hidroksi-3-metoksibenzilidin) siklopentanon (PGV-O)

Malware DNSChanger diam-diam akan mengubah setting-an DNS pada komputer yang terkena, mengarahkan ke DNS server yang dibuat oleh kelompok pelaku cyber crime agar mereka

[r]

(2) Dalam hal Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (3) tidak diketahui atau lebih rendah dari pada NJOP yang digunakan dalam pengenaan PBB

Data pemeriksaan penyakit hati ini akan diolah menggunakan algoritma Neural Network dan dengan menggunakan metode optimasi adaboost sehingga diperoleh metode yang